You are on page 1of 17

1

LAPORAN TUTORIAL 2 BLOK 14 ANEMIA DEFISIENSI BESI

KELOMPOK L6 Tutor : dr. Norman Djamaluddin, SpPD


Lathifah Alfi Rahmani Nurul Ichsani Putri Ayu Helni Liska Nur Fitria Astri Andini Putri Agus Mahendra Amalia Ridhasasti Daniel Hutahaean Inez Wijaya Rieska Yunika Machyar Pietra Jaya 04091001021 04091001022 04091001023 04091001024 04091001067 04091001068 04091001069 04091001070 04091001109 04091001110 04091001111

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2011

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt karena atas rahmat dan karunia-Nya laporan tugas Tutorial 1 Blok 14 ini dapat tepat waktu. Tim penyusun laporan ini mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan tugas tutorial ini baik secara materil maupun non-materil sampai laporan ini diterbitkan, khususnya kepada dr. Norman Djamaluddin, SpPD yang telah mendampingi dan membimbing kami selama tutorial. Penyusun juga menyadari bahwa masih banyak kesalahan yang mungkin secara tidak sengaja membuat laporan ini menjadi tidak sesuai dengan yang diharapkan pembaca. Oleh karena itu, saran dan kritik pembaca yang membangun akan sangat bermanfaat bagi revisi laporan tutorial ini di lain waktu.

Palembang, 23 September 2011

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................ i DAFTAR ISI .............................................................................................................. ii SKENARIO ................................................................................................................ 1 A. B. C. D. E. F. G. Klarifikasi Istilah ........................................................................ 1 Identifikasi Masalah ................................................................... 2 Analisis Masalah ........................................................................ 2 Hipotesis ..................................................................................... 3 Kerangka konsep ........................................................................ 3 Learning Issues ........................................................................... 4 Sintesis ....................................................................................... 4

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. iii

Skenario B Mrs. Mona, a 40 years old woman came to the clinic with chief complaint of weakness and palpitation. She is having symptom of nauseous and need medication to relieve it. Seh has had suffered from prolonged and excessive menstruation (twice a month) since 1 year ago. She likes planting and taking care of flowers in her garden without gloves. Physical Examination General appereance: pale, fatique. HR 110 x/minute; RR 22 x/minute; Temperature 36,60C, BP 120/80 mmHg. Liver and spleen not palpable; no lymphadenophaty, no epigastric pain. Cheilitis positive. Tongue: papil atrophy, koilonychia positive. Laboratory Hemoglobin is 6,2 g/dL, MCV is 72 fL; MCH 26; MCHC 30%; RDW 20%. Blood smear: anisocytosis, hypochrome microcyter, poikilocytosis. Fecal Occult Blood : negstive, hookwirms eggs postitive. Others Serum iron is 6g/dL (normal is 50 to 150 g/dL), iron bainding capacity is 450 g/dL (normal is 250 to 370 g/dL), ferritin serum is 10 g/dL (normal is 15 to 400 g/dL)

A. Klarifikasi Istilah 1. Weakness 2. Palpitasi 3. Nausea : perasaan lemah : perasaan berdebar-debar : mual, perasaan ingin muntah

4. Prolonged and excessive menstruation: darah menstruasi yang banyak dan berkalikali dalam satu bulan (menometroraghia) 5. Fatique 6. Cheilitis 7. Papil atrophy 8. Koilonychia : kelelahan : peradangan pada bibir : pengecilan tonjolan atau papil lidah : distrofi kuku jari berupa kuku tipis dan cekung dengan pinggiran yang naik 9. Lymphadenopathy : kelainan pada kelenjar getah bening

10. Anisocytosis

: ukuran eritrosit yang berbeda-beda

11. Hypochrome microcyter: eritrosit dengan ukuran kecil dan pucat 12. Poikilocytosis 13. Hookworms egg 14. Ferritin serum : bentuk eritrosit yang bervariasi : telur cacing Nematoda (Necator, Ancylostoma) : cadangan besi di serum

