Teks tersebut membahas analisis prospek budidaya tambak udang di Kabupaten Garut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa budidaya udang vanamei di Mekarsari, Garut dilakukan secara intensif dengan nilai R/C 1,9. Analisis SWOT menghasilkan dua strategi, yaitu peningkatan produksi melalui peningkatan teknologi yang ramah lingkungan dan pengembangan produksi dari pembenihan hingga panen.
Original Description:
Analisis Prospek Budidaya Tambak Udang di Kabupaten Garut ini bertujuan untuk mengkaji profil budidaya tambak menggunakan analisis SWOT
Teks tersebut membahas analisis prospek budidaya tambak udang di Kabupaten Garut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa budidaya udang vanamei di Mekarsari, Garut dilakukan secara intensif dengan nilai R/C 1,9. Analisis SWOT menghasilkan dua strategi, yaitu peningkatan produksi melalui peningkatan teknologi yang ramah lingkungan dan pengembangan produksi dari pembenihan hingga panen.
Teks tersebut membahas analisis prospek budidaya tambak udang di Kabupaten Garut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa budidaya udang vanamei di Mekarsari, Garut dilakukan secara intensif dengan nilai R/C 1,9. Analisis SWOT menghasilkan dua strategi, yaitu peningkatan produksi melalui peningkatan teknologi yang ramah lingkungan dan pengembangan produksi dari pembenihan hingga panen.
ISSN 0853-2523 49 ANALISIS PROSPEK BUDIDAYA TAMBAK UDANG DI KABUPATEN GARUT
Ine Maulina, Asep Agus Handaka, dan Indah Riyantini Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran Jatinangor, Bandung UBR 40600 Email: inemaulina@yahoo.com
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji profil budidaya tambak, menganalisis prospek budidaya tambak di Kabupaten Garut berdasarkan komoditas budidaya dan teknologi budidaya serta menentukan strategi pengembangan budidaya tambak yang sesuai dengan potensi dan daya dukung lingkungan pertambakan di Kabupaten Garut. Data yang diperoleh dari penelitian dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Analisis data menggunakan analisis SWOT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa budidaya udang vanamei di Mekarsari Kabupaten Garut dilakukan secara intensif dengan nilai R/C sebesar 1,9 dan hasil dari perhitungan matriks strategi perusahaan sekarang berada pada kuadran 1 yang cenderung mendukung strategi agresif (S-O). Pemaknaan strategi menghasilkan dua alternatif strategi yaitu peningkatan produksi melalui peningkatan teknologi secara intensif berwawasan lingkungan dan pengembangan produksi tambak dari usaha pembenihan sampai ke pembesaran. Kata kunci: Analisis SWOT, pola intensifikasi, dan tambak udang vanamei.
ABSTRACT The aims of the study were to review the profile of aquaculture in Garut to analyze the prospect of aquaculture in Garut based on commodity farming and cultivation technology and to determine aquaculture development strategies appropriate to the potential carrying capacity of the environment and aquaculture in Garut. Data obtained from studies were analyzed quantitative descriptively using SWOT analysis. The results showed that shrimp farming in Mekarsari Garut conducted intensively with a value of R / C of 1.9 and the results of the company's strategy matrix calculations were now at quadrant 1, which were tends to support an aggressive strategy (SO). Based on the analysis of the strategy resulted in two alternative which was firstly to increase production through improved technology intensive and secondly environmentally sound development of the business hatchery pond production of up to enlargement. Keywords : Shrimp vanamei pond, SWOT analysis , and the pattern of intensification.
