You are on page 1of 6

Jenis-Jenis Antibiotik Saat ini, ada lebih dari 100 macam antibiotik, namun umumnya antibiotik tersebut berasal

dari beberapa jenis antibiotik saja, sehingga mudah untuk dikelompokkan. Berdasarkan mekanisme aksinya, yaitu mekanisme bagaimana antibiotik secara selektif meracuni sel bakteri, antibiotik dikelompokkan sebagai berikut: 1. Mengganggu sintesa dinding sel, seperti penisilin, sefalosporin, imipenem, vankomisin, basitrasin. Mengganggu sintesa protein bakteri, seperti klindamisin, linkomisin, kloramfenikol, makrolida, tetrasiklin, gentamisin. Menghambat sintesa folat, sulfonamida dan trimetoprim. seperti

Bakterisid :

Diantaranya kotrimoksazol dan trimetoprim. Antibiotika lain yang penting, seperti kloramfenikol, klindamisin dan asam fusidat. Penggolongan Antibiotik berdasarkan daya kerjanya Antibiotika yang bakterisid secara aktif membasmi kuman. Termasuk dalam golongan ini adalah penisilin, sefalosporin, aminoglikosida (dosis besar), kotrimoksazol polipeptida, rifampisin, isoniazid dll.

Bakteriostatik :
Antibiotika bakteriostatik bekerja dengan mencegah atau menghambat pertumbuhan kuman, TIDAK MEMBUNUHNYA, sehingga pembasmian kuman sangat tergantung pada daya tahan tubuh. Termasuk dalam golongan ini adalah sulfonamida, tetrasiklin, kloramfenikol, eritromisin, trimetropim, linkomisin, makrolida, klindamisin, asam paraaminosalisilat, dll. Manfaat dari pembagian ini dalam pemilihan antibiotika mungkin hanya terbatas, yakni pada kasus pembawa kuman (carrier), pada pasienpasien dengan kondisi yang sangat lemah (debilitated) atau pada kasus-kasus dengan depresi imunologik tidak boleh memakai antibiotika bakteriostatik, tetapi harus bakterisid. Penggolongan antibiotik berdasarkan spektrum kerjanya : Spektrum luas (aktivitas luas) : Antibiotik yang bersifat aktif bekerja terhadap banyak jenis mikroba yaitu bakteri gram positif dan gram negative. Contoh antibiotik dalam kelompok ini adalah sulfonamid, ampisilin, sefalosforin, kloramfenikol, tetrasiklin, dan rifampisin. Spektrum sempit (aktivitas sempit) : Antibiotik yang bersifat aktif bekerja hanya terhadap beberapa jenis mikroba saja, bakteri gram positif atau gram negative saja. Contohnya eritromisin, klindamisin, kanamisin, hanya bekerja terhadap mikroba gram-positif. Sedang streptomisin, gentamisin, hanya bekerja terhadap kuman gram-negatif. Penggolongan penyakitnya : antibiotik berdasarkan

2.

3. 4. 5. 6.

Mengganggu sintesa DNA, seperti metronidasol, kinolon, novobiosin. Mengganggu rifampisin. sintesa RNA, seperti

Mengganggu fungsi membran sel, seperti polimiksin B, gramisidin. Secara garis besar, jenis-jenis antibiotika dan kemoterapetika yang ada paling tidak akan mencakup jenis-jenis berikut ini : Penggolongan Antibiotik berdasarkan struktur kimia :

Aminoglikosida

Diantaranya amikasin, dibekasin, gentamisin, kanamisin, neomisin, netilmisin, paromomisin, sisomisin, streptomisin, tobramisin.

Beta-Laktam
Diantaranya golongan karbapenem (ertapenem, imipenem, meropenem), golongan sefalosporin (sefaleksin, sefazolin, sefuroksim, sefadroksil, seftazidim), golongan beta-laktam monosiklik, dan golongan penisilin (penisilin, amoksisilin).

Glikopeptida
Diantaranya vankomisin, ramoplanin dan dekaplanin. teikoplanin,

Polipeptida
Diantaranya golongan makrolida (eritromisin, azitromisin, klaritromisin, roksitromisin), golongan ketolida (telitromisin), golongan tetrasiklin (doksisiklin, oksitetrasiklin, klortetrasiklin).

