You are on page 1of 52

KEMENTRIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TANGERANG SELATAN

LAPORAN STUDI LAPANGAN

EVALUASI ATAS AKUNTANSI BELANJA PEGAWAI PADA DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR

Diajukan Oleh: Luqman Hakim NPM: 093060015830

Mahasiswa Program Diploma III Keuangan Spesialisasi Akuntansi

Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Dinyatakan Lulus Program Diploma III Keuangan Tahun 2012

KEMENTRIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TANGERANG SELATAN PERNYATAAN KEASLIAN LAPORAN STUDI LAPANGAN NAMA NOMOR POKOK MAHASISWA DIPLOMA III KEUANGAN SPESIALISASI BIDANG LAPORAN JUDUL LAPOAN : AKUNTANSI : AKUNTANSI PEMERINTAH : EVALUASI ATAS AKUNTANSI BELANJA PEGAWAI PADA DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR : LUQMAN HAKIM : 093060015830

Dengan ini menyatakan bahwa sesungguhnya Laporan Studi Lapangan ini adalah hasil tulisan saya sendiri dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin atau tiru tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya. Bila terbukti saya melakukan tindakan plagiarisme, saya siap dinyatakan tidak lulus dan dicabut gelar yang telah diberikan. Tangerang Selatan, 19 Juli 2012 Yang memberi pernyataan,

Luqman Hakim

iii

iv

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, nikmat, dan segala karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan studi lapangan yang berjudul Evaluasi atas Akuntansi Belanja Pegawai pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Karanganyar ini dengan baik dan lancar sehingga dapat digunakan untuk memenuhi tujuan penulis menyusun laporan studi lapangan ini. Selama tiga tahun lamanya penulis mengenyam ilmu dan duduk di bangku kuliah Sekolah Tinggi Akuntansi Negara ini, banyak pihak yang telah membantu dan memiliki peran besar dalam mendampingi perjalanan penulis selama ini hingga sampai pada tahap penyusunan laporan studi lapangan yang merupakan titik final ketika menempuh pembelajaran di kampus ini. Atas segala bantuan dan dukungan selama ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya khususnya kepada: 1. Mamaku tercinta Dra. Nurhayati, sebagai sumber motivasi utama penulis yang selalu memberikan perhatiannya baik ketika penulis sedang di rumah maupun di kosan. 2. Drs. Katno, M.Si., ayahku tersayang sebagai tulang punggung keluarga yang telah rela memeras keringat demi membiayai kebutuhan penulis dan keluarga selama ini. 3. Nabila Fitriani Masrura, adik kandung penulis tercinta yang selalu menghibur penulis di saat lelah dengan segala kelakuan manjanya.

4.

Bapak Kusmanadji, Ak., MBA. selaku direktur Sekolah Tinggi Akuntansi Negara, Bapak Fadlil Usman, Ak., M.Acc selaku Kepala Bidang Akademis Pendidikan Ajun Akuntan, dan Bapak Ibu dosen yang telah banyak membimbing dan mendidik serta membagikan ilmunya kepada penulis selama penulis duduk di bangku kuliah ini.

5.

Bapak Mohammad Windu Darmawan, S.E. selaku dosen pembimbing yang telah bersedia untuk memberikan masukan dan saran kepada penulis selama penyusunan laporan studi lapangan.

6.

Bapak Bambang selaku Kepala Seksi Perbendaharaan DPPKAD Kabupaten Karanganyar dan semua stafnya yang telah membantu dalam mengumpulkan data dan informasi untuk menyusun laporan studi lapangan ini serta mengasah softskill penulis agar mampu cepat beradaptasi di lingkungan kantor ketika penulis ditempatkan di instansi Kementrian Keuangan nantinya.

7.

Ibu Endang selaku dosen pembimbing penulis dan Bapak Tatag selaku Kepala Kantor serta seluruh pegawai di DPPKAD Kabupaten Karanganyar yang telah membantu untuk memberikan akses data dan informasi untuk kelancaran kegiatan studi lapangan ini.

8.

Budi, Dhimas, Hendrik, dan Sasongko, teman-teman penulis yang sama-sama melaksanakan studi lapangan di DPPKAD Karanganyar.

vi

9. Teman-teman 1R, 2H, dan 3B Akuntansi yang telah bersedia menjadi keluarga kedua dan telah banyak memberi pengalaman dan pelajaran berharga bagi penulis selama kuliah di kampus ini. 10. Teman-teman akselerasi angkatan kedua SMA N 1 Karanganyar yang telah menjadi inspirasi dan memberikan warna di kehidupan penulis. Khusus buat Anjar, jus wortel telah menantimu di rumah. 11. Teman-teman Ikatan Mahasiswa Karanganyar (IMAKA) yang bersama-sama berjuang demi meraih masa depan yang cerah di tanah perantauan ini. 12. Bapak Fatulloh bersama keluarga yang telah bersedia memberikan sarana koskosan yang cukup nyaman dan dekat dengan mushola sehingga kalau ingin sholat berjamaah tidak perlu berjalan jauh ke mushola. 13. Pihak lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas jasanya berupa segala bentuk dukungan yang telah diberikan kepada penulis. Terima kasih atas semuanya dan semoga semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis dibalas oleh Allah SWT. Tiada gading yang tak retak, oleh karena itu penulis mengharapkan atas berbagai masukan yang bersifat membangun dari semua pihak demi perbaikan di masa mendatang. Semoga laporan studi lapangan ini dapat memberikan manfaat bagi pihak manapun yang membutuhkan.

Tangerang Selatan, 19 Juli 2012

Penulis

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN LAPORAN STUDI LAPANGAN ........ ii HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................................... iii HALAMAN PERNYATAAN LULUS DARI TIM PENILAI LAPORAN STUDI LAPANGAN ............................................................................................................... iv KATA PENGANTAR ...................................................................................................v DAFTAR ISI.............................................................................................................. viii DAFTAR TABEL..........................................................................................................x DAFTAR LAMPIRAN................................................................................................ xi BAB I: PENDAHULUAN.............................................................................................1 A. Latar belakang...............................................................................................1 B. Tujuan penulisan .......................................................................................... 4 C. Ruang lingkup Permasalahan........................................................................4 D. Metode penelitian..........................................................................................5 E. Sistematika penulisan....................................................................................6 BAB II: DATA DAN FAKTA ......................................................................................8 A. Gambaran umum Kabupaten Karanganyar...................................................8 1. Profil Kabupaten Karanganyar ........................................................8 2. Visi dan misi pemerintahan ............................................................ 9 B. Gambaran umum Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah kabupaten Karanganyar .................................................. 10 1. Visi dan misi ...................................................................................10
viii

2. Struktur organisasi ......................................................................... 11 C. Sistem dan Kebijakan Akuntansi Belanja Pegawai Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah kabupaten Karanganyar.. 12

1. Sistem akuntansi belanja pegawai ................................................. 12 2. Kebijakan akuntansi belanja pegawai ............................................ 16 BAB III: PEMBAHASAN .......................................................................................... 17 A. Landasan teori ............................................................................................ 17 1. Pengertian belanja menurut PP No.24 Tahun 2005 (SAP) dan Permendagri No.13 Tahun 2006 .................................. 17 2. Belanja pegawai menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 101/PMK.02/2011 tentang Klasifikasi Anggaran .......................... 20 3. Akuntansi belanja pegawai menurut SAP ..................................... 21 4. PP No.11 tahun 2011 tentang Gaji Pokok PNS ............................ 23 B. Evaluasi atas akuntansi belanja pegawai oleh Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten 23

Karanganyar ........................................................................................... C. Evaluasi atas realisasi anggaran belanja pegawai Pemerintah

Kabupaten Karanganyar ............................................................................ 26 BAB IV: PENUTUP ................................................................................................... 35 A. Simpulan ................................................................................................... 35 B. Saran ......................................................................................................... 36 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 38 LAMPIRAN ................................................................................................................ 39
ix

DAFTAR TABEL

Tabel II.1:

Jumlah Pegawai Pemerintah Kabupaten Karanganyar Per Desember 2011 ........................................................................................9

Tabel III.1: Konversi Klasifikasi Belanja ................................................................19 Tabel III.2: Persentase Anggaran Belanja Pegawai dari Total Anggaran Belanja Kabupaten Karanganyar Tahun Anggaran 2011 .....................27 Tabel III.3: Rincian Belanja Pegawai Kabupaten Karanganyar Tahun Anggaran 2011 .....................................................................................28 Tabel III.4: Realisasi Belanja Pegawai di Beberapa SKPD Kabupaten Karanganyar Tahun Anggaran 2011 ....................................................30 Tabel III.5: Tabel III.6: Rincian Belanja Gaji Bruto Januari-Juni 2011 .....................................32 Rincian Belanja Gaji Bruto Juli-Desember 2011 .................................33

