Professional Documents
Culture Documents
Dunia Kedokteran
International Standard Serial Number: 0125 – 913X
121.
Asma dan Masalah
Pernapasan Lain
Daftar Isi :
2. Editorial
4. English Summary
Artikel
Redaksi
THE EFFECTIVENESS OF BIPHA- compared to patients with strong riod even after six months treat-
SIC COMBINATION ANTITUBER- positive tuberculin reactions (≥ 16 ment. Immunological cure follow-
CULOSIS TREATMENT BASED ON mm). The achievement of immu- ing treatment with the conven-
THE ANTIMICROBIAL ACTIVITY nological cure indicates the tional regimen HS/11H2S2 was
AND ON THE RECOVERY OF occurrence of restoration of achieved not before the end of
PROTECTIVE IMMUNITY immune status which means the the twelfth month treatment
enhancement of protective period by the group of patients
immunity. that has not undergone pretreat-
RA Handoyo, Sandi Agung,
The dual drug biphasic short ment drug-susceptibility test.
Anggraeni Inggrid Handoyo course regiments of INH and RMP despite the fact that horizontal
The Indonesian Association of Pul- used by the group of patients regression had taken place
monologists. Malang. Indonesla with fully sensitive bacilli to INH already at end of the first month
The TB Center of Surabaya, Indonesia and RMP, by the group of pa- treatment perlod.The same treat-
tients with resistant bacilli to INH ment regimen used by the same
A clinical study on the efficacy and/or RMP. Mostly resistant to group of patients but that con-
of anti-tuberculosis regimens in INH only, as well as by the group sisted only of treatment failure
terms of their activity to restore of patients that has not under- cases as assessed bacteriologi-
protective immunity was con- gone pretreatment drug-sus- cally at end of the sixth month
ducted in the TB Centre of Ma- ceptibility test, was able to bring treatment period, was able to
lang, comprising 204 pulmonary about horizontal regression in the bring about horizontal regression
tuberculosis patients with positive spectrum of immune status of of 3 months duration following
sputum on smear as well as on tuberculosis since at end of the start of treatment followed by the
culture and that have not receiv- first month treatment period. Be- event of horizontal progression
ed any anti-TB drugs before. sides, immunological cure was that continued until the end of
At random, sixty-eight patients also achieved at the same time. the treatment period. Immunolo-
were allocated to a short course On the other hand, during gical cure was however not
regiumen of HR/5H2R2, 68 patients treatment with the dual drug achieved.
to a short course regimen of HR/ biphasic conventional regimen Knowledge on the event of
8H2R2 and another 68 patients to of INH and SM, immunological bacteriological and of immuno-
a conventional regimen of HS/ cure was achieved already at logical healing following the
11 H252, the end of the 3rd month treat- advent of antituberculosis che-
The activity of restoring pro- ment period only when the men- motherapy opens new prospects
tective immunity was assessed tioned regimen was used by the for doing further investigation on
on the basis of the capacity to group of patients that had fully the value of immunotherapy with
restore group immune status in sensitive bacilli to INH and SM. BCG in shortening the duration of
the spectrum of immune status of The result of the study reported treatment and stabilizing the cure.
tuberculosis from the Koch type here using the 9-month short This has to be contemplated
to the Listeria type immune status. course regimen (HR/8H,R) and especially in areas where tuber-
Immune status in tuberculosis the 12-month conventional re- culosisis endemic, and where cost
Is determined on the basis of the gimen (HS/11H2S2) revealed that of treatment and compliance
mean induration of tuberculin restorative activity of immune failure are problems.
reactions among and of the ratio status cq enhancement of pro-
of patients with normal positive tective immunity proceeded Cermin Dunia Kedokt 1998; 121: 33-34
Rah,Sa,Alh
tuberculin reactions (10-15mm) during the entire treatment pe-
pasien, oleh dokter ahli di Indonesia prosentase pelaksanaan pe- bagai aspek asma misalnya yang berkaitan dengan keadaan
meriksaan ini jauh lebih rendah walaupun tes alergi kulit di- morbiditas/mortalitas, atopi, faktor predisposisi dan pencetus,
kerjakan pada 18,1%01. penyulit, dan pengelolaannya. Penelitian umumnya baru di-
lakukan dalam bentuk kuesioner pada lingkungan terbatas. Hal
4) Sistim Pengelolaan Asma
ini merupakan hambatan untuk melakukan rencana pengelolaan
Pengelolaan asma belum menyeluruh terhadap berbagai
yang lebih terarah.