Golongan Penisilin
Dihasilkan oleh fungi Penicillinum chrysognum. Aktif terutama pada bakteri gram (+) dan beberapa gram (-). Obat golongan ini digunakan untuk mengobati infeksi pada saluran napas bagian atas (hidung dan tenggorokan) seperti sakit tenggorokan, untuk infeksi telinga, bronchitis kronik, pneumonia, saluran kemih (kandung kemih dan ginjal). Contoh obat yang termasuk dalam golongan ini antara lain : Ampisilin dan Amoksisilin. Untuk meningkatkan ketahanan thp b-laktamase : penambahan senyawa untuk memblokir & menginaktivasi b-laktamase. Misalnya

Polimiksin
Diantaranya polimiksin dan kolistin. Kinolon (fluorokinolon) Diantaranya asam nalidiksat, siprofloksasin, ofloksasin, norfloksasin, levofloksasin, dan trovafloksasin.

Streptogramin
Diantaranya pristinamycin, virginiamycin, mikamycin, dan kinupristin-dalfopristin.

Oksazolidinon
Diantaranya linezolid dan AZD2563.

Sulfonamida

Amoksisilin + asam klavulanat, Ampisilin + sulbaktam, Piperasilin + tazobaktam. Efek samping : reaksi alergi, syok anafilaksis, kematian,Gangguan lambung & usus. Pada dosis amat tinggi dapat menimbulkan reaksi nefrotoksik dan neurotoksik. Aman bagi wanita hamil & menyusui

Golongan Sefalosporin
Dihasilkan oleh jamur Cephalosporium acremonium. Spektrum kerjanya luas meliputi bakteri gram positif dan negatif. Obat golongan ini barkaitan dengan penisilin dan digunakan untuk mengobati infeksi saluran pernafasan bagian atas (hidung dan tenggorokan) seperti sakit tenggorokan, pneumonia, infeksi telinga, kulit dan jaringan lunak, tulang, dan saluran kemih (kandung kemih dan ginjal). CONTOH obat yang termasuk dalam golongan ini antara lain : Sefradin, Sefaklor, Sefadroksil, Sefaleksin, E.coli, Klebsiella dan Proteus. Penggolongan aktivitas & laktamase: sefalosporin resistensinya berdasarkan terhadap b-

Diperoleh dari Streptomyces aureofaciens & Streptomyces rimosus. Obat golongan ini digunakan untuk mengobati infeksi jenis yang sama seperti yang diobati penisilin dan juga untuk infeksi lainnya seperti kolera, demam berbintik Rocky Mountain, syanker, konjungtivitis mata, dan amubiasis intestinal. Dokter ahli kulit menggunakannya pula untuk mengobati beberapa jenis jerawat. Adapun contoh obatnya yaitu : Tetrasiklin, Klortetrasiklin, Oksitetrasiklin, doksisiklin dan minosiklin. Khasiatnya bersifat bakteriostatik , pada pemberian iv dapat dicapai kadar plasma yang bersifat bakterisid lemah.Mekanisme kerjanya mengganggu sintesis protein kuman Spektrum kerjanya luas kecuali thp Psudomonas & Proteus. Juga aktif terhadap Chlamydia trachomatis (penyebab penyakit mata), leptospirae, beberapa protozoa. Penggunaannya yaitu infeksi saluran nafas, paru-paru, saluran kemih, kulit dan mata. Namun dibatasi karena resistensinya dan efek sampingnya selama kehamilan & pada anak kecil.

Generasi I : aktif pada bakteri gram positif. Pada umumnya tidak tahan pada b laktamase. Misalnya sefalotin, sefazolin, sefradin, sefaleksin, sefadroksil. Digunakan secara oral pada infeksi saluran kemih ringan, infeksi saluran pernafasan yang tidak serius Generasi II : lebih aktif terhadap kuman gram negatif. Lebih kuat terhadap blaktamase. Misalnya sefaklor, sefamandol, sefme tazol ,sefuroksim Generasi III : lebih aktif terhadap bakteri gram negatif , meliputi Pseudomonas aeruginosa dan bacteroides. Misalnya sefoperazone, sefotaksim, seftizoksim, sefotiam, sefiksim.Digunakan secara parenteral ,pilihan pertama untuk sifilis Generasi IV: Sangat resisten terhadap laktamase. Misalnya sefpirome dan sefepim Golongan Lincosamides Dihasilkan oleh Streptomyces lincolnensis dan bersifat bakteriostatis. Obat golongan ini dicadangkan untuk mengobati infeksi berbahaya pada pasien yang alergi terhadap penisilin atau pada kasus yang tidak sesuai diobati dengan penisilin. Spektrum kerjanya lebih sempit dari makrolida, terutama terhadap gram positif dan anaerob. Penggunaannya aktif terhadap Propionibacter acnes sehingga digunakan secara topikal pada acne. CONTOH obatnya yaitu Clindamycin (klindamisin) dan Linkomycin (linkomisin).

