Professional Documents
Culture Documents
Bagikan
Lainnya
Blog Berikut
Buat Blog
Masuk
Budisan's Blog
Kontroversi Corby bermula ketika Pembela Corby menuntut Corby Bebas Murni karena konon, tanpa setahu Corby, Narkoba seberat 4,2 Kg tsb diselundupkan ke dlm tas bawaan Corby. Sementara Pengadilan RI menyatakan Corby Bersalah dan memutuskan Hukuman Penjara 20 Tahun utk Corby. Pembela Corby lalu membuat Buku dan Film Tragedi Corby dan menekan Aussie Govt. So far, hasilnya adalah Grasi dan BebasBersyarat utk Corby..yg karenanya SBY hrs rela menerima Kritik dan Makian dari Rakyatnya.
Cari
MENGENAI SAYA
Budi Santoso
Ikuti
300
(BERC), Yogyakarta
SINAR HARAPAN, 08 Februari 2014
CD OPINI
Fenomena kebijakan nyeleneh kembali menyeruak ke permukaan seiring dengan akan digelarnya ritual akbar demokrasi Indonesia, Pemilu 2014, April mendatang. Siapa pun tahu, di negara ini demokrasi memerlukan biaya yang tak sedikit. Akibatnya, sering kali muncul kebijakan-kebijakan yang terkesan hanya ingin mengeruk pundi-pundi keuntungan semata. Begitu pula yang terjadi di tahun politik saat ini, kasus impor beras Vietnam menyeruak menjadi bumbu tidak sedap bagi pemilu mendatang. Lebih dari itu, keberadaan beras tersebut di pasaran jelas merugikan para petani lokal. Harga beras medium lokal berkisar Rp 9.000 per kg, sedangkan beras impor dari Vietnam ini dijual dengan harga Rp 8.500 per kg. Meskipun selisih harga hanya Rp 500 per kg, namun bagi para petani gurem jelas memiliki dampak yang luar biasa. Kehidupan petani gurem yang sudah sulit menjadi semakin sulit lagi, karena beras lokal yang mereka tanam menjadi kurang diminati di pasaran. Di Indonesia, sektor pertanian memegang peranan penting dalam menopang kehidupan bermasyarakat. Ada sekitar 40 juta jiwa yang bekerja sebagai petani dan setidaknya ada 160 juta jiwa yang menggantungkan hidupnya dari sektor ini. Artinya, sekitar 64 persen dari total sekurangnya 250 juta jiwa penduduk Indonesia menggantungkan hidupnya dari sektor pertanian. Oleh sebab itu, pemerintah seharusnya menyiapkan program-program perlindungan untuk sektor pertanian tersebut, khususnya program perlindungan untuk para petani gurem.
http://budisansblog.blogspot.com/2014/02/basa-basi-politik-impor-beras-vietnam.html
Pilihlah Aku, Kau Kutipu! (M Riza Damanik) Rakyat yang Terpinggirkan (Retor AW Kaligis) Pencak Silat (Parni Hadi) Masih Adakah Kegembiraan Memilih? (Tri Marhaeni Puji Astuti) Efek Positif Kultivasi (Gunawan Witjaksana) Sinergi Atasi Bahaya Narkotika (Sri Winarti) Mental Elite Makin Parah (M Bashori Muchsin) Tom and Jerry (Idrus F Shahab) Kisah tentang Pohon (Purnawan Andra) Membangun Kota Tanggap Bencana (Nirwono Joga) Kasus Panti Asuhan, Sebab dan Akibat (Sarsito N Sarwono) Mengatur Minimarket (Akh Muzakki) Di Antara Krisis Pangan dan Energi (Rostamaji Korniawan) Paradigma Iklan Kampanye (Augustinus Simanjuntak) Indonesias economy grows despite global turmoil (Reny Eka Putri) WTO and the raw mineral export ban (Ronald Eberhard) Politik Dromologi (Ali Rif'an) Trend Hijab Modern (Dodi Budiana) Konstruksi Bermasalah Desentralisasi Pertambangan (Robert Endi Jaweng)
