You are on page 1of 25

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Tidur adalah suatu proses fundamental yang dibutuhkan oleh setiap manusia. Manusia dewasa memerlukan tidur rata-rata 6-8 jam/hari. Tidur terdiri dari stage non rapid eye movement sleep (N !M" dan masa rapid eye

movement sleep ( !M". #ebih dari separuh tidur total adalah fase N !M sedangkan $%-&'( adalah fase !M. )angguan tidur sering terjadi pada fase

!M.* +entuk gangguan tidur yang paling sering ditemukan adalah sleep apnea (henti nafas pada waktu tidur", dan gejala yang paling sering timbul pada sleep apnea adalah mendengkur.& Mendengkur Mendengkur merupakan masalah yang sosial dan masalah kesehatan. tidur,

merupakan

masalah

mengganggu

pasangan

menyebabkan terganggunya pergaulan, menurunnya produkti-itas, peningkatan risiko ke.elakaan lalu lintas dan peningkatan biaya kesehatan pada penderita Obstruction Sleep Apnue (/01". 2endengkur berat lebih mudah menderita hipertensi, stroke dan penyakit jantung dibandingkan orang yang tidak mendengkur dengan umur dan berat badan yang sama.& Menurut studi yang ada, mendengkur dan /01 meningkatkan risiko hipertensi dua hingga tiga kali, serta meningkatkan risiko dua kali lipat penyakit koroner atau serangan jantung. 2endengkur dan penderita /01 juga berisiko terserang stroke dua kali lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang tidak dengan /01 dan mendengkur.*

Mendengkur dan /01 umumnya terjadi pada orang dewasa, terutama pria, usia pertengahan, dan obesitas. 0ekitar '% juta orang 1merika tidur mendengkur, dan $% juta orang 1merika menderita sleep apnea syndrom. 3al ini bertanggung jawab terhadap peningkatan keluhan dari pasangan dan yang lebih penting membawa peningkatan risiko penyakit kardio-askular dan kematian dini.& I.2 Tujuan Penulisan Tujuan penulisan referat ini adalah untuk mengetahui definisi,

patofisiologi, gejala klinis, diagnosis, komplikasi dan terapi dari obstructive sleep apnea. 1.3 Metode Penulisan eferat ini merupakan tinjauan kepustakaan yang merujuk kepada beberapa literatur.

BAB II TIN AUAN PU!TA"A

II.1 De#inisi /bstru.ti-e sleep apnea (/01" adalah gangguan tidur umum yang disebabkan oleh obstruksi jalan napas. 3al ini ditandai dengan jeda bernapas selama tidur. !pisode ini, yang disebut apnea (harfiah, 4tanpa nafas4".*,& 2embagian derajat /01 yaitu5 *" normal 5 dewasa 6 ' detik, anak 6 * detik $" ringan 5'- *' detik, &" sedang5*' - &% detik, 7"berat 5 8 &% detik. Obstructive Sleep Apnea (/01" merupakan bagian dari sindrom henti nafas. 0indrom henti napas saat tidur dibagi menjadi & tipe yaitu tipe sentral, tipe obstruksi dan tipe .ampuran. 2ada tipe sentral terjadi aliran udara ini disebabkan berhentinya upaya bernapas selama beberapa saat akibat otak gagal mengirimkan sinyal ke diafragma dan otot dada untuk mempertahankan siklus pernapasan. 0edangkan pada tipe obstruksi terjadi hambatan aliran udara ke paru-paru.&,',6 Mendengkur adalah tanda pernapasan abnormal yang terjadi akibat obstruksi sebagian sehingga aliran udara yang masuk akan menggetarkan palatum molle dan jaringan lunak sekitarnya. 9eadaan ini dipermudah dengan relaksasi lidah, u-ula dan otot di saluran napas bagian atas. /bstruksi dapat terjadi sebagian (hipopnea" atau total (apnea".*,&

