You are on page 1of 20

Panduan Pelaksanaan Laboratorium Instruksional I/II

Departemen Teknik Kimia ITB

MODUL 2.08 Kontaktor Gas Cair

I. Pendahuluan

Reaktor 2 fasa gas-cair adalah contoh reaktor polifasa yang paling sederhana.
Disebut polifasa karena reaktor tersebut terdiri dari 2 fasa yang dapat dibedakan secara
jelas, termasuk fasa-fasa yang tidak saling melarut. Pada umumnya operasi/ proses
indusrtri kimia berlangsun dengan kehadiran banyak fasa pada saat yang sama. Reaktir 2
fasa gas cair sering disebut reaktor bergelembung (bubble reactor) yang dapat beraliran
searah atau berlawanan arah. Perbedaan antara aliran dua fasa dalam reaktor ini dengan
aliran dispersi padatan sepereti sedimentasi, pertukaran ion, dan sebagainya adalah
kemungkinan berubahnya ukuran gelembung gas sepanjang aliran.
Dalam konsepsi suatu reaktor pengetahuan kinetika reaksi harus dipelajari secara
komprehensif dengan peristiwa-peristiwa perpindahan panas, massa, dan momentum
untuk mengoptimalkan kinerja reaktor. Praktikum Modul Kontaktor Gas Cair ini baru
akan membahas sifat-sifat hidrodinamika dan parameter perpindahan massa jenis reaktor
yang dikemukakan.

II. Tujuan

Tujuan pelaksanaan praktikum ini adalah:


1. Praktikan memahami karakteristik kontaktor sistem gas-cair khususnya
hidrodinamika sistem 2 fasa.
2. Praktikan memahami peristiwa perpindahan massa yang disertai reaksi untuk sistem
2 fasa di atas.
3. Praktikan memahami perpindahan panas (tanpa reaksi) untuk pengontakan gas-cair.

III. Sasaran

Sasaran yang harus dicapai pada akhir praktikum adalah:


1. Praktikan dapat mengamati rejim aliran, mengukur hold-up, beda tekan untuk
berbagai variasi laju alir gas dan cair. Membandingkan karakteristik di atas untuk
ketiga alat utama.

-1/20-
Panduan Pelaksanaan Laboratorium Instruksional I/II

Departemen Teknik Kimia ITB

2. Praktikan dapat menggunakan metoda kimia untuk menentukan parameter-parameter


a dan kl pada sistem oksidasi larutan Na-sulfit.
3. Praktikan mampu menerapkan metoda sederhana untuk menentukan parameter h dan
membandingkan parameter tersebut untuk berbagai variasi laju alir gas dan cair.

IV. Tinjauan Pustaka

IV.1 Hodrodinamika
Hal baru dalam reaktor multifasa yang tidak pernah terjadi dalam reaktor
homogen adalah distribusi ruang fasa-fasa yang terdiri dari gelembung, tetesan, film,
lemberan, dan sebagainya. Distribusi ini terjadi karena gaya-gaya yang berperan,
morfologi kolom, debit masing-masing fasa, dan sifat fluida yang bersangkutan. Berbagai
jenis aliran yang dapat terjadi dalam aliran gas-cair searah ke atas dalam suatu kolom
ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 1 Deformasi Fasa dalam Aliran pada Kontaktor Gas-Cair

IV.2 Beda Tekan Aliran Gas-Cair


Selain fenomena perpindahan, pengetahuan tentang beda tekan sangat penting
untuk penentuan ukuran alat, penggunaan pompa dan kompresor, serta perkiraan
karakteristik operasional lainnya. Pengukuran tekanan dilakukan dengan sangat
sederhana , baik dalam peralatan berskala laboratorium maupun peralatan besar berskala
industri. Kemampuan menginterpretasikan data pengamaatan beda tekan akan sangat
berguna bagi operasi teknik kimia.

