You are on page 1of 5

Tugas Teori Komunikasi Kelompok 10

Nama Kelompok: Odiza Alodia 120904795 Aulia Disa 120904696 Hesti Candra Dewi 120904788 Fitria Rahmawati 120904650 Melinda Bella Carla 120904828

Asumsi dari Teori Disonansi Kognitif Teori Disonansi Kognitif adalah penjelasan mengenai bagaimana keyakinan dan perilaku mengubah sikap. Teori ini berfokus pada efek inkonsistensi yang ada di antara kognisikognisi. Di bawah ini merupakan empat asumsi dasar dari teori ini: Manusia memiliki hasrat akan adanya konsistensi pada keyakinan, sikap, dan perilakunya. Asumsi pertama menekankan sebuah model mengenai sifat dasar dari manusia yang mementingkan adanya stabilitas dan konsistensi. Teori disonansi kognitif menyatakan bahwa orang tidak akan menikmati inkonsistensi dalam pikiran dan keyakinan mereka. Sebaliknya, mereka mencari konsistensi. Disonansi diciptakan inkonsistensi psikologis. Asumsi kedua berbicara mengenai jenis konsistensi yang penting bagi orang. Teori ini tidak berpegang pada konsistensi logis yang kaku. Sebaliknya, teori unu merujuk pada fakta bahwa kognisi-kognisi harus tidak konsisten secara psikologis (dibandingkan tidak konsisten secara logis) satu dengan lainnya untuk menimbulkan disonansi kognitif. Disonansi adalah perasaan tidak suka yang mendorong orang untuk melakukan tindakan-tindakan dengan dampak yang tidak dapat diukur. Jadi, orang tidak senang berada dalam keadaan disonansi; hal itu merupakan suatu keadaan yang tidak nyaman. Festinger menyatakan bahwa disonansi merupakan keadaan pendorong yang memiliki properti rangsangan. Asumsi ketiga dari teori ini menyatakan bahwa ketika orang mengalami inkonsistensi psikologis disonansi yang tercipta menimbulkan perasaan tidak suka. Disonansi akan mendorong usaha untuk memperoleh konsonansi dan usaha untuk mengurangu disonansi. Akhirnya teori ini mengasumsikan bahwa rangsangan yang diciptakan oleh disonansi akan memotivasi orang untuk menghindari situasi yang menciptakan inkonsistensi dan berusaha mencari situasi yang mengembalikan konsistensi.

Konsep dan Proses Disonansi Kognitif Ketika teoritikus disonansi berusaha untuk melakukan prediksi seberapa banyak ketidaknyamanan atau disonansi yang dialami Juan, mereka mengakui adanya konsep tingkat disonansi. Tingkat disonansi (magnitude of dissonance) merujuk kepada jumlah kuantitatif disonansi yang dialami seseorang. Tingkat disonansi akan mernentukan tindakan yang akan diambil seseorang dan kognisi yang mungkin ia gunakan untuk mengurangi disonansi. Teori ini membedakan situasi yang menghasilkan lebih banyak disonansi dan situasi yang menghasilkan lebih sedikit disonansi. Tingkat Disonansi Tiga faktor dapat memengaruhi tingkat disonansi yang dirasakan seseorang (Zimbardo, Ebbesen & Maslach, 1977). Pertama tingkat kepentingan atau seberapa siginifikan suatu masalah, berpengaruh terhadap tingkat disonansi yang dirasakan. Kedua, jumlah disonansi dipengaruhi oleh rasio disonansi atau jumlah kognisi disonan berbanding dengan jumlah kognisi yang konsonan. Beberapa dari kognisi ini konsonan dengan perilakunya; sangat baik untuk menyatakan perasaan secara terbuka. Akhirnya tingkat disonansi dipengaruhi oleh rasionalitas yang digunakan individu untuk menjustifikasi inkonsistensi. Rasionalitas merujuk kepada alasan yang dikemukakan untuk menjelaskan mengapa sebuah inkonsistensi muncul. Makin banyak alasan yang dimiliki seseorang untuk kesenjangan yang ada, maka makin sedikit disonansi seseorang rasakan. Mengatasi Disonansi Meskipun teori disonansi kognitif menjelaskan bahwa disonansi dapat dikurangi baik melalui perubahan perilaku maupun sikap, kebanyakan penelitian difokuskan pada sikap. Banyak cara untuk meningkatkan konsistensi didasarkan pada kognisi, dan teori ini mengemukakan beberapa metode yang mungkin akan digunakan untuk mengurangi disonansi. Misalnya, menambahkan atau mengurangi kognisi untuk mengurangi rasio kognisi konsonan dengan disonan. Hal ini mungkin berarti menambahkan fakta. Kita dapat mengurangi disonansi dengan (1) mengurangi pentingnya keyakinan disonan kita, (2) menambahkan keyakinan yang konsonan atau (3) menghapuskan disonansi dengan cara tertentu.

