Professional Documents
Culture Documents
Panduan Pengembangan
Trading House KUMKM
Panduan ini dalam proses untuk dilengkapi dan disempurnakan sesuai dengan
permasalahan dan perkembangan yang dihadapi.
2
Daftar Isi
PENGANTAR
I. PENDAHULUAN……………………………………………………………………………. 4
1.1. Latar Belakang…………………………………………………………………………. 4
1.2. Sistematika…………………………………………………………………………….. 7
II. KONDISI YANG DIHARAPKAN………………………………………………………….. 9
2.1. Pengertian, Fungsi dan Peran Trading House KUMKM………………………….. 9
2.2. Komponen Trading House KUMKM………………………………………………… 11
2.3. Bentuk dan Kelembagaan Trading House KUMKM………………………………. 12
2.4. Peran Pihak Terkait…………………………………………………………………... 15
III. POTENSI, PERMASALAHAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN………………… 18
3.1.Potensi Pengembangan………………………………………………………………. 18
3.2.Permasalahan………………………………………………………………………….. 18
3.3.Strategi Pengembangan………………………………………………………………. 19
IV. PROGRAM PENGEMBANGAN TRADING HOUSE KUMKM…………………………. 20
4.1. Program Jangka Menengah………………………………………………………….. 20
4.2. Program Tahun 2009………………………………………………………………….. 24
V. PENUTUP…………………………………………………………………………………… 28
LAMPIRAN
- TOR Pengembangan Trading House KUMKM TA 2009
- Tanya Jawab Tentang Pengembangan Trading House KUMKM
3
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
a. UMKM merupakan andalan atau harapan kemajuan ekonomi Indonesia karena merupakan
mayoritas (lebih 99.5%) pelaku usaha dan menyerap lebih dari 90% penyerapan tenaga
kerja nasional. Namun demikian UMKM hanya mampu menghasilkan atau menikmati
sekitar 54.6% nilai tambah bruto atau Produk Domestik Bruto (PDB) nasional dan laju
pertumbuhannya juga tidak lebih besar dari pada non-UMKM (usaha besar).
Rendahnya nilai tambah bruto UMKM dan rendahnya laju pertumbuhan UMKM adalah
karena sebagian besar (lebih 96 %) merupakan usaha mikro dengan volume usaha
dibawah Rp 200 juta/tahun dan bentuk usahanya perorangan atau informal.
a. Salah satu kelemahan utama yang dihadapi UMKM adalah keterbatasan kemampuan
akses dan pangsa pasar, yang mengakibatkan rendahnya kemampuan peningkatan
volume dan nilai tambah usahanya.
b. Jenis usaha dan produk UMKM beragam, hampir meliputi seluruh jenis produk, lokasinya
menyebar di seluruh pelosok Indonesia dengan volume dan kualitas produk yang sangat
beragam. Potensi pasar produk UMKM juga beragam. Sebagian potensi pasarnya bersifat
lokal desa atau kecamatan, sebagian yang lain bersifat antar kabupaten, antar propinsi
atau antar pulau dan sebagian bersifat internasional (ekspor impor).
c. Pemasaran produk UMKM sebagian dilakukan oleh UMKM produsen sendiri dan sebagian
dilakukan oleh UMKM lain dan sebagian lain oleh usaha besar.
4
Pemasaran produk UMKM yang dilakukan oleh bukan UMKM produsennya dapat terjadi
karena bagi UMKM produsennya lebih menguntungkan konsentrasi pada produksi, atau
karena volume, kualitas, jalur pemasaran dan tuntutan ketentuan serta persaingan pasar
maka lebih efisien kalau pemasaran produk dilakukan oleh non-UMKM produsen. Secara
alami, pemasaran produk UMKM merupakan kesempatan usaha baik bagi UMKM sendiri
maupun usaha skala besar. Adanya usaha pemasaran produk UMKM sangat mendukung
pengembangan usaha UMKM produsen dan dengan demikian memungkinkan berputarnya
usaha UMKM atau memungkinkan UMKM merealisasikan potensi nilai tambah usaha dan
menerima pembayaran untuk upah tenaga kerja yang terlibat.
e. Sejalan dengan makin meningkatnya kemampuan produksi KUKM, baik dalam hal variasi
produk, jumlah maupun kualitas serta makin ketatnya persaingan pasar dalam era
globalisasi, dirasakan makin meningkat keperluan adanya layanan yang mampu
memasarkan produk yang dihasilkan oleh UMKM atau layanan yang mampu memenuhi
kebutuhan bahan baku bagi usaha produksi UMKM. Makin banyak dijumpai diberbagai
daerah masyarakat atau UMKM berhasil memproduksi berbagai produk sesuai potensi dan
unggulan daerahnya namun menghadapi kendala dalam memasarkannya sehingga
prestasinya tidak memiliki dampak terhadap peningkatan pendapatan bagi tenaga kerja
dan UMKM yang terlibat.
5
Suatu trading house dapat bersifat internasional, dan dapat pula bersifat nasional.
International trading house menfokuskan diri pada kegiatan ekspor, impor dan
perdagangan dengan negara ketiga dengan memanfaatkan jaringan dan infrastruktur yang
dimilikinya. Trading house international dapat melakukan pengadaan nasional dan
penjualan internasional, pengadaan internasional dan penjualan nasional, atau pengadaan
dan penjualan bersifat internasional.