B. Identifikasi Masalah 1. Mrs. Mona, 40 tahun, mengeluh lemah dan palpitasi. 2. Mrs. Mona juga mengeluh mual dan butuh obat-obatan untuk meredakannya. 3. Sejak satu tahun yang lalu, Mrs. Mona mengalami menstruasi yang lama dan banyak. 4. Mrs. Mona gemar bercocok tanam dan tidak menggunakan sarung tangan. 5. Hasil permeriksaan fisik, Mrs. Mona pucat, kelelahan, HR , cheilitis (+), papil lidah atropi, kiolonychia (+). 6. Hasil permeriksaan laboratorium ditemukan Hb 6,2 g/dL, MCV 72 fL, MCH 26, MCHC 30%, RDW 20%. Blood smear: anisocytosis, hypochrome microcyter, poikilocytosis. Fecal Occult Blood : negstive, hookwirms eggs postitive. 7. Hasil pemeriksaan tambahan menunjukkan serum iron 6g/dL, iron bainding capacity 450 g/dL, ferritin serum 10 g/dL.

C. Analisis Masalah 1. Mengapa Mrs. Mona mengeluh lemah dan palpitasi? 2. Mengapa mengalami nausea? 3. Bagaimana hubungan nausea dengan keluhan utama? 4. Mengapa Mrs. Mona memerlukan obat untuk meredakan nauseanya? 5. Mengapa menstruasi banyak dan lama? 6. Apa akibat dari menstruasi yang banyak dan lama? 7. Apa hubungan menstruasi yang demikian dengan penyakit yang diderita Mrs. Mona? 8. Apa hubungan hobi Mrs. Mona bercocok tanam dengan penyakit yang dideritanya? 9. Bagaimana hasil interpretasi pemeriksaan fisik? a. Etiologi abnormal? b. Mekanisme patofisiologinya? 10. Bagaimana hasil interpretasi pemeriksaan laboratorium? a. Etiologi abnormal?

b. Mekanisme patofisiologinya? 11. Bagaimana hasil interpretasi pemeriksaan tambahan? 12. Apa diagnosis banding kasus ini? 13. Bagaimana cara menegakkan diagnosis dan menentukan diagnosis kerja pada kasus ini? 14. Bagaimana epidemiologi penyakit ini? 15. Apa etiologi dan faktor risiko penyakit ini? 16. Bagaimana patofisiologi dan patogenesis dari penyakit ini? 17. Apa saja manifestasi klinis dari penyakit ini? 18. Bagaimana tata laksana kasus ini? a. Anemia b. Cacingan c. Menstruasi banyak dan lama 19. Apa saja kemungkinan komplikasi penyakit ini? 20. Bagaimana prognosis pasien dengan penyakit ini? 21. Apa kompetensi dokter umum untuk kasus ini?

D. Hipotesis Mrs. Mona, 40 tahun, menderita anemia defisiensi besi karena investasi parasit (cacing) dan menstruasi yang lama dan banyak.

E. Kerangka Konsep menometrorhagia Investasi cacing tambang

Kehilangan darah (besi juga) Pucat, fatiqueHR Hati, limpa normal Cheilitis, papil atrophy, koilonychia Anemia defisiensi besi Lemah Palpitasi Mual Hb, MCV, MCH, MCHC RDW , anisocytosis, hipokrom mikrositer, poikilocytosis Hookworms eggs (+)

F. Learning Issues Pokok bahasan Metabolisme Besi Eritropoiesis What know Sumber besi Definisi Mekanisme I What I dont What I have to prove know metabolisme Defisiensi How I will learn besi Buku, jurnal, karya tulis,

mempengaruhi eritrosit Besi berperan

penting artikel ilmiah internet cacing,

pada eritropoiesis Anemia Defisiensi Besi definisi Patofisiologi, tata laksana Investasi menometrorhagia penyebab anemia

G. Sintesis

Analisis Hasil Anamnesis Lemah dan Palpitasi Lemah merupakan gejala yang dirasakan ketika tubuh mengalami kekurangan oksigen. Penyebab kekurangan oksigen ini bervariasi, tetapi pada intinya oksigen yang ada lebih sedikit dari oksigen yang diperlukan. Akibatnya, energi yang dihasilkan juga tidak mencukupi kebutuhan sehingga timbul rasa lemah. Permasalahan oksigen yang kurang ini bisa karena sel darah merah tidak adekuat membawa oksigen, pertukaran gas di paru-paru terganggu, atau masalah transportasi oksigen di dalam tubuh. Palpitasi atau perasaan berdebar-debar ini terjadi akibat jantung berusaha memompa lebih banyak darah. Hal ini biasanya terjadi sebagai upaya kompensasi tubuh terhadap hipoksia jaringan. Dengan demikian, kemungkinan lemah dan palpitasi pada kasus ini adalah karena hipoksia jaringan.