1/373
3/6/2014
Berdasarkan data dari BPS, jumlah petani gurem di Indonesia menyusut sebesar 4,77 juta jiwa sepuluh tahun terakhir ini. Data tersebut didapat dari survei pertanian yang dilakukan BPS pada Mei 2013. Artinya, kini sektor pertanian semakin menjadi lahan yang tak diminati. Bertani dipandang sudah tak lagi relevan dengan banyaknya kebutuhan hidup yang harus dipenuhi masyarakat. Dengan semakin menyusutnya jumlah petani, potensi kemandirian pangan yang diamanatkan UU Nomor 18 Tahun 2012 tentang Ketahanan Pangan bisa saja hanya menjadi sebuah wacana. Seyogianya, pemerintah memberikan jawaban tegas atas munculnya kebijakan yang tak elok tersebut. Alih-alih demikian, yang terjadi ialah saling tuding dan lempar tanggung jawab atas siapa yang berwenang di balik adanya impor beras Vietnam tersebut. Lempar tanggung jawab dan saling tuding bukan menjadi wacana baru di negara ini, melainkan telah berlangsung beberapa dekade. Hal ini jelas merupakan cermin lemahnya koordinasi di antara kementerian terkait. Potret buram seperti ini rasa-rasanya sangat tak elok untuk ditunjukkan kembali setelah 68 tahun negara ini merdeka. Artinya, sepatutnya para pemegang kekuasaan saat ini sudah memiliki jiwa kesatria dan berani bertanggung jawab, bukan sebaliknya. Merujuk dari fenomena budaya masyarakat Indonesia, beras atau nasi ialah komoditas makanan pokok mereka. Beras sudah melekat di dalam jiwa masyarakat, tidak mempunyai beras artinya tidak makan nasi, tidak makan nasi berarti tidak kenyang. Oleh sebab itu, Indonesia menjadi negara pemakan nasi terbanyak di dunia. Tingkat konsumsi beras tiap orang di Indonesia mencapai 130-140 kg per tahun. Belajar dari Pengalaman Ada dua hal yang bisa dicermati dari kontroversi impor beras Vietnam, yakni perlunya pembenahan koordinasi pejabat negara dan kemungkinan perubahan paradigma bahwa makan tak harus nasi. Lemahnya koordinasi di antara pejabat negara jelas bukan merupakan wacana baru. Sayangnya, niat pembenahan hanya muncul mana kala muncul sebuah kasus seperti saat ini. Ketika kasus tersebut menghilang seiring berjalannya waktu, niat dan upaya pembenahan koordinasi antarpejabat negara turut sirna. Contoh lain, paradigma seperti ini secara nyata juga dapat terlihat dari upaya penanganan banjir di Jakarta, penanganan penegakan hukum, dan pemerataan pendidikan secara nasional. Upaya-upaya yang tak konsisten seperti ini hendaknya dihilangkan. Harus ada upaya yang serius dan aturan yang tegas terkait koordinasi antarpejabat negara dan pemangku kekuasaan lainnya. Dengan begitu, tidak akan ada lagi saling tuding dan lempar tanggung jawab antarpejabat negara seperti yang selama ini terjadi. Selain itu, idiom yang telah melekat di masyarakat yakni makan adalah nasi harus pelan-pelan diubah. Bukan persoalan bahwa nasi itu tidak bergizi, melainkan karena keistimewaan sumber karbohidrat seperti nasi di Indonesia ini sangat banyak.