Trading house nasional melakukan kegiatan pemasaran bersifat nasional, baik antar kota,
maupun antar pulau dalam satu negara.
Trading house dapat berperan sebagai pedagang (merchants), manajer konsorsia, agen,
dan fasilitator perdagangan. Sebagai pedagang (merchants), trading house melakukan
pembelian dan penjualan atas nama dirinya dan memperoleh marjin. Sebagai agen, trading
house bertindak atas nama produsen, atau atas nama pembeli (buyer) dan menerima
komisi, namun tidak memiliki hak atas barang yang diperdagangkan.
Suatu trading house beroperasi dengan marjin relatif kecil, tetapi dengan volume yang
besar atau perputaran yang cepat. Karena posisinya yang strategis dan keberhasilan
usaha ini tergantung pada kredibilitasnya dalam membawa amanah, di beberapa negara
suatu trading house harus terdaftar atau disertifikasi oleh pemerintah atau asosiasinya.
Di beberapa negara, trading house memiliki kontribusi yang besar dalam perkembangan
perdagangan dan pembangunan ekonomi negaranya. Tentang istilah, di Kanada dan
Hongkong dosebut trading house, di Jepang disebut Sogo Shosha (trading house dengan
multi produk) atau Semen Shosha (khusus produk tertentu), di India disebut export house,
di Amerika disebut trading company atau export management company.
6
g. Dengan praktek yang berkembang (best practice) seperti tersebut diatas serta
sejalan dengan globalisasi yang memiliki kecenderungan munculnya pola usaha
yang dapat direplikasi secara global maka dapat diprediksikan bahwa pola trading
house seperti diatas akan berkembang pula di Indonesia. Karena itu berkaitan
dengan keperluan akan adanya layanan pemasaran barang dan jasa yang
diproduksi UMKM maka diperlukan upaya untuk menumbuh kembangkan trading
house UMKM yang mampu melayani pemasaran produk UMKM yang pada
gilirannya akan menjadi jembatan besar menuju peningkatan volume pemasaran
dan nilai tambah usaha UMKM.
1.2. Sistematika
Sistematika Panduan Pengembangan Trading House KUMKM ini terdiri atas 5 bab,
yaitu I Pendahuluan, II Kondisi yang diharapkan, III Potensi dan Permasalahan, IV
Program Pengembangan Trading House KUMKM dan V Penutup.
Bab II, Kondisi yang diharapkan, menyajikan kondisi trading house KUMKM yang
diharapkan diwujudkan.
7
Bab III, Potensi dan Permasalahan, menyajikan potensi dan permasalahan dalam
pengembangan trading house KUMKM.
8
II. KONDISI YANG DIHARAPKAN
2.1. Pengertian, Fungsi dan Peran Trading House KUMKM
a. Pengertian
Trading house (TH) KUMKM diartikan sebagai usaha atau fasilitas yang
mengkhususkan diri untuk melayani pemasaran barang dan jasa yang
diproduksi atau disediakan oleh KUMKM. Layanan utama TH KUMKM adalah
memasarkan produk yang diproduksi atau disediakan oleh KUMKM. Layanan
pendukungnya adalah segala hal yang mendukung terselenggaranya layanan
utama tersebut, yaitu dapat berupa informasi pasar, konsultasi pemasaran,
logistik, pengembangan merk, pengembangan kemasan dan label,
pengembangan jaringan, pengembangan konsorsium.
Pengumpul Whole
Bahan baku Seller
B. Baku/
penolong
: Bahan Baku
Kel. Pengrajin
Konsumen
: Barang ½ jadi
: Barang jadi
11
2.3. Bentuk dan Kelembagaan Trading House KUMKM
a. Bentuk
Bentuk atau wujud trading house KUMKM adalah berupa suatu usaha yang
mengkhususkan diri dalam pelayanan pemasaran barang dan jasa yang diproduksi atau
disediakan KUMKM. Usaha tersebut dapat ditangani lembaga yang khusus didirikan untuk
melakukan fungsi trading house, dapat pula ditangani oleh unit dari suatu lembaga yang
secara hukum dapat melakukan usaha perdagangan atau trading house.
Indikator utamanya adalah mampu melayani pemasaran barang dan jasa yang diproduksi
atau disediakan KUMKM secara berkelanjutan.
Sebagai suatu usaha, trading house KUMKM harus beroperasi dalam skala yang efisien.
Karena itu suatu trading house dapat berada di kota kabupaten, propinsi atau nasional
sesuai dengan lokasi yang optimal bagi KUMKM produsen mitranya dan menjangkau
lokasi atau wilayah pasar yang dituju. Bagi suatu kebupaten atau kota atau wilayah tertentu yang
memiliki agregat volume produk KUMKM dalam jumlah yang besar tentu diharapkan terdapat
trading house yang siap melayani KUMKM sehingga usaha KUMKM di wilayah atau sentra
tersebut dapat terdukung perputaran usahanya.
Trading house KUMKM yang dipromosikan Kementerian Negara KUKM diharapkan antar trading
house terjadi pertukaran informasi, sinkronisasi dan kemitraan yang saling mendukung, baik
dalam peningkatan kemampuan manajemen, penanganan buyer maupun dalam penanganan
KUMKM mitranya.
b. Kelembagaan
Kelembagaan suatu trading house dapat berupa Koperasi, Perseroan Terbatas, Badan
Umum Milik Negara atau daerah atau badan usaha lainnya seperti badan layanan umum.
