You are on page 1of 80

Air merupakan sendi utama kehidupan manusia manusia. .

Air bukan hanya sekadar memenuhi kebutuhan mendasar manusia sebagai air minum minum, , namun juga berfungsi untuk sumber penghidupan seperti mengairi lahan pertanian pertanian, , perikanan, perikanan, hingga pembangkit listrik listrik. . Terdapat berbagai kegiatan perekonomian lain juga sangat tergantung kepada ketersediaan air, bahkan air bisa menjadi salah satu limiting factors dalam pertumbuhan ekonomi jika ketersediaannya sangat terbatas

Kebutuhan air hampir dapat dipastikan mempunyai kecenderungan tidak sejalan dengan tingkat ketersediannya baik terkait dengan dimensi waktu dan ruang, ruang , maupun jumlah dan kualitasnya kualitasnya. . Untuk itu manusia melakukan intervensi ke pola ketersediaan air melalui pembuatan tampungan tampungan air melalui pembangunan bendungan bendungan. . Dengan tampungan ini diharapkan kelebihan air di musim hujan dapat disimpan untuk digunakan di musim kemarau yang mempunyai tingkat kebutuhan air relatif tinggi tinggi. .

Bendungan juga bermanfaat untuk melakukan konservasi air. Dengan menahan air lebih lama di darat sebelum mengalir kembali ke laut akan memberikan waktu untuk meresap dan memberikan kontribusi terhadap pengisian kembali air tanah.

Sebuah bendungan berfungsi sebagai penangkap air dan menyimpannya di musim hujan waktu air sungai mengalir dalam jumlah besar dan yang melebihi kebutuhan baik untuk keperluan irigasi, air minum, industri atau yang lainnya. lainnya. Berbeda dengan fungsi sebuah bendung yang tidak dapat menyimpan air melainkan hanya untuk meninggikan muka air sungai dan mengalirkan sebagian aliran air sungai yang ada kearah tepi kanan dan dan/ /atau kiri sungai untuk mengalirkannya ke dalam saluran melalui sebuah bangunan pengambilan jaringan irigasi. irigasi. Dengan memiliki daya tampung tersebut sejumlah besar air sungai yang melebihi kebutuhan dapat disimpan dalam waduk dan barn dilepas mengalir kedalam sungai lagi di hilirnya sesuai dengan kebutuhan pada waktu yang diperlukan diperlukan. .

Sebuah bendungan dapat dibuat dari bahan bangunan urugan tanah campur batu berukuran kecil sampai besar atau dari beton. beton . Sebagai contoh bendungan Jatiluhur di Jawa Jawa-Barat dan bendungan Asahan di Sumatera Utara Utara. . Bilamana aliran air sungai yang masuk ke dalam waduk tersebut melebihi air yang dialirkan ke luar waduk sesuai dengan kebutuhan kebutuhan, , maka isi waduk makin lama makin penuh dan dapat melampaui batas daya tampung rencananya, rencananya, sehingga permukaan air dalam waduk akan naik terus dan akhir melimpas. melimpas . Untuk mencegah terjadinya limpasan air pada sebuah bendungan, bendungan , limpasan air itu dilokalisir pada bangunan pelimpah yang lokasinya dipilih menurut kondisi topografi yang terbaik. terbaik .

Panjang bangunan pelimpah hitung menurut debit rencana sedemikian rupa hingga tinggi muka air waduk tidak akan naik lebih tinggi dari pusat bendungan dan bahkan biasanya direneanakan agar muka air waduk itu lebih rendah dari puncak bendungan minimum 5 meter. Beda tinggi bervariasi dari 5 meter sampai 20 meter. Tinggi bendungan bervariasi dari sekitar 15 meter sampai ratusan meter. Yang disebut dengan tinggi bendungan adalah perbedaan elevasi antara puncak bendungan dengan dasar sungai lama. Seiring dengan kemajuan teknologi dan metode konstruksi yang bertambah baik dan efisien terbukalah kini kemungkinan untuk merencanakan dan membangun sebuah bendungan yang ketinggiannya mencapai 1000 kaki atau sekitar 330 meter.