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Laporan Realisasi Anggaran Kabupaten Karanganyar Tahun Anggaran 2011 ........................................................................................39 Lampiran 2: PP No.11 Tahun 2011 tentang Gaji Pokok PNS ....................................41

xi

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional dilaksanakan berdasarkan prinsip otonomi daerah dan pengaturan sumber-sumber daya nasional yang memberikan kesempatan bagi peningkatan demokrasi dan kinerja daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat menuju masyarakat madani yang bebas korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Penyelenggaraan pemerintahan daerah juga merupakan subsistem dari pemerintahan negara sehingga antara keuangan daerah dengan keuangan negara akan mempunyai hubungan yang erat dan saling mempengaruhi. Untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah diperlukan kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung jawab di daerah serta secara proporsional diwujudkan dengan pengaturan, pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan, serta perimbangan keuangan pemerintah pusat dan daerah. Dalam melaksanakan otonomi daerah, tentu pemerintah daerah melaksanakan berbagai macam belanja demi menghasilkan suatu keluaran (output) yang nantinya diharapkan agar tujuan otonomi daerah tersebut bisa tercapai. Anggaran belanja yang tepat juga mendukung bagaimana suatu otonomi daerah bisa dilaksanakan secara efektif dan

efisien. Dalam Permendagri No. 13 tahun 2006, jenis-jenis belanja diatur sebagai berikut: 1. Belanja Tidak Langsung 2. Belanja Langsung Secara lebih rinci, belanja tidak langsung diuraikan sebagai berikut: 1. Belanja Pegawai 2. Belanja Bunga 3. Belanja Subsidi 4. Belanja Hibah 5. Belanja Bantuan Sosial 6. Belanja Bagi Hasil 7. Belanja Bantuan Keuangan 8. Belanja Tidak Terduga Sedangkan belanja langsung terdiri dari: 1. Belanja Pegawai 2. Belanja Barang dan Jasa 3. Belanja Modal Belanja langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan program dan kegiatan. Sedangkan belanja tidak langsung merupakan belanja yang tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program/kegiatan. Dalam uraian atas kedua belanja tersebut terdapat salah satu komponen belanja yaitu belanja pegawai. Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 101/PMK.02/2011 tentang Klasifikasi Anggaran, belanja pegawai didefinisikan sebagai kompensasi dalam

bentuk uang maupun barang yang diberikan kepada pegawai negeri, pejabat negara, dan pensiunan serta pegawai honorer yang akan diangkat sebagai pegawai lingkup pemerintahan baik yang bertugas di dalam maupun di luar negeri sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah dilaksanakan dalam rangka mendukung tugas dan fungsi unit organisasi pemerintah. Karena menurut Permendagri No. 13 tahun 2006 belanja pegawai masuk di dalam lingkup belanja tidak langsung dan belanja langsung, maka pemerintah daerah perlu berhati-hati dalam mengklasifikasikan belanja pegawai ketika menyusun APBD. Penggunaan anggaran daerah yang tepat dapat menciptakan siklus pertumbuhan ekonomi di Indonesia menjadi lebih positif dan berkualitas, termasuk salah satu di dalamnya adalah penggunaan untuk belanja pegawai. Namun tentu saja penganggaran untuk belanja pegawai harus dibatasi pada batasan tertentu yang tidak boleh melebihi dari aturan yang ditetapkan. Harus ada upaya untuk mengatur agar belanja pegawai dapat dianggarkan dan dikelola secara efektif dan efisien sehingga kegiatan pembangunan daerah sebagai salah satu wujud dari pelaksanaan otonomi daerah dapat tercapai tujuannya dan menghasilkan manfaat yang berguna untuk meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan pembahasan di atas, penulis tertarik untuk membahas lebih dalam lagi mengenai proses akuntansi belanja pegawai pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah di Kabupaten Karanganyar melalui laporan studi lapangan yang berjudul EVALUASI ATAS AKUNTANSI BELANJA PEGAWAI PADA DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR.

B. Tujuan Penulisan Dalam penyusunan laporan studi lapangan ini penulis berharap agar tujuan yang hendak dicapai oleh penulis dapat terwujud. Adapun tujuan yang dimaksud antara lain sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui mekanisme belanja pegawai yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Karanganyar. 2. Untuk mengevaluasi kesesuaian antara penerapan akuntansi belanja pegawai pada Pemerintah Kabupaten Karanganyar dengan Standar Akuntansi Pemerintah. 3. Untuk menambah wawasan dan mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh penulis selama duduk di bangku kuliah dengan praktik sebenarnya yang terjadi di lapangan. 4. Untuk memenuhi salah satu persyaratan kelulusan Diploma III Keuangan Spesialisasi Akuntansi Pemerintahan Sekolah Tinggi Akuntansi Negara. 5. Untuk menjadi bahan referensi bagi semua pihak yang berkepentingan maupun yang membutuhkan dalam penyusunan laporan studi lapangan ini. C. Ruang Lingkup Permasalahan Dalam menyusun laporan studi lapangan ini penulis akan membahas tentang akuntansi belanja pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Kekayaan dan Aset Daerah Kabupaten Karanganyar. Namun di sini penulis ingin membatasi pembahasan dengan hanya berfokus pada evaluasi atas akuntansi belanja pegawai saja mengingat luasnya cakupan tentang belanja daerah yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Karanganyar.

D. Metode Penelitian Dalam rangka memperoleh dan menganalisis data yang relevan terkait permasalahan yang akan dibahas dalam laporan studi lapangan ini, penulis merencanakan pengumpulan data-data dengan metode sebagai berikut: 1. Studi Kepustakaan Melalui metode studi kepustakaan ini, penulis akan mengumpulkan, membaca, dan mempelajari berbagai dokumentasi berupa, undang-undang, peraturan

pemerintah, peraturan menteri, peraturan daerah, buku, artikel, makalah, bahan perkuliahan, dan literatur lainnya yang relevan sehingga penulis dapat memperoleh pemahaman teoritis yang akan menjadi pedoman untuk melihat permasalahan yang akan dibahas dalam laporan studi lapangan ini. 2. Penelitian lapangan Melalui metode penelitian lapangan, penulis akan mengumpulkan data-data yang relevan langsung dari objek studi lapangan, yaitu Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah kabupaten Karanganyar. Metode penelitian lapangan ini meliputi proses: a. Wawancara Penulis akan memberikan pertanyaan baik secara lisan maupun tertulis kepada pihak yang terkait, baik karyawan maupun pejabat di bidang yang memiliki tugas pokok dan fungsi pada pengelolaan belanja pegawai Pemerintah Kabupaten Karanganyar.

b.

Observasi Penulis akan melakukan pengamatan langsung pada objek studi lapangan dengan

mempelajari segala kegiatan yang berkaitan dengan belanja pegawai pada Pemerintah Kabupaten Karanganyar.

E. Sistematika Penulisan Laporan Studi Lapangan ini diuraikan dalam 4 bab pokok bahasan sebagai berikut: BAB I: PENDAHULUAN Pada bab ini, penulis akan menguraikan latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup permasalahan, metode penelitian, dan sistematika penulisan yang menjadi dasar bagi penyusunan laporan studi lapangan ini. BAB II: DATA DAN FAKTA Bab ini akan menjelaskan gambaran umum tentang Kabupaten Karanganyar yang berupa profil Kabupaten Karanganyar dan visi serta misi pemerintahan. Pada bab ini juga akan menggambarkan secara umum tentang objek studi lapangan penulis yaitu Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah berupa visi dan misi, tugas pokok dan fungsi, struktur organisasi, serta kebijakan dan sistem akuntansi tentang belanja pegawainya. BAB III: PEMBAHASAN Pada bab ini, penulis akan menguraikan landasan teori mengenai belanja daerah menurut Peraturan Pemerintah no. 24 tahun 2005 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri No.13 tahun 2006, belanja pegawai menurut Peraturan Menteri Keuangan

Nomor 101/PMK.02/2011 tentang Klasifikasi Anggaran, PP No.11 tahun 2011 tentang Gaji Pokok PNS, serta mengenai akuntansi belanja menurut SAP dan referensi yang penulis dapatkan. Selain itu akan dijelaskan mengenai akuntansi belanja pegawai pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Karanganyar. Penulis juga akan mengevaluasi akuntansi dan realisasi belanja pegawai Kabupaten Karanganyar pada tahun anggaran 2011. BAB IV: PENUTUP Pada bab ini, penulis akan menyusun suatu simpulan dan memberikan saran-saran yang terkait berdasarkan pembahasan permasalahan yang telah diuraikan pada Bab III.

