Professional Documents
Culture Documents
Parasites Trichomonas vaginalis Entamoeba histolytica Giardia lamblia Sarcoptes scabiei Phitirius pubis
Neisseria Gonorrhoeae
Membrane permukaan protein, fosfolipid, dan lipopolisakarida (LPS) Reaksi oksidase (+) Hanya memfermentasi glukosa, tidak meragikan maltosa Menghasilkan asam Tidak menghasilkan gas
Klasifikasi
1. N. gonorrhoeae tidak meragikan laktosa dan ini membedakannya dengan Neisseria meningitidis.
2. Types 1 and 2 virulen; tipe 3, 4, and 5 kurang virulen
LOS memiliki andil besar dalam virulensi dan pathogenesis Neisseria gonnorrhoea mampu mengeluarkan beragam tipe antigenic LOS IgA1 protease mampu mengurai immunoglobulin dalam berbagai region di tubuh manusia Pili Perlekatan pada sel epitel mukosa inang
Patogenesis
Infeksi primer dimulai pada epitel silindris dari uretra, duktus periuretralis atau beberapa kelenjar di sekitarnya Biasanya menginfeksi membrane mukosa dari urethra ( dan ) dan endocervix () Mekanisme patogenesis melibatkan perlekatan bakteri pada epitel tidak bersilia melalui pili (fimbriae), dan produksi lipopolisakarida sebagai endotoxin
Neisseria gonorrhoeae (gonococcus) melekat pada sel berepitel kubus, menembusnya, dan berkembang biak di dasarnya. Perlekatan dibantu oleh protein fimbriae and opa (P.II). Setelah melekat pada sel-sel epitel kubus tidak bersilia dari tuba fallopi bakteri dikelilingi oleh mikrovilli, yang mendesak bakteri menuju permukaan sel mukosa. Bakteri memasuki sel mukosa melalui proses endositosis Vakuola endositosis kemudian ditranspor menuju dasar sel, lalu bakteri dilepaskan dari vakuolanya menuju jaringan sub-epitel.
Gejala Klinis
Hanya bakteri yang berpili yang virulen. Penularan gonore terutama terjadi lewat kontak seksual. Infeksi bergantung pada: Imunitas Dosis bakteri Perubahan PH dan hormone khususnya pada area genital
Penanganan
Keputusan untuk memberikan terapi antimikroba harus dilakukan dengan cepat. Pilihan aturan yang akan digunakan harus berdasarkan keadaan klinis Perawatan Rumah Sakit dianjurkan untuk penyebaran infeksi gonokokal awal, infeksi sendi purulen, meningitis dan endokarditis. Perawatan Rumah Sakit juga dianjurkan untuk kasus perawatan PID awal
Pengobatan
Penisillin jarang digunakan Aturan dosis tunggal dianjurkan sebagai terapi awal untuk pengobatan pada gonorrhea sederhana pada semua pasien Antibiotik yang dapat dipakai antara lain :
ceftriaxone cefixime ciprofloxacin ofloxacin
Pencegahan
Menghindari berganti ganti pasangan Pemberantasan gonorrhea dari individu yang terinfeksi Penyaringan populasi yang beresiko tinggi Mekanisme profilaksis (kondom) dapat menjadi perlindungan yang parsial Penyuluhan
Treponema pallidum.
Eka Noneng nawangsih, dr., M.Kes
Taksonomi
Ordo Famili Genus Spesies : : : : Spirochaetales Treponemataceae Treponema Treponema pallidum
Treponema pallidum
Mampu menggunakan karbohidrat sebagai sumber energi satu-satunya Tidak mampu mensintetis asam lemak, kofaktor enzim, nukleotida dan sebagian besar asam amino mempunyai protein transport untuk mentransfer nutrisi penting dari hospes Disebut sebagai basket case metabolisme sebagai ketergantungan absolutnya pada hospes Berkembang biak dengan pembelahan melintang
Antigen kuman
Ada 3 macam antigen Protein yang tidak tahan panas Polisakarida yang tahan panas Antigen lipoid yang serupa dengan yang ada di kardiolipin
Patogenesis
Pada umumnya sifilis ditularkan lewat kontak seksual Syphilis menyebar dari satu orang ke orang lainnya dengan kontak langsung pada luka di genitalia externa, vagina, anus maupun rectum Kuman dapat melakukan invasi pada mukosa yang telah mengalami abrasi ataupun yang masih utuh Wanita hamil dengan penyakit ini dapat menularkan pada bayinya Syphilis tidak dapat menyebar melalui toilet seat, kolam renang, alat makan, bak mandi atau yang lainnya
Gejala klinis
Lesi pada pria dapat ditemukan pada penis, sedangkan pada wanita dapat ditemukan didaerah perineum, labium, dinding vagina atau pada serviks Hanya 1 antara 10 kasus sifilis yang infeksi primernya terdapat ekstragenital dan biasanya terdapat di dalam mulut atau di sekitarnya.