Konsep dasar perencanaan sebuah bendungan biasanya tidak berdiri sendiri melainkan menjadi satu dengan perencanaan sebuah bendung yang lokasinya berjarak beberapa kilometer sampai puluhan km di sebelah hilimya. Sebagai contoh adalah Bendungan Kedung Ombo dengan bendung Sedadi di kali Serang di Jawa Tengah dan Bendungan Jatiluhur dengan bendung Curug di sungai Citarum, Jawa Barat

Pelaksanaan konstruksinya bisa berbarengan, namun umumnya bendung yang dilaksanakan terlebih dahulu dan setelah bendung berfungsi bertahun tahun dan temyata diperlukan tambahan kebutuhan air yang lebih dapat diandalkan, maka barulah bendungan di sebelah hulu dilaksanakan konstruksinya. Sebagai contoh bendungan Kedung Ombo yang berkapasitas 450 juta M3 dan ketinggian kurang lebih 120 meter, dilaksanakan konstruksinya kira-kira 30 tahun setelah bendung Sedadi berfungsi. Dengan kapasitas tampungan yang besar dan elevasi muka air yang tinggi sebuah bendungan selain dapat mengatur besar aliran sungai di sebelah hilirnya agar menjadi lebih merata sepanjag tahun, juga dapat berfungsi sekaligus sarana pengendali banjir yang efektif. Selain itu muka air waduk yang cukup tinggi itu dapat menggerakkan turbin PLTAsebelum dimanfaatkan untuk keperluan lain seperti disebutkan diatas. Sebagai keuntungan tambahan, waduk ini digunakan juga untuk perikanan.

Pembagian tipe bendungan dipandang dari 7 keadaan: Berdasarkan ukurannya, tujuan pembangunan, penggunaan, jalannya air, konstruksinya, fungsinya dan menurut ICOLD (The International Commission on Large Dams)

1. Tipe bendungan berdasarkan ukurannya a. Bendungan besar (Large Dams).:


Definisi menurut ICOLD, Bendungan besar adalah bendungan yang tingginya lebih dari 15 m, diukur dari bawah pondasi sampai ke puncak bendungan. Bendungan antara 10 15 m dapat disebut sebagai bendungan besar bila memenuhi kriteria panjang puncak bendung lebih dari 500 m. Kapasitas waduk yang terbentuk tidak kurang dari 1 juta m3. Debit banjir masksimum yang diperhitungkan tidak kurang dari 2000 m3/det. Bendungan menghadapi kesulitan kesulitan khusus pada pondasinya atau mempunyai spesifik Desain bendung tidak seperti biasanya.

b. Bendung kecil (small dams, weir, bendung)


Adalah semua syarat bendungan besar tidak dipenuhi

2. Tipe bendungan berdasarkan tujuan pembangunannya


Bendung dengan tujuan tunggal, (single purpose dams), yaitu bendungan dibangun dengan satu tujuan saja. Misalnya untuk pembangkit listrik, untuk irigasi, dan pengendali banjir. Bendungan serba guna (multipurpose dams), Adalah bendungan dibangun untuk memenuhi beberapa tujuan misalnya pembangkit tenaga listrik dan irigasi, pengendalian banjir dan PLTA, air minum dan industri, pariwisata.

3. Pembagian tipe bendungan berdasarkan penggunaanya


Ada tiga tipe yaitu bendungan untuk membentuk waduk, bendungan untuk penangkapan air, dan memperlambat airan air.
1. Bendungan untuk mebentuk waduk (storage dams), adalah bendungan

yang dibangun untuk membentuk waduk guna menyimpan air pada waktu kelebihan dan dapat dipakai pada waktu diperlukan. 2. Bendungan penangkap atau pembelok air (diversion dams), bendungan dibangun agar permukaan air tinggi sehingga dapat mengalir masuk kedalam saluran air atau terowongan. Banyak dipakai untuk irigasi , PLTA, penyediaan air industri. 3. Bendungan untuk memperlambat jalannya air (detension dams), adalah bendungan yang dibangun untuk memperlambat jalannya air sehingga dapat mencegah banjir besar. Untuk menyimpan air sementara dan dialirkan dalam saluran air bagian hilir. Untuk menyimpan air selama mungkin agar dapat meresap didaerah sekitaarnya. Apabila dipakai untuk menangkap lumpur dan pasir maka disebut sebagai debris dam sheck dam, sabo dam.

