You are on page 1of 14

Jurnal Akuatika Vol. III No.

1/ Maret 2012 (49-62)


ISSN 0853-2523
49
ANALISIS PROSPEK BUDIDAYA TAMBAK UDANG
DI KABUPATEN GARUT

Ine Maulina, Asep Agus Handaka, dan Indah Riyantini
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran
Jatinangor, Bandung UBR 40600
Email: inemaulina@yahoo.com


ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji profil budidaya tambak, menganalisis prospek budidaya
tambak di Kabupaten Garut berdasarkan komoditas budidaya dan teknologi budidaya serta
menentukan strategi pengembangan budidaya tambak yang sesuai dengan potensi dan daya dukung
lingkungan pertambakan di Kabupaten Garut. Data yang diperoleh dari penelitian dianalisis secara
deskriptif kuantitatif. Analisis data menggunakan analisis SWOT. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa budidaya udang vanamei di Mekarsari Kabupaten Garut dilakukan secara intensif dengan
nilai R/C sebesar 1,9 dan hasil dari perhitungan matriks strategi perusahaan sekarang berada pada
kuadran 1 yang cenderung mendukung strategi agresif (S-O). Pemaknaan strategi menghasilkan dua
alternatif strategi yaitu peningkatan produksi melalui peningkatan teknologi secara intensif
berwawasan lingkungan dan pengembangan produksi tambak dari usaha pembenihan sampai ke
pembesaran.
Kata kunci: Analisis SWOT, pola intensifikasi, dan tambak udang vanamei.

ABSTRACT
The aims of the study were to review the profile of aquaculture in Garut to analyze the prospect of
aquaculture in Garut based on commodity farming and cultivation technology and to determine
aquaculture development strategies appropriate to the potential carrying capacity of the environment
and aquaculture in Garut. Data obtained from studies were analyzed quantitative descriptively using
SWOT analysis. The results showed that shrimp farming in Mekarsari Garut conducted intensively
with a value of R / C of 1.9 and the results of the company's strategy matrix calculations were now at
quadrant 1, which were tends to support an aggressive strategy (SO). Based on the analysis of the
strategy resulted in two alternative which was firstly to increase production through improved
technology intensive and secondly environmentally sound development of the business hatchery
pond production of up to enlargement.
Keywords : Shrimp vanamei pond, SWOT analysis , and the pattern of intensification.