BAB II

DATA DAN FAKTA

A. Gambaran umum Kabupaten Karanganyar 1. Profil Kabupaten Karanganyar Kabupaten Karanganyar dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Provinsi Jawa Tengah, yang merupakan salah satu dari 35 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah. Dalam menjalankan roda pemerintahannya, Pemerintah Kabupaten Karanganyar didukung dengan sumber daya manusia sebanyak 12.334 pegawai pada tahun 2011. Jumlah pegawai tersebut terbagi dalam pegawai yang merupakan kelompok golongan I, II, III, dan IV. Pada golongan I terdapat jumlah pegawai sebanyak 388 orang, golongan II sebanyak 2.896 orang, golongan III sebanyak 4.585 orang, dan golongan IV sebanyak 4.465 orang. Pada golongan I hanya terdiri dari pegawai yang berasal dari unit non eselon dan seluruhnya merupakan staf. Pada golongan II, jumlah pegawai yang berasal dari unit eselon sebanyak 4 orang dan sisanya adalah non eselon yang terdiri dari 1.445 pegawai fungsional dan 1.447 pegawai staf. Pada golongan III, jumlah pegawai yang berasal dari unit eselon sebanyak 607 orang dan sisanya adalah non eselon yang terdiri dari 2.472 pegawai fungsional dan 1.506 pegawai staf. Pada golongan IV, jumlah pegawai yang berasal dari unit eselon sebanyak 246 orang dan

sisanya adalah non eselon yang terdiri dari 4.199 pegawai fungsional dan 20 pegawai staf. Ringkasan jumlah pegawai tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel II.1: Jumlah Pegawai Pemerintah Kabupaten Karanganyar Per Desember 2011 Golongan I II III IV TOTAL Eselon 4 607 246 857 Non Eselon Fungsional Staf 388 1445 1447 2472 1506 4199 20 8116 3361 TOTAL 388 2896 4585 4465 12334

Sumber: Raperda tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD Kabupaten Karanganyar Tahun 2011

2.

Visi dan Misi Pemerintahan Kabupaten Karanganyar memiliki visi pembangunan yang ditargetkan selama

tahun 2008-2013, yaitu Terwujudnya Karanganyar yang Tenteram, Demokratis dan Sejahtera. Adapun misinya adalah sebagai berikut: a. menciptakan keamanan, ketertiban dan kepatuhan hukum melalui penegakan peraturan perundang-undangan; b. memperkuat kehidupan melalui pemberdayaan partisipasi rakyat untuk

pemerintah daerah yang demokratis; c. mewujudkan kesejahteaan rakyat melalui keseimbangan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan yang bertumpu pada kemandirian, peningkatan kualitas SDM dan penyetaraan gender; d. meningkatkan pola pelayanan birokrasi dengan mengutamakan kepuasan masyarakat secara pasti, cepat dan murah;

10

e.

meningkatkan kualitas kehidupan dan kerukunan antar umat beragama dengan penguat kesadaran moral dan etika serta kehidupan berbudaya di masyarakat.

B. Gambaran Umum DPPKAD Kabupaten Karanganyar DPPKAD Kabupaten Karanganyar yang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Karanganyar No. 2 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Daerah Kabupaten Karanganyar ini beralamat di Jl. KH Wachid Hasyim No 2, Karanganyar. DPPKAD Karanganyar bertujuan untuk menjadikan perencanaan anggaran keuangan daerah merupakan program daerah yang prospektif dan realistis untuk dilaksanakan, meningkatkan upaya perbaikan terhadap mutu pelayanan dibidang keuangan daerah, menjadikan mutu pertanggung jawaban anggaran daerah sebagai suatu bentuk akuntabilitas kinerja Pemerintah Daerah yang transparan dan meningkatkan profesionalisme SDM di bidang keuangan. 1. Visi dan Misi Visi DPPKAD Kabupaten Karanganyar adalah menjadikan dinas yang profesional dan akuntabel di bidang pendapatan pengelolaan keuangan dan aset daerah. Sedangkan itu DPPKAD Kabupaten Karanganyar juga memiliki misi sebagai berikut: a. Menjadikan aparatur yang profesional dalam pengelolaan pendapatan dan belanja daerah. b. Mewujudkan tertib administrasi pengelolaan keuangan dan aset daerah.

11

c. Mewujudkan pelayanan prima kepada masyarakat di bidang pendapatan, administrasi keuangan dan aset daerah. d. Mewujudkan pengelolaan pendapatan daerah yang transparan, tertib, dan akuntabel dalam rangka peningkatan pendapatan daerah. e. Meningkatkan koordinasi dan sinkronisasi dengan SKPD terkait dalam rangka pengelolaan pendapatan, keuangan dan aset daerah. 2. Struktur Organisasi Susunan organisasi DPPKAD Kabupaten Karanganyar terdiri dari: a. b. Kepala Dinas Sekretariat, membawahi: 1) Sub Bagian Perencanaan 2) Sub Bagian Keuangan 3) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian c. Bidang Pendaftaran dan Pendataan, membawahi: 1) Seksi Pendaftaran 2) Seksi Pendataan d. Bidang Penetapan dan Penagihan, membawahi: 1) Seksi Penetapan 2) Seksi Penagihan e. Bidang Anggaran, membawahi: 1) Seksi Perencanaan dan Penyusunan Anggaran 2) Seksi Pengendalian Anggaran f. Bidang Perbendaharaan dan Kas, membawahi:

12

1) Seksi Perbendaharaan dan Pengendalian Kas 2) Seksi Penerimaan dan Pengeluaran g. Bidang Akuntansi dan Aset Daerah, membawahi: 1) Seksi Akuntansi 2) Seksi Aset Daerah h. i. Unit Pelaksana Teknis Kelompok Jabatan Fungsional

C. Sistem dan Kebijakan Akuntansi Belanja Pegawai pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Karanganyar 1. Sistem Akuntansi Belanja Pegawai Dalam melaksanakan tugas dan menjalankan fungsinya, DPPKAD Kabupaten Karanganyar berpedoman pada Tugas Pokok dan Fungsi (TUPOKSI) yaitu Pasal 25 dan 26 Perda No.2 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Karanganyar. Di dalam Tupoksi tersebut tercantum masing-masing tugas dan fungsi dari setiap SKPD Kabupaten Karanganyar. Setiap SKPD yang menjalankan program kerjanya berpedoman pada Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD (DPA-SKPD). DPA-SKPD merupakan dokumen yang memuat pendapatan, belanja, dan pembiayaan yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan anggaran oleh PA/KPA dan rencana penarikan dana untuk pengeluaran yang dibutuhkan tiap-tiap SKPD termasuk diantaranya adalah belanja pegawai. Mekanisme penyusunan DPASKPD adalah sebagai berikut:

13

a.

Kepala DPPKAD paling lama 3 hari kerja setelah Perda tentang APBD

ditetapkan, memberitahukan kepada semua Kepala SKPD agar menyusun Rancangan DPA-SKPD. b. Rancangan DPA-SKPD sebagaimana dimaksud pada angka 1 merinci sasaran

yang hendak dicapai, program, kegiatan, anggaran yang disediakan untuk mencapai sasaran tersebut, dan rencana penarikan dana tiap-tiap SKPD serta pendapatan yang diperkirakan. c. Kepala SKPD menyerahkan rancangan DPA-SKPD kepada Kepala DPPKAD

paling lama 6 hari kerja setelah surat pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada angka 1. d. Tim teknis peneliti DPA-SKPD membantu Tim Anggaran Pemerintah Daerah

(TAPD) melakukan verifikasi terhadap rancangan DPA-SKPD bersama-sama dengan Kepala SKPD paling lama 15 hari kerja sejak ditetapkannya Peraturan Bupati tentang penjabaran APBD. e. Berdasarkan hasil verifikasi oleh TPAD, Kepala DPPKAD mengesahkan

rancangan DPA-SKPD dengan persetujuan Sekretaris Daerah. f. DPA-SKPD yang telah disahkan disampaikan kepada Kepala SKPD, PPKD

selaku BUD, Inspektorat Kabupaten, dan BPK RI Perwakilan Provinsi Jateng paling lambat 7 hari kerja sejak tanggal disahkan. g. DPA-SKPD yang telah disahkan digunakan sebagai dasar pelaksanaan anggaran

oleh Kepala SKPD. Gaji dan tunjangan pegawai yang akan dibayarkan tiap bulan (termasuk gaji ke13) oleh Bendahara Pengeluaran masing-masing SKPD telah tercantum dalam format