4. Tipe bendungan berdasarkan jalannya air :


1. Bendungan untuk dilewati air (overflow dam) adalah bendungan yang dibangun untuk dilimpasi air, misalnya pada bangunan pelimpah. 2. Bendungan untuk menahan air (non overflow dam) adalah bendungan yang sama sekali tidak boleh dilimpasi air.

5. Bendungan berdasarkan kostruksinya


Ada tiga tipe yaitu bendungan urugan, bendungan beton, dan bendungan lainnya.

Bendungan urugan (fill type dam)


Adalah benduangan yang dibangun dari hasil penggalian bahan tanpa bahan tambahan lain yang bersifat campuran secara kimia, jadi betul-betul bahan pembentuk bendungan asli

Waduk urugan tanah (earthfill dams)


Waduk urugan tanah adalah waduk yang lebih dari setengah volumenya terdiri atas urugan tanah atau tanah liat. Waduk ini masih dapat dibagi menjadi empat tipe yaitu : Waduk urugan tanah dengan saluran drainase kaki. Waduk urugan tanah dengan saluran drainase horisontal. Waduk urugan tanah dengan saluran drainase tegak. Waduk urugan tanah dengan saluran drainase kombinasi. (Soedibyo, 1993).

Kegagalan Bendungan Tipe Urugan


Longsoran yang terjadi baik pada lereng hulu, maupun lereng hilir tubuh waduk. Terjadinya sufosi (erosi dalam atau piping) oleh gayagaya yang timbul dalam aliran filtrasi yang terjadi di dalam tubuh waduk. Suatu konstruksi yang kaku tidak diinginkan di dalam tubuh waduk, karena konstruksi tersebut tak dapat mengikuti gerakan konsolidasi dari tubuh waduk tersebut. Proses pelaksanaan pembangunannya biasa sangat peka terhadap pengaruh iklim. (Sosrodarsono & Takeda, 1977).

(1) Bendungan homogen


Suatu bendungan urugan digolongkan dalam type homogen, apabila bahan yang membentuk tubuh bendungan tersebut terdiri dari tanah yang hampir sejenis dan gradasinya (susunan ukuran butirannya) hampir seragam. Tubuh bendungan secara keseluruhannya berfungsi ganda, yaitu sebagai bangunan penyangga dan sekaligus sebagai penahan rembesan air.

(2) Bendungan zonal


Bendungan urugan digolongkan dalam tyjpe zonal, apabila timbunan yang membentuk tubuh bendungan terdiri dari batuan dengan gradasi (susunan ukuran butiran) yang berbeda-beda dalam urutanurutan pelapisan tertentu. Pada bendungan type ini sebagai penyangga terutama dibebankan kepada timbunan yang lulus air (zone lulus air), sedang penahan rembesan dibebankan kepada timbunan yang kedap air (zone kedap air).

Berdasarkan letak dan kedudukan dari zone kedap airnya, maka type ini masih dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) yaitu :
Bendungan urutan zonal dengan tirai kedap air atau "bendungan tirai" (front core fill type dam), ialah bendungan zonal dengan zona kedap air yang membentuk lereng udik bendungan tersebut. Bendungan urugan zonal dengan inti kedap air miring atau "bendungan inti miring" (inclined- corefill type dam), ialah bendungan zonal yang zone kedap aimya terletak didalam tubuh bendungan dan berkedudukan miring ke arah hilir Bendungan urugan zonal dengan inti kedap air tegak atau "bendungan inti tegak" (central-core fill type dam), ialah bendungan zonal yang zona kedap airmya terletak didalam tubuh bendungan dengan kedudukan vertikal. Biasanya inti tersebut terletak di bidang tengah dari tubuh bendungan.