Ine Maulina, Agus Asep Handaka, dan Indah Riyantini
50
I. PENDAHULUAN
Wilayah pesisir dan laut Kabupaten
Garut memiliki potensi habitat yang beragam
seperti sumber daya ikan dan ekosistem hutan
mangrove yang kaya dengan keanekaragaman
hayati misalnya ikan, udang, burung, mamalia
darat, reptilia dan lain-lain, serta mempunyai
peran dan fungsi sosio-ekologi yang sangat
penting bagi masyarakat dan lingkungan di
sekitarnya. Pemanfaatan dan pengembangan
potensi sumberdaya perairan pantai dan laut
menjadi paradigma baru pembangunan di
masa sekarang yang harus dilaksanakan secara
rasional dan berkelanjutan. Kebijakan ini
sangat realistis karena didukung oleh fakta
adanya potensi sumberdaya laut dan pantai
yang masih cukup besar peluangnya untuk
pengembangan eksploitasi di bidang perikanan
baik penangkapan maupuan usaha budidaya
ikan khususnya budidaya tambak.
Kecenderungan yang terjadi dalam
budidaya tambak udang, khususnya yang
menerapkan teknologi semi intensif dan
intensif adalah memburuknya keadaan
lingkungan tambak sejalan dengan
berlangsungnya masa pemeliharaan, atau
dengan kata lain cenderung mencemari
lingkungannya sendiri. Dampaknya adalah
stress yang akan memperlemah kondisi udang,
sehingga mudah terserang penyakit. Selain
dari itu, lingkungan tambak dapat pula
dicemari oleh polutan yang berasal dari
lingkungan sekitar seperti pemukiman,
industri, persawahan, dan lain-lain.
Masalah lingkungan dalam tambak
udang, banyak terkait dengan proses
pemilihan lokasi yang tidak dilaksanakan
dengan cermat dan manajemen usaha
budidaya yang tidak tepat, misalnya
pengelolaan kualitas air, pemberian pakan,
kuantitas dan kualitas kultivan dan kurangnya
koordinasi antar petambak. Masalah lain yang
sering terjadi dalam usaha budidaya adalah
masalah permodalan yang menyangkut biaya
besar untuk biaya pembangunan tambak baru
yang lengkap dengan saluran sekunder dan
tersier. Selain itu, modal kerja untuk
pembelian benur dan nener untuk petani
bermodal kecil dapat menjadi masalah yang
serius. Pembudidaya sering terbentur masalah
persyaratan perkreditan dari bank, seperti
agunan dan kelayakan usaha. Masalah sarana
produksi yang menyangkut benih, pakan,
pupuk, dan pestisida, pengadaannya sering
tidak tepat waktu. Kualitas, jumlah,dan harga
sarana produksi bersifat fluktuatif, sehingga
menghambat kesinambungan produksi.
Sampai saat ini belum ada analisa yang
memadai terhadap potensi dan kemungkinan
pengembangan usaha pertambakan di
Kabupaten Garut baik dari aspek bio-teknis,
ekonomi maupun sosial ekologis.
Pendekatan teoritis yang akan
dilakukan adalah mengkaji profil potensi
perikanan budidaya tambak berupa volume
dan nilai produksi serta luas lahan tambak
Jurnal Akuatika Vol. III No. 1/ Maret 2012 (49-62)
ISSN 0853-2523
51
udang, pendekatan berdasarkan aspek teknis
dan ekologis melalui pengukuran kualitas air,
kualitas tanah tambak, teknologi budidaya,
dan kelayakan penggunaan jenis komoditas
baru sesuai dengan daya dukung lingkungan
pertambakan di Kabupaten Garut.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
digunakan sebagai acuan bagi pemerintah
Daerah Kabupaten Garut dan instansi terkait
dalam merumuskan strategi kebijakan
pengembangan perikanan budidaya tambak
dan menjadi pertimbangan bagi pembudidaya
atau pengusaha dalam mengelola usahanya.

