You are on page 1of 23

STATUS PASIEN

A. IDENTITAS Nama : Ny. YR

Tempat tanggal lahir : Jakarta, 27 Mei 1972 Umur Pekerjaan Tanggal MRS Alamat : 41 Tahun : Karyawati : 23 Januari 2014 : Jl. Malaka xxx

B. ANAMNESIS Keluhan Utama : Perdarahan dari jalan lahir sejak 1 minggu yang lalu

Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang atas rujukan dr. H. Baharudin Hafied, Sp.OG, dengan rencana kuretase. Pasien mengaku bahwa telah keluar darah dari vagina disertai nyeri dibagian perut bawah sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit, awalnya. Darah yang keluar dari vagina berupa gumpalan darah, keluhan tersebut disetai mules (+) dan nyeri (+). Mual (), muntah (-), pusing (-), demam (-). Ini merupakan hamil ke 3 dengan usia kehamilan 2 buan, dan sebelumnya belum pernah seperti ini.

Riwayat Pemeriksaan Kehamilan : ANC satu kali di dokter

Riwayat Penyakit Dahulu : Pasienbelum pernah seperti ini sebelumnya Riwayat infeksi kandungan dan genitalia disangkal Riwayat abortus disangkal Riwayat trauma disangkal Asma (-), HT (-), DM (-)

Riwayat Penyakit Keluarga : DM disangkal. Hipertensi disangkal. Asma disangkal.

Riwayat Pengobatan : Pasientidak mengkonsumsi obat-obatan

Riwayat Perkawinan : Perkawinan kedua, masih kawin, lama kawin 7 tahun

Riwayat Haid : Haid pertama kali umur 16 tahun Frekuensi haid : lamanya 3 4 hari, siklus 30 hari teratur dan tidak sakit. HPHT : 15 November 2013 TP : 22 Agustus 2014

Riwayat Persalinan : Gravida (3), Aterm (2), Premature (0), Abortus (0), Anak Hidup (2), SC (-) No Tempatb erasalin 1. 2. 3. RB RB Hamil Ini BIDAN BIDAN 2003 2007 Aterm Aterm Penolong Thn Aterm Jenispersa Penyulit linan Spontan Spontan JK P L Anak BB 3000 3000 Keadaan Sehat Sehat

Riwayat Alergi : Obat-obatan disangkal Makanan disangkal Cuaca disangkal

Riwayat Operasi : Disangkal

Riwayat Kebiasaan : Tidak merokok Alkohol (-)

C. PEMERIKSAAN FISIK KU Kesadaran : Tampak sakit sedang : Compos Mentis

Tanda Vital : Tekanan darah Nadi Respirasi Suhu : 110/70 mmHg : 80 x/menit : 20 x/menit : 36.7 oC

Antropometri : Berat badan Tinggi badan : 55 Kg : 154 cm

Status generalis Kepala Mata : Normocephal : cekung -/Konjungtiva anemi -/Sclera ikterik -/Reflex pupil +/+ Hidung : Deviasi septum nasi -/Secret -/Mulut : Sianosis (-) Mukosa bibir lembab Faring hiperemis (-) Telinga : Serumen -/Nyeri tekan tragus -/Leher : Pembesaran KGB (-) Pembesaran kelenjar tiroid (-)
3

Thorax Pulmo : Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi Cor : Inspeksi Palpasi Perkusi Pergerakan dinding dada simetris Vocal fremitus normal, nyeri tekan (-) Sonor pada lapangan paru Vesicular +/+, Wheezing -/-, Ronki -/ Ictus cordis tidak terlihat Ictus cordis teraba di ICS 5 Batas atas : ICS III linea parasternalis sinistra

Batas kanan : ICS IV linea sternalis dextra Batas kiri : ICS V linea midclavicularis sinistra

Abdomen

: Inspeksi

: Permukaan datar, asites (-),linea nigra (-), striae gravidarum (-), bekas operasi (-)

