You are on page 1of 40

BAB I PENDAHULUAN A.

LATAR BELAKANG Keberadaan usia lanjut ditandai dengan umur harapan hidup yang semakin meningkat dari tahun ke tahun, hal tersebut membutuhkan upayapemeliharaan serta peningkatan kesehatan dalam rangka mencapai masa tua yang sehat, bahagia,berdaya guna dan produktif.

keberadaan usia lanjut ditandai dengan umur harapan hidup yang semakin meningkat dari tahun ke tahun, hal tersebut membutuhkan upaya pemeliharaan serta peningkatan kesehatan dalam rangka mencapai masa tua yang sehat, bahagia, berdaya guna, dan produktif.proses menua yang dialami oleh lansia menyebabkan mereka mengalami berbagai perasan sedih,cemas,kesepian, dan mudah tersinggung dan depresi. Jika lansia mengaklami gangguan tersebut maka kondisi tersebut dapat menggangu kegiatan sehari-hari lansia.mencegah dan merawat lansia dengan masalah tersebut adalah hal yang sangat penting dlamupaya mendorong lansia bahagia sejahtera di dalamkeluarga serta masyarakat.

B. RUMUSAN MASALAH 1. apakah pengertian lansia dan batasan lansia? 2. apakah yang dimaksud dengan proses menua? 3. bagaimana dengan teori-teori proses menua? 4. apakah pengertian depresi? 5. apakah faktor predisposisi dan pencetus? 6. apakah tanda dan gejala depresi serta ciri-ciri depresi?

C. TUJUAN 1. Untuk menetahui pengerian lansia dan batasan usia. 2. untuk mengetahui proses menua. 3. untuk mengetahui dan mengerti proses menua 4. untuk mengetahui apa itu depresi 5. untuk mengetahui faktor predisposisi dan faktor pencetus depresi 6. untuk mengetahui tan dan gejala depresi. D. METODE PENULISAN Dalam penulisan makalah asuhan keperawatan lansia dengan depresi penulis menggunakan metode study pustaka, pengetikan dan pengeditan serta browsing internet.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lansia

1. Pengertian lansia

menurut organisasi kesehatan adalah usia pertengahan (midlle age) kelompok usia45-70 tahun usia lanjut (elders) antara 60-70 tahun usia tua (old) antara 75-90thn usia dangat tua(very old) diatas 90 tahun.

Menurut prof koesmoto setyonegoro lanjut usia adalah orang yg berumur 65 tahun keatas.

Sebenarnya lanjut usia adalah suatu proses alami yang tidakapat ditentukan oleh tuhan yang maha esa (wahyudi nugroho,2000)

2. Batasan-batasan Lansia

Batasan seseorang dikatakan Lanjut usia masih diperdebatkan oleh para ahli karena banyak faktor fisik, psikis dan lingkungan yang saling mempengaruhi sebagai indikator dalam pengelompokan usia lanjut. Proses peneuan berdasarkan teori psikologis ditekankan pada perkembangan). World Health Organization (WHO) mengelompokkan usia lanjut sebagai berikut :

1. Middle Aggge (45-59 tahun) 2. Erderly (60-74 tahun) 3. Old (75-90 tahun) 4. Very old (> 91 tahun)

Menurut Birren dan Renner dalam Johanna E.P (1991; 75) usia biologis dabat diberi batasan sebagai suatu estimasi posisi seseorang dalam hubungannya dengan potensi jangka hidupnya. Menurut Eisdoefer dan Wilkie dalam Johanna, EP (1993, 75) mengatakan bahwa usia biologis adalah proses genetik yang berhubungan waktu, tetapi terlepas dari stres, trauma dan penyakit. Seseorang dikatakan muda secara biologis apabila secara kronologis tua, tetapi organorgan tubuhnya, seperti jantung, ginjal, hati, saluran pencernaan, tetap berfungsi seperti waktu muda.

Usia psikologis adalah kapasitas individu untuk adaptif dalam hal ingatan, belajar, intelegnsi, keterampilan, perasaan, motivasi dan emosi. Apabila hal ini masih baik dan stabil dapat dikatakan secara psikologis ia masih dewasa.

Usia sosial menekankan peran dan kebiasaan seseorang dalam hubungannya dengan orang lain dan menjalankan perannya dengan penuh tanggung jawab di mayarakat.

Faktor-faktor yang mempengaruhi tua :

1. Herediter

2. Nutrisi

3. Status Kesehatan

4. Penglaman hidup

5. Lingkungan

6. Stres

3. Proses penuaan

1. Pengertian

Aging proses adalah suatu periode menarik diri yang tak terhindarkan dengan karakteristik menurunnya interaksi antara lansia dengan orang lain di sekitarnya. Individu diberi kesempatan untuk mempersiapkan dirinya menghadapi ketidamampuan dan bahkan kematia (Cox, 1984).

2. Teori-teori Proses Penuan

a. Teori Biologi

1) Perubahahn biologi yang berasal dari dalam(intrinsik)/ Teori Genetika

a) Teori jam biologi (Biological clock theory), Proses menua dipengaruhi oleh faktorfaktor keturunan dari dalam. Umur seseorang seolah-olah distel seperti jam.

b) Teori menua yang terprogram (program aging theory), sel tubuh manusia hanya dapat membagi diri sebanyak 50 kali.

c) Teori Mutasi (somatic mutatie theory), setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi. d) The Error Theory, Pemakaian dan rusak kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah (terpakai).

2) Perubahan biologik yang berasalah dari luar/ekstrinsik (Teori Non Genetika).

a) Teori radikal bebas, meningkatnya bahan-bahan radikal bebas sebagai akibat pencemaran lingkungan akan menimbulkan perubahan pada kromosom pigmen dan jaringan kolagen.

b) Teori imunlogi, perubahan jaringan getah bening akanmengakivbatkan ketidakseimbangan sel T dan terjadi penurunan fungsi sel-sel kekebalan tubuh, akibatnya usia lanjut mudah terkena infeksi.

b. Teori Psikologik

1) Maslow Hierareky Human Needs Theory

Teori Maslow mengungkapkan hirarki kebutuhan manusia yang meliputi 5 hal (kebutuhan biologik, keamanan da kenyamanan , kasih sayang, harga diri, aktualisasi diri dan aktualisasi diri. 2) Jungs Theory of invidualsm

Teori individualism yang dikemukakan Carl Jung (1960) mengungkapkan perkembangan personality dari anak-anak, remaja, dewasa muda, dewasa pertengahan hingga dewasa tua (lansia) yang dipengaruhi baik dari internal maupun eksternal.

3) Course of Human Life Theory

Chorlotte Buhler juga merupakan penganut teori psikologik dengungkapkan bawa teori perkembangan dasar manusia yang difokuskan pada identifikasi pencapaian tujuan hidup seseorang dalam melalui fase-fase perkembangan.