12
Produsen
B. Baku/
Penolong
Produsen
Bahan baku
Pengumpul Whole
Bahan baku Seller
B. Baku/
penolong
T. House KUMKM di
Kel. Pengrajin Wilayah produsen
Konsumen
Produsen
B. Baku/
penolong
T.House KUMKM di
Produsen Wilayah pemasaran
Bahan baku
Whole
Pengumpul Seller
Bahan baku B. Baku/
penolong
Trading Whole
KUKM Trading House Seller Retailer
Produsen House KUMKM B.Jadi B. Jadi
KUMKM
Untuk memperkuat upaya penetrasi dan jaringan pasar ke luar negeri maka dapat
dikembangkan outlet trading house KUMKM di luar negeri dengan :
- membuka perwakilan trading house
- mendirikan perusahaan patungan dengan perusahaan lokal
- Kerjasama kemitraan dengan perusahaan lokal, dengan pola kerjasama
penyediaan dan pemasaran/distribusi produk KUKM, waralaba pemasaran
produk KUKM ataupun dengan pola lainnya.
14
2.4. Peran Pihak Terkait
Pihak yang terkait dalam pengembangan trading house KUMKM dapat dibedakan atas
para KUMKM sebagai pelaku usaha yang memerlukan jasa trading house, pelaku trading
house KUMKM, dan promotor trading house KUMKM.
a. Peran KUMKM
KUMKM sebagai produsen atau penyedia barang sebagai ultimate user. Dalam hal ini
peran KUMKM adalah mengembangkan dan memproduksi produk sesuai permintaan
pasar sebagaimana diprogramkan bersama dengan trading house.
c. Peran Promotor
Promotor pengembangan trading house KUMKM dapat berupa lembaga pemeruntah,
lembaga non-pemerintah, maupun swasta. Lembaga pemerintah dapat berupa
pemerintah pusat seperti Kementerian Negara KUKM maupun pemerintah daerah,
baik propinsi maupun kabupaten.
15
Sebagai promotor, pada dasarnya mengambil inisiatip dan berbagai upaya yang
diperlukan dan dimungkinkan dalam rangka menumbuh kembangkan trading house
KUMKM.
Peran Kementerian Negara Koperasi dan UKM adalah sebagai penyusun arah kebijakan,
inisiator, stimulator, fasilitator dan sinkronisasi pengembangan trading house KUMKM,
terutama trading house yang dikembangkan dengan kerjasama Kementerian Negara
Koperasi dan UKM.
16
Produsen
B. Baku
Produsen
Bahan baku
Pengumpul Whole
Bahan baku Seller
B. Baku
Trading Whole
KUKM Seller Retailer
House B. Jadi
Produsen B.Jadi
KUMKM
Konsumen
Kel. Pengrajin
Promotor dan pendukung:
Pemerintah, Perguruan Tinggi, CSR, Donor,
Asosiasi dll
: Bahan baku
: Barang ½ jadi
: Barang jadi
Gambar 3. Trading House KUMKM dan Pendukungnya
17
III. POTENSI, PERMASALAHAN DAN STRATEGI
PENGEMBANGAN TRADING HOUSE KUMKM
3.1. Potensi Pengembangan
a. Terdapat beberapa komoditi KUMKM yang volumenya cukup besar dan terdapat
permintaannya serta tidak bisa sepenuhnya dipasarkan oleh KUKM produsen seperti produk
kerajinan dan makanan.
b. Beberapa komponen terwujudnya trading house KUMKM sebagaimana dimaksud sub 2.2
sudah tersedia seperti adanya sarana pusat promosi di beberapa daerah dan kelembagaan
koperasi yang salah satu hakekat dan tujuannya adalah pemasaran.
c. Berbagai program pengembangan KUMKM akan diperoleh sinergi untuk mencapai tujuan
secara optimal apabila secara sistematis dikaitkan dengan pengembangan trading house
KUMKM, seperti program pengembangan desain dan industri kreatif dan fasilitasi pameran
18
3.3.Strategi Pengembangan Trading House KUMKM
Strategi pengembangan trading house KUMKM secara umum adalah
mengembangkan kondisi lingkungannya yang kondusif serta mengembangkan
arahan dan alternatif dan menggerakkan peran pihak terkait secara sinergis dengan
memperhatikan beberapa prinsip sebagai berikut.
a. Mendorong tumbuh dan berkembangnya trading house KUMKM secara meluas
sebagai suatu usaha yang mandiri dengan kepemilikan terbuka bagi masyarakat.
b. Fokus utamanya adalah kemampuannya untuk melaksanakan fungsi trading
house KUMKM, yaitu memasarkan produk KUMKM.
c. Pemerintah mengambil peran sebagai inisiator, stimulator dan pengarah
pengembangan.
d. Mendorong adanya rintisan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah maupun
potensial sponsor lainnya
e. Trading house KUMKM oleh LLP-KUKM sebagai salah satu rintisan.
19
IV. PROGRAM PENGEMBANGAN
TRADING HOUSE KUMKM
4.1. Program Jangka Menengah
Program jangka menengah adalah program yang menyangkut periode waktu 3 (tiga)
sampai dengan 5 (lima) tahun ke depan. Sebagai bagian dari upaya pengembangan
KUMKM, maka pengembangan trading house KUMKM juga perlu menyesuaikan
dengan tantangan yang dihadapi dalam periode itu. Tantangan yang dihadapi
pengembangan KUMKM ke depan antara lain berkaitan dengan:
- Krisis keuangan global yang berdampak terhadap penurunan permintaan
di pasar global dan meningkatnya proteksi pasar masing-masing negara.
