Professional Documents
Culture Documents
Air bukan hanya sekadar memenuhi kebutuhan mendasar manusia sebagai air minum minum, , namun juga berfungsi untuk sumber penghidupan seperti mengairi lahan pertanian pertanian, , perikanan, perikanan, hingga pembangkit listrik listrik. . Terdapat berbagai kegiatan perekonomian lain juga sangat tergantung kepada ketersediaan air, bahkan air bisa menjadi salah satu limiting factors dalam pertumbuhan ekonomi jika ketersediaannya sangat terbatas
Kebutuhan air hampir dapat dipastikan mempunyai kecenderungan tidak sejalan dengan tingkat ketersediannya baik terkait dengan dimensi waktu dan ruang, ruang , maupun jumlah dan kualitasnya kualitasnya. . Untuk itu manusia melakukan intervensi ke pola ketersediaan air melalui pembuatan tampungan tampungan air melalui pembangunan bendungan bendungan. . Dengan tampungan ini diharapkan kelebihan air di musim hujan dapat disimpan untuk digunakan di musim kemarau yang mempunyai tingkat kebutuhan air relatif tinggi tinggi. .
Bendungan juga bermanfaat untuk melakukan konservasi air. Dengan menahan air lebih lama di darat sebelum mengalir kembali ke laut akan memberikan waktu untuk meresap dan memberikan kontribusi terhadap pengisian kembali air tanah.
Sebuah bendungan berfungsi sebagai penangkap air dan menyimpannya di musim hujan waktu air sungai mengalir dalam jumlah besar dan yang melebihi kebutuhan baik untuk keperluan irigasi, air minum, industri atau yang lainnya. lainnya. Berbeda dengan fungsi sebuah bendung yang tidak dapat menyimpan air melainkan hanya untuk meninggikan muka air sungai dan mengalirkan sebagian aliran air sungai yang ada kearah tepi kanan dan dan/ /atau kiri sungai untuk mengalirkannya ke dalam saluran melalui sebuah bangunan pengambilan jaringan irigasi. irigasi. Dengan memiliki daya tampung tersebut sejumlah besar air sungai yang melebihi kebutuhan dapat disimpan dalam waduk dan barn dilepas mengalir kedalam sungai lagi di hilirnya sesuai dengan kebutuhan pada waktu yang diperlukan diperlukan. .
Sebuah bendungan dapat dibuat dari bahan bangunan urugan tanah campur batu berukuran kecil sampai besar atau dari beton. beton . Sebagai contoh bendungan Jatiluhur di Jawa Jawa-Barat dan bendungan Asahan di Sumatera Utara Utara. . Bilamana aliran air sungai yang masuk ke dalam waduk tersebut melebihi air yang dialirkan ke luar waduk sesuai dengan kebutuhan kebutuhan, , maka isi waduk makin lama makin penuh dan dapat melampaui batas daya tampung rencananya, rencananya, sehingga permukaan air dalam waduk akan naik terus dan akhir melimpas. melimpas . Untuk mencegah terjadinya limpasan air pada sebuah bendungan, bendungan , limpasan air itu dilokalisir pada bangunan pelimpah yang lokasinya dipilih menurut kondisi topografi yang terbaik. terbaik .
Panjang bangunan pelimpah hitung menurut debit rencana sedemikian rupa hingga tinggi muka air waduk tidak akan naik lebih tinggi dari pusat bendungan dan bahkan biasanya direneanakan agar muka air waduk itu lebih rendah dari puncak bendungan minimum 5 meter. Beda tinggi bervariasi dari 5 meter sampai 20 meter. Tinggi bendungan bervariasi dari sekitar 15 meter sampai ratusan meter. Yang disebut dengan tinggi bendungan adalah perbedaan elevasi antara puncak bendungan dengan dasar sungai lama. Seiring dengan kemajuan teknologi dan metode konstruksi yang bertambah baik dan efisien terbukalah kini kemungkinan untuk merencanakan dan membangun sebuah bendungan yang ketinggiannya mencapai 1000 kaki atau sekitar 330 meter.
Konsep dasar perencanaan sebuah bendungan biasanya tidak berdiri sendiri melainkan menjadi satu dengan perencanaan sebuah bendung yang lokasinya berjarak beberapa kilometer sampai puluhan km di sebelah hilimya. Sebagai contoh adalah Bendungan Kedung Ombo dengan bendung Sedadi di kali Serang di Jawa Tengah dan Bendungan Jatiluhur dengan bendung Curug di sungai Citarum, Jawa Barat
Pelaksanaan konstruksinya bisa berbarengan, namun umumnya bendung yang dilaksanakan terlebih dahulu dan setelah bendung berfungsi bertahun tahun dan temyata diperlukan tambahan kebutuhan air yang lebih dapat diandalkan, maka barulah bendungan di sebelah hulu dilaksanakan konstruksinya. Sebagai contoh bendungan Kedung Ombo yang berkapasitas 450 juta M3 dan ketinggian kurang lebih 120 meter, dilaksanakan konstruksinya kira-kira 30 tahun setelah bendung Sedadi berfungsi. Dengan kapasitas tampungan yang besar dan elevasi muka air yang tinggi sebuah bendungan selain dapat mengatur besar aliran sungai di sebelah hilirnya agar menjadi lebih merata sepanjag tahun, juga dapat berfungsi sekaligus sarana pengendali banjir yang efektif. Selain itu muka air waduk yang cukup tinggi itu dapat menggerakkan turbin PLTAsebelum dimanfaatkan untuk keperluan lain seperti disebutkan diatas. Sebagai keuntungan tambahan, waduk ini digunakan juga untuk perikanan.
