You are on page 1of 68

2005

http://www.kalbefarma.com/cdk
International Standard Serial Number: 0125 – 913X

149.
Kesehatan Jiwa
Daftar isi :
2005 2. Editorial
http. www.kalbefarma.com/cdk
4. English Summary
ISSN : 0125 –913X

Artikel
5. Kesehatan Jiwa (Mental Health) di Kehidupan Modern – Kusumanto
Setyonegoro
8. Diagnosis dan Penatalaksanaan Depresi Pascastroke – Nurmiati Amir
14. Gangguan Fungsi atau Perilaku Seksual dan Penanggulangannya –
LS.Chandra
19. Antidepresan Pemicu Disfungsi Seksual – Myrna Yustina
Faces of emotion.
21. Penanganan Psikologik pada Obesitas – Sylvia D. Elvira
24. Diagnosis dan Penatalaksanaan Gangguan Asperger – Theresia Kaunang
32. Aspek Klinik dan Farmakoterapi Anak dengan Gangguan Pemusatan
149 Perhatian / Hiperaktivitas – Yusuf Alam Romadhon
Kesehatan Jiwa
38. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Penyalahgunaan NAPZA
(Narkotika, Psikotropika & Zat Adiktif) di Kalangan Siswa SMU –
Raharni, Max J. Herman
44. Pengaruh Pendedahan Morfin terhadap Perilaku Masa Prasapih Mencit
Keterangan gambar : (Mus musculus) Swiss-Webster – Dewi Peti Virgianti,Hana Apsari
Faces of emotion. www.altavista.com Pawestri
49. Konsep Sehat, Sakit dan Penyakit dalam Konteks Sosial Budaya – Sunanti
Z. Soejoeti

53. Respon Terapi Tamoxifen pada Kanker Payudara Lanjut Lokal dengan
Reseptor Estrogen, Reseptor Progesteron dan Mr 29.000 Positif – Azamris
57. L-Ornitin-L-Aspartat (LOLA) Menghindari Blebbing akibat Keracunan E-
tanol pada Hepatosit – Nelson Simanungkalit Pospos
60. Beberapa Temuan yang tak lazim (aneh) selama Bekerja Meneliti Susunan
Kimia Batu Ginjal – Oen Liang Hie

62. Produk Baru


63. Kegiatan Ilmiah
65. Abstrak
66. Indeks Karangan tahun 2005
68. RPPIK
EDITORIAL
Dalam kehidupan modern ini makin banyak masalah yang me-
merlukan adaptasi, yang mekanismenya mungkin masih sama dengan
mekanisme adaptasi manusia di zaman purbakala berupa fight or flight
mechanism; yang tidak lagi selalu cocok dengan situasi masyarakat
saat ini. Hal tersebut akan menambah stres dan menimbulkan berbagai
reaksi tubuh/fisik.
Selain itu perkembangan farmakoterapi psikiatrik telah jauh ber-
kembang, meninggalkan bentuk terapi fisik seperti ECT, sesuai dengan
perkembangan teori biologik/neurotransmiter; di lain pihak peng-
gunaan zat tertentu justru menyebabkan gangguan psikiatrik.
Hal-hal tersebut akan dibahas dalam terbitan Cermin Dunia
Kedokteran edisi ini, sehingga dapat menambah wawasan bahwa
kelainan psikiatrik/psikologik tidaklah semata-mata gangguan psikotik/
skizofrenik saja.
Akhirnya, di edisi terakhir tahun 2005 ini redaksi mengucapkan
Selamat Hari Raya Idul Fitri, Selamat Hari Natal dan Tahun Baru
2006, semoga tahun mendatang kurang menyebabkan stres bagi
sejawat sekalian.

Redaksi

2 Cermin Dunia Kedokteran No. 149, 2005


2005

International Standard Serial Number: 0125 - 913X

KETUA PENGARAH REDAKSI KEHORMATAN


Prof. Dr. Oen L.H. MSc
PEMIMPIN UMUM - Prof. DR. Sumarmo Poorwo Soedarmo - Prof. Dr. R Budhi Darmojo
Dr. Erik Tapan Staf Ahli Menteri Kesehatan Guru Besar Ilmu Penyakit Dalam
Departemen Kesehatan RI Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
KETUA PENYUNTING Jakarta Semarang
Dr. Budi Riyanto W.

- Prof. Drg. Siti Wuryan A Prayitno, SKM, - Prof. DR. Hendro Kusnoto, Drg, SpOrt.
PELAKSANA
MScD, PhD. Laboratorium Ortodonti
- Sriwidodo WS. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti
Bagian Periodontologi, Fakultas Kedokteran Gigi
TATA USAHA Universitas Indonesia, Jakarta Jakarta
- Dodi Sumarna
- E. Nurtirtayasa

ALAMAT REDAKSI - DR. Arini Setiawati


Majalah Cermin Dunia Kedokteran, Gedung Enseval Bagian Farmakologi
Jl. Letjen. Suprapto Kav. 4, Cempaka Putih, Jakarta Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
10510, P.O. Box 3117 JKT. Tlp. 021 - 4208171 Jakarta
E-mail : cdk@kalbe.co.id
http: //www.kalbefarma.com/cdk

NOMOR IJIN
151/SK/DITJEN PPG/STT/1976 DEWAN REDAKSI
Tanggal 3 Juli 1976
PENERBIT
Grup PT. Kalbe Farma Tbk. - Dr. Boenjamin Setiawan Ph.D - Prof. Dr. Sjahbanar Soebianto
Zahir MSc.
PENCETAK
PT. Temprint http://www.kalbefarma.com/cdk

PETUNJUK UNTUK PENULIS


Cermin Dunia Kedokteran menerima naskah yang membahas berbagai pemunculannya dalam naskah dan disertai keterangan yang jelas. Bila terpisah
aspek kesehatan, kedokteran dan farmasi, juga hasil penelitian di bidang- dalam lembar lain, hendaknya ditandai untuk menghindari kemungkinan ter-
bidang tersebut. tukar. Kepustakaan diberi nomor urut sesuai dengan pemunculannya dalam
Naskah yang dikirimkan kepada Redaksi adalah naskah yang khusus untuk naskah; disusun menurut ketentuan dalam Cummulated Index Medicus dan/
diterbitkan oleh Cermin Dunia Kedokteran; bila pernah dibahas atau dibacakan atau Uniform Requirement for Manuscripts Submitted to Biomedical Journals
dalam suatu pertemuan ilmiah, hendaknya diberi keterangan mengenai nama, (Ann Intern Med 1979; 90 : 95-9).
tempat dan saat berlangsungnya pertemuan tersebut. Contoh :
Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau Inggris; bila menggunakan 1. Basmajian JV, Kirby RL.Medical Rehabilitation. 1st ed. Baltimore, London:
bahasa Indonesia, hendaknya mengikuti kaidah-kaidah bahasa Indonesia yang William and Wilkins, 1984; Hal 174-9.
berlaku. Istilah medis sedapat mungkin menggunakan istilah bahasa Indonesia 2. Weinstein L, Swartz MN. Pathogenetic properties of invading micro-
yang baku, atau diberi padanannya dalam bahasa Indonesia. Redaksi berhak organisms. Dalam: Sodeman WA Jr. Sodeman WA, eds. Pathologic physio-
mengubah susunan bahasa tanpa mengubah isinya. Setiap naskah harus disertai logy: Mechanism of diseases. Philadelphia: WB Saunders, 1974;457-72.
dengan abstrak dalam bahasa Indonesia. Untuk memudahkan para pembaca 3. Sri Oemijati. Masalah dalam pemberantasan filariasis di Indonesia. Cermin
yang tidak berbahasa Indonesia lebih baik jika disertai juga dengan abstrak Dunia Kedokt. 1990; 64: 7-10.
dalam bahasa Inggris. Jika tidak ada, Redaksi berhak membuat sendiri abstrak Bila pengarang enam orang atau kurang, sebutkan semua; bila tujuh atau lebih,
berbahasa Inggris untuk karangan tersebut. sebutkan hanya tiga yang pertama dan tambahkan dkk.
Naskah diketik dengan spasi ganda di atas kertas putih berukuran kuarto/ Naskah dikirimkan ke alamat : Redaksi Cermin Dunia Kedokteran, Gedung
folio, satu muka, dengan menyisakan cukup ruangan di kanan kirinya, lebih Enseval, Jl. Letjen Suprapto Kav. 4, Cempaka Putih, Jakarta 10510 P.O.
disukai bila panjangnya kira-kira 6 - 10 halaman kuarto disertai/atau dalam Box 3117 JKT. Tlp. (021) 4208171. E-mail : cdk@kalbe.co.id
bentuk disket program MS Word. Nama (para) pengarang ditulis lengkap, Pengarang yang naskahnya telah disetujui untuk diterbitkan, akan diberitahu
disertai keterangan lembaga/fakultas/institut tempat bekerjanya. Tabel/skema/ secara tertulis.
grafik/ilustrasi yang melengkapi naskah dibuat sejelas-jelasnya dengan tinta Naskah yang tidak dapat diterbitkan hanya dikembalikan bila disertai
hitam agar dapat langsung direproduksi, diberi nomor sesuai dengan urutan dengan amplop beralamat (pengarang) lengkap dengan perangko yang cukup.

Tulisan dalam majalah ini merupakan pandangan/pendapat masing-masing penulis dan


tidak selalu merupakan pandangan atau kebijakan instansi/lembaga/bagian tempat kerja
si penulis.
English Summary
MENTAL HEALTH IN MODERN LIFE FACTORS RELATED TO DRUG ABUSE EFFECTS OF MORPHINE EXPOSURE
AMONG PUBLIC HIGH SCHOOL ON BEHAVIOR AMONG SWISS-
Kusumanto Setyonegoro STUDENTS IN BEKASI, WEST JAVA, WEBSTER MICE
INDONESIA
Professor in Psychiatry, Dewi Peti Virgianti, Hana Apsari
Darmawangsa Hospital, Jakarta, Raharni, Max J. Herman Pawestri*
Indonesia Pharmacies Research and Deve-
lopment Center, Department of Biologist, Faculty of Mathe-
Modern living may generate Health, Jakarta, Indonesia matics and Physical Sciences,
many frustrations felt as intense Padjadjaran University, Bandung
individual stress. It may be caused This study was done to obtain Indonesia
by - among others: information on factors related to *Disease Eradication Research
1. Personal failure or inferiority drugs (narcotics, psychotropics and Development Center, De-
feeling and addictive subtances) abuse partment of Health, Jakarta,
2. Personal losses : human life as among public high school (SMU Indonesia
well as material losses Negeri) students in Bekasi.
3. Unfavorable personal compa- The study population of this This research on pregnant
risons cross-section study was 386 high Swiss-Webster mice was done to
4. Personal limitations : physical, school students in Bekasi, chosen study the effects of morphine
intellectual or intelligence through multistage sampling pro- exposure on behaviour in pre-
5. Personal feelings of guilt cedure. Chi Square test for biva- weaning period and bodyweight
These conflicts of modern life riate analysis and prediction mo- of the offsprings.
can be severe and the individual del of multiple logistic regression Morphine at dose of 9,8
may need advice and help from for multivariate analysis was used. mg/kgbw/day;5,6 mg/kg bw/day;
professionals. The prevalence of drug abuse 2,8 mg/kg bw/day; and aquabi-
Trained mental health profession- was 16,8%. Variables found to be dest as control was injected
als can render such help through: significantly associated with drug subcutaneously on seventh until
1. Consultations(eg- in outpatient abuse in bivariate analysis were twelfth day of pregnancy. The
service of mental health faci- personal characteristics (gender, behavior of the offsprings was
lities ) age, knowledge, attitude), envi- tested using the Neurobehavioral
2. Hospitalization for short term ronmental factors (mother occu- Battery Test.
intensive treatment. pation, family harmony, smoking There is difference (p<0,05)
3. Medications with modern psy- habit in the family, peer, leisure in reflex test and motor reflex test
chopharmaceuticals activities). Gender was the most at 9,8 mg/kg bw/day and 5,6
predominant variable. mg/kg bw/day dose. Weight gain
Cermin Dunia Kedokt.2005;149 : 5 -7
Prevention program among is also significantly different
kso (p<0,05) at 9,8 mg/kg bw/day
high school students need to be
immediately applied in collabo- and 5,6 mg/kg bw/day morphine
ration with parents (in extracur- dose.
ricullar activities), Ministry of Health, Morphine exposure caused
Police and Ministry of Justice.It was behavioral disparity among mice
also recommended to conduct in preweaning period.
further researches, to support drug
Cermin Dunia Kedokt. 2005 ;149: 44 - 8
abuse prevention program. dvp, hap
Cermin Dunia Kedokt.2005; 149; 38 - 43
rhi, mjh
( Bersambung Ke Hal 56 )

4 Cermin Dunia Kedokteran No. 149, 2005


Artikel
OPINI

Kesehatan Jiwa(Mental Health) di


Kehidupan Modern
Kusumanto Setyonegoro
Ketua Yayasan Kesehatan Jiwa Dharmawangsa
Guru Besar Ilmu Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

PENDAHULUAN mungkin tidak perlu dirawat, tetapi jelas memerlukan bim-


Dengan kemajuan zaman, problem-problem pribadi dan bingan mental sehingga dapat dikembalikan ke garis kehidupan
sosial dalam kehidupan manusia bukannya berkurang, tetapi yang “lebih normal” dalam waktu yang sesingkat -singkatnya.
sebaliknya, bahkan bertambah sehingga mengganggunya untuk
mencapai kebahagiaan hidup yang diidam-idamkan. Perang MASALAH-MASALAH YANG MENGHAMBAT PE-
(dalam maupun luar negeri), pergolakan ekonomi (inflasi, NYESUAIAN DIRI
dan sebagainya) perilaku anti sosial (perampokan, Perilaku tidak hanya tergantung pada dorongan motivasi
penganiayaan, perkosaan, dan sebagainya), ketidak- diri, banyak hambatan dan halangan di sekitar kita baik
serasian penerapan hukum dan peraturan, hidup berkeluarga yang eksternal (luar diri kita) maupun internal (dalam diri
yang bermasalah (percekcokan, perceraian, kekerasan dalam kita). Jika suatu dorongan atau keinginan manusia dihambat
keluarga, hidup bersama tanpa nikah, dan sejenisnya) semuanya atau dihalangi, akan timbul stres. Stres dapat dianggap sebagai
menambah disilusi (kekecewaan yang mendalam), kesulitan suatu keharusan untuk menyesuaikan diri, yang dibebankan
atau ketidakmampuan untuk menegakkan nilai-nilai sosial pada individu. Keadaan, yang merupakan kekuatan atau
kultural dan melaksanakan program yang berorientasi filsafat keharusan untuk menyesuaikan diri, dianggap sebagai stressor
sosial, semuanya secara bertumpuk-tumpuk memicu konflik yang dapat bersifat internal atau eksternal; biasanya tidak hanya
dan stres ( ketegangan yang tidak pernah reda secara spontan). satu stressor saja yang membebani individu tetapi beberapa
Situasi seperti itu mengakibatkan kondisi maladjustment stressor sekaligus.
(keadaan ketidaksesuaian diri dengan lingkungan), yang
dinyatakan secara jasmaniah (seperti kondisi sakit atau kurang JENIS – JENIS STRESSOR
sehat hingga terpaksa tidak masuk bekerja atau bekerja tidak Ada dua jenis stressor yang diketahui, yaitu stressor
efektif ) atau melahirkan perilaku menyimpang; kepribadian biologik dan stressor psikologik, tetapi kebanyakan bersifat
yang “agak aneh” hingga kurang diterima oleh lingkungan psiko-biologik. Infeksi dapat dianggap stressor biologik yang
karena dinilai “kurang wajar”. mengharuskan sistem pertahanan jasmani orang itu me-
Dapat disaksikan orang-orang yang “pusing”,”bingung” nangkalnya. Sama halnya dengan rasa berdosa atau rasa bersalah,
dan “bengong” menghadapi situasi yang menegangkan. Banyak yang merupakan stressor psikologik; stressor demikian meng-
di antara mereka jelas menyatakan dirinya tidak berbahagia, haruskan sistem “Diri-Aku” ( Ego system ) melakukan per-
terpaksa hidup terus walaupun tidak melihat masa depan yang tahanan (defense) agar dapat berfungsi seimbang (normal)
cerah; mereka kehilangan kekuatan mental emosionalnya lagi. Jika tidak berhasil, maka individu itu akan mengalami
untuk hidup tenteram, damai dan sejahtera cukup banyak orang kegoncangan mental. Stres dapat berpengaruh baik pada indi-
yang mengalami dan memperlihatkan penyesuaian diri secara vidu secara tersendiri, maupun pada sejumlah individu secara
pribadi maupun sosial yang “kurang pantas” dan “kurang kelompok, umpamanya stres ekonomi atau stres bencana alam
berkenan” terhadap orang lain. Mereka yang tergolong (tsunami, gunung meletus, banjir dan sebagainya) membebani
berkelakuan tidak efisien atau “kurang wajar” tersebut, baik individu maupun kelompok secara cukup berat.

Cermin Dunia Kedokteran No. 149, 2005 5


SUMBER-SUMBER STRESSOR BERAT STRES
1. Frustrasi Eksternal (Frustrasi = kekecewaan yang Sama halnya dengan beban yang diletakkan di sebuah
mendalam). jembatan, begitu pula dengan beban stres pada seseorang;
Hal ini terjadi bila alam bergolak sangat berat: badai, makin lama stres berlangsung, makin berat stres tersebut dirasakan.
kebakaran, gempa bumi, tsunami, kecelakaan beruntun, ter- Jumlah stres yang berurutan yang dialami seseorang, juga
utama sekali bila disertai kematian mereka yang sangat dicintai menentukan beratnya stres. Bila seseorang sekaligus mengalami
dan dekat dengan yang bersangkutan. Halangan atau stres peristiwa kehilangan pekerjaan, serangan jantung, dan ditinggal
eksternal yang hebat di antaranya perang (atau perang istri, maka jelas stres yang dialaminya lebih berat, dibandingkan
saudara), depresi ekonomi (inflasi, dan sebagainya) per- dengan jika peristiwa-peristiwa itu tidak terjadi bersamaan. Efek
saingan yang terlalu tajam atau ketat, perubahan zaman kumulatif stres dapat menyebabkan seseorang sekonyong-konyong
(umpama dari situasi rural ke urban) yang terlalu cepat, dapat "meledak pecah" sesudah terjadinya suatu stres yang (secara
ketidakstabilan hukum dan keamanan, semuanya meng- sepintas) mungkin ringan saja. Harus difahami bahwa individu
akibatkan frustrasi. dalam memandang suatu situasi tidak hanya mengenai faktanya
Juga dapat berupa perlakuan hukum tertentu karena saja, tetapi juga bagaimana dia menilai situasi vang baru itu
dianggap melanggar UU atau Peraturan Negara. Penyimpang- berdasarkan kemampuan diri untuk mengatasinva. Hal-hal
an seperti pencurian, korupsi, agresi terhadap orang lain, dan tersebut sangat penting untuk memahami kondisi sakit jiwa
sebagainya, semuanya dapat rnengakibatkan hukuman (yang (mental illness).
lebih lanjut mengakibatkan kehilangan status sosial, kehilang-
an pekerjaan, masuk penjara, dan sebagainya), yang semuanya REAKSI HOLISTIK (=MENYELURUH) MANUSIA DI
mencetuskan frustrasi yang sangat mendalam. Juga ketidak BIDANG KESEHATAN JIWA
berhasilan memenuhi tugas pekerjaan, pendidikan dan lain-lain Pada dasarnya, reaksi manusia terhadap stres pada dasar-
dapat mengakibatkan frustrasi. nya bersifat menyerang (attack), menarik diri (withdrawal)
atau kesepakatan berdamai (compromise). Masing-masing
2. Frustrasi Internal reaksi itu dapat terjadi secara terbuka (overt) atau tersamar
Berbagai keterbatasan pribadi juga menimbulkan (covert). Individu dapat menurunkan taraf aspirasinya
frustrasi: kendala fisik (physical handicaps), kurangnya (hasrat atau cita-cita) saat menghadapi kegagalan, atau
inteligensi dan konsentrasi, persaingan daya tarik, dan meningkatkan upayanya untuk mencapai tujuan. Segala reaksi
sebagainya dapat mengurangi keberhasilan dan mengakibatkan tersebut adalah upaya untuk mengimbangi problem se-
frustrasi. Sejumlah frustrasi berasal dari hambatan psikologik demikian rupa sehingga dapat mencapai atau memper-
karena pertimbangan etika (atau susila kepantasan) dan tahankan suatu keseimbangan psikobiososial untuk me-
realitas, misalnya masalah perkawinan. Bila halangan atau menuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya .
pertimbangan etika dikesampingkan, mungkin timbul rasa dosa
dan rasa salah diri yang berkepanjangan. Sering kali manusia REAKSI PENYESUAIAN DIRI (ADAPTIF) SECARA
melakukan hal-hal yang ia sendiri mungkin tidak mem- LANGSUNG
benarkan, sehingga menimbulkan rasa tidak senang dan Sikap menyerang (attack), menarik diri (withdrawal)
frustrasi. dan sepakat berdamai (compromise) merupakan tindakan-
tindakan yang dapat dianggap langsung (direct) untuk
POLA STRES SELALU MERUPAKAN MASALAH menghadapi stres, dengan berbuat sesuatu sehingga situasi
PRIBADI aslinya dapat di “lunak”kan (modify) atau di “ubah” (change).
Tiap individu mempunyai pola tertentu penyesuaian Reaksi menyerang (attack), reaksi agresi (mendobrak atau
diri yang sangat unik (khas). Usia, jenis kelamin, menyerang) atau reaksi bermusuhan (hostile) dimaksud untuk
kedudukan atau jabatan, status ekonomi dan hal-hal lain yang menghapus atau mengatasi halangan mencapai kepuasan.
terikat pada pribadinya, semuanya turut menentukan. Seorang Banyak organisme bertindak agresif saat menjumpai halangan;
anak akan menghadapi suatu stres dengan pola yang berlainan yang paling sering ialah tindakan memperkuat emosi yang
dari seorang dewasa. Seorang pejabat memiliki pola penang- menjelma menjadi sikap permusuhan. Tetapi. hanya sejumlah
gulangan stres yang berlainan dengan seorang tukang batu. kecil situasi stres saja yang dapat diatasi dengan cara demikian.
Ditambah pula, pola penyesuaian itu dapat berubah selama Jika serangan langsung tidak berhasil, dan frustrasi tetap
perjalanan waktu. Peristiwa dalam kehidupan seperti kerugian berlangsung, maka frustrasi, rasa tidak senang dan rasa sakit
finansiil, kecelakaan besar, kematian dalam keluarga dekat, hati dapat dihubungkan dengan berbagai pribadi atau objek
semuanya mampu mengubah pola stres ditambah dengan tertentu. Mereka itu kemudian dapat dijadikan sasaran dan sebab
faktor usia, tujuan-tujuan jangka panjang manusia dapat dari frustrasi dan blokade yang dialaminya.
turut mengubah pola tersebut. Dengan demikian, maka reaksi agresif (yang semula hanya
Tetapi, yang paling penting ialah bagaimana manusia bersifat aktivitas yang bertambah dan serangan langsung)
itu sendiri menilai pola stresnya dan evaluasinya. Perlu diper- kemudian diperkuat menjadi rasa benci. Sikap yang semula
timbangkan, bahwa situasi eksternal yang dialami dan hanya berupa keinginan menyerang dapat ditambah dengan
dianggap penting oleh seseorang bagi yang lain mungkin tidak kecenderungan merusak (destroy). Jika individu merasa
ada pengaruhnya sama sekali.

6 Cermin Dunia Kedokteran No. 149, 2005


diperlakukan tidak adil, tidak disukai, atau tidak diberi 3. Pasien dengan kondisi mendesak, atau tak terkendali.
kesempatan maju seperti orang lain (yang dianggap sama Sering mengeluh konsentrasi menurun, fokus pikiran kabur,
dengan dia), maka ia dapat menaikkan tegangan permusuhan, mendengar bisikan suara (halusinasi) dan pikiran-pikiran curiga
yang kemudian menjadi perilaku delinquent (melawan hukum). dan bersifat mengejek atau menganggap dirinya "jahat"
Pencurian, perampokan, perusakan, pembakaran, perilaku (paranoid) dianjurkan segera berkonsultasi dengan psikiater.
seksual yang melawan hukum, dan penyerangan fisik terhadap
orang-orang tertentu seringkali merupakan pola perilaku
pembangkang (defiant behavior).

REAKSI PENYESUAIAN DIRI SECARA TIDAK


BAGAIMANA SEBAIKNYA MENGHADAPI PASIEN DENGAN
LANGSUNG
Jika individu tidak melakukan reaksi penyesuaian secara KELUHAN KESEHATAN JIWA YANG TERGANGGU
( baik anak,remaja,dewasa,usia lanjut / lansia )
langsung, maka ia akan menempuh jalan tidak langsung. Ia
dapat melarikan diri (flight) atau menarik diri (withdrawal)
atau mengurung diri dalam kondisi ketakutan (fear atau Pasien (dengan kesehatan jiwa yang relatif sehat),

STRESS RELATIF
anxiety). Dalam kondisi itu, individu akan berkurang dapat bekerja dan berusaha seperti biasa, tetapi

RINGAN
mengalami problem hidup dan penghidupan (problems
efektivitas dan efisiensi hidupnya, banyak upaya dan of life and living). Mereka dapat menyelesaikan
pekerjaannya tidak sesuai dengan yang diharapkan, seolah-olah problem itu sendiri atau dengan orang lain yang dekat
sia-sia belaka. Individu tersebut makin lama makin hidup dengannya untuk mencapai solusi. Mereka dapat
dalam dunia fantasinya dan jika tidak ditangani secara meminta nasihat counsellor.
profesional dapat terjerumus dalam keadaan sakit jiwa (mental
illness).
Pada umumnya individu yang terganggu kesehatan Pasien-pasien dengan problem hidup dan
kehidupan mendesak, memerlukan segera konseling

PSIKOSOMATIK -
STRESS SEDANG
jiwanya terbagi dalam : pada ahli yang terlatih secara ilmiah: clinical

NEUROSIS
1. Pasien-pasien dengan jiwa yang relatif sehat (dapat psychologist, professional mental health nurse,social
bekerja dan berusaha seperti biasa) tetapi mengalami worker, dan ahli sosial lain. Sering mereka langsung
berbagai problem hidup yang kadang-kadang minta bantuan atau pertolongan psikiater (swasta atau
pemerintah) sesuai dengan keinginannya sendiri,
memerlukan orang lain (suami, isteri atau orang • counsellor non-psikiater tidak pernah memberi obat
tua/saudara) untuk mencapai penyelesaian (solusi) • counsellor psikiater dapat meresepkan obat
yang sebaik-baiknya. Mereka dapat meminta nasihat
(counseling) pada seorang profesional: psikiater,
psychologist, educator, social worker, certified nurse dan Pasien dengan kondisi mendesak, atau “tak
STRESS BERAT

profesional lain. Dianjurkan tidak menghubungi ahli terkendali” sering mengeluh konsentrasi menurun ,
(Psikosis)

nujum, dukun magician, dan sejenis karena penge- fokus pikiran kabur, mendengar bisikan (halusinasi)
dan pikiran-pikiran kecurigaan atau menganggap
tahuannya tidak didasarkan atas asas-asas ilmiah modern. dirinya “jahat” (paranoid). Sering mereka sedang atau
2. Pasien neurosis khronis, psikosomatis khronis dan pasien sudah berobat ke dokter atau rumah sakit lain. Mereka
neuropsikiatrik perlu diobati oleh psikiater atau dokter ini dianjurkan segera berkonsultasi dengan psikiater
nonpsikiater yang berpengalaman. dan dirawat.

Cermin Dunia Kedokteran No. 149, 2005 7


TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Diagnosis dan Penatalaksanaan


Depresi Pascastroke
Nurmiati Amir
Bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia /
Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta

ABSTRAK

Depresi merupakan suatu sindrom yang ditandai dengan sejumlah gejala klinik yang
manifestasinya bisa berbeda pada masing-masing individu. Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorders (DSM-IV) merupakan salah satu instrumen yang digunakan untuk menegakkan
diagnosis depresi.
Gejala depresi terdiri dari penurunan mud (mood), gangguan kognitif, vegetatif, retardasi
psikomotor. Ada beberapa bentuk depresi yaitu gangguan depresi mayor (unipolar, bipolar),
gangguan mud spesifik lainnya, gangguan depresi akibat kondisi medik umum atau akibat zat, dan
gangguan penyesuaian dengan mud depresi. Sampai saat ini, penyebab pasti gangguan depresi belum
diketahui. Ada beberapa faktor yang berkrontribusi yaitu faktor stresor psikososial, genetik,
kepribadian, dan biologik.
Pada stroke, gangguan depresi merupakan gangguan emosi yang paling sering ditemukan.
Sekitar 15%-25% pasien stroke dalam komunitas menderita depresi, sedangkan pasien stroke yang
dirawat di rumah sakit, sekitar 30%-40% menderita depresi.
Ada beberapa jenis penatalaksanaan depresi; medikasi, psikoterapi, kombinasi keduanya,
Terapi Kejang Listrik (TKL), terapi cahaya, atau gabungan terapi cahaya dan medikasi. Mengingat
ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan depresi, penatalaksanaan yang komprehensif sangat
diperlukan.

PENDAHULUAN lebih sering pada laki-laki, terutama lelaki usia muda dan usia
Depresi merupakan suatu sindrom yang ditandai dengan tua. Penyebab depresi secara pasti, belum diketahui. Faktor-
sejumlah gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda pada faktor yang diduga berperan yaitu peristiwa-peritiwa kehidupan
masing-masing individu. Diagnostic and Statistical Manual of yang bersifat stresor (problem keuangan, perkawinan, pe-
Mental Disorders (DSM)-IV merupakan salah satu instrumen kerjaan, penyakit, dan lain-lain), faktor kepribadian, genetik,
yang digunakan untuk menegakkan diagnosis depresi. Jika dan biologik lain seperti gangguan hormon, keseimbangan
manifestasi depresi muncul dalam bentuk keluhan yang ber- neurotransmiter biogenik amin, dan imunologik(2).
kaitan dengan mud (mood) (seperti murung, sedih, rasa putus Pada stroke, depresi merupakan gangguan emosi yang
asa), diagnosis depresi dapat dengan mudah ditegakkan; tetapi paling sering ditemukan. Sekitar 15%-25% pasien stroke dalam
jika gejala depresi muncul dalam keluhan psikomotor atau komunitas menderita depresi. sedangkan yang sedang dirawat
somatik seperti malas bekerja, lamban, lesu, nyeri ulu hati, di rumah sakit, sekitar 30%-40% menderita depresi.(3) Ganggu-
sakit kepala terus-menerus, adanya depresi yang melatar- an depresi dapat menurunkan kualitas hidup penderitanya. Ia
belakanginya sering tidak terdiagnosis. Ada masalah-masalah dapat pula mecetuskan, memperlambat penyembuhan atau
lain yang juga dapat menutupi diagnosis depresi misalnya memperberat penyakit fisik. Selain itu, depresi dapat pula
pasien menyalahgunakan alkohol atau obat untuk mengatasi meningkatkan beban ekonomi.
depresi, atau muncul dalam bentuk gangguan perilaku(1). Depresi perlu diidentifikasi secara dini makin dini penata-
Gangguan depresi sering ditemui. Prevalensi selama laksanaan makin baik prognosisnya. Ada beberapa jenis
kehidupan, pada wanita 10%-25% dan pada laki-laki 5%-12%. penatalaksanaan depresi psikofarmaka, psikoterapi, kombinasi
Sekitar 15% penderita depresi melakukan usaha bunuh diri. keduanya, Terapi Kejang Listrik (TKL), terapi cahaya, atau
Walaupun depresi lebih sering pada wanita, kejadian bunuh diri gabungan terapi cahaya dan psikofarmaka. Mengingat ada

8 Cermin Dunia Kedokteran No. 149, 2005


beberapa faktor penyebab depresi, penatalaksanaan yang dirawat di rumah sakit, sekitar 30%-40% menderita depresi
komprehensif sangat diperlukan. baik mayor ataupun minor(6).
Fenomenologi simptom depresi fungsional hampir sama
GEJALA DEPRESI dengan simptom DPS. Sekitar 50% pasien yang memenuhi
Gambaran emosi kriteria diagnostik untuk DPS melaporkan adanya kesedihan,
- Mud depresi, sedih atau murung kecemasan, ketegangan, kehilangan minat, terbangun dini hari,
- Iritabilitas, anksietas hilangnya nafsu makan dan penurunan berat badan, sulit
- Ikatan emosi berkurang konsentrasi dan berpikir,serta pikiran-pikiran tentang kematian.
- Menarik diri dari hubungan interpersonal Meskipun penyebab pasti DPS belum diketahui, sejumlah
- Preokupasi dengan kematian peneliti menyatakan bahwa lokasi lesi di otak memegang
- Ide-ide bunuh diri atau bunuh diri peranan penting. Penelitian terhadap penderita stroke dengan
Gambaran kognitif lesi hemisfer kiri, mendapatkan hubungan terbalik antara
- Mengeritik diri sendiri, perasaan tak berharga, rasa ber- beratnya depresi dengan jarak antara batas anterior lesi dengan
salah kutub frontal(8).
- Pesimis, tak ada harapan, putus asa
- Bingung, konsentrasi buruk PREVALENSI
- Tak pasti dan ragu-ragau Sekitar 26% pasien pascastroke menderita depresi mayor
- Berbagai obsesi dan 20% depresi tipe distimik. Sekitar 40%-50% pasien dapat
- Keluhan somatik menderita depresi dalam beberapa bulan pertama setelah
- Gangguan memori stroke(9). Studi prospektif (dua tahun) yang dilakukan terhadap
- Ide-ide mirip waham pasien stroke mendapatkan 26% pasien mengalami depresi
Gambaran Vegetatif mayor dan 20% depresi minor ketika dievaluasi di rumah sakit.
- Lesu dan tak ada tenaga Pasien yang mengalami depresi mayor ketika di dalam rumah
- Tak bisa tidur atau banyak tidur sakit, setelah satu atau dua tahun sembuh sempurna; sedangkan
- Tak mau makan atau banyak makan prognosis pasien dengan depresi minor kurang baik, hanya
- Penurunan berat badan atau penambahan berat badan 30% yang sembuh setelah dua tahun pasca stroke. Sekitar 30%
- Libido terganggu yang tidak mengalami depresi selama perawatan di rumah sakit
- Variasi diurnal menjadi depresi setelah dua tahun pasca stroke. Durasi depresi
Psikomotor mayor secara alamiah berlangsung sekitar satu tahun sedang-
- Retardasi psikomotor kan durasi depresi minor lebih lama; pada beberapa kasus
- Agitasi psikomotor berlangsung lebih dari dua tahun sehingga memenuhi kriteria
gangguan distimik(10).
TANDA-TANDA DEPRESI Dua faktor yang telah diidentifikasi dapat mempengaruhi
- Tidak atau lambat bergerak perjalanan alamiah DPS yaitu:
- Wajah sedih dan selalu berlinang air mata 1. Terapi dengan antidepresan
- Kulit dan mulut kering 2. Lokasi lesi
- Konstipasi Berdasarkan lokasi, frekuensi kesembuhan depresi pada
pasien dengan lesi subkorteks dan serebelum lebih tinggi bila
KlASIFIKASI DEPRESI MENURUT DSM-IV dibandingkan dengan pasien yang lesinya di korteks.
1. Gangguan depresi mayor – unipolar dan bipolar. Impairment dalam aktivitas kehidupan sehari-hari juga berbeda
2. Gangguan mood spesifik lainnya bermakna. Depresi bukanlah penyakit yang sifatnya sementara
- Gangguan distimik – depresi minor. tetapi berlangsung lama. Durasi untuk depresi mayor adalah
- Gangguan siklotimik – depresi dan hipomanik saat ini atau satu tahun sedangkan untuk depresi minor sekitar dua tahun.
baru saja berlalu (secara terus menerus selama 2 tahun).
- Ganguan depresi atipik LESI KORTEKS DAN SUBKORTEKS
- Depresi postpartum Dari penelitian terhadap pasien pascastroke didapatkan
- Depresi menurut musim bahwa sekitar 44% pasien dengan lesi di korteks kiri
3. Gangguan depresi akibat kondisi medik umum dan mengalami depresi sedangkan pada pasien dengan lesi di
gangguan depresi akibat zat subkorteks kiri 39%. Depresi pada lesi di korteks kanan 11%
4. Gangguan penyesuaian dengan mood depresi; depresi dan di subkorteks kanan 14%. Tidak terdapat perbedaan kejadi-
disebabkan oleh stresor psikososial. an depresi yang bermakna antara lesi di korteks dengan
subkorteks.Tetapi prevalensi depresi lebih tinggi secara
DEPRESI PASCASTROKE (DPS) bermakna pada lesi di hemisfer kiri dibandingkan dengan lesi
Gangguan depresi merupakan gangguan emosi yang paling di hemisfer kanan(11).
sering dikaitkan dengan stroke. Sekitar 15%-25% pasien stroke Bila dilihat lebih jauh, pasien dengan lesi korteks frontal
dalam komunitas menderita depresi. sedangkan yang sedang kiri anterior lebih sering mengalami depresi jika dibandingkan
dengan pasien dengan lesi korteks frontal kiri posterior.

Cermin Dunia Kedokteran No. 149, 2005 9


Dengan perkataan lain, depresi akan lebih berat jika lesi lebih menimbulkan depresi dan depresi dapat mempengaruhi berat-
dekat ke kutub frontal. Depresi lebih sering pada pasien dengan nya hendaya fungsi sehari-hari. Pasien stroke yang tidak
lesi di hemisfer anterior kiri daripada lesi hemisfer anterior depresi tidak menunjukkan perubahan fungsi sehari-hari
kanan. Lesi di korteks frontal dorsolateral dan lesi ganglia basal bahkan dengan berjalannya waktu fungsi kehidupan sedikit
kiri menimbulkan depresi mayor yang lebih sering dan lebih lebih meningkat. Depresi berpengaruh terhadap penyembuhan
berat dibandingkan dengan lesi di tempat lain. yaitu memperlambat penyembuhan fisik(1).

LESI SIRKULASI SEREBRI MEDIA DAN POSTERIOR DEPRESI DAN HENDAYA KOGNITIF
Suatu penelitian dilakukan terhadap 37 pasien dengan lesi Pasien stroke dengan depresi mengalami defisit intelektual
sirkulasi serebri posterior dibandingkan dengan 42 pasien dengan mengobati depresi, defisit intelektualnya membaik.
dengan lesi sirkulasi serebri media. Lesi sirkulasi serebri Hendaya kognitif (penurunan skor Mini Mental State
posterior dibagi lagi menjadi hemisfer temporo-oksipital dan Examination - MMSE), lebih berat pada pasien dengan lesi
lesi batang otak/serebelum. Depresi mayor/minor terjadi pada hemisfer kiri yang mengalami depresi mayor daripada pasien
48% pasien dengan lesi sirkulasi serebri media dan pada 35% dengan lesi yang sama tetapi tidak mengalami depresi
pasien dengan lesi batang otak/serebelum. Setelah enam bulan, sedangkan pada pasien dengan lesi hemisfer kanan tidak
frekuensi depresi 82% pada pasien dengan lesi sirkulasi serebri terlihat adanya perbedaan penurunan fungsi kognitif antara
media dan 20% pada sirkulasi serebri posterior; setelah 1-2 kelompok yang depresi dengan nondepresi. Dengan perkataan
tahun, frekuensi depresi adalah 68% dan 0%. Perjalanan lain, depresi mayor yang dikaitkan dengan stroke hemisfer kiri
depresi di regio batang otak/serebelum lebih pendek. Penemuan terlihat menimbulkan hendaya kognitif yang bermakna.
ini menunjukkan bahwa mekanisme depresi akibat lesi di arteri
serebri media berbeda dengan lesi di batang otak/serebelum. DEPRESI DAN AFASIA
Hal ini karena lesi di batang otak biasanya kecil dan tidak Sekitar 53% pasien afasia mengalami depresi. Penemuan
begitu merusak jaras biogenik amin yang berperan penting ini hampir sama dengan frekuensi depresi mayor atau minor di
dalam memodulasi emosi. antara pasien stroke nonafasia. Frekuensi depresi lebih tinggi
pada pasien afasia motorik daripada afasia global (71%:44%)
LESI HEMISFER KANAN Peneliti lain juga melaporkan bahwa depresi pada pasien afasia
Suatu penelitian terhadap 54 pasien stroke (diagnosis motorik lebih tinggi daripada global (63%:16%)(14). Tingginya
dengan CT-scan) melaporkan bahwa 66% pasien dengan frekuensi depresi pada pasien afasia motorik disebabkan oleh
depresi mayor dan 63% dengan depresi minor mempunyai lesi tingginya kesadaran mereka akan hendaya mereka. Selain itu,
di massa putih (white matter) lobus parietal. Riwayat psikiatrik lesi yang menimbulkan afasia motorik juga menimbulkan
dalam keluarga pasien dengan lesi hemisfer kanan yang depresi. Menegakkan diagnosis depresi pada pasien dengan
menderita depresi, lebih tinggi secara bermakna bila dibanding- defisit pemahaman yang berat agak sulit. Diagnosis dapat
kan dengan pasien dengan lesi di hemisfer kanan yang tidak dibuat berdasarkan perilaku yang dapat diobservasi seperti
depresi(12). kurang tidur, menolak makan, gelisah, agitasi, atau retardasi,
dan adanya pemeriksaan DST positif.(15)
FAKTOR RISIKO PREMORBID DAN DEPRESI
Meskipun lesi anterior kiri dan posterior kanan ber- MEKANISME TERJADINYA DPS
hubungan dengan depresi pascastroke, tidak semua pasien Penyebab pasti belum diketahui. Ada dugaan DPS
dengan lesi ini menjadi depresi. Pasien depresi lebih sering disebabkan oleh disfungsi biogenik amin. Badan sel serotoni-
mempunyai riwayat keluarga atau pribadi menderita depresi nergik dan noradrenergik terletak di batang otak dan ia
dibandingkan dengan pasien nondepresi; lokasi bukanlah faktor mengirim proyeksinya melalui bundel forebrain media ke
tunggal dalam terjadinya depresi pascastroke. Adanya atrofi korteks frontal. Lesi yang mengganggu korteks prefrontal atau
subkorteks, riwayat keluarga dan pribadi menderita depresi ganglia basalis dapat merusak serabut-serabut ini. Ada dugaan
sebelum stroke merupakan faktor yang berperan dalam DPS disebabkan oleh deplesi serotonin dan norepinefrin akibat
terjadinya depresi pascastroke(13). lesi frontal dan ganglia basalis(16). Respons biokimia terhadap
Pasien dengan lesi hemisfer kanan yang berkembang lesi iskemik bersifat lateralisasi. Lesi hemisfer kiri menyebab-
menjadi depresi mayor setelah stroke mempunyai riwayat kan penurunan biogenik amin tanpa adanya kompensasi pe-
keluarga menderita gangguan psikiatrik lebih tinggi dibanding- ninggian regulasi serotonin akibatnya, gejala depresi dapat
kan dengan yang tidak depresi. Ini menunjukkan bahwa faktor muncul. Sebaliknya lesi hemisfer kanan menyebabkan pe-
genetik juga ikut berperan dalam terjadinya depresi ninggian regulasi serotonin (karena mekanisme kompensasi)
pascastroke(12). yang bersifat protektif terhadap depresi.