4) Eight Stages of Life Theory Teori Eight Stages of Life yang dikemukakan Erikson (1950) adalah suatu teori perkembangan psikososial yang terbagi atas 8 tahap, yang mempunyai tugas dan peran yang perlu diselesaikan dengan baik : Masa bayi timbul kepercayaan dasar (basic trust)

Tahap I

Tahap II

Tahap penguasaan diri (autonomi)

Tahap III

Tahap inisiatip

Tahap IV

Timbulnya kemauan untuk berkarya (Industriousness)

Tahap V

Mencari identitas diri (Identy)

Tahap VI

Timbulnya keintiman (Intimacy)

Tahap VII

Mencapai kedewasaan (generativity)

Tahap VIII

Memasuki

usia

lanjut

akan

mencapai

kematangan

kepribadian (ego Integrity), dia merupakan orang yang memiliki integritas dalam kepribadian sehingga mampu berbuat untuk kepentingan umum. Kegagalan pada tahap ini akan menyebabkan cepat putus asa.

Demikian juga dengan teori Developmental Task yang dikemukakan Havighurst (1972) bahwa masing-masing individu melalui tahap-tahap perkembangan secara spesifik dan terjadi variasi/perbedaan antara individu satu dengan lainnya.

Tahap perkembangan ini harus dilalui dengan baik sehingga individu akan merasakan kebahagiaan dan kesuksesan dalam hidup.

Peran Perawat pada klien lansia sesuai Proses Penuaan.

Proses Perawatan Kesehatan bagi para Lansia merupakan tugas yang membutuhkan suatu kondisi yang bersifat komprehnsif sehingga diperlukan suatu upaya penciptaan suatu keterpaduan antara berbagai proses yang dapat terjadi pada lansia.

Untuk mencapai tujuan yang lebih maksimal, konsep dan strategi pelayanan kesehatan bagi para lansia memegang peranan yang sangat penting dalam hal ini tidak lepas dari peran perawat sebagai unsur pelaksana.

3. perubahan- perubahan yang terjadi pada lansia

1. Perubahan Fisik

Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistem organ tubuh, diantaranya sistem pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem pengaturan tubuh, muskuloskeletal, gastrointestinal, genito urinaria, endokrin dan integumen.

a. Sistem pernafasan pada lansia.

1) Otot pernafasan kaku dan kehilangan kekuatan, sehingga volume udara inspirasi berkurang, sehingga pernafasan cepat dan dangkal.

2) Penurunan aktivitas silia menyebabkan penurunan reaksi batuk sehingga potensial terjadi penumpukan sekret.

3) Penurunan aktivitas paru ( mengembang & mengempisnya ) sehingga jumlah udara pernafasan yang masuk keparu mengalami penurunan, kalau pada pernafasan yang tenang kira kira 500 ml.

4) Alveoli semakin melebar dan jumlahnya berkurang ( luas permukaan normal 50m), menyebabkan terganggunya prose difusi.

5) Penurunan oksigen (O2) Arteri menjadi 75 mmHg menggangu prose oksigenasi dari hemoglobin, sehingga O2 tidak terangkut semua kejaringan.

6) CO2 pada arteri tidak berganti sehingga komposisi O2 dalam arteri juga menurun yang lama kelamaan menjadi racun pada tubuh sendiri.

7) kemampuan batuk berkurang, sehingga pengeluaran sekret & corpus alium dari saluran nafas berkurang sehingga potensial terjadinya obstruksi.

b. Sistem persyarafan.

1) Cepatnya menurunkan hubungan persyarafan.

2) Lambat dalam merespon dan waktu untuk berfikir.

3) Mengecilnya syaraf panca indera.

4) Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya syaraf pencium & perasa lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.

c. Perubahan panca indera yang terjadi pada lansia.

1) Penglihatan

a) Kornea lebih berbentuk skeris.

b) Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar.

c) Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa).

d) Meningkatnya ambang pengamatan sinar : daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat, susah melihat dalam cahaya gelap.

e) Hilangnya daya akomodasi.

f) Menurunnya lapang pandang & berkurangnya luas pandang.

g) Menurunnya daya membedakan warna biru atau warna hijau pada skala.

2) Pendengaran.

a) Presbiakusis (gangguan pada pendengaran) :

Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara, antara lain nada nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata kata, 50 % terjadi pada usia diatas umur 65 tahun.

b) Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis.

c) Terjadinya pengumpulan serumen, dapat mengeras karena meningkatnya kreatin.

3) Pengecap dan penghidu.

a) Menurunnya kemampuan pengecap.

b) Menurunnya kemampuan penghidu sehingga mengakibatkan selera makan berkurang.

4) Peraba.

a) Kemunduran dalam merasakan sakit.

b) Kemunduran dalam merasakan tekanan, panas dan dingin.

d. Perubahan cardiovaskuler pada usia lanjut.

1) Katub jantung menebal dan menjadi kaku.

2) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % pertahun sesudah berumur 20 tahun. Hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.

3) Kehilangan elastisitas pembuluh darah.

Kurangnya efektifitasnya pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur keduduk ( duduk ke berdiri ) bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg ( mengakibatkan pusing mendadak ).

4) Tekanan darah meningkat akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer (normal 170/95 mmHg ).

e. Sistem genito urinaria.

1) Ginjal, Mengecil dan nephron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal menurun sampai 50 %, penyaringan diglomerulo menurun sampai 50 %, fungsi tubulus berkurang akibatnya kurangnya kemampuan mengkonsentrasi urin, berat jenis

urin menurun proteinuria ( biasanya + 1 ) ; BUN meningkat sampai 21 mg % ; nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat.

2) Vesika urinaria / kandung kemih, Otot otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau menyebabkan frekwensi BAK meningkat, vesika urinaria susah dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga meningkatnya retensi urin.

3) Pembesaran prostat 75 % dimulai oleh pria usia diatas 65 tahun.

4) Atropi vulva.

5) Vagina, Selaput menjadi kering, elastisotas jaringan menurun juga permukaan menjadi halus, sekresi menjadi berkurang, reaksi sifatnya lebih alkali terhadap perubahan warna.

6) Daya sexual, Frekwensi sexsual intercouse cendrung menurun tapi kapasitas untuk melakukan dan menikmati berjalan terus.

f. Sistem endokrin / metabolik pada lansia.

1) Produksi hampir semua hormon menurun.

2) Fungsi paratiroid dan sekesinya tak berubah.

3) Pituitary, Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya ada di pembuluh darah dan berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH dan LH.

4) Menurunnya aktivitas tiriod BMR turun dan menurunnya daya pertukaran zat.

5) Menurunnya produksi aldosteron.

6) Menurunnya sekresi hormon bonads : progesteron, estrogen, testosteron.

7) Defisiensi hormonall dapat menyebabkan hipotirodism, depresi dari sumsum tulang serta kurang mampu dalam mengatasi tekanan jiwa (stess).

g. Perubahan sistem pencernaan pada usia lanjut.

1) Kehilangan gigi, Penyebab utama adanya periodontal disease yang biasa terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk.

2) Indera pengecap menurun, Adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir, atropi indera pengecap ( 80 %), hilangnya sensitivitas dari syaraf pengecap dilidah terutama rasa manis, asin, asam & pahit.

3) Esofagus melebar.

4) Lambung, rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun ), asam lambung menurun, waktu mengosongkan menurun.

5) Peristaltik lemah & biasanya timbul konstipasi.

6) Fungsi absorbsi melemah ( daya absorbsi terganggu ).

7) Liver ( hati ), Makin mengecil & menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya aliran darah.

h. Sistem muskuloskeletal.

1) Tulang kehilangan densikusnya rapuh.

2) resiko terjadi fraktur.

3) kyphosis.

4) persendian besar & menjadi kaku.

5) pada wanita lansia > resiko fraktur.

