Professional Documents
Culture Documents
Bagikan
Lainnya
Blog Berikut
Buat Blog
Masuk
Budisan's Blog
Kontroversi Corby bermula ketika Pembela Corby menuntut Corby Bebas Murni karena konon, tanpa setahu Corby, Narkoba seberat 4,2 Kg tsb diselundupkan ke dlm tas bawaan Corby. Sementara Pengadilan RI menyatakan Corby Bersalah dan memutuskan Hukuman Penjara 20 Tahun utk Corby. Pembela Corby lalu membuat Buku dan Film Tragedi Corby dan menekan Aussie Govt. So far, hasilnya adalah Grasi dan BebasBersyarat utk Corby..yg karenanya SBY hrs rela menerima Kritik dan Makian dari Rakyatnya.
Cari
Politik Selfie
MENGENAI SAYA
Politik Selfie
Musyafak ; Staf di Balai Litbang Kementerian Agama Semarang
TEMPO.CO, 04 Maret 2014
CD OPINI
Budi Santoso
Ikuti
299
Selfie bukan hanya budaya berfoto narsisistik di zaman ketika manusia berbekal telepon pintar dan berjejaring secara digital. Politikus kita hari ini juga memaparkan gejala serupa, berlomba-lomba memajang diri di hadapan publik secara narsisistik. Penampakan iklan-iklan politik atau alat peraga kampanye, baik dalam bentuk visual maupun audio-visual, menjadi penanda berlangsungnya politik selfie. Sepanjang sejarah pemilu di Indonesia, gelombang politik narsisistik kian tak terbendung ketika pada 2008 Mahkamah Konstitusi (MK) memutuskan penetapan anggota legislator didasari perolehan suara terbanyak. Keputusan itu mencabut ketentuan Pasal 214 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 yang menetapkan caleg terpilih berdasar perolehan suara sedikitnya 30 persen dari bilangan pembagi pemilih. Keputusan itu mempengaruhi pola kampanye politik para caleg. Setiap caleg tidak hanya bersaing dengan dengan caleg dari parpol lawannya, tapi juga berkompetisi dengan sesama caleg dari parpol sendiri. Ahmad Subhan (Jurnal Konstitusi, Vol III No. 1, 2010) mencatat, sementara pada pemilu-pemilu sebelumnya kampanye biasa dihelat secara terbuka seperti rapat akbar, orasi massal, dan pertunjukan rakyat, pada Pemilu 2009-juga pemilu-pemilu selanjutnya-praktek kampanye lebih mengandalkan media dan tatap muka secara langsung. Pemberlakuan suara terbanyak menuntut para caleg bergerilya dengan berbagai cara. Iklan politik di media massa dan pemasangan alat peraga seperti baliho atau poster di ruang-ruang publik menjadi pilihan instan. Masa kampanye tertutup dimanfaatkan para caleg untuk "turun gunung" berdialog dengan calon pemilih. Politikus mengkonstruksi ide-ide politik sekadar menjadi citra politik melalui iklan politik. Serbuan iklan-iklan politik di ruang publik justru menyingkirkan politik otentik, yakni politik sebagai "yang ada" dan "yang bertindak" di tengah dinamika sosial. Politik hadir hanya sebagai konstruksi-kontruksi artifisial dalam bentuk foto, logo, dan
http://budisansblog.blogspot.com/2014/03/politik-selfie.html
OPINI TERBARU
Indonesia (Timur) Raksasa Tidur Perikanan (Ivan A Hadar) Transparansi Dana Kampanye (Titi Anggraini) Soliditas (Semu) PDIP (Iding R Hasan) Akil dan Nasib Sengketa Pilkada (Jamal Wiwoho) Kantor Tanpa Bos (Alberto D Hanani) Ekonomi Syariah dan Jebakan Elitis (Mukhaer Pakkanna) Politisi Perempuan (Diana Susanti) Menimbang Para Kepala Daerah Berprestasi (Agung Baskoro) Terkikisnya Kesadaran (Dianing Widya) Politik Selfie (Musyafak) Orang Miskin Beperkara (Mariyadi Faqih) Kerja Kotor Penguasa (Bambang Soesatyo) Wawan, Kekuasaan, dan Seks (Karyudi Sutajah Putra) Kebenaran dan Politik (Daoed Joesoef) Paradoks Pemimpin Perempuan (Ani Soetjipto) Rismaharini sebagai Politik Harapan (Yudi Latif) Amandemen KUHP dan KUHAP (Frans H Winarta) OJK dan Pengawasan Bank (Eko B Supriyanto) Paradoks Demokrasi (Victor Silaen)