II.2 E$ide%iologi /01 pertama kali dipublikasikan pada tahun *:'6 oleh 0idney +urwell, lebih dari '% tahun yang lalu dan kepentingan klinisnya saat ini semakin dikenali. 2re-alensi /01 di negara-negara maju diperkirakan men.apai $- 7( pada pria

dan *-$( pada wanita. 2ria lebih sering mengalami /01 dan seringkali (tetapi tidak harus" juga menderita obesitas. 2re-alensi /01 pada pria $-& kali lebih tinggi dari wanita. +elum diketahui mengapa /01 lebih jarang ditemukan pada wanita.*,& 2re-alensi /01 pada anak-anak sekitar &( dengan frekuensi tertinggi pada usia $-' tahun. 2enyebab utama /01 pada anak-anak adalah hipertrofi tonsil dan adenoid, tetapi dapat juga akibat kelainan struktur kraniofasial seperti pada sindroma 2ierre obin dan ;own. <rekuensi /01 men.apai pun.aknya pada

dekade ' dan 6, dan menurun pada usia di atas 6%-an. Tetapi se.ara umum frekuensi /01 meningkat se.ara progresif sesuai dengan penambahan usia.*,$,& /01 terdapat pada lebih dari 7%( indi-idu dengan =nde> Massa Tubuh (=MT" &% kg/m$ atau indi-idu dengan sindrom metabolik. 2asien dengan penyakit kardio-askular memiliki pre-alens /01 yang tinggi, '%( pasien dengan hipertensi, '%( pasien dengan fibrilasi atrium yang membutuhkan tindakan

kardio-ersi, &&( pasien dengan fibrilasi atrium saja, &&( pasien dengan penyakit jantung koroner, '%( pasien dengan stroke akut dan &%-7%( pasien dengan gagal jantung dan disfungsi sistolik.*

II.3 Anato%i !aluran Na#as Atas

&a%'ar 15 0aluran Nafas 1tas Normal dan yang mengalami gangguan II.( Pato#isiologi Mendengkur dan )!A /bstruksi pada /01 adalah akibat dari gangguan aliran udara yang !tiologi dan

disebabkan oleh dinding faring yang kolaps sewaktu tidur.

mekanisme kolaps multifaktorial tetapi dikaitkan dengan interaksi saluran nafas atas yang sangat mudah kolaps dengan relaksasi otot dilator faring yang terjadi sewaktu tidur. /besitas, hipertrofi jaringan lunak, kelainan kraniofasial seperti retrognathia menambah ke.enderungan keruntuhan dengan peningkatan tekanan intraluminal pada jaringan disekeliling saluran napas atas. Tetapi gangguan

struktural saja pada saluran napas tidak .ukup memadai untuk menyebabkan /01. 2asien tanpa kelainan anatomi bisa menghidap /01, ini karena kompleks jalan reflek dari saraf pusat ke faring yang mengawal tindakan otot dilator faring bisa gagal untuk mempertahankan patensi faring.*,&,? 2ada waktu tidur akti-itas otot dilator faring relatif tertekan (relaksasi" sehingga ada ke.enderungan lumen faring menyempit pada saat inspirasi. Mengapa hal ini terjadi hanya pada sebagian orang, terutama berhubungan dengan ukuran faring dan faktor-faktor yang mengurangi dimensi statik lumen sehingga menjadi lebih sempit atau menutup pada waktu tidur. 0elain itu obstruksi nasal menyebabkan peningkatan resistensi aliran udara dan memperburukkan /01. /bstrusi nasal yang mengakibatkan usaha pernafasan melalui mulut semasa tidur sehingga terjadi relaksasi otot genioglosus akibatnya lidah tergeser ke belakang.& 0uara mendengkur timbul akibat turbulensi aliran udara pada saluran nafas atas akibat sumbatan. Tempat terjadinya sumbatan biasanya di basis lidah atau palatum. 0umbatan terjadi akibat kegagalan otot-otot dilator saluran nafas atas menstabilkan jalan nafas pada waktu tidur di mana otot-otot faring berelaksasi, lidah dan palatum jatuh ke belakang sehingga terjadi obstruksi.&