6) Pinggang, lutut & jari pergelangan tangan terbatas.

7) Pada diskus intervertebralis menipis dan menjadi pendek ( tinggi badan berkurang ).

i. Perubahan sistem kulit & karingan ikat.

1). Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak.

2). Kulit kering & kurang elastis karena menurunnya cairan dan hilangnya jaringan adiposa

3). Kelenjar kelenjar keringat mulai tak bekerja dengan baik, sehingga tidak begitu tahan terhadap panas dengan temperatur yang tinggi.

4). Kulit pucat dan terdapat bintik bintik hitam akibat menurunnya aliran darah dan menurunnya sel sel yang meproduksi pigmen.

5). Menurunnya aliran darah dalam kulit juga menyebabkan penyembuhan luka luka kurang baik.

6). Kuku pada jari tangan dan kaki menjadi tebal dan rapuh.

7). Pertumbuhan rambut berhenti, rambut menipis dan botak serta warna rambut kelabu.

8). Pada wanita > 60 tahun rambut wajah meningkat kadang kadang menurun.

9). Temperatur tubuh menurun akibat kecepatan metabolisme yang menurun.

10). Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak rendahnya akitfitas otot.

11). Perubahan sistem reproduksi dan kegiatan sexual.

a) selaput lendir vagina menurun/kering.

b) menciutnya ovarium dan uterus.

c) atropi payudara.

d) testis masih dapat memproduksi meskipun adanya penurunan secara berangsur berangsur.

e) dorongan sex menetap sampai usia diatas 70 tahun, asal kondisi kesehatan baik.

2. Perubahan-perubahan mental/ psikologis

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah :

a. Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa.

b. kesehatan umum

c. Ttingkat pendidikan

d. Keturunan (herediter)

e. Lingkungan

f. Gangguan saraf panca indra, timbul kebutaan dan ketulian

g. Gangguan konsep diri akibat kehilangan jabatan

h. Rangkaian dari kehilangan yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan famili

i. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri dan perubahan konsep diri

Perubahan kepribadian yang drastis keadaan ini jarang terjadi lebih sering berupa ungkapan yang tulus dari perasaan seseorang, kekakuan mungkin oleh karena faktor lain seperti penyakit-penyakit.

Kenangan (memory) ada dua; 1) kenangan jangka panjang, berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu, mencakup beberapa perubahan, 2) Kenangan jangka pendek atau seketika (0-10 menit), kenangan buruk.

Intelegentia Quation; 1) tidakberubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal, 2) berkurangnya penampilan,persepsi dan keterampilan psikomotorterjadi perubahan pada daya membayangkan, karena tekanan-tekanan dari faktro waktu.

3. Perubahan Spiritual

Agama atau kepercayaan makin terintegarsi dalam kehidupannya (Maslow,1970). Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat dalam berpikir dan bertindak dalam sehari-hari.

B. Depresi

1. pengertian Depresi

Depresi adalah suatu jenis alam perasaan atau emosi yang disertai komponen psikologik : rasa susah, murung, sedih, putus asa -dan tidak bahagia, serta komponen somatik: anoreksia, konstipasi, kulit lembab (rasa dingin), tekanan darah dan denyut nadi sedikit menurun.

Depresi adalah suatu kesedihan atau perasaan duka yang berkepanjangan dpt digunakan untuk menunjukan berbagai fenomena, tanda, gejala, sindrom, keadaan emosional, reaksi penyakit/ klinik.(stuart dan sundeer,1998).

Depresi merupakan gangguan alam perasaan yang berat dan dimanifestasikan dengan gangguan fungsi social dan fungsi fisik yang hebat, lama dan menetap pada individu yang bersangkutan.

2. Faktor predisposisi dan faktor pencetus

Faktor Predisposisi:

1.faktor genetik dianggap mempengaruhi tranmisi gangguan afektif melalui riwayat keluarga atau keturunan.

2.teori agresi menyerang kedalam,menunjukan bahwa depresi terjadi karena perasaan marah yg dtujukan kpd diri sendiri.

3.teori kehilangan obyek merujuk kpd prpsahan traumatik individu dg benda atau yg sangat berarti.

4.teori orgnsas keprbdian menguraikn bgaimn knsp dri yg neg n hd rndh mempngrh sistm keyknn n pnlaian se2orng trhdp streror.

5. mdel kgnitf menytkn bahwa deprsi mrpkn mslh kogntf yg ddominsi olh evaluasi negtf se2orng thdp dri se2rng, dunia se2rang n msa dpn seseorng.

6.model ktidakberyaan yg dpljari menunjkan bahwa bkan smata2 trauma menybabkn deprsi tp keyknan bhw se2rng tdk mempnyai kndli thdp hsl yg pentng dlm khdpny olh krna itu ia mengulng respn yg adptif.

7.mdl prilaku brkmbng dr krgka teori bljr sosial yg mengasumsi pnybab depresi trltak pd krngny keinginan postf dlm berintraks dg lingkngan.

8.mdl biologi menguraikn perbhn kimia dlm tbh trjdi selma msa depresi.trmsk defisiensi ketokolamin,disfngs endkrn,hperskresi kortisol n vriasi priodk dlm irima biolgis.

Stresor Pencetus

1. Kehilangan keterikatan,yagn nyata atau yg di bayangkan,termasuk kehilangan cinta, seseorang, fungsi fisik, kedudukan,atau harga diri.karena elemen aktual n simbolik melibatkan konsep kehilangan maka persepsi pasien merupakan hal yg sangat penting

2. peristiwa besar dalam kehidupan sering dilaporkan sbg pendahulu episode depresi dan mempunyai dampak terhadap mslh-masalah yg dihadapi sekarang dan kemampuan menyelesaikan masalah.

3. peran dan ketegangan peran telah dilaporkan mempengaruhi perkembangan depresi, trutama pada wanita.

4. perubahan fisiologik diakibatkan oleh obat2an atau penyakit fisik dan gangguan kesimbambngan metabolik, dapat mencetuskan gangguan alam perasaan. diantra obat2an termsebut terdapat obat antihipertensi dan penyalahgunaan zat yang menyebabkan kecanduan.kebanyakan penyakit kronik yg melemahkan tubuh juga sering disrtai dengan depresi. depresi yg terdapat pada usia lanjut biasnya bresfat kompleks karena untuk menegakan diagnosis sering melibtkan evaluasi dari kerusakan otak orgnik dan depresi klinik.

2. Tanda Dan Gejala Depresi

Frank J.Bruno dalam Bukunya Mengatasi Depresi (1997) mengemukan bahwa ada beberapa tanda dan gejala depresi, yakni:

1.Secara umum tidak pernah merasa senang dalam hidup ini. Tantangan yang ada, proyek, hobi, atau rekreasi tidak memberikan kesenangan.

2.Distorsi dalam perilaku makan. Orang yang mengalami depresi tingkat sedang cenderung untuk makan secara berlebihan, namun berbeda jika kondisinya telah parah seseorang cenderung akan kehilangan gairah makan.

3.Gangguan tidur. Tergantung pada tiap orang dan berbagai macam faktor penentu, sebagian orang mengalami depresi sulit tidur. Tetapi dilain pihak banyak orang mengalami depresi justru terlalu banyak tidur.

