You are on page 1of 7

10

June

2005

DIARE

DAN

PERMASALAHANNYA

Oleh Unik P, Adhar Junaidi, A. Djaeli, A.

: Ratgono.*)

I.

PENDAHULUAN

Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi berak lebih dari biasanya ( 3 atau lebih per hari ) yang disertai perubahan bentuk dan konsistensi tinja dari penderita. (Depkes R I, Kepmenkes RI Tentang Pedoman P2D , Jkt , 2002).

Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam golongan 6 besar yaitu karena Infeksi, malabsorbsi, alergi, keracunan, immuno defisiensi, dan penyebab lain, tetapi yang sering ditemukan di lapangan ataupun klinis adalah diare yang disebabkan infeksi dan keracunan. (Depkes R I, Kepmenkes RI Tentang Pedoman P2 D , Jkt , 2002). Adapun penyebab-penyebab tersebut sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor misalnya keadaan gizi, kebiasaan atau perilaku, sanitasi lingkungan, dan sebagainya.

Sampai dengan saat ini penyakit diare masih menjadi masalah bagi masyarakat, dari hasil survey morbiditas diare dan pengetahuan, sukap dan perilaku yang dilaksanakan oleh DepKes RI pada tahun 2000 ditemukan angka kesakitan diare untuk semua umur di Jawa Timur adalah 283 per 1.000 penduduk, sedangkan

episode pada balita 1,3 kali per tahun. Di Jawa Timur data penyakit diare berdasarkan laporan yang direkam oleh sarana pelayanan kesehatan pemerintah termasuk dalam 10 besar penyakit yang ada.

Upaya merubah perilaku, sikap, meningkatkan pengetahuan masyarakat yang telah dilakukan selama lebih kurang 25 tahun ini menghasilkan perubahan perilaku, sikap, dan pengetahuan walaupun masih belum optimal. Hasil Survei Nasional tantang Morbiditas Diare dan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku tahun 2.000, diketahui 91,2 % masyarakat mengetahui tentang rehidrasi penderita saat diare, 90 % mengetahui tentang tanda bahaya diare, sebagian tahu tentang manfaat oralit (94,6 %) akan tetapi sebagian besar (49,3 %) tidak mau menggunakan oralit sebagai cairan rehidrasi di rumah tangga, sebagian besar mengalami perubahan perilaku yang signifikan terhadap kesehatan lingkungan.

Deteksi secara dini peningkatan kejadian penyakit diare di Jawa Timur masih lemah, hal ini disebabkan karena lemahnya Sistem Surveilans, sehingga tindakan antisipasi terhadap kemungkinan timbulnya KLB kurang optimal.

Istilah atau pemahaman tentang penyakit diare di masyarakat Jawa Timur beragam, antara lain mencret-mencret atau mejen atau pada balita biasa disebut Ngenteng-entengi. Bila dilihat penyebab terjadinya penyakit diare, seringkali masyarakat mengatakan bahwa penyakit ini disebabkan oleh karena masuk angin, atau salah makan. Bila ditinjau kegawatannya, pada umumnya menganggap bahwa diare merupakan penyakit biasa-biasa saja. Pada umumnya masyarakat kita menganggap remeh

penyakit ini, sehingga seringkali berakibat fatal dalam hal penanganan penderita, hal ini diakibatkan oleh karena penerapan prinsip-prinsip rehidrasi seawal mungkin belum dilaksanakan oleh masyarakat sehingga terjadi keterlambatan tindakan rehidrasi yang dapat memperparah kesakitan, bahkan dapat mengakibatkan kematian.

II.

GAMBARAN

EPIDEMIOLOGIS

A.

Estimasi

penyakit

jumlah

penderita.

Berdasarkan jumlah penduduk Jawa Timur tahun 2003 yaitu sebesar 35.679.156 jiwa, maka dapat diperkirakan jumlah penderita diare yang ada sekitar 10.097.201 jiwa. Sampai dengan saat ini cakupan pelayanan baru mencapai 10 % dari perkiraan jumlah penderita diare yang ada, hal ini disebabkan oleh karena data yang terekam hanya berasal dari sarana kesehatan pemerintah ( Puskesmas).

B.