Nausea Nausea atau mual dibagi menjadi dua kelompok, yaitu nausea yang bersifat objektif dan yang bersifat subjektif. Pada kasus ini nausea yang dirasakan kemungkinan karena beberapa hal, yaitu karena suplai darah ke saluran gastrointestinal berkurang, menstruasi yang berlebihan, adanya infeksi cacing yang merusak mukosa usus, larva cacing yang melewati faring-laring, atau karena asam lambung yang meningkat untuk melawan

infeksi. Tidak ada hubungan langsung antara nausea dengan keluhan utama pasien ini (lemah dan palpitasi). Namun jika dikait-kaitkan, mual ini mungkin karena efek anemia Mrs. Mona yang disebabkan oleh menstruasi yang banyak dan lama serta investasi cacing di saluran pencernaannya. Mual juga bisa menjadi salah satu manifestasi umum dari anemia. Untuk menghilangkan mual, Mrs. Mona mengonsumsi obat-obatan. Artinya, mual yang dirasakan Mrs. Mona sangat mengganggu aktivitasnya. Obat yang digunakan biasanya berasal dari golongan obat antasida atau obat-obatan yang mengurangi asam lambung. Hal ini dapat mempengaruhi absorbsi nutrisi yang diperlukan tubuh seperti zat besi yang sangat bergantung asam lambung pada proses absorbsinya.

Menometrorhagia Menstruasi yang banyak dan berkali-kali dalam satu bulan bisa disebut sebagai menometrorhagia. Penyebab menometrorhagia antara lain karena kelainan organik pada alat genital atau oleh kelainan fungsional. Sebab-sebab organik antara lain karena perdarahan dari uterus, serviks, tuba uterina, ovarium, seadngkan sebab disfungsional, yaitu kelainan yang disebabkan selain dari kelainan organik. Banyak sekali etiologi terjadinya menometroragia, untuk mengetahui etiologi menometroragia yang diderita Mrs. Mona perlu pemeriksaan lebih lanjut yang berhubungan dengan ginekologi. Secara normal, satu kali periode menstruasi wanita mengeluarkan 60 hingga 80 mL darah. Jika lebih dari ini, seperti yang terjadi pada kasus menomoterorhagia, wanita berisiko mengalami anemia defisiensi besi karena setiap periode normal saja wanita membuang 18-20 mg besi, apalagi jika intake besi rendah. Akibat menometrorhagia ini yang paling sering terjadi adalah kehilangan darah. Kehilangan darah merupakan salah satu penyebab terjadinya anemia defisiensi besi. Anemia ini menimbulkan manifestasi berupa pucat, napas, pendek, dan berdebar-debar. Simptom inilah yang dialami oleh Mrs. Mona.

Berkebun Tanpa Sarung Tangan Berkebun tanpa menggunakan sarung tangan mempertinggi risiko infeksi cacing tambang. Sebab, cacing tambang memasuki tubuh selain melalui oral juga bisa melalui

penetrasi ke kulit. Jenis cacing tambang yang menginfeksi manusia adalah jenis Necator americanus dan Ancylostoma duodenale, sedangkan yang paling sering ditemukan di Indonesia adalah jenis Ancylostoma duodenale. Investasi cacing tambang pada Mrs. Mona dapat dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan telur cacing pada feses atau terjadinya peningkatan eosinofil. Cacing tambang ini dapat memperparah anemia yang diderita Mrs. Mona karena secara tidak langsug cacing tambang yang menghisap darah di usus menyebabkan perdarahan kronik saluran cerna walaupun tidak tampak pada pemeriksaan occult blood test.

Dari hasil anamnesis, dapat diketahui bahwa Mrs. Mona kemungkinan mengalami anemia yang disebabkan oleh kehilangan darah selama menstruasi dan diperparah dengan adanya kemungkinan investasi cacing tambang di saluran cernanya. Untuk membuktikan hasil analisis dari anamnesis ini perlu dilakukan pemeriksaan fisik, laboratorium, dan pemeriksaan tambahan.