4.Gangguan dalam aktivitas normal seseorang. Seseorang yang mengalami depresi mungkin akan mencoba melakukan lebih dari kemampuannya dalam setiap usaha untuk

mengkomunikasikan idenya. Ya,kan? saya tidak mengalami depresi?.dilain pihak, seseorang lainnya yang mengalami depresi mungkin akan gampang letih dan lemah.

5.Kurang energi. Orang yang mengalami depresi cenderung untuk mengatakan atau merasa,saya selalu merasah lelah atau saya capai. Ada anggapan bahwa gejala itu disebabkan oleh faktorfaktor emosional, bukan faktor biologis.

6.Keyakinan bahwa seseorang mempunyai hidup yang tidak berguna, tidak efektif. orang itu tidak mempunyai rasa percaya diri. Pemikiran seperti, saya menyia-nyiakan hidup saya, atau saya tidak bisa mencapai banyak kemajuan, seringkali terjadi.

7.Kapasitas menurun untuk bisa berpikir dengan jernih dan untuk memecahkan masalah secara efektif. Orang yang mengalami depresi merasa kesulitan untuk menfokuskan perhatiannya pada sebuah masalah untuk jangka waktu tertentu. Keluhan umum yang sering terjadi adalah, saya tidak bisa berkonsentrasi..

8.Perilaku merusak diri tidak langsung. contohnya: penyalahgunaan alkohol/narkoba, nikotin, dan obat-obat lainnya. makan berlebihan, terutama kalau seseorang mempunyai masalah kesehatan seperti misalnya menjadi gemuk, diabetes, hypoglycemia, atau diabetes, bisa juga diidentifikasi sebagai salah satu jenis perilaku merusak diri sendiri secara tidak langsung.

9.Mempunyai pemikiran ingin bunuh diri. (tentu saja, bunuh diri yang sebenarnya, merupakan perilaku merusak diri sendiri secara langsung. Frank menambahkan bahwa tidak ada aturan yang pasti untuk setiap orang. tetapi merupakan konvensi untuk menyatakan bahwa kalau lima atau lebih dari tanda-tanda atau gejala itu ada dan selalu terjadi, maka sangat mungkin seseorang mengalami depresi. Lain halnya jika seseorang mnegalami gejala pada nomor 9, yakni punya keinginan untuk bunuh diri, maka Frank menganjurkan seseorang untuk segera mencari bantuan profesional secepat mungkin.

3. Ciri-Ciri Depresi

Ciri-ciri tiga macam depresi (Tumlahaye,1998).

Kehilangan (ringan) mental Ragu-ragu Kemurkaan

semangat Patah (serius)

semangat Putus asa (berat)

Kritik diri sendiri Kemarahan

Penolakan sendiri

diri

Kepahitan Kasihan diri sendiri Kasihan sendiri diri Kasihan diri sendiri

Fisik

Kehilangan makan

nafsu Kelesuan Kecemasan

Pengungsian diri Kepasifan

Tidak dapat tidur Menangis Penampilan tidak teratur emosional Ketidakpatuhan Kesedihan Mudah tersinggung kesepian Ragu-ragu akan tuhan kematahan terhadap tuhan Tidak senang akan Spiritual tuhan Tidak berterima kasih dan tidak percaya Menolak tuhan Mengeluh terhadap tuhan Kemarahan akan sabda-sabda tuhan Penderitaan Keadaan tertinggal Keadaan sulit Skizophegenia yang Tiada harapan yang

akan Acuh tak acuh akan nasehat Tidak percaya

terhadap tuhan

BAB III Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Depresi 1. PENGKAJIAN

Data Subyektif 1. lansia Tidak mampu mengutarakan pendapat dan malas berbicara.

2. Sering mengemukakan keluhan somatic seperti ; nyeri abdomen dan dada, anoreksia, sakit punggung,pusing. 3. Merasa dirinya sudah tidak berguna lagi, tidak berarti, tidak ada tujuan hidup, merasa putus asa dan cenderung bunuh diri. 4. Pasien mudah tersinggung dan ketidakmampuan untuk konsentrasi.

Data Obyektif 1. Gerakan tubuh yang terhambat, tubuh yang melengkung dan bila duduk dengan sikap yang merosot. 2. ekspresi wajah murung, gaya jalan yang lambat dengan langkah yang diseret. 3. Kadang-kadang dapat terjadi stupor. 4. Pasien tampak malas, lelah, tidak ada nafsu makan, sukar tidur dan sering menangis. 5. Proses berpikir terlambat, seolah-olah pikirannya kosong, konsentrasi terganggu, tidak mempunyai minat, tidak dapat berpikir, tidak mempunyai daya khayal

Pada pasien psikosa depresif terdapat perasaan bersalah yang mendalam, tidak masuk akal (irasional), waham dosa, depersonalisasi dan halusinasi. Kadang-kadang pasien suka menunjukkan sikap bermusuhan (hostility), mudah tersinggung (irritable) dan tidak suka diganggu. Pada pasien depresi juga mengalami kebersihan diri kurang dan keterbelakangan psikomotor.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN mencederai diri berhubungan dengan depresi. Gangguan lam perasaan: depresi berhubungan dengan koping maladaptif.

3. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1X24 jam lansia tidak mencederai diri. Kriteria Hasil: Lansia dapat mengungkapkan perasaanya. Lansia tampak lebih bahagia. Lansia sudah bisa tersenyum ikhlas. Intervensi 1. Bina hubungan saling percaya dengan lansia. Rasional : hubungan saling percaya dapat mempermudah dalam mencari data-data tentang lansia. 2. Lakukan interaksi dengan pasien sesering mungkin dengan sikap empati dan Dengarkan pemyataan pasien dengan sikap sabar empati dan lebih banyak memakai bahasa non verbal. Misalnya: memberikan sentuhan, anggukan. Rasional : dengan sikap sabar dan empati lansia akan merasa lebih diperhatikan dan berguna. 3. Pantau dengan seksama resiko bunuh diri/melukai diri sendiri. Jauhkan dan simpan alatalat yang dapat digunakan olch pasien untuk mencederai dirinya/orang lain, ditempat yang aman dan terkunci. 4. Klien dapat meningkatkan harga diri Tindakan:

4.1. Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi keputusasaannya.

4.2. Kaji dan kerahkan sumber-sumber internal individu.

4.3. Bantu mengidentifikasi sumber-sumber harapan (misal: hubungan antar sesama, k eyakinan, hal-hal untuk diselesaikan).

5. Klien dapat menggunakan dukungan sosial Tindakan:

5.1. Kaji dan manfaatkan sumber-sumber ekstemal individu (orang-orang terdekat, tim pelayanan kesehatan, kelompok pendukung, agama yang dianut).

5.2. Kaji sistem pendukung keyakinan (nilai, pengalaman masa lalu, aktivitas keagamaan, kepercayaan agama).

5.3. Lakukan rujukan sesuai indikasi (misal : konseling pemuka agama).

6. Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat Tindakan:

6.1. Diskusikan tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek samping minum obat).

6.2. Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar pasien, obat, dosis, cara, waktu).

6.3. Anjurkan membicarakan efek dan efek samping yang dirasakan.

6.4. Beri reinforcement positif bila menggunakan obat dengan benar.

BAB III

KESIMPULAN

menurut organisasi kesehatan adalah usia pertengahan (midlle age) kelompok usia45-70 tahun usia lanjut (elders) antara 60-70 tahun usia tua (old) antara 75-90thn usia dangat tua(very old) diatas 90 tahun.