http://budisansblog.blogspot.com/2014/02/basa-basi-politik-impor-beras-vietnam.html
Gagasan Asuransi Bencana (12535) Anggito Abimanyu Miss World (3751) - Rhenald Kasali BIN dan Intelijen yang Terbuka (3188) - Ridlwan Rektor-rektor Administratif (1819) Rhenald Kasali Pendulum Penguasaan Migas (1744) Gde Pradnyana Pesona Bali Democracy Forum (1637) - Dinna Wisnu Keislaman Indonesia (1588) Komaruddin Hidayat Sekali Lagi, Syiah dan Kerukunan Umat (1459) - Haidar Bagir Melacak Siluman Cebongan (1356) Ridlwan Dewoningrat Mencermati EYD alias Ejaan Yudhoyono (940) - Charmelya Maretha
ARTIKEL PRIBADI
Kisruh Tata Kelola UI: Haruskah Rektor UI Diganti? Survei Membuktikan Hasil Survei Bisa Menyesatkan Mengapa Membela Khadafy? Anas Membantah dan Sekaligus Mengakui Kisah Perjalanan Briptu Norman Camaru KAMU Ketika Para Tokoh dan Pemimpin Kita "Berbohong" Andaikan Semua Bulan Ramadhan Mencari Sosok Ibu di Hari Ibu Merintis Tradisi Baru Merayakan Idul
2/373
3/6/2014
Misalnya, jagung, ketela, maupun sagu yang begitu melimpah di Indonesia bagian timur. Aneka sumber karbohidrat ini jelas perlu dimanfaatkan. Dengan pemanfaatan berbagai jenis sumber karbohidrat tersebut secara merata, akan memunculkan keuntungan secara ekonomi bagi masyarakat maupun bagi negara. Bandingkan saja, harga beras rata-rata di kisaran Rp 8.000 hingga Rp 12.000 tiap kg, dengan harga yang sama masyarakat bisa memperoleh 2-3 kg jagung maupun ketela yang sama-sama merupakan sumber karbohidrat. Selama ini wacana seperti itu sudah ada, hanya saja paradigma inkonsistensi di negara ini memang sulit dihilangkan. Seyogianya, sebagai masyarakat kita bisa melihat dengan cermat perilaku pejabat negara saat ini. Fenomena saling lempar tanggung jawab impor beras Vietnam jelas membuktikan bahwa pejabat negara dan pemangku kekuasaan yang ada tidak konsisten dalam menegakkan pembenahan koordinasi antarpejabat yang telah lama diwacanakan. Bagi masyarakat, panggung politik 2014 hendaknya menjadi tonggak perubahan untuk tidak memilih kembali pejabat negara yang inkonsisten terhadap pembenahan koordinasi antarpemangku kekuasaan. Jika tidak, kasus seperti impor beras Vietnam yang merugikan petani kita, jelas akan selalu berulang dan tidak ada pejabat yang bertanggung jawab.
Diposkan oleh Budi Santoso di 05.57
+1 Rekomendasikan ini di Google
Kemana Arah Pembangunan Kita? [Bukan] KPPN No.1 Jafung "Bendahara", Kemandirian, dan Profesionalitas JFPP dan Pengelola Perbendaharaan yang Profesional Sosialisasi SPAN ala Budisan Menyiasati Rekonsiliasi Antara Data SAU dan Data SAI
QUOTES
GALERI FOTO
1 7 9 9 7 3 2
PENGIKUT Join this site
w ith Google Friend Connect
ARSIP BLOG
2014 (1422) Maret (122) Februari (642) Parpol untuk Siapa? Kala KPK Merawat Mainan Koruptor
http://budisansblog.blogspot.com/2014/02/basa-basi-politik-impor-beras-vietnam.html
3/373
3/6/2014
1 komentar
Tambahkan komentar
Tri Dharma PT dan Karier Dosen Draf Nol Indonesia Konflik Politik Lokal Kegagalan Merpati
Komentar teratas
Budi Santoso 3 minggu yang lalu - Dibagikan kepada publik Basa-Basi Politik Impor Beras Vietnam Basa-Basi Politik Impor Beras Vietnam Pangki T Hidayat ; Staf Peneliti Bulaksumur Empat Research dan Consulting (BERC), Yogyakarta SINAR HARAPAN, 08 Februari 2014 ...
1 Balas
Does neoliberalism constitute a national threat Journos can help ensure informed and rational vote... Australian government bypasses Jakarta, builds ti... Hakikat Ancaman Pemilu 2014 Penegasan Tentara Rakyat Kereta Bandara Jati Diri Kita, Ungkapan Budaya Kita Menggugat Pembonsaian KPK Negarawan Bencana versus Sabda Alam Memahami Megawati Gelombang Kelima dan Bandara Kita Memberdayakan Pemilih Muda Status Awas dan Evaluasi Televisi Customer-Based Brand Equity Buka Rahasia Bank untuk Pajak Nasib Presiden Korban Korupsi Rupiah Menguat dan Stabil Memilih Caleg Profetik Calon Wakapolri Pejabat Tunarasa Revisi KUHP dan KUHAP Peneliti untuk Industri Ekonomi Tidak Lagi Rentan The dire need for reform of Indonesias SOEs A recovery in Japans economy will boost Indonesia... Anak Kandung Reformasi Menjadi Pemilih yang Cerdas Menanti Kepemimpinan Din Menyongsong Masyarakat Ekonomi ASEAN Meragukan Janji JKN Alpa Sosialisasi Askes dan Jamsostek Politik Minus Kebajikan
Beranda
Posting Lama
http://budisansblog.blogspot.com/2014/02/basa-basi-politik-impor-beras-vietnam.html
4/373