14

DPA-SKPD pada DPA-SKPD 2.1 tentang Rincian Anggaran Belanja Tidak Langsung SKPD. Dalam melaksanakan tugasnya, bendahara pengeluaran dapat dibantu oleh kasir, pembuat dokumen, pencatat pembukuan, pembuat daftar gaji dan pengurusan gaji yang ditetapkan oleh Kepala SKPD selaku Pengguna Anggaran (PA). Pada saat akan membayar gaji pegawai, bendahara pengeluaran mengajukan Surat Permintaan Pembayaran Langsung (SPP-LS) untuk pembayaran gaji dan tunjangan. Kelengkapan SPP-LS untuk pembayaran gaji dan tunjangan ini meliputi surat pengantar SPP-LS, ringkasan SPP-LS, rincian SPP-LS, dan lampiran SPP-LS yang berupa dokumen pendukung antara lain sebagai berikut: a. Daftar gaji yang telah ditandatangani oleh pembuat daftar gaji (PDG) Bendaharawan Gaji dan atasan langsungnya. b. Daftar rekapitulasi jumlah uang, pegawai, istri, anak, dan jumlah jiwa yang disusun per golongan. c. Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas yang menyatakan sejak kapan pegawai baru/pindahan tersebut melaksanakan tugasnya bila dalam daftar gaji terdapat pegawai pindahan. d. Surat Keterangan Penghentian Pembayaran (SKPP) definitif apabila dalam daftar gaji terdapat pegawai baru pindahan dari kantor pembayaran di luar daerah pembayarannya. e. Daftar Susunan Keluarga (KP4/SKUM) pada tiap permulaan tahun takwin. Jika ada perubahan susunan keluarga karena menikah/cerai, kelahiran anak, atau kematian, maka dibuktikan dengan surat nikah/cerai, kelahiran, atau kematian dari yang berwenang.

15

f.

Pada kasus susulan gaji/kekurangan gaji, SPP susulan gaji/kekurangan gaji dibuat terpisah atau diajukan sendiri dari pengajuan SPP gaji bulanan. Setelah perlengkapan dalam SPP-LS untuk belanja gaji pegawai tersebut

dinyatakan lengkap, maka dibuatlah Surat Perintah Membayar Langsung (SPM-LS) sebagai dasar pencetakan SP2D Gaji dan Tunjangan untuk mencairkan sejumlah uang yang digunakan untuk membayar gaji bulanan pegawai di SKPD yang bersangkutan. Besarnya gaji dan tunjangan yang diterima oleh pegawai diatur sebagai berikut: a. gaji pokok besarnya sesuai dengan pangkat, golongan serta ruang gaji menurut ketentuan perundang-undangan yang berlaku; b. c. tunjangan istri/suami sebesar 10% dari gaji pokok; tunjangan anak sebesar 2% dari gaji pokok, dalam hal kedua-duanya (suami/istri) sama-sama pegawai negeri maka tunjangan keluarga (istri/suami/anak)

dibayarkan kepada pegawai negeri yang gaji pokoknya lebih tinggi; d. tunjangan jabatan diberikan menurut ketentuan perundang-undangan yang berlaku; e. f. tunjangan-tunjangan lain menurut ketentuan yang berlaku; dan tunjangan beras besarnya ditentukan sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan. Bagian Perbendaharaan akan menginput angka yang nantinya tercetak pada SP2D Gaji dan Tunjangan melalui Sistem Informasi Manajemen Daerah (Simda). Dengan Simda, informasi tentang besarnya uang yang akan dibayarkan untuk belanja gaji pegawai secara otomatis terhubung dengan Bagian Akuntansi yang bertugas untuk mencatat dan membukukan setiap pengeluaran yang terjadi, termasuk disini yang

16

sedang dibahas adalah tentang belanja pegawai. Setelah tercetak SP2D Gaji dan Tunjangan, maka Bendahara Pengeluaran setiap SKPD akan mengambil dan mencairkan dana tersebut melalui Bank Pembangunan Daerah (BPD). 2. Kebijakan Akuntansi Belanja Pegawai Kebijakan akuntansi belanja pegawai di DPPKAD Kabupaten Karanganyar ini menggunakan basis kas, yaitu belanja pegawai diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari rekening Kasda untuk transaksi belanja pegawai SKPD dan PPKD setelah dilakukan pengesahan definitif oleh BUD. Pengukuran belanja pegawai menggunakan mata uang rupiah berdasarkan nilai sekarang ketika kas dikeluarkan. Pada saat terjadi belanja pegawai untuk pembayaran gaji dan tunjangan, maka bagian akuntansi akan mencatat transaksi tersebut dengan mendebit akun Belanja Gaji dan Tunjangan dan mengkredit akun RK-PPKD. Apabila terjadi koreksi atas pengeluaran belanja atau penerimaan kembali belanja gaji dan tunjangan pada periode berjalan, maka akan dicatat sebagai pengurang belanja. Namun jika diterima pada periode berikutnya, kejadian tersebut akan dicatat dengan mendebit akun RK-PPKD dan mengkredit akun Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah.

BAB III

PEMBAHASAN
A. Landasan Teori 1. Pengertian Belanja Menurut PP No.24 Tahun 2005 (SAP) dan Permendagri No.13 Tahun 2006 Menurut PP No.24 Tahun 2005 (SAP), yang dimaksud dengan belanja adalah semua pengeluaran dari rekening Kas Umum Negara/Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah. Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa sistem akuntansi yang digunakan dalam pengakuan belanja menurut SAP adalah basis kas, yaitu belanja diakui ketika terjadi pengeluaran kas baik dari Kasda maupun Kas Umum Negara yang akan mengurangi nilai bersih ekuitas dana lancarnya. Klasifikasi belanja menurut SAP ini akan digunakan sebagai pedoman untuk menyusun Laporan Realisasi Anggaran (LRA). Sedangkan menurut Permendagri No.13 Tahun 2006, pengertian yang terdapat disini adalah belanja daerah yang didefinisikan sebagai kewajiban Pemerintah Daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih. Dalam penjabaran selanjutnya yang terdapat pada Pasal 31 Ayat 1, dijelaskan bahwa belanja daerah digunakan dalam rangka mendanai pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan

17

18

provinsi atau kabupaten/kota yang terdiri dari urusan wajib, urusan pilihan dan urusan yang penanganannya dalam bagian atau bidang tertentu yang dapat dilaksanakan bersama antara pemerintah dan pemerintah daerah atau antar pemerintah daerah. Tentu dalam pelaksanaannya nanti ditetapkan dengan ketentuan perundang-undangan. Klasifikasi belanja daerah menurut Permendagri No.13 Tahun 2006 ini akan digunakan sebagai pedoman untuk menyusun APBD. Adanya perbedaan penggunaan SAP untuk menyusun LRA dan Permendagri No.13 Tahun 2006 untuk menyusun APBD ini juga mengakibatkan perbedaan pada struktur belanjanya, terutama belanja pegawai. Di dalam APBD, belanja pegawai terdapat pada belanja langsung dan belanja tidak langsung. Belanja pegawai yang terdapat pada belanja langsung adalah belanja pegawai yang dikeluarkan untuk membiayai honor atau upah pada pegawai yang berkaitan secara langsung dalam suatu kegiatan atau program kerja yang telah dianggarkan maupun kegiatan yang tidak terduga seperti penanganan korban bencana alam, misalnya. Namun belanja pegawai yang terdapat dalam belanja tidak langsung adalah belanja pegawai yang dikeluarkan tidak secara langsung berkaitan dengan suatu kegiatan atau program kerja, misalnya gaji bulanan atau gaji ke-13. Sedangkan di dalam SAP, belanja pegawai baik yang belanja langsung maupun tidak langsung yang dianggarkan di APBD keduanya dikelompokkan ke dalam suatu kelompok sendiri yaitu Belanja Operasi. Di dalam Permendagri No.13 Tahun 2006, belanja diklasifikasikan menjadi belanja langsung dan belanja tidak langsung. Sementara itu di dalam SAP, belanja diklasifikasikan menjadi belanja operasi, belanja modal, belanja tak terduga, dan transfer. Oleh karena itu, pada waktu penyusunan LRA dilakukan dua tahap. Tahap