Auskultasi Palpasi

: Bising usus (+) normal : Abdomen supel, nyeri tekan (+) abdomen bagian bawah, pembesaran hati (-) dan pembesaran limpa (-)

Perkusi

: Timpani di seluruh lapang abdomen

Ekstremitas

: Atas

: Udem (-/-), turgor kulit baik, akral hangat, sianosis (-), CRT < 2 detik

Bawah

: Udem (-/-), turgor kulit baik, akral hangat, sianosis (-), CRT < 2 detik

D. STATUS OBSTETRI Pemeriksaan luar TFU Leopold I Leopold II Leopold III Leopold IV DJJ : Tidak terdapat fundus uteri : Tidak dilakukan : Tidak dilakukan : Tidak dilakukan : Tidak dilakukan : (-)

Pemeriksaan Dalam Vulva/vagina : Tidak ada kelainan Portio : Pembukaan 1 2 cm, terabasisajaringan, nyeri goyang (-)

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG LABORATORIUM

Tanggal : 23 Januari 2014 Pemeriksaan Hematologi Hemoglobin Leukosit Hematokrit Trombosit 13,4 13.200 41,1 323 g/dl sel/mm3 % Ribu/mm3 L=13,8-17,0, P=11,3-15,5 L=4,5-10,8, P=4,3-10,4 L=42,0-50,0, P= 36,0-46,0 L=185-402, P=132-440 Hasil Satuan Nilai normal

Pembekuan Masa Perdarahan Masa Pembekuan


130 300

Menit Menit

13 26

F. ASSESSMENT Ny. YR usia 41 tahun, G3P2A0 datang ke Poli Kebidanan RSIJ Sukapura dengan keluhan keluar darah dari vagina disertai nyeri dibagian perut bawah sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Darah berupa gumpalan darah, keluhan tersebut disetai mules (+). Merupakan hamil ke 3 dan belum pernah seperti ini.

Pada pemeriksaan fisik ditemukan : TD Nadi RR : 110/70mmhg : 80 x/menit : 20 x/menit

Suhu : 36,7 oC

1. Status generalisata

: nyeri tekana bdomen bagian bawah : Pembukaan 1 2 cm, teraba sisa jaringan, nyeri goyang (-)
5

2. Status obstetri/pemeriksaan dalam : Portio

G. RENCANA DAN TINDAKAN 1. Observasi kadar Hb 2. Pembedahan Kuretase (inform concent)

H. FOLLOW UP I. DIAGNOSIS DIAGNOSIS KERJA PRE OPERASI Abortus Inkomplit

DIAGNOSIS KERJA POST OPERASI Abortus Inkomplit

J. PENGOBATAN/TINDAKAN Amoxcydal Methergin As. Mefenamat 3x1 3x1 3x1

K. Tindakan Operasi Yang Dilakukan Operasi Kuretase

I. Laporan Hasil Post Operasi 1. Spinal anastesi 2. Pasien berbaring terlentang 3. Asepsis dan antisepsis 4. Kateterisasi 10 cc 5. Pasang speculum dan tenakulum 6. Sonde uterus 12 cm 7. Kuretase sampai bersih 8. Jaringan 20 cc, tampon (-) 9. Kuretase selesai

TinjauanPustaka
ABORTUS
Angka kejadian abortus sekitar 25% dari seluruh kehamilan. Kejadian ini sangat memprihatikan bagi penderita dan suaminya.