(3).Bendungan urugan bersekat (bendungan sekat) Bendungan urugan digolongkan dalam type sekat (facing) apabila di lereg u.dik tubuh bendungan dilapisi dengan sekat tidak luhls air (dengan kekedapan yang tinggi) seperti lembaran baja tahan karat, beton aspal, lembaran beton bertulang, hamparan plastik, susunan beton blok, dan lain-lain.

Bendungan beton (concrete dam) adalah bendungan yang dibuat dengan konstruksi beton dengan tulang maupun tidak.
Ada 4 tipe bendungan beton : Bendungan beton berdasarkan berat sendiri (concrete gravity dam) adalah bendungan beton yang direncanakan untuk menahan beban dan gaya yang bekerja padanya hanya berdasar atas berat sendiri. Bendungan beton dengan penyangga (concrete buttress dam) adalah bendungan beton yang mempunyai penyangga untuk menyalurkan gaya-gaya yang bekeIja padanya. Banyak dipakai apabila sungainya sangat lebar dan geologinya baik. Bendungan beton berbentuk lengkung atau busur (concrete arch dam) adalah bendungan beton yang direncanakan untuk menyalurkan gaya yang bekerja padanya melalui pangkal tebing (abutment) kiri dan kana bendungan. Bendungan beton kombinasi (combination concrete dam atau mixed type concrete dam) adalah kombinasi lebih dari satu tipe bendungan. Apabila suatu bendungan beton berdasar berat sendiri berbentuk lengkung disebut concrete arch gravity dam dan kemudian apabila bendungan beton merupakan gabungan beberapa lengkung, maka disebut concrete multiple arch dam.

Tipe bendungan berdasar fungsinya.


Ada 8 tipe yaitu : 1) Bendungan pengelak pendahuluan (Primary coffer dam) adalah bendungan yang pertama-tama dibangun di sungai pada debit air rendah agar lokasi rencana bendungan pengelak menjadi kering yang memungkinkan pembangunan secara teknis. 2) Bendungan pengelak (coffer dam) adalah bendungan yang dibangun sesudah selesainya bendungan pengelak pendahuluan sehingga lokasi rencana bendungan utama menjadi kering, yang memungkinkan pembanguna secara teknis. 3) Bendungan utama (Main dam) adalah bendungan yang dibangun untuk satu atau lebih tujuan tertentu. 4) Bendungan (high level dam) adalah bendungan yang terletak disisi kiri atau kanan bendungan utama, yang tinggi puncaknya juga sarna 5) Bendungan di tempat rendah (sadlle dam) adalah bendungan yang terletak ditepi waduk yang jauh dari bendungan utama yang dibangun untuk mencegah keluarnya air dari waduk, sehingga air waduk tidak mengalir kedaerah sekitarnya. 6) Tanggul adalah bendungan yang terletak di sisi kiri atau kanan bendungan utama dan ditempat yang dari bendungan utama yang tingginya maksimum 5 meter dengan panjang mercu maksimum 5 kali tingginya. 7) Bendungan limbah industri (Industrial waste dam) adalah bendungan yang terdiri atas timbunan secara bertahap untuk menahan limbah yang berasal dari industri. 8) Bendungan pertambangan (Main Tailing dam) adalah bendungan yang terdiri atas timbunan secara bertahap untuk menahan hasil galian pertambangan dan bahan pembuatannya berasal dari hasil galian pertambangan itu.a

PP No 37 Tahun2010 Tentang Bendungan


Menimbang

Pasal 22 uu no7 2004

PP No 37 Tahun2010 Tentang Bendungan


Pasal 1

PP No 37 Tahun2010 Tentang Bendungan


Pasal 21

VOLUME TAMPUNGAN WADUK


Kapasitas tampung yang diperlukan untuk sebuah waduk adalah : Vn = Vu + Ve + Vi + Vs Vn = volume tampungan waduk total (m3). Vu = volume hidup untuk melayani berbagai kebutuhan (m3). Ve = volume penguapan dari kolam waduk (m3). Vi = jumlah resapan melalui dasar, dinding, dan tubuh waduk (m3). Vs = ruangan yang disediakan untuk sedimen (m3). (Kasiro dkk., 1997).

