You are on page 1of 13

KANKER KULIT

Penderita kanker kulit di Indonesia tidak sebanyak kanker yang lain. Walaupun demikian kanker kulit dapat menyebabkan kecatatan sehingga dapat merusak penampilan bahkan pada stadium lanjut dapat mengakibatkan kematian. Menemukan penyakit ini sedini mungkin merupakan salah satu cara untuk menghindari kecatatan maupun kemungkinan terburuk, karena letaknya dipermukaan kulit, akan mudah bagi siapa saja untuk mengenali sendiri kanker kulit. Sebelum mengenal kanker kulit, perlu diketahui lebih dahulu faktor risiko atau faktor yang memudahkan timbulnya kanker kulit. Faktor risiko tersebut antara lain adalah sebagai berikut:

Sinar Ultraviolet B yang sebagian besar dipancarkan oleh sinar matahari Bahan kimiawi, misalnya tar, arsen, hidrokarbon aromatik, dll Radiasi Ionisasi (sinar radioaktif) Beberapa macam virus

Pemeriksaan dilakukan secara teratur sehingga setiap perubahan pada kulit dapat terdeteksi sedini mungkin. Interval waktu enam bulan sekali sudah cukup untuk orang dengan kulit sawo matang. Tetapi tanyakan pada dokter, apakah anda harus diperiksa lebih sering. Terdapat 3 tipe kanker kulit yang paling sering, yaitu Karsinoma Sel Basal, Karsinoma Sel Skuamosa, danMelanoma Maligna. Ketiga tipe tersebut mempunyai bentuk yang berbeda. Karena itu penting untuk mengetahui tanda-tanda dini. Periksalah setiap perubahan pada kulit. Jangan lewatkan suatu kelainan yang mencurigakan, hanya kelainan itu tidak sakit, tetapi cukup berbahaya. Kalau mendapatkan satu atau lebih kelainan yang mencurigakan, perlihatkanlah kepada dokter yang menangani penyakit kulit. Kelainan-kelainan itu seperti:

Benjolan agak berkilat, yang dapat menjadi luka atau lecet dan mudah berdarah Bercak atau benjolan dengan luka atau lecet yang tidak sembuh-sembuh, berkeropeng atau berbenjolbenjol (seperti kembang kol) Tahi lalat, tanda lahir atau kelainan kulit yang berwarna kehitaman:

o o o o o

Simetri Tepinya tidak teratur Warnanya bertambah gelap atau bermacam-macam Ukuran atau ketebalannya bertambah Permukaannya berubah

C.

PROSES TERJADINYA KANKER KULIT

Proses terjadinya kanker kulit salah satunya disebabkan oleh paparan sinar matahari yang biasa disebut dengan sinarultraviolet. Meskipun sinar ultraviolet tidak dapat dilihat oleh mata manusia, namun sinar ultrsviolet merupakan bagian dari sinar matahari yang sangat berpengaruh pada kulit. Menurut (Andy,2009) menyatakan bahwa Sinar UV dikelompokkan ke dalam 3 jenis, ultraviolet A (UVA), Ultraviolet B (UVB), dan ultraviolet C (UVC), yang tergantung pada panjang gelombang. Sinar UV dalam jumlah kecil bermanfaat karena membantu tubuh menghasilkan Vitamin D. Namun jika sinar UV dalam jumlah besar merusak asam deoxyribonucleid (DNA-bahan genetika tubuh). Penyebab