HUBUNGAN DENGAN HENDAYA (IMPAIRMENT) TEORI PSIKOBIOLOGIK


FISIK Teori psikoanalitik
Penelitian yang menggunakan instrumen ADL untuk Menurut Freud pasien depresi menderita kehilangan
menilai hendaya fungsi sehari-hari penderita pascastroke nyata atau imajiner atas obyek cinta yang bersifat ambivalen.
melaporkan adanya hubungan antara depresi dengan hendaya Pasien bereaksi dengan kemarahan yang kemudian diarahkan
fisik atau hendaya fungsi sehari-hari. Hendaya fungsi dapat

10 Cermin Dunia Kedokteran No. 149, 2005


kepada diri sendiri, dan ini menyebabkan penurunan harga diri Bagaimanapun, keadaan ini dapat menunjukkan bahwa faktor
dan terjadi depresi. biologi memegang peranan pada beberapa pasien depresi selain
Teori kognitif menyebutkan suatu “tritunggal kognitif” tentang lingkungan yang juga berperan penting, karena 25% pasien
distorsi persepsi yaitu : dengan kondisi medik serius dan yang menderita stres psiko-
a. Interpretasi negatif seseorang tentang pengalaman sosial berat akan menderita depresi mayor (1).
hidupnya. Penelitian dengan PET dan fMRI untuk mengetahui lokasi
b. Menyebabkan devaluasi dirinya, gangguan ini di SSP memberi harapan. Depresi mayor diduga
c. Yang akhirnya menyebabkan depresi. berkaitan dengan penurunan aktivitas korteks prefrontal
Teori biologik memfokuskan pada abnormalitas norepinefrin lateralis terutama sisi kiri, kaudatus, putamen, dan mungkin
(NE) dan serotonin (5-HT) serta dopamin (D). Hipotesis juga amigdala(1,8).
katekolamin menyatakan bahwa depresi disebabkan oleh
rendahnya kadar NE otak dan dopamin. Walaupun demikian, PENATALAKSANAAN DEPRESI
pada beberapa pasien kadar MHPG (metabolit utama NE) tetap Perlu pemeriksaan medik dan psikiatrik untuk menyisih-
rendah. Hipotesis indolamin menyatakan bahwa rendahnya 5- kan depresi sekunder. Tanyakan tentang gambaran-gambaran
HT otak (atau metabolit utama, 5-HIAA) dapat menyebabkan vegetatif dan evaluasi potensi untuk bunuh diri.
depresi. Mekanisme kerja antidepresan yang diketahui, men- Apakah pasien :
dukung teori ini trisiklik memblok ambilan NE dan 5-HT dan a. Mengalami ketidakmampuan akibat gangguan ini.
menghambat oksidasi NE oleh monoamin oksidase inhibitor. b. Mempunyai lingkungan rumah yang destruktif atau
Depresi juga dihubungkan dengan ketidakseimbangan neuro- dukungan lingkungan yang terbatas.
hormonal. Teori neurofisiologik penelitian terbaru menyatakan c. Mempunyai ide-ide bunuh diri.
bahwa mungkin terdapat hipometabolisme di lobus frontal atau d. Mempunyai penyakit medik terkait yang memerlukan
menyeluruh pada depresi atau beberapa abnormalitas funda- pengobatan atau perawatan.
mental ritmik sirkadian pada pasien depresi. Semua pasien depresi mesti mendapatkan psikoterapi,
beberapa memerlukan tambahan terapi fisik. Jenis terapi ber-
PEMERIKSAAN BIOLOGIK DEPRESI gantung dari diagnosis, berat penyakit, umur pasien, respons
Ada beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk terhadap terapi sebelumnya.
membantu menegakkan diagnosis dan prognosis depresi.
- Dexamethasone suppression test (DST) hasil tes positif bila PSIKOTERAPI
tidak terjadi penekanan plasma kortisol 6-24 jam setelah Psikoterapi yaitu terapi yang digunakan untuk menghilang-
pemberian deksametason oral. kan keluhan-keluhan dan mencegah kambuhnya gangguan
- Peningkatan kortisol serum (30% pasien depresi psikologik atau pola perilaku maladaptif. Terapi ini dilakukan
mengalami hipertrofi adrenal) dengan jalan pembentukan hubungan profesional antara terapis
- Penurunan kadar MHPG (3-methoxy-4 - hydroxyphenylene dengan pasien.
– glycol) urin, suatu hasil katabolit metanorepinefrin dan Psikoterapi untuk DPS dapat diberikan secara individu,
5-HIAA cairan serebrospinal (CSS) yaitu suatu metabolit kelompok, atau pasangan sesuai dengan gangguan psikologik
serotonin pada penderita depresi. yang mendasarinya. Beberapa pasien dan klinisi sangat
- Uji stimulasi TSH (TSH turun dan tidak ada respons TSH meyakini manfaat intervensi psikoterapi tetapi ada pula yang
dan GH terhadap TRH eksogen, menunjukkan depresi sebaliknya yaitu tidak percaya. Berdasarkan hal ini, keputusan
unipolar). untuk melakukan psikoterapi sangat dipengaruhi oleh penilaian
- Rekaman tidur - terdapat gangguan pola tidur : Latensi dokter atau pasiennya.
REM memendek waktu antara masuk tidur dengan mulai Terapi kognitif (TK)
tidur REM (indikator paling baik) sering terbangun, Ada dugaan bahwa penderita depresi adalah orang yang
terbangun dini hari, penurunan tidur NREM peningkatan “belajar menjadi tak berdaya”. Depresi diterapi dengan mem-
densitas REM (frekuensi gerakan bola mata cepat pada berikan pasien latihan ketrampilan dan memberikan pe-
tidur REM). Semua ini mungkin ciri-ciri orang yang rentan ngalaman-pengalaman tentang kesuksesan. Terapi ini bertujuan
untuk depresi. untuk menghilangkan simptom depresi melalui usaha yang
- Uji tantangan stimulansia beberapa pasien depresi mem- sistematis yaitu mengubah cara pikir maladaptif dan otomatik
baik sementara bila diberi 10 mg amfetamin. pada pasien-pasien depresi. Dasar pendekatannya adalah suatu
asumsi bahwa kepercayaan-kepercayaan yang mengalami
Penggunaan klinik rutin uji-uji ini sangat sedikit; yang distorsi tentang diri sendiri, dunia, dan masa depan dapat
paling baik dilihat adalah : menyebabkan depresi. Pasien harus menyadari cara berpikirnya
a. Pola tidur abnormal yang salah. Kemudian ia harus belajar cara merespons cara
b. Kadar TSH dan respons TRH abnormal pikir yang salah tersebut dengan cara yang lebih adaptif. Dari
c. Bila setelah pengobatan DST positif, merupakan indikator perspektif kognitif, pasien dilatih untuk mengenal dan
hasil terapi yang buruk. menghilangkan pikiran-pikiran negatif dan harapan-harapan
Semua uji-uji ini sensitivitas dan spesifikasinya tidak negatif. Cara ini dipraktekkan di luar sesi terapi dan menjadi
cukup baik (terlalu banyak positif palsu dan negatif palsu). modal utama dalam mengubah gejala.

Cermin Dunia Kedokteran No. 149, 2005 11


Terapi ini berlangsung lebih kurang 12-16 sesi dengan tiga diri, berkaitan dengan pengalaman yang memalukan, peng-
fase yaitu: aturan emosi yang buruk, defisit interpersonal akibat tak
1. Fase awal (sesi 1-4) membentuk hubungan terapeutik adekuatnya hubungan dengan keluarga.
dengan pasien. Mengajarkan pasien tentang bentuk
kognitif yang salah dan pengaruhnya terhadap emosi dan Psikoterapi dinamik singkat (brief dynamic psychotherapy)
fisik. Menentukan tujuan dan goal terapi. Mengajarkan Sesinya lebih pendek. Tujuannya menciptakan lingkungan
pasien untuk mengevaluasi pikiran-pikirannya yang yang aman buat pasien. Pasien dapat mengenal materi
otomatis. konfliknya dan dapat mengekspresikannya.
2. Fase pertengahan (sesi 5-12) mengubah secara berangsur-
angsur kepercayaan yang salah. Membantu pasien Terapi kelompok
mengenal akar kepercayaan diri. Pasien diminta mem- Tidak ada bentuk terapi kelompok yang spesifik. Ada
praktekkan ketrampilan berespons terhadap hal-hal yang beberapa keuntungan terapi kelompok.
depresogenik dan memodifikasinya. 1. Biaya lebih murah
3. Fase akhir (sesi 13-16) menyiapkan pasien untuk terminasi 2. Ada destigmatisasi dalam memandang orang lain dengan
dan memprediksi situasi berisiko tinggi yang relevan untuk problem yang sama
kekambuhan dan mengkonsolidasikan pembelajaran me- 3. Memberikan kesempatan untuk memainkan peran dan
lalui tugas-tugas terapi sendiri. mempraktekkan ketrampilan perilaku interpersonal yang
baru
Terapi perilaku 4. Membantu pasien mengaplikasikan ketrampilan baru
Intervensi perilaku terutama efektif untuk pasien yang Terapi kelompok sangat efektif untuk terapi jangka pendek
menarik diri dari lingkungan sosial dan anhedonia. Terapi ini pasien rawat jalan juga lebih efektif untuk depresi ringan.
sering digunakan bersama-sama terapi kognitif. Tujuannya Untuk depresi lebih berat terapi individu lebih efektif.
adalah meningkatkan aktivitas pasien, mengikutkan pasien
dalam tugas-tugas yang dapat meningkatkan perasaan yang Terapi perkawinan
menyenangkan. Problem perkawinan dan keluarga sering menyertai
Fase awal pasien diminta memantau aktivitasnya, menilai depresi dan dapat mempengaruhi penyembuhan fisik. Oleh
derajat kesulitan aktivitasnya, kepuasannya terhadap aktivitas- karena itu, perbaikan hubungan perkawinan merupakan hal
nya. Pasien diminta melakukan sejumlah aktivitas yang me- penting dalam terapi ini.
nyenangkan. Latihan ketrampilan sosial, asertif, dapat me-
ningkatkan hubungan interpersonal dan dapat menurunkan Psikoterapi berorientasi tilikan (insight)
interaksi submisif. Jangka terapi cukup lama, dapat berguna pada pasien
Fase akhir fokus berpindah ke latihan mengontrol diri dan depresi minor kronik tertentu dan beberapa pasien dengan
pemecahan masalah. Diharapkan ilmu yang didapat dalam depresi mayor yang mengalami remisi tetapi mempunyai
terapi dapat digeneralisasi dan dipertahankan dalam lingkungan konflik(17).
pasien sendiri.
Deprivasi tidur parsial
Psikoterapi suportif Bangun mulai di pertengahan malam dan tetap jaga sampai
Psikoterapi ini hampir selalu diindikasikan. Memberikan malam berikutnya, dapat membantu mengurangi gejala-gejala
kehangatan, empati, pengertian dan optimisme. Bantu pasien depresi mayor buat sementara(1).
mengidentifikasi dan mengekspresikan emosinya dan bantu
untuk ventilasi. Mengidentifikasi faktor-faktor presipitasi dan TERAPI BIOLOGIK
membantu mengoreksi. Bantu memecahkan problem eksternal Antidepresan
(misalnya masalah pekerjaan, rumah tangga). Latih pasien Sebagian besar penderita depresi membutuhkan anti-
untuk mengenal tanda-tanda dekompensasi yang akan datang. depresan (70%-80% pasien berespons terhadap antidepresan),
Temui pasien sesering mungkin (mula-mula 1-3 kali per walaupun yang mempresipitasi terjadinya depresi jelas terlihat
minggu) dan secara teratur, tetapi jangan sampai tidak berakhir atau dapat diidentifikasi. Mulailah dengan SSRI atau salah satu
atau selamanya. Kenalilah bahwa beberapa pasien depresi antidepresan terbaru. Jika tak berhasil, pertimbangkan anti-
dapat memprovokasi kemarahan terapis (melalui kemarahan, depresan trisiklik, atau MAOI (terutama pada depresi
hostilitas, tuntutan yang tak masuk akal, dan lain-lain). “atipikal”) atau kombinasi beberapa obat jika obat pertama tak
berhasil. Harus hati-hati dengan efek samping dan harus sadar
Psikoterapi psikodinamik bahwa antidepresan “dapat” mempresipitasi episode manik
Dasar terapi ini adalah teori psikodinamik yaitu kerentanan pada beberapa pasien bipolar (10% dengan TCA, dengan SSRI
psikologik terjadi akibat konflik perkembangan yang tak lebih rendah, tetapi semua konsep tentang “presipitasi manik”
selesai. Terapi ini dilakukan dalam periode jangka panjang. masih diperdebatkan).
Perhatian pada terapi ini adalah defisit psikologik yang Setelah sembuh dari episode depresi pertama, obat
menyeluruh yang diduga mendasari gangguan depresi. Misal- dipertahankan untuk beberapa bulan, kemudian diturunkan.
nya, problem yang berkaitan dengan rasa bersalah, rasa rendah Beberapa pasien membutuhkan obat pemeliharaan jangka

12 Cermin Dunia Kedokteran No. 149, 2005


panjang(1,18). Anti depresan saja (tunggal) tidak dapat mengobati Ada beberapa jenis penatalaksanaan depresi medikasi,
depresi. psikoterapi, kombinasi keduanya, Terapi Kejang Listrik (TKL),
terapi cahaya, atau gabungan terapi cahaya dan medikasi.
Lithium Mengingat ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan
Bermanfaat untuk depresi bipolar akut dan beberapa timbulnya depresi, penatalaksanaan yang komprehensif sangat
depresi unipolar. Ia cukup efektif pada bipolar serta untuk diperlukan.
mempertahankan remisi dan begitu pula pada beberapa pasien
unipolar. KEPUSTAKAAN

Antikonvulsan 1. Akiskin HS. Mood disorder; introduction and overview. Dalam: Sadock
Juga sama baiknya dengan lithium untuk mengobati BJ, Sadock VA (eds.) Kaplan & Sadock’s Comprehensive Textbook of
kondisi akut, meskipun kurang efektif untuk pemeliharaan(1,11). Psychiatry, 7th ed, Philadelphia: Lippincott, Williams & Wilkins, 1999,
Antidepresan dan lithium dapat dimulai bersama-sama dan 1284-98
2. Blazer DG, Kessler RC, McGonagle KA. The prevalence and distribution
lithium diteruskan setelah remisi. of major depression in a national community sample: the National
Pasien psikotik, paranoid atau sangat agitasi membutuhkan Comorbidity Survey. Am J Psychiatr. 1994;151:979-86.
antipsikotik, tunggal atau bersama-sama dengan antidepresan, 3. Fricchione G, el-Chemali Z, Weilburg JB, Murray GB. Neurology and
lithium antipsikotik atipik juga terlihat efektif. Microsurgery. Dalam: Wise MG, Rundell JR, (eds). Textbook of
Consultation-Liaison Psychiatry, Psychiatry in the Medically Ill.
Terapi Kejang Listrik (TKL) American Psychiatric Publ., Inc, Washington DC, London, England, 2nd
ed., 2002; hal. 679-700.
Mungkin merupakan terapi pilihan bila : 4. Nierenberg AA, Alpert JE, Pava J. Course and treatment of atypical
a. Obat tak berhasil depression. J Clin Psychiatr. 1998;59(suppl 18);5-9.
b. Kondisi pasien menuntut remisi segera (misalnya; bunuh 5. Lewy AJ, Bauer VK, Cutler NL. Morning vs evening light treatment of
diri yang akut). patients with winter depression. Arch Gen Psychiatr. 1998;55:890-96.
6. Robinson RG, Starkstein SE. Neuropsychiatric Aspect of Cerebrovascular
c. Pada beberapa depresi psikotik. Disease. Dalam: Kaplan & Sadock’s Comprehensive Textbook of
d. Pada pasien yang tak dapat mentoleransi obat (misalnya Psychiatry, 7th ed, Sadock BJ, Sadock VA, (eds.), Philadelphia,
pasien tua yang berpenyakit jantung). Lebih dari 90% Lippincott, Williams & Wilkins, 1999, 242-50
pasien memberikan respons. 7. Lipsey JR, Spencer WC, Rabin PV. Phenomenological comparison of
postsroke depression and functional depression. Am J Psychiatr. 1986;
143:527-29.
Latihan fisik 8. Kennedy SH, Javanmard M, Vaccarino FJ. A review of functional
Lari dan renang dapat memperbaiki depresi, dengan neuroimaging in mood disorders: positron emission tomography and
mekanisme biologis yang belum dimengerti dengan baik(1). depression. Can J Psychiatr. 1997;42:467-75.
9. Robinson RG, Starr LB, Kubos KL. A two-year longitudinal study
poststroke mood disorder: findings during the initial evaluation. Stroke
KESIMPULAN 1983;14:736-41.
Depresi merupakan suatu sindrom yang ditandai dengan 10. Robinson RG, Bolduc PL, Price TR. Two-year longitudinal study of
sejumlah gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda pada poststroke mood disorder: diagnosis at one and two years. Stroke
masing-masing individu. Diagnostic and Statistical Manual of 1987;18:837-43.
11. Robinson RG, Price TR. Comparison of cortical and subcortical lesions in
Mental Disorders (DSM-IV) merupakan salah satu instrumen the production of poststroke mood disorder. Brain, 1987; 110;1045-59.
yang digunakan untuk menegakkan diagnosis depresi. 12. Soares JC, Mann JJ. The anatomy of mood disorders—review of
Gejala depresi terdiri dari penurunan mood, gangguan structural neuroimaging studies. Biol Psychiatr. 1997;41:86-106.
kognitif, vegetatif, retardasi psikomotor. Ada beberapa bentuk 13. Starkstein SE, Robinson RG, Price TR. Comparison of patients with and
without post-stroke major depression matched for size and location of
depresi yaitu gangguan depresi mayor (unipolar, bipolar), lesion. Arch Gen Psychiatr 1988,45: 247-55.
gangguan mood spesifik lainnya,gangguan depresi akibat 14. Signer S, Cummings JL, Benson DF. Delusion and mood disorders in
kondisi medik umum atau akibat zat, dan gangguan penyesuai- patients with chronic aphasia. J Neuropsychiatr Clin. Neurosciences,
an dengan mood depresi. Sampai saat ini, penyebab pasti 1989;1:40-5.
15. Ross ED, Gordon WA, Hibbart M. The dexamethasone suppression test,
gangguan depresi belum diketahui. Ada beberapa faktor yang post-stroke depression, and the validity of DSM-II-based diagnostic
berkrontribusi yaitu faktor stresor psikososial, genetik, ke- criteria. Am J Psychiatr. 1986;38;1344-30
pribadian, dan biologik. 16. Robinson RG, Strarr LB, Kubos KL. Mood disorders in stroke patients:
Pada stroke, gangguan depresi merupakan gangguan emosi importance of lesion location. Brain 1989;107: 81-93.
17. Jorgensen MB, Dam H, Bolwig TG. The efficacy of psychotherapy in
yang paling sering ditemukan. Sekitar 15%-25% pasien stroke non-bipolar depression: a review. Acta Psychiatr Scand 1998;98:1-13.
dalam komunitas menderita depresi. sedangkan pasien stroke 18. DeRubies RJ, Gelfand LA, Tang TZ. Medications versus cognitive
yang sedang dirawat di rumah sakit, sekitar 30%-40% men- behavior therapy of severely depressed outpatients: meta-analysis of four
derita depresi. randomized comparisons. Am J Psychiatr. 1999;156:1007-13.

A friend’s eye is a good looking-glass

Cermin Dunia Kedokteran No. 149, 2005 13


TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Gangguan Fungsi atau Perilaku


Seksual dan Penanggulangannya
LS. Chandra
Sanatorium Dharmawangsa Jakarta, Indonesia

PENDAHULUAN atau mempertahankan ereksi sampai terselesaikannya


Membicarakan hal ikhwal seksual sering menimbulkan aktivitas seksual. Pada wanita: kegagalan yang menetap
asosiasi pikiran tertentu yang merupakan dampak atau atau berulang, baik sebagian atau secara keseluruhan,
konsekuensi/aspek psikososial perilaku seksual (penyeleweng- untuk memperoleh dan atau mempertahankan respons
an ekstramarital, seks premarital, seks sebelum waktunya dan lubrikasi vasokongesti sampai berakhirnya aktivitas
sebagainya ). seksual.
Di antara pelbagai jenis disfungsi seksual pada pria dan
wanita, yang paling umum adalah kesulitan ereksi (erectile Ada 6 jenis kelainan fungsi seksual (sexual dysfunction):
dysfunction), yaitu pria tidak dapat berereksi (mengalami ereksi 1. Sexual desire disorder
penis) atau bisa ereksi tapi lemah sehingga tidak dapat melaku- - Hypoactive sexual desire
kan coitus secara memadai dan mengakibatkan keluhan pada - Sexual aversion disorder
wanita mitra seksnya. Usaha menyembuhkan gangguan/ - Hyperactive sexual desire
disfungsi ini dapat mengatasi sebagian besar (tidak seluruh) 2. Sexual arousal disorder
masalah yang dihadapi pasangan seks (suami isteri). Salah satu - Erectile disorder (impotence)
alasan menggunakan zat atau bahan/obat untuk fungsi seksual - Frigidity, lack of vaginal lubrication
adalah anggapan bahwa kemampuan/potensi seksual dapat 3. Orgasm disorder
ditingkatkan dengan meminum obat/zat tersebut. Apa yang - Premature,delayed or lack of ejaculation (pria)
dibahas dalam makalah ini mencakup hal ikhwal seks yang - Anorgasmia (orgasmic dysfunction) (wanita)
berlaku segala umur tetapi terutama ditujukan untuk kelompok 4. Sexual pain disorder
individu yang mengalami kesulitan dalam menjalankan fungsi - Vaginismus (wanita)
seksual. - Dispareunia (pria dan wanita)
5. Unspecified Sexual Dysfunction
BATASAN - Orgasmic anhedonia
• Perilaku seksual adalah manifestasi aktivitas seksual - Mastubatory pain
yang mencakup baik hubungan seks (intercourse; coitus; - Autoerotic asphyxiation
cohabitatio) maupun masturbasi. 6. Lain-lain
• Dorongan/Nafsu seksual adalah minat/niat seseorang - Postcoital dysphoria
untuk memulai atau mengadakan hubungan intim (sexual - Nymphomania
relationship). Sekitar 70% disfungsi seksual (tak termasuk erectile
• Kegairahan Seksual (Sexual Excitement) adalah respons dysfunction disorder) disebabkan oleh faktor-faktor kejiwaan
tubuh terhadap rangsangan seksual. Ada dua respons yang (psikologis), terapi terutama berupa psikoterapi dan latihan
mendasar yaitu myotonia (ketegangan otot yang meninggi) behavioral.Obat-obat hanya berperan fasilitatif atau adjunctive,
dan vasocongestion (pengisian pembuluh darah dengan hanya digunakan pada kasus tertentu.
cairan) terutama pada alat kelamin (Belliveau Richter, Organ seks manusia yang terlibat dalam hubungan intim
1970). bukan hanya alat kelamin kedua jenis manusia (penis dan
• Disfungsi (psiko) seksual adalah gangguan respons fungsi vagina); penghayatan erotis melibatkan juga bagian atau organ
seksual. Pada pria : kegagalan yang menetap atau ber- tubuh lain, bahkan yang fungsinya sangat berlainan sekalipun
ulang, sebagian atau keseluruhan, untuk memperoleh dan (anus).

14 Cermin Dunia Kedokteran No. 149, 2005


Rangkaian respons seksual ( Sexual Response Cycle – SRC) sejahtera. Banyak pria dan wanita merasakan kepuasan
Hal-hal yang terjadi saat seseorang mengalami bangkitan / psikologis atau relaksasi tanpa mencapai orgasme yang lain
rangsang seksual (bergairah secara seksual) dan berperilaku merasa kecewa bila tanpa orgasme. Ada banyak variasi perilaku
seksual secara umum melibatkan tahap-tahap sebagai berikut pria dan wanita selama orgasme. Tidak ada yang lebih baik dari
(berlaku untuk segala umur) (Masters & Johnson, 1996): yang lainnya.
• tahap istirahat (tidak terangsang)
• tahap rangsangan (excitement) melibatkan stimuli sensoris PENGARUH OBAT TERHADAP FUNGSI / PERILAKU
• tahap plateau (pendataran) SEKSUAL
• tahap orgasme: melibatkan ejakulasi, kontraksi otot Sudah berabad lamanya orang mencari obat/makanan yang
• tahap resolusi (mencakup pasca orgasme) dapat meningkatkan/menambah/memperbaiki kemampuan atau
Dalam keadaan tidak terangsang, penis dalam keadaan kenikmatan seksualnya (“obat kuat"). Beberapa zat/obat/
flaksid/ kendur, vagina dalam keadaan kering dan kendur juga. makanan telah disebut-sebut memiliki khasiat aphrodisiac
Pada saat minat seksual timbul, karena stimuli/rangsangan disebut sex enhancers tetapi perlu diketahui bahwa penggunaan
psikologis atau fisik, mulailah tahap rangsangan /excitement. saat tertentu dapat justru mengakibatkan berkurangnya ke-
Pada pria maupun wanita ditandai dengan vasokongesti (ber- mampuan bahkan juga kenikmatan seksual, selain efek
tambahnya aliran darah ke genitalia-rongga panggul) dan samping lain. Penelitian-penelitian sampai hari ini belum dapat
myotonia (meningkatnya ketegangan/tonus otot, terutama juga menemukan obat yang dapat meningkatkan kemampuan
di daerah genitalia). Vasokongesti dan myotonia merupakan seksual seseorang, tanpa batas, bekerja pada siapa saja.
isyarat utama tahap excitement dan menyebabkan ereksi penis Penggunaan obat/zat untuk maksud ini tidak hanya pada orang-
pada pria serta basahnya vagina (vaginal sweating) dan ereksi orang dewasa saja tetapi sejalan dengan meluasnya gangguan
clitoris pada wanita (tidak selalu). Proses-proses ini biasanya penggunaan zat, makin banyak dijumpai orang-orang muda,
tidak berada di bawah kontrol kesadaran atau kemauan. remaja yang terlibat dalam eksperimen menggunakan obat-obat
Memikirkan seks tidak selalu menimbulkan ereksi atau untuk menunjang perilaku seksualnya, suatu hal yang
basahnya vagina, begitu juga sebaliknya. Tidak selalu jelas apa sebetulnya tidak wajar atau tidak diperlukan.
yang menyebabkan seseorang menjadi terangsang (bernafsu) Penggunaan obat dalam kaitannya dengan perilaku seksual
secara seksual. Kadang-kadang mudah diketahui seperti manusia dapat terjadi dalam beberapa keadaan. Dalam keadaan
melihat orang yang seksi/cantik/menggairahkan, melakukan normal dapat dijumpai pada pria yang mulai lanjut usia, yang
petting tetapi bisa juga tidak jelas. Apapun yang memulai, fungsi dan kemampuan seksnya telah mulai berkurang/mundur,
kegairahan seksual hanya berlanjut jika stimuli psikologis dan misalnya minum kopi beberapa saat sebelum melakukan
fisik menetap. Jika kegairahan meningkat, orang akan masuk aktivitas seksual dapat membantu meningkatkan kemampuan
tahap plateau vasokongesti dan myotonia mendatar tetapi seksualnya. Demikian juga beberapa zat/bahan lain yang
minat seks tetap tinggi. Fase plateau dapat singkat atau lama mengandung kafein (coklat, kakao). Mereka yang sering gugup
tergantung rangsangan dan dorongan seks individu, latihan bila berhadapan dengan 1awan jenisnya dapat dibantu dengan
sosial dan konstitusi/tubuh orang itu. Sebagian orang meng- obat penenang dalam dosis tertentu, tetapi jika dosis ini
inginkan orgasme secepatnya, yang lain dapat mengendalikan- dilampaui maka yang terjadi justru kemunduran kemampuan.
nya, yang lain lagi menginginkan plateau yang lama sekali. Mereka yang kurang yakin mengenai kemampuan seksual-
Tahap orgasme relatif singkat saja. Ketegangan psikologis nya, merasa rendah diri atau malu, kadang-kadang juga
dan otot dengan cepat meningkat, begitu juga aktivitas tubuh, menggunakan obat atau minuman beralkohol. Seorang wanita
jantung dan pernapasan. Kemudian tiba-tiba terjadi pelepasan yang menyadari perbuatannya adalah terlarang, tetapi tak
/release ketegangan seks, disebut klimaks/orgasme. Orgasme berdaya menolaknya, dapat meminum sejenis pi1 tidur untuk
dapat dicetuskan secara psikologis (dengan fantasi) dan secara membius dirinya sesaat sebelum berkencan, agar tidak
somatik dengan stimulasi bagian tubuh tertentu, yang berbeda merasakan penderitaan (merasa tertekan karena malu)
bagi tiap orang, (biasanya penis, scrotum, testes pada pria dan ketika melakukan hubungan yang terlarang itu. Remaja
clitoris, vagina, uterus pada wanita). Tiap bagian tubuh yang menga1ami hambatan atau penyimpangan dalam per-
manusia dapat merupakan organ sexy. Daerah manapun yang kembangan psikoseksualnya dapat bereksperimentasi dengan
dirangsang, tempat utama kenikmatan adalah di otak, tempat obat-obatan untuk mendapatkan perasaan mantap dalam hal
utama pelepasan adalah panggul. Pada pria orgasme biasanya seksual. Seseorang yang dorongan seksnya terlalu besar
mencakup ejakulasi juga. Pada wanita dan remaja prapuber sehingga sulit dikendalikan kadang-kadang meminta per-
tidak ada ejakulasi. Sesudah orgasme, pria biasanya segera tolongan dokter untuk mendapatkan obat penekan nafsu seks.
memasuki fase resolusi menjadi pasif dan tidak responsif, penis Demikian juga isteri atau suami yang kewalahan melayani
mengalami detumescence, sering pria tertidur dalam fase ini. permintaan teman hidupnya dalam hal seks, mungkin secara
Sebagian wanita juga mengalami seperti ini, tetapi sebagian diam-diam meminta pertolongan dokter atau dukun agar diberi
besar umumnya masih responsif secara seksual, bergairah dan obat pelemah seks untuk partnernya itu. Obat-obat yang
masuk ke dalam fase plateau lagi, orgasme lagi sehingga digunakan bukan hanya yang tergolong dapat merangsang atau
terjadi orgasme multipel. Sesudah orgasme, baik pria maupun menekan seks saja, melainkan juga obat yang sebetulnya untuk
wanita kembali (mengalami resolusi) ke fase istirahat. penyakit jantung misalnya vasodi1atansia atau obat untuk
Keduanya mengalami relaksasi mental dan fisik, merasa infeksi alat kemaluan, atau salep pelicin. Bahaya yang dapat

Cermin Dunia Kedokteran No. 149, 2005 15


timbul selain penyalahgunaan dan atau ketergantungan zat/ 6. Opioid (heroin)
obat, dapat berupa efek samping obat yang dipakai (insomnia, 7. Amfetamin (MDMA, Ecstasy)
gastritis, impotensi, tekanan darah rendah, reaksi psikotik, 8. Kokain
radang saluran kemih dan sebagainya). 9. Halusinogen (LSD/acid, mushroom)
Ada sejumlah besar obat, baik yang harus diresepkan
maupun yang dapat dibeli bebas, mempunyai pengaruh SEKS DAN ALKOHOL
terhadap fungsi seksual manusia. Penelitian mengenai hal ini Alkohol dosis rendah dapat meningkatkan fungsi dan
masih amat terbatas sehingga tidak banyak diketahui tentang perilaku seksual, tetapi dalam dosis tinggi dan lama akan
peranan sesungguhnya obat-obat tersebut dalam pengaturan menimbulkan disfungsi seksual, bahkan kemandulan. Faktor
fungsi seksual manusia. kepribadian atau kondisi mental mereka yang sedang dalam
Berikut daftar obat-obat nonpsikotropik atau nonpsiko- suasana jiwa gembira, dengan minum alkohol akan bertambah
aktif, yang dapat mempengaruhi fungsi seksual manusia. gembira, tetapi jika dalam suasana murung, malah akan makin
murung, fungsi seksnyapun akan makin buruk.
A. Obat-obat Antihipertensi
Dapat menurunkan libido dan fungsi seks SEKS DAN NIKOTIN
1. Diuretika Pada mereka yang tidak terbiasa merokok, mengisap rokok
- thiazide sebelum coitus mungkin akan memperburuk fungsi/perilaku
- ethacrynic acid seksualnya akibat intoksikasi nikotin. Banyak perokok meng-
- furosemide isap rokok dulu sebelum melakukan hubungan intim karena
- spironolactone sudah terbiasa dan karena nikotin memberikan sedikit
2. Non-diuretika rangsangan , sedikit menyegarkan (nikotin mempunyai sifat sti-
- alpha-methy1dopa mulan).
- guanethidine SEKS DAN MARIJUANA
- hydralasine Pemakaian sekali-sekali mungkin dapat meningkatkan
- reserpine fungsi seks dan fantasinya; dan seperti alkohol, bersifat
- propranolol. melancarkan (to facilitate). Penggunaan kronis, sama seperti
- nimodipin heroin/opioida akan menurunkan fungsi seks atau menyebab-
- penghambat ganglion: pentolinium,mecamy1amine kan kemandulan karena menurunkan kadar hormon testosteron
dalam darah. Sebagian pemakai menceritakan kenikmatan seks
B. Hormon yang meninggi jika sebelum coitus mereka mengisap ganja.
- androgen : testosteron Sebagian lagi tidak merasakan efek tersebut.
- anti androgen: estrogen
- cyprosterone acetate SEKS DAN OPIAT/OPIOIDA
- medroxyprogesterone acetate/MPA Dosis rendah dan sekali-sekali dapat memperlambat
- kortikosteroid ejakulasi, dosis tinggi dan kronis akan menyebabkan kemandul-
- prednison, an dan penurunan fungsi seks karena menyebabkan penurunan
- prednisolon testosteron serum. Wanita pecandu banyak yang menggunakan
seks untuk mendapatkan uang pembeli heroin atau dimanfaat-
C. Psikotropika ( bahan psikoaktif) kan secara seksual oleh pria pengedar atau pacarnya yang
1. Sedatif dan hipnotik ketergantungan heroin.
- Meprobamate : Medicar®
- Benzodiazepin: Chlordiazepoxide (Librium®); Diaze - SEKS DAN OBAT ANTIDEPRESAN
pam (Valiurn®); Alprazolam; Clobazam dan Obat-obat antidepresan dapat menyebabkan kesulitan
sebagainya) orgasme pada wanita dan kesulitan ejakulasi pada pria; yang
- Barbiturat (Luminal®, Pentothal®, Nembutal® dan merupakan efek samping utama. Ini terjadi misalnya pada
sebagainya) antidepresan trisiklik seperti clomipramine, imipramine,
- Methaqualone amitriptyline, dan lebih jarang oleh desipramine, amoxapine
2. Antipsikotika dan nortriptyline. Untuk golongan MAO-I, tersering oleh
- Phenothiazine (Largacti1®,Melleril®,Stelazine®) phenelzine. Pargyline, isocarboxazid dan tranylcypromine
- Haloperidol (Haldol®, Serenace®) kurang menyebabkan disfungsi seksual .
- Monoamine-Oxidase Inhibitor (MAO-I): (Aurorix®) Untuk golongan antidepresan atipikal: trazodone me-
- Tricyclic Antidepressants (TCAs) nyebabkan anorgasmia/inhibisi ejakulasi sertraline menyebab-
- Lithium Carbonate (Priadel®; Theralite®) kan kelambatan ejakulasi, dan fluoxetine menyebabkan kesulit-
- Anticholinergics (Cimetidine; Clofibrate; L-Dopa) an orgasme atau orgasme spontan. Cyproheptadine dapat
3. Alkohol/minuman beralkohol memulihkan disfungsi ejakulasi/orgasme akibat antidepresan.
4. Nikotin (tembakau, sigaret) Antidepresan diperlukan dan efektif untuk disfungsi seksual
5. Marijuana (gelek, ganja, hasish, cimeng) yang merupakan gejala depresi. Vilaxazine dan trazodone

16 Cermin Dunia Kedokteran No. 149, 2005


dilaporkan lebih efektif daripada yang lainnya untuk mem- impotensi. Baik dosis dan lamanya pemakaian, cara pemakaian
perbaiki ereksi dan minat seksual pada pasien depresi. (mode of use), riwayat kehidupan seks individu, setting sosial
Antidepresan juga efektif untuk sexual phobia dan dan bahkan harapan si pemakai merupakan faktor-faktor yang
premature ejaculation. (yang terakhir ini memanfaatkan efek menentukan. (Piemme,1976). Dosis rendah akan memper-
samping antikholinergik) untuk ini yang tersering dipakai lancar, dosis tinggi akan menghambat perilaku seksual.
adalah imipramine, walaupun yang lain juga bisa termasuk Berkurangnya inhibisi akibat pemakaian stimulansia dapat
MAO-Is. Clomipramine terkenal karena mempunyai efek meningkatkan dorongan seks dan kenikmatan. Euphoria dan
paradoksal : menginduksi atau menghambat orgasme wanita. perasaan mengambang/melayang (floating sensation) akibat
pemakaian stimulansia dapat meningkatkan atau mengimitasi
SEKS DAN LITHIUM pengalaman orgasme (Siegel, 1982a, Hollister , 1975). Baik
Laporan hanya sedikit terutama menurunkan dorongan pemakai pria maupun wanita ternyata menunjukkan partisipasi
seks dan menyebabkan disfungsi ereksi. yang lebih sering dalam praktek-praktek seksual atipikal
(exhibitionisme, promiscuity, sado-masochism dan incest).
SEKS DAN ANTIPSIKOTIKA Efek samping seksual tersering : keter1ambatan atau
Efek antipsikotika terhadap fungsi seks sulit dipastikan, inhibisi ejakulasi. Tampaknya ada perbedaan mencolok dalam
karena beberapa faktor harus dipertimbangkan. Terhapuskan- sikap pria dan wanita pemakai stimulansia: para pemakai pria
nya gejala psikotik dapat memperbaiki fungsi seks secara berpandangan positif terhadap seks, sedangkan para pemakai
keseluruhan. Pada pasien skizofrenia memang sudah terdapat wanita lebih banyak berpandangan negatif dan tidak puas
penurunan fungsi seksual sebelum onset psikosis. Efek sedatif (Ellinwood & Rockwell, 1975; Gossop, Stern, Connel 1974;
(dan berkurangnya mobilitas/pergerakan sebagai efek samping Greaves, 1972, Knapp, 1972).
ekstrapiramidal) cenderung mengurangi aktivitas /perilaku
seksual. SEKS DAN BUSPIRON (Buspar®)
Kesulitan seksual yang paling sering ditimbulkan oleh obat Buspiron mernpengaruhi sistem neurotransimter seroto-
antipikotika adalah hambatan ejakuIasi yang paling parah oleh nergik, dopaminergik dan noradrenergik (McEvoy, 1990).
Thioridazine (Melleril®) dan Chlorpromazine/CPZ (Largacti1®, Pasien disfungsi seksual yang memperoleh buspiron maksi-
Promactil®). Chlorprothixene (Taractane®) dan Trif1uoperazine mum 60 mg/hari sampai 4 minggu menunjukkan perbaikan
(Stelazine®) kurang menyebabkan hambatan ejakulasi. CPZ fungsi seksual.
dapat menghapuskan kesulitan ejakulasi akibat thioridazine.
Begitu juga chlorprothixene dapat mengeliminir kesulitan SEKS DAN FENFLURAMIN
ejakulasi/orgasme akibat chlorpromazine. Trif1uoperazine Obat ini bersifat anti obesitas, anorektik dan mendepresi
malah dapat menimbulkan ejakulasi spontan pada satu kasus. SSP, meningkatkan pelepasan serotonin dan menghambat
Keterlambatan ejakulasi terjadi pada dosis rendah. ambilan kembali serotonin (McEvoy,1990). Dapat menurunkan
Hambatan ejakulasi total terlihat pada dosis thioridazine 25- dorongan/nafsu seks pada dosis 120 mg/hari (Hughes, 1971)
600 mg sehari.Tampaknya ada kesamaan di antara pria dan dan 240 mg/hari (Sroule, 1971), mungkin karena efek samping-
wanita dalam hal efek samping fungsi seksual akibat medikasi nya (disforia, perut kembung, kramp perut, konstipasi dan
antipsikotika. Pada kebanyakan kasus, disfungsi seksual di- anxietas (O'Keane & Dinan, 1991). Impotensi dilaporkan oleh
alami satu sampai dua minggu sesudah medikasi antipsikotika Hollingsworth & Amatruda (1969). Stevenson & Solyom
pada semua kasus, fungsi seksual kembali normal dalam ± 3 (1990) melaporkan dua kasus dorongan seks meninggi (dosis
hari penghentian medikasi. 60 mg/hari) pada dosis 120 mg/hari pasien mengalami
preokupasi seks terus menerus, yang berkurang dan 1enyap
SEKS DAN STIMULANSIA DAN KOKAIN sesudah 7 hari penghentian obat ketika obat diberikan lagi,
Perlu dipertimbangkan beberapa faktor sebagai berikut : libido meningkat lagi dalam 4 hari.
1. Pada pecandu amfetamin dapat dijumpai insidens yang
lebih tinggi kasus kepribadian antisosial, skizoid dan SEKS DAN LSD. (halusinogenik, serotonin agonist dan
paranoid (Ellinwood, 1967) juga cenderung terdapat antagonist, norepinephrine blocking, dopamine agonist.)
insidens problem identitas seksual yang lebih tinggi Pada pasien dengan kelainan psikoseksual, LSD 25-100
(Mott,1972) mcg. seminggu selama 2 bulan dapat meningkatkan fungsi
2. Perubahan-perubahan nafsu seks akibat penggunaan seksual (MacCal1um, 1968).
amfetamin tampaknya berhubungan erat dengan penye-
suaian seksual (sexual adjustment) yang sudah ada : SEKS DAN ANKSIOLITIK
a. Mereka yang sexually inhibited menga1ami pengurangan Bensodiazepin dapat bermanfaat untuk mendatangkan
inhibisi keadaan relaks yang diperlukan untuk aktivitas seksual tetapi
b. Mereka yang terlibat praktek seksual atipikal mengalami juga dapat mengganggu respons seksual karena itu harus
peningkatan perilaku (misal sadomasochisme dan incest diberikan secara hati-hati, dimulai dengan dosis rendah,
yang ekstrim). disesuaikan dengan kebutuhan dan dihentikan segera setelah
Efek samping seksual stimulansia sangat bervariasi, cara lain sudah dikuasai oleh pasien. Jika disfungsi seksual
kadang-kadang agak saling bertentangan. Dapat terjadi rnerupakan bagian dari gangguan cemas, pemberian anti
peningkatan dan penurunan nafsu seks, ereksi spontan dan anksietas harus menuruti prinsip pengobatan neurosis.