&a%'ar 2 5 0umbatan parsial dan total saluran nafas atas

Trauma pada jaringan di saluran nafas atas pada waktu mendengkur mengakibatkan kerusakan pada serat-serat otot dan serabut-serabut saraf perifer. 1kibatnya kemampuan otot untuk menstabilkan saluran nafas terganggu dan meningkatkan ke.enderungan saluran nafas untuk mengalami obstruksi. /bstruksi yang diperberat oleh edema karena -ibrasi yang terjadi pada waktu mendengkur dapat berperan pada progresi-itas mendengkur menjadi sleep apnea pada indi-idu tertentu.& Obstructive Sleep Apnea (/01" ditandai dengan kolaps berulang dari saluran nafas atas baik komplet atau parsial selama tidur. 1kibatnya aliran udara pernafasan berkurang (hipopnea" atau terhenti (apnea" sehingga terjadi desaturasi oksigen (hipoksemia" dan penderita berkali-kali terjaga (arousal". 9adang-kadang penderita benar-benar terbangun pada saat apnea di mana mereka merasa ter.ekik. #ebih sering penderita tidak sampai terbangun tetapi terjadi partial arousal yang berulang, berakibat pada berkurangnya tidur dalam atau tidur gelombang lambat. 9eadaan ini menyebabkan penderita mengantuk pada siang hari, kurang perhatian, konsentrasi dan ingatan terganggu. 9ombinasi hipoksemia dan partial arousal yang disertai dengan peningkatan akti-itas adrenergik menyebabkan takikardi dan hipertensi sistemik. +anyak penderita /01 tidak merasa mempunyai masalah dengan tidurnya dan datang ke dokter hanya karena teman tidur mengeluhkan suara mendengkur yang keras (fase preobstruktif" diselingi oleh keadaan senyap yang lamanya ber-ariasi (fase apnea obstruktif".& Tidur terdiri dari $ fase yaitu rapid eye movement ( !M" atau tidur aktif dan non rapid eye movement (N !M" atau tidur tenang. 2ada indi-idu normal siklus tidur N !M dan !M akan terjadi se.ara bergantian dengan inter-al tidur !M *%-$% menit setiap :%-*$% menit. !M meliputi $'( dari waktu tidur

ditandai oleh pergerakan bola mata yang .epat terutama pada elektrookulogram, hilangnya tonus otot tubuh dan meningkatnya akti-itas simpatis (meningkatnya denyut jantung dan tekanan darah". 0elama tidur !M kontrol pernapasan sering irregular, episode apnea singkat selama *%-$% detik relatif umum terjadi 2ada tahap N !M akti-itas mental minimal atau tidak ada, sistem kardio-askularrespirasi sebagian besar diatur oleh faktor metabolik. Tidur N !M mempengaruhi akti-itas simpatis, penurunan denyut jantung, tekanan darah se.ara bertahap dari tingkat = hingga akti-itas simpatis terendah yaitu pada tingkat =@.* 2rinsip utama pada /01 yaitu terdorongnya lidah dan palatum ke belakang hingga menempel pada dinding faring posterior menyebabkan oklusi nasofaring dan orofaring. Tidur berbaring (supine" dapat menyebabkan kolapsnya saluran napas akibat pergerakan mandibula, palatum mole dan lidah ke arah belakang. <aktor struktural dan fungsional berperan penting dalam menentukan tekanan kritis kolaps saluran napas. 2enyempitan saluran napas akibat mikrognatia, retrognatia, hipertrofi tonsil, makroglosia dan akromegali juga dapat meningkatkan risiko terjadinya /01. 0istem saraf pusat berperan penting dalam /01 kombinasi akti-itas otot saluran napas atas yang menurun pada saat tidur disertai struktur faring ke.il membentuk tekanan kritis kolaps saluran napas atas. 1kti-asi kemoreseptor oleh hipoksemia dan hiperkapnia selama apnea mengakibatkan hiper-entilasi disertai proses terbangun mendadak yang tidak disadari.* 2ada pasien obesitas terjadi peningkatan deposit lemak disekeliling leher dan ruang parafaring menyebabkan penyempitan dan kompresi salur napas atas dan mengganggu otot dilator yang mempertahankan patensi salur napas atas. /besitas bisa mengurangi -olume paru yang menyebabkan pengurangan