Pembagian tipe bendungan dipandang dari 7 keadaan: Berdasarkan ukurannya, tujuan pembangunan, penggunaan, jalannya air, konstruksinya, fungsinya dan menurut ICOLD (The International Commission on Large Dams)
yang dibangun untuk membentuk waduk guna menyimpan air pada waktu kelebihan dan dapat dipakai pada waktu diperlukan. 2. Bendungan penangkap atau pembelok air (diversion dams), bendungan dibangun agar permukaan air tinggi sehingga dapat mengalir masuk kedalam saluran air atau terowongan. Banyak dipakai untuk irigasi , PLTA, penyediaan air industri. 3. Bendungan untuk memperlambat jalannya air (detension dams), adalah bendungan yang dibangun untuk memperlambat jalannya air sehingga dapat mencegah banjir besar. Untuk menyimpan air sementara dan dialirkan dalam saluran air bagian hilir. Untuk menyimpan air selama mungkin agar dapat meresap didaerah sekitaarnya. Apabila dipakai untuk menangkap lumpur dan pasir maka disebut sebagai debris dam sheck dam, sabo dam.
Berdasarkan letak dan kedudukan dari zone kedap airnya, maka type ini masih dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) yaitu :
Bendungan urutan zonal dengan tirai kedap air atau "bendungan tirai" (front core fill type dam), ialah bendungan zonal dengan zona kedap air yang membentuk lereng udik bendungan tersebut. Bendungan urugan zonal dengan inti kedap air miring atau "bendungan inti miring" (inclined- corefill type dam), ialah bendungan zonal yang zone kedap aimya terletak didalam tubuh bendungan dan berkedudukan miring ke arah hilir Bendungan urugan zonal dengan inti kedap air tegak atau "bendungan inti tegak" (central-core fill type dam), ialah bendungan zonal yang zona kedap airmya terletak didalam tubuh bendungan dengan kedudukan vertikal. Biasanya inti tersebut terletak di bidang tengah dari tubuh bendungan.
(3).Bendungan urugan bersekat (bendungan sekat) Bendungan urugan digolongkan dalam type sekat (facing) apabila di lereg u.dik tubuh bendungan dilapisi dengan sekat tidak luhls air (dengan kekedapan yang tinggi) seperti lembaran baja tahan karat, beton aspal, lembaran beton bertulang, hamparan plastik, susunan beton blok, dan lain-lain.
Bendungan beton (concrete dam) adalah bendungan yang dibuat dengan konstruksi beton dengan tulang maupun tidak.
Ada 4 tipe bendungan beton : Bendungan beton berdasarkan berat sendiri (concrete gravity dam) adalah bendungan beton yang direncanakan untuk menahan beban dan gaya yang bekerja padanya hanya berdasar atas berat sendiri. Bendungan beton dengan penyangga (concrete buttress dam) adalah bendungan beton yang mempunyai penyangga untuk menyalurkan gaya-gaya yang bekeIja padanya. Banyak dipakai apabila sungainya sangat lebar dan geologinya baik. Bendungan beton berbentuk lengkung atau busur (concrete arch dam) adalah bendungan beton yang direncanakan untuk menyalurkan gaya yang bekerja padanya melalui pangkal tebing (abutment) kiri dan kana bendungan. Bendungan beton kombinasi (combination concrete dam atau mixed type concrete dam) adalah kombinasi lebih dari satu tipe bendungan. Apabila suatu bendungan beton berdasar berat sendiri berbentuk lengkung disebut concrete arch gravity dam dan kemudian apabila bendungan beton merupakan gabungan beberapa lengkung, maka disebut concrete multiple arch dam.
PERENCANAAN WADUK Pemilihan Lokasi Waduk Untuk menentukan lokasi waduk harus memperhatikan beberapa faktor yaitu : Tempat waduk merupakan cekungan yang cukup untuk menampung air, terutama pada lokasi yang keadaan geotekniknya tidak lolos air, sehingga kehilangan airnya hanya sedikit. Lokasinya terletak di daerah manfaat yang memerlukan air sehingga jaringan distribusinya tidak begitu panjang dan tidak banyak kehilangan energi. Lokasi waduk terletak di dekat jalan, sehingga jalan masuk (access road) tidak begitu panjang dan lebih mudah ditempuh. (Soedibyo, 1993).