aspeknya secara sistimatik dan kontinyu. Terapi belum tuntas
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas jelaslah bahwa perlu
dan umumnya baru ditujukan untuk mengatasi gejala asmanya
dilakukan berbagai hal antara lain, penyebarluasan
saja. Pengelolaan secara sistimatis seharusnya mencakup: a)
pengetahuan mengenai asma, pelaksanaan pengelolaan yang
Penegakan diagnosis lengkap; tingkat beratnya asma, faktor
sistimatik, serta penelitian yang baik agar dapat terlaksana
pencetus dan presipitasi. b) Kerjasama yang kontinyu antara
pengelolaan asma yang benar. Diharapkan kelak akan dapat
dokter (klinik/RS) dengan pasien dan lingkungannya (di rumah
tercapai derajat kesehatan masyarakat yang lebih baik dan
dan tempat kerja). c) Upaya mengatasi bronkospasme/serangan
peningkatan produktifitas kerja pasien asma.
dengan terapi akut dan terapi pencegahan di klinik/RS dan di
rumah, pencegahan serangan dengan mengatasi faktor trigger
STRATEGI PENGELOLAAN ASMA
dan inducer. d) Pilihan obat yang tepat berupa suatu sistim
. Berbagai hal tersebut di alas diharapkan dapat diatasi dan
dengan pemilihan steroid sebagai terapi asma utama yang di-
dilaksanakan dengan suatu sistim pengelolaan asma praktis yang
tujukan untuk mengatasi inflamasi pada semua tingkat asma,
dilaksanakan bersama-sama oleh pihak medisi dan pasien
kecuali yang paling ringan(9). Pada waktu ini disarankan terapi
untuk mendapatkan suatu kontinuitas pengelolaan asma di
asma sebagai berikut: jenisnya adalah CBA (corticosteroid, b2
sarana pela-yanan kesehatan dan di rumah pasien. Dengan cara
agonis, aminofilin), terpilih dalam bentuk obat inhalasi, dengan
ini gangguan penyakit dapat diatasi dan seterusnya
dosis yang adekuat secarateratur, bilaperlu kontinyu. e)
serangannya dapat dicegah. Perlu dilaksanakan koordinasi
Tersedia pedoman tertentu bagi pasien untuk pelaksanaan di
dalam peningkatan tata cara serta upaya pengelolaan asma
rumah: membiasakan tindak lanjut dengan pengukuran APE
dengan didasarkan pada pendataan asma yang baik.
(menggunakan Peak Flow Rate Meter), melaksanakan usaha
rehabilitasi atau preventif. f) Upaya pengelolaan asma yang 1) Dasar strategi pengelolaan asma
dilakukan secara gigih dan teratur. Petunjuk Pengelolaan Asma Internasional misalnya Inter-
national Consensus Report on Diagnosis and Management of
5) Pembiayaan dan cara terapi
Asthma(9), atau Global Initiative For Asthma(10).
Obat asma inhalasi terutama obat inhalasi kortikosteroid
Pelaksanaan pedoman pengelolaan asma secara nasional di
mahal. Obat asma per oral tetap dapat dipakai asal dikontrol
Indonesia harus mengusahakan :
dengan baik.
a) pembentukan tim pelaksana asma lokal/nasional.
6) Peningkatan limn dan keterampilan dokter serta penyu- b) adaptasi pedoman asma internasional/nasional pada pema-
luhan kepada masyarakat kaian lokal dengan mempertimbangkan:
Hal ini telah Sering didengung-dengungkan namun pelak- ∗ keadaan sosioekonomis, yaitu kemampuan daya beli yang
sanaannya belum cukup. Di samping itu perlu dilakukan pe- rendah
nyiapan tenaga paramedis ataupun non medis sebagai petugas ∗ kultur, sikap pasien yang menganggap asma sebagai pe-
penyuluhan di klinik/RS. nyakit yang tidak dapat disembuhkan
7) Penelitian asma dan perencanaan pengelolaannya ∗ kebiasaan dokter dalam menulis resep; misalnya kecende-
Data studi epideminlogi membantu usaha pencegahan asma rungan memberikan sedatif atau anti alergi(2), dan pemberian
dan perencanaan peningkatan pengelolaan asma yang lebih baik. campuran obal asma yang rasional.
Untuk ini diperlukan tatacara dan koordinasi pendataan asma c) pelaksanaan petunjuk dalam bentuk protokol dan
yang baik, serta perlu dibuat protokol yang seragam agar data formulasi yang jelas.
dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya secara nasional. d) kerjasama yang mantap dalam penggunaan protokol oleh
Penelitian asma yang baik antara lain dari International pusat kesehatan dan pasien agar tercapai kelola diri yang baik.