fun.tional residual .apa.ity. 2erubahan dalam -olume paru se.ara signifikan menurunkan ukuran faring salur napas atas melalui efek mekanikal traksi trakea dan toraks yang dikenal Atra.heal tugB meningkatkan resiko .ollapse.? II.* &a%'aran "linis )ejala yang dapat ditemukan pada penderita /01 adalah mendengkur, mengantuk yang berlebihan pada siang hari, rasa ter.ekik pada waktu tidur, apnea, nokturia, sakit kepala pada pagi hari, penurunan libido sampai impotensi dan enuresis, mudah tersinggung, depresi, kelelahan yang luar biasa dan insomnia. 9ebanyakan penderita mengeluhkan kantuk yang sangat mengganggu pada siang hari sehingga menimbulkan masalah pada pergaulan, pekerjaan dan meningkatkan risiko terjadinya ke.elakaan lalu lintas.*,$,& 2enderita /01 seringkali juga menderita obesitas. 9esadaran tentang adanya hubungan antara /01 dan obesitas yang sangat tinggi dapat mengurangi kesadaran akan kemungkinan adanya /01 pada orang yang tidak gemuk ( nonobese". 3anya sekitar '%( penderita yang didiagnosis /01 juga menderita obesitas.$ )ejala Mendengkur Mengantuk yang berlebihan pada siang hari Tersedak Tidur tidak nyeyak #etih dan lesu sepanjang hari 2enurunan konsentrasi iwayat /01 dalam keluarga /bstruksi nasal dan nasofaringeal Mandibula/maksila hipoplasia 2enyempitan orofaring 2embesaran tonsil atau lidah /besitas Tanda

Ta'el 1 5 )ejala dan Tanda /01 II.+ Diagnosis

+anyak penderita /01 tidak merasa mempunyai masalah dengan tidurnya dan datang ke dokter hanya karena partner tidur mengeluhkan suara mendengkur yang keras (fase pre-obstruktif" diselingi oleh keadaan senyap yang lamanya ber-ariasi (fase apnea obstruktif".*,&,6 The E$,ort- slee$iness s.ale digunakan untuk menilai ngantuk pada siang. /01 disuspek pada pasien dengan skor diatas *%.$,?

0ituation 0itting and reading Fat.hing T@ 0itting ina.ti-e in a publi. pla.e (e.g a theater or a meeting" 1s a passenger in a .ar for an hour without a break #ying down to rest in the afternoon when .ir.umstan.es permit 0itting and talking to someone 0itting Guietly after a lun.h without al.ohol =n a .ar, while stopped for a few minutes in traffi.

Chan.e of doDing EEEEEEEEEEEE EEEEEEEEEEEE

EEEEEEEEEEE EEEEEEEEEEEE

EEEEEEEEEEEE EEEEEEEEEEEE EEEEEEEEEEEE

EEEEEE

2enilaian skor !pworth sleepiness s.ale % H no .han.e of doDing * H slight .han.e of doDing $ H moderate .han.e of doDing & H high .han.e of doDing

10

2engukuran +M=, tekanan darah, dan lingkaran lilit leher adalah parameter yang penting dalam parameter pemeriksaan /01. ;ari pemeriksaan fisik harus di identifikasi posisi dan ukuran tulang maksilla dan mandibula dan karakteristik fasial juga harus diidentifikasikan.? 2emeriksaan fisik dilakukan pada hidung, orofaring, hipofaring, laring, leher untuk menentukan adanya obstruksi pada bagian tersebut5 i. 3idung 5de-iasi septum,hypertrofi adenoid, tumor atau polip nasal, hipertrofi konka ii. /rofaring 5 palatum molle yang besar, hipertrofi tonsil palatine, makroglosia, penebalan(banding" dinding posterior faring iii. 3ipofaring 5 Collapse dinding faring lateral, tumor hipofaring, hipertrofi tonsil lingual, retrognathia dan mi.rognathia i-. -. #aring 5 paralisis pita suara, tumor laring #eher 5 ukur lilit leher

<iberopti. nasopharyngos.opy adalah teknik yang digunakan untuk e-aluasi jalan napas. 1lat ini adalah penting untuk identifikasi tempat dan lokasi obstruksi 5 nasal, retropalatal atau retrolingual. 9ebaikan dan limitasi Muller maneu-er juga digunakan untuk pemeriksaan untuk prediksi preoperati-e terhadap keefektifan inter-ensi bedah berdasarkan beberapa studi yang dilakukan. Muller maneu-er dilakukan pada pasien sadar yang menghasilkan tekanan negati-e dengan melakukan inhalasi/inspirasi dengan menutup mulut dan hidung yang akan menyebabkan .ollapse pada salur napas.?