kanker kulit yang paling utama adalah sinar ultraviolet (UV) dari matahari. Sinar UV yang berhasil masuk ke kulit bagian dermis merusak DNA sel kulit. Sinar UV menyebabkan dinding sel pembuluh darah menipis menyebabkan lebih mudah memar hanya disebabkan oleh trauma kecil dikulit yang terkena matahari, contohnya bagian besar dari memar yang terjadi dikulit yang terbakar matahari terjadi dibelakang tangan atas dan lengan bagian luar. Matahari juga dapat menyebabkan munculnya telengiectasias, pembuluh darah kecil dikulit khususnya diwajah berbentuk seperti jaring laba-laba. Pada keadaan normal, sel yang rusak tersebut dibuang oleh tubuh dan diganti dengan sel baru yang sehat. Namun, karena UV yang masuk sangat banyak sehingga tubuh tidak mampu memperbaiki diri lagi, sel yang rusak tidak mati tapi malah tumbuh merajalela mendesak dan merusak sel yang normal. Sel yang merusak itulah yang disebut kanker. Orang yang warna kulitnya lebih terang (putih) juga lebih mudah terkena kanker kulit karena jumlah pigmen warna kulitnya (melanin) sedikit. Pigmen warna kulit berguna untuk melindungi kulit terhadap sinar UV, memantulkan dan menyerap sinar UV sehingga tidak sampai masuk dan merusak sel-sel kulit dermis. Orang Indonesia, yang hidup di khatulistiwa dengan sinar matahari memancar hampir sepanjang tahun, diberikan dengan warna kulit sawo matang dengan jumlah pigmen yang sudah diperhitungkan untuk perlindungan. C.2 Actinic Keratoses: Pertumbuhan prakanker Actinic keratoses (solar keratoses) adalah pertumbuhan sebelum kanker yang disebabkan terkena sinar matahari langsung dalam waktu lama. Pertumbuhan ini biasanya berwarna kemerahan atau merah dan tampak kering, daerah bersisik. Bisa berwarna abu-abu terang atau kecoklatan dan terasa tebal, kasar atau berpasir. Kulit di sekitarnya seringkali tampak tipis. Meskipun orang dengan kulit kuning langsat lebih aman, kulit siapapun akan berubah dengan paparan yang cukup. Actinic keratoses biasanya bisa diangkat dengan membekukan dengan cairan nitrogen (cryotherapy) ; meskipun begitu, jika seseorang memiliki terlalu banyak pertumbuhan, krim cair mengandung fluoroucacil bisa dioleskan. Seringkali, selama pengobatan, kulit sementara waktu terlihat buruk karena fluoroucacil menyebabkan kemerahan, scaling, dan pembakaran keratoses dan pada sekitar kulit rusak karena matahri. Obat yang relatif baru, imiquimod, sangat berguna dalam pengobatan actinic keratoses karena hal itu membantu sistem kekebalan untuk mengenali dan menghancurkan pertumbuhan kanker kulit ( Anonim, 2011). D. JENIS KANKER KULIT

Secara umum pengertian kanker adalah pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal, berkembang dengan cepat, tidak terkendali, dan akan terus membelah diri, selanjutnya menyusup ke jaringan sekitar ( invasive) dan terus menyebar melalui jaringan ikat, darah, dan menyerang organ,selain itu kanker merupakan suatu penonjolan atau pertumbuhan tidak wajar yang dapat terjadi pada setiap bagian tubuh. Setiap benjolan yang keras, tidak sakit dan tumbuh perlahan-lahan pada salah satu bagian tubuh. Namun jika lebih spesifik kanker kulit adalah Benjolan pada kulit yang menyerupai kutil (mengeras seperti tanduk), infeksi yang tidak sembuh sembuh, bintik-bintik berubah warna dan ukuran, rasa sakit pada daerah tertentu, perubahan warna kulit berupa bercak-bercak. Kanker kulit umumnya berasal dari tahi lalat atau bercak kehitaman yang agak menonjol. Menurut (Li Peiwen,2010) menyatakan bahwa Kanker kulit ganas ada 3 jenis, yaitu:

1. Karsinoma Sel Basal (KSB) /Basal Cell Carcinoma (BCC) atau basalioma.
Jenis kanker kulit ini adalah yang terbanyak diderita manusia. Di Indonesia pun jenis kanker kulit ini yang paling banyak terjadi. KSB tumbuh sangat lambat, alhamdulillah tidak menyebar dan tidak menyebabkan kematian. Namun, tentu saja merusak, lalu menggerogoti organ tubuh di bawahnya, bahkan bisa sampai melubangi tulang. KSB awal berupa benjolan cokelat kemerahan, kadang mirip jerawat yang tidak sembuh-sembuh, pinggirannya menonjol berwarna keperakan seperti mutiara. Lama kelamaan berkembang menjadi koreng yang tidak bisa sembuh. Sering disangka koreng biasa dan diberi salep antibiotik oleh petugas kesehatan. Ya, memang tidak sembuh. Pengobatannya adalah dengan tindakan bedahterbaik dilakukan pada fase awaldan bisa sembuh total. Dapat juga diobati dengan laser, bedah beku, radiasi, dan kemoterapi.