Ine Maulina, Agus Asep Handaka, dan Indah Riyantini 50 I. PENDAHULUAN Wilayah pesisir dan laut Kabupaten Garut memiliki potensi habitat yang beragam seperti sumber daya ikan dan ekosistem hutan mangrove yang kaya dengan keanekaragaman hayati misalnya ikan, udang, burung, mamalia darat, reptilia dan lain-lain, serta mempunyai peran dan fungsi sosio-ekologi yang sangat penting bagi masyarakat dan lingkungan di sekitarnya. Pemanfaatan dan pengembangan potensi sumberdaya perairan pantai dan laut menjadi paradigma baru pembangunan di masa sekarang yang harus dilaksanakan secara rasional dan berkelanjutan. Kebijakan ini sangat realistis karena didukung oleh fakta adanya potensi sumberdaya laut dan pantai yang masih cukup besar peluangnya untuk pengembangan eksploitasi di bidang perikanan baik penangkapan maupuan usaha budidaya ikan khususnya budidaya tambak. Kecenderungan yang terjadi dalam budidaya tambak udang, khususnya yang menerapkan teknologi semi intensif dan intensif adalah memburuknya keadaan lingkungan tambak sejalan dengan berlangsungnya masa pemeliharaan, atau dengan kata lain cenderung mencemari lingkungannya sendiri. Dampaknya adalah stress yang akan memperlemah kondisi udang, sehingga mudah terserang penyakit. Selain dari itu, lingkungan tambak dapat pula dicemari oleh polutan yang berasal dari lingkungan sekitar seperti pemukiman, industri, persawahan, dan lain-lain. Masalah lingkungan dalam tambak udang, banyak terkait dengan proses pemilihan lokasi yang tidak dilaksanakan dengan cermat dan manajemen usaha budidaya yang tidak tepat, misalnya pengelolaan kualitas air, pemberian pakan, kuantitas dan kualitas kultivan dan kurangnya koordinasi antar petambak. Masalah lain yang sering terjadi dalam usaha budidaya adalah masalah permodalan yang menyangkut biaya besar untuk biaya pembangunan tambak baru yang lengkap dengan saluran sekunder dan tersier. Selain itu, modal kerja untuk pembelian benur dan nener untuk petani bermodal kecil dapat menjadi masalah yang serius. Pembudidaya sering terbentur masalah persyaratan perkreditan dari bank, seperti agunan dan kelayakan usaha. Masalah sarana produksi yang menyangkut benih, pakan, pupuk, dan pestisida, pengadaannya sering tidak tepat waktu. Kualitas, jumlah,dan harga sarana produksi bersifat fluktuatif, sehingga menghambat kesinambungan produksi. Sampai saat ini belum ada analisa yang memadai terhadap potensi dan kemungkinan pengembangan usaha pertambakan di Kabupaten Garut baik dari aspek bio-teknis, ekonomi maupun sosial ekologis. Pendekatan teoritis yang akan dilakukan adalah mengkaji profil potensi perikanan budidaya tambak berupa volume dan nilai produksi serta luas lahan tambak Jurnal Akuatika Vol. III No. 1/ Maret 2012 (49-62) ISSN 0853-2523 51 udang, pendekatan berdasarkan aspek teknis dan ekologis melalui pengukuran kualitas air, kualitas tanah tambak, teknologi budidaya, dan kelayakan penggunaan jenis komoditas baru sesuai dengan daya dukung lingkungan pertambakan di Kabupaten Garut. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan bagi pemerintah Daerah Kabupaten Garut dan instansi terkait dalam merumuskan strategi kebijakan pengembangan perikanan budidaya tambak dan menjadi pertimbangan bagi pembudidaya atau pengusaha dalam mengelola usahanya.