Hasil Pemeriksaan Fisik

Berikut penjelasan hasil pemeriksaan fisik yang abnormal. 1. Pucat disebabkan oleh kurangnya hemoglobin dalam darah atau anemia sehingga penampilan yang tampak adalah pucat.

10

2. Kelelahan atau fatique disebabkan oleh hipoksia jaringan otot sehingga menimbulkan penumpukan asam laktat. 3. Takikardia merupakan kompensasi jantung utnuk memenuhi kebutuhan okesigen jaringan sehingga jantung berdenyut lebih cepat dan terasa seperti berdebar-debar. 4. Hati dan limpa yang tidak membesar menunjukkan bahwa anemia yang dialami oleh Mrs. Mona bukan merupakan anemia hemolitik, sedangkan tidak adanya nyeri epigastric memperkuat bahwa mual yang dirasakan selama ini bukan karena permasalahan saluran cerna, tetapi karena anemianya. 5. Tidak ada lymphadenopathy menunjukkan bahwa anemia ini bukan disebabkan oleh keganasan. 6. Cheilitis, papil atrophy, dan koilonychia merupakan manifestasi khas pada penderita anemia defisiensi besi.

Dari hasil pemeriksaan fisik, diketahui bahwa kemungkinan anemia yang diderita oelh Mrs. Mona adalah karena defisiensi besi.Untuk mendapatkan bukti yang lebih kuat, perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium darah dan juga kondisi besi Mrs. Mona.

Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Berikut penjelasan hasil alboratorium yang abnormal. 1. Hemoglobin, MCH, MCHC yang berada di bawah nilai normal menunjukkan Mrs. Mona mengalami anemia dan membenarkan eritrosit bersifat hipokromik.

11

2. RDW meningkat menunjukkan adanya variasi yang banyak pada bentuk eritrosit yang dibuktikan dengan temuan blood smear, ada anisocytosis dan poikilocytosis. RDW meningkat khas pada anemia defisiensi besi. 3. MCV yang di bawah nilai normal membenarkan gambaran sel darah merah yang kecil atau mikrositer. 4. Hookworms eggs pada feses memperkuat bahwa Mrs. Mona terinfeksi cacing tambang. Dari hasil pemeriksaan laboratorium diketahui bahwa Mrs. Mona mengalami anemia hipokromik mikrositer disertai dengan investasi cacing tambang.

Hasil Pemeriksaan Tambahan Hasil Pemeriksaan Serum iron 6 50-150 g/dL g/dL Iron Binding 250-370 g/dL Abnormal Nilai Normal Interpret asi Abnormal Besi hasil pemecahan eritrosit atau absorbsi di usus sangat sedikit Kemampuan pengikatan zat besi sangat tinggi, artinya besi yang diikat hanya sedikit atau bahkan sangat sedikit Abnormal Besi yang disimpan pada serum sangat Keterangan

Capacity 450 g/dL Ferritin serum 15-400 g/dL 10 g/dL

Diagnosis Banding

12

Secara umum, diagnosis banding kasus ini adalah berbagai jenis anemia, yaitu anemia yang bermasalah pada proses produksi eritrositnya, anemia hemolitik, dan anemia karena kehilangan darah. Anemia pada kasus ini bukan anemia hemolitik karena tidak ada perbesaran hati dan limpa. Untuk kasus ini, anemia lebih disebabkan oleh karena kehilangan darah yang menyebabkan defisiensi besi. Kehilangan darah pada kasus ini disebabkan oleh menstruasi yang banyak dan lama serta investasi cacing tambang.

Cara Menegakkan Diagnosis Untuk menegakkan diagnosis anemia defisiensi besi harus dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang teliti disertai pemeriksaan laboratorium yang tepat. Ada tiga tahap penegakan diagnosis anemia defisiensi besi. Berikut masing-masing tahapannya. 1. Menentukan adanya anemia dengan mengukur hemoglobin atau hematokrit. 2. Memastikan adanya defisiensi besi. 3. Menentukan penyebab dari defisiensi besi. Kriteria laboratorium untuk defisiensi besi adalah anemia hipokromik mikrositer pada apusan darah tepi, atau MCV <80 fl dan MCHC <31% dengan salah satu dari berikut. a. Dua dari tiga parameter: serum iron <50 mg/dl; TIBC >350 mg/dl; Saturasi transferin <15%, b. Feritin serum <20 mg/dl, c. Cadangan besi di sumsum tulang negatif, atau