Volume Tampungan Untuk Melayani Kebutuhan


Voleme tampungan aktif (active storage) adalah volume waduk yang dapat digunakan untuk memenuhi salah satu atau lebih tujuan pembangunannya (pengairan, PLTA, pengendalian banjir dan lainlain) Volume tampungan tidak aktif (in active storage) adalah volume waduk antara bagian terbawah dari bangunan pengeluaran dengan permukaan air terendah untuk operasi . Volume tampungan mati (death storage) adalah volume waduk yang terletak di bagian terbawah dari bangunan pengeluaran. Volume tampungan banjir (flood storage) adalah sebagian dari volume waduk aktif yang digunakan untuk mengontrol (meredam) banjir yang terjadi. Kapasitas tampungan adalah volume total waduk yang meliputi active storage, in active storage dan death storage.

PERHITUNGAN HUBUNGAN ELEVASI TERHADAP VOLUME WADUK


Perhitungan hubungan luas terhadap volume waduk didasarkan pada data peta topografi dengan skala 1:1.000 dan beda tinggi kontur 1m. Cari luas permukaan waduk yang dibatasi garis kontur, kemudian dicari volume yang dibatasi oleh 2 garis kontur yang berurutan dengan menggunakan rumus pendekatan volume sebagai berikut (Bangunan Utama KP-02, 1986)

PERENCANAAN WADUK Pemilihan Lokasi Waduk Untuk menentukan lokasi waduk harus memperhatikan beberapa faktor yaitu : Tempat waduk merupakan cekungan yang cukup untuk menampung air, terutama pada lokasi yang keadaan geotekniknya tidak lolos air, sehingga kehilangan airnya hanya sedikit. Lokasinya terletak di daerah manfaat yang memerlukan air sehingga jaringan distribusinya tidak begitu panjang dan tidak banyak kehilangan energi. Lokasi waduk terletak di dekat jalan, sehingga jalan masuk (access road) tidak begitu panjang dan lebih mudah ditempuh. (Soedibyo, 1993).

Aspek Aspek dalam Pembangunan Waduk.


Beberapa aspek terpenting yang perlu dipelajari untuk dapat merealisasikan gagasan pembangunan suatu waduk adalah : 1. Topografi. Jika ditinjauan dari aspek topografi saja, maka pada alur sungai yang dalam tetapi sempit waduk beton akan lebih menguntungkan, sebaliknya pada alur sungai yang dangkal tetapi lebar, waduk urugan akan lebih menguntungkan. 2. Geologi teknik. Pada hakekatnya penelitian geologi teknik perlu dilakukan, tidak hanya di daerah sekitar tempat kedudukan calon waduk yang akan dibangun, tetapi harus pula diadakan penelitian di daerah calon waduk dan sekitarnya untuk mengidentifikasi adanya celah yang mengakibatkan kebocoran ataupun kemungkinan adanya daerah yang mudah longsor (sliding zones). 3. Pondasi. Pada dasarnya bendungan urugan dapat dibangun di atas hampir semua keadaan topografi dan geologi yang dijumpai, sedangkan waduk beton hanya mungkin dibangun di atas pondasi yang kokoh.

4. Bahan waduk. Didasarkan atas pemikiran, bahwa tipe waduk yang paling ekonomis yang harus dipilih, maka dipandang perlu memperhatikan hal hal sebagai berikut : a) Kualitas dan kuantitas bahan yang mungkin terdapat di sekitar tempat kedudukan calon waduk. b) Jarak pengangkutannya dari daerah penggalian (borrowpits and quarryareas) ke tempat penimbunan calon tubuh waduk. Akan sangat menguntungkan apabila tempat pengambilan bahan baku dan bahan tanah terlatak pada suatu daerah yang berdekatan dengan calon tubuh waduk (Soedibyo, 1993). 5. Bangunan pelimpah. Apabila debit banjir suatu waduk diperkirakan akan berkapasitas besar dibandingkan dengan volume waduk dan jika ditinjau dari kondisi topografinya penempatan suatu bangunan pelimpah akan mengalami kesukaran, maka alternatif waduk urugan mungkin secara teknis akan sukar untuk dipertanggungjawabkan dan waduk beton mungkin akan lebih memadai dan penelitian serta analisa selanjutnya akan lebih mendalam terhadap kemungkinan pembangunan waduk beton perlu dilaksanakan (Soedibyo, 1993).

