You are on page 1of 6

B.

Fenomena yang ada di tempat pelayanan kesehatan saat ini


Dalam ilmu kedokteran / kesehatan untuk menegakkan diagnosa suatu penyakit, dokter perlu melaksanakan pemeriksaan pada pasien seluruh tubuhnya, baik diluar, maupun dari dalam, sehingga pada umumnya pasien harus bersedia menanggalkan pakaiannya. Pemeriksaan dilakukan oleh dokter di ruang pemeriksaan, di mana dokter dapat memeriksa pasien dengan leluasa tanpa dapat dilihat dan didengar oleh orang lain. Dokter dan tenaga para medis diwajibkan secara etis memelihara kehormatan manusia, baik dalam ruang pemeriksaan, maupun dalam ruang perawatan[4]. Dalam prakteknya di tempat pelayanan itu sendiri banyak sekali kondisi yang membuat interaksi antara tenaga medis dengan pasiennya yang kadang membuat kita bertanya mengenai hal tersebut dalam pandangan Islam seperti yang telah kita bahas pada bagian sebelumnya. dapun prosedur!prosedur yang sering dilaksanakan dalam tahap pemeriksaan di "umah #akit atau tempat pelayanan kesehatan lain tersebut antara lain$ a. Mengambil anamnesa (riwayat penyakit) Pasien diharapkan menjawab pertanyaan!pertanyaan yang diajukan dokter secara jujur dan jelas, karena kadang %kadang pasien tidak ingin menceritakan riwayat penyakitnya karena merasa malu. b. Melakukan inspeksi Inspeksi ini sudah dilakukan sejak pasien memasuki kamar kerja dokter, cara dia berjalan, normal atau dipapah, napas sesak, kemudian bentuk badan,emosionalnya,dan lain!lain c. Melakukan palpasi &aitu meraba tubuh dengan telapak tangan. 'ntuk ini perlulah pasien diminta untuk membuka pakaiannya terutama bagian atas, kalau nanti ternyata diperlukan pemeriksaan yang lebih lengkap barulah si pasien

diminta untuk membuka celana, gune pemeriksaan dalam, baik melalui (agina maupun anus )dubur*. d. Melakukan perkusi &aitu dengan memukulkan jari tengah kanan diatas jari tengah tangan kiri yang diletakkan dibagian atas tubuh yang diperiksa. Pada perkusi akan menimbulkan suara sehingga dapat ditentukan batas kon+igurasi jantung, paru!paru dan sebagainya. rongga perut. e. Melakukan aukultasi Dengan alat pendengar stetoskop dokter dapat mendengar bunyi!bunyi udara di dalam paru!paru, baik yang normal maupun yang tidak normal, bunyi jantung yang normal dan yang tidak normal, bunyi bising, bunyi gerakan usus dan sebagainya. f. Pemeriksaan Pelengkap Dilakukan dengan alat!alat seperti Reflek hamer dan Elektro Cardiograf, alat yang untuk mencatatakti(itas jantung yang mengungkapkan peristiwa! peristiwa abnormal yang tidak diketahui dengan cara!cara diatas. g. Pemeriksaan Laboratorium Permeriksaan darah untuk mengetahui sel!sel darah, berbagai macam ,at! ,at dalam darah seperti gula, empedu , kolesterol, asam urat, dan sebagainya. Pendek kata dengan berbagai cara pemeriksaan ini dokter mendapat bahan!bahan dalam menegakkan suatu diagnosa penyakit. &ang jelas ialah bahwa dalam pemeriksaan ini$ pakah ada cairan di rongga dada atau pada