Golongan Kloramfenikol
Bersifat bakteriostatik terhadap Enterobacter & S. aureus berdasarkan perintangan sintesis polipeptida kuman. Bersifat bakterisid terhadap S. pneumoniae, N. meningitidis & H. influenza. Obat golongan ini digunakan untuk mengobati infeksi yang berbahaya yang tidak efektif bila diobati dengan antibiotik yang kurang efektif. Penggunaannya secara oral, sejak thn 1970-an dilarang di negara barat karena menyebabkan anemia aplastis. Sehingga hanya dianjurkan pada infeksi tifus (salmonella typhi) dan meningitis (khusus akibat H. influenzae). Juga digunakan sebagai salep 3% tetes/salep mata 0,25-1%. Contoh obatnya adalah Kloramfenikol, Turunannya yaitu tiamfenikol.

Golongan Makrolida
Bersifat bakteriostatik. Mekanisme kerjanya yaitu pengikatan reversibel pada ribosom kuman, sehingga mengganggu sintesis protein. Penggunaannya merupakan pilihan pertama pada infeksi paru-paru. Digunakan untuk mengobati infeksi saluran nafas bagian atas seperti infeksi tenggorokan dan infeksi telinga, infeksi saluran nafas bagian bawah seperti pneumonia, untuk infeksi kulit dan jaringan lunak, untuk sifilis, dan efektif untuk penyakit legionnaire (penyakit yang ditularkan oleh serdadu sewaan). Sering pula digunakan untuk pasien yang alergi terhadap penisilin.Contoh obatnya : eritromisin, klaritromisin, roxitromisin, azitromisin, diritromisin serta spiramisin. Golongan Kuinolon Berkhasiat bakterisid pada fase pertumbuhan kuman, dgn menghambat enzim DNA gyrase bakteri sehingga menghambat sintesa DNA.

Golongan Tetracycline

Digunakan untuk mengobati sinusitis akut, infeksi saluran pernafasan bagian bawah serta pneumonia nosokomial, infeksi kulit dan jaringan kulit, infeksi tulang sendi, infeksi saluran kencing, Cystitis uncomplicated akut, prostates bacterial kronik, infeksi intra abdominal complicated, demam tifoid, penyakit menular seksual, serta efektif untuk mengobati Anthrax inhalational. Penggolongan : Generasi I : asam nalidiksat dan pipemidat digunakan pada ISK tanpa komplikasi GenerasiII senyawa fluorkuinolon misal siprof loksasin, norfloksasin, pefloksasin ,ofloksasin. Spektrum kerja lebih luas, dan dapat digunakan untuk infeksi sistemik lain. Zat-zat long acting : misal sparfloksasin, trovafloksasin dan grepafloksasin.Spektrum kerja sangat luas dan meliputi gram positif.

Penggunaan: Infeksi saluran kemih : kotrimoksazol Infeksi mata : sulfasetamid Radang usus : sulfasalazin Malaria tropikana : fansidar. Mencegah infeksi pada luka bakar : silver sulfadiazine. Tifus : kotrimoksazol. Radang paru-paru pada pasien AIDS : kotrimoxazol Sebaiknya tidak digunakan pada kehamilan teruama trimeseter akhir : icterus, hiperbilirubinemia

Vankomisin
Dihasikan oleh Streptomyces orientalis.Bersifat bakterisid thp kuman gram positif aerob dan anaerob.Merupakan antibiotik terakhir jika obat-obat lain tidak ampuh lagi Penggunaan Antibiotik kombinasi : Pada infeksi campuran, misalnya kombinasi obat-obat antikuman dan antifungi atau, dua antibiotik dengan spektrum sempit (gram positif + gram negatif) untuk memperluas aktifitas terapi : Basitrasin dan polimiksin dalam sediaan topikal. Untuk memperoleh potensial, misalnya sulfametoksa zol dengan trimetoprim (= kotrimoksazol) dan sefsulodin dengan gentamisin pada infeksi pseudomonas. Multi drug therapy (AZT + 3TC + ritonavir ) terhadap AIDS juga menghasilkan efek sangat baik. Untuk mengatasi resistensi, misalnya Amoksisilin + asam klavulanat yang menginaktivir enzim penisilinase. Untuk menghambat resistensi, khususnya pada infeksi menahun seperti tuberkulosa (rifampisin + INH + pirazinamida ) dan kusta (dapson + klofazimin dan /atau rifampisin). Untuk mengurangi toksisitas, misalnya trisulfa dan sitostatika, karena dosis masing-masing komponen dapat dikurangi.