Modul 2.08 Kontaktor Gas Cair Halaman 2 dar 20


Panduan Pelaksanaan Laboratorium Instruksional I/II

Departemen Teknik Kimia ITB

Pemecahan persamaan gerak untuk aliran dua fasa akan lebih kompleks daripada
aliran satu fasa karena jumlah variabel dan parameternya secara praktis akan menjadi 2
kali lebih banyak. Banyak pendekatan dapat mengorelasikan data beda tekan dengan
debit dan sifat fluida dan kondisi operasi lainnya. Pendekatan dapat dilakukan secara
empirik, analitik, ataufenomologik yang kesemuanya ada kelebihan dan kekurangannya.

IV.3 Fraksi Kolom Terisi Cairan (Hold Up)


Data fraksi cairan yang tertahan dalam kolom berguina untuk
1. menilai kualitas kontak gas cair
2. memperkirakan waktu tinggal
3. perhitungan model reaktor yang didasarkan atas jumlah cairan yang tertahan
Penentuan fraksi cairan yang tertahan ini dilakukan dengan menutup aliran gas
dan cairan masuk secara serentak, mendiamkannya selama beberapa menit, dan kemudian
membaca tinggi kolom yang terisi cairan diam ini. Besaran hold up cairan ini diukur
bersamaan dengan pengukuran beda tekan pada debit gas dan cairan tertentu.Fraksi
cairan yang tertahanini dinyatakan sebagai perbandingan volume cairan tertahan terhadap
volume total kolom.

IV.4 Parameter Perpindahan Massa


Perpindahan massa pada lapisan antar muka gas-cairan dapat menjadi pembatas
kecepatan proses reaksi. Diharapkan luas permukaan gas-cair yang sebesar-besarnya dan
sirkulasi cairan sedemikian sehingga terjadi pembaharuan kontak sesering mungkin.
Pembahasan kecepatan perpindahan massa ini akan sangat berguna untuk merencanakan
pemenuhan jumlah gas terlarut yang diperlukan reaksi sehubungan dengan ukuran alat
dan konsepsi reaktor.
Dalam percobaan ini akan diukur parameter kuas permukaan dan koefisien
perpindahan massa volumik sisi cairan. Tahanan pada sisi gas akan diasumsikan dapat
diabaikan karena koefisien difusi dalam fasa gas biasanya jauh lebih besar dan
konsentrasi reaktif gas (terutama gas murni) biasanya tinggi. Kecepatan spesifik
perpindagan massa dapat dinyatakan dalam bentuk:
r = k L a. (C L - C i )
dimana : r = kecepatan spesifik (kmol. m-3.s-1)
CL = konsentrasi reaktif dalam fasa cairan (kmol. m-3)

Modul 2.08 Kontaktor Gas Cair Halaman 3 dar 20


Panduan Pelaksanaan Laboratorium Instruksional I/II

Departemen Teknik Kimia ITB

CLi = konsentrasi reaktif pada lapisan antar muka (kmol. m-3)


kL = koefisien perpindahan (m/s)
a = luas permukaan antar-muka (m-1)
Pengukuran eksperimental biasanya dilakukan untuk harga k L a dan a secara terpisah dan
tidak menentukan kL secara langsung.

IV.5 Pengukuran Parameter Koefisien Perpindahan Massa (Volumik) Sisi Cairan


( k La )

Pengukuran parameter ini akan dilakukan dengan metoda kimia dengan


menggunakan sistem reaksi oksidasi larutan natrium-sulfit. Besaran-besaran reaksionil
tertentu seperti karakteristik kinetika reaksi untuk sistem reaksi di atas harus diketahui
terlebih dahulu karena harganya akan digunakan dalam perhitungan. Oksidasi sulfit
menjadi sulfat dilakukan dengan adanya Cobalt sebagai kaatalis, oksigen sebagai gas
terlarut, dan larutan reaktif Na-sulfit. Kondisi reaksi yang digunakan adalah:
[Na2SO3] = 0,8 kmol/m3
[O2] = 0,2 atm (diambil dari udara)
[CoSO4] = 10-6 kmol/m3 = 2,8. 10-4 kg/m3
pH = 8,5 (dijaga tetap)
temperatur = 25 oC
Kondisi ini dicapai sedemikian rupa agar reaksi berjalan dalam rejim lambat.
Pengukuran kLa dengan menggunakan sistem reaksi oksidasi larutan sulfit di
atas dalam reaktor gas-cair yang sedang dibahas dilakukan dengan mengoperasikannya
secara sistem semi tertutup. Aliran cairan di daur ulang sedangkan gas sekali lewat saja.
Yang akan diamati adalah konsentrasi sulfit dalam fasa cairan, lalu diplot perubahan
konsentrasi sulfit terhadap waktu dalam diagram [sulfit] vs t.. Kemiringan kurva di atas
V + α L .Ω.Z Pmt
adalah : , dimana C A * = . Dari data ini harga besaran kLa (m/s) dapat
Z.Ω. Z.C A * He
ditentukan.

