You are on page 1of 2

Supervisory Board : Zumrotin K Susilo, Chair Alexander Lay Sidharta Utama Julia Siswaningsih Kuswartini Suhel

TRANSPARENCY INTERNATIONAL
INDONESIA
Jalan Senayan Bawah No.17 Blok S, Rawabarat, Jakarta 12180, Indonesia Ph. : (62-21) 720 8515 Fax : (62-21) 72 678 15 Email : Info@ti.or.id Web site : www.ti.or.id

Executive Board : Natalia Soebagjo, Chair Utama Kajo Leonard Simanjuntak Mayling Oey- Gardiner Anung Karyadi Saldi Isra Junius Hutabarat Secretary General : Dadang Trisasongko

PRESS RELEASE Launching Global Corruption Barometer (GCB) 2013 Publik siap melawan korupsi, Lembaga antikorupsi perlu dukungan Jakarta, 9 Juli 2013 Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk memberantas korupsi, namun 3 dari 4 orang yang disurvey dalam Global Corruption Barometer (GCB) menyatakan bahwa korupsi di negara-negara Asia Tenggara memburuk. Suap dan penyalahgunaan wewenang masih marak, sementara lembaga-lembaga yang mestinya memberikan pelayanan, pelindungan dan supervisi justru memiliki integritas yang buruk. Karena itu diperlukan upaya lebih keras untuk memperkuat lembaga-lembaga anti-korupsi, memonitor efektivitas reformasi pelayanan publik dan melibatkan warga dalam upaya-upaya melawan korupsi. Di Indonesia, 72% warga menyatakan korupsi meningkat. Sementara 20% menyatakan kondisi sama dan hanya 8% menyatakan korupsi menurun. Ketika ditanya tentang upaya pemberantasan korupsi, 65% warga menyatakan belum efektif, sementara hanya 32% yang menyatakan sudah efektif. Sisanya tidak yakin apakah efektif atau tidak. GCB merupakan survey yang bertujuan mengukur efektivitas pemberantasan korupsi dan mengidentifikasi sektor-sektor public yang rawan di setiap negara. Survey ini menanyakan secara langsung kepada publik tentang pengalaman, penilaian dan peran mereka dalam pemberantasan korupsi. Pada tahun 2013, GCB mensurvey 114 ribu orang di 107 negara, sementara di Indonesia survey ini mencakup 1.000 responden di 5 kota (Jakarta, Surabaya, Medan, Makassar, dan Bandung). Berkaca dari survey ini, sulit bagi pemerintah memperbaiki kondisi Indonesia jika KPK terus diganggu dan reformasi lembaga-lembaga publik mengendor, Dadang Trisasongko, Sekjen Transparency International Indonesia mengingatkan. Kita membutuhkan dukungan politik yang kuat untuk pembenahan parlemen, kepolisian pengadilan, dan lembaga-lembaga pelayanan publik untuk memastikan alokasi budget dan basic services kepada warga tidak dikorupsi, lanjut Dadang. Secara global partai politik, polisi, parlemen, peradilan dan birokrasi merupakan lembaga yang paling korup. Dalam kaitan dengan layanan publik, sebanyak 53% menyatakan diminta untuk membayar suap saat berurusan dengan polisi. Selain itu, 30% orang yang berurusan dengan lembaga pengadilan membayar suap. Kondisi ini juga tercermin di Indonesia dalam kaitan dengan pemenuhan pelayanan hak-hak dasar kepada warga. Survey ini menunjukkan masih banyak kutipan yang harus dibayar ketika berurusan dengan lembaga kepolisian, pengadilan, perizinan usaha, pertanahan, pendidikan dan kesehatan. Sekalipun demikian, warga di seluruh dunia masih sangat optimis melawan korupsi. 9 dari 10 orang yang disurvey bersedia terlibat melawan korupsi, 2/3 di antaranya berkomitmen untuk menolak suap. Di Indonesia, 80% warga bersedia untuk bertindak secara konkret. Baik dalam bentuk memberi tekanan (petisi dan protes/demo), bergabung dalam organisasi anti-korupsi, menolak suap, membangun wacana melalui media social, maupun melaporkan kejadian korupsi di sekitarnya. Sayangnya, belum cukup tersedia perlindungan dan saluran yang efektif bagi warga untuk melakukan pengaduan dan pelaporan korupsi.

Rekomendasi Presiden harus memberikan dukungan dan kepemimpinan politik yang kuat untuk memastikan strategi nasional (STRANAS) pemberantasan korupsi terlaksana secara efektif dan melibatkan publik dalam proses mencapai hasil-hasilnya. Pemerintah Indonesia juga perlu memastikan Indonesia memberi teladan (best practices) dalam upaya pemberantasan korupsi, khususnya karena Indonesia akan menjadi Ketua Open Government Partnership (OGP) pada Oktober 2013. Presiden dan Pimpinan POLRI perlu memperkuat upaya reformasi birokrasi di tubuh POLRI. Kementerian, lembaga negara dan pemerintah di pusat dan daerah membangun sistem integritas dengan memperkuat perlindungan anti-korupsi dan dan saluran yang efektif bagi warga untuk melakukan pengaduan dan pelaporan korupsi. KPK telah menjadi rujukan lembaga anti-korupsi di seluruh dunia dalam penegakan hukum terhadap korupsi sehingga perlu terus didukung dan diperkuat kewenangan, kapasitas dan sumberdaya keuangannya. Menjelang pemilu 2014, anggota parlemen dan calon wakil rakyat perlu memberi contoh dengan mempublikasikan asset diri dan keluarganya. Sehingga pemilih dapat memilih pemimpin yang berintegritas, lepas dari potensi konflik kepentingan dan kepentingan luar. Hasil survey ini memberikan rekomendasi agar masyarakat lebih selektif dalam memlilih wakil rakyat yang memiliki integritas yang tinggi. Kepolisian, kejaksaan, pengadilan dan lembaga pemasyarakat adalah pilar penting yg menopang tegaknya negara hukum dan demokrasi. Oleh karena itu, membangun sistem peradilan pidana yang terpadu, bersih akuntabel menjadi agenda penting pembangunan sistem penegakan hukum di Indonesia. Reformasi disemua lini sektor peradilan ini sangat mendesak dilakukan, mulai dari rekrutmen personel, sistem pengawasan internal, sistem transparansi informasi publik dan sistem pengelolaan penanganan perkara.

### Contact Person: Wahyudi Thohary: wahyudi@ti.or.id Ilham B. Saenong: milham@ti.or.id

You might also like