19

pertama adalah menyusun LRA berdasarkan format original APBD lalu dilanjutkan dengan tahap kedua yaitu mengonversi LRA versi APBD (Permendagri No.13 Tahun 2006) ke dalam format SAP. Daftar konversi belanja tersebut dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel III.1: Konversi Klasifikasi Belanja KLASIFIKASI BELANJA Permendagri No.13 Tahun 2006 A. Belanja Tidak Langsung 1. Belanja Pegawai 2. Belanja Bunga 3. Belanja Subsidi 4. Belanja Hibah 5. Belanja Bantuan Sosial 6. Belanja Bagi Hasil 7. Belanja Bantuan Keuangan 8. Belanja Tidak Terduga B. Belanja Langsung 1. Belanja Pegawai 2. Belanja Barang dan Jasa 3. Belanja Modal KLASIFIKASI BELANJA SAP A. Belanja Operasi 1. Belanja Pegawai 2. Belanja Barang 3. Bunga 4. Subsidi 5. Hibah 6. Bantuan Sosial 7. Belanja Bantuan Keuangan B. Belanja Modal 1. Belanja Tanah 2. Belanja Peralatan dan Mesin 3. Belanja Gedung dan Bangunan 4. Belanja Jalan, Irigasi, dan Jaringan 5. Belanja Aset Tetap Lainnya 6. Belanja Aset Lainnya C. Belanja Tak Terduga 1. Belanja Tak Terduga D. Transfer 1. Bagi Hasil Pajak 2. Bagi Hasil Retribusi 3. Bagi Hasil Pendapatan Lainnya Sumber: Budi Mulyana, Bahan Ajar Akuntansi Keuangan Daerah (Jakarta: STAN, 2011), hal. 60.

20

2.

Belanja

Pegawai

Menurut

Peraturan

Menteri

Keuangan

Nomor

101/PMK.02/2011 tentang Klasifikasi Anggaran Definisi belanja pegawai yang terdapat pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 101/PMK.02/2011 tentang Klasifikasi Anggaran disebutkan bahwa belanja pegawai adalah sebagai berikut: Belanja pegawai adalah kompensasi dalam bentuk uang maupun barang yang diberikan kepada pegawai negeri, pejabat negara, dan pensiunan serta pegawai honorer yang akan diangkat sebagai pegawai lingkup pemerintahan baik yang bertugas di dalam maupun di luar negeri sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah dilaksanakan dalam rangka mendukung tugas dan fungsi unit organisasi pemerintah. Dalam pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa belanja pegawai tidak hanya dibayarkan pada para pegawai yang bertugas di dalam negeri saja, tetapi di luar negeri pun juga termasuk apabila pegawai yang bersangkutan sedang melaksanakan tugas/kegiatan yang telah diperintahkan oleh unit pemerintah. Selain lebih luas cangkupan pengertiannya, di dalam PMK No.101/PMK.02/2011 tersebut juga disebutkan bahwa belanja pegawai digunakan untuk hal-hal sebagai berikut: a. b. c. d. e. f. belanja gaji dan tunjangan yang melekat pada pembayaran gaji pegawai negeri; belanja gaji dokter pegawai tidak tetap; belanja gaji dan tunjangan yang melekat pada pembayaran gaji pejabat negara; belanja uang makan PNS; belanja uang lauk pauk TNI/POLRI; belanja uang tunggu dan pensiun pegawai negeri dan pejabat negara yang disalurkan melalui PT. Taspen dan PT. ASABRI; g. belanja asuransi kesehatan pegawai negeri yang disalurkan melalu PT. Askes;

21

h. i.

belanja uang lembur PNS; belanja pegawai honorer yang diangkat dalam rangka mendukung tugas pokok dan fungsi unit organisasi pemerintah;

j.

pembayaran tunjangan sosial bagi pegawai negeri melalui unit organisasi /lembaga/badan tertentu;

k. l.

pembayaran uang vakasi; pembayaran tunjangan khusus merupakan pembayaran kompensasi kepada pegawai negeri yang besarnya ditetapkan oleh Presiden/Menteri Keuangan; dan

m. pembayaran untuk Uang Duka Wafat/Tewas yang besarnya ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Namun demikian, dalam PMK tersebut ada keterangan tambahan berupa pengecualian yang terdapat pada pekerjaan yang berkaitan dengan pembentukan modal dan/atau kegiatan yang mempunyai output dalam kategori belanja barang. 3. Akuntansi Belanja Pegawai Menurut SAP Dalam menyusun laporan keuangan untuk akun belanja, SAP telah mengatur bahwa basis akuntansi yang digunakan adalah basis kas. Artinya bahwa belanja diakui pada saat benar-benar terjadinya pengeluaran dari rekening Kasda. Pada belanja pegawai yang tidak langsung berupa belanja untuk pembayaran gaji dan tunjangan pegawai, SKPD akan mencatat jurnal sebagai berikut: Tgl Akun Belanja Gaji dan Tunjangan RK PPKD xxx Xxx Debit Kredit

22

Pencatatan atas belanja pegawai tidak langsung yang berupa gaji dan tunjangan tersebut harus dalam jumlah brutonya meskipun ada berbagai macam potongan seperti potongan pajak, taspen, dan sebagainya langsung dipotong oleh BUD. Proses pembayaran atas belanja pegawai tersebut tentunya juga melalui dengan pengajuan SPP SPM oleh SKPD sebelum akhirnya diterbitkan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) oleh BUD/kuasa BUD. Adakalanya terjadi kelebihan pembayaran belanja misalnya gaji/honor di dalam suatu SKPD. Apabila kelebihan pembayaran belanja tersebut telah dikembalikan ke bendahara SKPD atau disetor ke rekening Kasda, maka ada dua kemungkinan dalam pencatatan akuntansinya, yaitu: a. Jika pengembalian kelebihan belanja tersebut diterima pada tahun anggaran yang

sama dengan terjadinya pembayaran belanja yang bersangkutan, maka atas kelebihan tersebut dilakukan koreksi dengan cara mengurangi/mengkredit akun belanja yang bersangkutan. Jurnal koreksi yang dibuat di SKPD adalah: Tgl Akun RK-PPKD Belanja Gaji xxx Xxx Debit Kredit

b.

Jika pengembalian kelebihan belanja tersebut diterima pada tahun anggaran

berikutnya setelah terjadinya pembayaran belanja yang bersangkutan, maka atas kelebihan tersebut dilakukan koreksi dengan cara menambah/mengkredit pada akun Pendapatan lain-lain. Jurnal koreksi yang dibuat di SKPD adalah: Tgl Akun RK-PPKD Pendapatan lain-lain Debit xxx Kredit Xxx

23

4.

PP No.11 tahun 2011 tentang Gaji Pokok PNS Pengaturan tentang gaji pokok bagi PNS sebenarnya telah diatur sejak lama pada

saat dikeluarkannya PP No.7 Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji PNS. Sesuai dengan perkembangan jaman maka Pemerintah perlu mengikuti kondisi perekonomian yang turut berubah dari tahun ke tahun sehingga mesti dilakukan perubahan-perubahan yang seperlunya pada PP No.7 Tahun 1977 tersebut. Hingga sampai tahun 2011, Pemerintah akhirnya menetapkan PP No.11 Tahun 2011 tentang Perubahan Ketiga Belas atas PP No.7 Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji PNS pada tanggal 16 Februari 2011. Gaji pokok PNS terbagi atas golongan I, golongan II, golongan III, golongan IV, ruang setiap golongan, dan masa kerja golongan (MKG). Gaji pokok inilah juga yang nantinya akan menentukan besarnya tunjangan dan potongan-potongan rutin bagi setiap pegawai.