IV.6 Pengukuran Luas Permukaan Antar-Fasa (a)


Pengukuran parameter (a) akan dilakukan dengan metoda kimia dan sistem
reaksi yang sama dengan sistem reaksi yang digunakan pada pengukuran parameter kLa.
Namun, kondisi reaksi yang digunakan adalah:

Modul 2.08 Kontaktor Gas Cair Halaman 4 dar 20


Panduan Pelaksanaan Laboratorium Instruksional I/II

Departemen Teknik Kimia ITB

[Na2SO3] = 0,8 kmol/m3


[O2] = 0,2 atm (diambil dari udara)
[CoSO4] = 3,6.10-6 kmol/m3 = 0,1 kg/m3
pH = 8,5 (dijaga tetap)
temperatur = 25 oC
Kondisi ini dicapai sedemikian rupa agar reaksi berjalan dalam rejim cepat.
Pengukuran (a) dilakukan dengan mengikuti prosedur yang sama dengan
pengukuran kLa.
Sebelum melakukan praktikum, sebaiknya praktikan dapat menjawab
pertanyaan-pertanyaan berikut:
1. Beri contoh reaktor 2 fasa, reaktor 3 fasa dan reaktor 4 fasa!
2. Beri contoh penggunaan reaktor 2 fasa dan 3 fasa dalam industri kimia!
3. Terangkan mengapa aliran gas selalu dilakukan dari bawah!
4. Kemukakan gaya-gaya yang ada dalam aliran yang menyebabkan terjadinya
distribusi fasa dalam aliran pada reaktor gas-cair!
5. Terangkan bagaimana menentukan debit masuk gas!
6. Terangkan perbedaan antara tekanan statis dan tekanan motoris!
7. Terangkan pronsip model fluida ekivalen, model fasa terpisah dan model debit
dispersif untuk aliran 2 fasa!
8. Sebut perbedaan cara dan untung/rugi metoda fisika dan metoda kimia untuk
penentuan parameter perpindahan massa!
9. Sebutkan besaran-besaran reaksionil sistem reaksi oksidasi Na-sulfit yang harus
diketahui untuk menentukan harga kLa!
10. Sebutkan syarat yang harus dipenuhi agar reaksi berlangsung dalam rejim reaksi
lambat!
11. Dalam pengukuran kLa mengapa digunakan aliran semi tertutup?
12. Terangkan cara menentukan konsentrasi larutan sulfit!
13. Kemukakan syarat-syarat yang harus dipenuhi agar reaksi berlangsung dalam
rejim reaksi cepat!

Modul 2.08 Kontaktor Gas Cair Halaman 5 dar 20


Panduan Pelaksanaan Laboratorium Instruksional I/II

Departemen Teknik Kimia ITB

V. Rancangan Percobaan

V.1 Perangkat dan Alat Ukur


1. Set perangkat Packed Column aliran co-current ke atas, seperti Gambar 1.
2. Set perangkat Packed Column aliran counter-current.
3. Set perangkat Venturi Srubber aliran co-current ke bawah.
4. Gelas ukur
5. Manometer
6. Rotameter
7. Perangkat titrasi
8. Stopwatch
9. Wet test meter

Gambar 1 Perangkat Reaktor Gas Cair Beraliran Searah ke Atas


V.2 Metoda Perhitungan
Perhitungan hilang tekan dalam aliran gas-cair searah (ke atas) dilakukan dengan
menggunakan analisis neraca gaya.