II. DATA DAN PENDEKATAN
Penelitian dilaksanakan pada bulan
April sampai November 2011. Tempat
penelitian dilakukan di pesisir selatan
Kabupaten Garut. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode survei.
Data yang diperoleh dari penelitian dianalisis
secara deskriptif kuantitatif. Pengumpulan
data dilakukan melalui teknik personal
interview dengan sebelumnya menggunakan
recruitment sheet agar responden sesuai
dengan kriteria sampel (Fauzi 2001).
Data yang dikumpulkan terdiri dari
data primer dan data sekunder. Data primer
yang dikumpulkan terdiri dari (a) contoh air
dan hasil analisis kualitas air untuk
mengetahui sifat fisik dan kimia air, (b)
wawancara dengan pemilik tambak dan Kadis
DKP Kabupaten garut, sedangkan data
sekunder yang dikumpulkan terdiri dari data
suhu, data amplitudo, dan data
produksi. Analisis data yang dilakukan antara
lain (a) analisis kualitatif kualitas air fisik dan
kimia, dan (b) analisis kelayakan finansial
dengan menghitung R/C dan analisis SWOT.
Responden diambil dengan menggunakan
metode sensus yaitu pembudidaya tambak
udang vanamei di kabupaten Garut. Analisis
SWOT adalah analisis yang didasarkan pada
logika untuk memaksimalkan kekuatan
(strength) dan peluang (opportunities) yang
dimiliki dan meminimalkan kelemahan
(weakness) serta ancaman (threats) yang
dihadapi.
III. HASIL DAN DISKUSI
3.1. Kelayakan Teknis Tambak Udang
Vanamei Di Kabupaten Garut
Hermanto (2007) menyatakan bahwa
tambak intensif yang ramah lingkungan harus
terdiri dari atas :
1. Saluran pengairan
2. Petak tandon perlakuan air masuk
3. Petak tandon air siap pakai
4. Petak pemeliharaan dengan sistem
pembuangan sedimen limbah
5. Saluran pengendapan limbah
6. Saluran pengurangan nutrien terlarut
7. Petak pengolahan limbah
Pada dasarnya kegiatan budidaya
udang di tambak merupakan suatu kegiatan
pembesaran sekaligus pemeliharaan udang
dalam suatu wadah yang berupa petak-petak
tambak, dengan cara menyediakan suatu
Ine Maulina, Agus Asep Handaka, dan Indah Riyantini
52
kondisi lingkungan tertentu yang sesuai bagi
udang yang dipelihara dalam jangka waktu
hingga kondisi udang dianggap layak secara
finansial untuk dimanfaatkan.
Lokasi yang siap pakai untuk
pembudidayaan udang Vannamei di wilayah
pantai selatan (Pansela) Kabupaten Garut 30
Ha. Rata-rata wilayah tersebut berada pada 5-
20 m dpl. Memiliki temperatur udara antara
27-35
0
C sehingga sangat baik untuk
perkembangan benih udang Vannamei yang
sangat membutuhkan suhu yang optimal untuk
perkembangannya. Kelangsungan hidup udang
vanamei pada tambak di Mekarsari
menunjukkan nilai yang cukup baik.
Tingginya tingkat kelangsungan hidup
disebabkan oleh faktor pemeliharaan dan
pengelolaan lingkungan yang optimal dan
dijaga stabilitasnya. Tingkat kelangsungan
hidup sangat berpengaruh atas hasil produksi
pada saat panen di beberapa tambak udang
vanamei dengan berbagai tingkatan padat
tebar benur (Tabel 1).
Tabel 1. Produksi Tambak Udang Vanamei di Mekarsari Kab. Garut Tahun 2011
No. Komponen
Tambak
Intensif*
Petak Kaji
Terap
Petak Milik
Swasta
Petak KUB
1. Luas Petakan (m
2
) 6.000 6.000 6.000 6.000
2. Padat Tebar (ekor) 450.000 1.000.000 600.000 450.000
3. Padat Tebar (ekor/m
2
) 75 160 100 75
4. Umur Pemeliharaan 105 120 120 120
5. Bobot Rataan (g) 17,1 14,9 14,3 14,3
6. Size (ekor/kg) 57,8 67 70 70
7. Kelangsungan Hidup (%) 85,22 70 70 80
8. Jumlah Pakan (kg) 10.500 20.000 15.000 10.000
9. FCR 1,58 0,75 0,93 1,2
10. Produksi/ha 16.560 15.000 14.000 12.000
Keterangan : Periode pemeliharan Januari-April 2011
*Anonim (2004) dalam Darmawan, dkk. (2008)
















Jurnal Akuatika Vol. III No. 1/ Maret 2012 (49-62)
ISSN 0853-2523
53
3.2. Kelayakan Finansial Usaha Tambak
Udang Vanamei Di Kabupaten Garut

Kelayakan Finansial Usaha Tambak dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Perhitungan Finansial Usaha Tambak Udang Vanamei Pola Intensif
No Uraian Volume Satuan Harga Satuan Jumlah (Rp)
1 Luas lahan petak (6000 m
2
)
Tahap Persiapan Lahan:
a. Rehab tambak 1 Petak 6,000,000 6,000,000
1. Pembasmian Hama
- Kapur Tohor 400 Kg 500 200,000
- Kaptan (Kapur pertanian) 1150 Kg 1,000 1,150,000
- Samponen 175 Kg 6,000 1,050,000
- Dolomit 1,200 Kg 2,000 2,400,000
- Molase 210 Kg 15,000 3,150,000
- Destan 4 lt 220,000 880,000
2. Peralatan tambak
- Paralon 4 inch 8 lente 250,000 2,000,000
- Paralon 6 inch 45 lente 300,000 13,500,000
- Paralon 8 inch 58 lente 350,000 20,300,000
- Paralon 3/4 inch 2 lente 50,000 100,000
- Bambu 50 buah 5,000 250,000
- Besi viva 32 lente 125,000 4,000,000
- Kayu usuk 3 m 10 buah 3,000 30,000
2 Tahap Budidaya
a. Benur Vanamei F1 1,100,000 35 38,500,000
b. Pakan
- Bulan Ke-1 : 1,400 Kg 6,000 8,400,000
- Bulan Ke-2 : 4,000 Kg 6,000 24,000,000
- Bulan Ke-3 : 8,000 Kg 6,000 48,000,000
- Bulan Ke-4 : 5.743 + 4.000 Kg G.C 10,700 42,800,000
c. Bakteri Pengurai 600 lt 40,000 24,000,000
d. Vitamin C 6 Kg 290,000 1,740,000
e. Telur bebek 600 btr 1,000 600,000
f. Tepung kanji 26 Kg 4,000 104,000
g. Aqua zime 2 Kg 300,000 600,000
h.Ragi 2 Kg 23,000 46,000
3 Bahan Bakar dan Spare part
a. Bahan Bakar Solar 18,000 lt 4,300 77,400,000
b.. Bahan Bakar Oli 400 lt 16,500 6,600,000