II. DATA DAN PENDEKATAN Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai November 2011. Tempat penelitian dilakukan di pesisir selatan Kabupaten Garut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Data yang diperoleh dari penelitian dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Pengumpulan data dilakukan melalui teknik personal interview dengan sebelumnya menggunakan recruitment sheet agar responden sesuai dengan kriteria sampel (Fauzi 2001). Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer yang dikumpulkan terdiri dari (a) contoh air dan hasil analisis kualitas air untuk mengetahui sifat fisik dan kimia air, (b) wawancara dengan pemilik tambak dan Kadis DKP Kabupaten garut, sedangkan data sekunder yang dikumpulkan terdiri dari data suhu, data amplitudo, dan data produksi. Analisis data yang dilakukan antara lain (a) analisis kualitatif kualitas air fisik dan kimia, dan (b) analisis kelayakan finansial dengan menghitung R/C dan analisis SWOT. Responden diambil dengan menggunakan metode sensus yaitu pembudidaya tambak udang vanamei di kabupaten Garut. Analisis SWOT adalah analisis yang didasarkan pada logika untuk memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunities) yang dimiliki dan meminimalkan kelemahan (weakness) serta ancaman (threats) yang dihadapi. III. HASIL DAN DISKUSI 3.1. Kelayakan Teknis Tambak Udang Vanamei Di Kabupaten Garut Hermanto (2007) menyatakan bahwa tambak intensif yang ramah lingkungan harus terdiri dari atas : 1. Saluran pengairan 2. Petak tandon perlakuan air masuk 3. Petak tandon air siap pakai 4. Petak pemeliharaan dengan sistem pembuangan sedimen limbah 5. Saluran pengendapan limbah 6. Saluran pengurangan nutrien terlarut 7. Petak pengolahan limbah Pada dasarnya kegiatan budidaya udang di tambak merupakan suatu kegiatan pembesaran sekaligus pemeliharaan udang dalam suatu wadah yang berupa petak-petak tambak, dengan cara menyediakan suatu Ine Maulina, Agus Asep Handaka, dan Indah Riyantini 52 kondisi lingkungan tertentu yang sesuai bagi udang yang dipelihara dalam jangka waktu hingga kondisi udang dianggap layak secara finansial untuk dimanfaatkan. Lokasi yang siap pakai untuk pembudidayaan udang Vannamei di wilayah pantai selatan (Pansela) Kabupaten Garut 30 Ha. Rata-rata wilayah tersebut berada pada 5- 20 m dpl. Memiliki temperatur udara antara 27-35 0 C sehingga sangat baik untuk perkembangan benih udang Vannamei yang sangat membutuhkan suhu yang optimal untuk perkembangannya. Kelangsungan hidup udang vanamei pada tambak di Mekarsari menunjukkan nilai yang cukup baik. Tingginya tingkat kelangsungan hidup disebabkan oleh faktor pemeliharaan dan pengelolaan lingkungan yang optimal dan dijaga stabilitasnya. Tingkat kelangsungan hidup sangat berpengaruh atas hasil produksi pada saat panen di beberapa tambak udang vanamei dengan berbagai tingkatan padat tebar benur (Tabel 1). Tabel 1. Produksi Tambak Udang Vanamei di Mekarsari Kab. Garut Tahun 2011 No. Komponen Tambak Intensif* Petak Kaji Terap Petak Milik Swasta Petak KUB 1. Luas Petakan (m 2 ) 6.000 6.000 6.000 6.000 2. Padat Tebar (ekor) 450.000 1.000.000 600.000 450.000 3. Padat Tebar (ekor/m 2 ) 75 160 100 75 4. Umur Pemeliharaan 105 120 120 120 5. Bobot Rataan (g) 17,1 14,9 14,3 14,3 6. Size (ekor/kg) 57,8 67 70 70 7. Kelangsungan Hidup (%) 85,22 70 70 80 8. Jumlah Pakan (kg) 10.500 20.000 15.000 10.000 9. FCR 1,58 0,75 0,93 1,2 10. Produksi/ha 16.560 15.000 14.000 12.000 Keterangan : Periode pemeliharan Januari-April 2011 *Anonim (2004) dalam Darmawan, dkk. (2008)
Jurnal Akuatika Vol. III No. 1/ Maret 2012 (49-62) ISSN 0853-2523 53 3.2. Kelayakan Finansial Usaha Tambak Udang Vanamei Di Kabupaten Garut