Secara garis besar dikenal 2 macam penyakit sifilis, yaitu sifilis akuisita dan kongenita Secara epidemiologic dibedakan antar sifilis early dan late Secara klinik ada beberapa stadium yaitu stadium primer, sekunder dan early laten dan tertier
Stadium primer
Masa inkubasi sekitar 10-90 hari (ratarata 21 hari) Timbulnya luka tunggal (chancre) atau multiple biasanya pada alat genital Luka padat dengan treponema dan oleh karena itu sangat mudah menjalar Jika tidak diobati dapat berkembang menjadi stadium sekunder
Stadium sekunder
Stadium ini terjadi selama 2-24 minggu Timbul bercak-bercak merah di seluruh tubuh penderita, tidak terkecuali pada telapak tangan dan kaki Di tempat-tempat lembab, misalnya di mulut, ketiak, anus, vagina dan sebagainya, sering dijumpai kelompok papel dengan permukaan erosive yang disebut condylomata lata
Stadium tertier
Pada masa ini dapat terjadi perusakan organ: otak, saraf, mata, liver, pembuluih darah, jantung, dan sendi Perusakan internal terjadi setelah beberapa tahun Kesulitan koordinasi gerakan otot, paralysis, mati rasa, kebutaan, dan dementia.
Syphilis tingkat tersier. Penyakit sudah bermigrasi ke dalam tulang dan memakan tulang rawan pada ekstremitas inferior.
Diagnosis laboratorium
Teknik imunofluoresensi Diambil dari cairan jaringan ditempat lesi pada permukaan tubuh Untuk tes serologi (serology test for syphilis = STS) diambil serum dari darah atau liquor cerebrospinal. Pada dasarnya ada 2 macam test serologi: (1) tes serologi yang menggunakan antigen nontreponema atau tes reagin (2) tes serologi yang menggunakan antigen Treponema atau tes antibody Treponema
Pengobatan
Penisilin masih merupakan obat pilihan Jika penderita tidak tahan penisilin, dapat diberikan tetrasiklin atau antibiotika golongan makrolid
Pencegahan
Pemakaian kondom dan pemberian penisilin setelah kontak,namun hanya memberikan efek terbatas Sumber infeksi dan orang-orang yang telah kontak dengannya, hendaknya diikuti terus perkembanganya, sehingga dapat diberi pengobatan segera jika dianggap perlu Kebersihan genitalia perlu diperhatikan
pengobatan yang adekuat pada penderita yang ditemukan Sumber infeksi dan orang-orang yang telah kontak dengannya, hendaknya diikuti terus perkembanganya, sehingga dapat diberi pengobatan segera jika dianggap perlu kebersihan genitalia perlu diperhatikan pula.
CHLAMYDIA TRACHOMATIS
Chlamydia trachomatis infection is one of the most common sexually transmitted infections world wide Occurring in men and women under the age of 25. This is most likely an underestimate, since half of people with chlamydia likely have gonorrhea too.
Lymphogranuloma venereum
Trachoma (hyperendemic blinding)
Inclusion conjunctivitis (newborn) Neonatal pneumonia Urethritis Cervicitis Pelvic inflammatory disease Association with cervical cancer
Serovars A, B, Ba,C
Pneumonia
LABORATORY EXAMINATIONS
Collection of specimens
Chlamydia is an intracellular pathogen. Obtain swab specimens containing epithelial cells of cervix, rectum or urethra.
Urethra : Patient should not urinate within 1 hour prior to specimen collection. The swab should be inserted 2 cm into the urethra. Use firm pressure to scrape cells from the mucosal surface. If possible repeat with second swab.