13

d. Adanya kenaikan hemoglobin sebesar 2 g/dl setelah diberi sulfa ferous 3x200 mg/hari selama empat minggu. Untuk pasien dewasa fokus utama menentukan penyebab defisiensi besi adalah perdarahan. Wanita usia reproduksi anamnesis tentang menstruasi sangat penting, bahkan pemeriksaan ginekologi jika diperlukan. Selain itu, perlu dicari kemungkinan adanya investasi dari cacing tambang yang sering ditemukan pada penderita anemia defisiensi besi di Indonesia. Dari cara-cara menegakkan diagnosis di atas, Mrs. Mona memenuhi kriteria

anemia defisiensi besi yang disebabkan oleh gangguan mentruasi dan investasi cacing tambang.

Anemia Defisiensi Besi Definisi Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat berkurangnya penyediaan besi utnuk eritropoiesis karena cadangan besi kosong yang akhirnya mengakibatkan pembentukan hemoglobin berkurang. Ada tiga tingkat anemia defisiensi besi, yaitu: 1. Deplesi besi (iron depletion state), yaitu cadangan besi menurun tetapi penyediaan besi untuk eritropoiesis belum terganggu, 2. Eritropoiesis defisiensi besi (iron deficient erythropoiesis), yaitu cadangan besi kosong, penyediaan besi utnuk eritropoiesis terganggu,tetapi belum timbul anemia secara laboratorik, 3. Anemia defisiensi besi, yaitu cadangan besi kosong disertai tanda-tanda anemia defisiensi besi.

Epidemilogi Tabel Prevalensi Anemia defisiensi Besi di Dunia Afrika Laki-laki dewasa Wanita tak hamil Wanita hamil 6% 20% 60% Amerika Latin 3% 17-21% 39-46% Indonesia 16-50% 25-48% 46-92%

14

Berdasarkan tabel di atas, anemia defisiensi besi lebih banyak terjadi di daerah tropis. Wanita hamil lebih sering menderita anemia defisiensi besi. Laik-laki jarang terkena anemia defisiensi besi karena jumlah besi dalam tubuhnya relatif konstan, sedangkan wanita memiliki siklus bulanan wanita yang selalu menjadi penyebab hilangnya besi dalam jumlah besar setiap bulan. Wanita hamil rentan terkena anemia defisiensi besi mengingat kebutuhan tubuh untuk wanita hamil itu meningkat.

Etiologi Ada banyak penyebab anemia defisiensi besi. Dikelompokkan menjadi sebagai berikut. 1. Kehilangan besi sebagai akibat perdarahan menahun, dapat berasal dari: a. Saluran cerna: akibat dari tukak peptik, kanker lambung, kanker kolon, divertikulosis, hemoroid, infeksi cacing tambang. b. Saluran genitalia wanita: menorrhagia, atau metrorhagia c. Saluran kemih: hematuria d. Saluran napas: hemoptoe 2. Faktor nutrisi: akibat berkurangnya jumlah besi total dalam makanan, atau kealitas besi (bioavailabilitas) besi yang tidak baik ( makanan banyak serat, rendah vitamin C, rendah daging) 3. Kebutuhan besi meningkat : seperti pada prematuritas, anak dalam masa pertumbuhan dan kehamilan 4. Gangguan absorpsi besi: gastrektomi, tropical sprue/ kolitis kronis.

Faktor Risiko Berikut faktor risiko anemia defisiensi besi. 1. Dari segi usia anak-anak dalam masa pertumbuhan, wanita post menopause, dan usia tua lebih serign terkena anemia defisiensi besi. 2. Jenis kelamin, wanita lebih banyak dari pada laki-laki. 3. Gangguan siklus bulanan wanita: menorrhagia, metrorhagia 4. Penurunan nafsu makan sehingga intake besi menurun 5. Diet yang rendah besi seperti vegans 6. Obat-obatan, seperti aspirin (NSAIDs) 7. Gangguan ekskresi yang menyebabkan kehilangan darah seperti hematuria

