You are on page 1of 10

Secara garis besar teknik-teknik pengukuran waktu kerja dibagi atas dua kelompok, yaitu: 1.

Pengukuran waktu kerja secara langsung. Pengukuran kerja secara langsung maksudnya adalah metode pengukuran yang langsung dilakukan di tempat pekerjaan yang hendak diukur dan pada saat pekerjaan tersebut berjalan. Pengukuran waktu kerja secara langsung dapat dilakukan dengan cara jam henti (stopwatch) dan sampling kerja (work sampling). a. Pengukuran waktu kerja dengan ham henti (stopwatch time study) Pengukuran waktu kerja dengan jam henti diperkenalkan pertama kali oleh Friedrick W. Taylor sekitar abad 19. Metode ini terutama diaplikasikan untuk pekerjaan yang berlangsung tingkat dan berulang-ulang (repetitive). Aktivitas pengukuran kerja dengan jam henti (stopwatch) umumnya diaplikasikan pada industri manufaktur yang memiliki karakteristik kerja yang berulang-ulang. Terspesifikasi jelas dan menghasilkan output yang relatif sama. Kriteria-kriteria pengukuran jam henti adalah: 1. Pekerjaan tersebut harus dilaksanakan secara repetitive dan uniform. 2. Isi/macam pekerjaan harus homogen. 3. Hasil kerja (output) harus dapat dihitung secara nyata (kuantitatif) baik secara keseluruhan ataupun untuk setiap elemen kerja yang berlangsung. 4. Pekerjaan tersebut cukup banyak dilaksanakan dan teratur sifatnya sehingga akan memadai untuk diukur dan dihitung waktu lakunya. Prosedur pengukuran waktu kerja dengan jam henti: 1. Penetapan tujuan pengukuran. Tujtuan pengukuran dilaksanakan untuk mengidentifikasi untuk apa hasil pengukuran (dalam hal ini waktu baku) tersebut akan digunakan / dimanfaatkan dalam kaitannya dengan proses produksi. 2. Persiapan awal pengukuran waktu kerja. Tujuan aktivitas ini adalah waktu baku yang harus dicapai oleh seorang pekerja menyelesaikan pekerjaannya. Diantaranya penetapan metode pekerjaan, material, kecepatan, kerja mesin, proses produksi dan kondisi-kondisi lainnya.

3.

Pengadaan kebutuhan alat-alat pengukuran kerja. Peralatan yang dibutuhkan adalah jam henti (stopwatch), papan penamatan (time study board), lembar pengamatan, alat tulis serta kalkulator.

4. 5.

Memilih operator yang memenuhi persyaratan pengukuran. Pembagian operasi menjadi elemen-elemen kerja. Ada tiga aturan untuk membagi operasi kerja ke dalam elemen kerja: a. Elemen kerja dapat dibuat sedetail dan sependek mungkin tetapi masih mudah untuk diatur waktunya dengan teliti. b. Handing time seperti loading and unloading harus dipisahkan dari maching time. c. Elemen kerja yang konstan harus dipisahkan dengan elemen kerja yang variabel.

6. 7. 8. 9.

Pengukuran dari pencatatn waktu kerja. Analisa/tes keseragaman data. Penyesuaian waktu dengan rating performance kerja. Penetapan faktor penyesuaian dan faktor keloggaran.

10. Menghitung waktu baku. b. Pengukuran kerja dengan metode sampling kerja (work sampling). Sampling atau work sampling, relation delay study, atau randorn observation adalah teknik untuk mengadakan sejumlah pengamatan terhadap aktivitas kerja mesin, proses atau pekerja. Teknikin sampling kerja ini pertama kali digunakan oleh L.H.C Tippeh dalam aktivitas penelitiannya di industri tekstil. Metode sampling jauh lebih efisien dibandingkan jam henti karena informasi yang didapatkan dengan waktu yang singkat dan biaya murah atau tidak terlalu besar. Hal ini disebabkan karena pengamatan objek tidak perlu dilakukan dengan cara menyeluruh (populasi) melainkan cukup menggunakan contoh yang diambil secara acak dari populasi tersebut.