Cermin Dunia Kedokteran No. 149, 2005 17


Alprazolam yang dikenal bermanfaat untuk serangan panik 4. Meston CM, Gorzalka BE. Psychoactive Drugs and Human Sexual
Behavior: the role of serotonergic activity. J. Psychoactive Drugs 1992 ;
ternyata lebih efektif dibandingkan antianksietas lain untuk 24(1).
mengurangi sexual phobia atau anticipatory anxiety selama 5. Ng ML.Treatment of Functional Sexual Disorder, the role of drugs.
coitus. Med.Progr. 1994; 21(8)

SEKS DAN BARBITURAT


Barbiturat kadang-kadang digunakan o1eh sex therapist LAMPIRAN:
untuk hipnosis agar mengatasi hambatan psikologis pasien BEBERAPA MEDIKASI UNTUK DISFUNGSI SEKSUAL
dalam hal seks. Harus ada informed consent dan hati-hati agar
terhindar dari tuntutan hukum. Kadang-kadang digunakan juga 1. Untuk sexual desire disorders
pada kasus vaginismus untuk mendatangkan tidur sehingga - Hyperactive desire : Thioridazine; CPZ; Cyprosterone
dapat dilakukan dilatasi vagina, tetapi jarang efektif dan dapat acetate; Medroxyprogesterone acetate (im)
menimbulkan trauma psikologis lebih lanjut. - Hypoactive desire: 5 Testosterone (hanya untuk pria),
Ephedrine; Bromocriptine, Levodopa.
PENUTUP - Sex phobia : Alprazolam (Xanax®)
Walaupun telah ratusan tahun lamanya mencari dan meng- 2. Untuk sexual arousal disorders
gunakan obat atau bahan untuk meningkatkan potensi/ - Erectile disorder: Viloxasin, Trazodone, Yohimbine;
kemampuan seksual, masih sedikit data hasi1 penelitian yang Gonadotropin releasing hormone (inhaler), Prostaglandin
terkontrol baik dan objektif. Menggunakan obat-obatan untuk E (intracaversona1 )
maksud tersebut tanpa panduan dokter dapat mendatangkan - Vaginal dryness: estrogen pada menopause/ oophorectorny
bahaya. Penanggulangan gangguan fungsi ereksi diharapkan 3. Orgasmic disorders
dapat membantu pasangan seks untuk melakukan coitus secara - Premature ejaculation : imipramine, thioridazine, phenoxy-
memadai. benzamine
- Retarded ejaculation (anejaculation): ephedrine
KEPUSTAKAAN - Anorgasmia/orgasmic dysfunction: diazepam
4. Sexual pain disorder
1. Diamond M, Karlens A. Sexual Decisions. Boston: Little,Brown & Co.
1980.
- Vaginismus/dyspareunia : diazepam
2. Kelodny RC. et al. Textbook of Sexual Medicine; Boston: Little Brown 5. Lain-lain
& Co,1979. - nymphomania/sex offenders : medroxyprogesterone
3. Williams G.MS. Management of Impotence. Medicine Digest 1991; 9 (6) acetate im, cyproterone acetate

18 Cermin Dunia Kedokteran No. 149, 2005


IKHTISAR

Antidepresan Pemicu Disfungsi


Seksual
Myrna Justina
Dokter Umum Rumah Sakit Mitra Keluarga Bekasi, Jawa Barat

PENDAHULUAN nunjukkan bahwa antidepresan dapat memicu disfungsi


Pengobatan psikiatri saat ini telah memberikan sumbang- orgasme melalui penghambatan adrenergik alfa,antikolinergik
sih yang luar biasa dalam penatalaksanaan depresi mayor atau pengaruh serotonergik(8). Tipe disfungsi seksual yang
selama 2 dekade terakhir ini. Sejak pertengahan tahun 1980an, dilaporkan meliputi impotensi, penurunan libido, kelainan
telah beredar 9 obat baru yang mewakili 4 kelas obat untuk ejakulasi pada laki-laki, dan kelainan orgasme pada wanita(9).
pengobatan depresi mayor di Amerika Serikat, yang meliputi Tabel 1(9) memerinci insidens disfungsi seksual yang
penghambat selektif ambilan serotonin (selective serotonin dilaporkan dari informasi peresepan setiap antidepresan baru
reuptake inhibitors / SSRIs - fluoxetine, sertraline, paroxetine, yang beredar sejak tahun 1986. Laporan berbagai literatur(10-12).
citalopram), penghambat ambilan serotonin-norepinefrin mengarahkan dugaan insidensi disfungsi seksual yang dipicu
(serotonin-norepinephrine reuptake inhibitors / SNRIs- oleh beberapa antidepresan lebih besar di dalam praktek klinik
venlafaxine, mirtazapine), penghambat serotonin2A dan daripada yang diperoleh dari informasi peresepan.
penghambat lemah ambilan serotonin (nefazodone) dan
penghambat ambilan dopamin dan norepinefrin (bupropion). Tabel 1. Laju disfungsi seksual yang disesuaikan dengan plasebo dari
informasi peresepan antidepresan baru yang dipasarkan di
Perbedaan khasiat klinis antara antidepresan baru dengan
Amerika Serikat
yang lama seperti antidepresan trisiklik dan penghambat
monoamin-oksidase telah terbukti di dalam meta-analisis be-
Penu - Kelainan
berapa uji klinis(1). Meskipun demikian pola efek sampingnya Impotensi runan
Kelainan
orgasme
Lain-
telah diketahui secara luas dan menjadi topik pembahasan Bahan orgasme lain
(%) libido wanita
pria (%) (%)
beberapa literatur(2-5). Salah satu hal yang sangat meng- (%) (%)
khawatirkan akibat pemakaian bahan antidepresan yang umum Fluoxetine 2 3
Sertraline 6 14
adalah disfungsi seksual(3, 4, 6).
Paroxetine 3 13 2 10
Citalopram 3 2 6
DISFUNGSI SEKSUAL SEBAGAI PENGARUH NEGATIF
Venlafaxine 6 2 12 3
ANTIDEPRESAN
Bupropion <1 <1 <1
The Diagnostic and Statistical Manual, Edisi keempat Nefazodone 1
(DSM-IV)(7) menjabarkan disfungsi seksual sebagai gangguan Mirtazapine
hasrat seksual dan atau di dalam siklus tanggapan seksual yang
menyebabkan tekanan berat dan kesulitan hubungan antar Keterangan:
manusia. Disfungsi seksual ini dapat terjadi pada 1 atau lebih Diambil dari berbagai hasil uji klinis yang representatif. Data ini tidak
dapat dibandingkan antar uji klinis karena perbedaan kategori dan definisi
dari 4 fase siklus tanggapan yaitu hasrat (libido), bangkitan, disfungsi seksual, serta metodologi pengumpulan data yang tidak seragam.
orgasme/pelepasan, dan pengembalian. Meskipun hampir
sepertiga pasien disfungsi seksual terjadi tanpa pengaruh Perhatian utama mengenai antidepresan sebagai pemicu
(penggunaan)obat, beberapa petunjuk mengarahkan bahwa disfungsi seksual tertuju pada kelas SSRIs. Hal ini karena kelas
antidepresan dapat mencetuskan atau membangkitkan disfungsi ini memegang peranan utama pengobatan depresi di Amerika
seksual(3, 4, 6). Serikat. Tiga uji klinis acak(12-14) telah secara sistematik menilai
Neurofisiologi fungsi seksual tidaklah sederhana dan disfungsi seksual yang dipicu oleh SSRIs.
melibatkan beberapa jalur berganda dan neurotransmiter. Uji klinis acak yang pertama(12) membandingkan khasiat
Antidepresan dapat mempengaruhi fungsi seksual manusia sertraline (dosis rerata 82 mg perhari) dengan citalopram (dosis
melalui beraneka mekanisme. Beberapa studi dan literatur me- rerata 34 mg perhari) pada 400 pasien depresi. Di dalam uji

Cermin Dunia Kedokteran No. 149, 2005 19


klinis ini, kehilangan hasrat seksual dilaporkan sebesar 3,5% meskipun kadang-kadang khasiat pengobatannya belum
pasien yang mendapatkan sertraline dan 6,5% pasien yang seefektif SSRIs/SNRIs untuk penyakit tertentu yang ber-
mendapatkan citalopram, disfungsi ejakulasi 10,5% untuk sangkutan.
sertraline dan 14,4% untuk citalopram, dan disfungsi orgasme
wanita 5% untuk sertraline dan 7% untuk citalopram. PENUTUP
Uji klinis acak yang kedua(13) membandingkan khasiat Dari berbagai studi terkontrol telah diketahui antidepresan
sertraline (dosis rerata 145 mg perhari), amitriptiline (dosis dapat memicu disfungsi seksual terutama pada kelompok yang
rerata 104 mg perhari) dan plasebo pada 448 pasien depresi umum digunakan. Meskipun belum diteliti secara rinci,
rawat jalan. Pasien ditanyai pada interval yang teratur untuk peningkatan laju putus obat dan penurunan kepatuhan berobat
menilai pengaruh negatif termasuk disfungsi seksual. Khasiat jelas akan meningkatkan kegagalan pengobatan pada pasien-
pengobatan adalah setara pada kedua kelompok pengobatan pasien yang aktif seksual. Selain itu pengaruh negatif ini jelas
aktif dan keduanya lebih unggul daripada plasebo. Insiden mempunyai dampak pada biaya pengobatan, karena pilihan
disfungsi seksual pria yang berupa keterlambatan orgasme yang lain lebih mahal, selain juga memerlukan bahan untuk
primer atau anorgasmia adalah 21% untuk sertraline, 7,7% melawan disfungsi seksual ini. Kelompok tertentu ini jelas
untuk amitriptilin, dan 1,4% untuk plasebo. memerlukan perhatian yang lebih besar, oleh karena itu perlu
Uji klinis acak yang lebih kecil(14) membandingkan formula farmasi dan organisasi perawatan untuk menentukan
fluvoxamine (dosis rerata 102 mg perhari) dan paroxetine bahan lini pertama dengan pengaruh negatif yang paling kecil,
(dosis rerata 36 mg perhari) dalam pengobatan 60 pasien mudah tersedia, dan setara dengan bahan yang lain.
depresi rawat jalan. Meskipun khasiat pengobatan dilaporkan
setara, kelainan ejakulasi pria dilaporkan 21% untuk paroxetine
KEPUSTAKAAN
dan 7% untuk fluvoxamine, penurunan libido 17% untuk
paroxetine dan 13% untuk fluvoxamine. Karena jumlah 1. Anderson IM. Selective serotonin reuptake inhibitors versus tricyclic
sampelnya kecil, perbedaan yang didapatkan tidak bermakna. antidepressants: a meta-analysis of efficacy and tolerability. J Affect
Disord 2000; 58: 19-36.
PILIHAN PENGOBATAN DEPRESI PADA PASIEN 2. Preskorn SH. Comparison of the tolerability of bupropion, fluoxetine,
SEKSUAL AKTIF imipramide, nefazodone, paroxetine, sertraline and venlafaxine. J. Clin.
Psychiatr. 1995; 56(Suppl 6): 12-21.
Kecenderungan disfungsi seksual akibat penggunaan 3. Rosen RC, Lane RM, Menza M. Effects of SSRIs on sexual function: a
SSRIs dan SNRI mengakibatkan banyak klinisi mencari pilihan critical review. J. Clin Psychopharmacol 1999; 19: 67-85.
pengobatan lain untuk pasien depresi yang masih aktif seksual. 4. Dewan MJ, Anand VS. Evaluating the tolerability of the newer
Tiga antidepresan yang beredar sejak tahun 1986 tampaknya antidepressants. J Nerv Ment Dis 1999; 187: 96-101.
5. Goldstein BJ, Goodnick PJ. Selective serotonin reuptake inhibitors in the
mempunyai laju pengaruh negatif seksual yang lebih rendah treatment of affective disorders-III. Tolerability, safety, and
dari SSRIs dan SNRI, yaitu bupropion, nefazodone dan pharmacoeconomics. J Psychopharmacol 1998; 12(Suppl): S55-87.
mirtazapine. Beberapa uji klinis acak telah membuktikan 6. Piazza LA, Markowitz JC, Kocsis JH. et al. Sexual functioning in
kesamaan khasiat dengan SSRIs dan keuntungan dalam hal chronically depressed patients treated with SSRI antidepressants: a pilot
study. Am J Psychiatr. 1997; 154: 1757-9.
disfungsi ereksi pada bupropion dan nefazodone, sedangkan 7. Diagnostic and Statistical Manual for Psychiatric Disorders. Edisi
pengalihan pengobatan ke mirtazapine menunjukkan perbaikan keempat. Washington, DC: American Psychiatric Association, 1994.
disfungsi seksual pada uji klinis yang tidak acak. 8. Zajecka J, Fawcett J, Schaff M, Jeffries H, Guy C. The role of serotonin
Dalam menghadapi antidepresan pemicu disfungsi seksual, in sexual dysfunction: fluoxetine-associated orgasm dysfunction. J Clin
Psychiatr. 1991; 52: 66-8.
para klinisi mempunyai beberapa pilihan. Pendekatan pertama 9. Physicians’ Desk Reference. Edisi ke-55. Mortvale, NJ: Medical
adalah menunggu untuk menentukan apakah gejala mereda Economics Co., Inc., 2001.
dengan berjalannya waktu atau mengubah dosis bahan yang 10. Patterson WM. Fluoxetine-induced sexual dysfunction (letter). J Clin
digunakan. Pendekatan kedua adalah menyesuaikan dosis naik Psychiatr.1993; 54: 71.
11. Herman JB, Brosman AW, Follack MH, Falk WE, Biederman J,
atau turun untuk mendapatkan dosis efektif dengan pengaruh Rosenbaum JF. Fluoxetine-induced sexual dysfunction. J Clin Psychiatr.
negatif yang minimal. Pendekatan ketiga adalah menjadualkan 1990; 51: 25-7.
interupsi obat, menambahkan bahan lain yang melawan 12. Ekselius L, von Knorring LEG. A double-blind study comparing
disfungsi seksual dan mengganti antidepresan lain yang sertraline and citalopram in patients with major depression treated in
general practice (Abstract). Eur Neuropsychopharmacol 1997; 7(Suppl):
mempunyai pengaruh negatif yang lebih kecil. Dari ketiga S147.
pendekatan tersebut, pendekatan pertama hanya bermanfaat 13. Reimherr FW, Chouinard G, Cohn CK, et al. Antidepressant efficacy of
pada sekelompok kecil pasien(15). Beberapa peneliti(16) sertraline: a double-blind, placebo- and amitriptyline-controlled,
melaporkan pemulihan gejala disfungsi seksual sesaat ketika multicenter comparison study in outpatients with major depression. J Clin
Psychiatr. 1990; 51(Suppl B): 18-27.
dosis antidepresan dititrasi turun untuk mencapai kadar 14. Kiev A, Feiger A. A double-blind comparison of fluvoxamine and
minimum efektif. Keberhasilan penjadualan libur obat untuk paroxetine in the treatment of depressed outpatients. J Clin Psychiatr.
memulihkan fungsi seksual juga masih terbatas. Penambahan 1998; 58: 146-52
obat yang melawan disfungsi seksual juga masih belum 15. Montejo-Gonzales AL, Llorca G, Izquierdo JA, et al. SSRI-induced
sexual dysfunction: fluoxetine, paroxetine, sertraline, and fluvoxamine in
terbukti manfaatnya dari uji klinis acak terkontrol. Oleh karena a prospective, multicenter, and descriptive clinical study of 344 patients.
itu, pengalihan obat tampaknya merupakan pilihan umum. J Sex Marital Ther 1887; 23: 176-94.
Kelompok ahli melaporkan aktifitas pengalihan obat sebesar 16. Harvey KV, Balon R. Clinical implications of antidepressant drug effects
25% dari SSRIs ke bahan lain karena alasan disfungsi seksual, on sexual function. Ann Clin Psychiatry 1995; 7: 189-201.

20 Cermin Dunia Kedokteran No. 149, 2005


TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Penanganan Psikologik
pada Obesitas
Sylvia D. Elvira
Bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/
Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta,Indonesia

PENDAHULUAN penimbunan jaringan lemak tubuh secara berlebihan. Pendapat


Obesitas merupakan suatu kondisi yang dahulu lain mengatakan bahwa obesitas merupakan gangguan medik
dianggap sebagai lambang kesejahteraan dan tidak berkaitan kronik yang tidak dapat disembuhkan dan hanya dapat
dengan penyakit. Insidens dan prevalensinya meningkat, baik diobati(4,5).
di negara maju maupun di negara-negara berkembang, sejalan Sebagian orang menggolongkan obesitas sebagai suatu
dengan perkembangan teknologi yang memberikan ke- kelainan akibat kurangnya pengendalian diri dan hal tersebut
mudahan dan perubahan gaya hidup. Namun, berkaitan bisa jadi telah menjadi anggapan umum(3). Pengendalian diri
dengan risiko kesehatan dan dampaknya terhadap kualitas yang dimaksud di sini tentunya pengendalian terhadap ke-
hidup, kini obesitas merupakan problem atau penyakit(1,3). inginan untuk makan Bila kita melihat seseorang dengan
Obesitas merupakan masalah yang diperhatikan obesitas, yang terbayang adalah bahwa orang itu telah makan
karena berkaitan dengan peningkatan morbiditas dan sedemikian banyak sehingga bentuk tubuhnya menjadi seperti
mortalitas berbagai penyakit, antara lain hipertensi, gangguan yang kita lihat. Mengapa ia makan sedemikian banyak? Tidak
kardiovaskuler, diabetes, gangguan endokrin lainnya, pe- merasa kenyangkah ia hingga tidak berhenti makan saat ia sudah
nyakit kandung empedu, problem paru dan pernafasan, merasa kenyang? Atau, apakah porsi makannya memang
artritis, gangguan tidur, ketidakmampuan untuk berpartisipasi sedemikian besar dan hal itu telah menjadi kebiasaannya sejak
pada aktivitas-aktivitas rekreasi dan olahraga, rendahnya harga lama, atau bahkan sejak kecil? Mengapa ia tidak dapat me-
diri dan problem citra-tubuh(1,4). ngendalikan keinginan makannya?
Akhir-akhir ini obesitas dinyatakan sebagai penyakit
kronik dengan penyebab multifaktorial. Dari penelitian- TERJADINYA OBESITAS
penelitian didapatkan bahwa obesitas tidak disebabkan oleh Obesitas terjadi karena ketidakseimbangan antara asupan
penyebab tunggal melainkan oleh hubungan yang kom- dan keluaran energi sehingga terjadi kelebihan energi yang
pleks antara faktor genetik, fisiologik, metabolik, selanjutnya disimpan dalam bentuk jaringan lemak(2). Etiologinya
psikologik, sosioekonomik, gaya hidup dan faktor budaya. multifaktorial, baik faktor individual (biologik dan psikologik)
Bila ditinjau dan aspek psikologik, obesitas dapat me- maupun lingkungan. Bila faktor yang dapat merupakan etiologi
rupakan suatu kondisi tersendiri yang antara lain yang berasal dari individu seperti gangguan endokrin, serta
merupakan gejala dari gangguan makan (misalnya bulimia faktor organik lainnya ternyata tidak ditemukan, kondisi ini
nervosa), atau merupakan kondisi yang berkaitan dengan dapat merupakan konsekuensi dari suatu keadaan yang
citra-diri dan harga-diri, yang mempunyai dasar psiko- dialami seseorang, yang tidak dapat mengendalikan keinginan-
dinamika tertentu. Pada makalah ini hanya akan dibahas nya untuk makan, bagi orang tersebut makan dilakukan bukan
mengenai obesitas sebagai gejala dari gangguan makan, untuk memenuhi kebutuhan untuk mengganti energi yang telah
disertai penanganannya secara garis besar. digunakan dan dikeluarkan pada aktivitas fisik atau psikologik
tertentu, melainkan karena memang ingin makan dan makan,
OBESITAS yang tidak mampu dikendalikan olehnya.
Kata obesitas berasal dari bahasa Latin: obesus, obedere, Kondisi ingin makan dan makan itu termasuk dalam kelom-
yang artinya gemuk atau kegemukan. Obesitas atau gemuk pok gangguan makan dalam PPDGJ-III (Pedoman Penggolong-
merupakan suatu kelainan atau penyakit yang ditandai dengan an dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia) maupun dalam
DSM-IV (Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Dibacakan pada Simposium Penanganan Gangguan Obesitas dan disorders).Gangguan makan tersebut, yang kondisi pasien-
Metabolisme Androgen pada Masa Reproduksi, Jakarta 31 Agustus 2002

Cermin Dunia Kedokteran No. 149, 2005 21


nya biasanya tampak gemuk atau mengalami obesitas, terdiri keinginan atau bayangan mengenai bentuk tubuh yang 'ideal'
atas binge-eating disorder dan bulimia nervosa(6,7). sehingga mengalami depresi karena bayangan bentuk tubuh
Pada binge-eating disorder gejala yang ditemui yaitu tersebut tidak dapat dicapainya. Kemungkinan lain, depresi
seseorang makan pada suatu periode tertentu, dengan jumlah terjadi karena gangguan citra-tubuh (sering berupa distorsi,
yang lebih banyak dan lebih cepat daripada kebanyakan orang, yaitu bila melihat di depan cermin, seseorang tidak melihat
hingga ia merasa benar-benar sangat kenyang (uncomfortably tubuhnya seperti apa adanya dalam realitas) seseorang yang
full). Biasanya makan dilakukan tidak pada saat lapar, obes, jarang menyadari seberapa gemuk dirinya(14). Mengenai
seorang diri karena malu makan dalam jumlah besar. Biasanya kedua hal ini tidak akan dibahas lebih mendalam dalam
orang tersebut mengalami depresi atau merasa bersalah setelah makalah ini.
makan(6,9,10).
Bulimia adalah kecenderungan atau dorongan untuk makan PENATALAKSANAAN
banyak, berlebihan, mungkin disertai nafsu makan besar mungkin Penatalaksanaan terhadap obesitas merupakan pen-
pula tidak(11).Gejalanya serupa dengan binge-eating disorder dekatan holistik dan komprehensif, termasuk meneliti latar
disertai perilaku mengeluarkan kembali makanan tersebut, belakang terjadinya obesitas pada seseorang, apakah murni
baik dengan cara memuntahkan atau dengan menggunakan karena gangguan metabolik atau gangguan organik lainnya,
pencahar(6,9,10). ataukah berperan pula faktor psikologik tertentu sebagaimana
telah dibahas sebelumnya(610). Biasanya penatalaksanaannya
PSIKODINAMIK OBESITAS meliputi pemberian farmakoterapi, pengaturan diet, latihan fisik,
Obesitas terjadi karena makan berlebih (over-eating). pengubahan gaya hidup.
Pada awal kehidupan, seorang bayi mempersepsikan makanan
sebagai pengekspresian rasa cinta, dan persepsi tersebut sering PENANGANAN PSIKOLOGIK
masih tersisa. Pada saat pemberian makan, seorang ibu dapat Pada pasien dengan obesitas yang dasarnya adalah ganggu-
memindahkan perasaan cemas atau ansietas yang dialaminya an makan yang didasari oleh depresi, maka penanganannya
kepada anaknya. Makan dapat menjadi cara untuk mengatasi sesuai dengan penatalaksanaan terhadap gangguan depresi,
kecemasan, yang terjadi karena frustrasi yang dialami, karena yaitu pemberian psikofarmaka dan psikoterapi. Psikofarmaka
adanya persepsi bahwa cinta dan perhatian setara dengan yang diberikan berupa antidepresi golongan apa saja, antara lain:
makanan. Kelebihan makan mungkin merupakan indikasi adanya Serotonin Selective Reuptake Inhibitor (SSRI) (sertraline 1 x 50
ansietas dini tersebut(12). mg per hari, atau fluoxetine 1 x 20 mg per hari, atau
Menurut Hamburger, makan berlebih merupakan respons fluvoxamine Ix 50 mg per hari), reversible monoamine
terhadap ketegangan emosional yang tidak spesifik, atau oxidase inhibitor (RIMA) (moclobemide 2 x 150 mg per
merupakan substitusi dari gratifikasi yang tidak dapat di- hari), maupun trisiklik dan tetrasiklik (imipramin, maprotilin),
toleransi pada situasi-situasi tertentu dalam kehidupan, disesuaikan dengan kondisi pasien (umur, pekerjaan dan
atau merupakan gejala dari gangguan emosional yang kegiatan sehari-harinya serta sosio-ekonomi).
mendasarinya, terutama depresi(12). Psikoterapi yang diberikan dapat berupa psikoterapi dengan
Bulimia nervosa maupun binge-eating disorder dapat pendekatan dinamik, atau non-dinamik, seperti terapi kognitif-
dialami seseorang mungkin karena ketidakmampuannya perilaku, atau modifikasi perilaku. Pemilihan jenis psikoterapi
untuk mengatasi masalah-masalah hidup secara praktis. disesuaikan dengan kondisi dan kepribadian pasien. Pada psiko-
Ketidakmampuan tersebut biasanya dalam pengendalian terapi dinamik, tujuan utama adalah pencapaian tilikan
emosi, pemrosesannya, serta mengatasinya. Ini terjadi (insight),yaitu mengajak pasien untuk lebih memahami diri dan
mungkin karena adanya depresi yang mendasarinya. Depresi kehidupannya (termasuk konflik dan pelbagai problem yang
tersebut dapat terjadi karena terhambatnya proses per- pernah dihadapi dan cara mengatasinya), baik pasien maupun
kembangan mental seseorang sehingga ia lebih nyaman dokter berperan aktif dalam proses. Pada setiap pertemuan,
menggunakan mekanisme adaptasi (atau defensi) yang biasa topik yang dibahas disesuaikan dengan yang ingin dikemuka-
digunakannya pada fase perkembangan yang lebih dini, yaitu kan oleh pasien topik mengenai hal-ihwal yang berkaitan
fase oral (fase di saat seseorang mengatasi problem hidupnya dengan depresi atau gangguan makan atau obesitas yang
terutama dengan mulut, biasanya pada usia antara 0-18 dialami dapat dibahas sesuai dengan kebutuhan. Biasanya
bulan). Mekanisme defensi yang digunakan adalah intro- dilakukan dalam jangka panjang, minimal 3-12 bulan.
yeksi, yaitu memasukkan suatu objek ke dalam struktur psikis Pada terapi kognitif-perilaku, pasien diajak untuk menilai
individu(11) objek ini semula bersifat kongkrit (karena ke- cara berpikirnya selama ini yang lebih cenderung ke arah
mampuan berpikir yang masih terbatas dan didominansi oleh irasional (sering berpikir negatif secara otomatis tentang diri
proses pikir primer) berupa makanan, tetapi kemudian dan kondisi yang dialaminya), pasien diajak untuk mengubah
secara bertahap dapat berkembang menjadi lebih abstrak cara berpikirnya ke arah yang lebih rasional pasien juga
(misalnya ibu atau orang lain yang dicintai atau dianggap diajak untuk dapat menggunakan cara lain untuk meng-
dekat dan nantinya dapat berupa lain ide, harga diri, prestasi, hadapi stres dan perasaan-perasaan negatif lainnya yang
dan sebagainya)(l). mengarah pada perilaku 'bingeing' dan makan berlebihan.(14)
Depresi dapat pula terjadi secara sekunder karena Pada terapi perilaku (behavior modification), tujuan
obesitasnya individu mengalami obesitas namun mempunyai terapi adalah membantu pasien memodifikasi kebiasaan

22 Cermin Dunia Kedokteran No. 149, 2005


makannya, meningkatkan aktivitas fisik, meningkatkan ke-
KEPUSTAKAAN
sadaran akan kedua hal tersebut (pengubahan kebiasaan
makan dan latihan fisik). Pasien diminta mengidentifikasi dan
mencatat saat, suasana dan tempat sewaktu keinginan makan 1. Waspadji S. Kegemukan: pendekatan klinis dan pemilihan obatnya,
timbul serta frekuensi makannya pasien kemudian diarahkan dalam Prosiding Temu Ilmiah Akbar 2002. Pusat Informasi dan Penerbitan
untuk dapat mengontrol stimulus agar dapat memutuskan Bagian Imu Penyakit Dalam FKUI2002: 69-71.
rantai antara peristiwa yang membangkitkan keinginan 2. Sjarif DR. Evaluasi dan tatalaksana obesitas pada anak, dalam Prosiding
Temu Ilmiah Akbar 2002. Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu
makan dengan perilaku makannya (contohnya antara lain Penyakit Dalam FKUI 2002:
dengan membatasi tempat-tempat makannya, atau dengan 3. Soegondo S. Obesitas dan permasalahannya, dalam Prosiding Temu
mengambil segelas air putih di antara setiap gigitan Ilmiah Akbar 2002. Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian Imu Penyakit
makanan, mengunyah dengan frekuensi tertentu). Kemu- Dalam FKUI 2002: 64.
4. Obesity, is it an eating disorder? Anorexia Nervosa & Related Eating
dian pasien diajak untuk memodifikasi konsekuensi dari Disorders, Inc. ANRED, 2002.
perilaku makannya untuk self-reward (termasuk mengem- 5. Myers MD. Comprehensive obesity treatment. www.weight.com. 2000
bangkan kemampuan assertive, belajar menyatakan 'tidak' 6. Brownell KD, Wadden TA. Obesity dalam Comprehensive Textbook of
serta mengembangakn self-talk yang positif)(6,14-16). Psychiatry, ed. VII, Kaplan , Sadock. (eds.) 2000: 1787, 1789, 1792.
7. Direktorat Kesehatan Jiwa, Ditjen Pelayanan Medik, Departemen
Kesehatan RI. Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa di
KESIMPULAN Indonesia edisi III (PPDGJ-III) -1995.
Obesitas merupakan gangguan yang disebabkan oleh 8. Schwartz M. Binge eating disorder: a new eating disorder
pelbagai macam faktor, yang merupakan hubungan yang category.webmaster@ct. addictionprofessionals. com 1998.
9. Fairburn. Risk factors for binge eating disorder. Arch. Gen. Psychiatr.
kompleks antara faktor genetik, fisiologik, metabolik, 1998,55: 425
psikologik, sosioekonomik, gaya hidup dan faktor 10. Grinker RR, Robbins FP. Obesity, dalam Psychosomatic case book,
budaya. Faktor psikologik juga berperan dalam terjadinya NewYork Toronto: The Blakiston Co. Inc. 1954: 191-2
obesitas, antara lain berupa terdapatnya gangguan makan 11. Lubis DB. Pengantar psikiatri klinik. Jakarta, Balai Penerbit FKUI, 1989:
91.
yaitu bulimia nervosa atau binge-eating disorder, yang 12. Psychological causes of obesity
didasari oleh adanya depresi yang dialami seseorang. 13. Eating disorder and obesity.www.austinpsych.com/services.eating dis. html.
Penanganan psikologik terhadap obesitas adalah sesuai 14. Palmer MP. Complexity of obesity. www.innerself.com.
dengan yang dilakukan terhadap depresi, yaitu pemberian 15. Autres Traitements. Psychotherapy for obesity. www.obesity-diet.com
16. Bray GA. Behavior modification in the treatment of obesity. Lousiana State
psikofarrnaka berupa anti depresi, serta psikoterapi, baik University Jan 2001.
dengan pendekatan dinamik, atau terapi kognitif-perilaku, 17. American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical
atau modifikasi perilaku yang disesuaikan dengan kondisi dan Manual for Mental Disorders -fourth edition (DSM-IV), 1994.
kepribadian pasien.

Cermin Dunia Kedokteran No. 149, 2005 23


TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Diagnosis dan Penatalaksanaan


Gangguan Asperger
Theresia Kaunang
Sub Bagian Psikiatri Anak dan Remaja, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo, Jakarta

PENDAHULUAN dengan kriteria diagnosis Gillberg & Gillberg (1989) atau de-
Gangguan Asperger merupakan salah satu jenis gangguan ngan kriteria ICD-10 terlihat meningkat. Gillberg & Gillberg
dari kelompok gangguan perkembangan pervasif(1-3). Dalam memperkirakan 0,26%(14).
DSM IV kategori ini meliputi gangguan autistik, gangguan Pada tahun 1991 suatu penelitian menyebutkan prevalensi
Rett, gangguan disintegrasi pada anak, gangguan Asperger dan gangguan Asperger 2,6-3 setiap 1000 anak(11). Menurut
gangguan perkembangan pervasif yang tidak ditentukan penelitian suatu populasi 3,6-7,1 dalam 1000 anak dengan
(pervasive developmental disorder not otherwise specified)(4-6). rentang usia 7-16 tahun (Ehler & Gillberg, 1993)(3,8,15). Di RS
Tulisan asli tentang gangguan Asperger pertama kali Broadmoor, sebuah rumah sakit khusus, prevalensi gangguan
dipublikasikan di Jerman oleh Hans Asperger (1942)(7-9). Asperger mencapai 1,5%(15). Wolf dkk (1991) menemukan 3-
Asperger menggambarkan 4 anak yang mengalami kesulitan 5% kasus skizoid mirip dengan gangguan Asperger(8).
integrasi sosial dalam kelompoknya. Ia menyebutkan kondisi Wing (1978) mengatakan bahwa gangguan Asperger me-
ini sebagai “autistic psychopathy”, yang menunjukkan suatu nunjukkan rasio laki-laki : perempuan 15:4, sedangkan menurut
gangguan kepribadian dengan ditandai oleh isolasi sosial(10-13). Wolff & Barlow(1979) rasio laki-laki : perempuan adalah
Dengan meningkatnya jumlah kasus autisme dalam tahun- 9:1(9). Kepustakaan lain (1981) mengatakan 10-15:1. Ehler dan
tahun terakhir ini, terlihat meningkat pula angka kejadian Gillberg (1993) menyebutkan 4:1(8). Prevalensi gangguan
gangguan Asperger, karena gangguan ini termasuk dalam Asperger pada anak usia 7-16 tahun adalah 0,71 % ; laki-laki
spektrum autistik. Pada awalnya, di Indonesia sangat jarang 0,97% dan perempuan 0,44%(15).
klinikus mendiagnosis gangguan Asperger, bahkan hampir
tidak ada. Akan tetapi beberapa tahun terakhir ini mulai ada ETIOLOGI
beberapa kasus gangguan Asperger yang terdiagnosis, Etiologi gangguan Asperger masih menjadi perdebatan(16).
demikian juga seperti yang terlihat dalam media massa dan Gangguan Asperger merupakan kondisi yang termasuk dalam
website. Namun demikian belum ada data di RSUPN Cipto spektrum autisme, sehingga kepustakaan menyebutkan bahwa
Mangunkusumo Jakarta. Sangatlah penting mengetahui dan etiologinya sama(10). Beberapa kepustakaan mengatakan bahwa
menyegarkan kembali ingatan tentang gangguan Asperger agar etiologinya terkait dengan genetik dan kerusakan otak(17-20).
memudahkan klinikus mendiagnosis gangguan ini. Tulisan ini Sedangkan Ciaranello dan Ciaranello (1995) membagi etiologi
berusaha membahas gangguan Asperger secara singkat. gangguan Asperger ke dalam dua tipe yaitu genetik dan non
genetik(3).
DEFINISI
Gangguan Asperger ditandai dengan gangguan dalam
interaksi sosial dan terhambatnya perhatian serta perilaku Tipe genetik.
seperti yang terlihat pada autisme, tetapi tidak ada kelambatan Etiologi genetik berhubungan dengan kontrol gen pada
dalam berbicara dan berbahasa reseptif, perkembangan perkembangan otak(3). Hubungan genetik antara autisme dan
kognitif, ketrampilan menolong diri sendiri, atau keingintahuan gangguan Asperger dapat digambarkan sebagai berikut: anak
terhadap lingkungan(1). yang menderita gangguan Asperger seringkali ayahnya me-
miliki kesulitan dalam interaksi sosial(1). Terdapat beberapa
EPIDEMIOLOGI laporan adanya transmisi keluarga pada gangguan Asperger.
Menurut Volkmar, prevalensi gangguan Asperger adalah 1 Gillberg mengatakan terdapat patologi “Asperger Syndrome-
di antara 10.000(1). Kepustakaan lain menyebutkan 20-25 setiap like” pada anggota keluarga terdekat dari penderita gangguan
10.000 orang anak(5). Angka kejadian gangguan Asperger Asperger(8). De Long & Dwyer menemukan gangguan Asperger

24 Cermin Dunia Kedokteran No. 149, 2005


pada keluarga dari anak yang menderita gangguan autistik high terjadi, berhubungan dengan gejala klinis dan neuropsiko-
functioning(11). Faktor genetik menunjukkan adanya hubungan logi(9,28). Bukti neuropatologi yang bervariasi menyebabkan
antara autisme dengan gangguan Asperger(21). Sejumlah 9% perdebatan tentang lokasi kerusakan(12). Laporan terakhir me-
anak penderita autisme mempunyai ayah sindrom Asperger nyebutkan etiologi penyakit spektrum autistik berhubungan
atau ciri-ciri Asperger(22). dengan kondisi biomedis(19).
Secara genetik peranan kromosom fragile-X untuk ter-
jadinya gangguan Asperger sangat bermakna(11,22,23). Studi GAMBARAN KLINIS
kembar dua memberi dukungan adanya dasar genetik gangguan Gambaran klinis penderita gangguan Asperger dalam
ini(3), akan tetapi pada studi kembar tiga tidak. Jikapun dasar beberapa hal sebagai berikut:
etiologinya genetik, faktor lain perlu dipertimbangkan misalnya
keadaan prenatal, perinatal dan postnatal(23). Interaksi sosial
Penderita gangguan Asperger mengalami isolasi sosial,
Non genetik tetapi tidak selalu menarik diri di antara orang lain. Walaupun
Ciaranello (1995)mengatakan etiologi nongenetik meliputi demikian pendekatan mereka terhadap orang lain adalah
infeksi prenatal. Menurut Chess (1997) ada peningkatan inappropriate atau dengan cara eksentrik. Mereka menunjuk-
insidens setelah pandemi rubella. Infeksi varisela dan toxo- kan perhatian untuk bersahabat bila bertemu orang lain, tapi
plasmosis prenatal berhubungan dengan terjadinya gangguan selalu terhambat oleh pendekatan yang kaku dan tidak sensitif
ini. Juga berhubungan dengan riwayat ibu, riwayat kehamilan terhadap perasaan orang lain. Mereka juga tidak sensitif atas
dan persalinan. Hipotiroid pada ibu selama kehamilan berkaitan komunikasi samar-samar dari orang lain, misalnya tidak mema-
dengan terjadinya gangguan ini(3). hami tanda kebosanan, pergi karena terburu-buru dan keadaan
Beberapa penelitian melaporkan hubungan antara gejala yang memerlukan privacy(1).
gastrointestinal dengan gangguan autistik. D’eufemia dkk, Hal ini menyebabkan kesulitan membina hubungan per-
mengatakan bahwa terdapat peningkatan permeabilitas usus sahabatan. Mereka tidak mengerti petunjuk yang halus/samar,
pada pasien gangguan spektrum autistik. Ini memberi kesan gaya bicara metafora, dan seringkali dianggap konkrit(14).
bahwa disfungsi gastrointestinal berhubungan dengan ganggu- mengerti pertanyaan, tetapi tidak dapat menggunakan pe-
an perkembangan pervasif (19,24). ngetahuan yang dimilikinya untuk memecahkan masalah(23).
Pemeriksaan beberapa penderita Asperger menunjukkan Penderita gangguan Asperger tidak dapat mengomentari
adanya abnormalitas makroskopis asam amino dengan pe- tujuan aktivitas sosial, perasaan dan elemen sosial lainnya dari
ningkatan arginin, ornitin, histidin, treonin dan serin. Jadi suatu cerita(10). Penderita gangguan ini mampu menjelaskan
memperlihatkan adanya aminoasiduria(25). Davis, Fennoy dengan benar (kognitif dan cara yang formal) tentang emosi,
(1992) menyebutkan bahwa penyalahgunaan zat berperan maksud yang diharapkan dan aturan sosial. Namun demikian
untuk terjadinya gejala spektrum autistik pada anak yang di- tidak dapat menerapkan pengetahuan ini secara intuitif dan
lahirkan. Penelitian menemukan bahwa penyalahgunaan kokain spontan, sehingga kehilangan waktu untuk berinteraksi(1).
dan zat lain dapat berhubungan dengan gangguan ini(3). Adanya Terhadap orang lain, mereka sangat kaku, bereaksi tidak
hubungan temporal antara vaksinasi MMR dan gangguan spek- sesuai dan gagal berinterpretasi, serta kurang mempunyai eks-
trum autistik masih diperdebatkan(16). Faktor imunitas nampak- presi wajah(1,3,11). Mereka kurang peka terhadap lingkungan,
nya berperan untuk terjadinya gangguan Asperger. Beberapa tidak peduli dengan ekspresi emosi orang lain(1,3), dan kurang
penderita menunjukkan disfungsi atau abnormalitas sejumlah empati dengan perasaan orang lain(2,8,9,11), sehingga Gillberg
sel T(20). Proses penyakitnya adalah akibat langsung dari mengklasifikasikannya ke dalam kelompok gangguan
gangguan di susunan saraf pusat(16). Terjadi hipometabolisme empati(29).
glukosa di cingulata anterior dan posterior pada penderita Saat sedang berbicara, penderita tidak menatap sehingga
gangguan spektrum autistik. Juga terlihat adanya penyusutan memperlihatkan kurang atensi dan kurang berrespons dengan
volume girus cingulata anterior kanan, khususnya area isyarat sosial(8). Dengan demikian menunjukkan komunikasi
Brodmann’s 24(21). yang kurang mendalam(3). Gangguan Asperger menyebabkan
Wing mengatakan ada riwayat trauma serebral pada pra, hambatan untuk mengenal wajah orang lain. Keadaan ini
peri dan post-natal(23). Gambaran pencitraan otak, memper- merupakan inti dari disabilitas sosial(8,27).
lihatkan adanya lesi di substansia alba girus temporal medial Penderita gangguan ini menyenangi lingkungan yang
kanan. Beberapa penelitian menggambarkan adanya disfungsi penuh rutinitas dan terstruktur. Mereka suka dipuji, suka
hemisfer kanan pada gangguan Asperger(8,26). Juga memper- memperoleh kemenangan, dan mampu menjadi juara, akan
lihatkan adanya abnormalitas fasikulus longitudinal inferior, tetapi sering mendapatkan kegagalan, ketidaksempurnaan dan
suatu serabut ipsilateral yang menghubungkan lobus oksipitalis kritik(14).
dan temporalis serta pola aktivitas abnormal di daerah kortikal
temporal ventral(27). Girus temporal medial dan sulkus temporal Motorik
superior yang berbatasan, berperan pada ekspresi wajah dan Anak dengan gangguan Asperger mempunyai riwayat
kontak mata langsung(10). Disfungsi lobus frontalis memper- kemahiran motorik yang tertunda(1,29), seperti mengayuh
lihatkan adanya defisit fungsi eksekutif.(8). Pada gangguan sepeda, menangkap bola (tidak ada koordinasi antara kedua
Asperger ditemukan adanya ganglioside yang meningkat ber- tangan)(30,31). membuka botol dan panjat-memanjat(1,10). Mereka
makna pada cairan serebrospinal(8). Semua abnormalitas yang sulit mengikat dasi atau tali sepatu. Mereka tampak kurang

Cermin Dunia Kedokteran No. 149, 2005 25


koordinasi serta menunjukkan pola jalan yang resmi(1,10). aneh membatasi topik(1).
dan sulit untuk berbaris(31). Terdapat motoric clumsiness(10,29,30). 3. Gaya bicara bertele-tele tentang subyek favorit dan tidak
Menunjukkan kesulitan menulis dengan tangan, sehingga peduli apakah pendengar tertarik,menolak atau mencoba
menjadi malu atau marah karena ketidakmampuan menulis menyelipkan kata-kata untuk mengganti subyek. Mereka
rapi. Mereka mempunyai kemampuan menggunakan komputer tidak pernah sampai pada satu titik kesimpulan. Lawan
dan keyboard sehingga lebih memilih komputer daripada bicara seringkali gagal mencoba menguraikan masalah
menulis tangan(22). Tampak jelas terdapat gangguan ketrampilan atau logika, ataupun mengalihkan topik(1).
motorik-visual dan visuospatial(11,17,31,32). Mereka mengalami
kesulitan menggunting bentuk dari kertas(30). Dalam hal psiko- KRITERIA DIAGNOSTIK
motor mereka menunjukkan gerakan stereotipik(9,10,31,32). Dahulu para peneliti membuat kriteria diagnosis gangguan
Asperger sendiri yaitu: kriteria diagnostik Wing (1981),
Kognitif Gillberg and Gillberg (1989), Szatmari dkk (1989), kriteria
Kemampuan intelektual penderita menetap(10). Tidak ada diagnostik ICD 10 (1990), kriteria diagnostik DSM IV(13,40).
defisit kognitif(3,8), namun beberapa penelitian menggambarkan Sekarang ICD 10 dan DSM IV digunakan sebagai kriteria
adanya defisit daya ingat dalam beberapa aspek(33,34). Ke- diagnosis.
pustakaan lain mengatakan bahwa kemampuan daya ingat
cukup baik dan mereka mengingat tanpa berpikir. Penderita Kriteria diagnosis Gangguan Asperger menurut DSM IV:
Asperger dapat mengingat dengan seksama fakta, bentuk, data, 1. Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial, seperti yang
waktu dan lain-lain. Mereka tertarik pada topik luar biasa ditunjukkan oleh sekurangnya dua dari berikut :
yang mendominasi pembicaraan mereka(1). Mereka mengum- - Ditandai gangguan dalam penggunaan perilaku
pulkan banyak informasi tentang fakta di dunia(3). Sejumlah nonverbal multipel seperti tatapan mata, ekspresi
besar topik dikumpulkan dengan semangat. Mereka mem- wajah, postur tubuh, dan gerak-gerik untuk mengatur
pelajari topik seperti ular, nama binatang, pemandu televisi, interaksi sosial.
musim, data pribadi anggota kongres, jadwal kereta api dan - Gagal mengembangkan hubungan dengan teman
astronomi, tanpa pengertian luas dari fenomena yang ter- sebaya yang sesuai menurut tingkat perkembangan.
libat(1,23). Mereka unggul dalam bidang matematika dan ilmu - Gangguan untuk secara spontan membagi kesenangan,
pengetahuan. Mereka dapat mengingat banyak frasa tapi tidak perhatian atau prestasi dengan orang lain (seperti
dapat menggunakannya dalam konteks yang benar(14). kurang memperlihatkan, membawa atau menunjukkan
Pada umumnya IQ mereka normal sampai superior. Verbal obyek yang menjadi perhatian orang lain).
IQ lebih tinggi dibandingkan dengan performance IQ(29,35,36) - Tidak adanya timbal balik sosial dan emosional.
Akan tetapi terdapat gangguan dalam konsep belajar(1). 2. Pola perilaku, minat dan aktivitas yang terbatas, berulang
Suatu penelitian melalui story-telling memperlihatkan dan stereotipik, seperti yang ditunjukkan oleh sekurang -
adanya gangguan imajinasi(37). Penelitian lain juga mendapat- kurangnya satu dari berikut :
kan gangguan kreativitas dan imajinasi(38). - Preokupasi dengan satu atau lebih pola minat yang
stereotipik, dan terbatas, yang abnormal baik dalam
Bahasa intensitas maupun fokusnya.
Secara kasar perkembangan bahasa penderita gangguan - Ketaatan yang tampaknya tidak fleksibel terhadap
Asperger nampak normal, tidak ada kesulitan menempatkan rutinitas atau ritual yang spesifik dan nonfungsional.
bahasa. Pasien berbicara agak formal dengan tata bahasa yang - Manerisme motorik stereotipik dan berulang (men-
tinggi, sehingga pada awal perkembangan tidak dapat di- jentik dan mengepak-ngepak tangan atau jari, atau
diagnosis. Asperger menyebutkannya little professor. Ada tiga gerakan kompleks seluruh tubuh).
aspek pola komunikasi yang menarik secara klinik pada - Preokupasi persisten dengan bagian-bagian obyek.
gangguan Asperger yaitu :(1) 3. Gangguan ini menyebabkan gangguan yang bermakna
1. Pembicaraan ditandai dengan kurangnya prosodi, pola secara klinis dalam fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi
intonasi terbatas, walaupun nada suara dan intonasi tidak penting lainnya.
sekaku dan semonoton gangguan autistik(1,3,9). Bicaranya 4. Tidak terdapat keterlambatan menyeluruh yang bermakna
terlalu cepat, tersentak-sentak, dengan volume yang secara klinis dalam bahasa (misalnya, menggunakan kata
kurang modulasi: misalnya suara keras walaupun lawan tunggal pada usia 2 tahun, frasa komunikatif digunakan
bicara berada dalam jarak dekat. Kurang pertimbangan pada usia 3 tahun).
untuk situasi sosial tertentu, misalnya di perpustakaan atau 5. Tidak terdapat keterlambatan bermakna secara klinis
pada keadaan gaduh(1,39). dalam perkembangan kognitif atau dalam perkembangan
2. Pembicaraan tangensial dan sirkumstansial, sehingga ketrampilan menolong diri sendiri dan perilaku adaptif
memberi kesan suatu asosiasi longgar dan inkoheren(1,3). yang sesuai dengan usia (selain dalam interaksi sosial), dan
Sebagian pasien memberi kesan gangguan proses pikir. keingintahuan tentang lingkungan pada masa kanak-kanak.
Gaya bicara egosentris dengan menggunakan kata-kata 6. Tidak memenuhi kriteria untuk gangguan pervasif spesifik
harfiah(1,3,11). seperti monolog tentang nama, kode, atribut atau skizofrenia(6).
di televisi dari berbagai negara. Gagal memberi alasan atau
komentar tentang suatu pembicaraan dan secara jelas Klasifikasi gangguan perkembangan pervasif yang ada