Menurut prof koesmoto setyonegoro lanjut usia adalah orang yg berumur 65 tahun keatas.

World Health Organization (WHO) mengelompokkan usia lanjut sebagai berikut :

5. Middle Aggge (45-59 tahun) 6. Erderly (60-74 tahun) 7. Old (75-90 tahun) 8. Very old (> 91 tahun)

Faktor-faktor yang mempengaruhi tua :

1. Herediter

2. Nutrisi

3. Status Kesehatan

4. Penglaman hidup

5. Lingkungan

6. Stres

Aging proses adalah suatu periode menarik diri yang tak terhindarkan dengan karakteristik menurunnya interaksi antara lansia dengan orang lain di sekitarnya. Individu diberi kesempatan untuk mempersiapkan dirinya menghadapi ketidamampuan dan bahkan kematia (Cox, 1984).

1. Teori-teori Proses Penuan

a. Teori Biologi

b. Teori Psikologik

perubahan- perubahan yang terjadi pada lansia

Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistem organ tubuh, diantaranya sistem pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem pengaturan tubuh, muskuloskeletal, gastrointestinal, genito urinaria, endokrin dan integumen.

Depresi adalah suatu jenis alam perasaan atau emosi yang disertai komponen psikologik : rasa susah, murung, sedih, putus asa -dan tidak bahagia, serta komponen somatik: anoreksia, konstipasi, kulit lembab (rasa dingin), tekanan darah dan denyut nadi sedikit menurun.

Tanda dan gejala depresi.

Secara umum tidak pernah merasa senang dalam hidup ini. Tantangan yang ada, proyek, hobi, atau rekreasi tidak memberikan kesenangan. Distorsi dalam perilaku makan. Orang yang mengalami depresi tingkat sedang cenderung untuk makan secara berlebihan, namun berbeda jika kondisinya telah parah seseorang cenderung akan kehilangan gairah makan.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.depsos.go.id/modules.php?name=News&file=article&sid=208 STUAR and sundeer.1993.buku saku keperawatan jiwa.EGC.jakarta. Tim keperawatan jiwa.1999.kumpulan proses keperawatan jiwa.fkui.jakarta Nugroho wahyudi.2000.perawatan lanjut usia.edisi 2.EGC http://rusari.com/askep_depresi.html

Askep Lansia Depresi


MODUL PENANGANAN KLIEN LANSIA DENGAN DEPRESI Dampak dari kejadian tsunami dan gempa akan menyebabkan berbagai masalah dan dampak kesehatan bagi masyarakat di daerah bencana tersebut. Masalah dan dampak dari bencana tersebut dialami juga oleh para lansia. Salah satu masalah kesehatan yang teridentifikasi pada lansia adalah depresi. Depresi bukanlah hal yang normal terjadi pada lansia walaupun depresi biasa terjadi pada lansia. Kira-kira tiga dari 100 orang lansia berusia diatas 65 tahun mengalami depresi. Angka ini akan meningkat pada lansia berusia 80 tahun atau lebih. Walaupun demikian penanganan depresi akan berhasil dilakukan dengan pengobatan, psikoterapi atau kombinasi keduanya secara tepat. Pada modul ini akan dibahas tentang asuhan keperawatan pasien lansia dengan depresi. Tanda dan gejala depresi antara lain: - Sering mengalami gangguan tidur ( insomnia atau hipersomnia) , gangguan ini serinng disertai mimpi yang tidak menyenangkan. - Sering kelelahan, lemas, kurang dapat menikmati kehidupan sehari-hari - Kebersihan dan kerapihan diri sendiri diabaikan - Cepat sekali menjadi marah dan tersinggung - Daya konsentrasi rendah dan daya ingat menurun - Pada pembicaraan sering sekali disertai dengan rasa pesismis atau perasaan putus asa (tidak ada gairah hidup) - Berkurang atau hilangnya napsu makan sehingga berat badan menurun secara cepat - Kadang dalam pembicaraannya ada kecenderungan untuk bunuh diri, adanya pikiran tentang kematian - Hilangnya rasa senang, semangat dan minat, tidak suka lagi melakukan hobi kreatifitas menurun, produktifitas juga menurun. A. Tujuan pembelajaran Setelah mempelajari modul ini saudara diharapkan mampu: Melakukan pengkajian keperawatan pasien lansia dengan depresi Mengidentifikasi diagnosa keperawatan pasien lansia dengan depresi Melakukan tindakan keperawatan dalam berbagai pendekatan tindakan keperawatan pasien lansia dengan depresi Melakukan evaluasi asuhan keperawatan pasien lansia dengan depresi Mendokumentasikan asuhan keperawatan pasien lansia dengan depresi. B. Mengkaji Klien Lansia Dengan Depresi 1. Membina hubunga saling percaya dengan klien lansia Untuk melakukan pengkajian pada lansiadengan depresi, pertama-tama saudara harus membina hubungan saling percaya dengan pasien lansia. Untuk dapat membina hubngan saling percaya, dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut: selalu mengucapkan salam kepada pasien seperti: selamat pagi / siang / sore / malam atau sesuai dengan konteks agama pasien. Perkenalkan nama saudara (nama panggilan) saudara, termasuk menyampaikan bahwa saudara

adalah perawat yang akan merawat pasien. Tanyakan pula nama pasien dan nama panggilan kesukaannya. Jelaskan tujuan saudara merawat pasien dan aktivitas yang akan dilakukan. Jelaskan pula kapan aktivitas akan dilaksanakan dan berapa lama aktivitas tersebut. Bersikap empati dengan cara: o Duduk bersama klien, melakukan kontak mata, beri sentuhan dan menunjukkan perhatian o Bicara lambat, sederhana dan beri waktu klien untuk berpikir dan menjawab o Perawat mempunyai harapan bahwa klien akan lebih baik o Bersikap hangat, sederhana akan mengekspresikan pengharapan pada klien. Latihan 1. Membina hubungan saling percaya dengan pasien lansia. Selamat siang pak, bu! Saya pak, saya senang dipanggil pak.., saya perawat dari puskesmas yang datang untuk merawat bapak/ibu Nama bapak/ibu siapa? Senang diapanggil siapa? Bagaimana perasaan bapak/ibu hari ini? Saya mendapat tugas untuk merawat bapak/ibu. Apakah bapak/ibu setuju. 2. Mengkaji pasien lansia dengan depresi Untuk mengkaji pasien lansia dengan depresi, saudara dapat menggunakan tehnik mengobservasi prilaku pasien dan wawancara langsung kepada pasien dan keluarganya. Observasi yang saudara lakukan terutama untuk mengkaji data objective depresi. Ketika mengobservasi prilaku pasien untuk tanda-tanda seperti: Penampilan tidak rapi, kusut dan dandanan tidak rapi, kulit kotor (kebersihan diri kurang) Interaksi selama wawancara: kontak mata kurang, tampak sedih, murung, lesu, lemah, komunikasi lambat/tidak mau berkomunikasi. Berikut ini adalah aspek psikososial yang perlu dikaji oleh perawat : apakah lansia mengalami kebingungan, kecemasan, menunjukkan afek yang labil, datar atau tidak sesuai, apakah lansia mempunyai ide untuk bunuh diri. Bila data tersebut saudara peroleh, data subjective didapatkan melalui wawancara dengan menggunakan skala depresi pada lansia (Depresion Geriatric Scale) Latihan 2 Berikut ini merupakan percakapan untuk mengkaji skala depresi pada lansia. Dalam percakapan selalu diawali dengan menyebut nama perawat dan memamnggil nama pasien. Bagaimana perasaan ibu pagi ini? Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang perasaan ibu 1. Apakah anda merasa nyaman dalam kehidupan ini? Ya/tidak 2. Apakah anda dapat mengalami penurunan dalam melakukan aktivitas dan hobi? Ya/tidak 3. Apakah anda merasa hidup ini hampa? Ya/tidak 4. Apakah anda sering merasa bosan? Ya/tidak 5. Apakah anda optimis terhadap masa depan? Ya/tidak 6. Apakah anda takut sesuatu yang buruk akan terjadi? Ya/tidak 7. apakah anda merasa bahagia sepanjang waktu? Ya/tidak 8. Apakah anda sering merasa sendirian? Ya/tidak 9. Apakah anda lebih senang berada di rumah daripada Ya/tidak