c. Spare part 10,000,000 10,000,000
4 Pemanenan Udang
a. Upah panen 15,000,000 15,000,000
b. Peralatan panen
Jaring panen 5 unit 1,500,000 7,500,000
Timbangan 1 unit 2,000,000 2,000,000
Terpal 9 buah 254,000 2,286,000
5 Upah

Pekerja
4 Bulan 11,095,000 44,380,000
Ine Maulina, Agus Asep Handaka, dan Indah Riyantini
54
No Uraian Volume Satuan Harga Satuan Jumlah (Rp)











PENGELUARAN


408,966,000

SR 70 %
6 PRODUKSI
Udang Konsumsi Size 74 14,864 Kg 31,700 471,188,800
Udang Konsumsi Undersize 940 Kg 10,000 9,400,000
Udang Konsumsi Size 80 9959 Kg 30,000 298,770,000

PEMASUKAN

480,588,800
Pendapatan TOTAL 71,622,800

Hasil perhitungan nilai R/C
menunjukkan 1,9, dengan kata lain usaha
tambak udang ini menguntungkan. Hal yang
sangat berpengaruh dalam budidaya udang
vanamei di kab. Garut adalah adanya
penerapan teknologi penggunaan plastik mulsa
yang baru dilakukan pada periode tanam
pertama (Januari 2011). Berdasarkan
informasi yang diperoleh penggunaan mulsa
dapat meningkatkan pendapatan. Penambahan
biaya pembelian dan pemasangan mulsa
sebesar Rp. 12-15 juta dapat meningkatkan
pertumbuhan dengan panen size 37 per kg.
Atau dengan kata lain peningkatan produksi
hampir 100 persen meskipun pengeluaran
pakannya pun meningkat.

3.3. Analisis SWOT

Proses pengambilan keputusan
strategis selalu berkaitan dengan latar
belakang, potensi, dan permasalahan yang ada
baik secara internal berupa kekuatan dan
kelemahan maupun secara eksternal berupa
peluang dan ancaman. Strategi dan
pengembangan usaha tambak di Kabupaten
Brebes dilakukan dengan menganalisis faktor-
faktor strategis usaha tambak melalui analisis
SWOT yaitu menganalisis kekuatan
(Strenghts), kelemahan (Weaknesses), peluang
(Opportunity) dan ancaman (Threats).
Penentuan bobot dan rating dalam penilaian
Faktor Strategi Internal dan Ekternal dapat
dilihat pada matrik faktor strategi internal
(kekuatan dan kelemahan) pengembangan
usaha budidaya tambak di Kabupaten Garut
pada Tabel 3 dan Matrik faktor strategi
eksternal (peluang dan ancaman)
pengembangan usaha budidaya tambak di
Kab. Garut tersaji pada Tabel 4. Penentuan
bobot dan rating ditetapkan oleh Kepala
Tambak Program Kaji Terap dinas Propinsi
Kelautan dan Perikanan Jawa Barat. Tabel 3
berisi tentang faktor-faktor strategi internal
yang mempunyai bobot dan rating. Deskripsi
dalam hal ini adalah berisi uraian tentang
faktor yang sudah dijelaskan.



Jurnal Akuatika Vol. III No. 1/ Maret 2012 (49-62)
ISSN 0853-2523
55
Tabel 3. Matrik Faktor Strategi Internal (IFAS-Internal Strategic Factors Analysis Summary)
Prospek Usaha Budidaya Tambak di Kabupaten Garut

FAKTOR-FAKTOR
STRATEGI
INTERNAL
BOBOT RATING
BOBOT x
RATING
URAIAN
KEKUATAN
(STRENGHTS)