26 Cermin Dunia Kedokteran No. 149, 2005


sekarang ini kurang memuaskan orang tua yang mempunyai dengan gangguan kepribadian obsesi kompulsi seperti fungsi
anak dengan gangguan ini, klinikus dan peneliti akademik. sosial yang terbatas. Keadaan ini menyebabkan gangguan
Karena reliabilitas dan validitas dari data empirik gangguan ini, Asperger didiagnosis banding dengan gangguan Kepribadian
dianjurkan pendekatan baru untuk klasifikasinya(40). Obsesi Kompulsi(8,9).
DIAGNOSIS BANDING
Tabel 1. Differential diagnostic features of autism and nonautistic
1. Autisme infantil pervasive developmental disorders(1)
Gangguan Asperger berbeda dengan autisme infantil
Pervasive
dalam onset usia onset autisme infantil lebih awal(2,41), juga Feature
Autistic Asperger’s
developmental
berbeda dalam keparahan penyakit yaitu autisme infantil lebih disorder disorder
disorder NOS
parah dibandingkan gangguan Asperger(2,42). Pasien autisme
Age at recognition
infantil menunjukkan penundaan dan penyimpangan dalam (month)
0-36 Usually > 36 Variable
kemahiran berbahasa serta adanya gangguan kognitif(2,17).Oral
vocabulary test menunjukkan keadaan yang lebih baik pada Sex ratio M>F M>F M>F
gangguan Asperger. Defisit sosial dan komunikasi lebih berat Loss of skills Variable Usually not Usually not
pada autisme(17). Selain itu ditemukan adanya manerisme Social skills Very poor Poor Variable
motorik sedangkan pada gangguan Asperger yang menonjol
adalah perhatian terbatas dan motorik yang canggung, serta Communication
Usually poor Fair Fair to good
skills
gagal mengerti isyarat nonverbal. Lebih sulit membedakan Circumscribed - Variable Variable
Variable
gangguan Asperger dengan autisme infantil tanpa retardasi interests (mechanical) Unknown
Marked (facts)
mental. Gangguan Asperger biasanya memperlihatkan gambar-
an IQ yang lebih baik daripada autisme infantil(2), kecuali
Family history of Sometimes Frequent Frequent
autisme infantil high functioning(41). Batas antara gangguan similar problems
Asperger dan high functioning autism untuk gangguan ber- Seizure disorder Common Uncommon Uncommon
bahasa dan gangguan belajar sangat kabur(8). Gangguan Head growth -
No No No
Asperger mempunyai verbal intelligence yang normal sedang- deceleration
I.Q. range
kan autisme infantil mempunyai verbal intelligence yang Severe MR Mild MR to Severe MR to
kurang(2). Gangguan Asperger mempunyai empati yang lebih to normal normal normal
baik dibandingkan dengan autisme infantil, sekalipun keduanya Outcome Poor to fair Fair to good Fair to good
mengalami kesulitan berempati(2,11).
2. Gangguan perkembangan pervasif yang tidak di- PROGNOSIS DAN PERJALANAN PENYAKIT
tentukan Perbedaan klinik antara gangguan autisme dan gangguan
Gangguan Asperger lebih berat dalam disfungsi sosial(1,10). Asperger mempunyai nilai prognosis(21). Gangguan Asperger
3. Gangguan kepribadian skizoid mempunyai prognosis yang lebih baik(12,22,29). Terdapat per-
Gangguan kepribadian skizoid tidak memperlihatkan bedaan rentang keparahan dari gangguan Asperger, sehingga
keparahan dalam gangguan sosial, juga tidak ada kelainan pada beberapa kasus tidak terdiagnosis karena penderitanya hanya
pola perkembangan awal seperti yang tampak pada gangguan tampak aneh dan eksentrik(14). Perempuan mempunyai prog-
Asperger(1,43). Gillberg memberi gambaran anak dengan nosis yang lebih baik(47). Perjalanan penyakit dan akibatnya
gangguan Asperger memenuhi kriteria gangguan kepribadian sangat bervariasi(1) karena IQ dan ketrampilan berbahasanya
skizoid untuk orang dewasa(44) Wolf dan Cull (1986) mengata- relatif baik(41). Beberapa anak dapat mengikuti pendidikan
kan bahwa gangguan Asperger merupakan varian dari ganggu- secara teratur dengan mendapat dukungan sedangkan yang lain
an kepribadian skizoid(45) dan identik dengan gangguan membutuhkan pendidikan khusus. Keadaan ini disebabkan
kepribadian skizoid pada orang dewasa(14). Sementara Tantam karena gangguan dalam perilaku dan interaksi sosial, bukan
(1988,1991) mengatakan bahwa jelas berbeda antara gangguan karena defisit akademik(1).
Asperger dan gangguan kepribadian skizoid(46). Prediksi masa depan anak Asperger positif. Beberapa
pasien menggunakan talenta khususnya untuk memperoleh
4. Skizofrenia pekerjaan yang dapat menunjang kehidupannya sendiri(1).
Gangguan Asperger didiagnosis banding dengan Perilaku buruk seringkali didasari ketidakmampuan meng-
skizofrenia onset masa kanak-kanak(8). Kombinasi dari bicara komunikasikan frustrasi dan kecemasan(14). Pada saat remaja,
bertele-tele, bicara sendiri, pola pembicaraan inkoheren, gagal mereka tidak menyadari kalau berbeda dengan yang lain dan
mengganti topik pembicaraan dan gagal memberi latar be- sering disingkirkan dalam hubungan interpersonal. Pada saat
lakang suatu cerita, menyebabkan kekeliruan mendiagnosis dewasa mereka beradaptasi sangat superfisial, egosentris dan
Skizofrenia. Gangguan Asperger lebih menunjukkan disfungsi terisolasi(3). Gangguan bipolar dan gangguan cemas dapat
komunikasi daripada gangguan proses pikir(1,10). Ekspresi wajah menjadi komorbiditas untuk gangguan Asperger(5,11,48). Frustrasi
yang abnormal terdapat pada kedua gangguan ini(18). kronis akibat kegagalan berulang apabila berbicara dengan
5. Gangguan Kepribadian Obsesi Kompulsi. orang lain dan saat menjalin persahabatan menye- babkan
Beberapa gejala gangguan Asperger bertumpang tindih penderita dengan gangguan Asperger dapat menderita juga

Cermin Dunia Kedokteran No. 149, 2005 27


gangguan mood(1). bahwa individu dengan gangguan Asperger menikmati kesem-
Beberapa penderita dapat mempunyai gambaran kata- patan tertentu dengan orang lain. Ia dapat mengembangkan
tonik(8) gangguan obsesi kompulsi(3,5,49) ide bunuh diri, temper hubungan di sekitar aktivitasnya dengan orang lain untuk
dan gangguan menentang(49). Penderita gangguan Asperger membagi perhatian. Perhatian khusus dibuat untuk mencipta-
mengalami penurunan berat badan dan gangguan makan(50). kan kesempatan sosial melalui kelompok minat.
Pada beberapa populasi penelitian ditemukan adanya komor- Mereka membutuhkan kasih sayang, kelembutan hati,
biditas gangguan ini dengan gangguan tik(2,5,40) dan sindrom kepedulian, kesabaran dan pengertian. Jika mereka mendapat
Tourette(3,8,22) Volkmar & Klin,1997 mengatakan adanya kannya, sedikitnya dapat lebih terlibat dalam masyarakat(14).
komorbiditas antara gangguan Asperger dengan Attention
Deficit Hiperactivity Disorder(3). Orang tua
Menurut Tantam (1980), penderita Asperger memper- Orang tua berperan sangat besar dalam penatalaksanaan
lihatkan perilaku antisosial pada saat dewasa(45). Gangguan gangguan Asperger. Beberapa strategi yang menolong orangtua
Asperger akan berkembang pada kecenderungan paranoid(22). untuk menghadapi anaknya :
Mawson dan kawan-kawan (1985), menunjukkan adanya - Buatlah pembicaraan yang sederhana sesuai dengan tingkat
hubungan antara gangguan Asperger dengan perilaku kekeras- pengertian mereka
an dan agresif serta membakar rumah(15). Beberapa gangguan - Buatlah instruksi yang sederhana untuk pekerjaan yang rumit
medis spesifik yang dapat bersamaan dengan gangguan Asper- dengan menggunakan daftar atau gambar.
ger yaitu tuberous sclerosis,(17,26,39) Marfan-like syndrome, - Mencoba mengkonfirmasi apakah mereka mengerti apa yang
Kleine-Levin syndrome, fragile X syndrome dan sindrom dibicarakan atau ditanyakan. Jangan membuat pertanyaan yang
kromosom lain termasuk translokasi kromosom 17-19(8). cukup dijawabYes/No.
- Jelaskan bahwa mereka harus menatap saat berbicara dengan
PENATALAKSANAAN orang lain, beri semangat, pujian untuk prestasi, khususnya
Pada dasarnya adalah suportif dan simtomatis; meliputi pada saat mereka menggunakan ketrampilan sosial tanpa
beberapa aspek antara lain ketrampilan sosial dan komunikasi, disuruh.
orangtua, pendidikan, pekerjaan dan terapi yang lain.1 - Untuk anak kecil yang tampaknya tidak mau mendengar,
berbicara dengan dinyanyikan akan lebih bermanfaat.
Ketrampilan sosial dan komunikasi - Berilah pilihan yang dibatasi dua atau tiga pilihan(14).
Penderita Asperger mempunyai kecenderungan menggan-
tungkan diri pada aturan yang kaku dan rutinitas. Keadaan ini Pendidikan
dapat digunakan untuk mengembangkan kebiasaan yang positif Sangat bermanfaat jika anak dimasukkan ke sekolah yang
dan meningkatkan kualitas hidup. Strategi menyelesaikan memahami kesulitan anak dan orangtuanya. Guru harus me-
masalah diajarkan untuk menangani keadaan yang sering nyadari bahwa muridnya mempunyai gangguan perkembangan
terjadi, situasi sulit seperti terlibat dengan hal baru, kebutuhan dan berbeda dari murid lain(5,14). Ketrampilan, konsep, prosedur
sosial dan frustrasi. Dibutuhkan latihan untuk mengenal situasi yang teratur, strategi kognitif dan norma-norma perilaku dapat
sulit dan memilih strategi yang pernah dipelajari untuk situasi diajarkan dengan efektif(1).
seperti itu(1). Beberapa prinsip umum sekolah agar dapat diaplikasikan
Program Behavioral Modification dilakukan untuk melatih pada anak dengan gangguan Asperger :(5)
anak agar bersikap lebih layak dan dapat diterima secara sosial. - Rutinitas kelas harus konsisten, terstruktur, dan sebisa
Dalam program ini yang diintervensi adalah(51). mungkin dapat diramalkan. Mereka harus dipersiapkan terlebih
• Rutinitas harian. dahulu. Termasuk jadual istirahat, hari libur dan sebagainya.
• Pengendalian temper tantrum - Aturan diterapkan dengan seksama. Beberapa anak kaku
• Komunikasi dengan aturan. Pedoman dan aturan diterangkan dengan jelas,
• Aspek emosi akan menolong jika melalui tulisan.
Ketrampilan sosial dan komunikasi sebaiknya diajarkan oleh - Guru mengambil kesempatan pada bidang yang menjadi
ahli komunikasi untuk berbicara pragmatis. Keadaan ini dapat perhatian anak saat mengajar. Anak akan belajar dengan baik
dilakukan dalam terapi dua orang atau terapi kelompok kecil. dan memperlihatkan motivasi dan perhatian yang besar bila
Terapi komunikasi meliputi:(1) sesuai dengan yang dijadualkan.
1. perilaku nonverbal yang sesuai (cara memandang untuk - Banyak anak gangguan Asperger berespons baik secara
interaksi sosial, memonitor dan mencontoh perubahan visual dengan alat seperti : jadual, chart, list, gambar dsb.
suara). - Secara umum mengajar dengan konkrit. Hindari gaya
2. membaca kode verbal dari perilaku nonverbal orang lain bahasa yang sulit dimengerti seperti sarkasme, idiom dan
3. social awareness. sebagainya.
4. perspective taking skill - Strategi mengajar didaktik dan eksplisit dapat membantu
5. interpretasi yang benar untuk komunikasi yang berarti anak memperoleh kecakapannya pada bidang fungsi eksekutif.
-
ganda. Pastikan bahwa staf lain seperti guru olahraga, sopir bus,
Kelompok self support dapat membantu penderita Asperger. petugas perpustakaan dan kafetaria mengetahui keadaan anak.
Pengalaman kecil pada kelompok self-support memberi kesan Lakukanlah pendekatan terhadap mereka.

28 Cermin Dunia Kedokteran No. 149, 2005


Pekerjaan ingin naik pesawat yang ada baling-balingnya di hidung dan
Dalam pekerjaan, manfaatkan kemampuan mereka untuk mesinnya jet. Pasien masuk TK pada usia 5 tahun, bisa mem-
dapat mandiri. Kemandirian dalam berbagai bidang menjadi baca dan berhitung pada usia 4 tahun, tidak ada keterlambatan
prioritas(1). Penderita gangguan Asperger dilatih dan ditempat- bicara dan berbahasa. Usia 6 tahun masuk SD. Di kelas II cawu
kan pada pekerjaan yang mendapat dukungan dan perlindungan II pasien pindah sekolah, karena murid di SD sebelumnya
dengan demikian mereka tidak akan mengalami gangguan terlalu banyak.
psikologik. Sebaiknya pekerjaan mereka tidak melibatkan Pada pemeriksaan pasien tampak bersikap kaku, berbicara
tuntutan sosial yang intensif, tekanan waktu atau membutuhkan dengan bahasa yang baku dan sangat formal tanpa memandang
perubahan cepat. Jangan ditempatkan pada situasi baru yang lawan bicaranya (menghindari kontak mata). Pasien bicara
membutuhkan pemecahan masalah(1). keras dan tidak bisa pelan. Pasien memperlihatkan gangguan
interaksi sosial dalam kontak mata yang kurang adekuat.
Terapi lain Memperlihatkan respons yang tertunda waktu disapa.
Diberikan psikoterapi dan terapi okupasi. Psikoterapi suportif Pembicaraannya kurang modulasi dan nampak monoton. Ia
dapat menolong penderita agar dapat beradaptasi dengan perasaan tidak menunjukkan rasa sedih atau kecewa saat menceritakan
sedih, frustrasi dan ansietas. Keadaan yang langsung terfokus pada tidak bisa makan McDonald, padahal ia menyukainya. Ia tidak
pemecahan masalah lebih berguna daripada pendekatan ber- berespons dengan ekspresi wajah dan sikap orang lain. Ia tidak
orientasi tilikan (insight)(32). Terapi okupasi sangat dibutuhkan, membalas jika orang lain tersenyum kepadanya. Pasien me-
diberikan oleh seorang terapis yang berpengalaman, untuk nyebutkan tanda waktu secara detil misalnya waktu ditanyakan
melatih koordinasi gerakan(32). Intervensi farmakologi tak kalah jam berapa pulang sekolah, ia menjawab jam dua belas lewat
penting untuk menghilangkan gejala dan psikopatologi lain(32). tiga puluh enam menit, sepuluh detik, demikian juga untuk
Diutamakan jika ada gejala agresivitas dan self injuries. pertanyaan lain mengenai waktu. Pada saat ditanya, pertanyaan
Golongan antagonis serotonin dopamin seperti risperidone, harus diulang baru pasien menjawab. Terkadang jawaban tidak
olanzapine, quetiapine(52,53) dan serotonin selective reuptake sesuai.
inhibitor seperti fluoxetin menurut kepustakaan sangat baik Saat ditegur karena melakukan kesalahan, pasien berkata:
untuk gangguan Asperger. Clomipramine efektif untuk terapi ”mengapa marah-marah, saya tidak salah”, dengan wajah tak
gejala obsesi kompulsi pada gangguan ini. Terapi stimulan bersalah. Ia tidak bisa menulis rapi dan sering marah-marah
bermanfaat untuk mengatasi gangguan atensi(8). dan berteriak-teriak karena tidak bisa menulis rapi. Ia sering
Nutrisi dapat menolong anak dengan gangguan Asperger. menghindari pekerjaan menulis. Pada saat menjiplak pasien
Makanan bebas gluten dan kasein sangat dianjurkan. Hal ini tidak dapat melakukannya dengan rapi dan teratur, ia me-
berdasarkan pada hipotesis opioid pada autisme. Mega dosis lakukannya berulang-ulang sampai bosan dan istirahat.
vitamin dan mineral dianjurkan pada penatalaksanaan ganggu- Demikian juga saat menggunting gambar di kertas terlihat
an spektrum autisme. Diet bebas fenol dan salisilat, gula, zat sangat kaku dan hasilnya tidak rapi. Apabila pasien melakukan
aditif, jamur/fermentasi dianjurkan dengan menggunakan rotasi sesuatu yang sulit, kemudian gagal maka ia akan frustrasi dan
diet(54,55). Integrasi sensorik dilakukan pada anak gangguan berteriak-teriak. Setiap kali kunjungan pasien melakukan hal
spektrum autisme dengan tujuan untuk memperbaiki sistem yang rutin yaitu menggambar, padahal tidak disuruh. Untuk
registrasi dan modulasi dari berbagai input sensorik, memfasili- mengubah kebiasaan pasien ke hal-hal yang baru harus melalui
tasi fungsi regulasi, memfasilitasi proses dari berbagai input proses dan tidak boleh langsung karena pasien akan ngambek.
sensorik, dan membantu perkembangan praksis dan ketrampil- Di rumah pasien suka main playstation. Interaksi pasien
an untuk memecahkan masalah(56). dengan orangtuanya: pasien dapat ditinggal orang tuanya tanpa
protes, tetap bisa bermain dengan baik (asyik sendiri). Orientasi
ILUSTRASI KASUS dan persepsi baik, Mood/afek inappropriate, empati sulit
B, laki-laki, 7 tahun, datang dengan keluhan suka me- dirabarasakan, proses pikir terhambat.
mukul dan berteriak jika keinginan tidak atau lama dipenuhi.
Pasien lebih suka main sendiri dan sulit berteman, juga di DISKUSI
sekolah. Pasien kelihatan aneh dan tidak bisa bergaul. Pasien Memahami gambaran klinis dan kriteria diagnostik adalah
suka bermain permainan aneh yang diciptakan sendiri. Ia tidak modal untuk mendiagnosis gangguan Asperger. Gambaran
bisa mengerti dan peduli dengan perasaan orang lain. Ia sering klinis yang mirip atau tampaknya bertumpang tindih dengan
melempar, menonjok tanpa mempedulikan orang lain, tapi gangguan dalam spektrum autistik, dapat menyulitkan diag-
tidak boleh ditegur. Pasien juga suka membangkang. nosis.
Nilai pelajaran cukup bagus dengan rata-rata 7-9 untuk Deteksi dini gangguan Asperger dapat dilakukan jika
matematika dan pelajaran hafalan. Pasien kurang abstraksi, mampu melakukan anamnesis dan pemeriksaan dengan teliti
sulit mengerti bahasa. Pasien anak tunggal, kedua orang tua untuk menegakkan diagnosis. Etiologi gangguan Asperger
bekerja, riwayat prenatal tidak ada keluhan, proses persalinan masih dalam perdebatan, sehingga sampai saat ini penata-
dengan risiko ketuban pecah dini, berat badan lahir 3,5 kg, laksanaan pada dasarnya adalah suportif dan simtomatis.
panjang badan 49 cm. Terapi non farmakologis dan farmakologis diberikan
Pasien mengikuti aktivitas seperti taekwondo, piano dan sesuai kebutuhan pasien. Pendekatan multidisiplin bermanfaat
komputer. Pasien bercita-cita ingin menjadi pilot karena ia untuk memberikan terapi yang holistik dan komprehensif.

Cermin Dunia Kedokteran No. 149, 2005 29


PUISI KARANGAN SEORANG ANAK 2001.
4. Levin K. Pervasive developmental disorder: PDD-NOS, Asperger
GANGGUAN ASPERGER disorder and autism parent information booklet. http://www.children
hospital.org/ici/publications. Diakses 4 April 2001.
Ironing Out the Wrinkles 5. Bauer S. Asperger syndrome. http://www.asperger.org/articles. Diakses 4
April 2001.
6. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder 4th ed. American
Life was once a tangled mess. Psychiatric Association.Washington, DC:75-7.
Like missing pieces, in a game of chess. 7. Volkmar FR, Klin A, Siegel B, et al. Field trial for autistic disorder in
Like only half a pattern for a dress. DSM-IV. Am J Psychiatr. 1994;151:1361-7.
8. Gillberg C. Asperger syndrome and high functioning autism, Br J
Like saying no, but meaning yes. Psychiatr. 1998;172:200-9
Like wanting more, and getting less. 9. Kerbeshian J, Burd L. Asperger’s syndrome and Tourette syndrome: the
But I’m slowly straightening it out. case of the Pinball Wizard. Br J Psychiatr. 1986;148:731-6.
10. Volkmar FR, Klin A, Schultz RT et al. Clinical case conference :
Asperger’s disorder. Am J Psychiatr. 2000;157:262-7.
Life was once a tangled vine.
11. Cox AD. Is Asperger’s syndrome a useful diagnosis ?. Arch. Dis.
Like saying yours, and meaning mine. Childhood 1991;66: 259-62.
Like feeling sick, but saying fine. 12. Kerbeshian J, Burd L, Fisher W. Asperger’s syndrome: to be or not to
Like ordering milk, but saying wine. be?. Br J Psychiatr. 1990;156:721-5.
13. Ehlers S, Gillberg C. The epidemiology of Asperger syndrome : A total
Like seeing a tree, and saying vine. population study. Cambridge University Press, 1993.
But I’m slowly straightening it out. 14. Lord R. Asperger syndrome. http: www.asperger.orgarticle. Diakses 4
April 2001.
Life is now a lot more clear. 15. Scragg P, Shah A. Prevalence of Asperger’s syndrome in a secure
hospital. Br J Psychiatr. 1994;165:679-82
The tangles are unraveling, 16. Editorial. By one name. J Pediatr. 2000;136:576-7.
And hope is near. 17. Szatmari P et al. Two year outcome of preschool children with autism or
Sure there are bumps ahead. Asperger’s syndrome and high functioning autism. Br J Psychiatr.
1998;172:200-9.
But no more do I look on with dread. 18. Tantam D. Lifelong eccentricity and social isolation II: Asperger’s
syndrome or schizoid personality disorder?. Br J Psychiatr.1988;153:
After fourteen years the tangles have straightened. 783-91.
19. Editorial. Zebras in the livingroom : The changing faces of autism. J
Pediatr.1999;135:533-5.
(Vanessa Regal) 30
20. Connolly AM et al. Serum autoantibodies to brain in Landau-Kleffner
variant, autism, and other neurologic disorder. J Pediatr. 1999;134:607-
13.
21. Volkmar FR et al. Nosology and genetic aspect of Asperger syndrome. J
Autism Dev Disord.1998;28(5):457-63.
22. Gillberg CL. Autism and autistic-like conditions : subclasses among
disorder or empathy. Cambridge University Press. 1992.
23. Burguine E, Wing L. Identical triplets with Asperger’s syndrome. Br J
Psychiatr. 1983; 143:261-5.
24. Horvath K et al. Gastrointestinal abnormalities in children with autistic
disorder. J. Pediatr. 1999;135:559-63.
25. Milles, Capelle. Asperger’s syndrome and aminoaciduric : a case sample.
Br J Psychiatr.1987;150:397-400.
26. Rinehart NJ et al. Atypical interference of local detail on global
processing in high -functioning autism and Asperger’s disorder.J Child
Psychol Psychiatr. 2000; 41 (6) :769-78.
27. Schultz RT, Gaulthier I et al. Abnormal ventral temporal cortical activity
during face discrimination among individuals with autism and Asperger
syndrome. Arch Gen Psychiatr. 2000;57:331-40.
28. Jones PB, Kerwin RW. Left temporal lobe damage in Asperger’s
syndrome. Br J Psychiatr.1987; 150:397-400.
29. Klin A, Volkmar FR et al. Validity and neuropsychological
Gambar 1 : Dari seorang anak penderita gangguan Asperger characterization of Asperger syndrome: convergence with nonverbal
learning disability syndrome. Cambridge University Press.1995.
30. Attwood T. Motor Clumsiness. http://www.Asperger.org/articles. Diakses
4 April 2001.
31. Ringman JM, Jankovic J. Occurrence of tics in Asperger’s syndrome and
autistic disorder. J Child Neurol. 2000;156:394-400.
KEPUSTAKAAN 32. Grossman JB, Klin A, Carter AS, Volkmar FR. Verbal bias in recognition
of facial emotion in children with Aspreger syndrome. J Child Psychol
1. Volkmar FR, Klin A. Pervasive developmental disorder. Dalam : Kaplan Psychiatr. 2000;41(3):369-79.
HI, Sadock BJ. Comprehensive Textbook of Psychiatry, 7th ed, Baltimore, 33. Bowler DM, Gardiner JM, Grice S et al. Memory illusions: false recall
William & Wilkins;1999:2674-7. and recognition in adults with Asperger’s syndrome. Abnorm Psychol.
2. Bowman EP. Asperger’s syndrome and autism: the case for a connection. 2000;109(4): 663-72.
Br J Psychiatr. 1988; 152 : 377-82. 34. Bowler DM, Gardiner JM, Grice SJ. Episodic memory and remembering
3. Rosen BS. Asperger’s syndrome, high functioning autism, and disorder of in adults with Asperger syndrome. J Autism Dev Disord.2000; 30(4):295-
autistic continuum. http://www.asperggersyndrome.com. Diakses 4 April 304.

30 Cermin Dunia Kedokteran No. 149, 2005


35. Miller JN, Ozonoff S. The external validity of Asperger disorder: lack of analogue for comparisons with and between Asperger’s syndrome and
evidence from the domain of neuropsychiatry. J Abnorm Psychol. other autistic spectrum condition. http://www.shifth.mistral.co.uk/autism.
2000;109(2):227-38. Diakses 4 April 2001.
36. Bolton PF et al. Association of tuberous sclerosis of temporal lobes with 47. Attmood T. Asperger syndrome: Some common question.:
autism and atypical autism. Lancet.1997;349:392-5. http://www.asperger.org/article. Diakses 4 April 2001.
37. Craig J, Baron-Cohen S. Story-telling ability in children with autism or 48. Ghaziuddin M et al. Comorbidity of Asperger syndrome : a preliminary
Asperger syndrome: a window into the imagination. Isr J Psychiatry Relat report. J Intellect Disabil Res. 1998;42:279-83.
Sci. 2000;37(1): 64-70. 49. Green J et al. Social and psychiatry functioning in adolescent with
38. Craig J, Baron-Cohen S. Creativity and imagination in autism and Asperger syndrome compared with conduct disorder. J Autism Dev
Asperger syndrome. J Autism Dev. Disord.1999;29(4):319-26. Disord.2000;30(4) :27993.
39. Littlejohns CS, Clarke DJ, Corbett JA. Tourette-Like Disorder in 50. Sobanski E. Further evidence for a low body weight in male children
Asperger syndrome.Br J Psychiatr.1990;156:430-3. and adolescent with Asperger’s disorder. Eur Child Adolesc Psy.1999;
40. Szatmari P. The classification of autism, Asperger syndrome and 8(4):312-4.
pervasive developmental disorder. Can J Psychiatr. 2000;45(8):731-8. 51. Grossman R. Behavioral Modification Programme for PDD Children.
41. Charman T, Skuze DH. Autism. Psychiatr. Medicine Internat. 2000; 3: Child Neurology and Developmental Centre. www.child brain.com.
54-6. Diakses 8 April 2003
42. Baron-Cohen S. Is Asperger syndrome/high-functioning autism 52. Sadock BJ, Kaplan HI, Pervasive Develompental Disorder. Synopsis of
necessarily a disability?.Dev Psychopathol.2000;12(3):489-500. Pychiatry, 9th ed, 2002 :1208-22.
43. Prior M, Eisenmajer R, Leeham et al. Are there subgroup within the 53. Zepf B. Risperidone for aggressive behavior in autistic children. Am.
autistic spectrum?. A cluster analysis of groups of children with autistic Family Physician 2003:Feb.
spectrum disorder. J Child Psychol Psychiatr. 1998;39(6):893-902. 54. Mehl-Madrona L.Effective Therapies for Autism and other Developmental
44. Wolff S. “Schizoid” personality in childhood and adulthood life. III : the Disorder. Autism/Asperger’s Digest Magazine, 2000.
childhood picture. Br J Psychiatr.1991;159:629-35. 55. Susilo RPP. Pengalaman menjalankan diet pada anak Autistic Spectrum
45. Everall IA, Lecounter A. Firesetting in an adolescent boy with Asperger Disorder. Konferensi Nasional Autisme I, Jakarta, 2003 :182-9.
syndrome.Br J Psychiatr. 1990;157:284-7. 56. Utama DK. Terapi sensori integrasi untuk anak-anak dengan gangguan
46. Walker A. Separate realities; a plain narrative of a-posteriori cognition: spektrum autisme. Konferensi Nasional Autisme I, Jakarta, 2003 : 73-9.

Cermin Dunia Kedokteran No. 149, 2005 31


TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Aspek Klinik dan Farmakoterapi


Anak dengan Gangguan Pemusatan
Perhatian / Hiperaktivitas
Yusuf Alam Romadhon
Dokter PTT di Puskesmas Kartasura II Kab Sukoharjo, Jawa Tengah

ABSTRAK

Gangguan pemusatan perhatian/hiperaktivitas (GPP/H) merupakan suatu sindrom neuro-


psikiatrik yang sering dijumpai dengan onset pada masa anak di tahun-tahun awal sekolah.
Menurut DSM-IV, GPP/H dibagi atas tiga subtipe: (1) subtipe inatensi, (2) subtipe
hiperaktif-kompulsif, (3) kombinasi. Terdapat penurunan gejala sebesar 50% setiap 5 tahun antara
usia 10 hingga 25 tahun, tetapi adanya kondisi psikiatri yang terjadi bersamaan dengan GPP/H
seperti gangguan mood, gangguan perilaku menentang (ODD [oppositional defiant disorder]),
gangguan bipoler dan sindrom Tourrette, dalam suatu penelitian prospektif akan meningkatkan 11
kali menetapnya gejala, 9 kali terjadinya gangguan kepribadian antisosial dan 4 kali lebih tinggi
kejadian gangguan penyalahgunaan obat; prediktor terkuat menetapnya psikopatologi adalah
komorbiditas psikiatrik dan riwayat GPP/H keluarga.
Dalam farmakoterapi GPP/H, psikostimulansia mempunyai tempat yang unik dan utama;
sejauh ini methylphenidate merupakan psikostimulansia yang paling banyak diteliti dan digunakan
karena menunjukkan hasil yang lebih efektif dan efek samping yang minimal dibandingkan obat
jenis yang lain seperti antidepresan dan neuroleptik.

Kata kunci : Gangguan pemusatan perhatian/hiperaktif, aspek klinik, farmakoterapi.

PENDAHULUAN dengan GPP/H berisiko menderita gangguan psikiatrik lain


Gangguan pemusatan perhatian/hiperaktivitas (GPP/H) baik di masa kanak-kanak, remaja dan dewasa yang meliputi
merupakan suatu sindrom neuropsikiatrik yang sering dijumpai perilaku antisosial, penyalahgunaan zat serta gangguan mood
dengan onset usia kanak-kanak, sebagian besar menjadi nyata dan kecemasan(1,2). Keterkaitannya dengan gangguan tersebut
(dan menjadi perhatian medik) di tahun-tahun pertama kelas membuatnya menjadi suatu kelompok gangguan yang lebih
sekolah(1). Kondisi ini merupakan suatu gangguan heterogen kompleks(3). Pengenalan, penilaian (assessment) dan penata-
dengan etiologi yang tidak diketahui(1,2). Di Amerika merupa- laksanaan dini dari kondisi-kondisi ini dapat mengarahkan
kan satu dari problem klinik dan kesehatan masyarakat utama kembali perkembangan edukasional dan psikososial pada
karena berhubungan dengan morbiditas dan disabilitas sebagian besar anak dengan GPP/H(4).
anak-anak, remaja dan dewasa. Pengaruhnya pada masyarakat Nama dan nosologi GPP/H telah menjalani sejumlah
adalah dalam hal finansial, stres pada keluarga, pengaruh perubahan dalam beberapa dekade terakhir. Di tahun 1960-an
negatif pada kegiatan akademik, pekerjaan dan juga ke- dalam DSM-II gejala-gejala motorik yang ditekankan serta
percayaan diri(2). Data dari penelitian cross-sectional, gangguan diberi nama reaksi hiperkinetik dari anak-anak. Di
retrospektif dan follow-up menunjukkan bahwa anak-anak tahun 1980-an, DSM-III menamai kembali sebagai gangguan

32 Cermin Dunia Kedokteran No. 149, 2005


pemusatan perhatian dan menekankan inatensi sebagai DIAGNOSIS GPP/H
gambaran inti. Di tahun 1987 dalam DSM-III-R dinamai Menegakkan diagnosis GPP/H pada anak harus ber-
kembali dengan gangguan pemusatan perhatian/hiperaktivitas dasarkan ciri-ciri yang memenuhi kriteria diagnosis (tabel 2).
(attention deficit/hyperactivitydisorder[ADHD]). Baik inatensi Sedangkan langkah untuk menegakkan diagnosis dan evaluasi-
maupun hiperaktivitas ditekankan sama pentingnya sebagai nya dapat dilihat pada Gambar 1.
gambaran inti. Dalam DSM-IV dikenal tiga subtipe tergantung
Tabel 2. Kriteria Diagnosis Gangguan Pemusatan Perhatian/Hiperaktif*
pada gejala yang dominan; subtipe dominan inatensi, subtipe
dominan hiperaktivitas-impulsivitas dan subtipe campuran(2). A. Baik : (1) atau (2)
(1). Gangguan Pemusatan Perhatian (Inatensi)
PREVALENSI Sekurang-kurangnya ada 6 dari gejala gangguan pemusatan perhatian
Penelitian GPP/H di masyarakat memperlihatkan pre- ini yang muncul dalam 6 bulan terakhir.
- Tidak mampu memberikan perhatian terhadap hal-hal yang kecil,
valensi antara 1,7%-16%, tergantung pada populasi dan sering membuat kesalahan yang sesungguhnya tidak perlu terjadi
metodologi diagnostik yang dipergunakan (tabel 1)(1). saat mengerjakan tugas di sekolah.
Dengan menggunakan kriteria DSM IV, bila dibandingkan - Tidak mampu memusatkan perhatian secara terus-menerus pada
dengan versi sebelumnya, maka lebih banyak perempuan yang saat menyelesaikan tugas atau bermain.
- Sering tampak seperti tidak memperhatikan.
didiagnosis subtipe inatensi. Angka prevalensi juga sangat - Sering tidak dapat mengikuti perintah dan gagal menyelesaikan
bervariasi tergantung sampel yang diteliti, pada sampel tugas sekolah atau tugas lainnya.
sekolah 6,9% (5,5%-8,5%) dibandingkan sampel komunitas - Sering mengalami kesulitan mengatur tugas atau aktivitas lainnya.
10,3% (8,2%-12,7%)(4). - Sering menolak atau tidak menyukai tugas yang memerlukan
perhatian terus-menerus.
Pada uji lapangan DSM IV didapatkan kecenderungan - Sering kehilangan barang-barang atau alat yang diperlukan.
perbedaan usia untuk masing-masing subtipe. Anak dengan - Perhatian mudah teralih oleh rangsangan dari luar.
GPP/H subtipe hiperaktif-impulsif rata-rata usianya 5,7 tahun, - Sering lupa menyelesaikan tugas/kegiatan rutin sehari-hari.
subtipe kombinasi rata-rata usianya 8,5 tahun dan subtipe
(2). Hiperaktivitas dan Impulsivitas
inatensi rata-rata usianya 9,8 tahun. Penderita GPP/H subtipe Sekurang-kurangnya ada 6 dari gejala gangguan hiperaktivitas dan
kombinasi dan hiperaktif-impulsif paling bermasalah dengan impulsivitas ini yang muncul dalam 6 bulan terakhir
perilaku mereka di rumah, sedangkan penderita dengan subtipe • Hiperaktivitas
inatensi cenderung lebih bermasalah di bidang akademik dan - Sering tangan dan kaki tidak bisa diam atau banyak bergerak di
tempat duduk.
secara bermakna lebih sering menggunakan fasilitas-fasilitas - Sering meninggalkan tempat duduk saat mengikuti kegiatan di kelas
pelayanan di sekolah. Penderita subtipe inatensi menunjukkan atau kegiatan lain yang mengharuskannya tetap duduk.
taraf yang lebih rendah dalam hal atensi, kenakalan, agresifitas - Sering berlari-lari atau memanjat-manjat secara berlebihan.
dan gejala-gejala gangguan perilaku, tetapi tidak berbeda - Tidak dapat mengikuti aktivitas atau bermain dengan tenang dan
santai.
dengan subtipe lain dalam hal masalah-masalah sosial, - Selalu bergerak terus seperti digerakkan oleh mesin.
psikosomatik atau gejala-gejala kecemasan dan depresi(2). - Sering banyak berbicara.
• Impulsivitas
Tabel 1. Penelitian mengenai prevalensi Gangguan Pemusatan Perhatian/ - Terlalu cepat memberikan jawaban sebelum pertanyaan selesai
Hiperaktivitas(1). didengar.
- Sulit menunggu giliran.
Tempat Sumber, tahun Kriteria # Prevalensi - Sering melakukan interupsi atau mengganggu orang lain.
Selandia Baru Anderson dkk., 1987 DSM III 6,7 B. Gejala-gejala tersebut terjadi sebelum usia 7 tahun.
New York, NY Cohen, 1988 DSM III 3-6 C. Gejala-gejala tersebut terjadi pada lebih dari satu situasi.
Ontario Szatmarl dkk., 1989 DSM III 6,3 D. Gejala-gejala tersebut secara klinis nyata menimbulkan hendaya
Puerto Rico Bird dkk., 1988 DSM III 9,5-16,1 dalam kegiatan sosial, akademis dan tugas-tugas lainnya.
Pusat kota AS Newcorn dkk., 1989 DSM III† 12,9 E. Gejala-gejala tersebut tidak diakibatkan oleh gangguan perkembangan
Pittsburg, PA Costelo dkk., 1988 DSM III-R 2,6 pervasif, schizophrenia dan gangguan jiwa yang lain. (misal,
Iowa Lindgren dkk., 1990 DSM III‡ 2,8 gangguan mood, gangguan kecemasan, gangguan disosiatif atau
Jerman Baumgnertel dkk, 1995 DSM III§ 9,6 gangguan kepribadian).
London, Inggris Esser dkk., 1990 DSM III-R 1,7
Mannheim, Jerman Esser dkk., 1990 DSM III-R 4,2
* Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fourth Ed.
AS Pelham dkk., 1992 DSM III-R 2,5-4,0
‫װ‬ Kode berdasarkan tipenya; 314.01 GPP/H, Tipe Kombinasi: bila terdapat
Tennessee Wolraich dkk., 1996 DSM III-R 7,3
baik kriteria A(1) maupun A(2) dalam 6 bulan terakhir; 314.00 GPP/H, Tipe
AS Shaffer dkk., 1996 DSM III-R 4,1
Inatensi: bila terdapat kriteria A(1), tetapi tidak terdapat kriteria A(2) dalam
6 bulan terakhir; 314.01 GPP/H, Tipe Hiperaktif-Impulsif bila terdapat
# DSM III: Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, 7hird Ed kriteria A(2) tetapi tidak terdapat kriteria A(1) dalam 6 bulan terakhir.
DSM III-R: Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Third Catatan pengkodean: Untuk individu (terutama remaja dan dewasa) yang saat
Ed. yang direvisi; DSM IV: Diagnostic and Statistical Manual of Mental ini mempunyai gejala-gejala, yang tidak lagi memenuhi kriteria secara utuh,
Disorders, Fourth Ed. sebaiknya dimasukkan “Dalam Remisi Parsial”. (dari referensi 1)
† Prevalensi 18,9% menggunakan DSM III-R
‡ Prevalensi 6,1% menggunakan DSM III-R
§ Prevalensi 9,0% subtipe inatensi, 3,9 % subtipe hiperaktif-impulsif, 4,8% Ada tiga subtipe GPP/H (DSM IV) berdasarkan dominasi
subtipe campuran total 17,8% menggunakan DSM IV; 10,9% menggunakan gejalanya, yaitu:
DSM III-R 1. GPP/H subtipe inatensi (GPP/H-i) memenuhi sedikitnya 6
‫װ‬
Prevalensi 5,4% subtipe inatensi, 2,4% subtipe hiperaktif-impulsif, 3,6%
subtipe campuran menggunakan DSM IV dari 9 kriteria perilaku inatensi.

Cermin Dunia Kedokteran No. 149, 2005 33


2. GPP/H subtipe hiperaktif-impulsif (GPP/H-hi) memenuhi nyalahgunaan obat 4 kali lebih tinggi (16% lawan 4%).
sedikitnya 6 dari 9 kriteria perilaku hiperaktif-impulsif. Prediktor terkuat menetapnya psikopatologi adalah
3. GPP/H subtipe kombinasi (GPP/H-k) memenuhi sedikit- komorbiditas psikiatrik dan adanya riwayat keluarga GPP/H(1).
nya 6 dari 9 perilaku baik dari daftar inatensi maupun dari
hiperaktif impulsif. FARMAKOTERAPI PADA GPP/H
Anak yang memenuhi kriteria diagnostik untuk gejala- Psikostimulansia mempunyai tempat yang unik dalam
gejala perilaku GPP/H tetapi tidak menunjukkan hendaya psikofarmakologi pediatrik(5). Walaupun terdapat lebih dari
fungsional tidak dapat didiagnosis GPP/H. Gejala-gejala GPP/ 150 penelitian terkontrol mengenai stimulansia dengan subyek
H harus ada di dua atau lebih situasi (seperti di rumah dan di lebih dari 5000 anak-anak, remaja dan dewasa, sebagian besar
sekolah), dan perilaku harus berpengaruh buruk secara penelitian terbatas pada anak laki-laki kulit putih, usia laten
fungsional baik di sekolah maupun di lingkungan sosial. dan tidak lebih lama dari 2 bulan. Penelitian-penelitian ini
Diagnosis tersusun dari sintesis informasi orang tua, laporan mencatat efektifitas dan keamanan stimulansia pada semua
sekolah, juga perawat kesehatan jiwa jika mereka dilibatkan kelompok usia terutama pada anak usia laten, tetapi secara
serta dari wawancara/pemeriksaan anak. Dalam DSM IV konsisten juga melaporkan bahwa rata-rata 30% anak-anak
diperlukan bukti adanya gejala yang ada sebelum usia 7 tahun, dengan GPP/H tidak memberikan respons terhadap obat-obat
pada beberapa kasus, gejala-gejala GPP/H tidak dikenali oleh (stimulan) ini. Sejauh ini methylphenidate merupakan sti-
orang tua atau guru sampai anak berusia lebih dari 7 tahun, mulansia yang paling banyak diteliti, meskipun demikian
pada saat lebih sering berhadapan dengan tugas-tugas sekolah. beberapa pasien mungkin lebih menunjukkan respons terhadap
Usia onset dan lamanya gejala dapat diperoleh dari orang tua satu stimulansia daripada dengan stimulansia yang lain(2).
melalui anamnesis secara komprehensif(4). Macam-macam stimulansia yang umumnya diresepkan
untuk terapi GPP/H pada anak serta sediaan yang tersedia dan
PERJALANAN PENYAKIT DAN KOMORBIDITAS strategi penentuan dosis yang dianjurkan dapat dilihat pada
GPP/H Tabel 3. Di Indonesia stimulansia yang beredar saat ini adalah
Penelitian follow-up jangka panjang anak dengan GPP/H methylphenidate (Ritalin®), penggunaan untuk anak usia
hingga remaja dan dewasa awal menunjukkan bahwa GPP/H sekolah dianjurkan dimulai dengan dosis 5 mg bid diberikan
seringkali menetap dan berhubungan dengan disfungsi dan sebelum sarapan pagi dan makan siang karena methyl-
psikopatologi yang bermakna dalam kehidupannya di ke- phenidate umumnya efektif untuk 3 sampai 4 jam. Bila perlu,
mudian hari. Remaja dan dewasa muda GPP/H berrisiko untuk dosis ditingkatkan secara bertahap 5-10 mg/minggu. Pasien
gagal sekolah, kesulitan emosional, hubungan buruk dengan usia sekolah umumnya sudah berrespons pada dosis 0,3-0,8
teman sekolah dan sering bermasalah dengan hukum. mg/kgbb. Dosis yang lebih tinggi dapat menimbulkan efek
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa masalah agresi buruk pada konsentrasi dan belajar(1).
dan perilaku di masa kanak-kanak merupakan prediksi Saat ini tersedia preparat methylphenidate sustained
menetapnya GPP/H di kehidupan remaja dan dewasa muda, release untuk mempermudah dan meningkatkan ketaatan
namun demikian masih relatif sedikit yang diketahui mengenai pasien dalam minum obat, tetapi pemberian obat di siang hari
faktor- faktor risiko yang menentukan perkembangan GPP oleh guru di sekolah dapat membuat anak menjadi malu
/H(2). Secara rata-rata, gejala menurun sekitar 50% setiap 5 sehingga menyulitkan keteraturan berobat pasien(1).
tahun antara usia 10 hingga 25 tahun. Hiperaktivitas sendiri Biederman dan kawan-kawan telah melakukan penelitian
menurun lebih cepat ketimbang impulsivitas dan inatensi(1). terkontrol, acak menggunakan methylphenidate 0,1 mg/kg/
Sejumlah kondisi psikiatri dapat terjadi bersamaan dengan hari pada dewasa dengan GPP/H DSM III-R onset anak-anak
GPP/H. Antara 10% hingga 20% anak dengan GPP/H baik dari penilaian menggunakan instrumen baku terpisah atas GPP/H
sampel komunitas dan klinis menderita gangguan mood, 20% saja, GPP/H dengan depresi dan GPP/H dengan anxietas
menderita gangguan perilaku dan lebih dari 40% mungkin didapatkan respons terapi yang nyata dibandingkan plasebo
mendenta ODD (gangguan perilaku menentang). (78% banding 4%) respons terhadap methylphenidate tidak
Hanya sekitar 7% pasien GPP/H menderita sindrom tik tergan-tung pada jenis kelamin, komorbiditas psikiatri atau
atau Tourrette, tetapi 60% dari pasien sindrom Tourrette riwayat gangguan psikiatri lainnya(2).
menderita GPP/H, yang memunculkan kemungkinan adanya Walaupun stimulansia mengakibatkan anoreksia dan
etiologi bersama. Gangguan belajar (terutama gangguan mem- penurunan berat badan, pengaruhnya pada pertambahan tinggi
baca) dan intelegensia subnormal juga meningkat dalam badan kurang pasti. Laporan terdahulu menunjukkan penurun-
populasi total GPP/H atau sebaliknya. Secara keseluruhan an pertumbuhan tinggi badan yang menetap yang berhubungan
mungkin 65% anak-anak GPP/H akan memiliki 1 atau lebih dengan stimulansia, tetapi laporan lainnya tidak dapat mem-
kondisi komorbid, yang mungkin tidak akan dikenali tanpa buktikannya. Tinggi akhir anak tampaknya tidak terpengaruh,
melakukan evaluasi dan anamnesis yang memadai.Suatu tetapi tidak ada yang meneliti pengaruh stimulansia pada
penelitian prospektif penderita GPP/H dibandingkan dengan pertumbuhan anak yang diterapi jangka panjang secara terus-
kelompok kontrol selama rata-rata 16 tahun mendapatkan menerus dari anak-anak sampai dewasa muda. Lebih lanjut,
peningkatan 11 kali menetapnya gejala GPP/H (11% lawan defisit pertumbuhan dapat merupakan cermin keterlambatan
1%), peningkatan 9 kali terjadinya gangguan kepribadian pematangan yang berkaitan dengan GPP/H itu sendiri (yakni
antisosial (18% lawaan 2%) dan angka gangguan pe- dismaturitas) ketimbang terapi stimulansia(2,6).