Study of Asthma and Allergies in Childhood (ISAAC) yang d) evaluasi pelaksanaan pedoman pengelolaan asma(2).
diselenggarakan di 15 negara dan terdiri dari 2 bagian yaitu Telah dipublikasikan pedoman pengelolaan asma yang
kuesioner dan tes atopi serta HRB(1). baik(9,10). Di Bandung telah dikeluarkan buku Pedoman Penge-
Di Indonesia belum ada data yang lengkap mengenai ber- lolaan Asma Berobat Jalan (1994) yang mencoba mengupayakan
Manfaat Kortikosteroid
pada Asma Bronkial
Faisal Yunus
Bagian Pulmonologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia SMF Paru
RSUP Persahahatan, Jakarta
PENDAHULUAN yang dilepaskan oleh sel mast dan makrofag akan membuat epitel
Asma adalah suatu kelainan berupa inflamasi kronik saluran jalan napas lebih permeabel dan memudahkan alergen masuk ke
napas yang menyebabkan sensitifnya trakea dan cabang-cabang- dalam submukosa, sehingga memperbesar reaksi yang teijadi(5).
nya (hipereaktivitas bronkus) terhadap berbagai rangsangan. Mediator inflamasi secara langsung maupun tidak langsung
Rangsangan ini dapat menimbulkan obstruksi saluran napas menyebabkan serangan asma, melalui sel efektur sekunder se-
yang menyeluruh dengan derajat yang bervariasi dan dapat perti eosinofil. netrofil, platelet dan limfosit. Sel-sel inflamasi
membaik dengan atau tanpa diobati. Pada kelainan ini berperan ini juga mengeluarkan mediator yang kuat seperti lekotriens.
berbagai sel inflamasi antara lain sel mast dan eosinofil(1-3). tromboksan, PAF dan protein sitotoksis yang memperkuat reaksi
Penyakit asma dapat terjadi pada berbagai usia baik laki-laki asma. Keadaan ini menyebabkan inflamasi yang akhirnya me-
maupun perempuan. Angka kejadian asma bervariasi di berbagai nimbulkan hipereaktivitas bronkus(5). Pada Gambar 1 dapat
negara, tetapi terlihat kecenderungan bahwa penderita penyakit dilihat peranan berbagai sel pada reaksi asma.
ini meningkat jumlahnya, meskipun belakangan ini obat-obat Reaksi asma ada dua macam yaitu reaksi asma awal (early
asma banyak dikembangkan. Di negara maju angka kesakitan asthma reaction = EAR) dan reaksi asma lambat (late asthma
dan kematian karena asma juga terlihat meningkat. reaction = LAR). Pada reaksi asma awal, obstruksi saluran napas
Inflamasi kronik adalah dasar dari penyakit asma, oleh terjadi segera yaitu 10–15 menit setelah rangsangan dan meng-
karena itu obat-obat antiinflamasi berguna untuk mengurangi hilang secara spontan. Spasme bronkus yang terjadi merupakan
inflamasi yang terjadi pada saluran napas. Kortikosteroid adalah respons terhadap mediator-mediator sel mast terutama histamin
salah satu obat antiinflamasi yang poten dan banyak digunakan yang bekerja langsung pada otot polos bronkus atau melalui
dalam penatalaksanaan asma. Obat ini diberikan baik yang be- refleks vagal. Keadaan ini mudah diatasi dengan beta-2 agonis(4,5).
kerja secara topikal maupun secara sistemik. Pada reaksi asma lambat, reaksi terjadi setelah 3–4 jam
rangsangan oleh alergen dan bertahan selama 16–24 jam, bahkan
PATOGENESIS DAN PATOFISIOLOGI ASMA BRON- kadang-kadang sampai beberapa minggu. Fase ini disertai
KIAL dengan reaktivasi sel mast dan aktivasi netrofil sehingga timbul
Penyempitan saluran napas yang terjadi pada penyakit asma inflamasi akut berupa edema mukosa, hipersekresi lendir, infla-
merupakan suatu hal yang kompleks.Hal ini terjadi karena lepas- masi netrofil, rusaknya tight junction epitel bronkus dan spasme
nya mediator dari sel mast yang banyak ditemukan di permukaan bronkus. Pada fase ini peran spasme bronkus kecil, akibatnya
mukosa bronkus, lumen jalan napas dan di bawah membran reaksi ini sukar diatasi dengan pemberian beta-2 agonis(4,5).
basal. Berbagai faktur pencetus dapat mengaktivasi sal mast(4). Setelah reaksi asma awal dan reaksi asma lambat, proses
Selain sel mast sel lain yang juga dapat melepaskan mediator dapat terus berlanjut menjadi reaksi inflamasi subakut atau
adalah sel makrofag alveolar. eosinofil, sel epitel jalan napas, kronik. Pada keadaan ini terjadi inflamasi di bronkus dan se-
netrofil, platelet, limfosit dan monosit. Inhalasi alergen akan kitarnya, berupa(4,5) :
mengaktitkan sel mast intralumen, makrofag alveolar, nervus • Infiltrasi sel-sel inflamasi terutama eosinofil dan monosit
vagus dan mungkin juga epitel saluran napas. Peregangan vagal dalam jumlah besar ke dinding dan lumen bronkus.