- Ketatnya pembiayaan dari lembaga keuangan
- Fluktuasi harga bahan bakar
- Substansi
21
Produsen Output,
B. Baku/
penolong dampak
Produsen
Bahan baku
Pengumpul Whole
Bahan baku Seller
B. Baku/ Tumbuh
penolong 2 kembang
TH
Trading Whole
KUKM Seller Retailer
House B. Jadi
Produsen B.Jadi
KUMKM
Meningkat
Kel. Pengrajin Perputaran
Konsumen
2a, b,4 1a, b,4 Usaha
UMKM
1. Pengembangan TH dan KI
a. Workshop manajemen TH Meningkatnya
Vol usaha
b. Pendampingan manajemen TH
Pendapatan
2. Pengembangan Industri Kreatif & nilai
a. Pendampingan inovasi desain/produk tambah
b. Workshop ahli desain/pemasaran
3. Fasilitasi pameran
4. Fasilitasi kemasan, label, merk
23
4.2. Program Pengembangan Trading House KUMKM TA 2009
a. Latar Belakang
- Sebagaimana dikemukakan pada bab-bab sebelumnya bahwa:
-- Trading house KUMKM merupakan suatu usaha jasa yang pada satu sisi
dibutuhkan untuk mendukung pengembangan usaha KUMKM, terutama
KUMKM sektor usaha produksi, pada sisi yang lain trading house memang
merupakan suatu kecenderungan bentuk praktek bisnis yang berkembang di
era perdagangan yang makin terbuka secara global dan ketat
persaingannya.
-- Trading house KUMKM diharapkan berkembang sebagai usaha yang
menekuni pemasaran produk KUMKM secara mandiri dan dimiliki dan
diusahakan oleh KUMKM, tidak harus dimiliki pemerintah.
-- Beberapa komponen trading house sebagian telah tersedia namun belum
berfungsi atau diarahkan berfungsi sebagai trading house KUMKM secara
terintegrasi.
-- Peran pemerintah dalam pengembangan trading house adalah sebagai
penyusun arah pengembangan inisiator, stimulator dan fasilitator.
24
- Sejalan dengan situasi usaha TA 2009 yang terimbas oleh kondisi krisis keuangan
global maka kegiatan pengembangan trading house terkait dengan beberapa upaya
untuk mengatasi masalah tersebut, yaitu:
-- Peningkatan dan promosi penggunaan produksi dalam negeri
-- Pengembangan dan perluasan pasar ekspor ke wilayah pasar non-tradisional
negara tujuan utama ekspor industri.
25
b. Tujuan dan Output
- Tujuan pengembangan trading house KUMKM adalah menumbuh kembangkan
trading house KUMKM.
- Output pengembangan trading house KUMKM adalah terfasilitasinya
pengembangan trading house KUMKM di 6 propinsi
c. Sasaran
- Sasaran pelaku pengembangan trading house KUMKM adalah para KUMKM
produsen produk unggulan di daerah, pejabat pemerintah daerah yang terkait,
asosiasi, dan lembaga penyedia layanan pengembangan bisnis (BDS-P).
- Sasaran substansi pengembangan trading house KUMKM adalah tumbuhnya
trading house KUMKM di beberapa daerah untuk dikembangkan lebih lanjut
sebagai rintisan best practise trading house pada tahun berikutnya.
Sesuai dengan tantangan yang dihadapi berkaitan dengan krisis keuangan global
maka pengembangan trading house KUMKM akan diisi dengan pengembangan
kemampuan trading house KUMKM sebagai rekanan pengadaan barang dan jasa
pemerintah maupun swasta serta pengembangan kemampuan untuk menyediakan
barang melalui koperasi, khususnya koperasi karyawan.
26
d. Ruang lingkup kegiatan
- Kegiatan-kegiatan yang secara khusus berada pada anggaran pengembangan
trading house
-- Perumusan kebijakan dan panduan pengembangan trading house KUMKM
-- Pertemuan teknis manajemen trading house KUMKM
-- Pendampingan trading house KUMKM oleh praktisi/ahli
-- Promosi/produk mitra trading house, pameran
27
V. PENUTUP
5.1. Pengembangan trading house KUMKM dengan pengertian seperti dimaksud dalam
panduan ini memiliki posisi sangat strategis. Strategis karena pemasaran
merupakan kunci berputarnya perkembangan suatu usaha KUMKM yang jumlahnya
sangat besar dan menyebar di seluruh pelosok tanah air. Karena itu keberhasilan
pengembangan trading house KUMKM sangat diharapkan. Disisi lain, upaya ini
harus bisa mengatasi atau menyesuaikan dengan persaingan pasar yang makin
ketat dan terbuka.
5.2. Guna mendukung keberhasilan maksud dan tujuan pengembangan trading house
KUMKM maka panduan ini perlu terus disempurnakan, dipertajam dan lebih
detailkan sehingga memudahkan teknis pelaksanaan tindak lanjutnya.
28
LAMPIRAN
Tanya – Jawab Tentang Pengembangan Trading House KUMKM
1. Pertanyaan:
LLP-KUKM juga melaksanakan pengembangan trading house KUKM,
apakah tidak sebaiknya program pengembangan trading house KUKM di
lingkungan Kementerian Negara KUKM diserahkan kepada LLP-KUKM
saja?