Kelayakan Finansial Usaha Tambak dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Perhitungan Finansial Usaha Tambak Udang Vanamei Pola Intensif No Uraian Volume Satuan Harga Satuan Jumlah (Rp) 1 Luas lahan petak (6000 m 2 ) Tahap Persiapan Lahan: a. Rehab tambak 1 Petak 6,000,000 6,000,000 1. Pembasmian Hama - Kapur Tohor 400 Kg 500 200,000 - Kaptan (Kapur pertanian) 1150 Kg 1,000 1,150,000 - Samponen 175 Kg 6,000 1,050,000 - Dolomit 1,200 Kg 2,000 2,400,000 - Molase 210 Kg 15,000 3,150,000 - Destan 4 lt 220,000 880,000 2. Peralatan tambak - Paralon 4 inch 8 lente 250,000 2,000,000 - Paralon 6 inch 45 lente 300,000 13,500,000 - Paralon 8 inch 58 lente 350,000 20,300,000 - Paralon 3/4 inch 2 lente 50,000 100,000 - Bambu 50 buah 5,000 250,000 - Besi viva 32 lente 125,000 4,000,000 - Kayu usuk 3 m 10 buah 3,000 30,000 2 Tahap Budidaya a. Benur Vanamei F1 1,100,000 35 38,500,000 b. Pakan - Bulan Ke-1 : 1,400 Kg 6,000 8,400,000 - Bulan Ke-2 : 4,000 Kg 6,000 24,000,000 - Bulan Ke-3 : 8,000 Kg 6,000 48,000,000 - Bulan Ke-4 : 5.743 + 4.000 Kg G.C 10,700 42,800,000 c. Bakteri Pengurai 600 lt 40,000 24,000,000 d. Vitamin C 6 Kg 290,000 1,740,000 e. Telur bebek 600 btr 1,000 600,000 f. Tepung kanji 26 Kg 4,000 104,000 g. Aqua zime 2 Kg 300,000 600,000 h.Ragi 2 Kg 23,000 46,000 3 Bahan Bakar dan Spare part a. Bahan Bakar Solar 18,000 lt 4,300 77,400,000 b.. Bahan Bakar Oli 400 lt 16,500 6,600,000
c. Spare part 10,000,000 10,000,000 4 Pemanenan Udang a. Upah panen 15,000,000 15,000,000 b. Peralatan panen Jaring panen 5 unit 1,500,000 7,500,000 Timbangan 1 unit 2,000,000 2,000,000 Terpal 9 buah 254,000 2,286,000 5 Upah
Pekerja 4 Bulan 11,095,000 44,380,000 Ine Maulina, Agus Asep Handaka, dan Indah Riyantini 54 No Uraian Volume Satuan Harga Satuan Jumlah (Rp)
PENGELUARAN
408,966,000
SR 70 % 6 PRODUKSI Udang Konsumsi Size 74 14,864 Kg 31,700 471,188,800 Udang Konsumsi Undersize 940 Kg 10,000 9,400,000 Udang Konsumsi Size 80 9959 Kg 30,000 298,770,000
PEMASUKAN
480,588,800 Pendapatan TOTAL 71,622,800
Hasil perhitungan nilai R/C menunjukkan 1,9, dengan kata lain usaha tambak udang ini menguntungkan. Hal yang sangat berpengaruh dalam budidaya udang vanamei di kab. Garut adalah adanya penerapan teknologi penggunaan plastik mulsa yang baru dilakukan pada periode tanam pertama (Januari 2011). Berdasarkan informasi yang diperoleh penggunaan mulsa dapat meningkatkan pendapatan. Penambahan biaya pembelian dan pemasangan mulsa sebesar Rp. 12-15 juta dapat meningkatkan pertumbuhan dengan panen size 37 per kg. Atau dengan kata lain peningkatan produksi hampir 100 persen meskipun pengeluaran pakannya pun meningkat.
3.3. Analisis SWOT
Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan latar belakang, potensi, dan permasalahan yang ada baik secara internal berupa kekuatan dan kelemahan maupun secara eksternal berupa peluang dan ancaman. Strategi dan pengembangan usaha tambak di Kabupaten Brebes dilakukan dengan menganalisis faktor- faktor strategis usaha tambak melalui analisis SWOT yaitu menganalisis kekuatan (Strenghts), kelemahan (Weaknesses), peluang (Opportunity) dan ancaman (Threats). Penentuan bobot dan rating dalam penilaian Faktor Strategi Internal dan Ekternal dapat dilihat pada matrik faktor strategi internal (kekuatan dan kelemahan) pengembangan usaha budidaya tambak di Kabupaten Garut pada Tabel 3 dan Matrik faktor strategi eksternal (peluang dan ancaman) pengembangan usaha budidaya tambak di Kab. Garut tersaji pada Tabel 4. Penentuan bobot dan rating ditetapkan oleh Kepala Tambak Program Kaji Terap dinas Propinsi Kelautan dan Perikanan Jawa Barat. Tabel 3 berisi tentang faktor-faktor strategi internal yang mempunyai bobot dan rating. Deskripsi dalam hal ini adalah berisi uraian tentang faktor yang sudah dijelaskan.