34 Cermin Dunia Kedokteran No. 149, 2005


A

Diagnosis dan Evaluasi


Anak dengan Gangguan PemusatanPerhatian/Hiperaktivitas(4)

Algoritma Klinik
1
Klinisi di pelayanan primer:
pertimbangkan GPP/H pd anak yg datang
Anak usia 6-12 th datang dengan orang tua dg keluhan sbb:
atau guru yang memprihatinkan prestasi • Tak dapat duduk tenang/hiperaktif
akademik yang rendah dan/atau perilaku • Kurang atensi/konsentrasi yg buruk
khusus ATAU klinisi menilai /tampak spt tdk mendengarkan/melamun
kondisi-kondisi ini selama skrining • Bertindak tanpa berfikir/impulsif
kesehatan • Problem perilaku

Penilaian di keluarga:
Penilaian anak oleh klinisi di • Pencatatan elemen khusus dgn wawancara atau
pelayanan primer meliputi: gunakan cbecklist GPP/H:
• Ax dan Pmx baku • Pencatatan harus meliputi
2
• Pmx neurologik o inatensi; hiperaktivitas dan impulsivitas dalam
• Penilaian di keluarga 2 situasi/lebih
• Penilaian di sekolah o usia onset
o lamanya gejala
o derajat hendaya fungsional
Memenuhi
kriteria GPP/H Penilaian di Sekolah:
DSM IV harus • Penilaian elemen khusus
meliputi apakah o inatensi ; hiperaktivitas dan impulsivitas
gejala • Gunakan checklist (btk singkat) perilaku GPP/H
berpengaruh • Ax dari guru meliputi
secara fungsional o perilaku dalam kelas
dan pd performa o pola belajar
dalam 2 situasi o intervensi dalam kelas
/lebih dalam 6 bl o derajat hendaya fungsional
terakhir • Bukti pekerjaan di sekolah
3
o kartu laporan
o sampel pekerjaan sekolah

Apakah anak memenuhi


kriteria GPP/H DSM IV? Ya Ke Box 8

Tidak

Apakah tdp bukti variasi atau


masalah perkembangan ata u Ya Nilai dan terapi
kondisi lain

Tidak

Nilai ulang pasien/


keprihatinan orang tua

Cermin Dunia Kedokteran No. 149, 2005 35


B
8
Lanjutan dari box 4

Kondisi yg
berhubungan/menyer-
tai) dpt meliputi:
• Ggn belajar/bahasa
• ODD
• Ggn perilaku
• Anxietas
• Depresi
• Kondisi lain 9

12
Apakah terdapat kondisi Nilai kondisi yg
Ya menyertai
yg berkaitan

Tidak
13
10 15
Kondisi yg Dx GPP/H &
Diagnosis GPP/H menyertai dpt Ya kondisi yg
dikonfirmasi? menyertai

11 Tidak
16
14
Edukasi orang tua/
pasien dan terapi Edukasi orang tua/
Kembali ke box 10 pasien dan terapi

Tabel 3. Psikostimulansia yang umumnya diresepkan untuk terapi GPP/H pada pasien
pediatri; sediaan yang tersedia dan strategi penentuan dosis yang dianjurkan*

Sediaan tablet Dosis Interval Kecepatan titrasi Dosis terapetik


Obat
(mg) awal antar dosis (mg/mgg) umumnya a
0,3-0,8
Methylphenidate 5, 10, 20 5mg bid 3-4 5-10
mg/kg/dosisb
5 mg qd 0,2-0.5
Dextroamphetamine 5, 10, 15 4-6 5
atau bid mg/kg/dosisc
d 5 mg qd 0,15-0,4
Adderall 10, 20 4-6 5
atau bid mg/kg/dosis
18,75; 37,5; 37,5 mg 1-2 mg/kg/harif
Pemoline 18,75
75 qam

* Diambil dari referensi 1; di Indonesia yang tersedia adalah methylphenidate (Ritalin® )


a
Remaja dapat memerlukan dosis mg/kg lebih rendah daripada pasien usia sekolah.
b
Total dosis harian lebih dari 60 mg tidak dianjurkan.
c
Hanya kasus jarang yang memerlukan lebih dari 40 mg/hari
d
Terdiri dari bagian yang sama amfetamin aspartat, amfetamin sulfat, dextroamfetamin sacharat dan dextroamfetamin sulfat
e
Pemoline tersedia dalam bentuk tablet kunyah
f
Dosis harian maksimum 112,5 mg/hari

ZAT LAIN desipramin, merupakan komponen farmakoterapi kedua ter-


Zat nonstimulansia yang telah diteliti secara luas untuk banyak untuk GPP/H. Dua puluh sembilan penelitian (18
pengobatan GPP/H meliputi antidepresan (Tabel 4), α agonis terkontrol, 11 terbuka) telah mengevaluasi penggunaan TCA
dan neuroleptik pada 1016 orang anak dan remaja dan 63 orang dewasa
GPP/H. Hampir semua (93%) melaporkan sedikitnya per-
Antidepressan baikan sedang. Meskipun demikian sebagian besar penelitian
Tricyclic antidepressant (TCA) terutama imipramin dan TCA untuk terapi GPP/H relatif singkat, mulai dari beberapa

36 Cermin Dunia Kedokteran No. 149, 2005


minggu hingga beberapa bulan, sedikit yang hingga lebih dari Walaupun maksud penelitian ini adalah untuk menekan-
2 tahun. Hasil penelitian baik jangka panjang maupun jangka kan perlunya batasan kriteria diagnosis yang lebih baik dan
pendek sama positifnya(2,6). Untuk desipramin, ada laporan terapi yang efektif pada anak-anak yang sangat muda dengan
kematian mendadak (sudden death) pada anak-anak yang GPP/H, namun tidak ada salahnya digunakan sebagai bahan
menggunakan obat ini( 2,5,6). perbandingan untuk penatalaksanaan GPP/H.
Antidepresan baru bupropion hydrochloride yang mem-
Tabel 5. Obat-obat psikotropik yang digunakan pada anak usia 1-3
blok reuptake norepinefrin dan dopamin, secara konsisten
tahun dengan GPP/H berdasarkan frekuensi penggunaannya(7).
dapat menurunkan gejala-gejala GPP/H pada pasien muda
dalam uji klinik terkontrol. Sedangkan fluoxetin, serotonin Nama Generik Obat Jumlah anak yang diterapi
specific reuptake inhibitor (SSRI) masih dipertanyakan efek- (N = 223)
tivitasnya sebagai monoterapi pada GPP/H(1,2,5,6). Methylphenidate hydrochloride 73
Clonidine hydrochloride 48
Tabel 4. Antidepressan dengan berpotensi bermanfaat bagi penderita
Dextroamphetamine sulfate 31
pediatri dengan GPP/H(5).
Imipramine hydrochloride 24
Tricyclic antidepressant Thioridazine hydrochloride 18
Amitriptilin Pemoline 15
Desipramin
Guanfacine hydrochloride 9
Imipramin
Nortriptilin a Trazodone hydrochloride 9
Monoamine Oxidase Inhibitor Fluoxetine hydrochloride 7
Bupropion
Nortriptyline hydrochloride 6
Fluoxetin a
Venlafaxine a Venlafaxine hydrochloride 5
Sertraline hydrochloride 2
a
Penelitian terkontrol belum pernah dilakukan Amitriptyline hydrochloride 1
Buspiron hydrochloride 1
αAgonis Bupropion hydrochloride 1
Klonidin mempunyai sifat agonis α adrenergik terutama Desipramine hydrochloride 1
digunakan untuk terapi hipertensi bermanfaat untuk terapi Doxepin hydrochloride 1
anak dengan GPP/H. Manfaat tersebut telah dilaporkan pada 4 Haloperidol 1
penelitian, 1 penelitian terbuka, 1 tinjauan retrospektif dan 2 Lithium carbonate 1
penelitian terkontrol dengan total 122 pasien. Dosis harian Nefazodone hydrochloride 1
yang digunakan 4 sampai 5 µg/kgbb. (dosis rata-rata 0,2 Risperidone 1
mg/hari). Semua penelitian melaporkan respons perilaku Temazepam 1
positif, 50%-70% subyek sedikitnya menunjukkan perilaku
sedang. Akan tetapi efek pada kognisi masih kurang jelas(2).

Neuroleptik KEPUSTAKAAN
Neuroleptik potensi rendah seperti thioridazine dan
chlorpromazine, juga potensi tinggi seperti haloperidol mampu 1. Goldman LS et al. Diagnosis and Treatment of Attention
Deficit/Hyperactivity Disorder in Children and Adolescent. Council
menurunkan perilaku disruptif (mengganggu) dalam penelitian Report. JAMA 1998; 279: 14
terkontrol. Akan tetapi karena efek sampingnya dan kenyataan 2. Biederman J. Attention Deficit/ Hyperactivity Disorder: A Life Span
bahwa stimulansia lebih efektif ketimbang antipsikotik, neuro- Perspective. J. Clin. Psychiatr. 1998; 59 (Suppl 7) : 4-12
leptik tidak dianjurkan pada GPP/H tanpa komplikasi(5). 3. Inu Wicaksono. Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas.
Manifestasi Klinis dan Penatalaksanaanya dalam: Seminar Kesulitan
Rapley dan kawan-kawan melakukan penelitian deskriptif Belajar Bukan Halangan untuk Berprestasi pada Kasus Anak dengan
mengenai pola diagnosis dan terapi pada 223 anak GPP/H GPP/H. PPPTKA dan Kandepdiknas Jogjakarta, Februari, 2000.
berusia 1-3 tahun dari data klaim Medicaid Michigan. Lebih 4. American Academy of Pediatrics Clinical Practice Guideline. Diagnosis
dari separuhnya menerima pengobatan psikotropik (57%), and Evaluation of the Child with Attention Deficit/Hyperactivity
Disorder. Pediatrics 2000; 105 (5).
hanya sedikit yang mendapat layanan psikologis (27%). Dua 5. Findling RL, Dogin JW. Psychopharmacology of ADHD. Children and
puluh dua obat psikotropik yang berbeda telah digunakan, 46% Adolescents. J. Clin. Psychiatr. 1998 ; 59 (Suppl 7) : 42-8.
menggunakan lebih dari 1 obat psikotropik, 30% dengan 6. Biederman J. Psychopharmacology. in: Wiener JM (ed.). Textbook of
kombinasi yang digunakan secara bersamaan dan 44% kombi- Child &Adolescent Psychiatry. American Psychiatric Press, 1991.
7. Rappley MD et al. Diagnosis of Attention Deficit/Hyperactivity Disorder
nasi yang digunakan secara berurutan. Obat-obat psikotropik and Use of Psychotropic Medication in Very Young Children. Arch
yang digunakan dapat dilihat pada tabel 5. Pediatr Adolesc Med. 1999; 153.

Cermin Dunia Kedokteran No. 149, 2005 37


HASIL PENELITIAN

Faktor-faktor yang Berhubungan


dengan Penyalahgunaan NAPZA
(Narkotika, Psikotropika & Zat Adiktif)
di Kalangan Siswa SMU
Raharni, Max J. Herman
Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Departemen Kesehatan RI, Jakarta

PENDAHULUAN kunjungan pasien rawat jalan maupun rawat inap korban napza
Masalah penyalahgunaan napza telah mengkhawatirkan, cenderung meningkat. Baik pasien rawat jalan maupun rawat
yang jika tidak segera ditanggulangi merupakan ancaman bagi inap sebagian besar berpendidikan SLTA (38% untuk rawat
kesejahteraan generasi yang akan datang. Penanggulangan jalan dan 42,5% untuk rawat inap). Sebagian besar (78,1%)
secara preventif harus dimasyarakatkan dengan berbagai upaya. berusia 15–24 tahun. Jenis napza yang digunakan sangat ber-
Penyalahgunaan napza (narkotika, psikotropika & zat variasi, di antaranya opiat, ganja, amfetamin, sedatif hipnotik,
adiktif) adalah pemakaian obat secara terus-menerus atau inhalansia, alkohol, kokain, atau multipel(3).
sekali-sekali secara berlebihan, serta tidak menurut petunjuk Dari hasil penelitian terhadap siswa SMU di Jakarta Timur
dokter. Penyalahgunaan obat tersebut dapat menimbulkan diketahui pengetahuan siswa terhadap narkoba, sikap, peng-
gangguan baik badan maupun jiwa seseorang, diikuti dengan awasan orang tua, hubungan dengan orang tua responden
akibat sosial yang tidak diinginkan(1). berpengaruh terhadap risiko penyalahgunaan napza (4).
Korban penyalahgunaan napza di Indonesia akhir-akhir ini Sekolah merupakan lingkungan formal kedua yang besar
cenderung makin meningkat dan tidak hanya terbatas pada pengaruhnya terhadap perkembangan kepribadian anak.
kelompok masyarakat mampu tetapi telah merambah ke Sekolah tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan dan
kalangan masyarakat kurang mampu baik di perkotaan maupun ketrampilan, setiap sekolah mempunyai kebudayaan sendiri
pedesaan dan melibatkan tidak hanya pelajar SMU dan yang unik berupa aturan, tata tertib, dan kebiasaan yang
mahasiswa tetapi juga pelajar SD(2). mempengaruhi proses dan cara belajar anak. Dengan demikian
Narkotika adalah bahan yang diperoleh dari opium kurikulum dan peraturan sekolah mempengaruhi kepribadian
mentah (getah yang membeku) dari buah tanaman Papaver anak(5). Di sekolah yang tidak baik dan terutama muatan
somniverum L dan telah mengalami proses pengolahan tertentu pendidikan agama dan budi pekertinya minimal, jumlah murid
(morfin, candu, heroin) selain itu petidin, kokain, ganja juga yang terlibat tawuran dan penyalahgunaan obat lebih banyak
tergolong bahan narkotika (1). Psikotropika adalah beberapa dibandingkan dengan di sekolah yang kondusif(6).
obat atau zat tertentu yang dapat disalahgunakan dan dalam Dalam upaya penanggulangan penyalahgunaan napza perlu
keadaan tertentu bisa menimbulkan ketergantungan (adiktif) dilakukan melalui pola pre-emptif, preventif, represif,
misalnya fenobarbital, diazepam, benzodiazepin, amfetamin (1). treatment dan rehabilitasi serta pola peningkatan partisipasi
Zat adiktif lain adalah nikotin dalam rokok, etanol dalam masyarakat melalui Siskamtibmas Swakarsa(7).
minuman beralkohol dan pelarut lain yang mudah menguap
seperti bensin dan lain-lain. Faktor -faktor yang berhubungan dengan penyalahgunaan
Penyalahgunaan napza merupakan penyakit endemik zat pada remaja
masyarakat modern, penyakit kronik yang berulangkali Faktor-faktor yang menyebabkan seseorang menyalah-
kambuh dan merupakan gangguan mental adiktif. Semua zat gunakan napza meliputi faktor individu (personal) dan faktor
yang termasuk napza menimbulkan adiksi (ketagihan) yang lingkungan. Penerimaan masyarakat, keadaan lingkungan yang
pada gilirannya berakibat ketergantungan. mis kin atau serba kurang dan patologi individual dapat me-
Berdasarkan data Rumah Sakit Ketergantungan Obat nambah kemungkinan penyalahgunaan zat(1). Faktor kepri-
(RSKO) di Jakarta, dalam kurun waktu 4 tahun (1997-2000) badian, teman sebaya dan pengaruh orang tua berpengaruh kuat

38 Cermin Dunia Kedokteran No. 149, 2005


salah satu faktor saja sudah cukup untuk menyebabkan 3) Tingkat pendidikan ayah/ibu: Pendidikan formal yang
penyalahgunaan napza (8). telah diselesaikan oleh ayah/ibu responden
Berdasarkan pengertian di atas, penelitian penyalahgunaan 4) Pekerjaan ayah/ibu: Usaha yang dikerjakan ayah/ibu
napza pada remaja dirasa sangat penting, khususnya faktor- responden untuk membiayai keluarganya
faktor yang berhubungan dengan terjadinya penyalahgunaan 5) Keharmonisan keluarga: Hubungan sehari-hari responden
napza pada remaja khususnya di kalangan siswa SMU yang (adanya pertengkaran, perbedaan paham, perbedaan pendapat)
merupakan kelompok yang rawan terhadap penyalahgunaan dengan anggota keluarga lain. Diukur secara tidak langsung
napza. Penelitian dilaksanakan di SMU Negeri kota Bekasi, berdasar pendapat responden tentang frekuensi pertengkaran
yang masyarakatnya sangat heterogen serta letaknya yang antar orangtua .
berdekatan dengan ibukota Jakarta. 6) Komunikasi keluarga: Hubungan sehari-hari yaitu adanya
kebiasaan makan bersama, kebiasaan membicarakan masalah
TUJUAN PENELITIAN dan kebiasaan berkumpul keluarga seperti menonton TV, olah
raga di dalam keluarga responden, dengan orangtua, kakak,
Tujuan Umum
adik atau anggota keluarga yang lain.
Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pe- 7) Tingkat sosial ekonomi merupakan gambaran umum
nyalahgunaan napza di kalangan siswa SMU Negeri di Kota ekonomi keluarga responden, yang diukur berdasarkan kepe-
Bekasi. milikan beberapa kelengkapan rumah tangga yang lazim.
Tujuan Khusus 8) Kebiasaan merokok : Ada tidaknya anggota keluarga yaitu
1. Mengetahui gambaran penyalahgunaan napza di kalangan ayah, ibu atau saudara serumah yang merokok setiap hari.
siswa SMU di kota Bekasi. 9) Kelompok sebaya : Keeratan responden dengan teman pe-
2. Mengetahui hubungan antara faktor individu yang meliputi nyalahguna obat diukur dengan menanyakan frekuensi per-
karakteristik remaja (umur, jenis kelamin), pengetahuan dan temuannya.
sikap dengan penyalahgunaan napza di kalangan siswa 10) Penggunaan waktu luang: Kegiatan responden di luar
SMU di Kota Bekasi waktu sekolah; yang termasuk kegiatan positif adalah ekstra-
3. Mengetahui hubungan antara faktor lingkungan yang kurikuler, les, olahraga dan yang termasuk kegiatan negatif
meliputi lingkungan dalam keluarga (demografi ayah/ibu, adalah ngobrol, nongkrong.
keharmonisan keluarga, komunikasi keluarga, sosial eko- 11) Penyalahgunaan obat: kondisi responden masih mengguna-
nomi, kebiasaan merokok) dan lingkungan luar keluarga kan napza minimal 1 bulan terakhir saat menjawab kuesioner
(kelompok teman sebaya, penggunaan waktu luang) dengan
penyalahgunaan napza di kalangan siswa SMU di kota Populasi
Bekasi. Populasi penelitian adalah siswa SMU Negeri di Wilayah
4. Mengetahui secara bersama -sama hubungan antara faktor Kotamadya Dati II Bekasi. Populasi target diambil secara
individu yang meliputi karakteristik remaja, pengetahuan, purposif berdasar kondisi SMU baik dari segi sosial ekonomi,
sikap dan faktor lingkungan yang meliputi demografi ayah maupun letak geografi dan sesuai arahan atau kategori SMU
/ibu, keharmonisan keluarga, komunikasi keluarga, sosial menurut Dinas Pendidikan kota Bekasi yaitu kategori baik,
ekonomi, kebiasaan merokok, kelompok teman sebaya, katagori cukup, dan kategori kurang.
penggunaan waktu luang dengan terjadinya penyalahgunaan
napza di kalangan siswa SMU di Kota Bekasi. Sampel
Sampel diambil dari populasi yang dipilih dengan
BAHAN DAN METODE karakteristik berjenis kelamin pria dan wanita, duduk di kelas
Penelitian potong lintang dilakukan di SMU Negeri di satu sampai dengan kelas tiga SMU negeri, tinggal di wilayah
kodya Bekasi.
Kota Bekasi. Penelitian ini terbatas pada masalah penyalah-
gunaan napza dan faktor-faktor yang berhubungan dengan Besar sampel
faktor individu (umur, jenis kelamin, pengetahuan, sikap) dan
faktor lingkungan yaitu lingkungan dalam keluarga (demografi {Z 1-a/2 vPo(1-Po)+Z 1-ß vPa(1-Pa)}
N = -------------------------------------------------
ayah/ibu, keharmonisan keluarga, komunikasi keluarga, sosial
(Pa-Po)
ekonomi, kebiasaan merokok), dan lingkungan luar keluarga Keterangan :
(kelompok teman sebaya dan penggunaan waktu luang). N = besar sampel minimal
a = 5%; Z 1-a = 1,96
Batasan Variabel ß = 20%; Z 1-ß = 0,84
Po = 0,10
1) Pengetahuan responden : Kemampuan responden untuk Pa-Po = 0,05
menjawab 10 pertanyaan tentang hal-hal mendasar mengenai a = Probabilitas kesalahan menolak Ho, seharusnya Ho tidak ditolak.
penyalahgunaan napza, jenis obat yang sering disalahgunakan, ß = Probabilitas kesalahan tidak menolak Ho, seharusnya Ho ditolak
termasuk napza, akibat yang ditimbulkan. Dengan menggunakan rumus di atas, didapat jumlah
2) Sikap responden : Suatu bentuk reaksi atau respon ter- sampel minimal 385. Pengambilan sampel secara simple
hadap penyalahgunaan obat, yang meliputi pemikiran, pe- random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan cara
rasaan; diukur melalui 15 pertanyaan . survai, dengan menggunakan instrumen berupa kuesioner.

Cermin Dunia Kedokteran No. 149, 2005 39


Analisis Data terhadap penyalahgunaan napza di kalangan siswa SMU di
Dilakukan secara bertahap yaitu univariat, bivariat dan antaranya adalah: Jenis kelamin, umur, pengetahuan, komuni-
multivariat. kasi, teman sebaya, penggunaan waktu luang.
HASIL PENELITIAN Analisis Multivariat
Tabel 1. Gambaran penyalahgunaan napza berdasarkan kategori SMU Analisis menggunakan analisis multipel regresi logistik
pada tingkat kepercayaan 95%. Variabel independen yang
Menyalahgunakan masuk sebagai kandidat dalam model adalah yang mempunyai
Kategori SMU napza % pengguna hubungan bermakna dengan variabel dependen (penyalahguna-
Ya Tidak
an napza, p< 0,25), yaitu jenis kelamin, umur, pengetahuan,
SMU baik 12 77 13,48
SMU cukup 9 135 6,25 sikap, pekerjaan ayah, pekerjaan ibu, keharmonisan keluarga,
SMUkurang 44 109 28,00 komunikasi keluarga, kebiasaan merokok, sosial ekonomi,
Jumlah 65 321 16,84 teman sebaya, waktu luang. Hasil analisis dapat dilihat pada
tabel 3. Kemudian dilakukan penentuan model faktor penentu
Analisis Bivariat
penyalahgunaan napza dengan cara semua variabel kandidat
Hubungan beberapa variabel dengan penyalahgunaan
dicobakan secara bersama-sama (tabel 4). Model terbaik
napza terlihat pada tabel 2.
mempertimbangkan 2 penilaian yaitu nilai rasio log-likelihood
Tabel 2. Hubungan faktor individu (jenis kelamin, umur, pengetahuan, (p< 0,05) dan nilai signifikansi p wald (p< 0,05) Variabel yang
sikap) dan faktor lingkungan dengan penyalahgunaan napza
mempunyai p wald > 0,05 dikeluarkan dari model, pengeluaran
Menyalahgunakan napza variabel secara bertahap satu persatu dimulai variabel yang p
Ya Tidak P OR 95% CI nya tertinggi.
Faktor individu Jumlah % Jumlah %
Jenis kelamin
*Laki-laki 60 28,8 148 71,2 Pemilihan variabel yang berhubungan dengan penyalah-
*Perempuan 5 2,8 173 97,2 0,000 14,03 5,488- 35,849 gunaan napza
Umur
* > 17 tahun 59 19,7 240 80,3 Tabel 3. Model standar regresi logistik multivariat tentang faktor-faktor
* < 17 tahun 6 6,9 81 93,1 0,008 3,42 1,381-7,976 yang berhubungan dengan penyalahgunaan napza di kalangan
siswa SMU
Pengetahuan
* Buruk 38 22,5 131 77,5
Variabel OR SE B P 95% CI
* Baik 27 12,4 190 87,6 0,013 2,04 1,188-3,507
Sikap Jns kelamin 17,83 ,6120 2,88 0,0000 5,372 59,167
*Negatif 21 11,9 156 88,1 Umur 11,87 ,6276 2,47 0,0001 3,471 40,633
*Positif 44 21,1 165 78,9 0,023 0,51 0,287-0,887 Pengetahuan 4,87 ,4684 1,58 0,0007-0,15 1,943 12,187
Sikap 0,52 ,4529 -,65 20 ,215 1,269
Faktor Pekerjaan ayah 2,48 ,7909 ,91 0,2513 ,526 11,674
Lingkungan Pekerjaan ibu 0,59 ,4610 -,52 0,2565 ,240 1,463
Pendidikan ayah Keharmonisan kel 4,26 ,7424 1,45 0,0508 ,995 18,271
*Rendah 7 20,6 7 79,4 Komunikasi kel 4,85 ,6424 1,58 0,0139 1,378 17,093
*Tinggi 58 16,5 294 83,5 0,710 0,761 ,316-1,830 Sosial ekonomi 6,78 1,169 1,91 0,1016 0,685 67,078
Pendidikan ibu Kebiasaan rokok ,79 ,5408 -,23 0,6718 ,275 2,295
*Rendah 10 8,4 109 91,6 Teman sebaya 4,31 ,5308 1,46 0,0059 1,522 12,196
*Tinggi 55 20,6 212 79,4 0,269 1,48 0,806-2,715 Waktu luang 25,06 ,5189 3,22 0,0000 9,782 67,079

Pekerjaan ayah -2 log likelihood = 155,431 G = 194,540 p-value = 0,000


*Tidak Bekerja 5 41,7 17 58,3
*Bekerja 50 16,0 314 84,0 0,052 0,27 0,082-0,871 Tabel 4. Model akhir regresi logistik multivariat tentang faktor-faktor
Pekerjaan ibu yang berhubungan dengan penyalahgunaan napza di kalangan
*Tidak Bekerja 38 13,5 244 86,5 siswa SMU tanpa menyertakan variabel interaksi (rencana
*Bekerja 27 26,0 77 74 0,006 2,52 1,291-3,925 model)
Keharmonisan
*Tidak harmonis 62 20,7 237 79,3
*Harmonis 3 3,4 84 96,6 0,000 7,33 2,239-23,959
Variabel OR SE B P 95% CI
Komunikasi
Jenis kelamin 29,77 ,5783 3,39 ,0000 9.586 92,482
*Buruk 11 28,2 28 71,8 Umur 9,89 ,5755 2,29 ,0001 3,203 30,572
*Baik 54 15,6 293 84,4 0,076 2.13 0,101-4,537 Pengetahuan 4,52 ,4329 1,51 ,0005 1,934 10,552
Sosial ekonomi Komunikasi 5,15 ,5971 1,64 ,0061 1,596 16,583
*Tinggi 63 18,1 285 81,9 Teman sebaya 5,55 ,4682 1,70 ,0003 2,197 13,775
*Rendah 2 5,3 36 94,7 0,075 3,98 0,934 -16,959 Waktu luang 26,62 ,4940 3,28 ,0000 10,107 70,089
Kebiasaan rokok -2 log likelihood = 167,266 G = 182,705 p-value = 0,000
*Ya 52 21,8 187 78,2
*Tidak 13 8,8 134 91,2 0,002 2,87 1,501-5,474
Pengujian interaksi
Teman sebaya
*Bergaul 48 30,2 111 69,8 Dengan mengacu pada Tabel 4 maka langkah selanjutnya
*Tidak gaul 17 7,5 210 92,5 0,000 5,34 2.930-9,720 adalah mencari interaksi dari setiap variabel independen
Waktu luang tersebut, sehingga diperoleh variabel yang berinteraksi dengan
*Kegiatan negatif 56 37,6 93 62,4
*Kegiatan positif 9 3,8 228 96,2 0,000 15,26 7,240-32,100 ketentuan p < 0,05. (Tabel 5).
Hasil analisis interaksi tahap pertama antara rencana model
Tabel 2 adalah model akhir tanpa menyertakan variabel dengan variabel interaksi teman sebaya*jenis kelamin terhadap
interaksi yaitu faktor-faktor yang dianggap cukup berpengaruh penyalahgunaan napza terlihat pada Tabel 6.

40 Cermin Dunia Kedokteran No. 149, 2005


Tabel 5. Variabel independen yang berinteraksi menggunakan metode 0,05,berarti tidak berbeda signifikan. Dengan demikian
determinan variabel interaksi ini tidak masuk dalam model akhir
Variabel independen Interaksi multivariat.
Teman sebaya Teman sebaya *jenis kelamin Analisis interaksi mulai dari tahap pertama sampai tahap
Teman sebaya *pengetahuan
Teman sebaya *waktu luang ke tiga seperti diuraikan di atas, ternyata menunjukkan tidak
ada interaksi. Adapun model akhir dari seluruh rangkaian dan
Tabel 6. Hasil analisis regresi logistik antara va riabel jenis kelamin, tahapan analisis multivariat adalah kembali pada rencana
umur, pengetahuan, waktu luang, dengan teman sebaya*jenis model tanpa ada interaksi (Tabel 9).
kelamin (full model tahap pertama)
Tabel 9. Model akhir analisis regresi logistik antara variabel jenis
Variabel OR SE B P 95% CI kelamin, umur, pengetahuan, komunikasi keluarga, waktu
Jenis kelamin 35871,51 20,503 10,488 ,6090 ,000 1,023E+22 luang, dengan penyalahgunaan napza
Umur 8,93 ,569 2,189 ,0001 2,922 27,278
Pengetahuan 4,38 ,428 1,478 ,0005 1,896 10,139
Komunikasi 5,29 ,631 1,666 ,0083 1,536 18,231
Variabel OR SE B P 95% CI
Teman sebaya 9512,86 20,509 9,160 ,6551 ,000 2,728E+21 Jnskelamin 29,77 ,5783 3,39 ,0000 9.586 92,482
Waktu luang 27,89 ,493 3,328 ,0000 10,617 73,2 84 Umur 9,89 ,5755 2,29 ,0001 3,203 30,572
Tmnsby/jnskel 0,0004 20,514 -7,909 ,6998 ,000 1,063E+14 Pengetahuan 4,52 ,4329 1,51 ,0005 1,934 10,552
Komunikasi 5,15 ,5971 1,64 ,0061 1,596 16,583
-2 Loglikelihood = 160,909 G = 6,356 p-value = 0,117 Teman sebaya 5,55 ,4682 1,70 ,0003 2,197 13,775
Setelah dimasukkan variabel interaksi teman sebaya,jenis Waktu luang 26,62 ,4940 3,28 ,0000 10,107 70,089
kelamin ke dalam model, nilai p variabel teman sebaya,jenis -2 log likelihood = 167,266 G = 182,705 p-value = 0,000
kelamin > 0,05, berarti tidak berbeda signifikan. Selain itu Tabel 9 merupakan model akhir bahwa faktor-faktor yang
terjadi kelainan nilai OR dan CI pada variabel jenis kelamin berhubungan dengan penyalahgunaan napza di kalangan siswa
dan teman sebaya. Nilai OR jenis kelamin menjadi 35871,51 SMU di antaranya adalah : Jenis kelamin, umur, pengetahuan,
dan 95%CI menjadi tidak terhingga. Dengan demikian variabel komunikasi keluarga, teman sebaya, penggunaan waktu luang.
interaksi ini tidak masuk dalam model akhir multivariat.
Hasil interaksi tahap kedua antara variabel yang masuk PEMBAHASAN
dalam rencana model dengan variabel interaksi teman sebaya, Keterbatasan penelitian
pengetahuan terlihat pada Tabel 7. 1) Penelitian potong lintang (cross sectional) mengukur
variabel independen dan variabel dependen pada saat ber-
Tabel 7. Hasil analisis regresi logistik antara variabel jenis kelamin, samaan, sehingga hasilnya tidak dapat diartikan sebagai
umur, pengetahuan, waktu luang, dengan teman sebaya,
pengetahuan (full model tahap kedua) hubungan sebab akibat.
2) Banyak faktor yang berhubungan dengan penyalahgunaan
Variabel OR SE B P 95% CI napza, tetapi hanya beberapa variabel yaitu karakteristik
Jenis kelamin 29,77 ,5783 3,39 ,0000 9,586 92,428 remaja, pengetahuan, sikap, pendidikan ayah-ibu, pekerjaan
Umur 9,89 ,5755 2,29 ,0001 3,203 30,572
Pengetahuan 4,52 ,4329 1,51 ,0005 1,934 10,553
ayah-ibu, keharmonisan keluarga, komu nikasi keluarga, sosial
Teman sebaya 5,14 ,5971 1,64 ,0061 1,596 16,583 ekonomi, kebiasaan merokok dalam keluarga, teman sebaya,
Waktu luang 5,50 ,4682 1,71 ,0003 2,198 13,775 dan penggunaan waktu luang yang diukur.
Tmnsby/penget 26,61 ,4940 3,28 ,0000 10,107 70,089 3) Kemungkinan bias pada penelitian ini adalah bias seleksi
-2 Loglikelihood = 153,945 G = 3,320 pvalue = 0,0684 yaitu distorsi efek berkaitan dengan cara pemilihan subyek atas
dasar sukarela, kemungkinan subyek terpilih kebanyakan dari
Terlihat bahwa nilai p variabel interaksi teman siswa yang menyalahgunakan napza, sehingga terjadi over
sebaya*pengetahuan > 0,05, tidak signifikan. Sehingga variabel estimate.
interaksi ini tidak masuk dalam model akhir multivariat. Selain itu bias ketidakjelasan waktu (temporal ambiguity)
yaitu hubungan positif antara penggunaan waktu luang dengan
Tabel 8. Hasil analisis regresi logistik antara variabel jenis kelamin,
umur, pengetahuan, waktu luang, dengan teman sebaya,waktu
penyalahgunaan napza, mu ngkin merefleksikan munculnya
luang (full model tahap ketiga) penggunaan waktu luang setelah subyek menyalahgunakan
napza. Instrumen atau alat ukur yang belum terstandarisasi,
Variabel OR SE B P 95% CI sehingga hasilnya mungkin kurang sesuai dengan keadaan yang
Jenis kelamin 30,40 ,5766 3,41 ,0000 9,821 94,125 sesungguhnya bisa menyebabkan under estimate maupun over
Umur 9,71 ,5697 2,27 ,0001 3,178 29,651 estimate.
Pengetahuan 4,36 ,4338 1,47 ,0007 1,861 10,193
Komunikasi 5,13 ,6135 1,63 ,0077 1,540 17,064 Faktor individu yang berhubungan dengan penyalahguna-
Teman sebaya 9,90 ,8848 2,29 ,0096 1,748 56,088
Waktu luang 46,29 ,8727 3,84 ,0000 8,369 256,061 an napza
Tmnsby/luang ,44 1,0061 -,82 ,4130 ,061 3,153 Karakteristik (Jenis Kelamin dan Umur)
Responden dalam penelitian ini berjumlah 386 orang siswa
- 2 Loglikelihood = 183,412 G = 0,707 p-value = 0,4005
SMU di kota Bekasi laki-laki 53,9% dan perempuan 46,1%,
Hasil interaksi tahap ke tiga antara variabel interaksi sebagian besar berumur 17 tahun (44,6%). Hasil analisis
dengan variabel yang masuk dalam rencana model terlihat pada menunjukkan ada hubungan bermakna (p<0,05) antara jenis
Tabel 8. p variabel interaksi teman sebaya/waktu luang > kelamin dengan penyalahgunaan napza. Nilai OR 29,77 artinya

Cermin Dunia Kedokteran No. 149, 2005 41


siswa laki-laki berpeluang 29,77 kali lebih besar untuk napza.
menyalahgunakan napza dibanding siswa perempuan. Para remaja mulai belajar mencari identitas diri dan
Hasil analisis dari kelompok umur menunjukkan hubungan biasanya mereka mencoba melonggarkan ikatan dengan orang
bermakna (p<0,05) antara umur dengan penyalahgunaan napza. tua, sehingga ada dorongan untuk bergaul dengan teman
Nilai OR 9,89 artinya siswa yang berumur 17 tahun ke atas sebayanya kadang mereka mencoba napza agar bisa diterima
berpeluang 9,89 kali lebih besar untuk menyalahgunakan napza sebagai anggota kelompok sebaya. Penerimaan oleh kelompok
dibanding siswa SMU yang berumur kurang dari 17 tahun. sebaya memberi rasa bangga dan meningkatkan harga diri.
Perbedaan jenis kelamin dalam perilaku kenakalan remaja
menunjukkan bahwa remaja pria cenderung lebih nakal Penggunaan waktu luang
dibandingkan dengan remaja perempuan (Simon, 1996). Responden yang menggunakan waktu luang untuk les
sebanyak 33,9%,21,2% untuk kegiatan ekstrakurikuler dan
Pengetahuan tentang napza 20,5% digunakan untuk nongkrong. Hasil analiisis menunjuk-
Hasil analisis menunjukkan terdapat hubungan yang ber- kan hubungan bermakna antara penggunaan waktu luang
makna antara pengetahuan tentang napza dengan terjadinya dengan penyalahgunaan napza (p<0.05).
penyalahgunaan napza (p< 0,05). Nilai OR 26,62 artinya siswa yang menggunakan waktu
Nilai OR 4,52 artinya ada kecenderungan siswa yang luang untuk kegiatan negatif berpeluang 26,62 kali lebih besar
berpengetahuan buruk tentang napza berpeluang sebesar 4,52 untuk menyalahgunakan napza dibanding siswa yang meng-
kali untuk menyalahgunakan napza dibanding dengan siswa gunakan waktu luang untuk kegiatan positif. Kegiatan negatif
yang pengetahuannya baik tentang napza . menambah risiko penyalahgunaan napza.
Hasil ini berbeda dengan Tarigan (2000) 61,6% kelompok
penyalahguna napza mempunyai pengetahuan baik dan 38,4% Pembahasan hasil analisis multivariat
mempunyai pengetahuan buruk serta 72,2% kelompok Analisis multivariat bertujuan untuk mendapatkan model
penyalahguna menggunakan napza pada awalnya hanya karena terbaik dalam menentukan determinan penyalahgunaan napza.
ingin tahu. Perbedaan hasil ini mungkin disebabkan karena Dalam pemodelan ini semua variabel kandidat diikutsertakan
metode penelitiannya lain yaitu kasus kontrol, dan cara dalam model secara bersama-sama. Pemilihan model dilakukan
pengambilan sampelnya berdasar kriteria kasus dan kontrol, secara hirarki dengan cara semua variabel yang telah lolos
sedangkan pada penelitian ini pengambilan sampel secara acak sensor dimasukkan ke dalam model, kemudian variabel yang
dan menggunakan metode potong lintang. nilai p nya tidak signifikan dikeluarkan dari model secara
bertahap dimulai dari nilai p yang terbesar.
Setelah melalui seluruh tahapan analisis dengan memper-
Faktor Lingkungan yang Berhubungan dengan Penyalah-
gunaan Napza hitungkan adanya variabel interaksi, maka variabel yang masih
tetap bertahan sampai model akhir multivariat adalah jenis
Komunikasi keluarga kelamin, umur, pengetahuan, komunikasi, pergaulan teman
Sebagian besar responden berada dalam keluarga yang sebaya, penggunaan waktu luang, karena semuanya memiliki
komunikasinya buruk (89,9%). Hasil analisis menunjukkan ada p<0,05, berarti ke enam variabel tersebut berhubungan secara
hubungan bermakna antara komunikasi keluarga dengan signifikan dengan penyalahgunaan napza. Nilai OR masing
penyalahgunaan napza (p<0,05). Nilai OR 5,15 artinya siswa masing adalah OR jenis kelamin = 29,77; OR umur = 9,89; OR
yang komunikasi keluarganya buruk berpeluang 5,15 kali lebih pengetahuan = 4,52; OR komunikasi keluarga = 5,15; OR
besar untuk menyalahgunakan napza dibandingkan dengan pergaulan teman sebaya = 5,55; dan OR penggunaan waktu
siswa yang komunikasi keluarganya baik luang 26,62.
Komunikasi dalam keluarga sangat penting untuk kesejah- Dari keenam variabel signifikan di atas, jenis kelamin
teraan dan keharmonisan keluarga. Komunikasi yang efektif merupakan faktor paling dominan yang berhubungan dengan
sangat dibutuhkan oleh remaja untuk menyelesaikan tahap penyalahgunaan napza, berikutnya adalah penggunan waktu
perkembangannya, sehingga pengertian, perhatian, dan pe- luang, umur, pergaulan teman sebaya, komunikasi keluarga,
nerimaan lingkungan terhadap keberadaannya juga sangat dan pengetahuan.
dibutuhkan. Keluarga merupakan fundamen yang pertama dan Tidak ditemukannya beberapa variabel yang diduga ber-
utama bagi pembentukan jiwa anak (Darwis, 2000) hubungan dengan penyalahgunaan napza,mungkin karena
kesalahan pengisian kuesioner,keterbatasan penelitian,atau
Pergaulan dengan teman sebaya yang menggunakan napza responden tidak jujur dalam mengisi kuesioner.
Sebanyak 49,0% responden mempunyai teman yang
menggunakan napza, sedangkan 58,8% responden tidak pernah KESIMPULAN
bergaul dengan penyalahguna napza; 22 % tiap hari bergaul 1) Faktor jenis kelamin OR 29,77 artinya siswa SMU laki-
dengan pengguna napza . laki 29,77 kali lebih mungkin menyalahgunakan napza
Ada hubungan bermakna antara pergaulan teman sebaya dibandingkan dengan siswa SMU perempuan setelah variabel
dengan penyalahgunaan napza (p < 0,05).Nilai OR 5,55 artinya umur, pengetahuan, komunikasi keluarga, pergaulan teman
siswa yang bergaul dengan teman sebaya pengguna napza sebaya, penggunaan waktu luang, dikendalikan. Jenis kelamin
berpeluang 5,55 kali menyalahgunakan napza dibanding siswa merupakan faktor yang paling dominan berhubungan dengan
yang tidak pernah bergaul dengan teman sebaya pengguna penyalahgunaan napza.

42 Cermin Dunia Kedokteran No. 149, 2005


2) Faktor umur OR 9,89 artinya siswa SMU berumur 17 3. Perlu lebih meningkatkan pengawasan orang tua terhadap
tahun ke atas 9,89 kali lebih mungkin menyalahgunakan napza anak, terutama pada kegiatan waktu luang.
dibandingkan siswa SMU berumur kurang dari 17 tahun, 4. Disarankan untuk suatu penelitian kualitatif lebih lanjut,
setelah variabel jenis kelamin, pengetahuan, komunikasi sehingga paduan kedua penelitian akan sangat bermanfaat
keluarga, pergaulan teman sebaya, dan penggunaan waktu sebagai masukan ke institusi SMU, melalui dinas Dikbud.
luang dikendalikan.
3) Faktor pengetahuan OR 4,52 artinya siswa SMU yang KEPUSTAKAAN
berpengetahuan buruk tentang napza 4,52 kali lebih mungkin
1. Depkes RI. Pemuda dan Narkoba. Jakarta, 1991.
menyalahgunakan napza dibandingkan siswa SMU yang 2. Depkes RI. Laporan Tahunan Kunjungan Pasien Rawat Jalan dan Rawat
berpengetahuan baik tentang napza, setelah variabel jenis Inap Rumah Sakit Ketergantungan Obat. Jakarta, 2000.
kelamin, umur, komunikasi keluarga, pergaulan teman sebaya 3. Depkes RI. Pedoman Penyebarluasan Informasi Tentang Pencegahan
dan penggunaan waktu luang dikendalikan. Penyalahgunaa Narkotika, Psikotropika Dan Zat Adiktif lainnya, Buku
Pegangan Bagi Pendidik, 1999/2000
4) Faktor komunikasi keluarga OR 5,15 artinya siswa SMU 4. Tarigan B. Faktor-faktor yang mempengaruhi Penyalahgunaan Narkoba
yang komunikasi keluarganya buruk 5,15 kali lebih mungkin di kalangan murid SMU di Jakarta Timur, 2000.
menyalahgunakan napza dibanding siswa SMU yang komuni- 5. Yatim DI. Kepribadian, Keluarga dan Narkotika, Tinjauan Sosial
kasi keluarganya baik, setelah variabel jenis kelamin, umur, Psikologis. Jakarta: Arcan, 1990,
6. Hawari D. Penyalahgunaan dan Ketergantungan Narkotik, Alkohol dan
pengetahuan, pergaulan teman sebaya, dan penggunaan waktu
Zat Adiktif (NAZA), Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2001.
luang dikendalikan. 7. Wresnowiro M dkk. Masalah Narkotika & Obat Berbahaya. Yayasan
5) Faktor pergaulan teman sebaya OR 5,50 artinya siswa Mitra Bintibmas, Jakarta, 2000,
SMU yang bergaul dengan teman sebaya pengguna napza 5,50 8. Brook, dikutip oleh Wetner IB. Child and Adolescent Psychopathology.
Ch. 13: Alcohol and Drug Abuse. New York:Jhon Wiley & Sons Inc.
kali lebih mungkin menyalahgunakan napza dibanding siswa 1982.
SMU yang tidak pernah bergaul dengan teman sebaya peng- 9. Depkes RI. Pedoman Penyebarluasan Informasi Tentang Pencegahan
guna napza setelah variabel jenis kelamin, umur, pengetahuan, Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan zat Adiktif lainnya, Buku
komunikasi keluarga, dan penggunaan waktu luang, di- Pegangan Bagi Tokoh Masyarakat Orang Tua, Organisasi kemasyarakat-
an/LSM, Jakarta, 1999/2000.
kendalikan. 10. Syahrudin D dkk. Mari bersatu memberantas bahaya penyalahgunaan
6) Penggunaan waktu luang OR 26,62 artinya siswa SMU narkoba (NAZA). BP, 1999.
yang menggunakan waktu luang untuk kegiatan negatif 26,62 11. Berk EL. Development through the Lifespan. Allyn & Bacon, A Viacom
kali lebih mungkin menyalahgunakan napza dibanding siswa Company USA, 1998.
12. Ariawan I. Besar dan Metode Sampel pada Penelitian Kesehatan. Jurusan
SMU yang menggunakan waktu luang untuk kegiatan positif Biostatistik dan Kependudukan Fakultas Kesehatan Masyarakat,
setelah variabel jenis kelamin, umur, pengetahuan, komunikasi Universitas Indonesia. 1998,
keluarga dan pergaulan teman sebaya dikendalikan. 13. Hawkins D et al. Childhood predictors and the prevention of adolescent
substance abuse. dalam Jones CL dkk. Research Monograph Series 56.
Research Analysis and Utilization System Etiology of Drug Abuse
SARAN Implication for Prevention, National Institute On Drug Abuse, 1985.
1. Bagi Dinas Dikbud, perlu meningkatkan program inter- 14. Kaplan HI, Sadock, BJ. Personality Disorder of Drug Dependence,
vensi penanggulangan masalah penyalahgunaan napza dalam Modern Synopsis of Comprehensive Textbook of Psychiatry-III.
bentuk penyuluhan kepada siswa SMU melalui pendekatan Baltimore, London: Williams and Wilkins, 1982,
lintas sektoral melibatkan Departemen Kesehatan, Kehakiman
dan Kepolisian.
UCAPAN TERIMAKASIH
2. Perlu dilakukan kegiatan ekstrakurikuler di sekolah, meng- Disampaikan kepada Prof. DR. Nuning M Kiptiyah dan Dra. Evie
undang orang tua murid untuk mencari cara mencegah Martha,Mkes atas segala bimbingannya. Juga kepada pimpinan kepala sekolah
penyalahgunaan napza. SMU Negeri di Kota Bekasi atas bantuan dan partisipasinya sehingga
penelitian ini dapat selesai dengan baik.