Jawaban:
• LLP-KUKM pada dasarnya sebagai unit pelaksana teknis kebijakan yang
dikembangkan Kementerian Negara KUKM. Dalam hal ini LLP-KUKM adalah
sebagai salah satu pelaku dari banyak trading house yang diharapkan tumbuh
dan berkembang untuk melayani pemasaran KUKM yang banyak jumlahnya dan
menyebar di seluruh Indonesia. Sebagai ilustrasi, di antara salah satu negara
bagian di Kanada jumlah trading house-nya lebih dari 400 unit. Indonesia dengan
jumlah UMKM yang lebih besar serta menyebar di 7000 pulau perlu jauh lebih
banyak trading house agar KUMKM dapat berkembang.
• LLP-KUKM diharapkan sebagai salah satu rintisan atau best practice dan
diharapkan membangun kemitraan dengan berbagai trading house di daerah.
3.Pertanyaan:
Sebaiknya dari mana memulai membangun trading house, membangun outlet di
wilayah sasaran pasar (baik dalam maupun luar negeri)
negeri atau membangun trading
house lokal yang menangani hal-hal yang berkaitan dengan KUKM produsen.
Jawaban:
Pada dasarnya pengembangan trading house dapat digerakkan oleh adanya supply
atau supply-driven, dapat pula digerakkan oleh adanya permintaan (demand-driven).
Pengembangan trading house sebaiknya dimulai dari aspek yang paling siap atau
sudah tersedia. Dalam hal terdapat permintaan suatu produk dan produk tersebut
memiliki potensi disediakan KUMKM, maka sebaiknya pengembangan trading house
dimulai dari pematangan permintaan dan spesifikasi permintaan kemudian
dilanjutkan dengan penyiapan dari sisi supply dan supplier-nya.
Dalam hal posisi keduanya, permintaan (demand) dan penyediaan (supply) barang
belum siap, maka sebaiknya dimulai dari konsolidasi KUMKM supplier dan
produksinya untuk selanjutnya dipromosikan dan diupayakan mitra atau buyernya.
4. Pertanyaan:
Siapakah yang potensial mengembangkan trading house KUMKM?
Jawaban:
Siapapun yang memiliki kepentingan, minat, dan komitmen yang tinggi dalam
pengembangan usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi sebenarnya potensial
sebagai pengembang trading house KUMKM. Hal tersebut dikarenakan pemasaran
merupakan hulu masalah yang dihadapi dalam pengembangan KUMKM. Apabila
pemasaran barang dan jasa KUMKM terdapat solusinya, dalam arti tersedia pasar
dengan marjin yang bisa menutupi biayanya maka dapat dikatakan bahwa masalah
KUMKM tersebut dapat diatasi, walaupun tingkat kesulitan mengatasinya berbeda-
beda.
Sebaliknya apabila masalah pemasaran KUMKM tidak teratasi maka walaupun
tersedia modal, produksi atau teknologinya maka proses perputaran usaha KUMKM
tidak dapat dilakukan.
Dengan pemahaman seperti tersebut diatas maka pihak-pihak yang potensial
mengembangkan trading house KUMKM adalah sebagai berikut:
b. Pemerintah.
KUMKM dan calon UMKM dapat berperan sebagai pelaku trading house atau
sebagai mitra trading house.
Sebagai pelaku trading house, yaitu sebagai suatu usaha yang menekuni
pemasaran produk KUMKM, yang potensial sebagai pengembangannya adalah
para KUMKM yang selama ini telah menekuni atau mereka yang berminat menekuni
usaha pemasaran.
Calon pengusaha, atau calon UMKM, yang berarti belum sebagai pengusaha,
seperti seorang karyawan perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan
atau seorang alumni suatu sekolah dengan jurusan niaga yang memiliki minat dan
pengalaman dalam bidang pemasaran dapat berpotensi sebagai pelaku trading
house dengan cara membentuk koperasi apabila mereka terdiri dari beberapa orang
atau membentuk CV atau perseroan terbatas (PT).
KUMKM dan calon UMKM dapat pula berperan sebagai mitra trading house, yaitu
sebagai penyedia barang dan jasa yang dipasarkan atau berperan sebagai
penyedia jasa pendukung trading house seperti sebagai konsultan atau penyedia
jasa lainnya.
c. Perguruan Tinggi dan Lembaga Donor.
Perguruan Tinggi potensial sebagai promotor pengembangan trading house
KUMKM sekaligus sebagai laboratorium bagi mahasiswanya, baik mahasiswa
pada jurusan studi yang berkaitan dengan produksi seperti jurusan pertanian,
peternakan maupun perkebunan maupun mahasiswa dalam bidang studi yang
berkaitan dengan pemasaran seperti jurusan ekonomi dan manajemen
pemasaran.
5. Pertanyaan:
Diantara beberapa alternatif bentuk badan usaha, bentuk badan usaha apa yang
paling tepat untuk usaha trading house KUMKM?
Jawaban:
Bentuk badan usaha yang tepat adalah bentuk yang memberikan peluang paling
besar terwujudnya trading house KUMKM yang mampu berfungsi sebagaimana
diharapkan, yaitu melayani pemasaran barang dan jasa yang diproduksi atau
disediakan pihak lain, yaitu KUMKM.