2. Pengukuran waktu kerja dengan metode tidak langsung.

Pengukuran dengan cara tidak langsung melakukan perhitungan waktu kerja tanpa pengamat harus berada ditempat kerja yang diukur. Aktivitas perhitungan waktu kerja dengan membaca table-tabel waktu yang tersedia. Jenis-jenis pengukuran waktu kerja denganmetode tidak langsung sebagai berikut: a. Pengukuran dengan metode standar data formula. Penetapan waktu baku dengan metode standar data (data waktu baru) sangat sederhana sekali dan lebih mudah (cepat dilaksanakan). Pengumpulan data waktu cukup sekali saja dilaksanakan dan selanjutnya dapat digunakan untuk berbagai macam kegiatan selanjutnya. Dengan menggunakan metode standar data atau mengurangi aktivitas-aktivitas pengukuran kerja tertentu, memperapat proses yang diperlukan untuk menetapkan waktu baku dan cenderung memberikan ketelitian dan konsistensi terhadap data waktu baku yang dibutuhkan untuk penyelesaian pekerjaan. Hal diatas cenderung diaplikasikan untuk elemen kegiatan yang konstan seperti kegiatan set-up, loading atau unloading, handling machine,dll. Untuk elemen kegiatan yang tidak konstan (variabel) seperti halnya kegiatan permesinan, maka waktu permesinan atau operating time dapat melalui proses pengukuran kerja langsung dengan menghitungnya lewat rumus-rumus (formula standar).

b. Pengukuran kerja dengan metode analisis regresi. Metode pengukuran kerja dengan rumus (formula) klasik yang dikembangkan melalui rumus standar sering kali sangat bermanfaat dalam kasus yang elemen kerjanya tidak berupa variabel-variabel sama yang telah didefenisikan dalam formulasi yang distandarkan. Untuk menyederhanakan hal ini, maka pendekatan dengan menggunakan model analisa regresi dapat diaplikasikan yaitu bilamana sejumlah data waktu dapat diperoleh melalui beberapa eksperimen dan dikaitkan dengan satu atau beberapa variabel.

c. Penetapan waktu baku dengan data waktu gerakan (Preditermined motion time system).

Predetermined time system terdiri dari suatu kumpulan data waktu dan prosedur sistematik dengan menganalisa dan membagi-bagi setiap operasi kerja (manual) yang dilaksanakan oleh operator ke dalam gerakan-gerakan kerja, gerakan-gerakan anggota tubuh (body movement) ataupun elemen-elemen gerakan yang manual lainnya dan menetapkan nilai waktu masing-masing berdasarkan waktu yang ada. Berikut adalah metode penentuan waktu baku dengan cara data waktu gerakan: 1. Analisa waktu gerakan (motion time analysis). 2. Waktu gerakan baku (motion time standart). 3. Waktu gerakan dimensi (dimension motion time). 4. Faktor-faktor kerja (work factors). Sistem kerja work factors system merupakan metode paling awal dan luas untuk diaplikasikan sistem ini memungkinkan untuk menetapkan waktu pekerjaan manual dengan menggunakan data waktu gerakan. Langkah pertama adalah membuat analisa detail, dan tetap langkah kerja berdasarkan variabel dasar pelaksanaan kerja dan menggunakan data faktor sebagai unit pengukurnya. Langkah selanjutnya menetapkan waktu baku yang tepat. 5. Pengukuran waktu metode methods time measurement (MTM). Pengukuran ini adalah sistem penetapan awal waktu baku yang dikembangkan berdasarkan study gambar gerakan-gerakan kerja dari suatu operasi kerja industri yang direkam dalam film.

A. Langkah-Langkah atau Prosedur Sampling Pekerjaan

1. Menetapkan tujuan pengukuran, yaitu

untuk apa sampling dilakukan, yang akan

menentukan besarnya tingkat ketelitian dan keyakinan. 2. Melakukan sampling pendahuluan. Pada tahap ini dilakukan waktu-waktu pengamatan secara acak dengan menggunakan tabel bilangan acak. 3. Memisahkan pekerjaan pada sistem kerja yang diteliti menjadi elemen-elemen kerja. 4. Melakukan pengukuran waktu. 5. Menguji keragaman data.

Dimana:

dan

Dengan : pi : presentase produktif dari hari ke-i K : jumlah hari pengamatan

6. Menghitung jumlah kunjungan yang diperlukan untuk tingkat ketelitian 5% dan tingkat keyakinan 95%. Jumlah pengamatan yang diperlukan adalah: , p : presentase dari seluruh pengamatan yang telah dilakukan.