Jurnal Akuatika Vol. III No. 1/ Maret 2012 (49-62) ISSN 0853-2523 55 Tabel 3. Matrik Faktor Strategi Internal (IFAS-Internal Strategic Factors Analysis Summary) Prospek Usaha Budidaya Tambak di Kabupaten Garut
FAKTOR-FAKTOR STRATEGI INTERNAL BOBOT RATING BOBOT x RATING URAIAN KEKUATAN (STRENGHTS)
1. Potensi lahan yang besar 0,15 3 0,45 30 hektar tambak riil dan lahan potensial seluas 278 ha.
2. Ketersediaan benih yang memadai 0,05 3 0,15 Benih berasal dari pangandaran 3. Jumlah tenaga kerja yang memadai 0,20 3 0,60 Banyaknya usia kerja di Kab. Garut 4. Informasi tentang perkembangan teknologi pertambakan 0,1 4 0,40 Berkembang 5. Ketersediaan modal 0,05 3 0,15 Program PEMP yang memberikan bantuan permodalan bagi petambak Jumlah 1,85 KELEMAHAN (WEAKNESSES)
1. Kualitas SDM rendah 0,10 3 0,30 Pendidikan yang rendah SD dan SMP 2. Biaya produksi besar 0,10 4 0,40 Untuk pola intensifikasi membutuhkan paling sedikit 1 miliar 3. Lembaga pengujian mutu belum representatif 0,05 2 0,10 Belum tersedia
4. Jaminan keamanan 0,05 4 0,20 Lemahnya penegakan oknum kurang terjamin 5. Lemahnya penegakkan hukum 0,15 3 0,45 Sangsi tegas dari aparat kurang Jumlah 1,45
Analisis lingkungan eksternal bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi kecenderungan dan kejadian yang berada diluar control. Analisis lingkungan eksternal berfokus pada penentuan faktor-faktor kunci yang menjadi ancaman dan peluang bagi petambak udang, sehingga memudahkan menajemen untuk menentukan strategi-strategi dalam meraih peluang dan mengatasi ancaman.
Ine Maulina, Agus Asep Handaka, dan Indah Riyantini 56 Tabel 4. Matriks Faktor Strategi Eksternal (EFAS-Eksternal Strategic Factors Analysis Summary) Prospek Usaha Budidaya Tambak di Kabupaten Garut
1. Pangsa pasar yang besar 0,20 4 0,80 Pangsa pasar cukup potensial 2. Harga udang yang stabil dan kompetitif 0,05 3 0,15 Peningkatan pendapatan bagi petambak 3. Preferensi konsumen terhadap hasil tambak 0,05 3 0,15 Produksi tambak telah dikenal masyarakat
4. Sarana transportasi memadai 0,05 3 0,15 Lokasi tambak mudah dijangkau oleh kendaraan 5. Peluang berusaha yang besar 0,10 3 0,30 Tersedianya lahan yang luas
6. Kebijakan pemerintah yang mendukung budidaya tambak 0.10 3 0.3 Program gapura dan revitalisasi tambak Jumlah 1,85 ANCAMAN (THREATS)
1. Menurunnya daya dukung lingkungan
0,2 3 0,60 Perbaikan lingkungan tambak dengan dilakukannya rehabilitasi lahan mangrove dan saluran tambak 2. Keamanan yang kurang terjamin 0,1 2 0,20 Koordinasi petambak untuk menjaga keamanan rendah 3. Adanya kompetitor 0,05 2 0,10 Koordinasi intern petambak untuk menguatkan kelembagaan 4. Adanya pencemaran lingkungan 0,1 3 0,30 Dilakukannya usaha budidaya tambak sistem resirkulasi tertutup Jumlah 1,20
Berdasarkan analisis internal dan eksternal yang dilakukan, maka unsur-unsur yang termasuk dalam kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang harus diantisipasi dalam menghadapi persaingan di masa sekarang maupun di masa yang akan datang adalah sebagai berikut :