Lalu ada konsep disonansi kognitif dan persepsi. Secara spesifik Teori Disonansi K ognitif berkaitan dengan empat proses. Pertama, proses pemilihan terpaan (selective exposu re), atau mencari informasi konsisten yang belum ada, membantu untuk mengurangi disonans i. Dalam contoh mengenai konflik dalam hubungan. Kedua, perhatian selektif (selective atte ntion) yang merujuk pada melihat informasi secara konsisten begitu konsisten itu ada. Ketiga, interpretasi selektif (selective interpretation) yang melibatkan penginterpretasian informasi yang ambigu sehingga menjadi konsisten. Dalam kasus Elaine Showalter (1997) mendiskusik an mengenai inkonsistensi yang ada ketika seorang kritikus feminis juga suka berbelanja dan memakai pakaian dan aksesoris feminin. Dia menginterpretasikan nasihat yang diberikan ole h seorang akademisi mengenai cara berpakaian yang konservatif sebagai persetujuan dengan posisinya bahwa kita harus mengembalikan kewanitaan seorang feminis. Keempat, retensi selektif (selective retention) merujuk pada mengingat dan mempelajari informasi yang konsis ten dengan kemampuan yang lebih besar dibandingkan yang kita lakukan terhadap informasi yang tidak konsisten. Dan terakhir terdapat konsep Justifikasi Minimal (minimal justification) yang merup akan penawaran insentif minimum yang diisyaratkan bagi seseorang untuk berubah.

Teori Disonansi Kognitif dan Persuasi Banyak peneliti yang berawal dari penelitian festinger berfokus pada persuasi terutama yang berhubungan dengan pengabilan keputusan.Kemudian penelitian berkosentrasi pada disonansi kognitif sebagai fenomena pasca pengambilan keputusan.Beberapa studi mempelajari mengenai penyesalan pembeli yaitu disonansi yang sering kali dialami seseorang setelah memutuskan suatu pembelian yang besar.Penyesalan pembeli juga dapat di artikan sebagai disonansi pengambilan keputusan yang berhubungan dengan suatu pembelian.contohnya ketika seseorang pergi ke sebuah toko elektronik kemudian karyawan di toko tersebut menawarkan sebuah tv dengan kualitas yang sangat bagus dan karyawan itu terus meyakinkan orang tersebut untuk membeli tv itu hingga akirnya orang tersebut yang awalnya tidak ada rencana membeli tv akirnya membeli tv itu, setelah membeli tv tersebut orang itu baru menyesal. Sering kali orang baru menyadari atau menyesal ketika telah membeli barang seperti pada contoh tersebut. Kebanyakan orang akan melakuan suatu

pembelian yang besar jika dia merasa yakin dengan barang yang akan dibelinya. Seperti pada teori CDT bahwa disonansi dapat terjadi setelah melakukan pembelian yang

besar.Memberikan orang informasi untuk memberikan pandangan mengenai pembelian mereka dapat mengurangi disonansi, selain itu hal ini juga berbicara mengenai pentingnya keputusan dan memanipulasi rasio disonansi. Banyak peneliti yang mencoba meneliti berbagai kejadian mengenai disonansi kognitif untuk mengetahui cara mengurangi disonansi yang banyak terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Disisi lain prinsip dalam disonansi kognitif juga dapat membantu untuk merubah perilaku atau kebiasaan seseorang, dimana orang tersebut akirnya membuat suatu keputusan. Selain pada situasi pengambilan keputusan beberapa peneliti juga mempelajari mengenai hubungan antara disonansi dengan strategi komunikasi.Ternyata orang juga dapat mengurangi disonansi yang tercipta karena suatu hal dengan menggunakan strategi komunikasi. Contoh dari disonansi kognitif dan persuasi ini seperti kertika seseorang mencintai lingkungan dan bekerja di sebuah perusahan atau pabrik. Namun pabrik tersebut sering membuang limbah sembarangan. Sebenanrnya orang tersebut tidak sependapat dengan apa yang dilakukan oleh pabrik tersebut karena dia sangat mencintai lingkungan dan selalu ingin menjaga kebersihan lingkungan agar selalu bersih dan sehat, akan tetapi dia harus bisa membuat dia tetap nyaman dan tetap betah berkerja di pabrik tersebut karena jika tidak ia akan kehilangan pekerjaannya.

Kritik Terhadap Teori Disonansi

1. Teori ini dinilai kurang memiliki kegunaan karena teori ini tidak menjelaskan secara menyeluruh kapan dan bagaimana seseorang akan mencoba untuk mengurangi disonansi.

2. Kemungkinan pengujian tidak sepenuhnya terdapat dalam teori ini. Kemungkinan pengujian berarti kemampuan untuk membuktikan apakah teori tersebut benar atau salah.

You might also like