menyebabkan refleks bronkus, sedangkan mediator inflamasi • Kerusakan epitel bronkus oleh mediator yang dilepaskan
Dampak
Gas Buang Kendaraan Bermotor
terhadap FaaI Paru
Faisal Yunus
Bagian Pulmonologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Unit Paru Rumah Sakit Umum Persahabatan. Jakarta
PENDAHULUAN luaran karbon dioksida dan air sebagai hasil metabolisme. Proses
Perkembangan dalam bidang industri dan teknologi mem- ini terdiri dari tiga tahap, yaitu ventilasi, difusi dan perfusi.
punyai dampak positif dan negatif terhadap masyarakat. Taraf Ventilasi adalah proses masuk dan keluarnya udara dari dalam
kehidupan meningkat karena tersedianya barang-barang yang paru. Difusi adalah peristiwa pertukaran gas antara alveolus dan
membantu terlaksananya pekerjaan dengan lebih baik dan cepat. pembuluh darah, sedangkan perfusi adalah distribusi darah yang
Transportasi juga berkembang pesat sehingga memudahkan sudah teroksigenisasi(7).
mobilitas penduduk. Dampak negatif yang terjadi timbul akibat Gangguan ventilasi terdiri atas gangguan restriksi yaitu
polusi asap pabrik dan gas buang kendaraan bermotor. Polusi gangguan pengembangan paru serta gangguan obstruksi berupa
udara dapat menimbulkan berbagai penyakit dan gangguan fungsi perlambatan aliran udara di saluran napas. Parameter yang sering
tubuh, termasuk gangguan faal paru. Polusi udara meningkatkan dipakai untuk melihat gangguan restriksi adalah kapasitas vital
kejadian asma bronkial dan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (KV). Sedangkan untuk gangguan obstruksi digunakan para-
(PPOK) dalam masyarakat(1,2). meter volume ekspirasi paksa detik pertama (VEPI ), rasio vo-
Di Indonesia kendaraan bermotor meningkat jumlahnya lume ekspirasi paksa detik pertama terhadap kapasitas vital
dari tahun ke tahun. Selain mobil-mobil baru, mobil tua yang paksa (VEPI/KVP), arus puncak ekspirasi (APE) dan flow vo-
mengeluarkan gas buang yang banyak dan pekat banyak lume curve(7,8).
bergerak di jalan. Gas buang dari kendaraan tersebut Alat spirometer dapat dipakai untuk mengukur berbagai
menimbulkan polusi udara. Tujuh puluh sampai delapan puluh parameter ventilasi paru. Adanya gangguan restriksi, obstruksi
persen pencemaran udara berasal dari gas buang kendaraan maupun bentuk campuran dapat ditentukan dari hasil pemeriksa-
bermotor, sedangkan pencemaran udara akibat industri hanya an spirometri(7,8).
20-30% saja(3).
ABSTRAK
Penyakit membran hialin merupakan salah satu penyebab gangguan pernapasan pada
bayi baru lahir yang sering terjadi pada kehamilan kurang bulan. Perbaikan surfaktan
paru yang belum sempurna dapat memperbaiki keadaan sindrom gangguan pernapasan
idiopatik (SGPI).
Risiko penyakit membran hialin akan meninggi pada ibu menderita DM. kehamilan
< 37 minggu. lahir dengan bedah Caesar, perdarahan antepartum, asfiksi, serta riwayat
sehelumnya dengan penyakit membran hialin.
Peinberian deksametason intravena pada ibu dengan bayi kurang bulan bermanfaat
mencegah PMH.
PENDAHULUAN
Penyakit membran hialin (PMH) merupakan salah satu
penyebab gangguan pernapasan pada bayi baru lahir. PMH atau
sindrom gangguan pernapasan idiopatik (SUPT) merupakan sa-
lah satu penyebab utama kematian bayi selama periode baru
lahir(1). Penyakit ini terjadi pada bayi kurang bulan karena
pematangan parunya yang belum sempurna; pada PMH tingkat
pematangan paru lebih berperan terhadap timbulnya penyakit
bila dibandingkan dengan masalah kurang bulan(2); sehingga
dengan pengelolaan yang baik bayi dengan PMH dapat dise-
lamatkan sehingga angka kematian dapat ditekan(3-4). Keber-
hasilan ini dapat dicapai dengan memperbaiki keadaan surfaktan
paru yang belum sempurna dengan ventilasi mekanik, pemberian
surfaktan dari luar tubuh, asuhan antenatal yang baik serta
pemberian steroid pada ibu kehamilan kurang bulan dengan
janin yang mengalami stres pernapasan(3-7).