11

&a%'ar 3 5 MuellerBs Manu-er

Cephalometri. radiograph I image $ dimensi yang dihasilkan member infomasi tulang rangka dan jaringan lunak . ini bisa mengkonfirmasikan pasien /01 melalui displa.ement tulang hyoid ke inferior, ruang udara posterior yang sempit, palatum molle yang lebih panjang dari pasien non-/01.? ;iagnosis pasti penderita /01 dan C01 dengan pemeriksaan polisomnografi. 2olisomnografi adalah pemeriksaan )old standard untuk diagnose /01. 2ada /01 untuk melihat episode berhentinya aliran udara yang berulang diikuti dengan upaya respirasi kontinue sedangkan pada C01 untuk melihat episode apnea berulang diikuti dengan hilangnya upaya -entilasi, gerakan napas terhenti karena hilangnya pergerakan iga dan abdomen juga akti-iti elektromiografi diafragma. 2olisomnografi merupakan alat uji diagnostik menge-aluasi gangguan tidur, dilakukan pada saat malam hari di laboratorium tidur. 2emeriksaan terdiri dari elektroensefalogram (!!)", elektromyogram (!M)", elektrookulogram (!/)", parameter respirasi, ele.tro.ardiogram (!C)",

12

saturasi oksigen dan mikrofon untuk merekam dengkuran. 2enderita dimonitor selama 6 jam *% menit.'

13

&a%'ar (5 )ambaran 2olisomnogram

14

0.reening /01 dapat dilakukan dengan kuesioner +erlin yang bertujuan untuk menjaring pasien terjadi /01. 9uesioner ini terdiri dari & bagian yaitu bagian pertama berisi tentang apakah mereka mendengkur, seberapa keras, seberapa sering dan apakah sampai mengganggu orang lain. +agian kedua berisi tentang kelelahan setelah tidur, seberapa sering merasakan lelah dan pernahkah tertidur saat berkendaraan. +agian ketiga berisi tentang riwayat hipertensi, berat badan, tinggi badan, umur, jenis kelamin dan +ody Mass =nde> (+M=". 0eseorang dinyatakan berisiko tinggi /01 bila memenuhi paling sedikit $ kriteria di atas. 9uesioner ini mempunyai -aliditi yang tinggi.&,' 9ategori beratnya apnea tidur berdasarkan 13= terdiri dari apnea tidur ringan dengan 13= 'I*', saturasi oksigen 86( dan keluhan ringan, apnea tidur sedang dengan 13= *'I&%, saturasi oksigen 8%I8'( dan keluhan mengantuk dan sulit konsentrasi, apnea tidur berat dengan 13= &%, saturasi oksigen kurang dari 8%( dan gangguan tidur.'

II./ Tera$i A. Tera$i Non0BedaTerapi /01 mengalami perubahan yang re-olusioner ketika 0ulli-an et al. memperkenalkan nasal Continuous Positive Airway Pressure (nC212". 2rinsip nC212 sangat sederhana yaitu dengan pemberian tekanan positif melalui hidung maka setiap ke.enderungan jalan nafas untuk menyempit dan menutup dapat diatasi dan dinding jalan nafas dapat distabilkan sehingga menekan suara dengkur, menormalkan kualitas tidur dan menghilangkan gejala pada siang hari. !fektifitas pengobatan dengan .ara ini men.apai :%-:'(.&,6 0elain itu, +i-le-el 212

15

merupakan suatu alat +antu resprasi nonin-asif yang mengalirkan tekanan inspirasi (=212" dan ekspirasi (!212" yang berbeda kepada pasien yang bernapas spontan untuk menjaga jalan napas atas tetap terbuka. ;engan mengalirkan tekanan rendah selama fase ekspirasi, tekanan total yang ada di jalan napas kemudian dapat diturunkan sehingga mendekati pernapasan normal. +i-le-el memiliki aliran tambahan untuk mendapatkan -entilasi yang diingingkan pada pasien dengan berbagai masalah respirasi dan telah digunakan pada terapi /01. 9euntungan metode ini adalah menurunkan kerja pernapasan (work of breathing".6 C212 adalah teknik yang sering digunakan dalam tatalaksana non surgi.al /01 dan merupakan tatalaksana terapi pertama /01. C212 mengurangi dengkur dan apnea dan membaiki symptom ketiduran pada siang. 1meri.an .ollege of Chest 2hysi.ians merekomendasikan penggunaan C212 pada pasien dengan ;= 8 &% kali/ jam dan kepada semua pasien yang simptomatik dengan