Aminoglikosida
Dihasilkan oleh fungi Streptomyces & micromonospora.Mekanisme kerjanya : bakterisid, berpenetrasi pada dinding bakteri dan mengikatkan diri pada ribosom dalam sel. CONTOH obatnya : streptomisin, kanamisin, gentamisin, amikasin, neomisin Penggunaan Aminoglikosida Streptomisin & kanamisin injeksi pada TBC juga pada endocarditis,Gentamisin, amikasin bersama dengan penisilin pada infeksi dengan Pseudomonas,Gentamisin, tobramisin, neomisin juga sering diberikan secara topikal sebagai salep atau tetes mata/telinga,Efek samping : kerusakan pada organ pendengar dan keseimbangan serta nefrotoksik.

Monobaktam
Dihasilkan oleh Chromobacterium violaceum Bersifat bakterisid, dengan mekanisme yang sama dengan gol. b-laktam lainnya.Bekerja khusus pada kuman gram negatif aerob misal Pseudomonas, H.influenza yang resisten terhadap penisilinase Contoh : aztreonam

Amoxicillin
Tiap kaplet mengandung : Amoksisilin 500 mg

Sulfonamide
Merupakan antibiotika spektrum luas terhadap bakteri gram positrif dan negatif. Bersifat bakteriostatik. Mekanisme kerja : mencegah sintesis asam folat dalam bakteri yang dibutuhkan oleh bakteri untuk membentuk DNA dan RNA bakteri.Kombinasi sulfonamida : trisulfa (sulfadiazin, sulfamerazin dan sulfamezatin dengan perbandingan sama),Kotrimoksazol (sulfametoksazol + trimetoprim dengan perbandingan 5:1),Sulfadoksin + pirimetamin.

Cara kerja obat


Amoksisilin adalah turunan penisilin semi sintetik dan stabil dalam suasana asam lambung. Amoksisilin diabsorpsi dengan cepat dan baik pada saluran pencernaan makanan, tidak tergantung adanya makanan. Amoksisilin terutama diekskresikan dalam bentuk tidak berubah di dalam urin. Ekskresi dihambat saat pemberian bersamaan dengan Probenesid, sehingga memperpanjang efek terapi. Amoksisilin aktif terhadap organisme grampositif dan gram-negatif.

Indikasi :

Indikasi yang disebabkan oleh strain-strain bakteri yang peka : Infeksi kulit dan jaringan lunak : Stafilococcus bukan penghasil penisilinase, streptococcus, E. Coli. Infeksi saluran pernafasan : H. Influenza, Streptococcus, Streptococcus pneumoniae, Stafilococcus bukan penghasil penisilinase, E.Coli. Infeksi saluran geitourinari : E.Coli, P.Mirabilis dan Streptococcus faecalis. Gonore : N. Gonorrhea (bukan penghasil penisilinase)