Dengan kata lain, kriteria pertama adalah bentuk badan usaha yang memberikan
peluang paling besar untuk berdirinya suatu usaha pemasaran atau trading yang
dapat beroperasi secara berkelanjutan. Kriteria kedua adalah mampu memasarkan
barang yang diproduksi oleh KUMKM lainnya secara efektif.
Kriteria pertama, yaitu kemampuan untuk eksis secara berkelanjutan dalam
pemasaran produk menjadi kriteria yang paling penting, karena pertama-tama suatu
trading house harus dapat hidup dan berjalan sebagai suatu entitas pemasaran
secara berkelanjutan, tersedia dana untuk membiayai kegiatannya secara
berkelanjutan dan sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
Dengan kriteria pertama tersebut maka bentuk badan usaha yang tepat adalah
tergantung siapa yang mendirikan trading house dan sumber daya apa yang dimiliki
atau dikuasai oleh pendiri tersebut.
Dalam hal pendirinya adalah lembaga pemerintah maka bentuk badan usahanya
dapat berupa suatu CV, PT atau koperasi, tergantung apakah memiliki jaringan yang
kuat dengan KUMKM produsen, kemampuan manajemen pemasaran, permodalan,
teman-teman perorangan yang berminat dan berkemampuan dalam pengembangan
trading house.
Dalam hal pendirinya adalah lembaga pemerintah maka bentuk badan usahanya
dapat berupa badan layanan umum, badan usaha milik daerah atau mendorong pihak
lain untuk membentuk suatu perseroan terbatas (PT) oleh pihak terkait dimana peran
lembaga pemerintah tersebut adalah memberikan arahan, akses dan dukungan lain
yang dimungkinkan.
Kriteria kedua, yaitu secara efektif memasarkan produk KUMKM adalah bahwa
barang yang dipasarkan trading house dihasilkan oleh KUMKM lain, tidak diproduksi
oleh KUMKM trading house sendiri, agar keberhasilan trading house tersebut
merupakan keberhasilan KUKM lainnya. Dengan kriteria seperti tersebut, maka
bentuk yang ideal sebenarnya adalah koperasi pemasaran yang memasarkan produk
yang dihasilkan oleh anggotanya yang berperan sebagai produsen. Namun demikian,
hal tersebut menuntut adanya sejumlah orang yang memiliki kesamaan kepentingan
dalam usaha pemasaran agar memenuhi syarat untuk membentuk suatu koperasi.
Dalam praktek di lapangan, jumlah orang yang memiliki kesamaan kepentingan dan
kompetensi tidak mencukupi jumlah minimal membentuk suatu koperasi. Dalam
keadaan demikian pada tahap pertama tidak harus dalam bentuk koperasi.
Pada tahap awal dapat dilakukan dengan badan usaha CV atau PT tetapi dengan
semangat koperasi, dalam arti tujuan, arah perusahaan dan pengurus usaha trading
house disepakati bersama, tidak sepenuhnya ditentukan oleh pemilik modal terbesar.
Di kemudian hari, jika dipandang perlu dapat dirubah menjadi badan usaha koperasi.
Apabila dalam bentuk koperasi, agar dapat berkembang sebagai perusahaan yang
kuat maka sebaiknya pembagian sisa hasil usaha disesuaikan dengan kontribusinya,
termasuk kontribusi permodalan. Anggota dengan kontribusi modal dan atau
keahlian atau jaringan yang besar harus dipertimbangkan untuk mendapatkan
imbalan yang besar, proporsional dengan kontribusinya.
6. Pertanyaan:
Produk atau KUMKM mana yang potensial atau seharusnya dikembangkan trading
house-nya?
Jawaban:
Produk atau KUKM mana yang perlu dikembangkan trading house-nya tentu KUKM
atau produk yang memang memerlukan jasa trading house. Sementara itu, seperti
dijelaskan pada jawaban pertanyaan no. 3, trading house dapat dikembangkan
dengan dorongan ketersediaan produk (supply-driven) dapat pula atas dorongan
permintaan (demand-driven).
Dari sisi ketersediaan produk (supply-driven), prioritas pengembangan trading house
adalah produk KUKM yang sejauh ini telah dihasilkan KUMKM dalam jumlah yang
besar dan memerlukan jasar pemasaran.
Dari data KUMKM yang mengikuti pameran, produk KUKM yang tersedia dalam
jumlah besar adalah produk kerajinan, aksesoris rumah tangga, termasuk furniture,
garmen, dan makanan. Produk-produk tersebut secara umum memerlukan jasa
trading house. Walaupun suatu produk bagi KUKM tertentu sudah memiliki jaringan
pasar, seperti produk furniture atau garmen atau pakaian, tetap dapat dikembangkan
trading house dengan mengembangkan pasar baru atau market creation.
Pengembangan pasar tersebut misalnya dengan mengembangkan pasar untuk
pengadaan barang pemerintah melalui lelang atau kerja sama dengan koperasi
karyawan yang secara teoritis terdapat potensi untuk dikembangkan pemasarannya.
Suatu trading house dapat dikembangkan atas dorongan adanya permintaan produk
(demand-driven). Adanya permintaan produk dalam jumlah besar dan KUKM memiliki
potensi untuk memproduksinya maka potensial untuk dikembangkan trading house-
nya. Produk dimaksud dapat merupakan suatu produk yang KUKM sudah
memproduksinya, misalnya produk furniture atau sepatu, sehingga masalahnya
tinggal memilih dari KUKM yang mana. Dapat pula KUKM di daerah tersebut belum
memproduksi jenis produk yang diperlukan tetapi diinginkan (untuk mempromosikan
UKM di daerah tersebut) untuk membeli produk dari daerah tersebut sepanjang
memang KUKM di daerah tersebut memiliki potensi untuk memproduksinya.