All truth is not to be told at all times

Cermin Dunia Kedokteran No. 149, 2005 43


HASIL PENELITIAN

Pengaruh Pendedahan Morfin


Terhadap Perilaku Masa Prasapih
Mencit (Mus musculus) Swiss-Webster
Dewi Peti Virgianti, Hana Apsari Pawestri*
Sarjana Biologi FMIPA Universitas Padjadjaran, Bandung
*Pusat Penelitian dan Pengembangan Pemberantasan Penyakit, Departemen Kesehatan RI, Jakarta

PENDAHULUAN depresan dan stimulan. Morfin dapat melewati sawar plasenta


Morfin diperoleh dari opium yang merupakan getah buah (placenta barrier) sehingga dapat menyebabkan depresi per-
Papaver somniferum muda yang dikeringkan. Opium tersebut nafasan, miosis (kontraksi pupil) dan sindrom penghentian
mengandung lebih dari 20 alkaloid, terutama morfin. Pohon P. (withdrawal syndrome) pada bayi baru lahir(2).
somniferum ditanam di seluruh dunia termasuk Eropa yaitu di Oleh karena itu, sangatlah menarik untuk meneliti peng-
bekas negara Yugoslavia Asia yaitu di Iran, Myanmar, Indo- aruh morfin terhadap perkembangan otak anak yang dilahirkan
China, India dan Pakistan serta di Amerika yaitu di Amerika dari ibu yang kecanduan, karena perkembangan otak anak
Latin sampai Meksiko(1). Pada awalnya pohon ini dibudi- sebelum lahir serta pada awal kehidupannya sangat rentan
dayakan di negeri Arab untuk menghasilkan opium yang terhadap pengaruh beberapa zat asing. Zat asing (terutama zat
digunakan untuk obat disentri. Pada pertengahan abad ke-17 toksik) tersebut dapat mempengaruhi perkembangan saraf di
opium mulai masuk ke Eropa, dan pada abad ke-18 mulai antaranya perubahan struktur sel, fungsi, migrasi, dan di-
populer digunakan sebagai rokok di Asia (2). ferensiasinya, dan atau mempengaruhi proses pertumbuhan
Morfin pertama kali diisolasi pada tahun 1803 oleh akson dan dendrit, mekanisme neurokimia, formasi sinap, dan
seorang farmakolog Jerman Friedrich Serturner untuk ke- mielinisasi(6). Zat-zat toksik tersebut dapat menyebabkan
pentingan pengobatan sebagai obat penghilang nyeri (narcotic kerusakan permanen pada perkembangan dan fungsi otak, yang
analgesic) di dunia kedokteran dan sampai sekarang merupa- mempengaruhi perilaku dan kemampuan belajar di kemudian
kan sumber analgesik utama yang belum bisa ditandingi. hari. Hal tersebut dapat diuji dengan metode neurobehavioral
Setelah penemuan jarum dan syringe penggunaan morfin test salah satunya adalah behavioral test battery (metode
makin mudah, sehingga banyak terjadi penyalahgunaan fungsi perilaku berurut), yang terdiri dari uji kemampuan refleks,
morfin sampai menyebabkan kecanduan(3). sensorik, dan motorik pada bayi baru lahir sebelum masa sapih.
National Household Survey on Drug Abuse (NHSA) di Penelitian pengaruh pendedahan morfin terhadap per-
Amerika menemukan bahwa antara tahun 2000 - 2001 jumlah kembangan perilaku telah dilakukan. Morfin dengan tiga dosis
pecandu narkotik termasuk morfin di kalangan anak muda berbeda , yaitu dosis rendah (10 mg/kgbb.), dosis sedang (35
meningkat 1,1 % pada usia 12-17 tahun dan 2,7 % pada usia mg/kgbb.), dan dosis tinggi (70 mg/kgbb.) disuntikkan pada
18-25 tahun tetapi tidak ada perubahan yang signifikan pada tikus Sprague Dawley secara intraperitoneal (i.p) mulai umur
usia di atas 26 tahun. Dilaporkan juga banyak di antaranya kebuntingan 5-20 hari. Hasilnya menunjukkan keterlambatan
yang kemudian menderita sakit mental serius terutama pada pertumbuhan pada grup dengan dosis sedang walaupun untuk
perempuan(4). semua dosis pengaruhnya tidak dapat diamati secara visual(7).
Penggunaan narkotik termasuk morfin di kalangan Penelitian lain(8) mendedahkan morfin i.p pada tikus
perempuan berisiko sangat tinggi, apalagi pada masa ke- dengan dosis 20 mg/kgbb. yang kemudian ditingkatkan
hamilan. Penggunaan rokok, alkohol, atau obat terlarang pada bertahap hingga 56 mg/kgbb. mulai 5 hari sebelum perkawinan
masa kehamilan berpengaruh negatif pada anak yang di- sampai umur kebuntingan 16 hari. Hasilnya semua anakan
lahirkan(5). memperlihatkan sindrom penghentian (withdrawal syndrome).
Morfin beraksi terutama di susunan saraf pusat sebagai Saat lahir, kondisi anakan rata-rata memiliki kemampuan

44 Cermin Dunia Kedokteran No. 149, 2005


bernafas yang kurang baik, keterlambatan waktu terbukanya PENGUMPULAN DATA
mata, dan kematangan seks yang terlalu awal pada betina. A. Uji Kemampuan Refleks
1. Refleks Membalikkan Badan (Surface Righting
Reflex)(9)
BAHAN DAN METODA PENELITIAN Uji ini dilakukan pada anak mencit berumur 5 hari. Anak
mencit yang akan diuji diletakkan terlentang di tempat datar.
Rancangan penelitian dan analisis data Waktu yang diperlukan oleh anak-anak mencit untuk meng-
Penelitian dilakukan dengan metode eksperimental di ubah posisi dari posisi terlentang ke posisi telungkup dicatat
laboratorium pada mencit Swiss-Webster menggunakan Ran- dengan stopwatch.
cangan Acak Lengkap (completely randomized design). 2. Refleks Menghindari Jurang (Cliff Avoidance)(10)
Terdapat empat kelompok perlakuan yang terdiri dari tiga Pengamatan dilakukan pada anak mencit berumur 6 hari.
kelompok dosis perlakuan dan satu kelompok kontrol. Anak mencit yang akan diuji diletakkan di atas meja datar
Perkembangan perilaku anak mencit diamati mulai umur 5 hari tangan dan hidung diletakkan sejajar di tepi meja tempat anak
(Post Natal Day-5) sampai 21 hari (PND-21) dengan metode mencit itu berada. Kemudian diamati reaksi anak mencit dan
Test Perilaku Berurut (Behavioral Test Battery) dengan 6 kali dicocokkan dengan skor :
pengulangan (berdasarkan rumus Federer) untuk setiap kelom- - Skor 0 : anak mencit bergerak maju dan menjatuhkan
pok perlakuan sehingga jumlah total mencit betina (dara) yang dirinya ke jurang
digunakan adalah 24 ekor. - Skor 1 : anak mencit diam saja di posisinya
Parameter yang diamati adalah persentase keberhasilan - Skor 2 : anak mencit berhasil menghindari jurang dengan
kemampuan refleks, kemampuan motorik, kemampuan sen- memutar posisi tubuhnya.
sorik, dan berat badan. Data keberhasilan anak mencit pada Laju keberhasilan dihitung dengan cara mengamati berapa
refleks membalikkan badan dan berat badan dianalisis dengan persen anak mencit yang mampu menghindari jurang.
menggunakan uji ANAVA, jika hasilnya berbeda nyata dengan 3. Refleks Geotaksis Negatif (Negative Geotaxis Reflex)(10)
kontrol dilanjutkan dengan uji t-Dunnet. Data keberhasilan Pengamatan dilakukan pada anak mencit 7 hari. Anak
refleks menghindari jurang dan geotaksis negatif, serta ke- mencit yang akan diuji diletakkan pada suatu tempat miring
mampuan motorik (berenang) dianalisis menggunakan uji dengan sudut kemiringan 25°, kemudian diamati reaksinya dan
Kruskal-Wallis, jika hasilnya berbeda nyata dilanjutkan dengan dicocokkan dengan skor :
uji Multiple Comparison. Data persentase keberhasilan ke- - Skor 0 : anak mencit tidak dapat menahan berat tubuhnya
mampuan motorik anak mencit (mengangkat badan dan dan menukik turun ke bagian dasar tempat miring
anggota belakang) dan kemampuan sensorik (penglihatan, - Skor 1 : anak mencit diam saja di posisinya
pendengaran, dan penciuman) masing-masing dianalisis secara - Skor 2 : anak mencit berhasil menahan berat tubuhnya dan
deskriptif. memutar posisi tubuhnya.
Laju keberhasilan dihitung dengan cara menghitung berapa
Bahan dan alat persen yang berhasil menahan berat tubuhnya dan memutar
Morfin yang digunakan dalam percobaan ini adalah morfin posisi tubuhnya.
HCl injeksi, sedangkan mencit yang digunakan adalah mencit
betina (dara) berumur 2-3 bulan dengan berat badan 25-35 B. Uji Kemampuan Motorik
gram. Mencit-mencit tersebut kemudian dipelihara dalam 1. Perkembangan Kemampuan Berenang
kandang dan diberi makan secara ad-libitum. Selanjutnya Pengujian dilakukan terhadap anak mencit berumur 8, 10,
mencit betina yang telah diketahui dalam keadaan estrus 12 hari. Anak mencit tersebut dijatuhkan ke dalam bejana berisi
disatukan dengan mencit jantan dewasa. Bila pada vulva air hangat (27-300C), kemudian diamati gerakannya; hasil
mencit betina sudah terlihat sumbat vagina, maka hari tersebut pengamatan dicocokkan dengan skor :
dinyatakan sebagai hari ke-1 kebuntingan. Dari masing-masing Posisi sudut kepala:
mencit yang berfungsi sebagai inang, diambil 3 ekor anak Skor 0 : menyelam
untuk diuji. Skor 1 : hidung di atas permukaan air
Skor 2 : hidung dan kepala bagian atas berada di permukaan/
Perlakuan Hewan Coba di atas permukaan air
Penentuan dosis disesuaikan dengan berat badan rata-rata Skor 3 : seperti pada skor 2, mata telah berada di atas
mencit tiap kelompok. Dosis morfin yang digunakan yaitu 9,8 permukaan air, daun telinga ¼-nya berada pada
mg/kgbb./hari 5,6 mg/kgbb./hari; 2,8 mg/kg bb./hari dan satu permukaan air.
kelompok kontrol. Pada umur kebuntingan 7-12 hari, terhitung Skor 4 : seperti pada skor 3, seluruh bagian daun telinga telah
dari mulai tampak sumbat vagina, induk mencit Swiss-Webster berada di atas permukaan air
diberi suntikan secara s.c menggunakan alat suntik steril sekali Arah berenang :
pakai. Setelah melahirkan, berat badan anak-anak mencit Skor 1 : mengapung
ditimbang satu minggu sekali dan disiapkan untuk pengujian Skor 2 : berenang melingkar
mulai umur 5 hari (PND-5) sampai 21 hari (PND-21)(9). Dari Skor 3 : berenang lurus atau mendekati lurus
tiap anakan dipilih perwakilannya sebanyak 3 ekor. Skor 4 : tenggelam

Cermin Dunia Kedokteran No. 149, 2005 45


Penggunaan anggota badan: motorik spinalis yang merupakan pengendali tonus otot skelet.
Skor 1 : mengayuh dengan ke-4 anggota badan Morfin ditemukan di terminal akson aferen primer substansia
Skor 2: mengayuh hanya dengan anggota belakang, anggota gelatinosa tulang belakang, dan juga di nukleus spinal nervus
depan dalam posisi diam trigeminus(11). Thompson (2002) juga menemukan bahwa letak
Skor 3 : tanpa mengayuh reseptor-reseptor opiat adalah di prosesus aksonal, yaitu di
terminal saraf presinap. Keberadaan morfin tersebut me-
2. Perkembangan Kemampuan Mengangkat Badan dan ningkatkan pelepasan asetilkolin bebas yang menyebabkan
Anggota Belakang peningkatan aktivitas spontan motorik(2).
Pengujian dilakukan pada anak mencit mulai umur 7 hari
sampai seluruh anak mencit yang diamati mampu mengangkat Tabel 1. Kemampuan Refleks Anak Mencit Umur 5,6,7 hari (n=18)
badan dan anggota belakangnya sehingga tidak terjatuh. Anak
mencit yang akan diuji, tangannya diletakkan pada kawat Jenis Uji
Dosis (mg/kg bb./hari)
dengan diameter 2 mm, panjang 20 cm yang direntangkan di 0 (kontrol) 2,8 5,6 9,8
Refleks
antara 2 tiang kayu setinggi 30 cm. Kemudian diamati berapa membalikkan
persen anak mencit yang dapat menggenggam (grasping) dan badan (PND-5)
mengangkat badan serta kakinya, sehingga tidak terjatuh. Waktu (detik) 8,25±0,73 6,08±0,73 5,42±0,88* 3,47±0,52*
Reflek
C. Uji Kemampuan Sensorik Menghindari
Jurang (PND-6)
1. Perkembangan Kemampuan Penciuman Keberhasilan 100 % 100 % 67 %* 56 %*
Pengamatan dilakukan terhadap anak mencit umur 21 hari. Reflek Geotaksis
Anak mencit digenggam supaya diam, lalu hidungnya didekat- Negatif (PND-7)
kan ke batang kapas (cotton bud) yang telah dicelupkan ke Keberhasilan 100 % 100 % 67 %* 50 %*
dalam cologne. Hasil positif bila anak mencit menghindar dan
negatif bila diam saja. Keterangan :
(*)= berbeda nyata dengan kontrol, PND=post natal day, rataan ± sd
2. Perkembangan Kemampuan Penglihatan
Pengamatan dilakukan pada anak mencit mulai umur 7 Pada uji menghindari jurang ketidakberhasilan anak
hari sampai seluruh anak mencit yang diuji memberikan mencit ditunjukkan dengan sikap diam atau menjatuhkan diri
tanggapan positif terhadap uji ini. Anak mencit dipegang ujung ke jurang (meloncat). Hal tersebut karena morfin meningkatkan
ekornya dan didekatkan pada tongkat horizontal dan dijaga sintesis dopamin pada neuron-neuron dopaminergik yang
misainya tidak menyentuh tongkat. Hasil pengujian dinilai tersebar di sistem limbik sehingga mempengaruhi kelabilan
positif bila anak mencit yang diuji mampu meraih tongkat. emosi dan menyebabkan depresi(2). Selain itu, morfin juga
meningkatkan produksi serotonin (5-HT) di nukleus rafe
3. Perkembangan Kemampuan Pendengaran batang otak yang menyebabkan tingkah laku bunuh diri(13).
Pengamatan dilakukan pada anak mencit mulai umur 7 Kerusakan sistem penerimaan nyeri sejak masa kandungan dan
hari sampai seluruh anak mencit yang diuji memberikan pasca lahir akan menimbulkan sikap perusakan diri karena
tanggapan positif terhadap uji ini. Tanggapan dinilai positif bila ingin merasakan nyeri, dengan cara meloncat, membakar diri,
anak mencit tersentak pada saat kedua batang logam dipukul- atau menabrakkan diri(14). Sedangkan dalam uji geotaksis
kan secara diam-diam di atasnya. Anak mencit yang belum negatif ketidakberhasilan anak mencit ditunjukkan dengan
mendapat giliran, harus dijauhkan dari tempat peng-amatan sikap diam atau tidak bisa menahan berat tubuh sehingga anak
agar tidak terbiasa (terhabituasi) dengan rangsangan bunyi mencit terus turun dengan posisi menukik menuju bawah
yang akan diberikan. bidang miring. Hal tersebut terjadi karena morfin menghambat
motoneuron spinal, menyebabkan anggota gerak belakang ter-
Hasil dan Pembahasan ganggu(15).
Hasil pengamatan menunjukkan terdapat kelainan pada Tabel 2 menunjukkan bahwa pemberian morfin pada masa
perilaku yang disebabkan oleh kerusakan otak dan tulang kebuntingan tidak berpengaruh pada sudut kepala dan peng-
belakang. Selengkapnya data yang diperoleh adalah sebagai gunaan anggota gerak pada saat anak mencit berenang, tetapi
berikut : berpengaruh terhadap arah berenang. Melingkarnya arah
berenang anak mencit karena morfin mempengaruhi dan me-
A. Uji Kemampuan Refleks rusak sistem ekstrapiramidal. Sistem ekstrapiramidal [korteks
Uji statistik (Tabel 1) menunjukkan bahwa kemampuan serebrum basal ganglia yang terdiri dari nucleus caudatus,
refleks anak mencit dalam uji membalikkan badan, meng- nucleus lentiformis dan globus pallidus merupakan pusat
hindari jurang, dan geotaksis negatif berbeda nyata dengan gerakan bawah sadar. Fungsinya antara lain memelihara posisi
kontrol pada dosis 5,6 mg/kgbb./hari dan 9,8 mg/kg bb./hari. tubuh normal dan mengatur tonus otot(16). Morfin juga dapat
Rata-rata refleks membalikkan badan anak mencit pada dosis menghambat dan mengeksitasi sel Purkinye di otak kecil. Otak
tersebut jauh lebih cepat dibandingkan kontrol. Hal tersebut kecil merupakan pusat pemelihara keseimbanganan serta peng-
terjadi karena morfin yang didedahkan mempengaruhi sistem atur gerakan sehingga arah berenang menjadi melingkar.

46 Cermin Dunia Kedokteran No. 149, 2005


B. Uji Kemampuan Motorik
1. Perkembangan Kemampuan Berenang
Tabel 2. Perkembangan Kemampuan Berenang Anak Mencit (PND-8,10,12)

Dosis (mg/kg BB/hari)


0 (Kontrol 2,8 5,6 9,8
Jenis Uji
Skor Skor Skor Skor
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
PND-8
-Sudut 18 18 18 18
-Arah 12 6 16 2 16 2 13 5
-Penggunaan 18 18 18 18
anggota
badan
PND-10
-Sudut 18 18 18 18
-arah 3 15 4 14 6 12 10 8
-Penggunaan 18 18 18 18
anggota
badan
PND-12
-Sudut 18 18 18 18
-arah 18 1 5* 13* 6* 12*
-Penggunaan 18 18 18 18
anggota
badan

Keterangan :
(*) = berbeda nyata dengan kontrol, PND=post natal day

2. Perkembangan Kemampuan Mengangkat badan dan Pengamatan deskriptif memperlihatkan tidak satupun yang
Anggota Belakang berbeda dengan kontrol. Hal tersebut terjadi karena morfin
tidak merusak korteks sensorik serebrum karena di daerah itu
Tabel 3. Persentase keberhasilan anak mencit dalam uji kemampuan
mengangkat badan pada tiap dosis (%) tidak terdapat reseptor opiat. Selain itu, pemberian morfin
dilakukan pada saat neurulasi, saat organ belum terbentuk
Hari sehingga morfin tidak mengganggu pembentukan organ-organ
Dosis
7 8 9 10 11 12 13 14
Kontrol 0 0 0 11 44 50 83 100
sensorik.
2,8 mg/kg 0 5.6 11 22 44 89 100 100
bb/hari Tabel 5. Rata-rata perkembangan berat badan anak mencit PND-4,7,14,21
5,6 mg/kg 0 17 28 50 61 100 100 100
Berat badan (g)
bb/hari Dosis
PND-1 PND-4 PND-7 PND-14 PND-21
9,8 mg/kg 0 22 39 56 72 100 100 100 Kontrol 1.46 2.94 4.50 6.84 10.37
bb/hari 2,8 mg/kgbb./hari 1.51 3.01 4.53 6.61 10.02
5,6 mg/kgbb./hari 1.32 2.61 4.03 5.93 9.31
Tabel 3 menunjukkan peningkatan persentase kemampuan 9,8 mg/kgbb./hari 1.24 2.46 3.83 5.67 8.91
mengangkat badan dari hari ke hari pada semua perlakuan,
keberhasilan mengangkat badan terjadi lebih awal pada anak Uji statistik data tabel 5 menunjukkan berat badan anak
mencit yang diberi morfin di antaranya memanjat(2). mencit berbeda nyata dengan kontrol pada dosis 5,6
mg/kgbb./hari dan 9,8 mg/kgbb./hari. Ini berarti morfin dapat
C. Uji Kemampuan Sensorik lebih menurunkan berat badan dibandingkan dengan kontrol.
Morfin berpengaruh langsung menghambat pertumbuhan fetus,
Tabel 4. Perkembangan Kemampuan Sensorik Anak Mencit (n=72) selain itu zat asing selain morfin dapat menyebabkan malnutrisi
karena mengganggu aliran darah yang menuju fetus sehingga
Dosis (mg/kg bb./hari)
Jenis Uji 0 menghambat pertumbuhan dan berat badan fetus(17).
2,8 5,6 9,8
(Kontrol)
Uji Penglihatan
61 % 50 % 50 % 44 %
KESIMPULAN
- PND-14 1. Pemberian morfin dosis subletal pada masa kebuntingan
100 % 100 % 100 % 100 %
- PND-15
menyebabkan penyimpangan perilaku masa prasapih dan
Uji Pendengaran
- PND-13
56 % 56 % 61 % 56 % penurunan berat badan anak mencit Swiss-Webster.
89 % 94 % 89 % 89 % Penyimpangan yang berbeda nyata dengan kontrol
- PND-14
100 % 100 % 100 % 100 %
- PND-15 ditemukan pada uji refleks (membalikkan tubuh,
Uji Penciuman menghindari jurang, dan geotaksis negatif) dan pada uji
100 % 100 % 100 % 100 %
- PND-21
motorik (kemampuan berenang dan mengangkat anggota

Cermin Dunia Kedokteran No. 149, 2005 47


badan), sedangkan pada uji sensorik tidak berbeda nyata. 6. Association of Canada. Resolution : The Need for Federally Mandate
Developmental Neurotoxicity Testing to Protect Human Health: Central
2. Penyimpangan perilaku yang ditimbulkan tergantung besar Nervous System Development. (http://www.Idac-taac.ca).1994
dosis. Pada penelitian ini yang berbeda nyata dengan 7. Fujinaga M. Teratogenic and Postnatal Developmental Studies of
kontrol adalah pada dosis 9,8 mg/kgbb./hari dan 5,6 mg/kg Morphine in Sprague Dawley Rats. Teratology 1998; 38 (5): 401-410
bb./hari; pada dosis 2,8 mg/kgbb./hari tidak berbeda nyata. 8. Lapointe G, Nasal G. Morphine treatment During Rat Pregnancy:
Neonatal & Preweaning consequences. Biology Neonate J. 1982;42 (1-2):
22-30
SARAN 9. Turner AR. Screening Methods in Pharmacology. Academic Press. New
Perlu dilakukan pengamatan lanjutan terhadap kemampuan York.1965
belajar dan memori serta analisis jaringan bagian otak yang 10. Grabow ST, Dougherty MP..Cervicomedullary Intrathecal Injection of
Morphine Produces Antinociception in The Orafacial Formalin Test in
diduga rusak pada mencit dewasa (PND-60). The Rats. Anaesthesiol. .2001; 95: 1427-1434
11. Anonim.Cerebrum and Cerebellum-The Secret of The Central Nerve.
http://www.okmedi.net.2001.
12. Thompson TG. Recovery Month/ The National Household Survey on
KEPUSTAKAAN
Drug Abuse. (http://www. ncbi. nml. nih. gov)2002
13. Dalpiaz A. et al. Thermodynamics of Serotonin Receptor Interaction.
1. Razak AMD. Kumpulan Dadah Narkotik. Article. (http://www. John Wiley & Sons. Ltd. Italy. 2001
prn.usm.my) . 1995 14. Anand KJ, Scalzo FM.. Can Adverse Neonatal Experiences Alter Brain
2. Pradhan S, Dutta S. Drug Abuse. Clinical and Basic Aspect. CV. Mosby Development and Subsequent Behaviour?. Biology of Neonate J.
Co. St Louis. 1997 2000;77 (2): 69-82
3. Hamilton GR, Baskett TF. In the Arms of Morpheus: the Development 15. Kakinohana M. et al. Intrathecal Administration of Morphine, but not
of Morphine for Postoperative Pain Relief. Anasthesiol..2000; (April) 47 Small dose, Induced Spastic Paraparesis After a Noninjurious Interval of
(4) : 367 Aortic Occlusion in Rat. Anaesthes. Analges. 2003; 96
4. Young L. Use of Marijuana, Cocaine, Pain Relievers and Tranquilizers 16. Mustcher E. Dinamika Obat. Ed. 5. Terj: MB. Widiarto & AS Ranti.
Increased According to National Household Survey on Drug Abuse. Penerbit ITB. Bandung.1991
Report Article. (http://www.samsha.gov). 2002 17. Wierrother H et. al. Intrauterine Blood Flow and Long-Term Intellectual,
5. Ahluwalia I. Multiple Lifestyle and Psychological Risk and Delivery of Neurologic, and Social Development. Obstetr. Gynecol. .2001.60 : 108-
Small for Gestational Age Infant. Obstetr. Gynecol. 2001;97(5). 114

48 Cermin Dunia Kedokteran No. 149, 2005


TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Konsep Sehat, Sakit dan Penyakit


dalam Konteks Sosial Budaya
Sunanti Z. Soejoeti
Pusat Penelitian Ekologi Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Departemen Kesehatan RI, Jakarta

PENDAHULUAN budaya, perilaku, populasi penduduk, genetika, dan sebagainya.


Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya Derajat kesehatan masyarakat yang disebut sebagai psycho
pembangunan nasional diarahkan guna tercapainya kesadaran, socio somatic health well being, merupakan resultante dari 4
kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap faktor(3) yaitu:
penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang 1. Environment atau lingkungan.
optimal. Dan kesehatan yang demikian yang menjadi dambaan 2. Behaviour atau perilaku,
setiap orang sepanjang hidupnya. Tetapi datangnya penyakit Antara yang pertama dan kedua dihubungkan dengan
merupakan hal yang tidak bisa ditolak meskipun kadang- ecological balance.
kadang bisa dicegah atau dihindari. 3. Heredity atau keturunan yang dipengaruhi oleh populasi,
Konsep sehat dan sakit sesungguhnya tidak terlalu mutlak distribusi penduduk, dan sebagainya.
dan universal karena ada faktor-faktor lain di luar kenyataan 4. Health care service berupa program kesehatan yang
klinis yang mempengaruhinya terutama faktor sosial budaya. bersifat preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif.
Kedua pengertian saling mempengaruhi dan pengertian yang Dari empat faktor tersebut di atas, lingkungan dan perilaku
satu hanya dapat dipahami dalam konteks pengertian yang lain. merupakan faktor yang paling besar pengaruhnya (dominan)
Banyak ahli filsafat, biologi, antropologi, sosiologi, kedok- terhadap tinggi rendahnya derajat kesehatan masyarakat.
teran, dan lain-lain bidang ilmu pengetahuan telah mencoba Tingkah laku sakit, peranan sakit dan peranan pasien
memberikan pengertian tentang konsep sehat dan sakit ditinjau sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kelas sosial,
dari masing-masing disiplin ilmu. Masalah sehat dan sakit perbedaan suku bangsa dan budaya. Maka ancaman kesehatan
merupakan proses yang berkaitan dengan kemampuan atau yang sama (yang ditentukan secara klinis), bergantung dari
ketidakmampuan manusia beradap-tasi dengan lingkungan baik variabel-variabel tersebut dapat menimbulkan reaksi yang
secara biologis, psikologis maupun sosio budaya(1). berbeda di kalangan pasien.
UU No.23,1992 tentang Kesehatan menyatakan bahwa: Pengertian sakit menurut etiologi naturalistik dapat dijelas-
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan kan dari segi impersonal dan sistematik, yaitu bahwa sakit
sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan merupakan satu keadaan atau satu hal yang disebabkan oleh
ekonomi. Dalam pengertian ini maka kesehatan harus dilihat gangguan terhadap sistem tubuh manusia.
sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur-unsur fisik, Pernyataan tentang pengetahuan ini dalam tradisi klasik
mental dan sosial dan di dalamnya kesehatan jiwa merupakan Yunani, India, Cina, menunjukkan model keseimbangan
bagian integral kesehatan. (equilibrium model) seseorang dianggap sehat apabila unsur-
Definisi sakit: seseorang dikatakan sakit apabila ia unsur utama yaitu panas dingin dalam tubuhnya berada dalam
menderita penyakit menahun (kronis), atau gangguan kesehatan keadaan yang seimbang. Unsur-unsur utama ini tercakup dalam
lain yang menyebabkan aktivitas kerja/kegiatannya terganggu. konsep tentang humors, ayurveda dosha, yin dan yang.
Walaupun seseorang sakit (istilah sehari-hari) seperti masuk Departemen Kesehatan RI telah mencanangkan kebijakan
angin, pilek, tetapi bila ia tidak terganggu untuk melaksanakan baru berdasarkan paradigma sehat(4). Paradigma sehat adalah
kegiatannya, maka ia dianggap tidak sakit(2). cara pandang atau pola pikir pembangunan kesehatan yang
bersifat holistik, proaktif antisipatif, dengan melihat masalah
MASALAH SEHAT DAN SAKIT kesehatan sebagai masalah yang dipengaruhi oleh banyak
Masalah kesehatan merupakan masalah kompleks yang faktor secara dinamis dan lintas sektoral, dalam suatu wilayah
merupakan resultante dari berbagai masalah lingkungan yang yang berorientasi kepada peningkatan pemeliharaan dan per-
bersifat alamiah maupun masalah buatan manusia, sosial lindungan terhadap penduduk agar tetap sehat dan bukan hanya

Cermin Dunia Kedokteran No. 149, 2005 49


penyembuhan penduduk yang sakit. Pada intinya paradigma menimbulkan penyakit.
sehat memberikan perhatian utama terhadap kebijakan yang Masyarakat dan pengobat tradisional menganut dua konsep
bersifat pencegahan dan promosi kesehatan, memberikan penyebab sakit, yaitu: Naturalistik dan Personalistik. Pe-
dukungan dan alokasi sumber daya untuk menjaga agar yang nyebab bersifat Naturalistik yaitu seseorang menderita sakit
sehat tetap sehat namun tetap mengupayakan yang sakit segera akibat pengaruh lingkungan, makanan (salah makan), ke-
sehat. Pada prinsipnya kebijakan tersebut menekankan pada biasaan hidup, ketidak seimbangan dalam tubuh, termasuk juga
masyarakat untuk mengutamakan kegiatan kesehatan daripada kepercayaan panas dingin seperti masuk angin dan penyakit
mengobati penyakit. bawaan. Konsep sehat sakit yang dianut pengobat tradisional
Telah dikembangkan pengertian tentang penyakit yang (Battra) sama dengan yang dianut masyarakat setempat, yakni
mempunyai konotasi biomedik dan sosio kultural(5). Dalam suatu keadaan yang berhubungan dengan keadaan badan atau
bahasa Inggris dikenal kata disease dan illness sedangkan kondisi tubuh kelainan-kelainan serta gejala yang dirasakan.
dalam bahasa Indonesia, kedua pengertian itu dinamakan Sehat bagi seseorang berarti suatu keadaan yang normal, wajar,
penyakit. nyaman, dan dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan
Dilihat dari segi sosio kultural terdapat perbedaan besar gairah. Sedangkan sakit dianggap sebagai suatu keadaan badan
antara kedua pengertian tersebut. Dengan disease dimaksudkan yang kurang menyenangkan, bahkan dirasakan sebagai siksaan
gangguan fungsi atau adaptasi dari proses-proses biologik dan sehingga menyebabkan seseorang tidak dapat menjalankan
psikofisiologik pada seorang individu, dengan illness dimaksud aktivitas sehari-hari seperti halnya orang yang sehat(7). Sedang-
reaksi personal, interpersonal, dan kultural terhadap penyakit kan konsep Personalistik menganggap munculnya penyakit
atau perasaan kurang nyaman(1). (illness) disebabkan oleh intervensi suatu agen aktif yang dapat
Para dokter mendiagnosis dan mengobati disease, sedang- berupa makhluk bukan manusia (hantu, roh, leluhur atau roh
kan pasien mengalami illness yang dapat disebabkan oleh jahat), atau makhluk manusia (tukang sihir, tukang tenung).
disease illness tidak selalu disertai kelainan organik maupun Menelusuri nilai budaya, misalnya mengenai pengenalan
fungsional tubuh. kusta dan cara perawatannya. Kusta telah dikenal oleh etnik
Tulisan ini merupakan tinjauan pustaka yang membahas Makasar sejak lama. Adanya istilah kaddala sikuyu (kusta
pengetahuan sehat-sakit pada aspek sosial budaya dan perilaku kepiting) dan kaddala massolong (kusta yang lumer), merupa-
manusia; serta khusus pada interaksi antara beberapa aspek ini kan ungkapan yang mendukung bahwa kusta secara endemik
yang mempunyai pengaruh pada kesehatan dan penyakit. telah berada dalam waktu yang lama di tengah-tengah masya-
Dalam konteks kultural, apa yang disebut sehat dalam suatu rakat tersebut(8).
kebudayaan belum tentu disebut sehat pula dalam kebudayaan Hasil penelitian kualitatif dan kuantitatif atas nilai - nilai
lain. Di sini tidak dapat diabaikan adanya faktor penilaian atau budaya di Kabupaten Soppeng, dalam kaitannya dengan pe-
faktor yang erat hubungannya dengan sistem nilai. nyakit kusta (Kaddala,Bgs.) di masyarakat Bugis menunjukkan
bahwa timbul dan diamalkannya leprophobia secara ketat
KONSEP SEHAT SAKIT MENURUT BUDAYA karena menurut salah seorang tokoh budaya, dalam nasehat
MASYARAKAT perkawinan orang-orang tua di sana, kata kaddala ikut
Istilah sehat mengandung banyak muatan kultural, sosial tercakup di dalamnya. Disebutkan bahwa bila terjadi pelang-
dan pengertian profesional yang beragam. Dulu dari sudut garan melakukan hubungan intim saat istri sedang haid, mereka
pandangan kedokteran, sehat sangat erat kaitannya dengan (kedua mempelai) akan terkutuk dan menderita kusta/kaddala.
kesakitan dan penyakit. Dalam kenyataannya tidaklah seseder- Ide yang bertujuan guna terciptanya moral yang agung di
hana itu, sehat harus dilihat dari berbagai aspek. WHO melihat keluarga baru, berkembang menuruti proses komunikasi dalam
sehat dari berbagai aspek(6). Definisi WHO (1981): Health is a masyarakat dan menjadi konsep penderita kusta sebagai
state of complete physical, mental and social well-being, and penanggung dosa. Pengertian penderita sebagai akibat dosa dari
not merely the absence of disease or infirmity. WHO men- ibu-bapak merupakan awal derita akibat leprophobia. Rasa
definisikan pengertian sehat sebagai suatu keadaan sempurna rendah diri penderita dimulai dari rasa rendah diri keluarga
baik jasmani, rohani, maupun kesejahteraan sosial seseorang. yang merasa tercemar bila salah seorang anggota keluarganya
Sebatas mana seseorang dapat dianggap sempurna jasmaninya? menderita kusta. Dituduh berbuat dosa melakukan hubungan
Oleh para ahli kesehatan, antropologi kesehatan di- intim saat istri sedang haid bagi seorang fanatik Islam dirasa-
pandang sebagai disiplin biobudaya yang memberi perhatian kan sebagai beban trauma psikosomatik yang sangat berat(8).
pada aspek-aspek biologis dan sosial budaya dari tingkah laku Orang tua, keluarga sangat menolak anaknya didiagnosis kusta.
manusia, terutama tentang cara-cara interaksi antara keduanya Pada penelitian Penggunaan Pelayanan Kesehatan Di
sepanjang sejarah kehidupan manusia yang mempengaruhi Propinsi Kalimantan Timur dan Nusa Tenggara Barat (1990),
kesehatan dan penyakit. Penyakit sendiri ditentukan oleh hasil diskusi kelompok di Kalimantan Timur menunjukkan
budaya: hal ini karena penyakit merupakan pengakuan sosial bahwa anak dinyatakan sakit jika menangis terus, badan
bahwa seseorang tidak dapat menjalankan peran normalnya berkeringat, tidak mau makan, tidak mau tidur, rewel, kurus
secara wajar . kering. Bagi orang dewasa, seseorang dinyatakan sakit kalau
Cara hidup dan gaya hidup manusia merupakan fenomena sudah tidak bisa bekerja, tidak bisa berjalan, tidak enak badan,
yang dapat dikaitkan dengan munculnya berbagai macam panas dingin, pusing, lemas, kurang darah, batuk-batuk, mual,
penyakit, selain itu hasil berbagai kebudayaan juga dapat diare. Sedangkan hasil diskusi kelompok di Nusa Tenggara

50 Cermin Dunia Kedokteran No. 149, 2005


Barat menunjukkan bahwa anak sakit dilihat dari keadaan fisik nya tidak tepat.
tubuh dan tingkah lakunya yaitu jika menunjukkan gejala c. Sakit kejang-kejang
misalnya panas, batuk pilek, mencret, muntah-muntah, gatal, Masyarakat pada umumnya menyatakan bahwa sakit panas
luka, gigi bengkak, badan kuning, kaki dan perut bengkak. dan kejang-kejang disebabkan oleh hantu. Di Sukabumi disebut
Seorang pengobat tradisional yang juga menerima hantu gegep, sedangkan di Sumatra Barat disebabkan hantu
pandangan kedokteran modern, mempunyai pengetahuan yang jahat. Di Indramayu pengobatannya adalah dengan dengan
menarik mengenai masalah sakit-sehat. Baginya, arti sakit pergi ke dukun atau memasukkan bayi ke bawah tempat tidur
adalah sebagai berikut: sakit badaniah berarti ada tanda-tanda yang ditutupi jaring.
penyakit di badannya seperti panas tinggi, penglihatan lemah, d. Sakit tampek (campak)
tidak kuat bekerja, sulit makan, tidur terganggu, dan badan Penyebabnya adalah karena anak terkena panas dalam,
lemah atau sakit, maunya tiduran atau istirahat saja. Pada anak dimandikan saat panas terik, atau kesambet. Di Indramayu
penyakit batin tidak ada tanda-tanda di badannya, tetapi bisa ibu-ibu mengobatinya dengan membalur anak dengan asam
diketahui dengan menanyakan pada yang gaib. Pada orang kawak, meminumkan madu dan jeruk nipis atau memberikan
yang sehat, gerakannya lincah, kuat bekerja, suhu badan daun suwuk, yang menurut kepercayaan dapat mengisap
normal, makan dan tidur normal, penglihatan terang, sorot mata penyakit.
cerah, tidak mengeluh lesu, lemah, atau sakit-sakit badan(9).
Sudarti (1987) menggambarkan secara deskriptif persepsi KEJADIAN PENYAKIT
masyarakat beberapa daerah di Indonesia mengenai sakit dan Penyakit merupakan suatu fenomena kompleks yang
penyakit; masyarakat menganggap bahwa sakit adalah keadaan berpengaruh negatif terhadap kehidupan manusia. Perilaku dan
individu mengalami serangkaian gangguan fisik yang menim- cara hidup manusia dapat merupakan penyebab bermacam-
bulkan rasa tidak nyaman. Anak yang sakit ditandai dengan macam penyakit baik di zaman primitif maupun di masyarakat
tingkah laku rewel, sering menangis dan tidak nafsu makan. yang sudah sangat maju peradaban dan kebudayaannya.
Orang dewasa dianggap sakit jika lesu, tidak dapat bekerja, Ditinjau dari segi biologis penyakit merupakan kelainan
kehilangan nafsu makan, atau “kantong kering“ (tidak punya berbagai organ tubuh manusia, sedangkan dari segi kemasya-
uang). Selanjutnya masyarakat menggolongkan penyebab sakit rakatan keadaan sakit dianggap sebagai penyimpangan perilaku
ke dalam 3 bagian yaitu : dari keadaan sosial yang normatif. Penyimpangan itu dapat
1. Karena pengaruh gejala alam (panas, dingin) terhadap disebabkan oleh kelainan biomedis organ tubuh atau lingkung-
tubuh manusia an manusia, tetapi juga dapat disebabkan oleh kelainan
2. Makanan yang diklasifikasikan ke dalam makanan panas emosional dan psikososial individu bersangkutan. Faktor
dan dingin. emosional dan psikososial ini pada dasarnya merupakan akibat
3. Supranatural (roh, guna-guna, setan dan lain-lain.). dari lingkungan hidup atau ekosistem manusia dan adat
Untuk mengobati sakit yang termasuk dalam golongan kebiasaan manusia atau kebudayaan(11).
pertama dan ke dua, dapat digunakan obat-obatan, ramuan- Konsep kejadian penyakit menurut ilmu kesehatan ber-
ramuan, pijat, kerok, pantangan makan, dan bantuan tenaga gantung jenis penyakit. Secara umum konsepsi ini ditentukan
kesehatan. Untuk penyebab sakit yang ke tiga harus dimintakan oleh berbagai faktor antara lain parasit, vektor, manusia dan
bantuan dukun, kyai dan lain-lain. Dengan demikian upaya lingkungannya.
penanggulangannya tergantung kepada kepercayaan mereka Para ahli antropologi kesehatan yang dari definisinya dapat
terhadap penyebab sakit. disebutkan berorientasi ke ekologi, menaruh perhatian pada
hubungan timbal balik antara manusia dan lingkungan alam-
Beberapa contoh penyakit pada bayi dan anak sebagai berikut : nya, tingkah laku penyakitnya dan cara-cara tingkah laku
a. Sakit demam dan panas. penyakitnya mempengaruhi evolusi kebudayaannya melalui
Penyebabnya adalah perubahan cuaca, kena hujan, salah proses umpan balik (Foster, Anderson, 1978)(12).
makan, atau masuk angin. Pengobatannya adalah dengan cara Penyakit dapat dipandang sebagai suatu unsur dalam
mengompres dengan es, oyong, labu putih yang dingin atau lingkungan manusia, seperti tampak pada ciri sel-sabit (sickle-
beli obat influensa. Di Indramayu dikatakan penyakit adem cell) di kalangan penduduk Afrika Barat, suatu perubahan evo-
meskipun gejalanya panas tinggi, supaya panasnya turun. lusi yang adaptif, yang memberikan imunitas relatif terhadap
Penyakit tampek (campak) disebut juga sakit adem karena malaria. Ciri sel sabit sama sekali bukan ancaman, bahkan
gejalanya badan panas. merupakan karakteristik yang diinginkan karena memberikan
b. Sakit mencret (diare). proteksi yang tinggi terhadap gigitan nyamuk Anopheles.
Penyebabnya adalah salah makan, makan kacang terlalu Bagi masyarakat Dani di Papua, penyakit dapat merupakan
banyak, makan makanan pedas, makan udang, ikan, anak simbol sosial positif, yang diberi nilai-nilai tertentu. Etiologi
meningkat kepandaiannya, susu ibu basi, encer, dan lain-lain. penyakit dapat dijelaskan melalui sihir, tetapi juga sebagai
Penanggulangannya dengan obat tradisional misalkan dengan akibat dosa. Simbol sosial juga dapat merupakan sumber
pucuk daun jambu dikunyah ibunya lalu diberikan kepada penyakit. Dalam peradaban modern, keterkaitan antara simbol-
anaknya (Bima Nusa Tenggara Barat) obat lainnya adalah simbol sosial dan risiko kesehatan sering tampak jelas,
Larutan Gula Garam (LGG), Oralit, pil Ciba dan lain-lain. misalnya remaja merokok.
Larutan Gula Garam sudah dikenal hanya proporsi campuran- Suatu kajian hubungan antara psikiatri dan antropologi

Cermin Dunia Kedokteran No. 149, 2005 51


dalam konteks perubahan sosial ditulis oleh Rudi Salan menggigil, dan muntah. Penyakit tersebut dapat sembuh
(1994)(13) berdasarkan pengalaman sendiri sebagai psikiater; dengan cara minta ampun kepada penguasa hutan, kemudian
salah satu kasusnya sebagai berikut: Seorang perempuan yang memetik daun dari pohon tertentu, dibuat ramuan untuk di
sudah cukup umur reumatiknya diobati hanya dengan vitamin minum dan dioleskan ke seluruh tubuh penderita. Dalam
dan minyak ikan saja dan percaya penyakitnya akan sembuh. beberapa hari penderita akan sembuh.
Menurut pasien penyakitnya disebabkan karena “darah kotor” Persepsi masyarakat mengenai penyakit diperoleh dan
oleh karena itu satu-satunya jalan penyembuhan adalah dengan ditentukan dari penuturan sederhana dan mudah secara turun
makan makanan yang bersih , yaitu ‘mutih’ (ditambah vitamin temurun. Misalnya penyakit akibat kutukan Allah, makhluk
seperlunya agar tidak kekurangan vitamin) sampai darahnya gaib, roh-roh jahat, udara busuk, tanaman berbisa, binatang,
menjadi bersih kembali. Bagi seorang dokter pendapat itu tidak dan sebagainya.
masuk akal, tetapi begitulah kenyataan yang ada dalam Pada sebagian penduduk Pulau Jawa, dulu penderita
masyarakat. demam sangat tinggi diobati dengan cara menyiram air di
malam hari. Air yang telah diberi ramuan dan jampi-jampi oleh
PERILAKU SEHAT DAN PERILAKU SAKIT dukun dan pemuka masyarakat yang disegani digunakan
Penelitian-penelitian dan teori-teori yang dikembangkan sebagai obat malaria.
oleh para antropolog seperti perilaku sehat ( health behavior ),
perilaku sakit (illness behavior) perbedaan antara illness dan PENUTUP
disease, model penjelasan penyakit (explanatory model ), peran Cara dan gaya hidup manusia, adat istiadat, kebudayaan,
dan karir seorang yang sakit (sick role), interaksi dokter- kepercayaan bahkan seluruh peradaban manusia dan ling-
perawat, dokter-pasien, perawat-pasien, penyakit dilihat dari kungannya berpengaruh terhadap penyakit. Secara fisiologis
sudut pasien, membuka mata para dokter bahwa kebenaran dan biologis tubuh manusia selalu berinteraksi dengan
ilmu kedokteran modern tidak lagi dapat dianggap kebenaran lingkungannya.
absolut dalam proses penyembuhan(13). Manusia mempunyai daya adaptasi terhadap lingkungan
Perilaku sakit diartikan sebagai segala bentuk tindakan yang selalu berubah, yang sering membawa serta penyakit baru
yang dilakukan oleh individu yang sedang sakit agar mem- yang belum dikenal atau perkembangan/perubahan penyakit
peroleh kesembuhan, sedangkan perilaku sehat adalah tindakan yang sudah ada.
yang dilakukan individu untuk memelihara dan meningkatkan Kajian mengenai konsekuensi kesehatan perlu memper-
kesehatannya, termasuk pencegahan penyakit, perawatan hatikan konteks budaya dan sosial masyarakat .
kebersihan diri, penjagaan kebugaran melalui olah raga dan
makanan bergizi(14). Perilaku sehat diperlihatkan oleh individu
yang merasa dirinya sehat meskipun secara medis belum tentu
mereka betul-betul sehat. Sesuai dengan persepsi tentang sakit KEPUSTAKAAN
dan penyakit maka perilaku sakit dan perilaku sehat pun 1. Kliemen, 1978
subyektif sifatnya. Persepsi masyarakat tentang sehat-sakit ini 2. Biro Pusat Statistik. Profil Statistik Wanita, Ibu dan Anak di Indonesia.
sangatlah dipengaruhi oleh unsur pengalaman masa lalu di Jakarta, 1994.
3. Blum HL. Planning for Health; Development Application of Social
samping unsur sosial budaya. Sebaliknya petugas kesehatan Change Theory. , New York: Human Science Press, 1972. p.3.
berusaha sedapat mungkin menerapkan kreteria medis yang 4. Paradigma Sehat, Pola Hidup Sehat, dan Kaidah Sehat. Pusat Penyuluhan
obyektif berdasarkan gejala yang tampak guna mendiagnosis Kesehatan Masyarakat. Departemen Kesehatan RI, 1998.
kondisi fisik individu. 5. Capra, 1982
6. Arie Walukow. Dari Pendidikan Kesehatan ke Promosi Kesehatan.
Interaksi 2004; VI (XVII):4
PERSEPSI MASYARAKAT 7. Profil Pengobat Tradisional di Indonesia. Dir. Bina Peran Serta Masy.,
Persepsi masyarakat mengenai terjadinya penyakit berbeda DirJen. Pembinaan Kes.Mas.. Departemen Kesehatan RI. 1997. hal. 4
antara daerah yang satu dengan daerah yang lain, karena 8. Ngatimin, HM.Rusli. Dari Nilai Budaya Bugis di Sulawesi Selatan.
Apakah kusta ditakuti atau dibenci?. Lembaga Pengabdian Masyarakat
tergantung dari kebudayaan yang ada dan berkembang dalam Universitas Hasanuddin, Ujung Pandang. 1992.
masyarakat tersebut. Persepsi kejadian penyakit yang berlainan 9. Nizar Zainal Abidin. Laporan Penelitian Pengobatan Tradisional Daerah
dengan ilmu kesehatan sampai saat ini masih ada di masya- Bandung. Disajikan pada Lokakarya II tentang Penelitian Pengobatan
rakat; dapat turun dari satu generasi ke generasi berikutnya dan Tradisional. Ciawi, 22-24 Februari 1993.
10. Sudarti, 1987
bahkan dapat berkembang luas. 11. Loedin AA. Dalam:Lumenta B.Penyakit, Citra Alam dan Budaya.
Berikut ini contoh persepsi masyarakat tentang penyakit Tinjauan Fenomena Sosial. Cet.pertama Penerbit Kanisius, 1989. hal.7-8.
malaria, yang saat ini masih ada di beberapa daerah pedesaan 12. Priyanti Pakan, MF.Hatta Swasono. Antropologi Kesehatan. Jakarta:
di Papua (Irian Jaya). Makanan pokok penduduk Papua adalah Percetakan Universitas Indonesia, 1986.
13. Rudi Salan. Interface Psikiatri Antropologi. Suatu kajian hubungan antara
sagu yang tumbuh di daerah rawa-rawa. Selain rawa-rawa, psikiatri dan antropologi dalam konteks perubahan sosial. Disampaikan
tidak jauh dari mereka tinggal terdapat hutan lebat. Penduduk dalam Seminar Perilaku dan Penyakit dalam Konteks Perubahan Sosial.
desa tersebut beranggapan bahwa hutan itu milik penguasa gaib Kerjasama Program Antropologi Kesehatan Jurusan Antropologi Fisip UI
yang dapat menghukum setiap orang yang melanggar dengan Ford Foundation , Jakarta 24 Agustus 1994. hal 13.
14. Solita Sarwono. Sosiologi Kesehatan: beberapa konsep beserta
ketentuannya. Pelanggaran dapat berupa menebang, membabat aplikasinya. Gajah Mada University Press. Cet. pertama, 1993. hal. 31-
hutan untuk tanah pertanian, dan lain-lain akan diganjar 36.
hukuman berupa penyakit dengan gejala demam tinggi, 15. WHO. The Otta wa Charter for Health Promotion,1986.