Penyakit membran hialin biasanya muncul dalam beberapa antepartum, serta riwayat sebelumnya dengan penyakit membran
menu setelah bayi lahir yang ditandai dengan pernapasan cepat; hialin(10).
frekuensl lebih dari 60x/menit, pernapasan cuping hidung, Berdasarkan Foto toraks, stadium penyakit membran hialin
retraksi interkostal, supra sternal, dan epigastrium(2,8,9). Faktor adalah sebagai berikut(8,11) :
yang mempermudah terjadinya PMH adalah persalinan kurang a) Stadium dini (I); Bercak milier paru dengan diameter 0,6
bulan, asfiksia intrauterin, tindakan seksio caesaria, diabetes mm dikenal sebagai pola retikulo granular.
melitus,. dan ibu dengan riwayat persalinan kurang bulan se- b) Stadium II; Pola retikulo granular disertai bayangan
belumnya, kelahiran yang dipercepat setelah perdarahan bronkogram udara sampai lapangan perifer paru kanan dan kiri,
Insidensi
Tes Serologi Mikoplasma Positif
di Rumah Sakit Hasan Sadikin,
Bandung
Zul Dahlan, E. Soerie Soemantri
Subunit Pulmonologi, Bagian/UPF Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/
Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung
RINGKASAN
Suatu penelitian mengenai keefektifan paduan obat anti-tuberkulosis dari segi ke-
giatan pemulihan imunitas protektif telah dikerjakan di Balai Pemberantasan Penyakit
Paru-paru di Malang, meliputi 204 orang kasus tuberkulosis paru yang belum pernah
memperoleh obat-obat anti-tuberkulosis dan mempunyai dahak yang mikroskopis dan
biakan positif.
Sebanyak 68 orang memperoleh paduan obat jangka pendek HR/5H1R,, 68 orang
memperoleh paduan obat jangka pendek HR/8H2R2 dan 68 orang memperoleh paduan
obatjangka panjang HS/11H2S2.
Kegiatan pemulihan imunitas protektif dinilai atas dasar kemampuan pemulihan ke-
dudukan imunologis golongan pada spektrum kedudukan imunologis penyakit tuber-
kulosis dari kedudukan imunologis tipe Koch ke posisi kedudukan imunologis tipe
Listeria. Kedudukan imunologis golongan pada penyakit tuberkulosis ditentukan atas
dasar indurasi rata-rata reaksi tuberkulin pada golongan kasus yang diperiksa, dan pasca
perbandinganjumlah kasus dengan reaksi tuberkulin positif normal (10-15 mm) terhadap
jumlah kasus dengan reaksi tuberkulin positif kuat (≥16 mm). Perolehan kesembuhan
imunologis merupakan petanda terjadinya pemulihan kedudukan imunologis termasuk
pemulihan imunitas protektif.
Paduan obat jangka pendek ganda 6-9 bulan, bifasik yang terdiri dari INH dan RMP
digunakan oleh golongan kasus tuberkulosis yang mempunyai strain hasil baik yang
sensitif penuh terhadap INH dan RMP, yang resisten terhadap INH dan/atau RMP, se-
bagian besar resisten terhadap INH melulu maupun yang tidak diperiksa kepekaan basil
TB terhadap obat-obat yang digunakan, telah mampu menjadikan regresi horisontal pada
spektrum kedudukan imunologis penyakit tuberkulosis sudah pada akhir bulan peng-
obatan pertama, dan perolehan kesembuhan imunologis sudah pada akhir bulan peng-
obatan pertama juga.
Perolehan kesembuhan imunologis padapenggunaan paduan obatgandajangka pan-
jang bifasik yang terdiri dari INH dan SM, dimungkinkan hanya bila paduan obat yang
A-Bl = golongan yang sensitif terhadap INH dan RMP A-B1 = golongan yang terhadap INH dan SM
A-B2 = golongan yang resisten terhadap INH dan/atau RMP A-B2 = gologan yang resisten terhadap INH dan/atau SM
A-B3 = golongan keseluruhan (A-B1 plus A-B2) A-B3 = golongan keseluruhan (C1 plus C2)
pada akhir bulan pengobatan ke-1, meskipun tidak bermakna Penggunaan paduan obat jangka pendek HR/5-8H2R2 oleh
(p>0.05). Selanjutnya PM ini meningkat menjadi 40% pada golongan kasus TB dengan dahak positif dan mempunyai hasil
akhir bulan pengobatan ke-6, namun tidak bermakna (p > 0,05) yang resisten primer terhadap INH dan/atau RMP, sebagian
bila dibandingkan dengan bulan pengobatan ke-0. Kenaikan besar resisten terhadap INH melulu, telah menurunkan X
PM (∆PM) terdapat paling besar antara bulan pengobatan ke-0 secara bermakna (p < 0,05) pada akhir bulan pengobatan ke-1.