Dengan demikian pada akhirnya produknya bisa apa saja, yang penting volumenya
ekonomis ditangani pemasarannya oleh pihak lain. Dalam hal ini tergantung besarnya
biaya operasional yang diperlukan. Sementara itu, besarnya biaya operasional tergantung
desain besarnya manajemen trading house yang akan dikembangkan.
Pertanyaan berikutnya, di samping produk apa, adalah untuk UMKM skala yang mana,
usaha mikro, usaha kecil atau usaha menengah yang perlu dikembangkan trading house-
nya.
Secara riil sebetulnya UMKM skala manapun, termasuk usaha mikro memerlukan dan
berpotensi untuk dikembangkan trading house-nya. Sebagai contoh, terdapat usaha mikro
yang bisa didorong memproduksi sayur atau ikan lele, karena yang bersangkutan pernah
bekerja dan gemar menanam sayur atau memelihara lele. Namun karena tidak biasa
jualan maka apabila memproduksi sayur atau lele dalam jumlah yang lebih dari
kebutuhannya maka hasil sayur dan lele tersebut hanya diberikan kepada tetangganya
secara gratis. Karena secara gratis maka tidak ada insentif untuk memproduksi secara
berkelanjutan. Dalam hal ini bisa dikembangkan suatu trading house dengan cara
mengundang usaha kecil yang memiliki kemauan dan bakat berjualan ke pasar. Dengan
memitrakan antara produsen dan pedagang kecil tersebut maka keduanya memiliki insentif
untuk melanjutkan proses usaha yang memberikan nilai tambah bagi keduanya, yang
berarti merupakan kesempatan usaha dan kesempatan kerja baru bagi keduanya.
7. Pertanyaan:
Apakah suatu trading house KUMKM harus menggunakan nama dengan kata trading
house?
Jawaban:
Ada hal positif dan negatif apabila suatu trading house menggunakan nama trading
house. Aspek negatifnya apabila menggunakan nama trading house adalah bahwa
bagi pembeli kelas menengah bawah yang menginginkan harga yang paling murah
bisa jadi tidak menarik bagi mereka untuk berhubungan dengan trading house,
karena khawatir suatu trading house akan mengambil marjin yang besar sehingga
mengurangi potensi marjin yang mungkin diperoleh. Namun biasanya, bagi pembeli
kelas menengah, di mana sudah memiliki standar kualitas, tren desain dan standar
harga, yang dipentingkan adalah kemampuannya untuk memenuhi barang dengan
standar tersebut.
Aspek positifnya apabila menggunakan nama trading house adalah bahwa akan
mudah dikenali sebagai trading house.
Memperhatikan beberapa aspek di atas maka tidak perlu terdapat keharusan harus
menggunakan atau dilarang menggunakan nama dengan kata trading house. Yang
dipentingkan adalah kemampuannya secara riil dan berkelanjutan sebagai trading
house produk KUMKM.
8. Pertanyaan:
Apa dan bagaimana kunci keberhasilan pengembangan trading house KUMKM?
Jawaban:
Apa dan bagaimana kunci keberhasilan pengembangan trading house KUMKM di
Indonesia sejauh ini belum teridentifikasi contoh atau praktek terbaiknya. Selama ini
di Indonesia terdapat pemahaman yang kurang tepat mengenai pedagang atau
pelaku pemasaran barang-barang produksi UMKM. Seolah-olah semua pedagang
produk UMKM, termasuk tengkulak dan pengijon adalah pihak yang tidak
dikehendaki, bahkan kadang-kadang dimusuhi. Padahal sebenarnya mereka
(pedagang) adalah penyedia solusi bagi UMKM yang seringkali tidak bisa disediakan
pemerintah. Mereka mampu memasarkan produk UMKM dengan cara yang mampu
dijangkau oleh kemampuan KUMKM produsen. Disamping itu, mereka (para
tengkulak) pada dasarnya adalah juga UMKM. Karena itu pada masa yang akan
datang barangkali perlu adanya reposisi peran mereka. Ke depan mereka justru perlu
diposisikan secara lebih terhormat, antara lain justru diberikan kepercayaan untuk
pemasaran produk UMKM namun harus dengan kerangka kemitraan dalam jangka
panjang, yang berarti hubungan kerjanya secara berkelanjutan, marjin usahanya
proporsional agar tetap bisa bersaing di pasar dan memberikan insentif bagi produsen
maupun pedagangnya.
Dengan pengertian dan harapan posisi pelaku pemasaran seperti tersebut diharapkan
di kemudian hari ditemu kenali contoh (best practice) trading house KUMKM di
Indonesia. Dengan mengembangkan dan menemu kenali contoh atau best practices
trading house KUMKM diharapkan dapat dikenali pula kunci keberhasilan
pengembangan trading house KUMKM.
9. Pertanyaan:
Apakah suatu trading house KUMKM harus memiliki modal?
Jawaban:
Sebagai suatu usaha tentu harus memiliki modal agar mampu mengadakan barang
dan jasa yang dipasarkan. Namun besarnya modal dan bentuk modal dapat
bervariasi atau relatif. Modal yang paling utama adalah harus memiliki kredibilitas
sehingga dipercaya oleh mitranya.