15

Patogenesis dan Patofisiologi


Telur di tanah (23-33OC) Larva tingkat 1 Larva rhabditiform Larva filariform Tidak menggunakan sarung tangan saat becocoktanam Penetrasi perkutan Migrasi ke ventrikel dextra a.pulmonalis Sirkulasi sistemik Pulmo saluran nafas atas Refleks batuk dan larva tertelan Saluran cerna Pematangan menjadi cacing dewasa Kopulasi Bersarang di 1/3 proksimal usus halus Menghisap darah di mukosa usus Perdarahan kapiler

a.hepatica

v.porta

Keluar bersama feses

Telur

Mengeluarkan zat antikoagulan

Chronic menometrorrhagia

Blood loss Cadangan besi menurun Iron depleted state

Poichilocytosis Anisocytosis Microcyter Hypochrome MCV, MCH, dan MCHC Weakness dan fatigue Tachycardia Palpitation Gangguan oksigenasi Kompensasi : Hb Gangguan pembentukan Hb Gangguan pembentukan heme

Fe untuk eritropoeisis menurun Iron deficiency erythropoeisis Iron deficiency anemia SI dan Feritin serum ; TIBC Cheilitis Papil atrophy heart rate Choilonychia

16

Manifestasi Klinis Manifestasi klinis dari anemia defisiensi besi ada tiga jenis utama, yaitu sebagai berikut. 1. Gejala umum anemia, seperti badan lemah, lesu, cepat lelah, mata berkunangkunang, telinga mendenging, mual, konjungtiva atau jaringan di bawah kuku pucat. 2. Gejala khas anemia defisiensi besi, seperti: a. Koilonychia/ kuku sendok/ spoon nail. Kuku menjadi rapuh, bergaris-garis vertikal, dan menjadi cekung sehingga mirip sendok. b. Atrofi papil lidah. Permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap. c. Stomatitis angularis/cheilitis. Adanya peradangan pada sudut mulut sehingga tampak sebagai bercak berwarna pucat keputihan. d. Disfagia. Nyeri menelan karena kerusakan epitel hipofaring. e. Atrofi mukosa gaster sehingga menyebabkan akhloridia. f. Pica. Keinginan untuk memakan bahan yang tidak lazim seperti tanah liat, es, dan lem. 3. Gejala penyakit dasar. Misalnya pada anemia karena investasi cacing tambang dijumpai dispepsia, kelenjar parotis membengkak,dan kulit telapak tangan berwarna kuning seperti jerami. Pada anemia karena perdarahan kroik akibat kanker kolon dijumpai gejala gangguan kebiasaan buang air besar.

Tata Laksana Pada kasus ini, Mrs. Mona menderita anemia karena kehilangan darah selama menstruasi dan karena investasi cacing tambang. Oleh karena pengobatan anemia defisiensi besi harus bersifat kausal selain siberi preparat besi, Mrs. Mona harus mendapatkan pengobatan utnuk menghilangkan investasi cacingnya dan mengatasi

menometrorhagianya. Secara umum, terapi anemia defisiensi besi dibagi dua, yaitu 1. Terapi kausal. Untuk kasus ini ada dua, yaitu a. Pengobatan utnuk basmi cacing tambang. Mengatasinya dengan diberi pirantel pamoat 10 mg/kg BB/ hari. Selain itu ada pilihan obat lain seperti tetrakoritilen 0,2 mg/kg BB. b. Pengobatan untuk menimetrorhagia perlu dikonsultasikan dengan ahli obstetriginekologi. 2. Pemberian preparat besi per oral dengan menggunakan preparat sulfa ferous 3x200 mg selama enam bulan.

17

Komplikasi Komplikasi kasus Mrs. Mona bisa berakibat dari dua hal, yaitu 1. Cacing menyebabkan perdarahan intraluminal saluran pencernaan, apendsitis, dan jika menyumbat kapiler di paru bisa menyebabkan perdarahan paru. 2. Anemia menyebabkan kompensasi jantung memompa lebih kuat sehingga menungkinkan terjadiya gagal jantung.

Prognosis Penderita anemia defisiensi besi memiliki prognosis yang baik jika cepat dan tepat ditata laksana.

Kompetensi Dokter Umum Untuk kasus ini, kompetensi dokter umum adalah tingkat 4, yaitu mampu mendiagnosis hingga menata laksana.

You might also like