6. Bangunan penyadap. Umumnya air yang disadap dari waduk digunakan untuk irigasi, pembangkit tenaga listrik, air minum, pengendali banjir, penggelontoran dan lainlainnya. Seharusnya diperhatikan kemungkinan tipe bangunan penyadap yang berfungsi ganda, sesuai dengan tujuan pembangunan waduk yang bersangkutan, misalnya air penggelontoran dikeluarkan lewat terowongan pembuangan, penggelontor lumpur atau terowongan pelimpah banjir dan kesemuanya didasarkan pada pertimbangan ekonomis (Soedibyo, 1993). 7. Lainlain. Meliputi masalah sosial, seperti pembebasan tanah dan pemindahan penduduk dari areal yang akan digunakan sebagai waduk, serta pemindahan fasilitas umum dari daerah yang akan tergenang, seperti, jalan raya, jalan kereta api, kantor pemerintahan, pasar dan lainlain (Soedibyo, 1993).

Waduk Beton
Waduk beton adalah waduk yang dibuat dengan konstruksi beton dengan tulangan maupun tidak. Ada 4 tipe waduk beton : waduk beton berdasarkan berat sendiri (concrete gravity dam) Adalah waduk beton yang direncanakan untuk menahan beban dan gaya yang bekerja padanya hanya berdasar atas berat sendiri. Waduk beton dengan penyangga (concrete buttress dam). Adalah waduk beton yang mempunyai penyangga untuk menyalurkan gaya-gaya yang bekerja padanya, banyak dipakai apabila sungainya sangat lebar dan geologinya baik. Waduk beton berbentuk lengkung atau busur (concrete arch dam) adalah waduk beton yang direncanakan untuk menyalurkan gaya yang bekerja padanya melalui pangkal tebing (abutment) kiri dan kanan waduk. Waduk beton kombinasi (combination concrete dam atau mixed type concrete dam)

Beberapa karakteristik waduk tipe beton :


Tahan lama dan hampir tidak memerlukan perawatan Memerlukan kondisi geologi yang baik di lokasi waduk. Pelaksanaan memerlukan ketelitian yang tinggi. Sifat-sifat beton antara lain, mudah dikerjakan, beton tahan lama, memenuhi kokoh tekan yang diinginkan, daya rembesan kecil, penyusutan beton kecil, perubahan volume beton kecil.

Bangunan Pelimpah
Pelimpah pada bangunan utama bangunan penampung berfungsi untuk mengalirkan air banjir dari waduk bila waduk penuh. Ada beberapa tipe pelimpah : 1. Pelimpah Terjunan (overflow outflow) Pelimpah jenis ini bentuknya menyerupai tubuh bendung tetap, yaitu air lewat di atas mercu. 2. Pelimpah Samping Aliran air setelah melewati mercu bendung dialirkan melelui saluran yang sejajar dengan mercu. Pelimpah samping sesuai untuk bendungan urugan tanah atau urugan batu. 3. Pelimpah Peluncur (chute spillway) Pelimpah peluncur merupakan salah satu bangunan yang digunakan untuk mengalirkan kelebihan air waduk melalui saluran terbuka yang mempunyai kemiringan besar (curam), dan disebut peluncur. Pada umumnya jenis pelimpah ini dibangun terpisah dengan bendungannya dan sering digunakan pada bendungan jenis urugan. 4. Pelimpah Corong (Shaft Spillway) Disebut juga morning glory spillway, mempunyai bentuk seperti sebuah cerobong tegak dengan sebuah corong tegak lurus yang dihubungkan dengan pipa horizontal keluar dari bendungan.