Modul 2.08 Kontaktor Gas Cair Halaman 6 dar 20


Panduan Pelaksanaan Laboratorium Instruksional I/II

Departemen Teknik Kimia ITB

Jika diambil suatu elemen deferensial dari kolom yang dibahas, keadaan volume
dh melintas aliran gas-cair searah ke atas dengan kecepatan seperfisial UL dan UG.
Dengan asumsi sebagai berikut:
1. rejim aliran adalah permanen sehingga tidak terdapat akumulasi kuantitas gerak
di dalam kolom. Akibatnya fluida keluar masuk dengan kecepatan yang sama
2. tidak terdapat gradien tekanan pada penampang tegak lurus arah aliran
3. Aliran gas cair adalah isotermal
L G
4. Fraksi penampang kolom yang diisi masing-masing
fasa adalah sama dengan fraksi volum fasa-fasa
bersangkutan yang diukur dalam kolom. Teorema
Dupuit dianggap berlaku baik untuk gas meupun
dh Z
cairannya
5. Tidak terdapat perpindahan massa antara fasa gas
h
can cairan.

L G Dengan menggunakan hipotesa-hipotesa terdahulu dapat


dibuat persamaan neraca gaya:
[gaya tekan] + [gaya gravitasi] = [gaya gesekan fluida dengan dinding] + [gaya gesek
antar fasa]
Jika dinyatakan dalam persamaan matematika:
dp.Ω.α L - ρ L .g.dh.Ω L = π .D.FLS .dh.Ω + α LG .τ LG .dh
dimana:
FLS = fraksi permukaan dinding yang terbatasi cairan
τ = komponen vertikal dari tegangan gesekan pada antarmuka GS (gas-padatan), LS
(cairan-padatan), GL (gas-cairan)
Untuk fasa gas, persamaan neraca massanya:
dp.Ω.α G - ρ G .g.dh.(1 - α L ) = π .D.(1 - FLS ).π GS .dh - a GL .τ GL .α .dh
Secara kuantitatif:
a GL = a LG dan τ GL = τ LG
αG = 1− α L
Jika persamaan neraca gaya dan neraca massa fasa gas digabungkan:
dp. Ω − g.[α L .ρ L + ρ G .(1 − α L )].dh.Ω = π.D.dh.Ω.[τ LS .FLS + τ GS .(1 − FLS )]

Modul 2.08 Kontaktor Gas Cair Halaman 7 dar 20


Panduan Pelaksanaan Laboratorium Instruksional I/II

Departemen Teknik Kimia ITB

Persaman tersebut dibagi dengan dh, sehingga didapat:


dp
− g.[α L .ρ L + ρ G .(1 − α L )] = π.D[τ LS .FLS + τ GS .(1 − FLS )]
dh
Dengan konsisi batas:
pada h = 0 p = Pe dan pada h = Z p =Ps
dan Pe –Ps = ∆P adalah hilang tekan yang dapat dihitung dengan ∆H.ρe.g dimana ∆H
adalah hilang tekan potensial dalam meter kolom air, dan ρe adalah rapat massa air. Maka
integrasi persamaan di atas antara kedua kondisi batas do atas lalu dibagi dengan ρe dan g
akan menjadi:

 ∆H   ρ .α + ρ G .(1 − α L ) 
δ LG =   −  L L 
 Z  LG  ρe 
π.D
δ LG = .[τ LS .FLS + τ GS .(1 − FLS )]
ρ e .g

 m air 
sisi kiri dari persamaan terakhir memiliki bentuk adimensional   yang harga
 m 
 
absolutnya sama dengan resultan gaya-gaya gesekan fasa fluida terhadap dinding. δLG
adalah term proporsional terhadap suatu gaya gesekan persatuan volume kolom.
Dengan batas:
untuk aliran gas saja, berarti L = 0 dan αL = 0, sehingga

 ∆H  ρ 
δG =   −  G 
 Z G  ρe 
untuk aliran air saja, sehingga α L = 1
 ∆H   ρ L 
δL =   − 
 Z  L  ρ e 

Perhitungan hilang tekan dalam aliran gas cair searah dianalisis dengan
menggunakan neraca energi.
Jika diambil suatu elemen diferensial dari kolom aliran gas-cair seperti
dikemukakan terdahulu, dan dengan asumsi yang sama, pendeferensialan pada
satuan waktu akan ditunjukkan oleh neraca energi sebagai berikut:

Modul 2.08 Kontaktor Gas Cair Halaman 8 dar 20


Panduan Pelaksanaan Laboratorium Instruksional I/II

Departemen Teknik Kimia ITB

L G [debit energi mekanik yang hilang oleh aliran] =


[debit energi terdegradasi ke dalam panas]

Untuk cairan :
dh Z dp.Ω.U L - ρ L .g.dh.ΩU L = (P.U L ) mekanik
Untuk gas :
h
dp.Ω.U G - ρ G .g.dh.ΩU G = (P.U G ) mekanik

L G

V.3 Bahan/ Zat Kimia


1. Udara
2. Air
3. Na-sulfit
4. Na-tiosulfit
5. I2
6. Co-sulfat

V.4 Data Percobaan


V.4.1 Percobaan pada Venturi Scrubber
A. Kalibrasi Laju Alir Gas Venturi Scrubber
Skala Volume (L) Waktu (s)
1
2
3
4
5
...
n

B. Kalibrasi Laju Alir Cairan Venturi Scrubber


Skala Volume (L) Waktu (s)
1

Modul 2.08 Kontaktor Gas Cair Halaman 9 dar 20


Panduan Pelaksanaan Laboratorium Instruksional I/II

Departemen Teknik Kimia ITB

2
3
4
5
...
n

C. Hidrodinamika Venturi Scrubber


Skala Rotameter ∆h Liquid Hold Up
Regim Aliran
Gas Cair (cmH2O) (mL)

V.4.2 Percobaan pada Kolom Counter Current


A. Laju Alir Gas pada Kolom Counter Current
Skala Volume (L) Waktu (s)
1
2
3
4
5
...
n

B. Laju Alir Cairan pada Kolom Counter Current


Skala Volume (L) Waktu (s)
1
2
3
4
5
...
n

C. Hidrodinamika Gas-Cair pada Kolom Counter Current

Modul 2.08 Kontaktor Gas Cair Halaman 10 dar 20


Panduan Pelaksanaan Laboratorium Instruksional I/II

Departemen Teknik Kimia ITB

Skala Rotameter ∆h Liquid Hold Up


Regim Aliran
Gas (G) Cair (L) (cmH2O) (mL)

V.4.3 Percobaan pada Kolom Co-Current


A. Laju Alir Gas pada Kolom Co-Current
Skala Volume (L) Waktu (s)
1
2
3
4
5
...
n

B. Laju Alir Cairan pada Kolom Co-Current


Skala Volume (L) Waktu (s)
1
2
3
4
5
...
n

C. Hidrodinamika Gas-Cair pada Kolom Co-Current


Skala Rotameter ∆h Liquid Hold Up
Regim Aliran
Gas (G) Cair (L) (cmH2O) (mL)

4. Penentuan Parameter Perpindahan Massa


[I2] = N
[Na2S2O3] = N
Konsentrasi Na2S2O3 untuk regim lambat

Modul 2.08 Kontaktor Gas Cair Halaman 11 dar 20


Panduan Pelaksanaan Laboratorium Instruksional I/II

Departemen Teknik Kimia ITB

Waktu Vol. Sampel Vol. I2 Vol. Na2S2O3


(menit) (mL) (mL) (mL)
0
5
10
15
....
n

Konsentrasi Na2S2O3 untuk regim cepat


Waktu Vol. Sampel Vol. I2 Vol. Na2S2O3
(menit) (mL) (mL) (mL)
0
5
10
15
....
n

V.5 Data Literatur


V.4.1 Data Fisik Zat
Temperatur (0C) ρ (g/mL)
25
26
27
28
Massa molekul relatif udara (MR Udara) =
Tetapan gas ideal (R) =
Percepartan gravitasi (g) =
Bilangan Henry (He) =
Densitas Udara (pada T percobaan) =
V.4.2 Data Alat Kontaktor Gas Cair
1. Ungguan Tetap Co-Current
V= mL
A= m2
z= m
2. Ungguan Tetap Counter-Current
V= mL
A= m2
z= m