Bagi suatu trading house yang kredibel, modal dapat berupa barang yang
diperdagangkan yang berasal dari KUMKM produsen. Modal dapat pula modal
kepercayaan berupa adanya akses dan permintaan dari pembeli (buyer) yang
dengan permintaan tersebut suatu trading house dapat melakukan transaksi dengan
KUMKM, yang berarti fungsinya sebagai trading house sudah diwujudkan.
10. Pertanyaan:
Bagaimana peran pemerintah dalam hal ini Kementerian KUKM dalam
mengembangkan trading house KUMKM?
Jawaban:
Dalam Teks Panduan Pengembangan Trading House KUMKM telah dinyatakan
bahwa peran Kementerian KUMKM secara garis besar mencakup sebagai penyusun
kebijakan dan arah pengembangan, inisiator, stimulator, fasilitator, dan sinkronisasi,
regulasi atau koordinasi pengembangan, terutama trading house KUMKM yang
dikembangkan dengan bekerja sama dengan Kementerian KUMKM.
Kegiatan trading house pada dasarnya adalah kegiatan pelaku usaha, bukan kegiatan
pihak lembaga pemerintah. Sebagaimana kegiatan usaha pada aspek yang lainnya,
maka sebaiknya pemerintah hanya ambil peran apabila tanpa peran pemerintah
tersebut maka kegiatan usaha tersebut tidak bisa berjalan sebagaimana mestinya
atau tidak bisa berjalan dan atau berkembang dengan sendirinya.
11. Pertanyaan:
Apakah sektor jasa juga tercakup oleh suatu trading house KUMKM?
Jawaban:
Hasil kerja KUMKM apapun yang potensial memiliki nilai manfaat bagi orang lain atau
bagi pasar, apakah berupa barang atau jasa, dapat dicakup sebagai layanan trading
house KUMKM.
Hasil kerja KUMKM dalam bentuk jasa dapat berupa jasa cuci pakaian (laundry), jasa
pembersihan rumah, jasa perawatan mobil, jasa perawatan anak, jasa rekondisi perabot
rumah tangga, jasa penyediaan air minum, dan berbagai jasa lainnya yang dapat
disediakan oleh KUMKM.
12.Pertanyaan:
Peran perguruan tinggi sebagaimana diskemakan pada Gambar 3 pada panduan,
apakah tidak sebaiknya dikategorikan sebagai peran akademisi? Jangan sampai
kerangka ini hanya bersifat text book atau diatas kertas, dan tidak terimplikasi
dengan baik seperti harapan peran perguruan tinggi dalam pengembangan BDS-P
(Business Development Services - Provider)
Jawaban:
- Peran perguruan tinggi tidak sekedar sebagai akademisi, apalagi dalam arti
pemikir, peneliti, dan penelaah. Perguruan tinggi juga sebagai sumber kader
dan tenaga terampil bagi dunia usaha.
- Justru agar perguruan tinggi dapat berperan lebih baik sebagai sumber tenaga
terampil bagi dunia usaha maka perlu melengkapi ‘diri’nya dengan wahana
yang menghubungkan segala hal yang berkaitan dengan bidang ilmu dan
keterampilannya dengan pasar sebagai orientasi pada dunia nyata setelah
kelulusan anak didiknya.
- Perguruan tinggi pada bidang studi yang berkaitan dengan produksi seperti
pertanian, perkebunan, perikanan atau berkaitan dengan pemasaran seperti
studi manajemen atau pemasaran sebaiknya memiliki suatu trading house
untuk produk yang sesuai dengan potensi sekitar perguruan tinggi tersebut
sehingga memiliki kompetensi yang tinggi berkaitan dengan potensi sumber
daya yang ada disekitarnya.
- Dengan demikian bagi perguruan tinggi tersebut adanya suatu trading house
untuk produk unggulan tertentu merupakan perlengkapan yang diperlukan untuk
mendukung keberhasilan pencapaian misi perguruan tinggi yang bersangkutan.
- Dengan uraian seperti tersebut di atas, maka agak berbeda dengan posisi
perguruan tinggi ketika diharapkan mengembangkan BDS-P pada tahun 2000-an,
dimana ketika itu posisi perguruan tinggi seperti menerima penugasan untuk
mengembangkan BDS-P, tidak sebagai suatu kebutuhan untuk mendukung
keberhasilan misi lembaganya
13.Pertanyaan:
Keinginan atau kegiatan untuk mengembangkan trading house KUMKM sebetulnya
sudah lama digaungkan, sejak tahun 1980-an, kenapa sampai saat ini belum
terwujud dengan baik?
Jawaban:
14.Pertanyaan:
Apakah UMKM perlu trading house, apalagi kalau hanya untuk usaha di dalam negeri
saja?
Jawaban:
15.Pertanyaan:
Apa saja tantangan mewujudkan trading house KUMKM?
Jawaban:
a. Istilah trading house sendiri terlalu asing, elitis bagi KUMKM pada umumnya
sehingga bisa jadi hanya menjadi wacana pada kelompok KUMKM atau peminat
tertentu saja.
b. Tantangan yang diprioritaskan adalah mencari atau mewujudkan best practice atau
contoh dari pada trading house KUMKM yang ingin diwujudkan.
Untuk istilah, barangkali sementara dipakai istilah trading house dulu sebelum
diketemukan istilah Indonesia yang tepat.