keluar rumah dan mengerjakan sesuatu yang baru? 10. Apakah anda mempunyai masalah dengan daya ingat? Ya/tidak 11. Apalah anda merasa senang hidup saat ini? Ya/tidak 12. Apakah anda merasa tidak berharga? Ya/tidak 13. Apakah anda besemangat saat ini? Ya/tidak 14. Apakah anda merasa orang lain lebih baik dari anda Ya/tidak 15. Apakah anda merasa orang lain lebih baik dari anda? Ya/tidak Cara menilai: Jika saudara menemukan 8 atau lebih jawaban yang di cetak hitam maka, hal tersebut mengindikasikan adanya depresi pada lansia. Berdasarkan tanda dan gejala yang ditemukan pada saat pengkajian, maka ditetapkan diagnosa keperawatan: Ketidak berdayaan Risiko bunuh diri Gangguan pola tidur Latihan 3. Coba saudara rumuskan diagnosa keperawatan pasien lansia dengan depresi. Dari data yang anda peroleh pada latihan 2, buatlah diagnosa keperawatan sesuai dengan data tersebut! Dokomentasikan dalam format daftar masalah keperawatan, diagnosa keperawatan. C.Tindakan Keperawatan 1. Tindakan Keperawatan pasien Lansia depresi dengan ketidakberdayaan. Tujuan tindakan keperawatan pada lansia depresi meliputi tujuan untuk klien dan tujuan untuk keluarga. Tindakan keperawatan untuk pasien: Tujuan agar pasien mampu: a. Berpartisipasi dalam memutuskan perawatan dirinya b. Melakukan kegiatan dalam menyelesaikan masalahnya. Tindakan a. Beri kesempatan bagi pasien untuk bertanggungjawab terhadap perawatan dirinya 1) Beri kesempatan memilih tujuan perawatan dirinya 2) Beri kesempatan untuk menetapkan aktifitas perawatan diri untuk mencapai tujuan. b. Membantu pasien untuk melakukan aktivitas yang telah ditetapkan. c. Berikan pujian jika pasien dapat melakukan kegiatannya d. Tanyakan perasaan pasien jika mampu melakukan kegiatannya. e. Sepakati jadwal pelaksanaan kegiatan tersebut secara teratur. Latihan 4. Tindakan keperawatan pasien lansia dengan depresi: Ibu mau pilih yang mana? Apakah ibu mau latihan gosok gigi atau gunting kuku Jika pasien memilih gunting kuku: Menurut ibu bagaimana cara-cara menggunting kuku? Baik sekali, ibu bisa menyebutkan cara untuk menggunting kuku Ibu mau gunting kuku sendiri atau dibantu oleh suster? Coba sekarang ibu menggunting kuku sendiri

Bagus sekali, ibu dapat melakukannya Bagaimana perasaan ibu setelah menggunting kuku sendiri? Kapan lagi ibu mau menggunting kuku Bagaimana kalau ibu menggunting kuku sekali seminggu Bagaimana kalau jadwal menggunting kuku kita masukkan dalam jadwal kegiatan ibu Tindakan untuk keluarga Tujuan Keluarga mampu mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki pasien. Keluarga mampu membantu pasien mengoptimalkan kemampuannya. Tindakan a. Diskusikan dengan keluarga kemampuan yang pernah dimiliki pasien b. Bersama keluarga memilih kemampuan yang bisa dilakukan pasien saat ini c. Anjurkan keluarga untuk memberikan pujian terhadap kemampuan yang masih dimiliki pasien d. Anjurkan keluarga untuk membantu pasien melakukan kegiatan sesuai kemampuan yang dimiliki e. Anjurkan keluarga memberikan pujian jika pasien melakukan kegiatan sesuai dengan jadwal kegiatan yang sudah dibuat. 2. Tindakan keperawatan pasien Lansia depresi dengan risiko bunuh diri Tindakan pada pasien. Tujuan a. Klien tidak membahayakan dirinya sendiri b. Pasien mempunyai alternatif penyelesaian masalah yang konstruktif. Tindakan a. Diskusikan dengan pasien tentang ide-ide bunuh diri b. Buat kontrak dengan pasien untuk tidak melakukan bunuh diri c. Bantu pasien mengenali perasaan yang menjadi penyebab timbulnya ide bunuh diri d. Ajarkan beberapa alternatif cara penyelesaian masalah yang konstruktif e. Bantu pasien untuk memilih cara yang palin tepat untuk menyelesaikan masalah secara konstruktif. f. Beri pujian terhadap pilihan yang telah dibuat pasien dengan tepat. Latihan 5. Tindakan keperawatan pasien lansia dengan depresi: Risiko Bunuh diri. Pernahkah bapak/ibu berfikir untuk bunuh diri/ mrlukai diri sendiri? Apakah yang bapak/ibu rencanakan untuk dikerjakan? Apakah bpk/ibu memiliki cara untuk melaksanakan hal ini? Apa yang menyebabkan ibu/bapak berfikir untuk bunuh diri/melukai diri? Adakah hal-hal yang menyebabkan ibu tidak nyaman? Suster senang sekali ibu dapat menceritakan perasaan ibu! Menurut ibu/bapak, adakah cara lain yang lebih tepat untuk menyelesaikan masalah ibu/bapak, selain melukai diri? Jika ya, tanyakan: Coba bapak sebutkan cara tersebut! Dapatkah bapak/ibu memilih cara yang tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut?Bagaimana kalau suster menjelaskan cara penyelesaian masalah yang lebih tepat yang

lain, seperti: Secara spiritual, bapak bisa berdoa dan menyerahkan masalah bapak pada Tuhan YME, atau bapak bisa mengungkapkan masalah yang bapak hadapi dengan orang yang bapak percaya, selain itu bapak bisa melakukan aktivitas yang membuat perasaan bapak bahagia dan berguna seperti melakukan hobby bapak. Menurut bapak, kira-kira, cara mana yang mana yang ingin bapak latih untuk mengatasi masalah bapak!