;= '-&% kali/jam. C212 :%-:'( effe.ti-e dalam eliminasi /01 dan keefektifannya tergantubg pada .omplian.e dan keteraturan penggunaan pasien.8

&a%'ar *5 nasal Continuous 2ositi-e 1irway 2ressure 2ada penderita /01 yang mengalami o'esitas dianjurkan penurunan berat badan. 2erlu dilakukan perubahan gaya hidup termasuk diet, olah raga, dan medikamentosa. +erdasarkan penelitian, penurunan
16

berat badan *%( - *'( dikaitkan dengan penurunan '%( kejadian apnea dan perbaikan keadaan klinis. +eberapa laporan kasus menunjukkan gejala /01 dapat diatasi dengan mengurangi berat badan. 2osisi tidur dapat membantu menghilangkan gejala /01. +eberapa pasien mengalami perbaikan setelah tidur dengan posisi miring atau telungkup (pronasi".' 0alah satu pendekatan terapi terbaru adalah penggunaan alat mandibular advancement dengan beberapa -ariasinya. 1lat ini dipasang pada gigi dan menahan mandibula dan lidah ke depan (protrusi parsial dari rahang bawah" sehingga dapat memaksimalkan diameter faring dan mengurangi kemungkinan kolaps pada waktu tidur. 1lat ini hanya digunakan pada penderita /01 yang tidak dapat menjalani operasi dan penderita /01 yang ringan sampai sedang khususnya yang tidak gemuk atau pada penderita yang intoleran terhadap C212. Tetapi perlu diingat alat ini dapat mempengaruhi oklusi dan sendi temporomandibula sehingga pemakaiannya diperlukan seorang ortodonti. karena pembuatannya tergantung indi-idu.&

&a%'ar +1 Mandibular 0plint B. Tera$i Beda0ebagian penderita tidak dapat menerima pengobatan dengan nC212 karena beberapa sebab, di antaranya klaustrofobia, suara bising

17

dari mesin dan karena timbulnya efek samping seperti hidung tersumbat dan mukosa hidung serta mulut yang kering. +anyak pasien yang tidak mau penggunakan alat C212 karena tidak nyaman dan mengurangi nilai estetika, sehingga diusahakan bentuk lain terapi /01.&,' Terapi bedah dapat dilakukan pada regio anatomi tertentu yang menyebabkan obstruksi saluran nafas sesuai dengan hasil pemeriksaan sleep endoscopy. +eberapa prosedur operasi dapat dilakukan5 *. Tonsilektomi dan adenoidektomi. 2ada penderita /01 dengan tonsil yang besar, tonsilektomi dapat menghilangkan gejala se.ara komplet dan tidak memerlukan terapi C212.6 $. J-ulopalatofaringoplasti (J222". Metode ini u-ula serta jaringan faring yang berlebih diangkat sehingga ruang faring bertambah serta membuat kaku dinding faring yang akan men.egah kolaps. Metode ini angka keberhasilannya '%( dalam menyembuhkan /01. 9omplikasi metode ini adalah terjadinya regurgitasi nasofaring saat minum namun hanya bersifat sementara karena akan berkurang dalm & bulan.& &. 2embedahan pada daerah hidung seperti septoplasti, bedah sinus endoskopik fungsional dan konkotomi bisa menjadi terapi yang efektif bila sumbatan terjadi di hidung. 9elainan hidung harus di.ari pada penderita yang mengalami gejala hidung pada pengobatan dengan C212.7 4. Laser-Assisted Uvulopalatoplasty. Teknik yang digunakan

oleh sebagian besar ahli bedah menghapus bagian segitiga jaringan berdekatan dengan setiap sisi akar dari u-ula diikuti