Penatalaksanaan klinik dilakukan atas dasar 2 buah prinsip utama: 1. Evakuasi uterus tidak selalu harus dikerjakan pada setiap peristiwa perdarahan pada kehamilan muda mengingat kemungkinan viabilitas janin atau embrio. 2. Harus diingat kemungkinan adanya kehamilan ektopik pada kasus kehamilan muda dengan riwayat perdarahan per vaginam

DASAR PENEGAKAN DIAGNOSA 1. Nyeri suprapubik, kejang uterus dan atau nyeri punggung 2. Perdarahan pervaginam 3. Dilatasi servik dan teraba jaringan keluar dari kanalis servikalis 4. Gejala dan tanda kehamilan menghilang 5. Tes kehamilan negatif atau peningkatan kadar hCG yang tak sesuai 6. Hasil pemeriksaan ultrasonografi yang tidak normal

BATASAN Abortus spontan. Berakhirnya peristiwa kehamilan sebelum kehamilan usia 20 minggu (definisi WHO) Keluarnya sebagian atau seluruh hasil konsepsi dengan atau tanpa disertai janin dengan berat kurang dari 500 gram. Abortus iminen Perdarahan pervaginam pada kehamilan. Abortus kompletus Keluarnya seluruh produk hasil konsepsi sebelum kehamilan 20 minggu. Abortus inkompletus Keluarnya sebagian produk hasil konsepsi.

Abortus insipiens Perdarahan pervaginam pada kehamilan. a. Missed abortion Embrio atau janin mati dalam uterus dan tetap dalam uterus. b. Septic abortion Abortus yang disertai dengan infeksi uterus dan kadang-kadang pada struktur adneksa serta disertai dengan gejala-gejala septisemia.

ANGKA KEJADIAN 15% kehamilan klinis dan 60% kehamilan kimiawi berakhir dengan abortus spontan.8% abortus spontan terjadi pada kehamilan kurang dari 12 minggu.

Angka kejadian abortus dipengaruhi oleh berbagai faktor :


Usia ibu Faktor yang berkaitan dengan kehamilan :


Jumlah kehamilan dengan janin aterm sebelumnya Kejadian abortus sebelumnya Kejadian lahir mati sebelumnya Riwayat hamil dengan janin yang mengalami kelainan kongenital atau defek genetik

Pengaruh orang tua :


Kelainan genetik orang tua Komplikasi medis

ETIOLOGI 1. Faktor ovofetal 2. Faktor maternal

Abortus yang terjadi pada minggu-minggu pertama kehamilan umumnya disebabkan oleh faktor ovofetal . Pada minggu-minggu berikutnya (11 12 minggu), abortus yang terjadidisebabkan oleh faktor maternal.

1. Faktor OVOFETAL : Pemeriksaan USG janin dan histopatologis selanjutnya menunjukkan bahwa pada 70% kasus, ovum yang telah dibuahi gagal untuk berkembang atau terjadi malformasi pada tubuh janin. Pada 40% kasus, diketahui bahwa latar belakang kejadian abortus adalah kelainan chromosomal.Pada 20% kasus, terbukti adanya kegagalan trofoblast untuk melakukan implantasi dengan adekwat.

2. Faktor MATERNAL : 2% peristiwa abortus disebabkan oleh adanya penyakit sistemik maternal (systemic lupus erythematosis) dan infeksi sistemik maternal tertentu lainnya. 8% peristiwa abortus berkaitan dengan abnormalitas uterus ( kelainan uterus kongenital, mioma uteri submukosa, inkompetensia servik).

Terdapat dugaan bahwa masalah psikologis memiliki peranan pula dengan kejadian abortus meskipun sulit untuk dibuktikan atau dilakukan penilaian lanjutan.

MEKANISME ABORTUS Mekanisme awal terjadinya abortus adalah lepasnya sebagian atau seluruh bagian embrio akibat adanya perdarahan minimal pada desidua.