Chloramphenicol
Indikasi: 1. Kloramfenikol merupakan obat pilihan untuk penyakit tifus, paratifus dan salmonelosis lainnya. 2. .Untuk infeksi berat yang disebabkan oleh H. influenzae (terutama infeksi meningual), rickettsia, lymphogranuloma-psittacosis dan beberapa bakteri gram-negatif yang menyebabkan bakteremia meningitis, dan infeksi berat yang lainnya. Kontra Indikasi: Penderita yang hipersensitif atau mengalami reaksi toksik dengan kloramfenikol. Jangan digunakan untuk mengobati influenza, batukpilek, infeksi tenggorokan, atau untuk mencegah infeksi ringan. Cara Kerja: Kloramfenikol adalah antibiotik yang mempunyai aktifitas bakteriostatik, dan pada dosis tinggi bersifat bakterisid. Aktivitas antibakterinya dengan menghambat sintesa protein dengan jalan mengikat ribosom subunit 50S, yang merupakan langkah penting dalam pembentukan ikatan peptida. Kloramfenikol efektif terhadap bakteri aerob gram-positif, termasuk Streptococcus pneumoniae, dan beberapa bakteri aerob gram-negatif, termasuk Haemophilus influenzae, Neisseria meningitidis, Salmonella, Proteus mirabilis, Pseudomonas mallei, Ps. cepacia, Vibrio cholerae, Francisella tularensis, Yersinia pestis, Brucella dan Shigella. Peringatan dan Perhatian: Pada penggunaan jangka panjang sebaiknya dilakukan pemeriksaan hematologi secara berkala. Hati-hati penggunaan pada penderita dengan gangguan ginjal, wanita hamil dan menyusui, bayi prematur dan bayi yang baru lahir. Penggunaan kloramfenikol dalam jangka panjang dapat menyebabkan tumbuhnya mikroorganisme yang tidak sensitif termasuk jamur. Efek Samping: Diskrasia darah, gangguan saluran pencernaan, reaksi neurotoksik, reaksi hipersensitif dan sindroma kelabu. Interaksi Obat: Kloramfenikol menghambat metabolisme dikumarol, fenitoin, fenobarbital, tolbutamid, klorpropamid dan siklofosfamid

Peringatan dan Perhatian :


Hati-hati pemberian obat ini pada penderita leukimia limphatik, karena kepekaan terhadap rash kulit yang disebabkan Amoksisilin. Dapat menyebabkan terjadinya kolitis yang berat. Sebelum pengobatan dengan Amoksisilin harus dilakukan pemeriksaan reaksi kepekaan terhadap penisillin. Amoksisilin harus digunakan dengan hati-hati pada wanita hamil dan menyusui. Pengobatan dengan Amoksisilin dalam jangka waktu lama harus disertai dengan pemeriksaan fungsi ginjal, hati dan darah. Dapat menimbulkan superinfeksi (biasanya penyebabnya Enterobacterium, Pseudomonas, S.Aerus, Candida). Bila terjadi hal tersebut, hentikan pengobatan dan diberikan alternatif lain. Untuk penderita dengan gagal fungsi ginjal monitor tingkat plasma dan urine harus dilakukan penyesuaian dosis. Jangan untuk pengobatan meningitis atau infeksi pada tulang sendi karena Amoksisilin oral tidak menembus kedalam cairan serebospinal atau sinorial.

Efek samping :
Reaksi kepekaan seperti ruam eritem makulopapular, urtikaria, ruam kulit, serum sickness. Reaksi kepekaan yang serius dan fatal adalah anafilaksis terutama terjadi pada penderita yang hipersensitif terhadap penisilin. Gangguan saluran pencernaan seperti mual, muntah, diare. Reaksi-reaksi hematologi (biasanya bersifat reversibel).

Kontraindikasi :
Penderita hypersensitif atau mempunyai riwayat hipersensitif terhadap antibiotik betalaktam (penisilin, sefalosporin)

Interaksi obat :
Probenesid dapat meningkatkan dan memperpanjang level darah Amoksisilin. Penggunaan bersamaan Alopurinol dapat menyebabkan peningkatan terjadinya reaksi pada kulit.

Obat yang induksi enzim

Obat yang metabolismenya dipengaruhi

Phenobarbital Rifampicin Griseofulvin Phenytoin Ethanol Carbamazepine

Warfarin Kontrasepsi oral Corticosteroid Ciclosporin Obat-obat di kolom kiri juga dipengaruhi

mula enzim liver tidak diinduksi) dan pelan-pelan ditingkatkan dalam beberapa minggu, yang mana menginduksi enzim metabolismenya sendiri. Gambar 1 memperlihatkan antibiotik rifampicin, diberi untuk 3 hari, menurunkan efektivitas warfarin sebagai antikoagulan. Sebaliknya, induksi enzim dapat meningkatkan toksisitas obat kedua. Toksisitas paracetamol : disebabkan karena Nacetyl-p-benzoquinone imine, yang dibentuk oleh cytochrome P450. Risiko serius pada liver karena overdosis paracetamol akan meningkat pada pasien yang enzim cytochrome P450 nya diinduksi, misalnya pada alkoholik kronis.