1/359
3/5/2014
slogan. Kultur kampanye politik seperti ini kian menabalkan suatu kondisi yang, meminjam istilah Yasraf Amir Piliang (2003), disebut sebagai "simulacra politik". Menurut Piliang, simulacra adalah dunia di mana kontruksi-konstruksi kebenaran yang bersifat fiktif, dan retoris, mengambil alih kebenaran (truth) yang sesungguhnya. Simulacra dibangun oleh unsur-unsur seperti game of image (permainan citra), retorika, bahkan pengelabuan informasi. Kepura-puraan, topeng, kedok, dan make-up merupakan watak khas simulacra. Iklan politik di media massa atau baliho caleg hanyalah sebagian kecil contoh nyata yang merepresentasikan simulacra politik, di mana kenyataaan dan ilusi sukar dipilah. Foto-foto caleg yang diambil sesuai dengan skenario selanjutnya diolah secara digital agar tampil semenarik mungkin, ramah, dan berwibawa. Slogan politik tidak lebih sebagai retorika, bukan semata-mata untuk membangun kepercayaan publik, melainkan juga menutupi kepalsuan dan menjadi kedok. Kondisi ruang-ruang publik kita hari ini yang tidak kalis dari serangan iklan politik adalah representasi dari politik selfie yang mementingkan diri sendiri, seraya mengabaikan kepentingan orang lain, lebih-lebih kepentingan umum. Ketidakpedulian justru menjadi bagian dari sifat dasar politik selfie yang mementingkan diri sendiri.
Diposkan oleh Budi Santoso di 09.04
+1 Rekomendasikan ini di Google
Gagasan Asuransi Bencana (12535) Anggito Abimanyu Miss World (3751) - Rhenald Kasali BIN dan Intelijen yang Terbuka (3188) - Ridlwan Rektor-rektor Administratif (1819) Rhenald Kasali Pendulum Penguasaan Migas (1744) Gde Pradnyana Pesona Bali Democracy Forum (1637) - Dinna Wisnu
1 komentar
Tambahkan komentar
Keislaman Indonesia (1588) Komaruddin Hidayat Sekali Lagi, Syiah dan Kerukunan Umat (1459) - Haidar Bagir
Komentar teratas
Melacak Siluman Cebongan (1356) Ridlwan Dewoningrat Mencermati EYD alias Ejaan Yudhoyono (940) - Charmelya Maretha
Budi Santoso 1 hari yang lalu - Dibagikan kepada publik Politik Selfie Politik Selfie Musyafak ; Staf di Balai Litbang Kementerian Agama Semarang TEMPO.CO, 04 Maret 2014 ...
1 Balas
ARTIKEL PRIBADI
Kisruh Tata Kelola UI: Haruskah Rektor UI Diganti? Survei Membuktikan Hasil Survei Bisa Menyesatkan Mengapa Membela Khadafy? Anas Membantah dan Sekaligus Mengakui Kisah Perjalanan Briptu Norman Camaru KAMU Ketika Para Tokoh dan Pemimpin Kita "Berbohong"
http://budisansblog.blogspot.com/2014/03/politik-selfie.html
2/359
3/5/2014
Beranda
Posting Lama
Andaikan Semua Bulan Ramadhan Mencari Sosok Ibu di Hari Ibu Merintis Tradisi Baru Merayakan Idul Kurban Pelangi Dalam Bencana Dari Komunikasi Hingga ke Dewan Revolusi Kemana Arah Pembangunan Kita? [Bukan] KPPN No.1 Jafung "Bendahara", Kemandirian, dan Profesionalitas JFPP dan Pengelola Perbendaharaan yang Profesional Sosialisasi SPAN ala Budisan Menyiasati Rekonsiliasi Antara Data SAU dan Data SAI
QUOTES
PUISI KITA
GALERI FOTO
1 7 9 6 1 3 8
PENGIKUT Join this site
w ith Google Friend Connect
ARSIP BLOG
http://budisansblog.blogspot.com/2014/03/politik-selfie.html
3/359
3/5/2014
http://budisansblog.blogspot.com/2014/03/politik-selfie.html
4/359