Kegagalan fungsi plasenta yang terjadi akibat perdarahan subdesidua tersebut menyebabkan terjadinya kontraksi uterus dan mengawali proses abortus. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu : Embrio rusak atau cacat yang masih terbungkus dengan sebagian desidua dan villi chorialis cenderung dikeluarkan secara in toto , meskipun sebagian dari hasil konsepsi masih tertahan dalam cavum uteri atau di canalis servicalis.Perdarahan pervaginam terjadi saat proses pengeluaran hasil konsepsi. Pada kehamilan 8 14 minggu: Mekanisme diatas juga terjadi atau diawali dengan pecahnya selaput ketuban lebih dulu dan diikuti dengan pengeluaran janin yang cacat namun plasenta masih tertinggal dalam cavum uteri.Plasenta mungkin sudah berada dalam kanalis servikalis atau masih melekat pada dinding cavumuteri.Jenis ini sering menyebabkan perdarahan pervaginam yang banyak. Pada kehamilan minggu ke 14 22: Janin biasanya sudah dikeluarkan dan diikuti dengan keluarnya plasenta beberapa saat kemudian. Kadang-kadang plasenta masih tertinggal dalam uterus sehingga menyebabkan gangguan kontraksi uterus dan terjadi perdarahan pervaginam yang banyak.Perdarahan umumnya tidak terlalu banyak namun rasa nyeri lebih menonjol. Dari penjelasan diatas jelas bahwa abortus ditandai dengan adanya perdarahan uterus dan nyeri dengan intensitas beragam.

DIAGNOSA BANDING 95% perdarahan uterus pada kehamilan muda disebabkan oleh abortus, namun perlu diingat diagnosa banding dari perdarahan pervaginam pada kehamilan muda yaitu : 1. Kehamilan ektopik 2. Perdarahan servik akibat epitel servik yang mengalami eversi atau erosi 3. Polip endoservik 4. Mola hidatidosa 5. (jarang) Karsinoma servik uteri 6. Pedunculated submucous myoma
10

GEJALA KLINIK Abortus iminen - threatened abortion 20% wanita hamil mengalami perdarahan pervaginam pada trimester I. Pada sebagian besar kasus hal tersebut disebabkan oleh perdarahan akibat adanya implantasi.Servik tertutup , perdarahan minimal dan dapat atau tanpa disertai rasa nyeri. Abortus insipien - inevitable abortion Ditandai dengan nyeri abdomen atau nyeri punggung, perdarahan pervaginam dengan dilatasi servik. Abortus sudah tak mungkin dipertahankan bila terjadi pendataran dan dilatasi servik dan atau terjadi pecahnya selaput ketuban. Abortus inkompletus
o o o

Sebagian hasil konsepsi telah keluar dari cavum uteri. Pada kehamilan (abortus completus) Pada kehamilan> 10 minggu, keluarnya janin dan plasenta tidak terjadi secara bersamaan dan sebagian masih tertahan didalam uterus. (abortus incompletus) yang biasanya disertai rasa nyeri akibat kontraksi uterus dalam usaha untuk mengeluarkan hasil konsespsi.

Perdarahan umumnya persisten dan seringkali sangat banyak.

Abortus inkompletus Pada sebelah kanan gambar terlihat gambaran produk konsepsi yang keluar pada abortus inkompletus
11

Abortus kompletus
o o

Ditandai dengan keluarnya seluruh hasil konsepsi. Perdarahan pervaginam ringan terus berlanjut sampai beberapa waktu lamanya.

Umumnya pasien datang dengan rasa nyeri abdomen yang sudah hilang.

Abortus kompletus Pada sebelah kanan gambar terlihat gambaran hasil konsepsi yang keluar pada abortus kompletus

a. Misssed abortion Setelah kematian janin, janin tidak segera dikeluarkan.Retensi kehamilan diperkirakan terjadi oleh karena masih adanya produksi progesteron plasenta yang terus berlanjut dan produksi estrogen yang turun sehingga kontraktilitas uterus menurun. Keadaan ini dapat menyebabkan terjadinya gangguan faal pembekuan darah bila janin mati tidak dikeluarkan dalam waktu lebih dari 8 minggu.

12

b. Blighted ovum Blighted Ovum atau anembryonic pregnancy adalah perkembangan embrio yang gagal sehingga yang ditemukan hanya kantung kehamilan dengan atau tanpa disertai yolk sac.

