You are on page 1of 4

Delirium adalah sindrom, bukan suatu penyakit, dan memiliki banyak kausa yang semuanya mengakibatkan pola gejala

yang serupa berkaitan dengan tingkat kesadaran dan ganguan kognitf pasien. Sebagian besar kausa delirium muncul dari luar sistem saraf pusat, contohnya pada gagl ginjal atau hati. Delirium tetap merupakan gangguan klinis yang kurang dikenali dan jarang didiagnosis. Sebagian dari masalahnya adalah bahwa sindrom ini memiliki nama lain yang bervariasi, contohnya keadaan kebingungan akut, sindrom otak akut , ensefalopati metabolik, psikosis toksik dan gagal otak akut. Tujuan sistem klasifikasi yang baru adalah membantu mengonsolidasi berbagai istilah tersebut menjadi satu label diagnosis.dalam revisi DSM-IV-TR edisi ke-4 , delirium ditandai oleh gangguan kesadaran serta perubahan kognisi yang timbul dalam waktu singkat. Gejala penandan delirium yang utama adalah hendaya kesadaran, biasanya terjadi pada hendaya fungsi kognitif secara menyeluruh. Abnormalitas mood, persepsi dan prilaku merupakan gejala psikiatri yang lazim dijumpai ; tremor, asteriktis, nistagmus, inkoordinasi, dan inkonteninsia urin adalah gejala neurologis pada umumnya ditemui. Secara klasik, delirium memiliki awitan mendadak (dalam hitungan jam atau hari), perjalanan singkat dan berfluktuasi serta perbaika cepat bila faktor kausatif diidentifikasi serta dieliminasi, namun tiap gambaran khas ini dapat bervariasi secara individual. Dokter harus dapat mengenali delirium unutk mengidentifikasi dan mengtasi kausa yang mendasari serta mencegah timbulnya komplikasi akibat delirium. Komplikasi tersebut meliputi cedera aksidental akibat kesadaran pasien yang berkabut atau hendaya koordinasi atau penggunaan alat pengekang yang tidak perlu. Kekacauan rutinitas di bangsal adalah masalah yang sangat menyusahkan pada unit non psikiatri, serta unit perawatan intensif serta bangsal medis umum dan bedah. Epidemiologi Delirium merupakan gangguan yang lazim dijumpai. Menurut DSM-IV-TR, prevalensi delirium pada satu titik waktu pada populasi umum. Adalah 0,4 % untuk orang berusia 18 tahun ke atas dan 1,1 % pada usia 55 tahun keatas. Sekitas 10-30% pasien yang sakit secara medis dan dirawat di rumah sakit mengalami delirium. Hampir 30% pasien di unit perawatan intensif bedah dan unit perawatan intensif jantung serta 40-50% pasien dalam penyembuhan dari bedah fraktur panggul mengalami satu periode delirium. Angka delirium tertinggi didapatkan pada pasien pascakardiotomi- pada beberapa penelitian mencapai lebih dari 90%.

Usia lanjut adalah faktor resiko utama timbulnya delirium. Sekitar 30-40% pasien rawat inap yang berusia diatas 65 tahun mengalami satu episode delirium, dan 10 sampai 15% lansia lainya mengalami delirium saat memasuki rumah sakit. Faktor predisposisi lainnya timbul delirium adalah usia muda, kerusakan otak yang telah ada sebelumnya , riwayat delirium, ketergantungan alkohol, diabetes, gangguan sensorik, dan malnutrisi. Jenis kelamin pria merupakan risiko independen untuk delirium menurut DSM-IV-TR. Munculnya delirium merupakan suatu faktor prognostik buruk. Angka intitusionalisasi meningkat 3 kali lipat pada pasien berusia 65 tahun keatas yang mengalami delirium saat dirawat di rumah sakit. Pasien lansia yang mengalami delirium saat dirawat di rumah sakit memiliki angka kematian 20-75 % selama rawat inap. Setelah keluar sari rumash sakit , sekita 15 % dari orang tersebut meninggal dalam periode 1 bulan, dan 25 % meninggal dalam waktu 6 bulan. Etiologi Kausa utama delirium adalah penyakit susunan saraf pusat, (seperti epilepsi), penyakit sistemik (seperti gagal jantung), baik intoksitasi maupun keadaan putus obat dari zat farmakologis atau toksik. Saat mengevaluasi pasien delirium, klinisi harus menganggap bahwa obat apapun yang dikonsumsi pasien dapat terkait secara kausatif dengan deliriumnya. Diagnosis dan gambran klinis Sindrom delirium hampir selalu disebabkan oleh satu atau lebih penyakit sistemik atay serebral yang mempengaruhi fungsi otak. Tabel dibawah ini memberikan kriteria diagnosis yang berbeda unutk delirium akibat kondisi medis umum, untuk delirium terkait kondisi medis sistemik atau kondisi serebral primer, delirium pada intoksikasi zat, delirium pada keadaan putus zat, delirium akibat etiologi multiple, dan delirium tak tergolongkan, untuk delirium tak yang tak tergolongkan atau akibat kausa yang tak terdaftarkan, seperti depriasi sensorik. Namun sindrom utamanya sama, tanpa memandang penyebabnya.

Gambaran inti delirium meliputi terganggunya kesadaran, seperti penurunan tingkat kesadaran , terganggunya atensi yang dapat mencakup berkurangnya kemampuan memfokuskan, empertahankan, atau mengalihkan atensi; hendaya dalam fungsi kognitif lainnya.

Gambaran klinis terkait sering muncul dan dapat menjadi prominen. Gambaran tersebut meliputi disorganisasi proses pikir, gangguan persepsi seperti ilusi dan halusinasia, hiperaktivitas, dan hipoaktivitas psikomotor, gangguan siklus tidur-bangun, perubahan mood serta manifestasi lain dari fungsi neurologis yang terganggu. Elektroensefalogram (EEG) biasanya menunjukan perlambatan difus aktivitas latar, meski pasien dengan delirium akibat putus alkohol atau hipnotik-sedatif memiliki aktivitas voltase-rendah yang cepat.

You might also like