B. Evaluasi atas Akuntansi Belanja Pegawai oleh

Dinas Pendapatan

Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Karanganyar Secara umum, proses akuntansi belanja pegawai yang berjalan di DPPKAD Kabupaten Karanganyar telah berjalan dengan baik. Sejauh ini, adanya Simda yang memungkinkan otomatisasi penginputan data dari Bagian Perbendaharaan ke Bagian Akuntansi juga berlangsung dengan normal. Pencatatan pada jurnal belanja pegawai telah berdasarkan pada SAP. Penyusunan laporan keuangan juga telah sesuai dengan SAP pada LRA dan Permendagri No.13 Tahun 2006 pada APBD. Pada belanja gaji, pencatatan jumlah gaji pokok dan tunjangan juga sudah berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku pada saat itu, yaitu PP No.11 Tahun 2011 tentang

24

Gaji Pokok PNS. Sistem pengendalian terhadap kesalahan dalam pencatatan jumlah gaji juga telah diminimalisir dengan adanya koreksi atas jumlah gaji yang diajukan oleh bendahara pengeluaran setiap SKPD terlebih dahulu di Bagian Perbendaharaan sebelum mencetak SP2D Gaji dan Tunjangan. Sistem koreksi dilakukan dengan cara mengecek jumlah gaji pokok apakah telah sesuai dengan PP No.11 Tahun 2011 tentang Gaji Pokok PNS dan menghitung ulang untuk memastikan bahwa jumlah yang diminta telah dihitung secara benar. Namun kendati demikian masih ada beberapa permasalahan yang perlu diperhatikan terkait dengan proses akuntansi belanja pegawai. Menurut Bapak Sri Hanto selaku staf dari Bagian Perbendaharaan, permasalahan yang terdapat pada akuntansi belanja pegawai di DPPKAD Kabupaten Karanganyar seperti gaji dan tunjangan bukan terjadi pada proses pembukuan yang melibatkan Simda dan sebagainya, akan tetapi lebih dikarenakan oleh dua faktor utama yaitu sumber daya manusia dan keterbatasan tempat. Pada faktor sumber daya manusia, permasalahan terletak pada kurangnya kualitas SDM pada beberapa bendahara pengeluaran di SKPD-SKPD tertentu sehingga mengakibatkan beban kerja yang diemban oleh Bagian Perbendaharaan DPPKAD menjadi bertambah. Contoh kurangnya kualitas SDM dari bendahara pengeluaran ini salah satunya adalah penghitungan jumlah gaji yang keliru sehingga memakan waktu untuk pencairan SP2D gajinya. Hal ini mengakibatkan terlambatnya gaji yang dibayarkan pada para pegawai di SKPD yang bersangkutan. Kejadian tersebut dapat terjadi karena kurangnya pengetahuan bendahara pengeluaran terkait dengan pengelolaan keuangan belanja pegawai ataupun kurangnya pembinaan yang cukup. Bisa juga disebabkan karena adanya pegawai yang diangkat langsung sebagai

25

bendahara pengeluaran yang baru yang terjadi di beberapa SKPD tertentu. Penunjukan bendahara pengeluaran yang baru tersebut sering bersifat mendadak artinya bendahara pengeluaran yang baru itu segera ditunjuk demi mengisi kekosongan bendahara pengeluaran yang lama yang diakibatkan karena pensiun, meninggal dunia, dan sebagainya. Karena itu bendahara pengeluaran yang baru harus menjalankan tugasnya sambil mendapat pembinaan khusus mengenai bendahara pengeluaran yang biasanya diadakan dan dipimpin oleh Kepala Bagian

Perbendaharaan DPPKAD Kabupaten Karanganyar. Idealnya, seorang pegawai yang akan ditunjuk sebagai bendahara pengeluaran yang baru di sebuah SKPD seharusnya mendapat pembinaan dan pengetahuan yang benar-benar cukup dan matang terlebih dahulu mengenai mekanisme pengelolaan keuangan pada bendahara pengeluaran, khususnya tentang belanja pegawai. Namun banyak SKPD di Kabupaten Karanganyar ini yang melakukan hal yang sebaliknya, yaitu menunjuk terlebih dahulu bendahara pengeluaran yang baru dan setelah itu diberi pembinaan seiring dengan menjalankan tugasnya sehingga bendahara pengeluaran yang baru tersebut terkadang melakukan kesalahan saat melaksanakan tugasnya. Sedangkan terkait dengan kondisi tempat yang cukup terbatas menyebabkan kurangnya perawatan yang memadai pada beberapa dokumen penting yang terdapat di dalam ruangan. Salah satu contohnya adalah kondisi tata letak yang terdapat pada Bagian Perbendaharaan yang berukuran kurang lebih 6 x 9 meter tersebut. Hal ini dapat terlihat dari menumpuknya dokumen-dokumen yang tidak teratur dan terbatasnya ruang gerak sehingga menimbulkan kesulitan bagi para bendahara pengeluaran/pihak lain yang berkepentingan yang ingin mengambil SP2D Gaji dan

26

Tunjangan, mengajukan SPM, menyerahkan SPJ, atau keperluan yang lainnya. Letak dokumen-dokumen di beberapa tempat yang tidak teratur tersebut selain mengganggu akses bagi pihak yang berkepentingan untuk melintasi atau melewati wilayah tersebut juga dikhawatirkan akan mudah hilang karena susunannya yang kurang terawat sehingga akan menimbulkan kesulitan apabila suatu saat ada pihak yang membutuhkan data-data di dalam dokumen tersebut.

C. Evaluasi atas Realisasi Anggaran Belanja Pegawai Pemerintah Kabupaten Karanganyar Terkait dengan hal anggaran belanja pegawai Kabupaten Karanganyar pada tahun anggaran 2011 (baik yang langsung maupun yang tidak langsung) yang hampir mencapai 70% dari total anggaran belanja seluruhnya, Bapak Sri Hanto menambahkan bahwa hal ini terjadi karena banyaknya penerimaan pegawai dari instansi vertikal yang masuk ke dalam lingkup Pemerintah Kabupaten Karanganyar, seperti Dinas Sosial, KIK, dan lain sebagainya. Sementara itu, kebutuhan anggaran untuk belanja pegawai memang dijadikan sebagai prioritas dalam pemenuhannya. Sehingga beliau mengatakan bahwa hal itu memang masih wajar mengingat kebutuhan pegawai yang sedemikian rupa untuk mengimbangi tuntutan tugas dalam memenuhi tujuan yang hendak dicapai. Mengenai alokasi pegawai yang ditempatkan di dalam setiap SKPD dan setiap bagiannya, beliau juga menambahkan bahwa hal tersebut sudah diatur sesuai dengan beban kerja setiap SKPD dan seksi bagiannya masing-masing. Jadi antara SKPD yang satu dengan yang lainnya tentu jumlahnya

27

tidak sama karena telah dirancang sesuai dengan kebutuhannya dalam menjalankan tugas dan melaksanakan program kerjanya. Pada tahun anggaran 2011, anggaran untuk belanja pegawai adalah sebesar Rp 732.303.471.300,00 sementara itu anggaran untuk total belanja keseluruhan adalah sebesar Rp 1.056.595.847.000,00 sehingga dapat dikatakan bahwa persentase anggaran untuk kebutuhan belanja pegawai mencapai 69,31%. Namun, jumlah ini merupakan jumlah yang tercantum dalam Raperda tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD Kabupaten Karanganyar Tahun 2011 karena sampai laporan ini selesai dibuat, peraturan daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD Kabupaten Karanganyar tahun 2011 belum disahkan oleh DPRD. Oleh karena itu untuk penjelasan selanjutnya, angka-angka mengenai laporan keuangan Kabupaten Karanganyar tahun 2011 merupakan jumlah yang masih berbentuk rancangan peraturan daerah. Tabel III.2: Persentase Anggaran Belanja Pegawai dari Total Anggaran Belanja Kabupaten Karanganyar Tahun Anggaran 2011 Anggaran untuk Belanja Pegawai Rp 732.303.471.300,00 Anggaran untuk Belanja Keseluruhan Rp 1.056.595.847.000,00 Persentase 69,31 %

Sumber: Raperda tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD Kabupaten Karanganyar Tahun 2011 Pada belanja pegawai tahun anggaran 2011, dari total sebanyak Rp 732.303.471.300,00 yang dianggarkan untuk kebutuhan belanja pegawai, jumlah yang direalisasikan selama tanggal 1 Januari 2011 sampai dengan 31 Desember 2011 adalah sebanyak Rp 708.271.209.905,00. Artinya, ada sisa kelebihan sejumlah Rp 24.032.261.395,00 dalam uraian belanja pegawai. Total realisasi belanja pegawai

28

tersebut terdiri dari: jumlah gaji dan tunjangan yang mencapai sekitar 540 milyar rupiah lebih (Rp 540.419.216.066,00); tambahan penghasilan PNS sebesar Rp 123.832.957.705,00; honorarium PNS sebesar Rp 22.233.080.429,00; honorarium non PNS sebesar Rp 13.961.451.350,00; biaya pemungutan pajak daerah sebesar Rp 3.136.172.324,00; biaya pemungutan retribusi daerah sebesar Rp 227.281.467,00; uang lembur sebesar Rp 226.656.240,00; jasa pelayanan sebesar Rp