PEMERIKSAAN PENUNJANG DIAGNOSTIK Laboratorium

Darah lengkap
o o

Kadar haemoglobih rendah akibat anemia haemorrhagik. LED dan jumlah leukosit meningkat tanpa adanya infeksi. Penurunan atau level plasma yang rendah dari -hCG adalah prediktif. terjadinya kehamilan abnormal (blighted ovum, abortus spontan atau kehamilan ektopik).

Tes kehamilan
o

Ultrasonografi USG transvaginal dapat digunakan untuk deteksi kehamilan 4 5 minggu.Detik jantung janin terlihat pada kehamilan dengan CRL > 5 mm (usia kehamilan 5 6 minggu).Dengan melakukan dan menginterpretasi secara cermat, pemeriksaan USG dapat digunakan untuk menentukan apakah kehamilan viabel atau non-viabel.Pada abortus imimnen, mungkin terlihat adanya kantung kehamilan (gestational sac GS) dan embrio yang normal. Prognosis buruk bila dijumpai adanya :

Kantung kehamilan yang besar dengan dinding tidak beraturan dan tidak adanya kutub janin.

Perdarahan retrochorionic yang luas ( > 25% ukuran kantung kehamilan). Frekuensi DJJ yang perlahan ( < 85 dpm ).

Pada abortus inkompletus, kantung kehamilan umumnya pipih dan iregular serta terlihat adanya jaringan plasenta sebagai masa yang echogenik dalam cavum uteri.Pada abortus kompletus, endometrium nampak saling mendekat tanpa visualisasi adanya

hasilkonsepsi.Pada missed abortion, terlihat adanya embrio atau janin tanpa ada detik jantung janin.Pada blighted ovum, terlihat adanya kantung kehamilan abnormal tanpa yolk sac atau embrio

13

Kehamilan intrauterine 8 minggu. Terlihat gambaran embrio (E) dan yolk sac (YS)

Blighted ovum Kantung gestasi (Gestational Sac ) yang kosong

14

Kematian embrio pada kehamilan 8 minggu Terlihat dinding kantung kehamilan (GS) yang iregular dan Yolk sac yang mengempis

Uterus yang kosong ( U ) dengan masa adneksa (A) yang diduga adalah kehamilan ektopik. hCG saat ini > 100 mIU

Kehamilan ektopik Dapat menunjukkan gejala yang menyerupai abortus, gangguan haid biasa, nyeri abdomen atau nyeri panggul. Kadang ditemukan masa adneksa. Pemeriksaan USG dapat menyingkirkan kemungkinan kehamilan ektopik bila ditemukan adanya kantung kehamilan dalam uterus, namun perlu diingat (meski sangat jarang) adanya peristiwa
15

kehamilan heterotopik (kehamilan ektopik dan kehamilan intrauterine yang terjadi secara bersamaan).

Mola Hidatidosa Umumnya mengalami abortus sebelum kehamilan 20 minggu. Pemeriksaan USG kadang dapat memperlihatkan adanya kista theca lutein yang dapat menyebabkan pembesaran ovarium bilateral. Perdarahan pervaginam yang terjadi sering memperlihatkan adanya gelembung mola (gelembung mola adalah villi chorialis yang mengalami degenerasi hidropik) dan tanda ini merupakan diagnosa pasti dari MH.

KOMPLIKASI

Perdarahan yang menyebabkan haemorrhagic shock Infeksi Sepsis pasca abortus provokatus Sinechia intrauterine (Ashermans syndroma) Infertilitas Perforasi, cedera vesika urinaria atau usus akibat tindakan kuretase Pembentukan fistula

TERAPI Keberhasilan penatalaksanaan abortus tergantung pada diagnosa dini.Pada semua pasien harus dilakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik lengkap.Pemeriksaan laboratorium meliputi pemeriksaan darah lengkap, golongan darah. Kultur servik dikerjakan pada pasien abortus septik. Pada Abortus iminen :

Tirah baring. Prognosis baik bila perdarahan berhenti dan keluhan nyeri hilang. D & C diperlukan bila perdarahan terus berlangsung dan banyak.