1. Potensi lahan yang besar 0,15 3 0,45 30 hektar tambak riil dan
lahan potensial seluas 278 ha.

2. Ketersediaan benih yang
memadai
0,05 3 0,15 Benih berasal dari
pangandaran
3. Jumlah tenaga kerja yang
memadai
0,20 3 0,60 Banyaknya usia kerja di Kab.
Garut
4. Informasi tentang
perkembangan teknologi
pertambakan
0,1 4 0,40 Berkembang
5. Ketersediaan modal 0,05 3 0,15 Program PEMP yang
memberikan bantuan
permodalan bagi petambak
Jumlah 1,85
KELEMAHAN
(WEAKNESSES)


1. Kualitas SDM rendah 0,10 3 0,30 Pendidikan yang rendah SD
dan SMP
2. Biaya produksi besar 0,10 4 0,40 Untuk pola intensifikasi
membutuhkan paling sedikit 1
miliar
3. Lembaga pengujian mutu
belum representatif
0,05 2 0,10 Belum tersedia

4. Jaminan keamanan 0,05 4 0,20 Lemahnya penegakan oknum
kurang terjamin
5. Lemahnya penegakkan
hukum
0,15 3 0,45 Sangsi tegas dari aparat
kurang
Jumlah 1,45

Analisis lingkungan eksternal
bertujuan untuk mengidentifikasi dan
mengevaluasi kecenderungan dan kejadian
yang berada diluar control. Analisis
lingkungan eksternal berfokus pada penentuan
faktor-faktor kunci yang menjadi ancaman dan
peluang bagi petambak udang, sehingga
memudahkan menajemen untuk menentukan
strategi-strategi dalam meraih peluang dan
mengatasi ancaman.



Ine Maulina, Agus Asep Handaka, dan Indah Riyantini
56
Tabel 4. Matriks Faktor Strategi Eksternal (EFAS-Eksternal Strategic Factors Analysis Summary)
Prospek Usaha Budidaya Tambak di Kabupaten Garut

FAKTOR-FAKTOR
STRATEGI
EKSTERNAL
BOBOT RATING
BOBOT x
RATING
URAIAN
PELUANG
(OPPORTUNITY)


1. Pangsa pasar yang besar 0,20 4 0,80 Pangsa pasar cukup potensial
2. Harga udang yang stabil
dan
kompetitif
0,05 3 0,15 Peningkatan pendapatan bagi
petambak
3. Preferensi konsumen
terhadap
hasil tambak
0,05 3 0,15 Produksi tambak telah
dikenal
masyarakat

4. Sarana transportasi
memadai
0,05 3 0,15 Lokasi tambak mudah
dijangkau
oleh kendaraan
5. Peluang berusaha yang
besar
0,10 3 0,30 Tersedianya lahan yang luas

6. Kebijakan pemerintah
yang mendukung
budidaya tambak
0.10 3 0.3
Program gapura dan
revitalisasi tambak
Jumlah 1,85
ANCAMAN (THREATS)


1. Menurunnya daya
dukung
lingkungan

0,2 3 0,60 Perbaikan lingkungan tambak
dengan dilakukannya
rehabilitasi
lahan mangrove dan saluran
tambak
2. Keamanan yang kurang
terjamin
0,1 2 0,20 Koordinasi petambak untuk
menjaga keamanan rendah
3. Adanya kompetitor 0,05 2 0,10 Koordinasi intern petambak
untuk menguatkan
kelembagaan
4. Adanya pencemaran
lingkungan
0,1 3 0,30 Dilakukannya usaha budidaya
tambak sistem resirkulasi
tertutup
Jumlah 1,20

Berdasarkan analisis internal dan
eksternal yang dilakukan, maka unsur-unsur
yang termasuk dalam kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman yang harus diantisipasi
dalam menghadapi persaingan di masa
sekarang maupun di masa yang akan datang
adalah sebagai berikut :

