Keberadaan gerakan mahasiswa sering dipandang sebagai gerakan moral dari pada gerakan politik praktis yang mencerminkan kapasitas tertentu. Dalam pandangan Habermas ada tiga fungsi strtegis perguruan tinggi secara umum. Pertama, mempunyai tanggung jawab memastikan lulusannya dibekali dengan kualifikasi minimum kemampuan yang bersifat esktrafungsional di bidang yang digeluti. Kedua, mempunyai tugas menstramisikan, menginterprestasikan, dan mengembangkan tradisi kultural masyarakat. Ketiga, membentuk kesadaran politik bagi mahasiswa.
Dalam proyeksi itu, mahasiswa dapat memandang diri sebagai elite masa depan bangsa. Mereka tidak hanya mempersiapkan peran yang mempunyai signifikansi politik, tetapi sekaligus menempatkan sebagai agen perubahan sosial. Di berbagai kesempatan, mereka dapat mengakutalisasi diri melalui kegiatan politik seperti demonstrasi, deklarasi, dan mendatangi tempat-tempat yang disimbolisasikan sebagai pusat-pusat kekuasaan.
Namun, peran politik itu umumnya sangat terbatas. Bahkan peran ini dapat diambil alih oleh elite politik yang memang memiliki resources untuk melakukan penetrasi perubahan. Sementara mahasiswa, hanya demontrasi di jalan-jalan, mendatangi lembaga-lembaga yang memang mensimbolisasikan kekuasaan dan kepentingan tertentu, atau mengirimkan delegasi perwakilan untuk menemui tokoh-tokoh sentral yang dianggap memperjuangkan agernda politik mahasiswa.
Keberadaan gerakan mahasiswa sering dipandang sebagai gerakan moral dari pada gerakan politik praktis yang mencerminkan kapasitas tertentu. Dalam pandangan Habermas ada tiga fungsi strtegis …