Jurnal Akuatika Vol. III No. 1/ Maret 2012 (49-62) ISSN 0853-2523 57 1. Kekuatan a. Potensi lahan yang besar memberikan kesempatan untuk usaha budidaya tambak udang. Diharapkan kekuatan ini dapat dimanfaatkan dan lebih ditingkatkan agar konsumen dapat merasa puas dengan kualitas yang diberikan. b. Ketersediaan benih. c. Jumlah tenaga kerja yang memadai d. Informasi tentang perkembangan teknologi pertambakan e. Ketersediaan modal 2. Kelemahan a. Kualitas SDM rendah b. Biaya produksi besar c. Lembaga pengujian mutu belum representatif d. Jaminan keamanan belum jelas e. Lemahnya penegakkan hukum. 3. Peluang a. Pangsa pasar yang besar. b. Harga udang yang stabil dan kompetitif c. Preferensi konsumen terhadap konsumen besar d. Sarana transportasi memadai e. Peluang berusaha yang besar 4. Ancaman a. Menurunnya daya dukung lingkungan b. Keamanan yang kurang menjamin c. Adanya kompetitor d. Adanya pencemaran lingkungan
Setelah diketahui faktor-faktor krisis dari proses analisis matrik IFE yang menjelaskan tentang kekuatan dan kelemahan yang ada pada perusahaan dan analisis matrik EFE yang memberikan gambaran peluang dan ancaman yang dihadapi petambak maka tahap selanjutnya yang harus dilakukan adalah pengabungan dari nilai IFE dan EFE dengan menggunakan matrik strategi. Tujuan dari penggunaan matrik strategi adalah untuk memperoleh strategi bisnis sehingga perusahaan dapat menentukan arah pengembangan bisnis selanjutnya. Posisi matrik strategi dapat diketahui melalui penggabungan hasil total skor matrik IFE dan total skor matrik EFE. Melalui penggabungan itu, maka dapat diketahui posisi perusahaan pada saat ini dan strategi yang harus diterapkan petambak. Saat ini berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai IFE sebesar (3,25) dengan nilai faktor kekuatan sebesar (1,85) dan nilai faktor kelemahan sebesar (1,45) sehingga memperoleh selisih sebesar (0.41) dan nilai EFE sebesar (3,01), dengan nilai faktor peluang sebesar (1.85) dan nilai faktor ancaman sebesar (1,2) sehingga diperoleh selisih sebesar (1,4). Oleh karena itu, strategi yang dapat dilakukan petambak adalah strategi agresif (kuadran 1) untuk saat ini. Menurut Rangkuti (2008), kuadran 1 merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat Ine Maulina, Agus Asep Handaka, dan Indah Riyantini 58 memanfaatkan peluang dan kekuatan yang ada untuk kemajuan perusahaan. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif. Strategi agresif ini bisa dilakukan oleh perusahaan tambak udang dengan melakukan peningkatan produksi melalui perluasan lahan budidaya atau penambahan lahan budidaya, segmen pasar yang dituju ditambah atau melakukan penjualan keluar negeri (ekspor), serta dapat menjalin kerjasama dengan pembudidaya lain untuk menjadi pemasok. Adapun matriks strategi pada Gambar 1.