52 Cermin Dunia Kedokteran No. 149, 2005


HASIL PENELITIAN

Respon Terapi Tamoxifien pada


Kanker Payudara Lanjut Lokal
dengan Reseptor Estrogen, Reseptor
Progesteron dan Mr 29.000 Positif
Azamris
Divisi Onkologi, Lab/SMF Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Andalas/
Rumah Sakit Umum Daerah Dr M Djamil Padang, Sumatra Barat

ABSTRAK

Kanker payudara stadium lanjut lokal (III B) menduduki tempat teratas di Indonesia yang
penanganan primernya dengan radiasi dan penanganan sekunder secara hormonal sistemik.
Pengobatan hormonal reseptor estrogen dan reseptor progesteron belum memberikan hasil
maksimal, untuk itu diupayakan parameter lain yang dikenal dengan Mr 29.000.
Telah dilakukan penelitian secara uji klinik acak terkontrol, dengan pemeriksaan Estrogen
reseptor positif, Progesteron reseptor positif dan Mr 29.000 positif, pada penderita kanker
payudara lanjut lokal stadium III B, yang mendapat terapi Tamoxifen. Kemudian dinilai hasil
terapi setelah 3 bulan, apakan responnya lebih baik atau tidak.
Penelitian ini melibatkan 42 kasus kanker payudara lanjut lokal. Jumlah penderita
premenopause sama dengan penderita postmenopause, ER(+) ditemukan 11kasus, dan ER (–) 31
kasus. Dan Mr 29.000 (+) 7 kasus dari 11 kasus ER (+). Hanya 5 kasus yang memenuhi syarat
untuk penelitian, karena itu penelitian ini hanya deskriptif saja, penelitian perlu dilanjutkan
dengan kriteria yang lebih terarah dengan umur penderita 50 tahun atau lebih, sampel diperbesar
lebih dari 30 kasus dan waktu penelitian minimal tiga tahun. Kesimpulan pada penelitian ini
belum dapat diambil oleh karena jumlah kasus yang sedikit.

Kata kunci : kanker payudara lanjut lokal, reseptor estrogen, reseptor progesteron, Mr 29.000.

PENDAHULUAN payudara, yaitu mencegah uptake estrogen pada jaringan


Kanker payudara merupakan penyakit keganasan wanita kanker yang mengandung reseptor estrogen, yang dapat
yang paling sering dijumpai di Indonesia setelah kanker mulut memacu pertumbuhan kanker payudara(6).
rahim 15,85 %(1) di RS Dr M Djamil 65%-70% penderita Kodamark dan kawan-kawan menduga terapi dengan anti
kanker payudara datang dalam stadium lanjut, sedangkan estrogen Tamoxifen pada kanker payudara, bekerja menekan
stadium lanjut lokal (III B) 43,40 %(2). Terapi primer berupa pada tingkat sel induk, tidak membasmi sel kanker(7).
radiasi memberikan kontrol 70%-72%, sedangkan terapi Responsifitas kanker payudara terhadap terapi hormonal
hormonal tamoxifen merupakan terapi sekunder(2-5). Terapi kurang lebih 50%, didasarkan pada reseptor estrogen positif(8).
yang di dasarkan pada pemeriksaan estrogen reseptor dan Reseptor estrogen dan reseptor progesteron pada kanker
progesteron reseptor pada kanker payudara belum dikembang- payudara merupakan petanda bahwa tumor sensitif terhadap
kan di RS Dr M Djamil secara umum(6). Terapi hormonal terapi Tamoxifen 70%-85%(9,10). Kegagalan terapi hormonal
bersifat sistemik spesifik, jadi efektif untuk kasus-kasus lanjut berdasarkan status reseptor estrogen dan reseptor progesteron
lokal, regional dan metastasis jauh(2) pada dasarnya tujuan menuntut penggunaan parameter lain untuk meningkatkan
terapi hormonal Tamoxifen ini untuk meniadakan atau keberhasilan terapi hormonal ini. Pertengahan tahun 1980
mengurangi pengaruh estrogen terhadap jaringan kanker ditemukan antibodi yang reaktif terhadap satu protein yang

Cermin Dunia Kedokteran No. 149, 2005 53


diduga berkaitan erat dengan molekul reseptor estrogen, protein Tabel 1. Distribusi umur penderita kanker payudara lanjut lokal (n = 42)
ini berupa fosfoprotein dikenal dengan protein Mr 29.000(11,12).
Keberadaan Mr 29.000 ini berkorelasi dengan reseptor estrogen Umur Jumlah Kasus %
kanker payudara namun maknanya belum jelas(13). 20 – 29 2 5
Bila sel eukariotik terpapar suhu tinggi dan berbagai stres, 30 – 39 5 12
sel-sel ini akan bereaksi dengan menghasilkan sejumlah kecil 40 – 49 13 31
50 – 59 11 26
protein yang disebut Heat Shock Protein(14,15). Hormon juga 60 – 69 9 21
dapat mempengaruhi eksperesi HSP 27. Bermacam-macam 70 – 79 2 5
protein dihasilkan pada keadaan di atas antara lain: Mr 29.000 Total 42 100
(HSP 27), Mr 90.000 (HSP90) serta HSP 70. Mr 29.000 atau
estrogen related protein merupakan suatu fosfoprotein yang Tabel 2. Distribusi status menopause penderita kanker payudara lanjut
lokal (n = 42)
berhubungan dengan ER(+), yang terlibat dalam sebagian besar
kanker payudara(16). Menopause Jumlah Kasus %
Antigen Mr 29.000 ini telah dapat dideteksi dengan
antibodi monoklonal D5 yang timbul pada reaksi dengan Pre menopause 21 50
Post menopause 21 50
reseptor estradiol manusia yang telah dimurnikan(16) MR 29.000 Total 42 100
hanya ditemukan pada jaringan yang mengandung ER (+)(11,17).
Tidak satupun tumor dengan Mr 29.000 (-) dapat dikendalikan
dengan pengobatan hormonal. 20% reseptor estradiol positif Tabel 3. Distribusi status ER penderita kanker payudara lanjut lokal
mempunyai Mr 29.000 fosfolipid rendah tumor ini buruk (n = 42)
responnya terhadap pengobatan hormonal(17).
Umur ER (+) ER (-)
Pada kanker payudara terdapat hubungan sangat bermakna
dengan jumlah reseptor estrogen sitoplasma, antibodi spesifik 20 – 29 0 2
30 – 39 2 3
D5 bereaksi dengan Mr 29.000 sitosol ER (+) dan tidak 40 – 49 1 12
bereaksi dengan ER (-)(17) Cano dan kawan-kawan pada 50 – 59 3 8
penelitiannya mendapatkan penderita yang Mr 29.000 (+) 50% 60 – 69 4 5
memberikan respon lengkap atau sebagian terhadap terapi 70 – 79 1 1
Total 11 31
hormonal, sedangkan 12% gagal mendapatkan perbaikan(17).
Persentase penderita kanker payudara lanjut lokal yang ER (+)
TUJUAN PENELITIAN 26%.
Apakah keberadaan Mr 29.000 yang menyertai reseptor
Tabel 4. Distribusi ER (+) berdasarkan status menopause pada penderita
estrogen dan reseptor progesteron memberikan makna dalam kanker payudara lanjut lokal (n=11)
responsivitas terapi Tamoxifen.
Menopause ER (+) %
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian uji klinik terkontrol Pre menopause 3 27
yang dilakukan di Bagian Bedah Onkologi/HNB RS Dr M Post menopause 8 73
Djamil Padang. Penelitian dilakukan mulai 1 Januari 2003 Total 11 100
sampai dengan 31 Desember 2003. Responden adalah penderita
kanker payudara stadium lanjut lokal (stadium III B). Taberl 5. Distribusi Mr 29.000 berdasarkan ER (+) pada penderita kanker
Pemilihan sampel dilakukan secara acak sederhana. payudara lanjut lokal (n = 11)
Kriteria bagi responden yang diikutkan pada penelitian ini
adalah : Tipe Jumlah Kasus %
1. Wanita penderita kanker payudara.
2. Kanker Payudara Stadium III B - T4 N0-2 M0 dan setiap T Mr 29.000 (+) 7 64
N3 M0(UICC 1992). Mr 29.000 (-) 4 36
3. Belum pernah mendapat terapi kanker. Total 11 100
Setiap responden menjalani biopsi insisional dan hasilnya
diperiksa secara microwave untuk menentukan reseptor Tabel. 6. Respon terapi tamoxifen pada penderita kanker payudara lanjut
Estrogen dan Progesteron serta pemeriksaan non microwave lokal ER (+) PR(-), Mr 29.000 (+).
pada protein Mr 29000.
Respon Terapi Jumlah Kasus %
HASIL Respon Komplit 1 25
Jumlah kasus kanker payudara lanjut lokal dari bulan Respon Parsial 1 25
Januari 2003 sampai Desember 2003 terkumpul sebanyak 42 Tidak respon 2 50
Total 4 100
kasus. Dengan rentangan umur termuda 28 tahun dan tertua 78
tahun.

54 Cermin Dunia Kedokteran No. 149, 2005


Tabel 7. Respon terapi tamoxifen pada penderita kanker payudara lanjut hormonal yang tinggi (50%).
lokal ER (+) PR(+).
Pada penelitian ini respon terapi hormonal Tamoxifen pada
penderita kanker payudara ER (+) PR (+) Mr 29.000 (+)
Tipe Respon positif Tidak respon
diharapkan mendekati 100%. Dari jumlah sampel yang didapat,
Mr 29.000 (+) 2 1 tidak bisa dilakukan analisis statistik tetapi secara klinis pada
Mr 29.000 (-) 1 1 lima kasus yang memenuhi kriteria untuk penelitian ini terlihat
Total 3 2
respon terapi cukup baik pada kasus Mr 29.000 (+) jika
dibandingkan dengan yang Mr 29.000 (-).
DISKUSI SARAN
Kanker payudara lanjut lokal 31% ditemui pada usia 40-49 1. Penelitian respon terapi Tamoxifen pada penderita kanker
tahun, dan 50% penderita yang diamati masih haid teratur. payudara lanjut lokal dengan ER (+) PR (+) Mr 29.000 (+)
Tidak ada perbedaan penemuan penelitian ini dengan laporan perlu dilanjutkan dengan kriteria yang lebih terarah yaitu
dari RSCM dan Jepang(18,19). Reseptor estrogen positif terlihat umur penderita di atas 50 tahun atau sudah menopause
makin meningkat pada usia ≥ 50 tahun, sedangkan reseptor untuk mendapatkan reseptor estrogen tinggi sehingga Mr
estrogen negatif tinggi pada usia ≤ 60 tahun. Ditinjau dari 29.000 (+) yang didapat juga lebih tinggi.
status menopause, reseptor estrogen positif ditemukan 2. Diperlukan waktu minimal tiga tahun untuk mendapatkan
sebanyak 8 dari 11 kasus post menopause (73%), dan 3 dari 11 sampel yang besar.
kasus premenopause (27%). 3. Diperlukan waktu follow up minimal enam bulan untuk
Kurang lebih 50% tumor primer mengandung reseptor menilai respon terapi.
estrogen (positif) dan reseptor estrogen ini meningkat dengan 4. Untuk menentukan strategi pengobatan berdasarkan
bertambahnya usia(3) penderita premenopause lebih sedikit reseptor hormonal, sudah waktunya diusulkan pemeriksaan
yang estrogen reseptor positif-ER (+) (30%) dibandingkan tersebut yang selama ini belum dilaksanakan secara umum
dengan penderita post menopause (60%)(11). Pada penelitian ini di RS Dr M Djamil Padang.
terlihat status reseptor estrogen positif makin meningkat pada
usia lanjut (tabel 5) tidak berbeda dengan kepustakaan(3).
Marsigliante dkk melaporkan bahwa 178 (65%) tumor P29
positif dan sisanya 95 (35%) P29 negatif. P29 berhubungan
sangat bermakna dengan ekspresi ER (+) (p<0,001). Penemuan KEPUSTAKAAN
Mr. 29.000 (+) pada penderita kanker payudara lanjut lokal ini
sama seperti yang ditemukan oleh Marsigliante S(20). 1. Ramli M, Tjindarbumi D, Simanjuntak DC, Poetiray E, Albar ZA, Darwis
I, Breast Cancer in Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital: Management and
Adanya korelasi kuat antara ER (+) dengan Mr 29.000 (+) problematics. In: Advanced Postgraduate Course: Oncology, Medical
ini bisa digunakan untuk menilai respon terapi tamoxifen(21). Faculty, University of Indonesia and Dharmais Cancer Hospital, National
Pada 31 penderita kanker payudara lanjut lokal dengan ER(-) Cancer Center,under the auspices of the Dutch Foundation Postgraduate
PR(-) ternyata 1 kasus memberikan respon komplit, yang Medical Courses . Jakarta 8-10 November 1993. pp. 92-100.
2. Ramli M, Tjindarbumi D : Penatalaksanaan kanker payudara lanjut.
sampai sekarang masih kontrol. Kepustakaan menyatakan 5% - Dipresentasikan pada : Seminar Nasional II Kanker Payudara dan
10% penderita kanker payudara ER(-) PR(-) memberi respon Simposium Diagnosa Dini Tumor Ganas. Perhimpunan Ahli Bedah
dengan terapi hormonal(20,22). Pada penderita kanker payudara Onkologi Indonesia, Manado 11 -13 Febuari 1988.
lanjut lokal ER(+), PR(-), Mr 29.000 (+) satu kasus respon 3. Harris JR, Morrow M, Bonadonna G. Cancer of the Breast. In: Principles
and Practice of Oncology, 4 th.ed. Philadelphia. 1993, pp. 1264-1332.
komplit, dua kasus tidak memberikan respon. Dari 2 penderita 4. Ramli M. Kanker payudara, deteksi dini dan diagnosa kanker payudara.
ER (+) PR (–) Mr 29.000 (-), 1 kasus respon parsial, 1 kasus Dipresentasikan pada Kursus Singkat pencegahan, diagnosa dini dan
tidak respon. pengobatan penyakit kanker FKUI-RSCM.
Terapi tamoxifen berrespon pada dua penderita kanker 5. Sheldon T, Hayes DF. Primary radiation therapy for locally advanced
breast cancer. Cancer 1988; 60: 1219-1225.
payudara lanjut lokal dengan ER(+) PR(+) Mr 29.000 (+) 6. Ramli M. Penatalaksanaan mutakhir kanker payudara. Dipresentasikan
Sedangkan pada penderita kanker payudara lanjut lokal ER(+) pada Simposium dalam rangka HUT YKI wilayah Sumsel. Palembang
PR(+) Mr 29.000(-) satu kasus memberi respon (tabel 7). 1995.
Jensen dkk. (1971)(23) mendapatkan 35%-40% penderita kanker 7. Kodama F, Green GL. Relation of estrogen expression to clonal growth
and antiestrogen effect on human breast cancer cell. Cancer Res. 1985;
payudara ER(+) tidak memberi respon terhadap terapi 45; 2720-24.
hormonal, mungkin karena estrogen komplek yang terbentuk 8. Forest PM. Tamoxifen as adjuvant therapy. Breast cancer controversy in
tak sanggup berimigrasi ke dalam inti sel kanker. management; 1994; 377 – 91.
Beberapa laporan mengatakan 60% penderita kanker 9. Fields SM, Koeller JM. Hormonal therpy in clinical oncology. 1993;
1165-76.
payudara yang mempunyai reseptor estrogen positif mem- 10. Jensen EV. Hormone Dependency of the Breast Cancer. Cancer
berikan respon terapi hormonal bila ER (+) PR (+) respon 1987;47:1165-76.
terapi mencapai 70-80%(3,8,23,24). Bahkan ada penelitian yang 11. Coffer AI, Lewis KM et al . Monoclonal antibodies against component
mencapai respon terapi hormonal 85%(9). Bila reseptor estrogen related to soluble estrogen reseptor. Cancer Res. 1985; 45: 3684-94.
12. Ciocca DR, Luque EM. Immunological evidence for the identity between
(+) dan reseptor progesteron (-) respon terapi 30%(3,8,23,25). Cano the HSP 27 estrogen related heat shock protein and the P29 estrogen
A dan kawan-kawan(11,16) melaporkan bahwa penderita kanker reseptor associated protein in breast and endometrial cancer. Breast Can
payudara yang ER (+) Mr 29.000 (+) memberikan respon terapi Res Treat 1991; 20:33-42.

Cermin Dunia Kedokteran No. 149, 2005 55


13. Hulka BS, Liu et al. Steroid hormones and risk of breast cancer 1994; prognostic of patient with operable breast cancer. Cancer 1992; 69:153 –
74;1111-24. 64.
14. Petco L, Linguist S. HSP 26 is not required for growth and high 20. Marsigliante S, Greco S, Biscozzo L. Transciptionally active non ligand
temperature, nor for thermotolerance, spare development, or germination. binding estrogen reseptor in breast cancer. Cancer lett 1992; 66:183 – 91.
Cell 1986; 45: 885 – 94. 21. Hayward JL, Rubben RD. Assessment of response therpy in advanced
15. Carper SW, Duffy JJ, Gerner EW. Heat shock protein in thermotolerance breast cancer. Br.J.Cancer 1977;35:292 - 8
and other cellular process. Cancer Res 1987; 47: 5249 – 86. 22. Fracchia AA, Evans JF, Einenberg BL. Stage III carcinoma of the breast :
16. Cano A, Coffer A et al. Histochemical studies with an estrogen receptor Ann. Surg. 1980 ; 192 (6): 705-9.
related protein in human breast tumor. Cancer Res. 1986 ; 46 : 6475 – 80. 23. Hubay CA, Arafah B, Gordon NH, Guyton SP, Cowe JP. Hormone
17. Coffer AI, Spiller GH et al. Immunoradiometric studies with monoclonal receptor . Surg. Clin. N.Am. 1984; 64 (6):1155 – 72.
antibody against a component related to human estrogen reseptor. Cancer 24. Oster M W. Endocrine therapy and chemotherapy for breast carcinoma.
Res 1985 ; 45 : 3694 – 98. In: Disease of the Breast 3rd.ed. Philadelphia: Haagensen CD. 1993 . pp.
18. Tjindarbumi D, Ramli M, Watanabe S . Clinopathological Aspects of 991 – 1011.
Breast Cancer, A joint study between Indonesia and Japan. Med. J. Indon. 25. King RJ, Coffer AI. Histochemical studies with a monoclonal antibody
1995; 4(3): 148 – 153. raise against a partially purified soluble estradiol receptor preparation
19. Nomura Y, Miura S et al. Relative effect of steroid hormone receptor on from human myometrium. Cancer Res. 1985; 45: 5728 – 85.

( Sambungan Halaman 4 )

English Summary

L-ORNITHIN-L-ASPARTATE (LOLA) SOME UNUSUAL FINDINGS DURING Our analysis revealed that the
PREVENTS BLEBBING IN KIDNEY STONES ANALYSIS stone was formed around a rubber
HEPATOCYTES CAUSED BY ETHANOL eraser usually attached at the top
EXPOSURE Oen Liang Hie of a pencil. The patient could not
recall when he used that kind of
Nelson Simanungkalit Pospos Professor emeritus, Department of pencil during childhood.
Biochemistry, Faculty of Medi- 2. A bladder stone the size of a
Board of Technologial Research cine, University of Indonesia, tennis ball.
and Application, Jakarta, Jakarta, Indonesia. Analysis revealed that the stone
Indonesia Some experiences during urinary was formed around a roll of
stone analysis are presented. gauze, left behind by a surgeon
Freshly isolated hepatocytes Among them are : who operated on the patient years
exposed to ethanol 0,65 mol/l, 1. A stone removed from the back ago for prostate hypertrophy.
produced blebs on cell surfaces. part of the nose of a young man
Blebs formation can be totally of about 20 year-old. No pain was Cermin Dunia Kedokt. 2005 ; 149 : 60 -61
prevented by 30 min aminoacid reported, only a feeling of some olh
LOLA preincubation. obstruction of his airway.

Cermin Dunia Kedokt. 2005 ; 149 : 57 - 59


nsp

56 Cermin Dunia Kedokteran No. 149, 2005


HASIL PENELITIAN

L-Ornitin-L-Aspartat (LOLA)
Menghindari Blebbing akibat
Keracunan Etanol pada Hepatosit
Nelson Simanungkalit Pospos
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Jakarta Indonesia

ABSTRAK
Isolat sel hati tikus segar bila dipapari etanol dengan konsentrasi 0,65 mol/l akan menimbul-
kan terbentuknya blebs di permukaan sel. Bila asam amino LOLA diinkubasikan lebih dulu
selama 30 menit baru setelah itu dipapari etanol, pembentukan blebs dapat dihindari.

PENDAHULUAN Pemberian lebih dulu LOLA dapat menghindari kerusakan


Peranan asam amino di dalam tubuh tidak terbatas hanya hati yang signifikan akibat hipokalemi(7).
sebagai bahan bangunan untuk protein, ensim atau hormon
saja, namun juga sebagai molekul intermedier yang penting
H H H H H H H
dalam reaksi biokimia. Akhir-akhir ini peranan asam amino
sebagai obat juga makin dikenal, terutama dalam terapi O C C C C C N C C C C C O
penyakit hati, baik sendiri sendiri ataupun sebagai campuran 2
+ +
asam amino atau lebih(1). ( Tabel 1). O NH3 H H H O H NH3 O

Tabel 1.
Rumus LOLA
Nama Kandungan
Penggunaan
Obat Asam Amino
Sulfolitruw L-Serin, Methionin Hepatokholesistopati kronis. Sementara itu dilaporkan pula, bahwa LOLA dapat
Hepa-Merz LOLA Gangguan penyakit hati akut dan
menghindari terjadinya coma hepaticum akibat Amoniak,
kronis dengan hiperammonemi. dimana terjadi peningkatan ekskresi Urea yang signifikan(8).
Leberam Arginin Gangguan fungsi hati dgn atau Pemberian lebih dulu LOLA pada tikus percobaan meningkat-
tanpa hiperammonemi. kan metabolisme, terlihat dari bertambahnya stamina berenang
Rochmalat Arginin Hiperammonemi.
tikus tikus tsb(9,10 ).
Hepasteril Arginin Hepatitis kronis. Penelitian ini bertujuan menguji efek proteksi LOLA
Polilevo Arginin-HCl terhadap keracunan etanol pada isolat sel hati tikus

Cendrangolo (1962) melaporkan efek terapi Asam BAHAN DAN CARA


glutamat dalam berbagai penyakit hati terutama pada koma, Tikus yang dipergunakan adalah jenis Sprague-Dawley
karena kemampuannya mengikat gugus NH3, dan dalam reaksi jantan dengan berat rata rata 220 g. Collagenase D, Hepes dari
tersebut terbentuk Glutamin yang tidak toksik(2). Somatostatin Serva, Heidelberg; EGTA dari Sigma, Deisenhofen; Nembutal
memperlihatkan efek proteksi terhadap keracunan Phalloidin, dari Eva, Paris Liquemin N 25000 dari Hoffman-La-Roche,
Etanol dan DMSO4(3). Beberapa peneliti tertarik menguji efek Basel Percoll dari Pharmacia-Freiburg dan Ham’s F-12 dari
proteksi garam L-Ornithin-L-Aspartat (LOLA). Salvatore et al. Seromed-Berlin. Bahan kimia lainnya dari Merck, Darmstadt.
(1958) melaporkan efek proteksi campuran Ornithin dan Asam Isolasi sel hati dilakukan dengan metoda Eckel et al,1979
aspartat terhadap keracunan CCl4(4). Kerusakan hati akibat terhadap yang telah dimodifikasi(11). Untuk menguji keracunan
Diphenylbutazon dapat dihindari dengan pemberian LOLA, etanol pada sel hati, suspensi sel hati (1,0-1,5 juta/ml)
juga bila Diphenylbutazon diberikan dalam dosis tinggi diinkubasikan dengan 0,65 mol etanol/liter, dimana kira-kira ±
pemberian i.p. lebih efektif dari i.v(5). Pemberian Ornithin, 85% Blebs terbentuk. Medium yang dipergunakan adalah
Citrullin, Arginin, Asam aspartat dan LOLA, yang merupakan Ham’s F-12 volume akhir berjumlah 1 ml. Setelah masa
komponen dari siklus sitrat pada tikus dalam keadaan inkubasi (30 menit) berakhir, isolat sel hati disimpan pada suhu
hiperamonemi endogen menurunkan kadar amoniak secara 4oC untuk selanjutnya diamati dengan mikroskop. Vitalitas sel
signifikan(6). dilakukan menggunakan pewarna trypan blue (0,5%) dalam

Cermin Dunia Kedokteran No. 149, 2005 57


cairan NaCl-fisiologis. Vitalitas sel berkisar antara 85-95% Gambar 3 dapat terlihat bahwa konsentrasi sekitar 200
untuk semua percobaan. mmol LOLA/l telah memperlihatkan proteksi yang sempurna,
Di samping vitalitas sel, perubahan permukaan sel menyerupai kontrol. Di bawah mikroskop, blebs di permukaan
merupakan hal yang penting dalam mendeteksi pengaruh asam sel tidak kelihatan lagi, sehingga tidak ada perbedaan dengan
asam amino, hal ini dapat dilihat dengan menggunakan mikros- kontrol.
kop biasa (light microscope). Agar lebih jelas, dilakukan
pemotretan dengan menggunakan scanning electron micro- DISKUSI
scope, untuk itu 1,0 sampai 1,5 juta sel difiksasi menggunakan Munculnya blebs (protrusionen, blister) di permukaan sel,
larutan 1% Glutaraldehyd dalam 0,1 mol buffer Cacodylat. marupakan indikasi dini hipoksia atau toksikasi sel(13).
Setelah 2 kali dibilas masing-masing selama 15 menit dengan Beberapa senyawa yang telah diketahui menyebabkan timbul-
buffer yang sama, difiksasi lagi selama 1 jam dengan 0,5% nya blebs, seperti: Phalloidin(14), Brombenzol (Thor dan
Os(VIII)-oxid. Dibilas lagi 2 kali 15 menit dengan buffer yang Orrenius, 1980), DSMO4 dan etanol(3), Cystamin(15), Para-
sama, setelah itu dilakukan dehidrasi menggunakan alkohol, cetamol(16), THA(17). Setiap senyawa menimbulkan bentuk blebs
50%, 70% dan 100%, masing masing 5 menit. Setelah itu yang berbeda dapat reversibel dan irreversibel. Blebs yang
dikeringkan di atas Leit-Tabs, kemudian diasapi dengan gold- dibentuk etanol tergolong reversibel. Beberapa peneliti sepakat,
phallidium (sputter coater). Sediaan kemudian dapat diamati bahwa terbentuknya blebs disebabkan oleh gangguan pada
menggunakan Rasterelektronen-mikroskop JSM U3, Jeol. sitoskelet(3,13,18). Karena keberadaan sitoskelet dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti ATP(19), ion H+(20), Thiol(21), dan ion
HASIL Ca2+ (22), maka perubahan yang terjadi terhadap faktor tersebut
Pemberian etanol pada isolat sel hati yang masih segar, mempengaruhi pula eksistensi sitoskelet.
akan menimbulkan blebs di permukaan sel yang bentuknya Kerusakan sel karena etanol disebabkan interaksinya
spesifik (Gb. 1). Permukaan tersebut berbeda dibanding per- dengan membran. Interaksi itu mempengaruhi membran baik
mukaan isolat sel hati segar tanpa perlakuan (Gb.2)(12). Blebs secara kimiawi maupum fisikawi dan selanjutnya dapat
yang terbentuk akan kembali menyusut (reversibel) dalam mengganggu penyampaian signal dari sel ke sel(23,24). Diduga
waktu kira-kira 30 menit, karenanya penghitungan blebs harus terjadinya kerusakan sel oleh etanol disebabkan terbentuknya
dilakukan dengan cermat. acetaldehid serta turunnya ratio NAD+/NADH(25,26).
Meningkatnya konsentrasi ion Ca2+ di dalam sitosol
dianggap penyebab terbentuknya blebs(13,27). Konsentrasi ATP
intrasel memperlihatkan penurunan signifikan akibat keracunan
Etanol(12). Asam amino di samping sebagai unsur utama
pembentukan protein, ensim dan hormon, juga banyak berperan
kunci dalam proses biokimia, seperti dalam Siklus-TCA dan
Siklus-Urea, yang saling berhubungan. Amoniak - produk akhir
metabolisme protein/asam amino yang dikenal sangat toksik,
melalui.Siklus-Urea, dimana asam amino Ornithin dan Arginin
( Gb.1 ) ( Gb.2 ) ikut langsung berperan oleh tubuh diubah menjadi Urea yang
kurang toksik dan pemberian Ornithin menstimulasi pem-
Gambar 1. Scanning electron micrograph (SEM) isolat sel hati bentukan Urea. Proses ini berlangsung dalam hati dan mem-
tikus yang dipapari etanol (Perbesaran 3000X).
butuhkan 3 molekul ATP(28), empat asam amino yaitu Arginin,
Gambar 2. Scanning electron micrograph (SEM) isolat sel hati tikus Ornithin, Asam glutamat dan Asam aspartat merupakan katali-
yang baru diisolasi etanol (Perbesaran 3000X).
sator dari Siklus-Urea(2).
Asam aspartat berperan bukan saja sebagai donatur NH3
kepada Siklus Urea, tetapi juga setelah mengalami desaminasi
120
berubah menjadi Oxalasetat yang merupakan substrat dari
100 I
Siklus TCA. Mekanisme kerja proteksi efek LOLA diduga
Proteksi %

80 I karena menstimulasi kedua siklus tersebut, sehingga produksi


60 ATP meningkat dan kadar amoniak menurun.
40
20 I
I KEPUSTAKAAN
0
100 200 300 400 1. Rote Liste. Hrsg. Bundesverband der Pharmazeutischen Industrie e.V.,
Frankfurt. 1992.
LOLA, mmol / l
2. Cedrangolo F. Ornitina ed acido aspartico: Catalizatori dell’ureogenesi.
Recentissimo impiego in terapia epatoprotettiva. La Riforma Medica
Gambar 3. Proteksi efek L-Ornithin-L-Aspartat . Hepatosit terlebih
1962; 76, 1453-1456.
dahulu diinkubasi dengan berbagai konsentrasi LOLA
3. Rao, GS., Lemoch, H., Usadel, KH...Behandlung mit Somatostatin
selama 30 menit,baru setelah itu diberi 0,65 mol etanol/l
schuetzt die Rattenleber gegen Laesion durch Phalloidin, Aethanol, und
selama 30 menit pada suhu 25oC. Data yang disajikan adalah
Dimethylsulfoid. Freiburger Kolloqium Attempto Verlag Tuebingen
nilai rata rata ± SD (n=3)
GmbH. 1982

58 Cermin Dunia Kedokteran No. 149, 2005


4. Salvatore F, Cozzolino D, Scoppa P. Bio. Appl. 1958. 5, 237 & Boll.Soc. Alzheimer Terbukti Merusak Isolat Sel Hati. Medika 1999 (V):7.
It. Biol. Sperim. 34, 620 18. Hasky DL, Hay ED. Freeze-fracture studies of the developing cell
5. Zicha K, Zicha M. Die Leberschutzwirkung von L-Ornithin-L-aspartat surface. J. Cell Biol. 1978;; 78: 756-768
bei Arzneimittelschaeden an Ratten. Gastroenterologie, 1968. Karl 19. Clarke M, Spudich JA. Non muscle contractile proteins: The role of actin
Demeter Verlag, p. 423-429. and myosin in cell mortality and shape determination. Ann.Rev.Biochem
6. Hermann G. Beeinflussung der an der Ratte experimentell erzeugten 1977; 46: 797-822
endogenen Hyperammoniaemie durch Aminosaeren. Arzneimittel- 20. Condeelis J., Vahey M. A calcium- and pH-regulated protein from
Forschung, 1970; 20: 377-379. Dyctiostellum discoideum that cross-links actin filaments. J. Cell.Biol.
7. Raab W. Experimenteller Nachweis einer Leberschutwirkung des L- 1982; 94: 466-471
Ornithin-L-Aspartats am odell der Schaedigung durch Hypokaliaemie. 21. Tait J, Frieden. Chemical modification of actin. Biochemistry 1982; 24:
Wiener klinische Wochenschrift Springer Verlag Wien-New York, 1972. 6046-6053.
p. 348-349. 22. Schliwa M. Protein associated with cytoplasmic actin. Cell 1981;.25:
8. Katsunuma N, Nishii Y. Study on the effect of L-Aspartic acid, L- 587-590.
Ornithine, LOLA on urea synthesis by means of rat liver slice., Study on 23. Chin JH, Goldstein DB. Drug tolerance in biomembranes: a spin label
the effect of L-Aspartic acid, L-Ornithine, LOLA on urea synthesis by study of the effects of ethanol. Science 1977; 196: 684-685
means of rat liver slice. Merz Co. GmbH & Co. Chemische Fabrik, 24. Seeman P. The membrane actions of anasthesics and tranquilizers.
Frankfurt Pharmacol. Rev. 1972; 24: 583-655.
9. Cutinelli L. Arzneim. Forsch 1970; 20, 25. Lieber C. Metabolic effects produced by alcohol in the liver and other
10. Ogawa S, IkawaY, Komatsu F. Anti-fatigue effect and influence of L- tissue. Adv. Intern. Med. 1986; 14: 151-155. Filippini,
Ornithine-L-Aspartat on stamina. 26. Filippini L.. Leberschaden durch Alkohol. Hrsg. Wilhelm Goldmann
11. Rao G.S, Lemoch H, Kessler H.. Prevention of phalloidin-induced lesion Verlag, Muenchen 1971
on isolated rat hepatocytes by novel synthetic analogues of somatostatin. 27. Lemaster JJ, Stemkowski J, Ji S, Thurman RGJ. Cell surface changes and
Klin.Wochenschr. 1986; 64, 79-86. enzyme release during hypoxia and reoxygenation in the isolated.
12. Simanungkalit N. Effects of Ethanol on Isolated Hepatocytes: Alteration Perfudsed rat kiver. Cell Biol. 1983; 97:778-786.
in Cell Surface and Intracellular ATP. Med J Univ. of Indon. 1994; 28. Krebs HA.et al. Hoppe-Seyler s Zeitschrift f. physiol. Hemie, 1932; 210:
3(4):.208-212. 33.
13. Jewell SA, Bellomo G, Thor., Orrenius S, Smith T. Blebs formation in 29. Du Ruisseau JP, Greenstein J.P, Winitz, Birnbaum S.Arch.
hepatocytes during drug metabolism is caused by disturbances in thiol Bioch.Biophys. 1956; 64: 355.
and calcium ion homeostasis. Science 1982; 217: 1257-1259. 30. Eckel J, Rao GS, Rao .L, Breuer H.. Uptake of L-tri-iodothyronine by
14. Weiss,E, Sterz I, Frimmer,M, Kroker R. Electron microscopy of isolated rat liver cells. Biochem.J. 1979; 182: 473-491.
isolated rat hepatocytes before and after treatment with palloidin. Beitr., 31. Hennery RJ. Metabolism and toxicity of drugs in mammalian
Path. 150, 345-3561973 hepatocytes culture. In: vitro methods in toxicology. Ed.Atterwill,CK.
15. Nicotera P, Hartzell P, Baldi, Svenson, S, Bellomo G, Orrenius S. Cambridge University Press, Cambridge, 1987. 211-233.
Cystamine induced toxicity in hepatocytes through the elevation of 32. Lemaster JJ, Di Giuseppi, J, Nieminen A, Hermann B. Blebbing, free a..
cystolic and the stimulation of a nonlysosomal proteolityc system. J. and mitochondrial membrane potential preceding cell death in
Biol.Chem. 1986; 261:14628-14635 hepatocytes. Nature 1978; 325:78-81
16. Chenery R.J. Metabolism and toxicity of drugs in mammalian hepatocyte 33. Sioya A, Kuraishi K, Kakimoto, TamamaY, Tobita K, Nezu Y, Isono H,
culture. In: In vitro methods in toxicology. Ed. AtterwillCK. Cambridge Shimizu T, Furukawa T. Pharmacological study on L-Ornithine-L-
Univ.Press, Cambridge, 1987. 211-233. Aspartate. Chugai Pharmaceutical Central Laboratory.
17. Simanungkalit N. THA (1,2,3,4-Tetrahydro-9-Aminoacridin), Obat

Cermin Dunia Kedokteran 2006


Topik Mendatang
- Masalah Kandungan / Kehamilan
- Gizi dan Makanan
- Masalah Paru
- Masalah Interna / Penyakit Dalam
Redaksi tetap mengharapkan sumbangan naskah dari para sejawat, tidak terbatas pada rencana topik di
atas.

Terimakasih atas kerjasama yang baik selama ini.

Cermin Dunia Kedokteran No. 149, 2005 59


PENGALAMAN

Beberapa Temuan yang


tak lazim (aneh) selama Bekerja
Meneliti Susunan Kimia Batu Ginjal
Dr. Oen Liang Hie
Profesor Emeritus Bagian Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Jakarta

PENDAHULUAN lihat bahwa benda tersebut bukan berasal dari seekor serangga.
Beberapa waktu yang lampau, ketika masih aktif di bagian Setelah dicuci bersih maka warna menjadi kurang hitam, akan
Biokimia FKUI Jakarta, kami telah melakukan analisis kimia tetapi tidak dapat ditemukan tanda-tanda pengenal asalnya.
komponen penyusun batu di sistem traktus urinarius. Batu yang Oleh karena kerasnya bagian luar,maka kami berusaha
telah diteliti berasal dari yang keluar secara spontan maupun membelah benda tersebut agar dapat melihat bagian tengahnya
yang dikeluarkan melalui tindakan pembedahan ( MKI 38, 155 - dan memperoleh bahan agar dapat dianalisis susunan kimianya.
158, 1988 ). Bagian luar yang keras dan berperan sebagai pembungkus memang
Batu tersebut selain datang dari RSCM-FKUI juga datang tersusun dari garam kalsium (Ca) hingga pantas disebut batu. Batu
dari rumah sakit lain dan juga atas permintaan perseorangan. tersebut dicoba dibelah dengan gergaji kecil dan tipis yang
Analisis kimiawi komponen batu ginjal dilakukan dengan tujuan lazim dipakai untuk membuat huruf atau gambar dari kayu
agar diketahui susunannya, seperti urat, oksalat atau fosfat. triplek. Sewaktu gergaji mendekati bagian tengah, dirasakan
Dengan pengetahuan ini dokter atau pasien dapat mengambil sulit bergerak leluasa terasa gergaji tersebut terjepit. Hal
langkah-langkah, misalnya dengan mengubah diet, sehingga seperti ini tak pernah kami alami sebelumnya. Dengan susah
mengurangi kemungkinan terulang kembali pembentukan batu payah pemotongan dengan gergaji diteruskan sehingga benda
(rekurensi). terbelah dua. Terlihat bagian tengah "batu" bersifat kenyal seperti
Selama kegiatan tersebut pernah diterima permintaan analisis karet. Dengan mengambil sedikit bahan bagian tengah dan
batu bukan hanya berasal dari traktus urinarius, tetapi juga membakarnya maka tercium bau sangit yang mengingatkan
berasal dari organ lain seperti kandung empedu. Juga pernah seperti karet dibakar; berarti terdapat elemen sulfur atau belerang.
terjadi permintaan analisis sebuah batu dari seorang "penderita" Apa mungkin benda ini berasal dari karet? Kemudian saya
yang berhasil dikeluarkan dari tubuh oleh seorang "pintar", akan teringat akan salah satu cara yang kami pergunakan sewaktu
tetapi terbukti bahwa batu tersebut hanya sebuah batu kali biasa. masih kecil yaitu bila hendak membuat sebuah bola bekel yang
telah mengeras menjadi lunak kembali, yaitu dengan merendam-
ILUSTRASI KASUS nya dalam minyak tanah.
Berikut akan diuraikan beberapa temuan yang tidak lazim
atau aneh selama analisis rutin di atas: Catatan: Karet yang dipakai dalam pembuatan bola bekel adalah
A. Pada suatu hari seorang dokter bagian Telinga Hidung karet yang telah mengalami vulkanisasi yang berarti karet telah
Tenggorakan (THT) RSCM-FKUI mengirim surat dengan direaksikan dengan sulfur untuk memperoleh elastisitas (daya
permintaan analisis susunan batu yang berhasil dikeluarkan pantul) karet yang diinginkan. Hasil rendaman potongan benda
dari bagian dalam hidung pasien laki-laki berumur kurang tersebut dalam minyak tanah selama satu malam, membuat
lebih 20 tahun. Pada surat tersebut juga diberi keterangan benda menjadi besar dan juga menjadi lebih kenyal seperti karet.
bahwa penderita hanya mengeluh tentang rasa tersumbat
pada salah satu saluran pernapasannya tanpa disertai rasa Kesimpulan
nyeri. Tak dapat diingat olehnya hal-hal yang dapat Inti dari batu hidung yang diteliti memang berasal dari
menerangkan kehadiran benda tersebut di dalam hidungnya. karet. Bagaimana menerangkan ini? Hasil pemikiran kami
adalah karet di bagian tengah batu berasal dari karet penghapus
Analisis yang terdapat di ujung pensil (gb. 1). Memang dapat diingat
Benda yang berhasil dikeluarkan oleh dokter THT tersebut oleh penderita bahwa pada masa kecilnya, ia menggunakan
keras seperti batu berbentuk agak bulat, berdiameter kurang pensil dengan karet penghapus di ujungnya. Diperkirakan
lebih 1 cm, berwarna hitam, dan tidak berbau busuk. Jelas ter - sewaktu memasukkan ujung pensil ke dalam liang hidung, ujung

60 Cermin Dunia Kedokteran No. 149


karet tersebut terlepas. Usaha untuk mengeluarkannya membuat Bola tersebut seperti batu berwarna kuning kotor. Untuk
benda tersebut makin terdorong ke dalam dan potongan karet meneliti susunan kimianya, batu tersebut perlu dibelah agar
tersebut menyangkut di saluran belakang hidungnya. Oleh memperoleh bagian tengahnya untuk analisis kimiawi. Sewaktu
karena tak ada rasa nyeri maka peristiwa tersebut diabaikan. digergaji dengan gergaji biasa terjadi hal sebagai berikut: pada
Pasien tidak ingat lagi kapan peristiwa itu terjadi. kurang lebih pertengahan bola, gigi gergaji terasa melewati suatu
bagian yang jauh lebih lunak dari bagian permukaan batu.
Setelah terbelah dua, pada bagian tengah batu dapat terlihat
ujung-ujung benang yang ternyata berasal dari kain kasa ( Gb. 2
dan 3 ).