Cervix : Remove mucous/pus with a swab, discard, and use firm and rotating pressure to obtain specimen with another swab. May be combined with a urethral swab into same transport medium. This combination of cervical and urethral method is highly recommended.
Rectum : Sample anal crypts with a swab. Avoid contamination with fecal material.
Clinical disease
1. Subtypes D-K cause a sexually transmitted disease that may involve an associated inclusion conjunctivitis. are a prominent cause of nongonococcal urethritis in men and urethritis, cervicitis, salpingitis, and pelvic inflammatory disease in women. produce a relatively high incidence of asymptomatic or relatively inapparent infections. can produce a self limiting inclusion co~junctivitis in neonates delivered through an infected birth canal. may cause neonatal pneumonia
Chlamydia trachomatis
Infertility
Chronic Arthritis
DIAGNOSTIC TESTS
Detection of the bacterium can be accomplished using both non-culture and culture tests :
1. Cytology - Examination of stained cell scrapings for the presence of inclusion bodies has been used for diagnosis using Giemsa and iodine staining, but this method is not as sensitive as other methods.
2. Leukocyte esterase tests: detects enzymes produced by leukocytes containing the bacteria in urine
3. Culture - Culture is the most specific method for diagnosis of C. trachomatis infections. 4. Antigen detection - Direct immunofluorescence and ELISA kits that detect the group specific LPS or strain-specific outer membrane proteins are available for diagnosis
5. Serology - Serological tests for diagnosis are of limited value in adults, since the tests do not distinguish between current and past infections. Detection of high titer IgM antibodies is indicative of a recent infection. Detection of IgM antibodies in neonatal infection is useful.
6. Nucleic acid probes - Three new tests based on nucleic acid probes are available, uses DNA complementary to specific ribosomal RNA sequences. These tests are sensitive and specific and may replace culture as the method of choice.
Nucleic acid amplification using polymerase chain reaction and ligase chain reaction are also under experimentation.
Control
1. Treatment is with doxycycline or erythromycin. Prevention is by diagnosing mothers of infected neonates and urging standard control measures (e.g., use of condoms) to help prevent sexual transmission.
2.
Candida albican
MIKOSIS SISTEMIK
OPPORTUNISTIK
No 1
Penyakit Candidiasis
2
3 4
Cryptococcus neoformans
Aspergillus fumigatus; Aspergillus sp. Mucor, Rhizopus, Absidia
Cryptococcosis
Aspergillosis Zygomycosis
Candida albicans
Kingdom:Fungi Phylum:Ascomycota Subphylum:Saccharomycotina Class:Saccharomycetes Order:Saccharomycetales Family:Saccharomycetaceae Genus:Candida Species:C. albicans
Candida albicans
i. Morfologi dan Identifikasi Jamur dimorfik Menghasilkan koloni halus (media agar dlm 24 jam suhu 370C) Hifa sejati Tunas :
Candida albicans
Candida albicans
ii. Patogenesis dan patologi
Bagian dari flora normal kulit, membrane mukosa, GIT, bersama dengan spesies Candida lainnya. Faktor virulensi Candida yang menentukan adalah dinding sel. Candida tidak hanya menempel, namun juga penetrasi ke dalam mukosa dengan bantuan enzim proteinase aspartil. Faktor viruensi yang lain adalah kemampuan berubah bentuk menjadi hifa. Candidiasis sistemik terjadi bila candida masuk ke aliran darah dan pertahanan fagositik inang tidak adekuat untuk menahan pertumbuhan dan penyebaran ragi. Lesi mengandung pseudohifa dan sel ragi bertunas dan berlimpah.
Candida albicans
iii. Patogenesis dan patologi
Candida dapat dibawa oleh aliran darah ke banyak organ, termasuk selaput otak, dapat menyebabkan abses-abses milier bila inang lemah. berbagai lesi kulit pada manusia menunjukkan peradangan. Penyebaran dan sepsis dapat terjadi pada penderita dengan imunitas seluler yang lemah, misalnya mereka yang menerima kemoterapi kanker atau penderita limfoma, AIDS, atau keadaan-keadaan lain. Candidiasis sistemik terjadi bila candida masuk ke dalam aliran darah dan pertahanan fagositik inang tidak adekuat untuk menahan pertumbuhan dan penyebaran ragi.