Pada abortus insipien dan inkompletus :


Kuretase Perbaikan keadaan umum ibu Prognosis baik bila hasil konsepsi dapat dikeluarkan secara lengkap

16

Pada abortus kompletus : Observasi perdarahan. Abortus pada trimester II memerlukan perawatan di rumah sakit .Pemberian obat uterotonik dapat menghentikan perdarahan dan membantu pengeluaran hasil konsepsi yang masih ada. Pada abortus septik : Kuretase harus dilakukan paling lama 24 jam setelah pemberian antibiotika spektrum luas dan kortiskosteroid.

17

DILATASI & KURETASE


Tindakan ginekologik untuk mengakhiri kehamilan pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu disebut sebagai aborsi yang dikerjakan melalui tindakan kuretase tanpa atau disertai dengan dilatasi kanalis servikalis terlebih dulu ( D & C ). Aborsi elektif atau voluntary adalah terminasi kehamilan sebelum viability atas kehendak pasien dan tidak berdasarkan alasan medik.

Indikasi Pengosongan uterus pada kehamilan kurang dari 20 minggu : 1. Menghentikan perdarahan pervaginam pada peristiwa abortus spontan 2. Kematian janin intra uterine ( IUFE-intra uterine fetal death) 3. Kelainan kongenital berat yang menyebabkan gangguan anatomis atau gangguan mental hebat 4. Mola hidatidosa 5. Kelainan medik yang menyebabkan seorang wanita tidak boleh hamil: 1. Penyakit jantung, 2. Penyakit hipertensi yang berat, 3. Carcinoma cervix invasif 6. (Psikososial misalnya pada korban perkosaan atau incest yang menjadi hamil) 7. (Kegagalan kontrasepsi)

Persiapan tindakan: 1. Anamnesa, pemeriksaan umum dan pemeriksaan ginekologik 2. Penjelasan mengenai prosedur pelaksanaan tindakan dan komplikasi yang mungkin terjadi 3. Penentuan jenis kontrasepsi yang akan digunakan pasca tindakan 4. Informed consent dari pasien dan suami (atau keluarga)

18

TEHNIK ABORSI Pembedahan 1. Dilatasi servik yang dilanjutkan dengan evakuasi: 1. Kuretase 2. Aspirasi vakum (suction curettage) 3. Dilatasi dan evakuasi 4. Dilatasi dan ekstraksi 2. Menstrual aspiration 3. Laparotomi: 1. Histerotomi 2. Histerektomi

Medikamentosa 1. Oksitosin intravena 2. Cairan hiperosmolar intra amniotik: 1. Saline 20% 2. Urea 30% 3. Prostaglandine E2, F2, E1 dan analoognya 1. Injeksi intra amniotik 2. Injeksi ekstra ovular 3. Insersi vagina 4. Injeksi parenteral 5. Peroral 4. Antiprogesterone- RU 486 ( mifepristone) dan epostane 5. Methrotexate- intramuskular dan peroral 6. Kombinasi bahan-bahan diatas

19

Perbandingan antara Tehnik Pembedahan dengan tehnik Medikamentosa : Tehnik ABORSI MEDIKAMENTOSA Bukan prosedur yang invasif Selalu tidak menggunakan anaesthesia Memerlukan lebih dari dua kunjungan Berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu Dapat digunakan pada awal kehamilan Angka keberhasilan 95% Memerlukan tindak lanjut untuk memastikan bahwa telah terjadi abortus secara lengkap Memerlukan partisipasi dari pasien pada semua langkah terapi Tehnik ABORSI BEDAH Prosedur invasif Bila dipandang perlu, dapat diberikan sedasi / anestesi Umumnya hanya satu kali kunjungan saja Berlangsung dalam waktu yang tidak dapat diramalkan Dapat digunakan pada awalkehamilan Angka keberhasilan 99% Tidak selalu memerlukan tindak lanjut untuk memastikan bahwa abortus sudah lengkap Partisipasi pasien hanya pada satu tahapan saja