Gambar 1. Contoh bentuk karet penghapus pensil

Penjelasan
Sebagai mekanisme pertahanan, tubuh akan membungkus
atau melapisi benda tersebut dengan menggunakan lapisan atau
endapan berunsur kalsium sehingga akhirnya terbentuk batu.

B. Pada suatu hari datang sebuah bungkusan kain kasa putih


yang berisi sebuah batu sebesar bola tenis disertai keterangan
bahwa benda ini hasil tindakan pembedahan, dikeluarkan dari Gambar 3. Tampak benang kasa pada bagian tengah batu ( pembesaran lOOx )
buli-buli (kandung kemih) seorang penderita laki-laki berusia Disimpulkan batu ini terbentuk dari inti kain kasa yang
lanjut yang telah mengalami pembedahan prostat empat tahun tertinggal dalam buli-buli sewaktu tindakan operasi sekian tahun
yang lalu (catatan: operasi prostat pada masa itu dilakukan yang lalu (catatan: tertinggalnya gulungan kain kasa tersebut tidak
dengan membuka dinding perut dan buli-buli di daerah supra disadari oleh ahli bedahnya). Setelah melewati masa bertahun-
pubis!) tahun, tubuh berhasil menutupi/membungkus dengan endapan/
lapisan garam kalsium dan akhirnya terbentuklah batu yang
diuraikan di atas.

KESIMPULAN
Kedua uraian tersebut mengingatkan kita akan berita yang
dimuat dalam surat kabar tentang ditemukannya sebuah mumi
yang tertinggal selama 26 tahun di dalam perut seorang wanita.
Dalam kalangan ahli kebidanan, hal ini disebut lithopaedion.
Sebagai seorang yang menggeluti ilmu biokimia, perlu
disampaikan kepada pembaca bahwa elemen kalsium di dalam
tubuh yang sudah memiliki berbagai fungsi, masih juga dapat
bekerja sebagai pelapis benda asing di dalam tubuh.

UCAPAN TERIMA KASIH


Gambar 2. Batu seukuran bola tenis Kami mengucapkan terima kasih kepada dr. Benny Handojo R untuk segala
bantuan sehingga makalah ini dapat diselesaikan.

Cermin Dunia Kedokteran No. 149 61


Produk Baru
Lodopin – Antipsikotik Atipik Zotepine
Terapi Terbaru untuk Kasus Skizofrenia
Psikosis adalah suatu kumpulan gejala atau sindrom yang zotepine dapat berikatan dengan 4 subtipe reseptor serotonin (5HT2a,
berhubungan gangguan psikiatri lainnya, tetapi gejala tersebut bukan 5HT2c 5HT6 dan 5HT7). Zotepine juga dapat berikatan dengan
merupakan gejala spesifik penyakit tersebut, seperti yang tercantum reseptor adrenergik 1 (α1) dan reseptor histamin 1 (H1); selain itu
dalam kriteria diagnostik DSM-IV (Diagnostic and Statistical Manual zotepine mempunyai keunikan yaitu mampu menghambat re-uptake
of Mental Disorders) maupun ICD-10 (The International Statistical noradrenalin, yang dapat mengimbangi sebagian efek antagonisme
Classification of Diseases) atau menggunakan kriteria diagnostik reseptor α 1- adrenergik dari zotepine. Profil farmakokinetik obat ini
PPDGJ- III (Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa). dengan mula kerja yang cukup cepat yaitu 2-3 jam dapat memberikan
Arti psikosis sebenarnya masih bersifat sempit dan bias yang berarti manfaat yang segera terhadap penderita skizofrenia, lagipula tidak
waham dan halusinasi, selain itu juga ditemukan gejala lain termasuk dipengaruhi oleh makanan.. Penelitian di beberapa negara di Eropa
di antaranya pembicaraan dan tingkah laku yang kacau, dan gangguan dan Jepang, memperoleh hasil bahwa zotepine secara bermakna dapat
daya nilai realitas yang berat. Oleh karena itu psikosis dapat pula memperbaiki gejala positif, negatif serta perbaikan pasien skizofrenia
diartikan sebagai suatu kumpulan gejala/terdapatnya gangguan fungsi secara klinis yang dinilai dengan beberapa cara skoring antara lain
mental, respon perasaan, daya nilai realitas, komunikasi dan hubungan Brief Psychiatric Rating Scale (BPRS), Clinical Global Impressions
antara individu dengan lingkungannya. Skizofrenia adalah salah satu (CGI), Scale for the Assessment of Negative Symptoms (SANS) serta
penyakit yang termasuk dalam golongan psikosis dan merupakan Positive and Negative Signs Scoring System. Kelebihan zotepine yang
penyakit psikotik yang paling sering dan paling banyak diketahui, hal lain selain efektivitasnya, juga ditunjukkan dari hasil beberapa
ini tidak berarti skizofrenia sinonim dengan psikosis. Insidensi penelitian yaitu dapat mengurangi efek samping ekstrapiramidal,
skizofrenia di Indonesia sendiri belum jelas. dalam hal ini membandingkan zotepine dengan antipsikotik
Penyebab pasti penyakit ini sampai saat ini masih belum jelas konvensional yaitu haloperidol dan chlorpromazine; serta pernah juga
diketahui; dari autopsi ditemukan kelainan di area otak tertentu, dibandingkan dengan antipsikotik antipik lain yaitu clozapine -
termasuk sistem limbik, korteks frontal, dan ganglia basalis, misalnya hasilnya bahwa pemakaian zotepine secara bermakna dapat
pelebaran sulkus, fisura, serta ventrikel, perubahan asimetri hemisfer memperbaiki fungsi kognitif pasien skizofrenia meskipun efektivitas-
serebri, dan gangguan densitas otak, namun tidak ada satupun yang nya dalam memperbaiki gejala positif dan negatif sebanding. Zotepine
khas atau selalu ditemukan pada penderita skizofrenia. Petunjuk juga efektif menekan angka kekambuhan, terbukti dalam penelitian
adanya peran genetik pertama kali didapat dari penelitian keluarga. atas pasien skizofrenia kambuhan.
Jumlah penderita dalam keluarga lebih banyak dibandingkan dengan
penderita pada populasi umum. Satu dari 100 orang dalam populasi
umum pernah menderita skizofrenia dalam periode hidupnya,
sementara dari 100 saudara kandung penderita dijumpai 13 orang juga
skizofrenia. Dari penelitian "epidemiologi keluarga" terlihat bahwa
KEPUSTAKAAN
risiko untuk keponakan adalah 3 persen, masih lebih tinggi dari
populasi normal yang hanya 1 persen. Dengan demikian,
kemungkinan anak tumbuh sehat adalah 97 persen. Makin dekat 1. A Comparison of an Atypical and Typical Antipsychotic: Zotepine versus
hubungan keluarga biologis, makin tinggi risiko terkena skizofrenia. Haloperidol in Patients with Acute Exacerbation of Schizophrenia: A
Etiologi lain yang mendukung adalah bahwa aktivitas neurotransmiter Parallel Group Double Blind Trial. Psychopharmacol. Bull. 1996; 32:81-
dopamin berlebihan pada jalur dopamin di susunan saraf pusat yaitu 87.
jalur mesolimbik dapat mencetuskan gejala positif skizofrenia, selain 2. Summary of Product Characteristics. Printed for Certificate of
Pharmaceutical Product Number PP048518. Knoll Ltd, England.
itu penurunan aktivitas neurotransmiter dopamin pada jalur dopamin
3. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III.
juga mengakibatkan munculnya gejala negatif serta fungsi kognitif, Departemen Kesehatan RI 1993.
selain itu juga dihubungkan adanya gejala ekstrapiramidal yang sering 4. Faktor Genetika pada Skizofrenia, http://www.kompas.com/
muncul pada pasien skizofrenia. kompascetak/0311/17/inspirasi/692476.htm
Saat ini PT. Kalbe Farma Tbk telah memiliki 2 obat antipsikotik; 5. Standard Commodity Classification no. 871179 of Japan Fujisawa
setelah Zofredal® yang mengandung risperidone telah dijual di Pharmaceutical Co.,Ltd. Agent for shizophrenia Lodopin.
pasaran, bulan Agustus lalu telah diluncurkan produk baru anti- 6. Zotepine in the prevention of recurrence: a randomised, double blind
skizofrenia dengan nama dagang Lodopin® yang mengandung zat aktif placebo-controlled study for chronic schizophrenia. Psychopharmacology
2000:150;237-43.
zotepine; produk yang dijual di Indonesia ini mempunyai nama
7. Improvement of cognitive function in schizophrenic patients receiving
dagang yang sama dengan di Jepang, jadi Lodopine merupakan Clozapine or Zotepine: Result from a double blind study.
produk original. Zotepine adalah suatu antipsikotik atipik golongan Pharmacopsychiatry 1997; 30(2): 35-42 .
dibenzothiepine yang dapat mengurangi fungsi dopamin di 4 jalur 8. A Placebo controlled comparison of zotepine versus chlorpromazine in
dopamin yang terdapat di susunan saraf pusat. Zotepine bekerja patients with acute exacerbation of schizophrenia. Acta Psychiatr.Scand.
menghambat 2 reseptor dopamin (D1 dan D2 like receptors) selain itu 2000;101: 218-25 .

62 Cermin Dunia Kedokteran No. 149, 2005


Kegiatan Ilmiah

Innogene Kalbiotech, anak perusahaan PT Kalbe Farma untuk Seminar BTXA, Jakarta 10 Agustus
menembus pasar dunia, Jakarta 29 Juli 2005 2005
Tidak hanya unggul dalam negeri saja (saat ini "KLBF" adalah Menurut dr Juan P Sanchez ahli bedah
perusahaan farmasi terbesar di Bursa Efek), PT Kalbe Farma bercita- plastik dan rekonstruksi dari Makati
cita menembus pasar dunia. Caranya adalah menciptakan produk- Medical Center Filipina, hal-hal yang perlu
produk baru (paten internasional). Jadi bangsa Indonesia bisa bangga diperhatikan dalam penggunaan produk
bahwa nantinya akan lahir obat-obatan farmasi original yang kecantikan antara lain: sudah terdaftar pada
diproduksi oleh PT Kalbe Farma. Melalui Innogene Kalbiotech, Kalbe badan otoritas suatu negara dan
Farma akan menjadi drug development company dengan fokus pada kredibilitasnya. Selama kurang lebih 4
clinical development. Demikian hasil Press Conference di Kantor jam, dokter ahli bedah plastik dan penulis
Marketing PT Kalbe Farma, Jumat 29 Juli 2005, yang diikuti dengan buku “Bagaimana Komunikasi Efektif dengan Pasien“, menjelaskan
acara penandatanganan kerjasama dengan perusahaan Recombio pada hal-hal yang berhubungan dengan BTXA® (toksin clostridium
Senin 1 Agustus 2005 (tampak dalam foto: Peserta dari acara botulinum tipe A), produk bioteknologi PT Kalbe Farma. Moto yang
penandatanganan co-developement agreement Innogene Kalbiotech digunakan adalah Goodbye Wrinkles.
dengan Recombio untuk produk vaksin kanker dengan kode 1E10).
Presentasi Buku Terbitan Baru UI: Komunikasi Dokter dengan
Kalbe Farma Dinner Symposium, Solo 23 Juli 2005
Kontroversi cairan Koloid versus Kristaloid sudah berlalu Pasien, Jakarta 2 Juni 2005
Acara Peluncuran Buku "Kupersembahkan Buku Untukmu
beberapa dekade yang lalu. Saat ini menurut penuturan Dr. Sun
Indonesia" merupakan acara penutup dari rangkaian acara Dies Natalis
Sunatrio, para ahli sudah menyadari bahwa kedua cairan ini bisa
UI ke 55 tahun 2005 untuk bagian FKUI. Ketua Umum Dies tahun ini
saling melengkapi. Hal ini diungkapkan dokter dari FKUI/RSCM
adalah Dr. Tjandra Yoga Aditama. Pada acara tersebut dr.Sjamsurijal
dihadapan sekitar 200-an dokter peserta acara Dinner Symposium
Djauzi mempresentasikan bukunya yang merupakan salah satu dari 51
Kalbe Farma yang mengambil tema: Acid Base Balance in Colloid
buku terbaru terbitan UI tahun 2004.
Therapy (Fluid Therapy).

Kalbe Farma Lunch Symposium, Solo 23 Juli 2005 Simposium Ilmiah Elektrofisiologi sebagai penatalaksanaan
Pada keadaan sepsis, terapi antimikroba harus segera dimulai terkini Aritmia, RS. Mitra Keluarga Kelapa Gading, 18 Juni 2005
setelah sampel darah untuk pemeriksaan biakan diambil. Resume Atrial fibrillation (AF) adalah kelainan irama jantung yang paling
diskusi mengenai antibiotik pada Simposium Makan Siang kali ini, banyak didapat. Begitu banyaknya kejadian sehingga AF sudah
menjelaskan bahwa Levofloksasin (Cravit®) diketahui mempunyai menjadi penyakit epidemik global. Saat ini, menurut Dr Yoga Yuniadi
efek yang cepat dengan penetrasi sel yang tinggi. Begitu pula, obat SpJP, penatalaksanaan AF dapat dilakukan dengan tindakan invasif,
untuk gram negatif ini, mempunyai kadar intraseluler yang tinggi yaitu pemasangan alat pacu jantung atau yang lebih dikenal dengan
dalam sel fagosit sehingga bermanfaat untuk terapi sepsis karena tindakan ablasi.
bakteri.

Cermin Dunia Kedokteran No. 149, 2005 63


Penanganan & Pencegahan virus Hepatitis pada penyakit Ginjal secara bergantian oleh dr. Tri Wahyu selaku ketua panitia, dr. Ernest
Kronis, Jakarta 18 Juni 2005 Benjamin selaku penasehat dan dr.Joseph Varon selaku ketua seksi
IKCC kembali mendampingi, memberi informasi dan menjadi ilmiah. Acara bertaraf internasional ini dihadiri oleh sekitar 500
wadah bagi rekan-rekan pasien ginjal kronis maupun rekan-rekan yang peserta dan puluhan pembicara mancanegara, seperti Australia,
peduli terhadap ginjal, tempat seluruh partisipan dapat berbagi Canada, Perancis, Jerman, Hong Kong, India, Malaysia, Meksiko,
pengalaman dan tips. Sabtu 18 Juni 2005, bertempat di Conference New Zealand, Arab, Singapura, Inggris, dan Amerika.
Room PT. Bintang Toedjoe Pulomas, IKCC mengadakan seminar
mengenai Hepatitis dengan tema “Penanganan & Pencegahan Virus Seminar II Revolution on Anti Aging Medicine, Jakarta 13
Hepatitis pada Ginjal Kronis” bersama dr. J. Boas Saragih, SpPD, Agustus 2005
DTM & H dari RS PGI Cikini. Hormon Testosteron digunakan sebagai first line therapy di
negeri Tirai Bambu (Cina) untuk pria yang mengalami depresi.
Simposium Pendekatan Holistik Penyakit Kardiovaskular IV, Demikian penjelasan dr Erwin Peetosutan, SpP, pakar Anti Aging
Jakarta 1-3 Juli 2005 Indonesia, saat memberikan ceramah kepada sekitar 250 peserta yang
Gagal jantung merupakan sindrom yang timbul akibat ketidak- mengikuti Series of Seminar & Workshop dari Perkumpulan Awet
mampuan jantung memompakan darah ke dalam sirkulasi jaringan Sehat Indonesia (PASTI). Seri seminar berikutnya akan di
tubuh walaupun tekanan pengisian ke dalam jantung cukup tinggi selenggarakan di tempat yang sama pada Sabtu, 26 November 2005.
(kegagalan pengisian ke dalam ventrikel kiri). Simposium yang
berlangsung selama 3 hari ini diselenggarakan oleh CME Ilmu Seminar Air Hexagonal dan Kesehatan, Jakarta 14 Agustus 2005
Penyakit Dalam bekerjasama dengan Ikatan Keseminatan Kardio- Fungsi air dalam tubuh tidak hanya menghilangkan haus, tetapi
serebrovaskular Indonesia (IKKI) , diikuti oleh sekitar 1.000 peserta. juga metabolisme hidup, kesehatan dan proses penuaan. Stres yang
menyerang hampir setiap orang juga dapat mengeringkan persediaan
Simposium Forum Onkologi Bandung (FOB) ke-2, Bandung 7-8 air dalam tubuh, sebaliknya kekurangan air juga dapat menyebabkan
Juli 2005 stres. Anda perlu minum air berkualitas baik untuk mencegah
Kemoterapi ajuvan maupun neoajuvan sangat berperan me- penyakit, kata Walter Kim, PhD, CEO of Keosan Co.Ltd. Seminar
ningkatkan lamanya revisi dan harapan hidup pasien kanker payudara tentang air hexagonal dan kesehatan yang berlangsung di Jakarta, 14
stadium dini. Simposium yang berlangsung 2 hari ini diikuti oleh Agustus 2005 ini dihadiri oleh sekitar 150 undangan dari kalangan
sekitar 50 dokter Bedah Onkologi dan Hematologi Onkologi. dokter.

KONAS PETRI XI, PERPARI VII, PKWI VIII, PIT II PAPDI First International Meeting on Hospital Role in Occupational
cabang Surakarta, Solo 22 – 24 Juli 2005 Medicine, Jakarta 19 - 20 Agustus 2005
Para dokter sebaiknya memberlakukan preparat herbal sebagai Pencegahan merupakan pendekatan yang relatif murah di-
obat ajuvan yang berarti tidak seharusnya diberikan terus menerus. bandingkan mengobati. Apalagi jika kita turut memperhitungkan juga
Manfaat fitofarmaka memang sangat baik jika diberikan pada mereka waktu kerja yang terbuang selama pengobatan. Hal ini diutarakan Sr.
yang mengalami kekurangan zat tersebut. Namun pemberian terus Specialist on Occupational Safety and Health ILO Subregional Office
menerus adalah berlebihan dan jangka panjang bisa mengakibatkan for South Asia, Ingrid Christensen, pada saat memberikan Plenary
efek yang tidak diinginkan. Demikian pembahasan yang disampaikan Lecture, hari pertama Simposium Internasional Pertama yang
Prof. Dr. HA Guntur Hermawan, dr, SpPD-KPTI dihadapan sekitar mengambil topik Hospital Role in Occupational Medicine di Hotel
800 peserta acara yang berlangsung di Hotel Quality Solo, pada sesi Borobudur Jakarta, Indonesia. Simposium dihadiri oleh sekitar 200
"Peran Respon Imun pada Usia Lanjut". peserta pelaku/pengamat Kesehatan Kerja (dokter dan non dokter).

Hidup Fit Bebas Anemia, Jakarta 23 Juli 2005 The 5th Annual Scientific Meeting on Pharmacology, Jakarta 26-
IKCC kembali mengadakan pertemuan rutin bulanan bagi 27 Agustus 2005
penderita ginjal dan rekan-rekan yang peduli terhadap ginjal, Sabtu, The 5th Annual Scientific Meeting on Pharmacology and
23 Juli 2005, bertempat di RS Pertamina Pusat Jakarta Selatan, dengan Therapy yang berlangsung 2 hari mengambil tema Recent
mengangkat tema Hidup fit, bebas anemia bagi penderita ginjal dan Pharmacotherapy. Acara dibuka dengan kata sambutan dari ketua
gagal ginjal. Bersama dr. Hariadi Wirotomo, DSPD. panitia Dr. Suharti K Suherman SpFK(K) dilanjutkan dengan kata
sambutan oleh wakil Dekan II FK UI, dr Prijo Siditomo Sp. Rad.
Pelatihan VI PERMAPKIN: Pengenalan Proses Sertifikasi ISO
9001:2000 di RS, Jakarta 25-27 Juli 2005 The 4th Annual Scientific Meeting Raffles Hospital Singapore 27
Bagi pelanggan (baik perorangan maupun perusahaan), MUTU Agustus 2005
biasanya diartikan dengan (1) permintaan/persyaratan yang sudah Ada beberapa hal baru pada acara tahunan ke-4 dari Raffles
dinyata-kan sebelumnya, (2) kecocokan dalam penggunaan dan (3) Hospital Singapore. Misalnya, menurut Ketua Panitianya, dr Tan Yew
barang/ tempat/waktu/harga yang tepat/sesuai. Demikian Pengenalan Ghee, tempat pelaksanaannya yang tidak lagi dilakukan di rumah
Proses Sertifikasi ISO 9001:2000 yang disampaikan oleh Ibu Dwi sakit, melainkan di Sheraton Towers Hotel dengan fasilitas konferensi
Indah Prastyastuti kepada sekitar 40 manager perumahsakitan dari dan audiovisual yang baik. Hal kedua dalam simposium bertema
seluruh Indonesia di Jakarta. "Gynaecology and Paediatrics - The GP's Perspective" adalah
diundangnya dokter-dokter luar negeri seperti dari Indonesia,
12th International Symposium on Shock and Critical Care, Bali, Malaysia, Bangladesh, Myanmar dan Sri Lanka.
12 – 14 Agustus 2005
Acara ini diselenggarakan di Discovery Kartika Plaza Hotel,
Kuta Bali, merupakan satu rangkaian yang terdiri dari simposium
utama, tracheostomy workshop, dan dilanjutkan Basic Course hingga Laporan lengkap dari pelbagai simposium di atas, bisa diakses
16 Agustus 2005. Simposium utama dibuka dengan pemukulan gong pada http://www.kalbefarma.com/seminar.

64 Cermin Dunia Kedokteran No. 149, 2005


ABSTRAK
MEROKOK DAN FUNGSI PARU tat 114 kasus SIDS (2.7 per 1000 Persentase berhenti merokok lebih
kelahiran di antara mereka dengan tinggi di kalangan yang lahir di luar
Fungsi paru membaik jika sese- quintile tertinggi). AS (87 - 39%), usia > 65 tahun (40 –
orang berhenti merokok, tetapi man- Dengan nilai quintile terendah 47%) dan merokok kurang dari 20
faatnya berkurang akibat kenaikan sebagai patokan, odd ratio kejadian batang/hari (116 – 35%). Mereka yang
berat badan yang menyertainya, teru- SIDS untuk empat quintile berikut mendapat konseling lebih banyak yang
tama di kalangan pria. ialah 1.7 (95%CI: 0.8-3.5), (0.9-3.7), berhenti merokok (246 – 38% vs. 189
Sejumlah 6654 orang dari 27 2.5 (1.3-4.8) dan (1.4-5.4) p for trend = – 27%, p=0.001).
kilinik/rumahsakit diukur fungsi paru- 0.001. Dengan asumsi kelompok kontrol tetap
nya di tahun 1991-93 saat mereka ber- Risiko SIDS berbanding terbalik merokok, stop rate di kalangan pene-
usia 20-44 tahun, kemudian diulang dengan berat badan lahir dan usia rima NRT 20%; sedikitnya 6038
pada tahun 1998-2002. kehamilan; jika faktor-faktor di atas berhenti merokok karena program ini
Dibandingkan dengan mereka yang dikoreksi, maka odd ratio SIDS dan biayanya $464 tiap orang yang
tidak pernah merokok, penurunan menjadi berturut-turut: 1.7 (0.8-3.5); berhenti merokok.
FEV1 lebih rendah pada mereka yang 1.7 (0.8-3.5); 2.2 (1.1-4.4), 2.2 (1.1-
berhenti merokok (beda rata-rata 5.4 4.3), p for trend = 0.01. Lancet 2005;365:1849-54
brw
ml/tahun 95%CI: 1.7 sd. 9.1) dan di Mereka menyimpulkan adanya
kalangan mereka yang berhenti hubungan langsung antara kadar AFP
merokok dalam masa survai (2.5 ml; - serum ibu pada trimester ke dua RISIKO PENGGUNAAN BETA-
1.9 sd. 7.0) dan paling nyata di dengan risiko SIDS, mungkin karena METASON ANTENATAL
kalangan perokok (-4.8 ml; -7.9 sd. – risiko pertumbuhan janin terhambat
1.6). Di kalangan perempuan, masing- dan kelahiran prematur. Betametason sering digunakan ibu
masing 1.3 ml/tahun (-1.5 sd. 4.1); 2.8 hamil untuk mencegah sindrom
ml (-0.8 sd. 6.3) dan –5.1 ml (-7.5 sd. – N.Engl.J.Med.2004;351:978-86
gangguan pernapasan bayinya.
brw
2.8). Perbedaan ini tidak bermakna. Para peneliti mengamati risiko efek
Selain itu FEV1 menurun –11.5 ml (- samping pengobatan tersebut dengan
13.3 sd. –9.6) per kg. kenaikan berat cara memeriksa 534 anak yang
badan di kalangan pria dan –3.7 ml (- dilahirkan setelah berusia 30 tahun. Di
5.0 sd. –2.5) per kg. kenaikan berat BERHENTI MEROKOK MENG-
GUNAKAN KOYO (PATCH) NI- akhir penelitian, 253 anak kelompok
badan di kalangan perempuan; hal ini betametason dibandingkan dengan 281
menghilangkan manfaat berhenti KOTIN
anak plasebo. Ternyata tidak
merokok pada 38% pria dan 17% didapatkan perbedaan bermakna dalam
perempuan. Sejumlah 34 090 perokok yang
menghubungi hotline untuk berhenti hal berat badan, lipid darah, tekanan
merokok dikirimi koyo nikotin untuk darah, kadar kortisol plasma,
Lancet 2005;365:1629-35
penggunaan 6 minggu – dengan dosis prevalensi diabetes atau riwayat
brw
21 mg., 14 mg. dan 7 mg./hari masing- gangguan kardiovaskuler. Pada tes
masing untuk 2 minggu. Setelah 6 toleransi glukosa menggunakan 75 g.
ALFAFETOPROTEIN SERUM bulan diambil secara acak 1305 orang glukosa, kelompok betametason
DAN RISIKO SIDS dari kelompok tersebut untuk diban- mempunyai kadar insulin plasma 30
dingkan dengan kontrol yang diambil menit yang lebih tinggi (60.5 vs. 52.0
Selama ini diketahui bahwa pe- dari kelompok yang sebenarnya akan mIU/L; ratio of geometric means 1.16
ningkatan kadar alfa fetoprotein serum diikutkan dalam percobaan ini, tetapi [95%CI 1.03-1.31], p=0.02) dan kadar
saat kehamilan trimester ke dua meru- karena kesalahan teknis, tidak. glukosa 120 menit lebih rendah (4.8 vs.
pakan pertanda disfungsi plasenta dan Ternyata lebih banyak pengguna 5.1 mmol/L; diff. –0.26 mmol/L [-0.53
dapat meramalkan risiko lahir mati. koyo yang tetap tidak merokok setelah – 0.00], p=0.05) dibandingkan dengan
Para peneliti di Inggris menyelidiki 6 bulan (33% vs. 6%, p<0.0001); kelompok plasebo.
kaitannya dengan risiko SIDS (sudden perbedaan ini tetap bermakna setelah Mereka menyimpulkan bahwa peng-
infant death syndrome). penyesuaian faktor demografik dan gunaan betametason cukup aman.
Di antara 214 532 wanita dengan jumlah rokok yang diisap (OD 8.8, Lancet 2005;365:1856-62
kelahiran tunggal di Skotlandia, terca- 95%CI 4.4 -17.8). brw

Cermin Dunia Kedokteran No. 149, 2005 65


Indeks
Karangan Cermin Dunia Kedokteran
Tahun 2005
CDK 146. Ginekologi 2 Zealand White
Tjandra Yoga Aditama - Rokok di Sinetron 51 – 53
English Summary 4 Rully MA Roesli, Enday Sukandar, Rubin Gondodiputro, 54 – 57
Najoan Nan Warouw, Sugiarto Wiriadinata - Hubungan Serum 5 – 15 Rachmat Permana - Kenaikan Kadar Hemoglobin setelah
Feritin Ibu Hamil Trimester ke Tiga dengan Bayi Berat Badan Lahir Pemberian Epoeitin Alfa (HEMAPO®) selama 12 Minggu pada
Rendah Penderita Gagal Ginjal yang Menjalani Hemodialisis
Dewi Parwati, Dyah W. Isbagio, Sarwo Handayani, Farida 16 – 18 Produk Baru: Kalferon 58
Siburian - Status Imun Tetanus Wanita Usia Subur di Daerah Informatika Kedokteran : Website Kalbe Farma hadir dengan 59
Endemis Malaria tampilan baru
Eddy Suparman - Malaria pada Kehamilan 19 – 28 Kegiatan Ilmiah 60 – 61
Ferry Armanza, Made Kornia Karkata - Kadar Asam Urat 29 – 38 Kapsul : Medication for chronic musculoskeletal pain 62
sebagai Prediktor Luaran Pengelolaan Preeklampsia Berat Preterm Abstrak
Zulkhairi, Salli R Nasution - Sindroma Nefrotik pada Kehamilan 39 – 43 Asma atopik dan - N.Engl.J.Med.2004;351:1068-80 63
Sahadewa DP, Suwardewa TGA, Jaya MS - USG Transvaginal 44 – 47 lingkungan rumah
Dibandingkan dengan D&C PA untuk Diagnostik Perdarahan Risiko stroke berulang BMJ 2004; 328:326-8 63
Uterus Abnormal Efektivitas kontrol DM dengan Lancet 2004;363:423-28 63
Supriatmaja IPG, Suwardewa TGA - Pengaruh Senam Hamil 48 – 51 hanya diet
Terhadap Persalinan Kala Satu dan Kala Dua Deteksi dini kelainan colon Lancet 2005;365:305-11 63
Suharto - Penatalaksanaan Fisioterapi pada Nyeri Pinggang Bawah 52 – 54
Aspesifik akibat Joint Block Thoracal dan Lumbal
Olwin Nainggolan, Jenry Walles Simanjuntak - Pengaruh 55 – 57
Ekstrak Etanol Akar Pasak Bumi (Eurycoma longifolia Jack) CDK 148.Imunisasi
terhadap Perilaku Seksual Mencit Putih
Informatika Kedokteran : Pengembangan Kurikulum Informatika 58 English Summary 4
Kesehatan Berbasis Kompetensi pada Program Pendidikan Dokter Enny Muchlastriningsih - Penyakit-penyakit Menular yang Dapat 5 – 11
dan Ilmu Keperawatan Dicegah dengan Imunisasi di Indonesia
Kegiatan Ilmiah 59 – 60 Dyah Widyaningroem Isbagio - Masa Depan Pengembangan 12 – 16
Kapsul : FDA-Approved Antiretroviral Agents 61 Vaksin Baru
Abstrak : Ainur Rofiq, Agus Suwandono, Eko Rahardjo, Rudi Hendro P - 17 – 20
Manfaat rtPA Lancet 2004;363:768 –74 62 Serosurvei Influenza pada Pekerja, Penjual dan Penjamah Produk
Manfaat simvastatin Lancet 2004;363:757 – 67 62 Ayam di 8 Propinsi Kejadian Luar Biasa Flu Burung yang
Variasi pendidikan kedokteran BMJ 2004 ; 328:207-9 62 Menyerang Ayam
di Australia Mardi Santoso, Herman Salim, Hasanudin Alim - Avian 21 – 24
Kortikosteroid untuk croup N.Engl.J.Med.2004;351:1306 – 13 62 Influenza (Flu Burung)
Terapi tumor payudara dini N.Engl.J.Med.2004;351:963 – 70 62 Sarjaini Jamal - Apakah SARS akan Berjangkit Kembali ? 25 – 29
Eritromosin oral dan risiko N.Engl.J.Med.2004;351:1089 – 96 63 Sarwo Handayani - Infeksi Campak Karakteristik dan Respon 30 – 34
komplikasi jantung Imunitas yang Ditimbulkan
Lumpektomi untuk tumor N.Engl.J.Med.2004;351:1306 – 13 63 Enny Muchlastriningsih - Kecenderungan Kasus Campak Selama 35 – 36
payudara Empat Tahun (1997 – 2000) di Indonesia
Partus pasca operasi caesar BMJ 2004;328:311 - 4 63 Bambang Heriyanto, Enny Muchlastriningsih, Sri Susilowati, 37 – 39
Risiko stroke berulang BMJ 2004; 328:326 – 8 63 Diana Siti Hutauruk - Kecenderungan Kejadian Luar Biasa
Chikungunya di Indonesia – tahun 2001-2003
Rudi Hendro P, Eko Rahardjo, Masri Sembiring Maha, John 40 – 42
Master Saragih - Investigasi Kejadian Luar Biasa (KLB)
CDK 147.Kardiologi
Chikungunya di Desa Harja Mekar dan Pabayuran Kabupaten
Bekasi tahun 2003
English Summary 4
Gendrowahyuhono - Status Antibodi Anak Balita Pasca Pekan 43 – 45
Santoso M. Setiawan T. - Penyakit Jantung Koroner 5– 9
Imunisasi Nasional (PIN) IV di Makassar
William Sanjaya, Abdul Hakim Alkatiri - Current Trends of 10 – 12
Gendrowahyuhono - Status Antibodi Anak Sekolah Dasar 46 – 48
Treatment in Hypertension
Sebelum dan Sesudah Program Bulan Imunisasi Anak Sekolah
Sunarya Soerianata, William Sanjaya - Peranan Penghambat 13 – 15
(BIAS) di Yogyakarta
Reseptor Angiotensin II dalam Hipertrofi Ventrikel Kiri Vaskuler
Eko Rahardjo - Pemeriksaan Spesimen Serum Darah terhadap Zat 49 – 50
Idris Idham, William Sanjaya - Angiotensin-II dan Remodelling 16 – 19
Anti Legionella
Selvinna - Disfungsi Endotel dan Obat Antihipertensi 20 – 25
Sarwo Handayani - Deteksi Respiratory Syncytial Virus (RSV) dan 51 - 54
Jansen Silalahi - Gas Nitrogen Oksida - Polutan atau Vital bagi 26 – 30
Human Metapneumovirus (HMPV) dengan Reverse Transcriptase
Kehidupan?
Polymerase Chain Reaction (RT- PCR)
Yanto Sandy Tjang, Gero Tenderich, Lech Hornik, Michiel 31 – 34
Eulis A. Datau, Candra Wibowo - Introduction to Anti-Aging 55 -59
Morshuis, Kazutomo Minami, Richardus Budiman, Reiner
Medicine
Korfer - Pengalaman Klinis Transplantasi Jantung
Produk Baru: Terapi Osteoporosis 60
Santosa, Soenarto, Suyanto Hadi - Pengenalan Miopati 35 – 42
Betafit,Kombinasi Betaine – Vitamin E
Mitokondria
Informatika Kedokteran : Daftar Simposium/seminar di Website 61
Olwin Nainggolan, Cornelis Adimunca - Diet Sehat dengan Serat 43 – 46
Kalbe Farma
Sulistyowati T, Cornelis Adimunca, Raflizar - Efek Teh Hitam 47 – 50
Kegiatan Ilmiah 62
[(Camellia sinensis O.K. Var. Assamica (Mast)] terhadap Plak
Kapsul : Medication for chronic musculoskeletal pain 63
Aterosklerosis pada Kelinci (Oryctolagus cuniculus) strain New

66 Cermin Dunia Kedokteran No. 149


CDK 149. Kesehatan Jiwa Dewi Peti Virgianti, Hana Apsari Pawestri - Pengaruh 44-48
Pendedahan Morfin terhadap Perilaku Masa Prasapih Mencit (Mus
English Summary 4 musculus) Swiss-Webster
Kusumanto Setyonegoro – Kesehatan Jiwa (Mental Health) di 5 Sunanti Z. Soejoeti - Konsep Sehat, Sakit dan Penyakit dalam 49-52
Kehidupan Modern Konteks Sosial Budaya
Nurmiati Amir - Diagnosis dan Penatalaksanaan Depresi 8-13 Azamris - Respon Terapi Tamoxifien pada Kanker Payudara Lanjut 53-56
Pascastroke Lokal dengan Reseptor Estrogen, Reseptor Progesteron dan Mr
LS. Chandra – Gangguan Fungsi atau Perilaku Seksual dan 14-18 29.000 Positif
Penanggulangannya Nelson Simanungkalit Pospos - L-Ornitin-L-Aspartat (LOLA) 57-59
Myrna Yustina – Antidepresan dan Fungsi Seksual 19-20 Menghindari Blebbing pada Hepatosit akibat Keracunan Etanol
Sylvia D. Elvira - Penanganan Psikologik pada Obesitas 21-23 Oen Liang Hie – Beberapa Temuan yang Taklazim (aneh) Selama 60-61
Theresia Kaunang - Diagnosis dan Penatalaksanaan Gangguan 24-31 Bekerja Meneliti Susunan Kimia Batu Ginjal
Asperger Produk Baru: Lodopin 62
Yusuf Alam Romadhon - Aspek Klinik dan Farmakoterapi Anak 32-37 Kegiatan Ilmiah 63
dengan Gangguan Pemusatan Perhatian / Hiperaktivitas Abstrak 65
Raharni, Max J. Herman - Faktor-faktor yang Berhubungan 38-43 Indeks Karangan Tahun 2005 66-67
dengan Penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, Psikotropika & Zat
Adiktif) di Kalangan Siswa SMU

KALENDER KEGIATAN ILMIAH PERIODE BULAN OKTOBER – DESEMBER 2005

BULAN TANGGAL KEGIATAN DAN TEMPAT ACARA SEKRETARIAT PANITIA


Department Cardiology and Vascular Medicine Faculty of
17th Weekend Course on Cardiology (17th WECOC) :
Medicine University of Indonesia/RS. Jantung dan
Acute Cardiovascular Care
Pembuluh Darah Harapan Kita
29/9 – 01/10 Jl. Letjen S. Parman Kav. 87 Slipi, Jakarta Barat
Tlp.: 62-21-5684085 ; Fax. : 62-21-5686203
E-mail : info@kardiologi-ui.com
Oktober Hotel Borobudur
Website : http://www.kardiologi-ui.com
Kongres Nasional II Perhimpunan Patobiologi Indonesia Graha Masyarakat Ilmiah Kedokteran (GRAMIK)
‘The Management of Sepsis-SIRS Based on Epigenetic Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Jl. Mayjen
01 – 02 & Genetic Mechanism - The bridging of basic science to Prof. Dr. Moestopo No. 47 Surabaya
clinical application’ Tlp. : 031-5020569, Fax. : 031-5013749
Hotel Hyatt Regency E-mail : konas_ppi@yahoo.com
DPP Persagi, Direktorat Gizi Masyarakat
Temu Ilmiah dan Kongres XIII PERSAGI : Gizi Baik
Jl. HR Rasuna Said Jakarta 12950
13 – 16 Investasi Pembangunan
Tlp. : 021-527 7382 ; Fax. : 021-521 0176
Inna Grand Bali Beach, Sanur - Bali
E-mail : atmarita@gizi.net
Division of Nephrology, Department of Internal Medicine
Konas IX & Annual Meeting PERNEFRI Bali 2005 :
University of Udayana / Sanglah Hospital Denpasar,
The 9th National Congress & Annual Meeting of
24 – 27 Jl. Kesehatan Sanglah Denpasar Bali
Nephrology 2005
Tlp. : 0361-245733 ; Fax. : 0361-229799
Hotel Discovery Kartika Plaza, Kuta - Bali
E-mail : pernefri@_ix@yahoo.com
November Sub Bagian Bedah Digestif FKUI / RSUPNCM
4th Jakarta Digestive Week : Update in Gastrointestinal
Jl. Diponegoro 71. Jakarta
25 – 26 Malignancy
Tlp. : 021-39100938, 3148705 ; Fax. : 021-3148705
Jakarta Convention Center
E-mail : jdw2005@pharma-pro.com
Revolution on Anti Aging Medicine PASTI, Jl. Sawo 15, Menteng Jakarta 10350
26
Hotel Menara Peninsula, Jakarta Tlp. : 021-391 6241 ; Fax. : 021-314 1850
International Conference on Occupational Health in The Ministry of Health, Republic of Indonesia
Informal Sector (ICOHIS): Millenium Goals - Serving Jl. HR. Rasuna Said Kav. X-5 No. 4-9 Jakarta 12950
29 – 02
the Underserved Working Population Tlp. : 62-21-5275256, 5214875
Hotel Sheraton Mustika, Yogyakarta Fax. : 62-21-5275256
Persahabatan Hospital, Asthma Building, 2nd Floor
The Seventh International Meeting on Respiratory Care
Persahabatan Raya, Jakarta 13230
02 – 04 Indonesia (RESPINA - 2005)
Tlp. : 62-21-4786 4646 ; Fex: 62-21-4786 6543
Hotel Borobudur, Jakarta
E-mail : respina@pharma-pro.com ; www.respina.org
Jakarta Diabetes Meeting ‘Practical Insight on Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI /
Preventing and Treating : Diabetes Obesity and Cardio RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta
Desember 03 – 04
Metabolic Disease’ Tlp. : 021-3100075 / 3907703 ; Fax. : 021-39111740
Hotel Novotel Mangga Dua, Jakarta E-mail : endo_id@indo.net.id
Departemen Kardiologi FKUI/Pusat Jantung Nasional
8th Asia Pacific Symposium On Cardiac Pacing & RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita
08 – 09 Electrophysiology Jl. Letjend. S. Parman Kav. 87 Slipi, Jakarta Barat
Hotel Westin Nusa Dua, Bali Tlp. : 021-5608239 Fax. : 021-5608239
E-mail : secretariat@apspe2005.org
Informasi terkini, detail dan lengkap (jadwal acara/pembicara) bisa diakses di http://www.kalbefarma.com/calendar

Cermin Dunia Kedokteran No. 149 67


Ruang
Penyegar dan Penambah
Ilmu Kedokteran
Dapatkah saudara menjawab
pertanyaan-pertanyaan di bawah ini?

1. Pola penyesuaian diri terhadap stres meliputi hal berikut, 6. Perbedaan gangguan Asperger dengan autisme ialah dalam
kecuali: hal :
a) Melawan a) Teori vaksinasi
b) Menarik diri b) Perkembangan kognitif
c) Mengubah situasi c) Kemungkinan penyebab genetis
d) Kompromi d) Mula timbul masa kanak-kanak
e) Membenci e) Menarik diri
2. Depresi pasca stroke dikaitkan dengan lesi di : 7. Anjuran diet pada gangguan Asperger berupa diet :
a) Frontal a) Bebas lemak dan kolesterol
b) Temporal kiri b) Tinggi protein
c) Temporal kanan c) Rendah gula/karbohidrat
d) Parietal d) Bebas gluten dan kasein
e) Oksipital e) Rendah garam
3. Yang bukan merupakan uji biologik depresi : 8. Terapi utama Gangguan Pemusatan Perhatian / Hiperaktif :
a) Dexamethasone suppresion test a) Psikoterapi
b) Kadar kortikosteroid cairan otak b) Metilfenidat
c) Kadar kortisol serum c) Haloperidol
d) Kadar MHPG serum d) Imipramin
e) Uji stimulasi TSH e) Bupropion
4. Antidepresan yang dianjurkan saat awal terapi : 9. Zat berikut merupakan derivat opiat kecuali :
a) Trisiklik a) Morfin
b) MAO inhibitor b) Petidin
c) SSRI c) Kodein
d) Litium d) Heroin
e) Psikoterapi e) Kokain
5. Anksiolitik yang dikenal lebih efektif untuk mengatasi
sexual phobia/anticipatory anxiety :
a) Diazepam
b) Buspiron JAWABAN RPPIK :
c) Klobazam
d) Alprazolam 1. B 2. A 3. B 4. C 5. D
e) Trazodon 6. A 7. D 8. B 9. E

68 Cermin Dunia Kedokteran No. 149

You might also like