Jurnal Akuatika Vol. III No. 1/ Maret 2012 (49-62)
ISSN 0853-2523
57
1. Kekuatan
a. Potensi lahan yang besar memberikan
kesempatan untuk usaha budidaya
tambak udang. Diharapkan kekuatan
ini dapat dimanfaatkan dan lebih
ditingkatkan agar konsumen dapat
merasa puas dengan kualitas yang
diberikan.
b. Ketersediaan benih.
c. Jumlah tenaga kerja yang memadai
d. Informasi tentang perkembangan
teknologi pertambakan
e. Ketersediaan modal
2. Kelemahan
a. Kualitas SDM rendah
b. Biaya produksi besar
c. Lembaga pengujian mutu belum
representatif
d. Jaminan keamanan belum jelas
e. Lemahnya penegakkan hukum.
3. Peluang
a. Pangsa pasar yang besar.
b. Harga udang yang stabil dan kompetitif
c. Preferensi konsumen terhadap
konsumen besar
d. Sarana transportasi memadai
e. Peluang berusaha yang besar
4. Ancaman
a. Menurunnya daya dukung lingkungan
b. Keamanan yang kurang menjamin
c. Adanya kompetitor
d. Adanya pencemaran lingkungan

Setelah diketahui faktor-faktor krisis dari
proses analisis matrik IFE yang menjelaskan
tentang kekuatan dan kelemahan yang ada
pada perusahaan dan analisis matrik EFE yang
memberikan gambaran peluang dan ancaman
yang dihadapi petambak maka tahap
selanjutnya yang harus dilakukan adalah
pengabungan dari nilai IFE dan EFE dengan
menggunakan matrik strategi. Tujuan dari
penggunaan matrik strategi adalah untuk
memperoleh strategi bisnis sehingga
perusahaan dapat menentukan arah
pengembangan bisnis selanjutnya. Posisi
matrik strategi dapat diketahui melalui
penggabungan hasil total skor matrik IFE dan
total skor matrik EFE. Melalui penggabungan
itu, maka dapat diketahui posisi perusahaan
pada saat ini dan strategi yang harus
diterapkan petambak.
Saat ini berdasarkan hasil perhitungan
diperoleh nilai IFE sebesar (3,25) dengan nilai
faktor kekuatan sebesar (1,85) dan nilai faktor
kelemahan sebesar (1,45) sehingga
memperoleh selisih sebesar (0.41) dan nilai
EFE sebesar (3,01), dengan nilai faktor
peluang sebesar (1.85) dan nilai faktor
ancaman sebesar (1,2) sehingga diperoleh
selisih sebesar (1,4). Oleh karena itu, strategi
yang dapat dilakukan petambak adalah
strategi agresif (kuadran 1) untuk saat ini.
Menurut Rangkuti (2008), kuadran 1
merupakan situasi yang sangat
menguntungkan. Perusahaan tersebut memiliki
peluang dan kekuatan sehingga dapat
Ine Maulina, Agus Asep Handaka, dan Indah Riyantini
58
memanfaatkan peluang dan kekuatan yang ada
untuk kemajuan perusahaan. Strategi yang
harus diterapkan dalam kondisi ini adalah
mendukung kebijakan pertumbuhan yang
agresif.
Strategi agresif ini bisa dilakukan oleh
perusahaan tambak udang dengan melakukan
peningkatan produksi melalui perluasan lahan
budidaya atau penambahan lahan budidaya,
segmen pasar yang dituju ditambah atau
melakukan penjualan keluar negeri (ekspor),
serta dapat menjalin kerjasama dengan
pembudidaya lain untuk menjadi pemasok.
Adapun matriks strategi pada Gambar 1.


















Gambar 1. Matriks Strategi Perusahaan Tambak Udang Vanamei

3.4. Pemaknaan Strategi
Analisis pemaknaan strategi merupakan
tahap pencocokan untuk menghasilkan
alternatif strategi yang cocok dilakukan
perusahaan dengan melibatkan kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman yang sudah
ditetapkan sebelumnya dengan menggunakan
matrik IFE dan matrik EFE. Strategi yang
dihasilkan merupakan pencocokan atau
pengabungan dari faktor kekuatan dengan
faktor peluang (S-O), faktor kelemahan
dengan faktor peluang (W-O), faktor kekuatan
FAKTOR
PELUANG
IV
Mendukung
Strategi
Defensif
II
Mendukung
Strategi
Diversifikasi
III
Mendukung
Strategi
turnaround

FAKTOR
ANCAMAN
FAKTOR
KELEMAHAN
FAKTOR
KEKUATAN
I
Mendukung
Strategi
Agresif

Jurnal Akuatika Vol. III No. 1/ Maret 2012 (49-62)
ISSN 0853-2523
59
dengan faktor ancaman (S-W) dan faktor
kelemahan dengan faktor ancaman (W-T)
yang berdasarkan pada strategi utama yang
didapat pada perhitungan di analisis matrik
strategi yaitu mendukung kebijakan
pertumbuhan yang agresif. Adapun
pemaknaan strategi dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Matrik Pemaknaan Strategi