1.311.207.265,00; belanja kursus, pelatihan, sosialisasi dan bimbingan teknis PNS sebesar Rp 1.260.667.059,00; dan belanja penerimaan lainnya pimpinan dan anggota DPRD serta Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah sebesar Rp 1.662.520.000,00. Daftar rincian belanja pegawai pada tahun anggaran 2011 dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel III.3: Rincian Belanja Pegawai Kabupaten Karanganyar Tahun Anggaran 2011 Sub Kelompok Belanja Pegawai Gaji dan Tunjangan Tambahan Penghasilan PNS Belanja Penerimaan Lainnya Pimpinan dan Anggota DPRD serta Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah Biaya Pemungutan Pajak Daerah Biaya Pemungutan Retribusi Daerah Honorarium PNS Honorarium Non PNS Uang Lembur Jasa Pelayanan Belanja Kursus, Pelatihan, Sosialisasi, dan Bimbingan Teknis PNS JUMLAH Realisasi (Rp) 540.419.216.066,00 123.832.957.705,00 1.662.520.000,00 3.136.172.324,00 227.281.467,00 22.233.080.429,00 13.961.451.350,00 226.656.240,00 1.311.207.265,00 1.260.667.059,00 708.271.209.905,00

Sumber: Raperda tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD Kabupaten Karanganyar Tahun 2011

29

Dari total realisasi anggaran belanja pegawai sebanyak Rp 708.271.209.905,00 tersebut, unit SKPD yang melakukan pengeluaran atas belanja pegawai yang paling banyak terjadi pada SKPD Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga, yaitu sebesar Rp 500.442.387.085,00 dengan jumlah yang dianggarkan sebesar Rp

512.766.717.850,00. Sedangkan terbanyak kedua adalah Dinas Kesehatan dengan jumlah realisasi sebesar Rp 34.893.149.906,00 dari jumlah yang dianggarkan sebesar Rp 35.765.304.500,00. Dilihat dari kedua SKPD tersebut, terjadi perbedaan jumlah yang cukup besar diantara keduanya. Bahkan hanya Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga yang melakukan pengeluaran untuk belanja pegawai di atas 100 milyar rupiah. Hal ini dapat disebabkan karena jumlah pegawai yang paling banyak memang terdapat pada SKPD tersebut. SKPD Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Karanganyar menduduki posisi ketiga dengan jumlah realisasi sebesar Rp 25.339.647.948,00 dari jumlah yang dianggarkan sebesar Rp 26.375.386.000,00. Sementara itu DPPKAD Kabupaten Karanganyar sebagai tempat dimana penulis melaksanakan studi lapangan ini melakukan pengeluaran untuk belanja pegawai sebesar Rp 9.985.860.541,00 11.311.639.600,00. Adapun SKPD yang mampu mencapai realisasi 100% atas anggaran belanja pegawainya adalah Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) yaitu sebesar Rp 9.000.000,00. Di antara 63 SKPD lainnya yang terdapat di Kabupaten Karanganyar, BPBD merupakan SKPD yang melaksanakan belanja pegawai paling sedikit dibandingkan dengan SKPD-SKPD yang lain. Sementara itu, hanya ada dua SKPD yang realisasi belanja pegawainya di atas 100%. SKPD yang dimaksud itu adalah dari jumlah yang dianggarkan sebesar Rp

30

Kelurahan Jungke dan Kelurahan Bolong. Pada Kelurahan Jungke, SKPD ini melakukan realisasi belanja pegawai sebesar Rp 531.256.955,00 dari total yang dianggarkan sebesar Rp 525.041.000,00. Sedangkan SKPD Kelurahan Bolong melakukan realisasi belanja pegawai sebesar Rp 359.689.842,00 dari total yang dianggarkan sebesar Rp 354.730.000,00. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa besarnya anggaran untuk belanja pegawai masing-masing SKPD berbeda jumlahnya dan salah satu faktor yang paling mempengaruhi dalam hal tersebut tentu saja adalah banyaknya jumlah pegawai yang terdapat dalam suatu SKPD. Berikut ini daftar realisasi belanja pegawai di beberapa SKPD Kabupaten Karanganyar: Tabel III.4: Realisasi Belanja Pegawai di Beberapa SKPD Kabupaten Karanganyar Tahun Anggaran 2011 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. SKPD Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Dinas Kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah BPBD DPPKAD Kelurahan Jungke Kelurahan Bolong Belanja Pegawai Persentase Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) 512.766.717.850,00 500.442.387.085,00 97,60 % 35.765.304.500,00 26.375.386.000,00 9.000.000,00 11.311.639.600,00 525.041.000,00 354.730.000,00 34.893.149.906,00 25.339.647.948,00 9.000.000,00 9.985.860.541,00 531.256.955,00 359.689.842,00 97,56 % 96,07 % 100,00 % 88,28 % 101,18% 101,40%

Sumber: Raperda tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD Kabupaten Karanganyar Tahun 2011 Sementara itu, dari total Rp 540.419.216.066,00 yang merupakan realisasi atas belanja gaji dan tunjangan, sebanyak Rp 519.815.719.442,00 merupakan jumlah gaji bruto dan sebanyak Rp 20.603.496.624,00 merupakan jumlah tunjangan. Jumlah gaji bruto tersebut merupakan total dari seluruh jumlah gaji bruto selama tahun 2011,

31

yakni 12 bulan normal (Januari sampai dengan Desember) dan gaji ke-13. Di dalam semester pertama yakni pada bulan Januari sampai dengan Juni 2011, jumlah gaji bruto yang dibayarkan adalah sebesar Rp 231.868.518.921,00. Pada bulan Januari 2011, jumlah gaji bruto yang dibayarkan adalah sebesar Rp 37.115.015.819,00 atau sebesar 7,14% dari total belanja gaji bruto selama tahun 2011. Pada bulan Februari 2011, jumlah gaji bruto yang dibayarkan adalah sebesar Rp 37.447.742.967,00 atau sebesar 7,20% dari total belanja gaji bruto selama tahun 2011. Pada bulan Maret 2011, jumlah gaji bruto yang dibayarkan adalah sebesar Rp 37.320.747.881,00 atau sebesar 7,18% dari total belanja gaji bruto selama tahun 2011. Pada bulan April 2011, jumlah gaji bruto yang dibayarkan adalah sebesar Rp 37.689.060.979,00 atau sebesar 7,25% dari total belanja gaji bruto selama tahun 2011. Pada bulan Mei 2011, jumlah gaji bruto yang dibayarkan adalah sebesar Rp 40.899.809.138,00 atau sebesar 7,87% dari total belanja gaji bruto selama tahun 2011 dan pada bulan Juni 2011, jumlah gaji bruto yang dibayarkan adalah sebesar Rp 41.396.142.137,00 atau sebesar 7,96% dari total belanja gaji bruto selama tahun 2011. Di dalam semester pertama tersebut, dapat dikatakan bahwa pengeluaran terkecil untuk belanja gaji bruto bagi pegawai di Kabupaten Karanganyar terjadi pada bulan Januari 2011 yaitu sebesar Rp 37.115.015.819,00 atau 7,14% dari total belanja gaji bruto selama tahun 2011. Sedangkan pengeluaran terbesar untuk belanja gaji bruto bagi pegawai di Kabupaten Karanganyar terjadi pada bulan Juni 2011 yaitu sebesar Rp 41.396.142.137,00 atau sebesar 7,96% dari total belanja gaji bruto selama tahun 2011. Ringkasan pengeluaran untuk belanja gaji bruto pada semester pertama tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

32

Tabel III.5 : Rincian Belanja Gaji Bruto Januari-Juni 2011 Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Jumlah Gaji Bruto (Rp) 37.115.015.819,00 37.447.742.967,00 37.320.747.881,00 37.689.060.979,00 40.899.809.138,00 41.396.142.137,00 Persentase dari Gaji Bruto Selama TA 2011 7,14% 7,20% 7,18% 7,25% 7,87% 7,96%

Sumber: Rekap Gaji Pegawai Kabupaten Karanganyar pada Bagian Perbendaharaan DPPKAD Kabupaten Karanganyar

Di dalam semester kedua yakni pada bulan Juli sampai dengan Desember 2011, jumlah gaji bruto yang dibayarkan adalah sebesar Rp 249.785.868.131,00 ditambah dengan gaji ke-13 sebesar Rp 38.161.332.390,00. Pada bulan Juli 2011, jumlah gaji bruto yang dibayarkan adalah sebesar Rp 41.500.987.508,00 atau sebesar 7,98% dari total belanja gaji bruto selama tahun 2011. Pada bulan Agustus 2011, jumlah gaji bruto yang dibayarkan adalah sebesar Rp 41.505.086.348,00 atau sebesar 7,98% dari total belanja gaji bruto selama tahun 2011. Pada bulan September 2011, jumlah gaji bruto yang dibayarkan adalah sebesar Rp 42.000.239.521,00 atau sebesar 8,08% dari total belanja gaji bruto selama tahun 2011. Pada bulan Oktober 2011, jumlah gaji bruto yang dibayarkan adalah sebesar Rp 41.814.600.719,00 atau sebesar 8,04% dari total belanja gaji bruto selama tahun 2011. Pada bulan November 2011, jumlah gaji bruto yang dibayarkan adalah sebesar Rp 41.613.184.280,00 atau sebesar 8,01% dari total belanja gaji bruto selama tahun 2011 dan pada bulan Desember 2011, jumlah gaji bruto yang dibayarkan adalah sebesar Rp 41.351.769.755,00 atau sebesar 7,96% dari total belanja gaji bruto selama tahun 2011.