Modul 2.08 Kontaktor Gas Cair Halaman 12 dar 20


Panduan Pelaksanaan Laboratorium Instruksional I/II

Departemen Teknik Kimia ITB

3. Venturi Srubber
V= mL
A= m2
z= m
V.4.3 Data Bilangan Hatta
1. Untuk Reaksi Rejim Lambat: Ha ≤ 1/3
2. Untuk reaksi rejim cepat Ha≥1/3
Penentuan Bilangan Hatta
pH = 8,5
tp = 301 K
m = 1; n = 2
Kmin = 1,27.107 m/kmol.detik
R = 1,987 kkal/kmol.K
Ea = 1231 kkal/kmol
Da = 1,6. 10-9 m2/detik

V.6 Contoh Data dan Langkah Perhitungan


V.6.1 Kalibrasi Laju Alir Gas
Dari data kalibrasi laju alir gas didapat hubungan antara skala gas, volume gas,
dan waktu alir. Dengan persamaan:
V
Qnyata =
t
didapat hubuangan antara Qskala dan Qnyata dalam bentuk suatu persamaan linier.
Misalkan didapat data:
Gskala Volum (L) waktu (s) Q (L/s)
5 2 27.34 0.073
10 2 12.83 0.156
15 2 8.49 0.236
20 2 6.27 0.319
25 2 5.03 0.398
30 2 4.14 0.483
35 2 3.5 0.571
40 2 3.08 0.649

Modul 2.08 Kontaktor Gas Cair Halaman 13 dar 20


Panduan Pelaksanaan Laboratorium Instruksional I/II

Departemen Teknik Kimia ITB

Hasil pengaluran kurva kalibrasi Qskala terhadap Qnyata adalah:

Kalibrasi Laju Alir Gas


0.700
0.600
0.500 y = 0.0165x - 0.0107
R2 = 0.9998

Qnyata
0.400
0.300
0.200
0.100
0.000
0 10 20 30 40 50
Qskala

Maka diperoleh persamaan:


Qnyata = 0,0165 Qskala – 0,0107
Jika Skala Q = 3, maka laju alir gas nyata dalam L/s adalah:
Qnyata = 0,0165 * 3 – 0,0107 = 0,0388 L/s

V.6.2 Kalibrasi Laju Alir Cairan


Dari data kalibrasi laju alir cairan didapat hubungan antara skala cairan, volume
cairan, dan waktu alir. Dengan persamaan:
V
Qnyata =
t
didapat hubuangan antara Qskala dan Qnyata dalam bentuk suatu persamaan linier.
Misalkan didapat data:
Qskala Volum (L) waktu (s) Q (L/s)
62 0.17 5.39 0.032
66 0.17 4.98 0.034
74 0.17 4.18 0.041
76 0.17 4.11 0.041
80 0.17 3.44 0.049
84 0.17 3.13 0.054
88 0.17 2.9 0.059
92 0.17 2.77 0.061
98 0.17 2.5 0.068

Modul 2.08 Kontaktor Gas Cair Halaman 14 dar 20


Panduan Pelaksanaan Laboratorium Instruksional I/II

Departemen Teknik Kimia ITB

Hasil pengaluran kurva kalibrasi Qskala terhadap Qnyata adalah:

Kalibrasi Laju Alir Cairan

0.065

0.055

Qnyata
0.045 y = 0.0011x - 0.0363
R2 = 0.9841
0.035

0.025
60 70 80 90 100
Qskala

Maka diperoleh persamaan:


Qnyata = 0,0011 Qskala – 0,0363
Jika Skala Q = 60, maka laju alir cairan nyata dalam L/s adalah:
Qnyata = 0,0011 *60 – 0,0363 = 0,0297 L/s
V.6.3 Penentuan Fluks Massa Gas
Persamaan yang digunakan:
ρ G .Q G
G=
A
dimana: ρG = densitas udara,
QG = laju alir volumtrik udara,
A = luas penampang kolom
Maka untuk QG = 0,0388 L/s, diperoleh:
1,0755 kg/m 3 * .0,0388 L/s
G=
0,001387 m 2 * 1000 L/m 3
G = 0,03088 kg/m 2 .s
V.6.4 Penentuan Fluks Massa Cairan
ρ L .Q L
L=
A
dimana: ρL = densitas cairan,
QL = laju alir volumtrik cairan,
A = luas penampang kolom
Maka untuk QL = 0,0297 L/s diperoleh:

996,757 kg/m 3 * 0,0297 L/s


L=
0,001387 * 1000 L/m 3

Modul 2.08 Kontaktor Gas Cair Halaman 15 dar 20


Panduan Pelaksanaan Laboratorium Instruksional I/II

Departemen Teknik Kimia ITB

L = 21,343 kg/m3.s

V.6.5 Penentuan Beda Tekan


Persamaan yang digunakan:
∆P = ρ L * g * ∆h
dimana: ∆P = beda tekan
ρL = densitas cairan (air)
g = percepatan gravitasi
∆h = selisih ketinggian cairan pada manometer
Jika diketahui
ρL (pada T percobaan) = 996,757 kg/m3
Data literatur
g = 9,8 m/s2
∆h (yang terukur saat praktikum) = 7,4 cm
Maka:

997,757 kg/m 3 * 9,8 m/s 2 * 7,4 cm


∆P =
100 cm/m

V.6.6 Penentuan % Hold Up Cairan


Liquid HU
%HU = * 100%
V total kolom
Jika pada kolom dengan volume keseluruhan 2 L setelah laju alir gas dimatikan
diperoleh cairan yang tertinggal didalam kolom 860 mL
860 mL
Maka, %HU = * 100% = 43%.
2000 mL

V.6.7 Penentuan Konsentrasi Na2SO3


Vol I .[I 2 ] - Vol titran .[titran]
[Na 2 SO 3 ] = 2

Vol sampel
Titran yang digunakan Na2S2O3
Jika diperoleh data pada Vsampel = 1 mL, untuk merubah 10 mL I2 dibutuhkan
titran sebanyak 26,5 mL. Maka [Na2S2O3] yang dibutuhkan adalah:

Modul 2.08 Kontaktor Gas Cair Halaman 16 dar 20


Panduan Pelaksanaan Laboratorium Instruksional I/II

Departemen Teknik Kimia ITB

10 * 0,1 N - 26,5 * 0,028 N


[Na 2 SO 3 ] =
1
[Na 2 SO 3 ] = 1,7242 N
Untuk menentukan koefisien perpindahan massa volumetrik fasa cair, luas
perpindahan massa diperlukan plot grafik antara konsentrasii titran Na2S2O3
terhadap waktu baik untuk reaksi rejim cepat dan reaksi rejim lambat.
Misalkan didapat data titrasi sebagai berikut:
Konsentrasi I2 = 0,1 N
Konsentrasi Na2S2O3 = 0,1028 N
Data Titrasi untuk Titrasi Rejim Lambat
t (min) Vsampel (mL) V I2(mL) Vtitran(mL) [Na2SO3]
0 1 10 26.5 1.7242
5 1 10 29 1.9812
10 1 10 29.5 2.0326
15 1 10 30.5 2.1354
20 1 10 31.3 2.2176
25 1 10 31.2 2.2074
30 1 10 31.4 2.2279
35 1 10 31.7 2.2588
40 1 10 32 2.2896
45 1 10 32.6 2.3513
Data Titrasi untuk Titrasi Rejim Cepat
t (min) Vsampel (mL) V I2(mL) Vtitran(mL) [Na2SO3]
0 1 10 27.1 1.7859
15 1 10 28.8 1.9606
20 1 10 29.1 1.9915
25 1 10 30 2.0840
35 1 10 33.4 2.4335
40 1 10 34.5 2.5466

Modul 2.08 Kontaktor Gas Cair Halaman 17 dar 20


Panduan Pelaksanaan Laboratorium Instruksional I/II

Departemen Teknik Kimia ITB

Kurva titrasi untuk dua rejim reaksi tersebut adalah:

Penentuan Koefisien Peprindahan Massa


2.70
2.50 y = 0.0112x + 1.8917

[Na2S2O3]
2.30 R2 = 0.8301
2.10
1.90 y = 0.0196x + 1.6928
R2 = 0.9178
1.70
1.50
0 10 20 30 40 50
t (menit)

Rejim lambat Rejim Cepat


Linear (Rejim lambat) Linear (Rejim Cepat)

Dari kedua kurva tersebut didapat slope kurva reaksi rejim lambat adalah 0,0112
dan slope kurva reaksi rejim cepat adalah 0,0196.