Internal



Eksternal
Strenght (S)/ Kekuatan
1. Potensi lahan yang besar
2. Ketersediaan benih yang
memadai
3. Jumlah tenaga kerja yang
memadai
4. Kualitas tenaga kerja baik
5. Informasi teknologi sangat
terbuka
6. Ketersediaan modal
Weaknesses (W)/ Kelemahan
1. Kualitas SDM rendah
2. Biaya produksi besar
3. Lembaga pengujian mutu
belum representative
4. Jaminan keamanan
5. Lemahnya penegakkan hukum
Opportunities(O)/ Peluang
1. Pangsa pasar yang besar/
Permintaan udang yang
besar
2. Harga udang yang stabil dan
kompetitif
3. Preferensi konsumen
terhadap hasil tambak
4. Sarana transportasi memadai
5. Peluang berusaha yang besar
Strategi S-O
1. Peningkatan produksi
melalui peningkatan
teknologi secara intensif
dan berwawasan lingkungan
2. Pengembangan produksi
tambak dari usaha
pembenihan sampai ke
pembesaran.
Strategi W-O
1. Penggunaan tandon dan
pengolahan limbah
2. Pemberian bantuan permodalan
dan kredit lunak
3. Peningkatan keamanan
produksi dengan melakukan
koordinasi antar petambak.
Threats(T)/Ancaman
1. Menurunnya daya dukung
lingkungan
2. Keamanan yang kurang
menjamin
3. Adanya kompetitor
4. Adanya pencemaran
lingkungan

Strategi S-T
1. Menajamen kualitas air dan
pemberian pakan
2. Pengadaan benur yang
bermutu baik dan
bersertifikat
Strategi W-T
1. Penerapan manajemen
pengelolaan tambak
2. Penerapan teknologi tepat guna
untuk mengatasi menurunnya
daya dukung lingkungan
3. Peningkatan produksi dengan
memberlakukan standar mutu
produk

Selanjutnya, berdasarkan hasil analisis SWOT
yang telah dilakukan, maka strategi yang
dilakukan untuk pengembangan budidaya
udang vanamei :
Strategi S-O
1. Peningkatan produksi melalui
peningkatan teknologi secara intensif
dan berwawasan lingkungan
Ine Maulina, Agus Asep Handaka, dan Indah Riyantini
60
2. Pengembangan produksi tambak dari
usaha pembenihan sampai ke
pembesaran.
Strategi W-O
1. Penggunaan tandon dan pengolahan
limbah
2. Pemberian bantuan permodalan dan
kredit lunak
3. Peningkatan keamanan produksi
dengan melakukan koordinasi antar
petambak.
Strategi S-T
1. Menajamen kualitas air dan pemberian
pakan
2. Pengadaan benur yang bermutu baik
dan bersertifikat
Strategi W-T
1. Penerapan manajemen pengelolaan
tambak
2. Penerapan teknologi tepat guna untuk
mengatasi menurunnya daya dukung
lingkungan
3. Peningkatan produksi dengan
memberlakukan standar mutu produk.