Induksi enzim Induksi enzim (mis, oleh barbiturate, ethanol, carbamazepine, phenytoin atau rifampicin) juga menyebabkan interaksi obat. Ada lebih dari 200 obat yang menyebabkan induksi enzim sehingga menurunkan aktivitas farmakologis obat lain. Lihat Tabel 2. Karena senyawa induksi menginduksi enzim, maka terjadilah toleransi. Toleransi farmakokinetik ini lebih kecil daripada toleransi farmakodinamik terhadap opioid, tetapi penting pada carbamazepine. Mula-mula berilah dosis kecil untuk menghindari toksisitas (karena mula-

Gambar 1. Efek rifampicin pada metabolisme dan efek antikoagulan warfarin. A. Kadar plasma warfarin (log scale), per oral, dosis tunggal 5 mol/kg BB, versus waktu. Setelah pasien diberi rifampicin (600 mg sehari, selama beberapa hari), waktu paruh plasma warfarin menurun dari 47 jam menjadi 18 jam. B. Efek warfarin dosis tunggal pada prothrombine time dalam keadaan normal dan setelah pemberian rifampicin. Induksi enzim juga digunakan untuk terapi bayi prematur, yaitu diberikan phenobarbital untuk menginduksi glucuronyltransferase, sehingga meningkatkan konjugasi bilirubin dan menurunkan risiko kernicterus. lainnya, termasuk ciclosporin calcium channel antagonist. Obat yang inhibisi enzim dan beberapa

Obat yang metabolismenya dipengaruhi Mercaptopurine, azathioprine Phenytoin Amiodarone, phenytoin, phethidine Theophylline Trycyclic antidepressants, cyclophosphamide Warfarin Ciclosporin, theophylline Pethidine

Allopurinol Chloramphenicol Cimetidine

Inhibisi enzim Inhibisi enzim, terutama sistem P450, akan memperlambat metabolisme sehingga meningkatkan efek obat lain yang dimetabolisme dengan enzim tersebut. Antara lain: cimetidine, disulfiram, erythromycin, furanocoumarins (pada jus anggur), ketoconazole, propoxyphene, quinidine, ritonavir, dan sulfonamide. Efek ini penting pada terapi pasien infeksi human immunodeficiency virus (HIV) yang diberi 3-4 obat, karena beberapa protease inhibitor merupakan inhibitor poten enzim P450. Contoh lainnya adalah interaksi antara antihistamine non-sedasi terfenadine dan antifungi imidazole seperti ketoconazole dan obat lain yang meng-inhibisi CYP3A subfamily enzim P450. Hal ini dapat menyebabkan perpanjangan Q-T interval pada electrocardiogram dan menyebabkan ventricular tachycardia pada pasien tertentu. Jus anggur menurunkan metabolisme terfenadine dan obat

Ciprofloxacin Corticosteroids

Disulfiram Erythromycin Monoamine oxidase inhibitors Ritonavir

Saquinavir

fase I merubah senyawa lipofil menjadi senyawa yang mempunyai gugus fungsional seperti OH, NH2, dan COOH. Ini bertujuan agar senyawa lebih mudah mengalami proses perubahan selanjutnya. Hasil metabolisme fase I mungkin mempengaruhi efek farmakologinya. Metabolisme fase I kebanyakan menggunakan enzim sitokrom P450 yang banyak terdapat di sel hepar dan GI. Enzim ini juga berperan penting dalam memetabolisme zat endogen seperti steroid, lemak dan detoksifikasi zat eksogen. Namun demikian, ada juga metabolisme fase I yang tidak menggunakan enzim sitokrom P450, seperti pada oksidasi katekolamin, histamine dan etanol. Reaksi fase II atau reaksi konjugasi terjadi jika zat belumcukup polar setelah mengalami metabolisme fase I, ini terutama terjadi pada zat yang sangat lipofil. Konjugasi ialah reaksi penggabungan antara obat dengan zat endogen seperti asam glukoronat, asam sulfat, asam asetat dan asam amino. Hasil reaksi konjugasi berupa zat yang sangat polar dan tidak aktif secara farmakologi. Glukoronidasi adalah reaksi konjugasi yang paling umum dan paling penting dalam ekskresi dan inaktifasi obat. Untuk obat yang sudah mempunyai gugus seperti OH, NH2, SH dan COOH mungkin tidak perlu mengalami reaksi fase I untuk dimetabolisme fase II. Dengan demikian tidak semua zat mengalami reaksi fase I terlebih dahulu sebelum reaksi fase II. Bahkan zat dapat mengalami metabolisme fase II terlebih dahulu sebelum mengalami metabolisme fase I.

You might also like