Gambar 1. Matriks Strategi Perusahaan Tambak Udang Vanamei
3.4. Pemaknaan Strategi Analisis pemaknaan strategi merupakan tahap pencocokan untuk menghasilkan alternatif strategi yang cocok dilakukan perusahaan dengan melibatkan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang sudah ditetapkan sebelumnya dengan menggunakan matrik IFE dan matrik EFE. Strategi yang dihasilkan merupakan pencocokan atau pengabungan dari faktor kekuatan dengan faktor peluang (S-O), faktor kelemahan dengan faktor peluang (W-O), faktor kekuatan FAKTOR PELUANG IV Mendukung Strategi Defensif II Mendukung Strategi Diversifikasi III Mendukung Strategi turnaround
FAKTOR ANCAMAN FAKTOR KELEMAHAN FAKTOR KEKUATAN I Mendukung Strategi Agresif
Jurnal Akuatika Vol. III No. 1/ Maret 2012 (49-62) ISSN 0853-2523 59 dengan faktor ancaman (S-W) dan faktor kelemahan dengan faktor ancaman (W-T) yang berdasarkan pada strategi utama yang didapat pada perhitungan di analisis matrik strategi yaitu mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif. Adapun pemaknaan strategi dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Matrik Pemaknaan Strategi
Internal
Eksternal Strenght (S)/ Kekuatan 1. Potensi lahan yang besar 2. Ketersediaan benih yang memadai 3. Jumlah tenaga kerja yang memadai 4. Kualitas tenaga kerja baik 5. Informasi teknologi sangat terbuka 6. Ketersediaan modal Weaknesses (W)/ Kelemahan 1. Kualitas SDM rendah 2. Biaya produksi besar 3. Lembaga pengujian mutu belum representative 4. Jaminan keamanan 5. Lemahnya penegakkan hukum Opportunities(O)/ Peluang 1. Pangsa pasar yang besar/ Permintaan udang yang besar 2. Harga udang yang stabil dan kompetitif 3. Preferensi konsumen terhadap hasil tambak 4. Sarana transportasi memadai 5. Peluang berusaha yang besar Strategi S-O 1. Peningkatan produksi melalui peningkatan teknologi secara intensif dan berwawasan lingkungan 2. Pengembangan produksi tambak dari usaha pembenihan sampai ke pembesaran. Strategi W-O 1. Penggunaan tandon dan pengolahan limbah 2. Pemberian bantuan permodalan dan kredit lunak 3. Peningkatan keamanan produksi dengan melakukan koordinasi antar petambak. Threats(T)/Ancaman 1. Menurunnya daya dukung lingkungan 2. Keamanan yang kurang menjamin 3. Adanya kompetitor 4. Adanya pencemaran lingkungan
Strategi S-T 1. Menajamen kualitas air dan pemberian pakan 2. Pengadaan benur yang bermutu baik dan bersertifikat Strategi W-T 1. Penerapan manajemen pengelolaan tambak 2. Penerapan teknologi tepat guna untuk mengatasi menurunnya daya dukung lingkungan 3. Peningkatan produksi dengan memberlakukan standar mutu produk
Selanjutnya, berdasarkan hasil analisis SWOT yang telah dilakukan, maka strategi yang dilakukan untuk pengembangan budidaya udang vanamei : Strategi S-O 1. Peningkatan produksi melalui peningkatan teknologi secara intensif dan berwawasan lingkungan Ine Maulina, Agus Asep Handaka, dan Indah Riyantini 60 2. Pengembangan produksi tambak dari usaha pembenihan sampai ke pembesaran. Strategi W-O 1. Penggunaan tandon dan pengolahan limbah 2. Pemberian bantuan permodalan dan kredit lunak 3. Peningkatan keamanan produksi dengan melakukan koordinasi antar petambak. Strategi S-T 1. Menajamen kualitas air dan pemberian pakan 2. Pengadaan benur yang bermutu baik dan bersertifikat Strategi W-T 1. Penerapan manajemen pengelolaan tambak 2. Penerapan teknologi tepat guna untuk mengatasi menurunnya daya dukung lingkungan 3. Peningkatan produksi dengan memberlakukan standar mutu produk.