Tindakan untuk keluarga Tujuan: Keluarga mampu: a. Mengidentifikasi tanda-tanda perilaku bunuh diri pasien b. Menciptakan lingkungan yang aman untuk mencegah perilaku bunuh diri c. Membantu pasien menggunakan cara penyelesaian masalah yang konstruktif Tindakan a. Diskusikan dengan keluarga tentang tanda-tanda perilaku klien saat muncul ide bunuh diri b. Diskusikan tentang cara mencegah perilaku bunuh diri pada pasien Ciptakan lingkungan yang aman untuk pasien, singkirkan semua benda-benda yang memiliki potensi untuk membahayakan klien (benda tajam, tali pengikat, ikat pinggang, dan benda-benda lain yang terbuat dari kaca) Antisipasi penyebab yang dapat membuat pasien bunuh diri Lakukan pengawasan secara terus menerus c. Anjurkan keluarga meluangkan waktu bersama klien d. Mendiskusikan dengan keluarga koping positif yang pernah dimiliki klien dalam menyelesaikan masalah e. Anjurkan keluarga untuk membantu klien untuk menggunakan koping positif dalam menyelesaikan masalah f. Anjurkan keluarga untuk memberikan pujian terhadap penggunaan koping positif yang telah digunakan oleh klien. 3. Tindakan keperwatan pasien lansia gangguan pola tidur 1. Tindakan untuk klien Tujuan : a. Klien mampu mengidentifikasi penyebab gangguan pola tidur b. Klien mampu memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur Tindakan : a. Bersama klien mengidentifikasi gangguan pola tidur b. Diskusikan cara-cara utuk memenuhi kebutuhan tidur Kurangi tidur pada siang hari Minum air hangat/susu hangat sebelum tidur Hindarkan minum yang mengandung kafein dan coca cola Mandi air hangat sebelum tidur Dengarkan musik yang lembut sebelum tidur c. Anjurkan pasien untuk memilih cara yang sesuai dengan kebutuhannya

d. Berikan pujian jika pasien memilih cara yang tepat untuk memenuhi kebutuhan tidurnya. 2. Tindakan untuk keluarga Tujuan a. Keluarga mampu mengidentifikasi tanda dan gejala gangguan pola tidur b. Keluarga dapat membantu pasien untuk memenuhi kebutuhan tidur Tindakan a. Diskusikan dengan keluarga tentang tanda dan gejala gangguan pola tidur pada pasien b. Anjurkan keluarga untuk menciptakan lingkungan yang tenang untuk memfasilitasi agar pasien dapat tidur. D. Evaluasi Untuk mengukur keberhasilan asuhan keperawatan yang saudara lakukan, dapat dilakukan dengan menilai kemampuan klien dan keluarga: 1. Ketidakberdayaan Kemampuan pasien: a. Berpartisipasi dalam menentukan perawatan diri b. Melakukan kegiatan positif dalam menyelesaikan masalah Kemampuan keluarga a. mampu mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki pasien b. Membantu pasien melakukan kegiatan sesuai kemampuan yang dimiliki 2. Risiko bunuh diri Kemampuan pasien: a. Mampu mengungkapkan ide bunuh diri b. mengenali cara-cara untuk mencegah bunuh diri c. Mendemonstrasikan cara menyelesaikan masalah yang konstruktif Kemampuan keluarga: a. Keluarga dapat mengenali tanda dan gejala awal perilaku bunuh diri b. Keluarga menyediakan lingkungan yang aman untuk mencegah perilaku bunuh diri c. Keluarga mampu membantu pasien dalam menetapkan cara-cara yang positif untuk mengatasi masalah 3. Gangguan pola tidur Kemampuan klien: a. Klien mampu mengungkapkan penyebab gangguan tidur b. Klien mampu menetapkan cara yang tepat untuk memenuhi kebutuhan tidur Kemampuan keluarga: a. Keluarga mampu mengidentifikasi penyebab gangguan tidur yang dialami pasien b. Keluarga mampu menyediakan lingkungan yang nyaman untuk memfasilitasi pemenuhan kebutuhan tidur pasien c. Keluarga mampu membantu pasien untuk memenuhi kebutuhan tidur E. Mendokumentasikan asuhan keperawatan Latihan evaluasi Coba saudara mendokumentasikan asuhan keperawatan pasien lansia dengan depresi mulai dari pengkajian sampai dengan menggunakan format yang telah disediakan.

ASKEP LANSIA DENGAN GANGGUAN PSIKOSOSIAL (Alam Perasaan & Konsep Diri)
4 07 2009

Tujuan : Menjelaskan perubahan-perubahan psikososial yang menyertai proses menua Menyebutkan masalah yang timbul sebagai konsekuensi perubahan psikososial Mengidentifikasi & menyusun rencana intervensi sebagai implikasi keperawatan terhadap masalah yang timbul. Perubahan Psikososial Lansia Pensiun Identitas sering dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan Sadar akan kematian Kehilangan hubungan dengan teman-teman & famili Penyakit kronis & ketidakmampuan Perubahan terhadap gambaran diri, konsep diri Kesepian (loneliness) Masalah Psikososial Lansia Aspek Sosial Lansia : Sikap, nilai, keyakinan terhadap lansia, label/stigma, perubahan sosial Ketergantungan : Penurunan fungsi, penyakit fisik Gangguan konsep diri Gangguan alam perasaan : Depresi Faktor Resiko Masalah Psikososial Lansia Sumber finansial yang kurang Tipe kepribadian : manajemen stress Kejadian yang tidak terduga Jumlah kejadian pada waktu yang berdekatan Dukungan sosial kurang PENGERTIAN KONSEP DIRI Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain (Stuart dan Sundeen, 1998). Konsep diri adalah cara individu memandang dirinya secara utuh, baik fisikal, emosional intelektual , sosial dan spiritual (Beck, William dan Rawlin,1986) Konsep diri tidak langsung ada begitu individu di lahirkan, tetapi secara bertahap seiring dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan individu. Konsep diri akan terbentuk karena pengaruh ligkungannya.

Konsep diri juga akan di pelajari oleh individu melalui kontak dan pengalaman dengan orang lain termasuk berbagai stressor yang dilalui individu tersebut. Gangguan Konsep diri : Kekacaua individu dalam melihat citra tubuh, penampilan peran atau identitas personal. KOMPONEN KONSEP DIRI 1. Gambaran diri / Citra Tubuh ( Body Image ) Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu yang secara berkesinambungan dimodifikasi dengan pengalaman baru setiap individu (Stuart and Sundeen , 1991). Gangguan Gambaran Diri : Perubahan persepsi tentang tubuh yang diakibatkan oleh perubahan bentuk, ukuran, struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan objek yang sering kontak dengan tubuh. Perubahan fisik terkait usia, efek penyakit 2. Ideal Diri. Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku berdasarkan standart, aspirasi, tujuan atau penilaian personal tertentu ( Stuart and Sundeen ,1991). Standart dapat berhubungan dengan tipe orang yang akan diinginkan atau sejumlah aspirasi, cita cita, nilai nilai yang ingin di capai . Menurut Ana Keliat ( 1998 ) ada beberapa faktor yang mempengaruhi ideal diri yaitu : 1. Kecenderungan individu menetapkan ideal pada batas kemampuannya. 2. Faktor budaya akan mempengaruhi individu menetapkan ideal diri. 3. Ambisi dan keinginan untuk melebihi dan berhasil, kebutuhan yang realistis, keinginan untuk mengklaim diri dari kegagalan, perasaan cemas dan rendah diri. 4. Kebutuhan yang realistis. 5. Keinginan untuk menghindari kegagalan. 6. Perasaan cemas dan rendah diri. Ideal diri ini hendaknya ditetapkan tidak terlalu tinggi, tetapi masih lebih tinggi dari kemampuan agar tetap menjadi pendorong dan masih dapat dicapai (Kelliat, 1992 ). Gangguan Ideal diri : Ideal diri yang terlalu tinggi, sukar dicapai, dan tidak realistis 3. Harga Diri (Self Esteem)

Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri (Stuart and Sundeen,1991). Jika individu sering gagal , maka cenderung harga diri rendah. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Aspek utama adalah di cintai dan menerima penghargaan dari orang lain (Keliat, 1992). Gangguan Harga diri : Perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, 4. Peran. Peran adalah sikap dan perilaku nilai serta tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat (Keliat, 1992 ). Stress peran terdiri dari konflik peran yang tidak jelas dan peran yang tidak sesuai atau peran yang terlalu banyak. Posisi di masyarakat dapat merupakan stresor terhadap peran karena struktur sosial yang menimbulkan kesukaran, tuntutan serta posisi yang tidak mungkin dilaksanakan (Keliat, 1992). Gangguan Peran : Berubah atau berhentinya fungsi peran disebabkan oleh penyakit, proses menua, putus sekolah, putus hubungan kerja. Muncul tatkala perubahan tidak diterima individu. Faktor yang mempengaruhi : peran berlebihan, citra tubuh, perubahan fisik, faktor sosial. 5. Identitas Identitas adalah kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari observasi dan penilaian yang merupakan sintesa dari semua aspek konsep diri sendiri sebagai satu kesatuan yang utuh (Stuart and Sundeen, 1991) Hal yang penting dalam identitas adalah jenis kelamin (Keliat,1992). Karakteristik identitas diri dapat dimunculkan dari perilaku dan perasaan seseorang, seperti : 1. Individu mengenal dirinya sebagai makhluk yang terpisah dan berbeda dengan orang lain. 2. Individu mengakui atau menyadari jenis seksualnya 3. Individu mengakui dan menghargai berbagai aspek tentang dirinya, peran, nilai dan prilaku secara harmonis 4. Individu mengaku dan menghargai diri sendiri sesuai dengan penghargaan lingkungan sosialnya 5. Individu sadar akan hubungan masa lalu, saat ini dan masa yang akan datang 6. Individu mempunyai tujuan yang dapat dicapai dan direalisasikan (Meler dikutip Stuart and Sundeen, 1991)

Gangguan Identitas : kekaburan/ketidakpastian memandang diri sendiri, penuh keraguan, sukar menetapkan keinginan dan tidak mampu mengambil keputusan. MASALAH KEPERAWATAN Gangguan harga diri : harga diri rendah Isolasi sosial : menarik diri Resiko perilaku kekerasan Gangguan citra tubuh Gangguan identitas personal Perubahan penampilan peran Ketidakmampuan PRINSIP TINDAKAN Meningkatkan harga diri Memaksimalkan kemandirian : self care, ADL Meningkatkan kontrol diri : peran serta, pengambilan keputusan Menyediakan dukungan sosial RENCANA TINDAKAN Konseling individual Perawat berperan sebagai fasilitator untuk membantu klien Tripple S : Sabar, Simpatik, Service Fokus : - Terapi individual - Bantu individu mengidentifikasi kekuatan - Penurunan harapan yang tidak realistis Pendekatan kelompok Tujuan : - Menguatkan integritas ego pada lansia - Penguatan kontak sosial bagi anggota kelompok - Meningkatnya perasaan sama terhadap perubahan menjadi tua - Meningkatkan ingatan masa lalu & kemampuan berempati terhadap annggota lain Intervensi Jaringan Tujuan : - Meningkatkan peran-peran yang tersedia bagi lansia termasuk identitas personal, harga diri & penampilan peran Modifikasi lingkungan Hindari penilaian negatif, beri pujian realistis Perluas kesadaran klien terhadap aspek positif yang dimiliki Beri kesempatan klien untuk berhasil Diskusikan harapan-harapan klien Tingkatkan interaksi sosial

EVALUASI Dapat diukur melalui : - Perilaku merawat diri - Kontak mata - Postur - Pernyataan tentang diri ALAM PERASAAN Adalah keadaan emosional yang berkepanjangan yang mempengaruhi seluruh kepribadian dan fungsi kehidupan seseorang. Gangguan alam perasaan : gangguan emosional yang disertai gejala mania atau depresi. Mania : Suatu gangguan alam perasaan yang ditandai dengan adanya alam perasaan yang meningkat, meluas atau keadaan emocional yang mudah tersinggung dan terangsang. Depresi : Statu gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan ced dan berduka yang berlebihan dan berkepanjangan Depresi pada lansia bukan merupakan patologi tunggal, biasanya multifactorial oleh karena stress lingkungan & penurunan kemampuan beradaptasi. Diagnosis Depresi menurut kriteria DSM-III R Jika terdapat 5/lebih gejala : Perasaan tertekan hampir sepanjang hari Secara nyata penurunan perhatian/keinginan untuk berbagai aktivitas/kesenangan BB turun/naik secara nyata Insomnia/hipersomnia Agitasi Rasa capai/lemah & hilangnya kekuatan Perasaan bersalah, tidak berharga Hilangnya kemampuan berfikir, konsentrasi atau membuat keputusan Pikiran berulang tentang kematian, bunuh diri Depresi pada lansia seringkali kurang/tidak terdiagnosa karena hal-hal sbb: Penyakiit fisik yang dideriat seringkali mengacaukan gambaran depresi, ex:mudah lelah, Penuruanan BB Lansia yang menutupi rasa sedihnya justru dengan menunjukkan bahwa dia lebih aktif Kecemasan, obsesional, histeria hipokondria yang merupakan gejala depresi justru sering menutupi depresinya Masalah sosial yang juga diderita seringkali membuat gambaran depresi menjadi lebih rumit. PENGKAJIAN Faktor predisposisi : Genetik (kembar monozigot), kehilangan, tipe kepribadian tertentu, penilaian negatif terhadaf diri sendiri, menyalahkan diri sendiri, ketidakberdayaan (keyakinan

akan ketidakmampuannya ; tidak berupaya mengembangkan respon adaptif), kurangnya pujian positif selama berinteraksi dengan lingkungan. Faktor presipitasi : berbagai penyakit fisik (faktor biologis), kehilangan (faktor psikologis) Perilaku & mekanisme koping : denial, supresi MASALAH KEPERAWATAN Berduka disfungsional Ketidakberdayaan Gangguan pola tidur Resiko terhadap cedera Perubahan nutrisi Defisit perawatan diri Ansietas TUJUAN & TINDAKAN Tujuan : mengajarkan klien untuk bersepons emosional yang adaptif Tindakan : Lingkungan aman, cegah terjadinya kecelakaan Hubungan saling percaya prwt klien Dorong untuk mengekspresikan pengalaman yang menyakitkan untuk mengurangi intensitas masalah Ubah pikiran negatif identifikasi aspek positif (kemampuan, keberhasilan), bantu mengubah persepsi yang salah/negatif ; positif, beri pujian Libatkan dalam kegiatan dan interaksi sosial Meningkatkan status kesehatan : perawatan diri, istirahat, makan, minum.

You might also like