dan bulan pengobatan ke-1 (Tabel lb). Pada akhir bulan pengobatan ke-6 perbedaan dengan bulan
Penemuan tersebut menunjukkan bahwapaduan obatjangka pengobatan ke-0jelas bermakna (p = 0,01) (Tabel 2a). Di
pendek HR/5-8H2R2 telah mampu meningkatkan PM dari PM samping itu, peningkatan PM sudah terjadi pada akhir bulan
pada golongan kasus TB dengan dahak positif menjadi PM pengobatan ke-1, yang dipertahankan sampai akhir bulan
pada golongan individu yang sehat tetapi tertular bila paduan pengobatan ke-6. Walaupun tidak ada perbedaan PM yang
obat itu diberikan pada golongan kasus TB yang mempunyai statistis bermakna (p> 0,05) antara bulan pengobatan ke-0
strain hasil sensitif penuh terhadap INH dan RMP; paduan obat dengan baik bulan pengobatan ke-1, bulan pengobatan ke-3
itu telah mampu memperbaiki kedudukan imunologis golongan maupun bulan pengobatan ke-6, namun telah melampaui PM
dan meningkatkan imunitas protektif sudah pada akhir bulan yang inheren pada posisi golongan individu yang sehat tetapi
pengobatan ke-1, dan pada akhir bulan pengobatan ke-6 regresi tertular dan mendekati titik tengah pada spektrum kedudukan
horisontal kedudukan imunologis golongan sudah sampai imunologis penyakit tuberkulosis (Gambar 3a).
sedikitnya pada posisi kedudukan imunologis golongan Penemuan tersebut menunjukkan bahwa paduan obat jangka
individu yang sehat tetapi tertular pada spektrum kedudukan pendek HR/5-8H2R2 digunakan oleh golongan kasus tuberkulosis
imunologis penyakit tuberkulosis. dengan dahak positif yang mempunyai strain hasil yang
Kedudukan imunologis golongan yang inheren pada resisten primer terhadap INH dan/atau RMP, sebagian besar
golongan individu yang sehat tetapi tertular adalah identik resisten terhadap INH melulu, telah mampu membangkitkan
dengan kedudukan imunologis golongan pada golongan kasus regresi horisontal pada spektrum kedudukan imunologis
TB yang telah disembuhkan secara imunologis. Pada penyakit tuberkulosis sudah pada akhir bulan pertama dan
penggunaan paduan obat jangka pendek HR/5-8H2R2 oleh mampu pula menyebabkan kesembuhan imunologis sudah pada
golongan kasus TB sensitif penuh terhadap obat-obat yang akhir bulan pengobatan ke-1 dan dipertahankan pada akhir
digunakan, kesembuhan imunologis sudah diperoleh pada akhir bulan pengobatan ke-6 (Tabel 2a dan 2b). Adalah menarik
bulan pengobatan ke-1 (Tabel la dan 1b). sekali untuk dikemukakan bahwa sebagian kecil golongan
Pada penggunaan paduan obatjangka panjang HS/11H2S2 kasus TB tersebut di alas menunjukkan kegagalan pengobatan
oleh kasus TB dengan dahak positif yang mempunyai strain dari segi bakteriologis pada akhir bulan pengobatan ke-6.
hasil TB yang sensitif penuh terhadap INH dan SM, regresi Di lain pihak, penggunaan paduan obat jangka panjang
horisontal kedudukan imunologis golongan sudah terjadi pada HS/ 11H2S2 oleh golongan kasus TB dengan dahak positif dan
akhir bulan pengobatan ke-1, kesembuhan imunologis sudah mempunyai strain hasil TB yang resisten primer terhadap INH
diperoleh pada akhir bulan pengobatan ke-3 dan dipertahankan dan/ atau SM, sebagian besar resisten terhadap INH melulu,
pada akhir bulan pengobatan ke-6. Terdapat perbedaan X yang tidak mampu menurunkan indurasi rata-rata reaksi tuberkulin
statistis jelas bermakna antara bulan pengobatan ke-0 dengan secara statistis bermakna sampai pada akhir bulan pengobatan
baik bulan pengobatan ke-1 (p <0,01), bulan pengobatan ke-3 ke-6 (Tabel 2a) dan tidak mampu pula meningkatkan PM
(p <0,01) maupun bulan pengobatan ke-6 (p <0,01). Tidak sampai pada akhir bulan peagobatan ke-6 (Tabel 2b). Namun
terdapat perbedaan PM yang statistis bermakna (p > 0,05) regresi horisontal pada spektrum kedudukan imunologis
antara bulan pengobatan ke-0 dengan baik bulan pengobatan penyakit tuberkulosis sudah terjadi pada akhir bulan
ke-I, bulan pengobatan ke-3 maupun bulan pengobatan ke-6 pengobatan ke-1 (Tabel 2a). Sebagian golongan kasus TB
(Tabel la dan lb). Peningkatan PM pada akhir bulan tersebut di atas menunjukkan kegagalan pengobatan dari segi
pengobatan ke-6 bahkan melampaui titik pertengahan (mid- bakteriologis pada akhir bulan pengobatan ke-6.