V.6.8 Penentuan Koefisien Perpindahan Massa Cairan (kLa)


Persamaan yang digunakan:
slope * [V2 + (1 - α ) * A * z]
kla =
A * m * z * (C A '-CA,0 )
Slope = kemiringan kurva pada reaksi rejim lambat
[VL + (1-α).A.z] = volume total cairan
m = koefisien stoikiometri
A = luas penampang kolom
z = tinggi kolom
695,56 mmHg
PO 5,2 atm. .1,01325 Pa/atm
760 mmHg
C A '-CA,0 = 2
=
Ha 1,58.10 8 Pa.m 3 /kmol
= 1,174.10 − 4 kmol/m 3

Dari hasil regresi linier diperoleh slope rejim lambat = -0,0111, maka:
0,0111 kmol/m 3 .s * 0,005 m 3
k la =
0,00134 m 2 .s * 0,5 m * 1,174.10 -4 kmol/m 3
k la = 353,6113 s -1

Modul 2.08 Kontaktor Gas Cair Halaman 18 dar 20


Panduan Pelaksanaan Laboratorium Instruksional I/II

Departemen Teknik Kimia ITB

V.6.9 Penentuan Luas Permukaan Antar Fasa


[V - (1 - α ).A.z] 
a = slope *  L 
 [A.z.Φ.m] 
Slope = gradien kurva pada rejim cepat
VL – (1-α).A.z = volume total cairan
m = koefisien stoikiometeri reaksi
Φ = 1,42.10-9*(Da)0,5*(Po2)1,5
Φ = 1,42.10-9*(1,69.10-9)0,5*(18547,8)1,5
Φ = 1,4746.10-7
Dari hasil regresi linear untuk regim cepat diperoleh slope = -0,0196.
Maka:

 0,005 
a = 0,0196 *  -7 
 0,00134 * 0,5 * 2 * 1,4746.10 
a = 497073,3 L/m
V.6.10 Penentuan kL
k L.a
Persamaan yang digunakan: k L =
a
353,611 s -1
kL =
497,073 m -1
k L = 7,114.10 -4 m/s

Modul 2.08 Kontaktor Gas Cair Halaman 19 dar 20


Panduan Pelaksanaan Laboratorium Instruksional I/II

Departemen Teknik Kimia ITB

Daftar Pustaka
1. Jones, M.P., Development of Ventury Scrubber, Ind. Eng. Chem., 41(11), pp. 2424-
2427
2. Mc Cabe, W.L., Unit Operation of Chemical Engineering, 3rd Edition, McGraw-Hill
Book Co., New York, 1993, pp. 455-457
3. Charpentier, J.C., What’s New in Absorption with Chemical Reaction?, Trans. Inst.
Chem. Eng., 60, 1982, pp. 131-157.
4. Linek, V., and Vacek, V., Chemical Engineering Use of Sulfite Oxidation Kinetics
for the Determination of MAss Transfer Characteristic of Gas-Liquid Contactor,
Chem. Eng. Sci., 36(11), 1981, pp. 1747-1768
5. Manual-manual oleh M. Purwasasmita:
- Petunjuk Praktikum Kontaktor Gas Cair, 1985
- Menentukan Parameter Perpindahan Massa dalam Reaktor Gas-Cair dengan
Metoda Kimia, 1986
- Modelisasi Aliran Dua Fasa, 1986
- Absorpsi Disertai Reaksi Kimia, 1986
6. Menentukan Sifat-Sifat Fisika-Kimia Sistem Reaksi yang Akan Digunakan dalam
Penentuan Parameter-Parameter Perpindahan Massa dengan Metoda Kimia, 1986.

Modul 2.08 Kontaktor Gas Cair Halaman 20 dar 20

You might also like