i. Dokter dan pasien berada berduaan di dalam suatu ruangan. ii. Dokter melihat dan meraba sebagian atau seluruh badan penderita, termasuk bagian auratnya. iii. Dokter yang memeriksa dapat sejenis dengan penderita yaitu dokter laki! laki memeriksa penderita laki!laki atau tidak sejenis yaitu dokter wanita memeriksa penderita laki!laki dan sebaliknya.[-] .idak hanya itu, dalam pelayanan kesehatan masih banyak sekali tindakan medis yang membuat antara tenaga medis dan petugas kesehatan terjadi interaksi yang /melanggar0 aturan agama yang telah kita bahas sebelumnya pada bagian . 1ontohnya seperti tindakan operasi. .idak jarang para dokter atau pun perawatnya yang berlawanan jenis dengan pasien. 2elum lagi jika yang dilakukan operasi adalah bagian (ital dari pasien. #eperti operasi pengangkatan rahim ataupun operasi kanker payudara. tau tindakan pemasangan kateter) pemasangan suatu alat ke bagian alat pengeluaran urin untuk mempermudah pasien buang air kecil*. Dan disini lah terlihat sekali peran tenaga medis yang membuat mereka harus melihat bahkan memegang alat kelamin pasiennya, dan tidak jarang pula yang melakukan itu adalah tenaga medis yang bukan muhrim dengan pasiennya. 2elum lagi pada kasus dokter kandungan yang dokternya adalah seorang laki!laki. Dalam pemeriksaannya maupun proses kelahiran itu dokter tersebut akan sering berinteraksi dengan kliennya,yaitu para wanita. Dan mungkin masih banyak +enomena lain di tempat pelayanan kesehatan yang melibatkan interaksi antara tenaga medis atau para medis dengan pasiennya yang bukan muhrim.

C. pandangan islam terhadap fenomena dalam dunia kesehatan


Islam menentukan bahwa setiap manusia harus menghormati manusia yang lainnya, karena llah sebagai khalik sendiri menghormati manusia, sebagai mana di jelaskan llah dalam surat l Isra3 $45.

6aka dokter maupun paramedis haruslah tidak memaksakan sesuatu kepada pasien, segala tindakan yang harus mereka kerjakan haruslah dengan suka rela dan atas keyakinan. 'ntuk pemeriksaan dokter dalam menegakkan diagnosa penyakit, maka dokter berkhalwat, melihat aurat, malah memeriksa luar dalam pasien dibolehkan hanya didasarkan pada keadaan darurat, sebagai yang dijelaskan oleh 7aidah ushul +i7h yang berbunyi $ yang darurat dapat membolehkan yang dilarang. Islam memang mengenal darurat yang akan meringankan suatu hukum. da kaidah Idzaa dhoogal amr ittasi )jika kondisi sulit, maka Islam memberikan kemudahan dan kelonggaran*. 2ahkan 8aedah lain menyebutkan$ 9Kondisi darurat menjadikan sesuatu yang haram menjadi mubah.[6] 2erbicara mengenai kaidah +i7hiyyah tentang darurat maka terdapat dua kaidah yaitu kaidah pokok dan kaidah cabang. 8aidah pokok disini menjelaskan bahwa kemudharatan harus dilenyapkan yang bersumber dari :.# l! :ashash $ 44*, contohnya meminum khamar dan ,at adikti+ lainnya yang dapat merusak akal, menghancurkan potensi sosio ekonomi, bagi peminumnya kan menurunkan produkti(itasnya. Demikian pula menghisap rokok, disamping merusak diri penghisapnya juga mengganggu orang lain disekitarnya. Para ulama menganggap keadaan darurat sebagai suatu kesempitan, dan jika kesempitan itu datang agama justru memberikan keluasan. [4] ;amun darurat itu bukan sesuatu yang bersi+at rutin dan gampang dilakukan. 'mumnya darurat baru dijadikan pilihan manakala memang kondisinya akan menjadi kritis dan tidak ada alternatif lain. Itu pun masih diiringi dengan resiko +itnah dan sebagainya. kan tetapi, untuk mencegah +itnah dan godaan syaitan maka sebaiknya sewaktu dokter memeriksa pasien dihadiri orang ketiga baik dari keluarga maupun dari tenaga medis itu sendiri.[<] kan lebih baik lagi jika pasien diperiksa oleh dokter sejenis, pasien perempuan diperiksa oleh dokter perempuan dan pasien laki!laki diperiksa oleh dokter laki!laki.