DILATASI DAN KURETASE 1. Bila masih memungkinkan dan dianggap perlu, tindakan untuk memperlebar kanalis servikalis dilakukan dengan pemasangan batang laminaria dalam kanalis servikalis dalam waktu maksimum 12 jam sebelum tindakan kuretase. 2. Dilatasi juga dapat dilakukan dengan dilatator Hegar yang terbuat dari logam dari berbagai ukuran (antara 0.5 cm sampai 1.0 cm) 3. Setelah persiapan operator dan pasien selesai, pasien diminta untuk berbaring pada posisi lithotomi setelah sebelumnya mengosongkan vesica urinaria. 4. Perineum dibersihkan dengan cairan antiseptik 5. Dilakukan pemeriksaan dalam ulangan untuk menentukan posisi servik, arah dan ukuran uterus serta keadaan adneksa 6. Spekulum dipasang dan bibir depan porsio dijepit dengan 1 atau 2 buah cunam servik.

20

Spekulum vagina dipasang dan dipegang oleh asisten, sonde uterus dimasukkan kedalam cavum uteri untuk menentukan arah dan kedalaman uterus

Dilatator hegar dijepit diantara ibu jari da jari telunjuk tangan kanan dan dimasukkan kedalam uterus secara hati-hati dan sistematis (mulai dari ukuran diameter terkecil

1. Gagang sonde dipegang antara ibu jari dan telunjuk tangan kanan dan kemudian dilakukan sondage untuk menentukan arah dan kedalaman uterus 2. Bila perlu dilakukan dilatasi dengan dilatator Hegar 3. Jaringan sisa kehamilan yang besar diambil terlebih dulu dengan cunam abortus 4. Sendok kuret dipegang diantara ujung jari dan jari telunjuk tangan kanan ( hindari cara memegang sendok kuret dengan cara menggenggam ), sendok dimasukkan ke kedalam uterus dalam posisi mendatar dengan lengkungan yang menghadap atas.

21

Sendok uterus dimasukkan secara mendatar dengan lengkungan menghadap atas dan kuretase dikerjakan secara sistematis ( searah jarum jam dan meliputi seluruh cavum uteri )

Pengeluaran sisa kehamilan

Regimen Aborsi Medikamentosa Untuk Kehamilan Muda :

Mifepristone + Misoprostol
o o

Mifepristone 100 600 mg p.o diikuti dengan Misoprostol 400ug p.o atau 800 ug per vaginam dalam waktu 6 72 jam

Methrotexate + Misoprostol
o o

Methrotexate 50 mg/m2 i.m atau p.o, diikuti dengan : Misoprostol 800 ug per vaginam dalam waktu 3 7 hari dan bila perlu diulang dalam waktu 1 minggu kemudian setelah pemberian methrotexate pertama

22

ABORSI PADA TRIMESTER KEDUA METODE NON INVASIF 1. Oksitosin intravena dosis tinggi 2. Prostaglandine E2 suppositoria 3. Prostaglandine E1 (misoprostol) peroral OKSITOSIN DOSIS TINGGI 1. Berhasil pada 80 90% kasus 2. Pemberian 50 unit oksitosin dalam 500 ml PZ selama 3 jam

PROSTAGLANDINE E2
1. 2.

20 mg Prostaglandine E2 intravaginal pada fornix posterior Efek samping : mual dan muntah, demam dan diare

PROSTAGLANDINE E1
1. 2.

600 ug intra vagina diikuti dengan pemberian 400 ug setiap 4 jam Ramsey dkk (2004) : tehnik ini lebih efektif dibandingkan oksitosin infuse dosis tinggi

23

You might also like