7. Melakukan perhitungan waktu baku.

B. Faktor Penyesuaian dan Kelonggaran

1. Faktor Penyesuaian (Performance Raring).

Faktor penyesuaian (Performance Rating) adalah suatu teknik untuk menyetarakan penentuan waktu yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan oleh operator yang bekerja secara normal setelah waktu kerja diperoleh dari pengukuran. Harga dari faktor rating ini adalah sebagai berikut: a. Apabila operator bekerja terlalu cepat diatas batas bawah kewajaran (normal), maka rating factor ini akan lebih real dari satu (P > 100%). b. Apabila operator bekerja terlalu lambat dibawah batas bawah kewajaran (normal), maka rating factor ini akan lebih real dari satu (P < 100%). c. Apabila operator bekerja secara normal, maka rating factor sama dengan satu (P + 100%). Hal ini berlaku untuk kondisi kerja dimana operasi dilaksanakan sepenuhnya oleh mesin.

Ada beberapa cara/metode yagn digunakan untuk menetukan faktor penyesuaian, yaitu sebagai berikut: a. Metode Wastinghouse Pada metode ini memperkenalkan empat faktor penyesuaian yaitu: a) Keterampilan (Skill) Keterampilan/Skill didefinisikan sebagai kecakapan dalam mengerjakan metode yang diberikan dan lebih lanjut berhubungan dengan pengalaman, ditujukan dengan koordinasi yang baik antara pikiran dan tangan. b) Usaha (Effort) Usaha/Effort didefinisikan suatu hal yang menunjukkan kemampuan bekerja yang efektif dari seseorang. c) Kondisi (Condition) Kondisi/Condition didefinisikan sebagai prosedur performance rating yang berakibat pada operator dan bukan kepada operasi. Kondisi ini meliputi fisik lingkungan kerja seperti keadaan pencahayaan, temperature/suhu dan tingkat kebisingan ruangan. d) Konsistensi (Consistency) Faktor ini sangat perlu diperhatikan karena pada kondisi kenyataan setiap pengukuran tidak pernah mencatat semua angka yang sama, waktu penyelesaian yang ditujukan pekerja

selalu berubah-ubah dari satu siklus ke siklus yang lainnya. Konsistensi ini dikaterogikan perfect apabila waktu penyelesaian adalah tetap pada setiap saat pengamatan.

2. Penetapan Waktu Longgar (Allowance Time) Penetapan Allowance sangatlah diperlukan untuk melakukan antisipasi waktu pada keadaan seorang pekerja/operator dalam kondisi tidak bekerja. Kelonggaran yang dibutuhkan operator dapat diklasifikasikan menjadi berikut ini: a. Kelonggaran waktu untuk kebutuhkan personal (Personal Allowance) Pada dasarnya setiap pekerja haruslah diberikan kelonggaran waktu untuk keperluan yang bersifat kebutuhan pribadi (personal needs). Jumlah waktu longgar untuk kebutuhan personil dapat ditetapkan dengan jalan melakukan aktivitas time study sehari kerja penuh atau dengan metode sampling kerja. Yang dimaksud dengan kebutuhan pribadi adalah minuman sekedar penghilang haus, ke kamar kecil, bercakap-cakap dengan teman bekerja untuk menghilangkan ketegangan atau kejenuhan dalam bekerja. b. Kelonggaran waktu untuk melepas (Fatique Allowance). Kelelahan fisik manusia bisa disebabkan oleh beberapa penyebab diantaranya adalah kerja yang membutuhkan pikiran banyak (lelah mental) dan kerja fisik. Disini, waktu yang dibutuhkan untuk keperluan istirahat sangat diperlukan dan bergantung pada individu yang bersangkutan. Interval waktu dan siklus kerja penuh. Kondisi lingkungan dan lainnya. Misalnya kelelahan bekerja dari ruang hampa/kurang sirkulasi udara membutuhkan waktu untuk menarik nafas secara perlahan hingga napas menjadi teratur.

1. Waktu Siklus Waktu siklus adalah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan satu unit produk. Waktu siklus yang diperlukan untuk melaksanakan elemen-elemen kerja pada umumnya sedikit berbeda dari siklus ke siklus kerja sekalipun operator bekerja dalam keadaan normal dan seragam. Setiap elemen dalam siklus berbeda tidak selalu bisa diselesaikan dalam waktu yang sama.