8arena dalam dunia kedokteran sendiri banyak cerita!cerita bertebaran di seluruh dunia, di mana terjadi praktek asusila baik yang tak sejenis hetero seksual, maupun yang sejenis homoseksual antara dokter dan pasien.[=] Dalam batas!batas tertentu, mayoritas ulama memperbolehakan berobat kepada lawan jenis jika sekiranya yang sejenis tidak ada, dengan syarat ditunggui oleh mahram atau orang yang sejenis. lasannya, karena berobat hukumnya hanya sunnah dan bersikap pasrah )tawakkal* dinilai sebagai suatu keutamaan )+adlilah*. 'lama sepakat bahawa pembolehan yang diharamkan dalam keadaan darurat, termasuk pembolehan melihat aurat orang lain,ada batasnya yang secara umum ditegaskan dalam al!7ur3an ) :.# l!ba7arah $ >4?@ l!an3am $>4- @ n!nahl $ >>-* dengan menjauhi ke,aliman dan lewat batas.[>5] Dalam pengobatan, kebolehan hanya pada bagian tubuh yang sangat diperlukan, karena itu, bagian tubuh yang lain yang tidak terkait langsung tetap berlaku ketentuan umum tidak boleh melihatnya. ;amun, untuk meminimalisir batasan darurat dalam pemeriksaan oleh lawan jenis sebagai upaya sadd al!D,ari3at )menutup jalan untuk terlaksananya kejahatan*, disarankan disertai mahram dan prioritas diobati oleh yang sejenis. Pembolehan dan batasan kebolehanya dalam keadaan darurat juga banyak disampaikan oleh tokoh mad,hab. hmad ibn Aanbal, tokoh utama ma,hab hanbali menyatakan boleh bagi dokter/ tabib laki!laki melihat aurat pasien lain jenis yang bukan mahram khusus pada bagian tubuh yang menuntut untuk itu termasuk aurat (italnya, demikian pula sebaliknya, dokter wanita boleh melihat aurat pasien laki!laki yang bukan mahramnya dengan alasan tuntutan.[>>] Di Indonesia, dalam +atwa 6P8# disebutkan, tidak dilarang melihat aurat perempuan sakit oleh seorang dokter laki!laki untuk keperluan memeriksa dan mengobati penyakitnya. #eluruh tubuhnya boleh diperiksa oleh dokter laki!laki, bahkan hingga genetalianya, tetapi jika pemeriksaan dan pengobatan itu telah mengenai genitalian dan sekiatarnya maka perlu ditemani oleh seorang anggota keluarga laki!laki yang terdekat

atau suaminya. Badi, kebolehan berobat kepada lain jenis dopersyaratkan jika yang sejenis tidak ada. Dalam hal demikian, dianjurakan bagi pasien untuk menutup bagian tubuh yang tidak diobati. Demikian pula dokter atau yang sejenisnya harus membatasi diri tidak melihat organ pasien yang tidak berkaitan langsung[>C]. Dr. A. .&urnalis 'ddin, Islam untuk disiplin ilmu kedokteran dan ksehatan 1)Bakarta, >==-*, hal. >>?
[4]

. sihabuddin. Telaah kritis atas doktris faham salafi !ahabi )www.google.com , C55=*
[D]

Euhroni, dkk" Islam untuk disiplin ilmu kesehatan dan kedokteran # )Bakarta,C55?*, hal. >5<.
[4]

Dr. A. &urnalis 'ddin, Islam untuk disiplin ilmu kedokteran dan ksehatan 1)Bakarta, >==-*, hal. >CC.
[<]

Dr. A. &urnalis 'ddin, Islam untuk disiplin ilmu kedokteran dan ksehatan 1)Bakarta, >==-*, hal. >CC dan >C-.
[=]

Euhroni, dkk, Islam untuk disiplin ilmu kesehatan dan kedokteran # )Bakarta,C55?*, hal. >?5.
[>5]

Euhroni, dkk, Islam untuk disiplin ilmu kesehatan dan kedokteran # )Bakarta,C55?*, hal. >?C.
[>>]

Euhroni, dkk, Islam untuk disiplin ilmu kesehatan dan kedokteran # )Bakarta,C55?*, hal. >??.
[>C]

You might also like