4. Bahan waduk. Didasarkan atas pemikiran, bahwa tipe waduk yang paling ekonomis yang harus dipilih, maka dipandang perlu memperhatikan hal hal sebagai berikut : a) Kualitas dan kuantitas bahan yang mungkin terdapat di sekitar tempat kedudukan calon waduk. b) Jarak pengangkutannya dari daerah penggalian (borrowpits and quarryareas) ke tempat penimbunan calon tubuh waduk. Akan sangat menguntungkan apabila tempat pengambilan bahan baku dan bahan tanah terlatak pada suatu daerah yang berdekatan dengan calon tubuh waduk (Soedibyo, 1993). 5. Bangunan pelimpah. Apabila debit banjir suatu waduk diperkirakan akan berkapasitas besar dibandingkan dengan volume waduk dan jika ditinjau dari kondisi topografinya penempatan suatu bangunan pelimpah akan mengalami kesukaran, maka alternatif waduk urugan mungkin secara teknis akan sukar untuk dipertanggungjawabkan dan waduk beton mungkin akan lebih memadai dan penelitian serta analisa selanjutnya akan lebih mendalam terhadap kemungkinan pembangunan waduk beton perlu dilaksanakan (Soedibyo, 1993).
6. Bangunan penyadap. Umumnya air yang disadap dari waduk digunakan untuk irigasi, pembangkit tenaga listrik, air minum, pengendali banjir, penggelontoran dan lainlainnya. Seharusnya diperhatikan kemungkinan tipe bangunan penyadap yang berfungsi ganda, sesuai dengan tujuan pembangunan waduk yang bersangkutan, misalnya air penggelontoran dikeluarkan lewat terowongan pembuangan, penggelontor lumpur atau terowongan pelimpah banjir dan kesemuanya didasarkan pada pertimbangan ekonomis (Soedibyo, 1993). 7. Lainlain. Meliputi masalah sosial, seperti pembebasan tanah dan pemindahan penduduk dari areal yang akan digunakan sebagai waduk, serta pemindahan fasilitas umum dari daerah yang akan tergenang, seperti, jalan raya, jalan kereta api, kantor pemerintahan, pasar dan lainlain (Soedibyo, 1993).
Waduk Beton
Waduk beton adalah waduk yang dibuat dengan konstruksi beton dengan tulangan maupun tidak. Ada 4 tipe waduk beton : waduk beton berdasarkan berat sendiri (concrete gravity dam) Adalah waduk beton yang direncanakan untuk menahan beban dan gaya yang bekerja padanya hanya berdasar atas berat sendiri. Waduk beton dengan penyangga (concrete buttress dam). Adalah waduk beton yang mempunyai penyangga untuk menyalurkan gaya-gaya yang bekerja padanya, banyak dipakai apabila sungainya sangat lebar dan geologinya baik. Waduk beton berbentuk lengkung atau busur (concrete arch dam) adalah waduk beton yang direncanakan untuk menyalurkan gaya yang bekerja padanya melalui pangkal tebing (abutment) kiri dan kanan waduk. Waduk beton kombinasi (combination concrete dam atau mixed type concrete dam)
Bangunan Pelimpah
Pelimpah pada bangunan utama bangunan penampung berfungsi untuk mengalirkan air banjir dari waduk bila waduk penuh. Ada beberapa tipe pelimpah : 1. Pelimpah Terjunan (overflow outflow) Pelimpah jenis ini bentuknya menyerupai tubuh bendung tetap, yaitu air lewat di atas mercu. 2. Pelimpah Samping Aliran air setelah melewati mercu bendung dialirkan melelui saluran yang sejajar dengan mercu. Pelimpah samping sesuai untuk bendungan urugan tanah atau urugan batu. 3. Pelimpah Peluncur (chute spillway) Pelimpah peluncur merupakan salah satu bangunan yang digunakan untuk mengalirkan kelebihan air waduk melalui saluran terbuka yang mempunyai kemiringan besar (curam), dan disebut peluncur. Pada umumnya jenis pelimpah ini dibangun terpisah dengan bendungannya dan sering digunakan pada bendungan jenis urugan. 4. Pelimpah Corong (Shaft Spillway) Disebut juga morning glory spillway, mempunyai bentuk seperti sebuah cerobong tegak dengan sebuah corong tegak lurus yang dihubungkan dengan pipa horizontal keluar dari bendungan.
STA 1
Waduk 1
Waduk 2
STA 3 Waduk 3
Waduk 4
STA 2
25 KM
45
50
55
60
65 70 75 80 85 90 95 100
1 KM
100 95 90 85 70 65 60 55 80
60
65 70
80 75
1 KM
100 95 90 80 70 65 60 75 85
60 65 70 75 80 85 90 95 1 KM
100
100 95
85 70 80
90
65 60
60
60 65 70 75 80 85 90 95 100 1 KM