dengan pengurangan '%( dari u-ula distal sehingga memperpendek

18

dan

meningkatkan

ukuran

dan

posisi

u-ulopalatal

kompleks.&,6 5. Maxillofacial (Skeletal) Surgery. Teknik ini meningkatkan ukuran saluran udara bagian atas dengan menggerakkan pangkal lidah jauh dari hypopharyngeal posterior dan dinding orofaringeal, penurunan .ollaps jalan napas. 2asien ada yang dipilih berdasarkan tingkat keparahan mereka apnea (sedang sampai berat", adanya kelainan kraniofasial, seperti mi.rognathia atau retrognathia, atau kegagalan untuk menanggapi terapi lain.&,6 6. adiofreGuen.y Tissue @olume edu.tion. Teknik ini dengan

memasukkan elektroda ke berbagai bagian langit-langit lunak dan menerapkan energi panas, jaringan lunak akan mengalami Klesi termal akan timbul fibrosis jaringan. prosedur ini dapat diulang beberapa kali dan dalam beberapa sasaran situs dari saluran udara bagian atas, termasuk tonsil dan pangkal lidah.&,6 ?. pemasangan implan Pillar pada palatum. L=mplan Pillar atau implan palatal merupakan teknik yang relati-e baru, merupakan modalitas dengan in-asi minimal. ;igunakan untuk penderita dengan habitual snoring dan /01 ringan sampai sedang. 2rosedur ini bertujuan untuk memberi kekakuan pada palatum mole. Tiga buah batang ke.il diinsersikan ke palatum mole untuk membantu mengurangi getaran yang menyebabkan snoring.6 8. Trakeostomy- tatalaksana surgi.al yang gold standard dan terakhir apabila metode lain tidak berhasil adalah trakeostomy. Trakeostomy dilakukan dengan by pass obstruksi salur napas atas. =ndikasi

19

trakeostomy

adalah

pasien

dengan

.or

pulmunale,

obesity

hypo-entilation syndrome, aritmia, pasien yang tidak toleransi C212 dan inter-ensi surgi.al lain gagal.8

&a%'ar /5 1ssessment and management of obstru.ti-e sleep apnea

20

II./ "o%$likasi /01 dapat menimbulkan dampak pada banyak sistem dari tubuh manusia, di antaranya5*-' *. Neuropsikologis5 kantuk berlebihan pada siang hari, kurang konsentrasi dan daya ingat, sakit kepala, depresi. $. 9ardio-askuler5 takikardi, hipertensi, aritmia, blokade jantung, angina, penyakit jantung iskemik, gagal jantung kongestif, stroke. &. espirasi5 hipertensi pulmonum, cor pulmunale.

7. Metabolik5 diabetes, obesitas. '. )enito-urinari5 nokturia, enuresis, impotensi. 6. 3ematologis5 polisitemia. ;ari penelitian epidemiologis diketahui adanya hubungan antara /01 dengan hipertensi, stroke dan penyakit jantung iskemik. Timbulnya penyakit kardio-askular pada penderita /01 diduga sebagai akibat stimulasi simpatis yang berulang-ulang yang terjadi pada setiap akhir fase obstruktif. 2ada penderita /01 juga terjadi pelepasan faktor-faktor protrombin dan proinflamasi yang berperan penting pada terjadinya aterosklerosis.* Terjadinya gangguan kardio-askuler pada penderita /01 diperkirakan melalui dua komponen5*,& *. !fek mekanis dari henti nafas terhadap tekanan intratorakal dan fungsi jantung. $. 3ipoksemia yang terjadi berulang-ulang mengakibatkan perangsangan simpatis yang berlebihan dan disfungsi sel-sel endotel. 0ekitar 7%( penderita /01 mengalami hipertensi ketika bangun tidur. /01 dikenal sebagai faktor risiko yang independen pada hipertensi. +agaimana

21

/01 menyebabkan peningkatan tekanan darah belum sepenuhnya diketahui. 1da kemungkinan peranan hiperakti-itas simpatis dalam peningkatan tekanan darah pada penderita /01. Mekanisme lain yang berpotensi meningkatkan tekanan darah pada penderita /01 adalah hiperleptinemia, resistensi insulin, peningkatan kadar angiotensin == dan aldosteron, disfungsi sel-sel endotel, dan gangguan fungsi barorefleks.* /01 diduga merupakan faktor risiko independen untuk terjadinya penyakit aterosklerosis pada pembuluh darah arteri. +anyak peneliti