IV. KESIMPULAN
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan di tambak udang dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Pola budidaya tambak udang vanamei
di selatan Garut khususnya desa
Mekarsari yaitu pola intensif.
2. Biaya produksi untuk operasional satu
petakan 6.000 m
2
adalah Rp.
408.966.000,- dan penerimaan sebesar
Rp. 779.358.000,- dan R/C sebesar 1,9.
3. Hasil identifikasi faktor-faktor internal
yang dihadapi terdiri dari kekuatan dan
kelemahan. Faktor internal yang
menjadi kekuatan adalah potensi lahan
yang besar, ketersediaan benih yang
memadai, jumlah tenaga kerja yang
memadai, kualitas tenaga kerja baik,
Informasi teknologi sangat terbuka dan
ketersediaan modal. Yang menjadi
kelemahan adalah kualitas SDM
rendah, biaya produksi besar, lembaga
pengujian mutu belum representatif,
jaminan keamanan dan lemahnya
penegakkan hukum. Sedangkan faktor
eksternal yang menjadi peluang adalah
pangsa pasar yang besar/permintaan
udang yang besar, harga udang yang
stabil dan kompetitif, preferensi
konsumen terhadap hasil tambak,
sarana transportasi memadai dan
peluang berusaha yang besar. Faktor
yang menjadi ancamannya adalah
Menurunnya daya dukung lingkungan,
keamanan yang kurang menjamin,
adanya competitor, adanya
pencemaran lingkungan.
Jurnal Akuatika Vol. III No. 1/ Maret 2012 (49-62)
ISSN 0853-2523
61
4. Hasil dari perhitungan matriks strategi
perusahaan sekarang berada pada
kuadran 1 yang cenderung mendukung
strategi agresif (S-O). Berdasarkan
pemaknaan strategi menghasilkan dua
alternatif strategi yaitu Peningkatan
produksi melalui peningkatan
teknologi secara intensif dan
berwawasan lingkungan dan
pengembangan produksi tambak dari
usaha pembenihan sampai ke
pembesaran.
4.2. Saran
Usaha budidaya tambak di wilayah
Garut selatan dengan komoditas udang
vanamei dapat dilakukan berdasarkan tata
laksana atau standar operasional prosedur
yang sudah ada. Pola budidaya secara intensif
dengan teknologi penggunaan mulsa dapat
digunakan untuk mendapatkan keuntungan
yang tinggi.

DAFTAR PUSTAKA
Chen, T.T. 2000. Aquaculture Biotechnology
and Fish Disease. In: Hardjito, L. (Ed.).
International Symposium on Marine
Biotechnology. Center for Coastal and
Marine Resources Studies, IPB, Jakarta.

Cholik, F. 1999. Tujuh Pilar Pemberdaya
Gema Protekan 2003. Warta Penelitian
Perikanan Indonesia Vol.V No.1. Hal :
8-12.
Darmawan, I., Ine M. dan Asep A. 2008.
Penyusunan Bussines Plan Budidaya
Kakap dalamKeramba jaring Apung Di
Tasikmalaya. Laporan Penelitian.
Bandung.

David. 2009. Manajemen Strategis: Konsep.
Ed ke-12. Paulyn Sulistio dan Dono
Sunardi, Penerjemah. Jakarta: Salemba
Empat. Terjemahan dari: Strategic
Management.

Departemen Kelautan dan Perikanan Republik
Indonesia. 2004a. Kembangkan
Budidaya, Kendalikan Penangkapan.
Bulletin Mina Bahari Departemen
Kelautan dan Perikanan. Vol 02. No.9.
Hal :12.

_______________. 2004b. Udang Indonesia
Terancam Embargo AS. Bulletin Mina
Bahari Departemen Kelautan dan
Perikanan. Vol.02. N0.12. Hal : 18-19.

Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan
Garut. 2010. Data Potensi Perikanan
dan Kelautan Kabupaten Garut.

Fauzi, A. 2001. Prinsip-prinsip Penelitian
Sosial Ekonomi. Jurusan Sosial
Ekonomi Perikanan dan Kelautan IPB.
Bogor.

Hermanto. 2007. Pengelolaan Budidaya
Tambak Berwawasan Lingkungan.
http://ikanmania.wordpress.com//[diakse
s 5 Desember 2010].

Husnan, S. 1984. Studi Kelayakan Proyek.
Yogyakarta: BPFE.

Ibrahim, H.M. Yacob. 1998. Studi Kelayakan
Bisnis. Penerbit PT. Rineka Cipta.
Jakarta.

Pikiran Rakyat, 2007. Jabar Luncurkan
Program Gapura. http://www.pikiran
rakyat.com [diakses 25 Desember 2009].

Rangkuti, F. 2001. Analisis SWOT Teknik
Membedah Kasus Bisnis, Reorientasi
Konsep Perencanaan Strategis untuk
Ine Maulina, Agus Asep Handaka, dan Indah Riyantini
62
Menghadapi Abad 21. PT. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.

Utojo dan AM. Tangko, 2008. Status
Masalah dan Alternatif Pemecahan
Masalah Pada Pengembangan Budidaya
Udang Vanamei (Litopenaeus
vannamei) Di Sulawesi Selatan. Media
Akuakultur volume 3 nomor 2 tahun
2008.

You might also like