33

Di dalam semester kedua tersebut (pada bulan normal, tidak termasuk dengan jumlah gaji ke-13 yaitu sebesar Rp 38.161.332.390,00), dapat dikatakan bahwa pengeluaran terkecil untuk belanja gaji bruto bagi pegawai di Kabupaten Karanganyar terjadi pada bulan Desember 2011 yaitu sebesar Rp 41.351.769.755,00 atau 7,96% dari total belanja gaji bruto selama tahun 2011. Sedangkan pengeluaran terbesar untuk belanja gaji bruto bagi pegawai di Kabupaten Karanganyar terjadi pada bulan September 2011 yaitu sebesar Rp 42.000.239.521,00 atau 8,08% dari total belanja gaji bruto selama tahun 2011. Ringkasan pengeluaran untuk belanja gaji bruto pada semester kedua tersebut dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel III.6: Rincian Belanja Gaji Bruto Juli-Desember 2011 Bulan Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah Gaji Bruto (Rp) 41.500.987.508 41.505.086.348 42.000.239.521 41.814.600.719 41.613.184.280 41.351.769.755 Persentase dari Gaji Bruto Selama TA 2011 7,98% 7,98% 8,08% 8,04% 8,01% 7,96%

Sumber: Rekap Gaji Pegawai Kabupaten Karanganyar pada Bagian Perbendaharaan DPPKAD Kabupaten Karanganyar

Dari kedua semester tersebut, dapat dikatakan bahwa pengeluaran terkecil untuk belanja gaji bruto bagi pegawai di Kabupaten Karanganyar selama tahun 2011 terjadi pada bulan Januari, sedangkan pengeluaran terbesar untuk belanja gaji bruto bagi pegawai di Kabupaten Karanganyar selama tahun 2011 terjadi pada bulan September. Jumlah gaji bruto yang dibayarkan setiap bulan pun tidak sama dan selalu berubahubah, hal ini disebabkan karena jumlah pegawai yang mengalami perubahan baik

34

dalam kuantitasnya (misalnya penambahan pegawai baru dan adanya pegawai yang meninggal dunia) maupun karena adanya pegawai yang berubah posisi golongan dan/atau ruangnya. Hampir seluruh SKPD di Kabupaten Karanganyar melakukan pengeluaran atas belanja pegawai yang tidak melebihi anggarannya. Hal ini mencerminkan bahwa penyerapan anggaran untuk belanja pegawai berjalan kurang optimal. Apabila terjadi demikian, maka sebaiknya kelebihan atas realisasi belanja pegawai dari anggaran yang telah ditetapkan tersebut dapat dipertimbangkan kembali untuk lebih dialokasikan kepada anggaran yang membiayai program kerja pemerintah yang lain yang bersifat langsung terhadap peningkatan pembangunan di wilayah Kabupaten Karanganyar. Salah satu contohnya adalah dengan menambah anggaran untuk kegiatan perbaikan jalan-jalan yang rusak di beberapa daerah. Ada beberapa daerah di Kabupaten Karanganyar yang fasilitas jalannya telah mengalami kerusakan baik dari yang ringan hingga yang berat sehingga dapat mengganggu aktivitas perekonomian penduduk setempat, terutama di daerah-daerah pedesaan yang masih minim dengan fasilitas umum.

BAB IV

PENUTUP
A. Simpulan Berdasarkan data dan fakta dalam Bab II yang telah diuraikan serta pembahasan terhadap akuntansi belanja pegawai pada DPPKAD Kabupaten Karanganyar, penulis dapat menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Proses penginputan data untuk keperluan akuntansi belanja pegawai yang menggunakan Simda telah berjalan dengan baik dan normal sebagaimana mestinya 2. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, DPPKAD Kabupaten Karanganyar telah berpedoman pada Tupoksi sebagai dasar untuk melaksanakan program kerjanya. 3. Penyerapan anggaran untuk belanja pegawai pada tahun 2011 kurang optimal karena hampir sebagian besar SKPD di Kabupaten Karanganyar realisasi belanja pegawainya kurang dari 100%. 4. Sumber daya manusia pada bendahara pengeluaran di beberapa SKPD yang lainnya masih rendah sehingga sering menghambat proses pencairan gaji para pegawai di SKPD yang bersangkutan.

35

36

5.

Terbatasnya area gerak pada tempat/ruang kerja di beberapa bagian kantor DPPKAD Kabupaten Karanganyar, terutama pada Bagian Perbendaharaan, agak menyulitkan bagi pihak yang berkepentingan untuk bertemu dengan pegawai di bagian tersebut. Selain itu, hal tersebut juga mengakibatkan penyimpanan beberapa dokumen yang terdapat di Bagian Perbendaharaan juga kurang optimal sehingga dikhawatirkan apabila terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan, misalnya rekap gaji pada suatu dinas tertentu ada yang hilang.

B. Saran Dari kesimpulan di atas, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh pihakpihak yang terkait, khususnya DPPKAD Kabupaten Karanganyar. Oleh karena itu, penulis memberikan beberapa saran kepada DPPKAD Kabupaten Karanganyar maupun Pemerintah Kabupaten Karanganyar, antara lain: 1. DPPKAD Kabupaten Karanganyar hendaknya mempertahankan kondisi Simda yang telah berjalan dengan baik dan stabil agar proses akuntansi khususnya pada akuntansi belanja pegawai tetap berlangsung dengan normal. 2. Perlunya peningkatan kualitas sumber daya manusia pada bendahara pengeluaran di seluruh SKPD pada unit pemerintahan Kabupaten Karanganyar agar tujuan dari program kerja masing-masing SKPD dapat tepat sasaran. Hendaknya setiap pegawai yang akan menjadi bendahara pengeluaran di suatu SKPD telah melalui proses pembinaan yang matang sehingga dapat meminimalisasi kesalahankesalahan yang dapat mengganggu tercapainya tujuan dari program kerja SKPD yang bersangkutan.

37

3.

Perlunya sarana tempat yang memadai di setiap ruang kerja pada DPPKAD Kabupaten Karanganyar agar dokumen-dokumen yang penting dapat disimpan sebagaimana mestinya. Tidak harus membutuhkan ruangan yang luas, akan tetapi bagaimana ruangan tersebut mampu mengimbangi dengan beban kerja yang dianut oleh setiap bagian/seksi sehingga dapat bekerja dan memberi pelayanan yang optimal.

4.

Lebih berhati-hati dan mempertimbangkan secara matang dalam menentukan anggaran belanja pegawai untuk tahun anggaran-tahun anggaran selanjutnya agar kelebihan atas anggaran untuk belanja pegawai dapat dialokasikan ke belanja lainnya yang lebih bertujuan untuk perbaikan pembangunan di wilayah Kabupaten Karanganyar.

DAFTAR PUSTAKA

Mulyana, Budi. 2011. Bahan Ajar Akuntansi Keuangan Daerah (Akuntansi Pemerintahan III). Jakarta: STAN Undang-undang Republik Indonesia No.17 Tahun 2003, tentang Keuangan Negara Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 11 tahun 2011 tentang Gaji Pokok PNS Lampiran II.03 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah Pernyataan Nomor 3: Laporan Realisasi Anggaran Peraturan Menteri Keuangan nomor 101/PMK.02/2011 tentang Klasifikasi Anggaran Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Karanganyar tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Karanganyar Tahun Anggaran 2011 Profil Kabupaten Karanganyar http://www.karanganyarkab.go.id/category/profile/ (diakses 19 Juni 2012) Situs resmi DPPKAD Karanganyar http://dppkad.karanganyarkab.go.id/index.php (diakses 19 Juni 2012)

38

LAMPIRAN

Lampiran 1: Laporan Realisasi Anggaran Kabupaten Karanganyar Tahun 2011

39

40

Lampiran 2: PP No.11 Tahun 2011 tentang Gaji Pokok PNS

41

You might also like