Waktu siklus dihitung dengan menggunakan rumus :

Ket : Ws X N : Waktu Siklus : Waktu pengamatan : Jumlah pengamatan kerja

2. Waktu Normal Waktu normal adalah waktu penyelesaian pekerjaan yang diselesaikan oleh pekerja dalam kondisi wajar dan kemampuan rata-rata. Dimana untuk menormalkan kecepatan kerja operator maka waktu siklus harus diberi faktor penyesuaian. Rumus waktu normal :

3. Waktu Standar Waktu standar adalah waktu yang dibutuhkan secara wajar oleh pekerja normal untuk menyelesaikan pekerjaan yang dikerjakan dalam sistem kerja yang terbaik saat itu. Waktu standar didapatkan dari waktu normal faktor kelonggaran. Kelonggaran ini biasanya dipertimbangkan untuk kebutuhan pribadi,untuk menghilangkan kelelahan (fatique) dan untuk keterlambatan. Rumus waktu standar :

Sejarah Sampling Kerja

Work sampling pertama kali digunakan oleh L.H.C. TIPPET dalam industry tekstil di Inggris, dan diperkenalkan ke negara ini dengan nama penundaan rasio pada tahun1940 . Work sampling adalah alat pencari fakta. Dalam banyak kasus diperlukan informasi tentang manusia atau mesin yang dapat diperoleh dalam waktu cepat dan dengan biaya yang lebih

rendah. Dengan metode ini cara yang digunakan lebih efektif dan efisien dibandingkan dengan cara yang lain.

Sampling kerja atau biasa disebut sebagai Work Sampling adalah salah satu teknik untuk mengadakan sejumlah dasar pengamatan terhadap aktifitas kerja dari mesin, proses atau pekerja/ operator. Pengukuran waktu secara random (work sampling) mempunyai berbagai kegunaan, antara lain : 1. Menentukan jadwal dan perencanaan kerja yang memberikan kondisi yang optimal bagi pekerja dalam melaksanakan tugasnya. 2. Menentukan efektifitas mesin, jumlah mesin yang dapat ditangani oleh satu operator, dan juga sebagai alat bantu dalam menyeimbangkan suatu lini perakitan dan pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan menggunakan konveyor. 3. Menetukan waktu baku yang digunakan bagi pekerja-pekerja tidak langsung. 4. Memperkirakan kelonggaran suatu pekerjaan. 5. Mengetahui distribusi pemakain waktu sepanjang waktu kerja oleh pekerja. Kelompok kerja.

Metode Persentase Pada metode ini faktor penyesuaian sepenuhnya ditentukan oleh pengukur melalui pengamatannya selama melakukan pengamatan. Jadi, sesuai dengan pengukuran pengamat menentukan harga P yang menurutnya akan

menghasilkan waktu normal bila harga ini dikalikan dengan waktu siklus. Cara ini merupakan cara yang paling sederhana maka segera pula terlihat terdapat kekurangan ketelitian sebagai akibat dari kasarnya penelititan.

Metode Schumand Pada cara ini, dimana memberikan patokan-patokan penilaian melalui kelaskelas performance kerja dimana setiap kelas mempunyai nilai sendiri-sendiri. Kelas-kelas tersebut seperti menurut kelas super fast +, fast, fast -, excellent, dst.

Metode Objektif Pada metode ini memperhatikan dua faktor, kecepatan kerja dan tingkat kesulitan pekerjaan yang dipandang secara bersama dapat menentukan harga P untuk mendapatkan waktu normal. Disini pengukur melakukan penilaian keseluruhan yaitu menilai semua faktor yang dianggap berpengaruh sekaligus (Sutalaksana, 1979).

1. Perancangan Sistem Kerja adalah suatu ilmu yang mempelajari prinsip-prinsip dan teknik-teknik untuk mendapatkan suatu rancangan sistem kerja yang terbaik. 2. Ergonomi berasal dari kata-kata dalam bahasa Yunani yaitu Ergos yang berarti kerja dan Nomos
yang berarti ilmu, sehingga secara harfiah dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dengan pekerjaannya.

3. Sistem kerja
Sistem merupakan susunan antara tata kerja dengan prosedur yang menjadi satu sehingga membentuk suatu pola tertentu dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas, biasanya terhadap suatu standar atau satuan pengukuran. Waktu adalah lama berlangsungnya suatu kejadian.
Pengukuran waktu kerja adalah usaha untuk menentukan lama kerja yang dibutuhkan seorang operator terlatih dan qualified dalam menyelesaikan suatu pekerjaan yang spesifik pada tingkat kecepatan kerja yang normal dalam lingkungan kerja yang terbaik pada saat itu.

4. 5. 6.

Aplikasi Work Sampling dalam Industri, antara lain : 1. Penetapan Waktu Baku

Mengetahui prosentase antara aktivitas dan idle. Menetapkan waktu baku. 2. Penetapan Waktu Tunggu

Menekan aktivitas idle sampai prosentase yang terkecil, yaitu dengan memperbaiki metode kerja dan alokasi pembebanan mesin atau manusia secara tepat. 3. Disiplin Kerja

Dapat meningkatkan disiplin kerja karena Work Sampling dilakukan sacara random.

You might also like