Istilah Dan Definisi


1. Daerah pengaliran sungai (DPS) adalah suatu kesatuan wilayah tata air yang terbentuk secara alamiah terutama dibatasi oleh punggung-punggung bukit dimana air meresap dan atau mengalir dalam suatu sistem pengaliran melalui lahan, anak sungai dan sungai induknya. 2. Debit aliran adalah volume air yang mengalir melalui penampang melintang sungai atau saluran dalam satuan waktu tertentu, dinyatakan dalam satuan l/det atau m3/det. 3. Kapasitas tampungan (storage capacity) adalah kemampuan suatu waduk menampung sejumlah air sampai pada tinggi normal. 4. Tinggi normal adalah elevasi muka air sampai elevasi mercu, dinyatakan dalam satuan meter (m). 5. Tinggi muka air minimum adalah elevasi muka air terendah suatu waduk. Pada elevasi ini waduk tidak dapat dioperasikan lagi. Satuan yang dipakai adalah meter (m). 6. Tinggi Muka Air (TMA) waduk adalah tinggi muka air waduk atau danau yang diukur dengan alat ukur yang dipasang di tepinya. TMA waduk berkaitan/dihubungkan dengan volume atau luas permukaan waduk atau danau. 7. Luas genangan adalah luas permukaan genangan air dalam suatu waduk atau danau. Satuan yang dipergunakan biasanya hektar (ha) atau kilometer persegi (km2).

Istilah Dan Definisi


1. Kurva elevasiluas permukaan waduktampungan adalah kurva yang menggambarkan hubungan antara Tinggi Muka Air (TMA), luas permukaan waduk dan volume waduk. 2. Pola operasi waduk adalah patokan operasional bulanan suatu waduk di mana debit air yang dikeluarkan oleh waduk harus mengikuti ketentuan agar elevasinya terjaga sesuai dengan rancangan. 3. Tahun normal adalah tahun pada saat debit air yang masuk ke waduk merupakan debit rata-rata dari data pengamatan yang terjadi, yang deviasinya berkisar antara nilai ratarata + y sampai - y. Nilai adalah standar deviasinya dan y adalah suatu besaran yang tergantung dari resiko dan tingkat akurasi yang diinginkan. 4. Tahun basah adalah tahun pada saat debit air yang masuk ke waduk merupakan debit yang lebih besar atau sama dengan debit rata-rata ditambah dengan y 5. Tahun kering adalah tahun pada saat debit air masuk ke waduk merupakan debit yang lebih kecil atau sama besarnya debit rata-rata dikurangi dengan y 6. Tampungan efektif adalah suatu wadah yang muka airnya terletak antara tinggi muka air normal dan tinggi muka air minimum. 7. Tampungan mati (dead storage) adalah suatu wadah atau tempat yang terletak di bawah tinggi muka air minimum. Wadah tersebut direncanakan untuk kantong lumpur. 8. Volume waduk adalah volume air yang tertampung dalam suatu waduk pada tinggi TMA tertentu. Satuan yang digunakan biasanya juta meter kubik (106 m3). 9. Waduk tunggal adalah suatu tampungan yang tidak berhubungan dengan waduk tunggal atau waduk jamak lainnya. 10. Waduk eka guna adalah suatu tampungan yang pemanfaatan airnya hanya digunakan untuk satu jenis kebutuhan saja. 11. Waduk multiguna adalah suatu tampungan yang pemanfaatan airnya untuk memenuhi berbagai kebutuhan seperti irigasi, PLTA, pengendali banjir dan lain-lain.

STA 1

Waduk 1

Waduk 2

STA 3 Waduk 3

Waduk 4

STA 2

25 KM

45

50

55

60

65 70 75 80 85 90 95 100

1 KM

100 95 90 85 70 65 60 55 80

60

65 70

80 75

1 KM

100 95 90 80 70 65 60 75 85

60 65 70 75 80 85 90 95 1 KM

100

100 95

85 70 80

90

65 60

60

60 65 70 75 80 85 90 95 100 1 KM

You might also like