IV. KESIMPULAN 4.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di tambak udang dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Pola budidaya tambak udang vanamei di selatan Garut khususnya desa Mekarsari yaitu pola intensif. 2. Biaya produksi untuk operasional satu petakan 6.000 m 2 adalah Rp. 408.966.000,- dan penerimaan sebesar Rp. 779.358.000,- dan R/C sebesar 1,9. 3. Hasil identifikasi faktor-faktor internal yang dihadapi terdiri dari kekuatan dan kelemahan. Faktor internal yang menjadi kekuatan adalah potensi lahan yang besar, ketersediaan benih yang memadai, jumlah tenaga kerja yang memadai, kualitas tenaga kerja baik, Informasi teknologi sangat terbuka dan ketersediaan modal. Yang menjadi kelemahan adalah kualitas SDM rendah, biaya produksi besar, lembaga pengujian mutu belum representatif, jaminan keamanan dan lemahnya penegakkan hukum. Sedangkan faktor eksternal yang menjadi peluang adalah pangsa pasar yang besar/permintaan udang yang besar, harga udang yang stabil dan kompetitif, preferensi konsumen terhadap hasil tambak, sarana transportasi memadai dan peluang berusaha yang besar. Faktor yang menjadi ancamannya adalah Menurunnya daya dukung lingkungan, keamanan yang kurang menjamin, adanya competitor, adanya pencemaran lingkungan. Jurnal Akuatika Vol. III No. 1/ Maret 2012 (49-62) ISSN 0853-2523 61 4. Hasil dari perhitungan matriks strategi perusahaan sekarang berada pada kuadran 1 yang cenderung mendukung strategi agresif (S-O). Berdasarkan pemaknaan strategi menghasilkan dua alternatif strategi yaitu Peningkatan produksi melalui peningkatan teknologi secara intensif dan berwawasan lingkungan dan pengembangan produksi tambak dari usaha pembenihan sampai ke pembesaran. 4.2. Saran Usaha budidaya tambak di wilayah Garut selatan dengan komoditas udang vanamei dapat dilakukan berdasarkan tata laksana atau standar operasional prosedur yang sudah ada. Pola budidaya secara intensif dengan teknologi penggunaan mulsa dapat digunakan untuk mendapatkan keuntungan yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA Chen, T.T. 2000. Aquaculture Biotechnology and Fish Disease. In: Hardjito, L. (Ed.). International Symposium on Marine Biotechnology. Center for Coastal and Marine Resources Studies, IPB, Jakarta.
Cholik, F. 1999. Tujuh Pilar Pemberdaya Gema Protekan 2003. Warta Penelitian Perikanan Indonesia Vol.V No.1. Hal : 8-12. Darmawan, I., Ine M. dan Asep A. 2008. Penyusunan Bussines Plan Budidaya Kakap dalamKeramba jaring Apung Di Tasikmalaya. Laporan Penelitian. Bandung.
David. 2009. Manajemen Strategis: Konsep. Ed ke-12. Paulyn Sulistio dan Dono Sunardi, Penerjemah. Jakarta: Salemba Empat. Terjemahan dari: Strategic Management.
Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. 2004a. Kembangkan Budidaya, Kendalikan Penangkapan. Bulletin Mina Bahari Departemen Kelautan dan Perikanan. Vol 02. No.9. Hal :12.
_______________. 2004b. Udang Indonesia Terancam Embargo AS. Bulletin Mina Bahari Departemen Kelautan dan Perikanan. Vol.02. N0.12. Hal : 18-19.
Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Garut. 2010. Data Potensi Perikanan dan Kelautan Kabupaten Garut.
Fauzi, A. 2001. Prinsip-prinsip Penelitian Sosial Ekonomi. Jurusan Sosial Ekonomi Perikanan dan Kelautan IPB. Bogor.
Hermanto. 2007. Pengelolaan Budidaya Tambak Berwawasan Lingkungan. http://ikanmania.wordpress.com//[diakse s 5 Desember 2010].
Husnan, S. 1984. Studi Kelayakan Proyek. Yogyakarta: BPFE.
Ibrahim, H.M. Yacob. 1998. Studi Kelayakan Bisnis. Penerbit PT. Rineka Cipta. Jakarta.
Pikiran Rakyat, 2007. Jabar Luncurkan Program Gapura. http://www.pikiran rakyat.com [diakses 25 Desember 2009].
Rangkuti, F. 2001. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, Reorientasi Konsep Perencanaan Strategis untuk Ine Maulina, Agus Asep Handaka, dan Indah Riyantini 62 Menghadapi Abad 21. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Utojo dan AM. Tangko, 2008. Status Masalah dan Alternatif Pemecahan Masalah Pada Pengembangan Budidaya Udang Vanamei (Litopenaeus vannamei) Di Sulawesi Selatan. Media Akuakultur volume 3 nomor 2 tahun 2008.