point) pada spektrum kedudukan imunologis penyakit Jadi, penggunaan paduan obat jangka panjang HS/11H2S2
tuberkulosis (Gambar 3b).
oleh kasus-kasus TB dengan dahak positif yang mempunyai (Gambar 4a). Perbedaan X yang bermakna secara statistis (p <
strain hasil TB yang resisten primer terhadap INH dan/atau SM, 0,01) antara bulan pengobatan ke-0 dan akhir bulan pengobatan
sebagian besar resisten terhadap INH melulu, tidak mampu ke-6 tetap bermakna secara statistis (p < 0,01) pada akhir bulan
menghasilkan kesembuhan imunologis pada akhir bulan peng- pengobatan ke-9. Di samping itu, perbedaan PM yang statistis
obatan ke-6 (Gambar 3b). tidak bermakna (p > 0,05) antara bulan pengobatan ke-0 dan
Paduan obat jangka pendek HR/5-8H2R2 digunakan oleh akhir bulan pengobatan ke-6 menjadi statistis bermakna (p <
golongan seluruh kasus-kasus TB dengan dahak positif (gol. A- 0,05) pada akhir bulan pengobatan ke-9. Penemuan tersebut me-
B1) telah mampu menurunkan X secara statistis jelas bermakna nunjukkan bahwa paduan obat anti-TB melanjutkan perbaikan
(p < 0,01) sudah pada bulan pengobatan ke-1 dan imunitas protektif apabila digunakan lebih lama dari 6 bulan.
dipertahankan pada akhir bulan pengobatan ke-6 (Tabel 3a). Imunitas protektif yang lebih tinggi berkemampuan lebih tinggi
Di samping itu telah terjadi peningkatan PM dari 34% pada untuk mencegah terjadinya kekambuhan bakteriologis sesudah
bulan pengobatan ke-0 menjadi 43% pada akhir bulan penghentian pengobatan yang berhasil.
pengobatan ke-1, selanjutnya menjadi 42% pada akhir bulan Gambar 4a. Golongan keseluruhan yang memperoleh HR/8H2R2 Penilai-
pengobatan ke-3 dan kemudian menjadi 44% pada akhir bulan an sampai bulan ke-9.
pengobatan ke-6. Tambahan PM (∆PM) terjadi paling banyak
pada akhir bulan pengobatan ke-1 , yaitu 9% (Tabel 3b).
Penemuan tersebut di atas berani bahwa pada penggunaan
paduan obat jangka pendek HR/5-8H2R2 oleh golongan kasus TB
dengan dahak positif tanpa pemeriksaan kepekaan strain hasil
terhadap obat-obat yang digunakan, telah membangkitkan
regresi horisontal pada spektrum kedudukan imunologis pe-
nyakit tuberkulosis sudah pada akhir bulan pengobatan ke-l dan Penggunaan paduan obat jangka panjang HS/11H2S2 oleh
telah terjadi kesembuhan imunologis pada akhir bulan ke-1 pula golongan keseluruhan kasus TB dengan dahak positif tanpa
(Tabel 3a). pemeriksaan kepekaan hasil terhadap obat-obat yang digunakan
Di lain pihak, paduan obatjangka panjang HS/11H2S2 pada telah mampu menghasilkan regresi horisontal pada spektrum
golongan keseluruhan kasus-kasus TB dengan dahak positif (gol. kedudukan imunologis penyakit tuberkulosis sudah pada akhir
C3) tidak mampu menurunkan X secara bermakna (Tabel 3a) bulan pengobatan ke-1,. namun pada akhir bulan pengobatan
sampai pada akhir bulan pengobatan ke-6 walaupun regresi hori- ke-6 belum diperoleh kesembuhan imunologis karena paduan
sontal pada spektrum kedudukan imunologis penyakit tuberkulo- obat yang dimaksud belum mampu menurunkan X secara sta-
sis sudah terjadi pada akhir bulan pengobatan ke-1 (Tabel 3a). tistis bermakna (p > 0,05) pada akhir bulan pengobatan ke-6
Di samping itu, terjadi peningkatan PM dari 39% pada bulan (label 4a). Perpanjangan kurun waktu pengobatan dengan
pengobatan ke-0 menjadi 44% (∆PM = 5%) pada akhir bulan paduan obat yang dimaksud selama 6 bulan sesudah akhir bulan
pengobatan ke-6; tidak terdapat perbedaan PM yang statistis pengobatan ke-6 menurunkan X dari 16,6 mm pada akhir bulan
bermakna (p>0,05) antara bulan pengobatan ke-0 dengan baik pengobatan ke-6 menjadi 16,5 mm (∆X = 0,1 mm) pada akhir
akhir bulan pengobatan ke-I, akhir bulan pengobatan ke-3 bulan pengobatan ke-9 dan menurun lagi menjadi 16,0 mm
maupun akhir bulan pengobatan ke-6 (Tabel 3b). Dengan lain (∆X=0,5 mm) pada akhir bulan pengobatan ke-12. Perbedaan X
perkataan, paduan obatjangka panjang HS/11H2S2digunakan yang statistis tidak bermakna (p > 0,05) antara bulan pengobat-
oleh golongan keseluruhan kasus-kasus TB dengan dahak an ke-0 dan akhir bulan pengobatan ke-6 menjadi statistis ber-
positif tanpa pemeriksaan kepekaan strain hasil TB terhadap makna (p<0,01) pada akhir bulan pengobatan ke-12 (Tabel 4a).