Candida albicans
iv. Gambaran klinis
Faktor predisposisinya adalah: usia yang rentan, kelainan gizi, kehamilan, diabetes, penggunaan antibiotic dan steroid dalam jangka waktu yang lama, penggunaan kateter, penyalahgunaan narkotika intravena dan AIDS.
Candida albicans
iv. Gambaran klinis oral thrush
Infeksi pada membrane mukokutan mulut Tampak sebagai bercak-bercak putih pada cavum oris Dapat menyerang bayi premature,bayi dengan penggunaan antibiotic, pasien dengan imunitas yang rendah,pasien dengan penggunaan antibiotic jangka panjang dan penderita AIDS.
Candida albicans
iv. Gambaran klinis
alimetary tract disease
Biasanya menyerang daerah oral, termasuk esophagus dan saluran gastrointestinal Ditemukan pada penderita AIDS atau pasien dengan sistem imun yang lemah/ tertekan, khususnya pada pasien yang mengkonsumsi obat antibiotik dalam jangka waktu yang lama.
Candida albicans
iv. Gambaran klinis
vulvovaginitis
Infeksi pada vagina, sensasi seperti terbakar, tampak bercak-bercak pada mukosa vagina dan peradangan pada perineum Faktor predisposisinya adalah diabetes, terapi antibiotik, penggunaan kontrasepsi oral dan kehamilan Dapat ditransmisikan melalui pasangan seksual, yang dikenal sebagai balanitis
Candida albicans
iv. Gambaran klinis
cutaneus candidiasis
Menyerang kuku (onychomycosis, paronychis), lipatan kulit (intertriginosa) atau (seperti ruam kulit). Kemungkinan berupa vesikel atau pustula, yang disebabkan oleh kondisi yang lembab terjadi ketika kulit diperlemah oleh luka terbakar, trauma, atau maserasi
Candida albicans
Candida albicans
iv. Gambaran klinis
chronic mucocutaneus candidiasis
Kronis, kadang tidak terdeteksi, infeksi pada permukaan epitel tubuh Merupakan tanda defisiensi imunitas seluler Kebanyakan mempunyai onset pada awal masa anak anak Disebabkan oleh imunodefisiensi selular dan endokrinopati, serta menimbulkan infeksi superficial kronis
Candida albicans
iv. Gambaran klinis
Bronchopulmonary infections
Terjadi pada pasien penderita penyakit paru kronis, dengan manifestasi batuk yang persisten
Candidemia
Biasanya terjadi pada pasien yang menggunakan kateter, dengan manifestasi adanya demam, lesi kulit makronodular, dan endopthalmitis
Endocarditis
Terjadi pada pasien yang memiliki kerusakan katup, atau dalam penggunaan obat-obat intravena (mis. pecandu narkotika)
Cerebrispinal infections
Candida albicans
v. Diagnosa Laboratorium
Pemeriksaan mikroskopis langsung : bahan tdd kerokan kulit/ kuku atau eksudat, untuk melihat adanya pseudohifa/hifa dan sel-sel bertunas pada jaringan. Biakan : semua bahan dibiak pada lempeng agar darah dengan suhu kamar. Candida akan tumbuh berupa koloni seperti ragi.
Candida albicans
v. Diagnosa Laboratorium
Germ tube test Biakan pada agar tepung jagung, memperlihatkan gambaran chlamydospres Biakan pada agar eosin-methylen-blue, memperlihatkan gambaran koloni seperti labalaba Tes fermentasi: glukosa, laktosa, maltosa, sukrosa Serologis : Peningkatan presipitat candida atau antigen sampai 70% (normal 50 %), tetapi tes serologis untuk kandidiasis tidak memberi manfaat secara klinis.
Candida albicans
vi. Pengobatan
Amfoterisin B yang disuntikkan secara intravena, merupakan usaha pengobatan efektif yang telah diterima untuk sebagian besar bentuk kandidiasis yang mengenai organ dalam. Ketokonazol menimbulkan respons terapeutik yang jelas pada beberapa penderita infeksi Candida sistemik, terutama pada kandidiasis mukokutan.
Candida albicans
vii. Pencegahan
Tindakan pencegahan yang paling penting adalah menghindari gangguan keseimbangan pada flora normal dan gangguan daya tahan inang. Infeksi kandida tidak menular karena sebagian individu dalam keadaan normal sudah mengandung organisme ini.