Tingkat

penyakit

yang

ada.

Tingkat penyakit yang ada lebih didasarkan pada status dehidrasi penderita itu sendiri. (Departemen Kesehatan R I, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tentang Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare, Jakarta, 2002) Selanjutnya kenyataan dilapangan dari pengamatan yang kami lakukan dapat

dikelompokkan

menjadi

tingkatan

yaitu

1. Penderita diare tanpa dehidrasi dalam waktu 1 2 hari, pada kelompok ini biasanya mengobati dirinya sendiri.

2. Penderita diare tanpa dehidrasi dalam waktu > 2 hari, pada kelompok ini biasanya mencari pertolongan pengobatan pada petugas kesehatan atau sarana kesehatan terdekat (dokter praktek, perawat / mantri praktek dan bidan praktek). 3. Penderita diare dehidrasi ringan/sedang, pada kelompok ini biasanya mencari pertolongan pengobatan ke Sarana Kesehatan Dasar terdekat misalnya Puskesmas, Balai Pengobatan atau Klinik-klinik swasta.

4. Penderita diare dehidrasi berat, pada kelompok ini biasanya mencari pertolongan ke Sarana Pelayanan Kesehatan Rujukan yaitu Rumah Sakit.

Dari fakta di lapangan tersebut, memperkuat bahwa sesungguhnya data jumlah penderita diare yang dilaporkan melalui sarana pelayanan kesehatan pemerintah (Puskesmas) merupakan sebagian kecil dari jumlah penderita yang sebenarnya.

C.

Kecenderungan-kecenderungan

yang

ada

Memperhatikan gambaran-gambaran penyakit diare di atas, maka dimungkinkan penyakit diare mempunyai kecenderungan potensial menimbulkan wabah, dengan

beberapa

alasan

Meskipun angka kesakitan diare yang dilaporkan dari tahun ke tahun menurun, akan tetapi perlu kita waspadai karena angka kesakitan yang sebenarnya dari hasil survey masih tinggi, pada semua golongan umur adalah 283 per 1.000 penduduk. Dengan semakin gencarnya promosi produk obat-obat anti diare dan antibiotik yang dipasarkan secara bebas, dan tingkat pemahaman prinsip-prinsip rehidrasi yang belum baik di masyarakat, maka kemungkinan untuk terjadi ledakan kasus diare sangat besar.

Dengan bergesernya pola makan di masyarakat Jawa Timur yang cenderung mengkonsumsi makanan kaleng dan lemahnya pengendalian produk-produk makanan tersebut oleh pemerintah sehingga ancaman ledakan kasus diare semakin tinggi.

III.

UPAYA-UPAYA

Untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian diare Pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan R I, melalui Dinas Kesehatan melakukan beberapa upaya sebagai berikut: 1. Meningkatkan kuantitas dan kualitas Tatalaksana Penderita Diare melalui pendekatan PHBS. 2. Mengupayakan Tatalaksana Penderita Diare di Rumah tangga secara tepat dan benar. 3. Meningkatkan Upaya Pencegahan melalui kegiatan KIE, dan meningkatkan upaya kesehatan bersumber masyarakat.

4.

Meningkatkan

sanitasi

lingkungan

yang

bersih.

Demikian gambaran diare dan permasalahannya di Jawa Timur, dengan berbagai kekurangan yang ada kami berharap mendapatkan masukan agar dapat mempercepat pencapaian tujuan Jawa Timur Sehat 2010.

Untuk makalah ini (dalam format MS Word (*.doc)) selengkapnya dapat download pada "Data dan Informasi" .............

V.

KEPUSTAKAAN

Departemen Kesehatan R I, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Diare,

Tentang

Pedoman

Pemberantasan

Penyakit

Jakarta,

2002

Departemen Kesehatan R I, Laporan Hasil Survei Angka Kesakitan Diare dan Perilaku Ibu Dalam Tatalaksana Penderita Diare Balita Tahun 2000, Jakarta, 2001

Departemen Kesehatan R I, Buku Pedoman Pelaksanaan Program Pemberantasan Diare,

Penyakit

Jakarta,

2000

Keterangan *) Tim P2PL Subdin P2PL, Dinkesprop. Jatim

You might also like