obat-obat yang digunakan, tidak mampu menghasilkan Di samping itu, perpanjangan kurun waktu pengobatan dengan
kesembuhan imunologis sampai akhir bulan pengobatan ke-6. paduan obat yang dimaksud selama 6 bulan sesudah akhir bulan
Penilaian pada akhir kurun waktu pengobatan menunjukkan pengobatan ke-6 meningkatkan PM dari 44% pada akhir bulan
bahwa penggunaan paduan obat jangka pendek HR/8H2R2 oleh pengobatan ke-6 menjadi 49% pada akhir bulan pengobatan
golongan keseluruhan kasus TB dengan dahak positif tanpa ke-12 (Tabel 4b). Dengan lain perkataan, perbaikan kedudukan
pemeriksaan kepekaan hasil terhadap obat-obat yang digunakan, imunologis sudah sampai pada posisi titik-tengah pada spektrum
telah menyebabkan regresi horisontal sudah pada akhir bulan kedudukan imunologis penyakit tuberkulosis (Gambar 4b).
pengobatan ke-1, kesembuhan imunologis sudah pada akhir
bulan pengobatan ke-1 dan perbaikan kedudukan imunologis Gambar 4b. Golongan keseluruhan yang memperoleh HS/11H2R2 Pe-
nilaian sampai bulan ke-12.
yang mendekati posisi titik-tengah pada spektrum kedudukan
imunologis pada akhir bulan ke-6. Perpanjangan kurun waktu
pengobatan selama 3 bulan sesudah bulan pengobatan ke-6,
menjadikan X menurun lebih lanjut dari 16,1 mm pada akhir
bulan pengobatan ke-6 menjadi 15,4 mm pada akhir bulan peng-
obatan ke-9 (∆X=0,7 mm). Di samping itu, PM telah meningkat
lebih lanjut dari 45% pada akhir bulan pengobatan ke-6 menjadi
54% (∆PM = 9%) pada akhir bulan pengobatan ke-9 (Tabel 4b)
ABSTRACT
.
Extra Joss , a health drink is claimed by the manufacturer to be able to improve
endurance performance and also eliminate tiredness. To prove the claim, a randomized
double blind placebo controlled clinical trial (cross over design) was carried out on 61
male workers.Thirty minutes after the workers drank Extra Joss or Placebo, Pauli Test
and Run Test were conducted.
This study reveals that Extra Joss increased the "total score" and "true score" of
Pauli Test by 21.79% (p<0,001) and 22.23% (p<0,007) respectively; and the Run Test
by 31.23% (p<0,00I).
Conclusion : Extra Joss® can improve endurance performance, either muscle or
intellectual work
ABSTRAK
Untuk membuktikan efektifitas suatu minuman kesehatan (Extra Joss®) dalam
memperbaiki kinerja ketahanan kerja/endurance performance, pada 61 orang percobaan
dilakukan penelitian dengan disain Randomized Double Blind Placebo Controlled
Clinical Trial, cross over design. Tiga puluh menit setelah minum Extra Joss® atau
Plasebo, dilakukan uji Pauli (kerja otak dan otot) dan Uji Lari (kerja otot).
Pada penelitian ini Extra Joss ternyata meningkatkan hasil Uji Pauli, yaitu
peningkatan skor total sebesar 21,79% (p<0,001) dan skor yang benar sebesar 22,33%
(p<0,001). Pada Uji Lari, Extra Joss meningkatkan jarak tempuh 31,23% (p<0,001).
Berdasarkan hasil tersebut disimpulkan bahwa Extra Joss dapat memperbaiki kinerja
ketahanan kerja, baik kerja otot maupun kerja otak.
Dr I Wayan Suartika
Puskesmas Bualemo, Banggai, Sulawesi Tengah
8. C 4. B
7. C 3. B
10. B 6. B 2. C
9. C 5. A 1. B JAWABAN :