You are on page 1of 3

RANGKUMAN KE-2 KU - 4078 STUDIUM GENERALE

"Kemandirian Industri Migas Nasional"


Pembicara :
Prof. Dr. Ir. Wiratmaja Puja, M. Sc. Dr. Ir. Leksono Mucharam, M. Sc., PhD. Suko Hartono Bambang Ismanto Oleh Nama : Ade Tria NIM : 10511094 Program Studi : Kimia No. HP : 0896 2002 6894

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG BANDUNG 2014

Kemandirian Industri Migas Nasional


Menurut pemerintah yang diwakili oleh bapak Wiratmaja sebagai staf ahli kementerian ESDM, pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh hingga 6%. Pertumbuhan ini dipengaruhi oleh semakin meningkatnya industri migas nasional. Untuk menjaga keamanan energi (Security of Energy), maka dibuatlah kebijakan energi nasional. Kebijakan ini dibuat oleh Menteri ESDM, yang dikenal dengan kebijakan "Catur Dharma". Kebijakannya adalah sebagai berikut. 1. Meningkatkan produksi minyak dan gas, dengan cara memperbanyak eksplorasi, memperumah perizinan, pemberian insentif fiskal dan memperbaiki aturan atau regulasi 2. Mengurangi penggunaan BBM dan diversifikasi ke gas dan batu bara, dengan cara menggunakan energi alternatif, mandatori BBN 10 persen, penggunaan batu bara bersih, konversi BBM ke gas dan moratorium PLTD (diesel). 3. Mempercepat penggunaan energi terbarukan, dengan memanfaatkan sumber tenaga angin, hidrotermal, energi laut, dan air. 4. Penghematan dan konversi energi, seperti melakukan penghematan penggunaan listrik. Bila tak ada nonton tv, matikan TV, matikan AC, matikan lampu bila ditinggalkan. Indonesia memiliki banyak daerah yang mengandung sumber migas. Namun dalam kenyataannya, industri migas merupakan industri yang perlu keberanian sehingga tidak semua perusahaan atau pemerintah dapat dengan mudah memperoleh sumber migas tersebut. Terdapat banyak tantangan yang harus dihadapi yaitu: 1. Padat modal, dibutuhkan modal lebih dari 300 M. 2. Padat risiko, modal mudah hilang, sumur yang dibor belum tentu dapat mengeluarkan minyak. 3. Padat teknologi 4. Padat pengalaman, profesionalisme Oleh karena itu, diperlukan sumber daya pendukung yang lebih tinggi standar dan kualitasnya, termasuk di dalamnya tenaga profesional di bidang manajemen rantai suplai.

Selama ini daerah Indonesia yang menjadi sumber migas adalah daerah yang berada di wilayah barat yaitu Sumatera, Jawa, dan sebagian kecil Kalimantan. Untuk daerah timur seperti Papua dan Maluku belum dapat dibentuk industri migas karena medan dan tantangan yang akan dihadapi sangat berat. Sehingga untuk itu, mahasiswa dan pengajar di masing-masing perguruan tinggi sekarang terus digenjot untuk dapat melakukan pencapaian agar daerah tersebut dapat menjadi sumber migas. Beralih dari sudut pandang pemerintah, dalam dunia bisnis Indonesia dipandang sangat jauh oleh negara lain. Hal ini dikarenakan teknologi migas Indonesia yang masih tertinggal jauh. Menurut bapak Laksono, Indonesia masih tertinggal jauh karena tidak mandiri. Kemandirian akan membuat semua kebutuhan menjadi lebih murah sehingga negara ini tidak akan terbiasa untuk mengimpor. Selanjutnya pemaparan oleh bapak Suko Hartono. Beliau merasa bahwa infrastruktur migas Indonesia belum memadai, terlebih lagi karakteristik sumber daya yang dimiliki Indonesia dan jarak yang relatif jauh. Agar Indonesia dapat menjadi bangsa yang mandiri. Maka perlu dilakukan penelitan-penelitian untuk menemukan produk-produk baru. Namun, melakukan penelitian bukan merupakan hal yang mudah terdapat sumber tantangan-tantangan penelitian, yaitu. 1. Budaya 2. Infrastruktur 3. Prioritas 4. Keterbatasan dana 5. Kebijakan dalam negeri 6. Tantangan dari produk luar negeri yang sudah berpengalaman dan lebih bagus 7. Saingan penelitian dari negera maju 8. Kepercayaan pada produk dalam negeri kurang

You might also like