mengemukakan beberapa kemungkinan mekanisme efek aterosklerotik dari /01, di antaranya5* 2eningkatan tekanan darah yang berulang akibat hiperakti-itas simpatis dan stres oksidatif. ;isfungsi sel endotel yang mengakibatkan peningkatan kadar endotelin-= dalam plasma, penurunan produksi nitrit-oksida, dan peningkatan respons peradangan terbukti dengan meningkatnya kadar C-reactive protein dan interleukin-6. +eberapa penelitian memperlihatkan kemungkinan adanya hubungan antara /01 dan infark miokard. Mekanismenya mungkin melalui efek tidak langsung dari hipertensi, aterosklerosis, desaturasi oksigen, hiperakti-itas sistem saraf simpatis, peningkatan koagulopati dan respons inflamasi.*,& =nsidensi /01 yang tinggi (7'-:%(" ditemukan pada penderita stroke. 9emungkinan peran /01 dalam patogenesis stroke di antaranya melalui proses aterosklerosis, hipertensi, berkurangnya perfusi serebral akibat penebalan dinding arteri karotis, output jantung yang rendah, peninggian tekanan intrakranial, peningkatan koagulopati dan peningkatan risiko terbentuknya bekuan darah akibat

22

aritmia. 9arena tingginya insidensi /01 dan potensi efeknya terhadap morbiditas dan mortalitas, pemeriksaan untuk mendiagnosis dan terapi /01 dianjurkan dilakukan pada penderita stroke.* 1ritmia dapat terjadi pada penderita /01 terutama berupa sinus bradikardi, sinus arrest, dan blokade jantung komplet. isiko untuk terjadinya

aritmia berhubungan dengan beratnya /01. Mekanisme terjadinya aritmia pada penderita /01 kemungkinan melalui peningkatan tonus -agus yang dimediasi oleh kemoreseptor akibat apnea dan hipoksemia.*

23

BAB III "E!IMPULAN

*. Obstructive sleep apnea (/01" adalah sebuah gangguan tidur yang berarti henti nafas saat tidur dengan gejala utama mendengkur. $. /01 terjadi karena lidah dan palatum jatuh ke belakang sehingga terjadi obstruksi. &. )ejala dari /01 adalah mendengkur, mengantuk yang berlebihan pada siang hari, rasa ter.ekik pada waktu tidur, apnea, nokturia, sakit kepala pada pagi hari. 7. ;iagnosis /01 paling banyak diklasifikasikan menurut 1meri.an 1.ademy of 0leep Medi.ine. '. 9omplikasi dari /01 adalah hipertensi, serangan jantung dan stroke. 6. Terapi /01 adalah terapi non bedah dan terapi bedah.

24

DA2TA3 PU!TA"A

*.

<ebriani, ;ebi dkk. Hubungan Obstructive Sleep Apnea Kardiovas ular. Murnal 9ardiologi =ndonesia $%**N &$57'-'$.

Dengan

$. Committee 1d-isory, $%%'. Sleep Apnea-Assesment and !anagement o" Obstructive Sleep Apnea in Adult. &. 7. '. 6. ?. odrigueD, 3e.tor 2. +erggren, ;iana 1-@. #iology and treatment o" Sleep Apnea. /tolaryngology .hapter 6, $%%6N ?*-8$. 3ormann, 9arl. @erse, Thomas. Sleep Disordered #reathing. 0urgery for 0leep ;isordered +reathing. $%%'N *-*%. 1ntariksa, +udhi. 2atogenesis, ;iagnosti dan 2atogenesis /01 (/bstru.ti-e sleep 1pnea". ;ept pulmonologi dan espirasi. <9J=. Makarta. 2rasenohadi. 2enatalaksanaan /bstru.ti-e 0leep 1pnea. ;ept 2ulmunologi dan espirasi. <9J=. Makarta. 2aul F. <lint, +ru.e 3. 3aughey, @alerie M. #und, Mohn 9. Niparko, Mark 1. i.hardson, 9. Thomas obbins, M. egan Thomas, Cummings /tolaryngology 3ead and Ne.k 0urgery 'th !dition, Chapter *85 0leep 1pnea and 0leep ;isorders N $'%-$6*. 1nil 9 #alwani, Current ;iagnosis O Treatment in /tolaryngology 3ead and Ne.k 0urgery $nd !dition, #ange Current 0eries, '&6-'7$

8.

25

You might also like