2. Karsinoma Sel Skuamosa (KSS)/Squamous Cell Carsinoma (SCC).


Jenis ini lebih berbahaya dari KSB karena 1 persen kasus bisa menyebar ke organ lain dan menyebabkan kematian. Agak jarang dijumpai di Indonesia. Area KSS terutama pada bagian kulit yang banyak terpapar sinar matahari. Dapat juga terjadi di daerah kulit yang sering terkena bahan kimia, panas api, radiasi dan racun arsenik yang terkandung dalam pestisida. Awalnya KSS terlihat sebagai benjolan keras kemerahan/kecokelatan, bersisik, sebagian muncul di atas bercak ketuaan. Makin lama ukurannya makin besar, terasa gatal dan mudah berdarah serta menjadi koreng yang tidak sembuh-sembuh. Pengobatan terbaik dengan bedah dan bila dilakukan pada awal penyakit dapat sembuh sempurna.

3. Melanoma.
Kanker kulit jenis ini yang paling ganas, menyebar dengan cepat ke bagian tubuh lain dan menyebabkan kematian. Alhamdulillah, jenis ini jarang diderita orang Indonesia. Di Amerika tiap hari satu orang meninggal karena kanker kulit jenis ini. Asalnya dari tahi lalat yang berubah warnanya menjadi tidak rata, membesar, gatal, mudah berdarah dan menjadi koreng yang tak kunjung sembuh. E. TAHAPAN / STADIUM KANKER KULIT

Seperti umumnya semua kanker, melanoma terjadi saat pembelahan sel kulit tidak normal dan tidak terkendali, membentuk satu atau banyak tumor. Yang paling sering dijumpai adalah melanoma kutaneus dimana sel-sel kanker timbul di dalam melanosit yaitu sel yang menghasilkan pigmen melanin yang memberikan warna dasar kulit. Jika tidak diobati, melanoma akan menyebar ke bagian dalam kulit dan mendekati nodus limfe ( kelenjar getah bening ). Jika telah mengenai kelenjar getah bening, kanker dapat menyebarkan ke bagian lain dari tubuh seperti tulang, hati, paru-paru dan otak. (Melanoma juga dapat timbul pada tempat-tempat lain yang mengandung melanosit seperti mata, saluran pencernaan). Melanoma diggolongkan berdasarkan seberapa jauh penyebaran kanker atau kedalaman penetrasinya.

Melanoma stadium 0
sel kanker terbatas pada lapisan epidermis. Tingkat kesembuhan stadium ini tinggi. Artinya masih bisa untuk disembuhkan

Melanoma stadium 1 / tahap 1


Pada stadium ini sel-sel kanker telah menyebar pada lapisan kedua dari kulit yang disebut dermis, tetapi belum terjadi penyebaran tumor ke kelenjar getah bening. stadium I ukuran tebal tumor kurang dari 1,5 mm. pembedahan adalah pilihan utama untuk mengobati melanoma. Pembedahan dilakukan dengan mengangkat seluruh jaringan tumor primer dengan mengikut sertakan jaringan kulit di sekitarnya ( biasanya tak lebih dari 1,5 mm ). Jika jaringan kulit di sekitarnya yang harus diangkat sangat luas, maka diperlukan pencangkokan kulit (skin graft) untuk menutupi luka tersebut. Pada melanoma stadium 0 atau stadium I, satu-satunya terapi yang terbaik adalah dengan mengangkat seluruh jaringan tumor ( Dichiara,2009).

Melanoma stadium II / tahap II


Ketebalan tumor antara 1,5-4 mm, pada stadium ini masih bisa untuk disembuhkan. Tumor pada tahap 2 ini lebih besar dibanding pada Tahap 1, namun belum terjadi penyebaran tumor ke kelenjar getah bening. Pada melanoma stadium II, pengangkatan jaringan tumor primer disertai dengan pengangkatan kelenjar getah bening yang terdekat dengan jaringan tumor untuk memberikan keamanan. Pada stadium ini diperlukan kemoterapi untuk membunuh setiap sel-sel kanker yang kemungkinan tertinggal setelah operasi. Kemoterapi dapat diberikan secara oral atau intravena. Kemoterapi menyebabkan efek samping seperti kelelahan, kelemahan, mual, muntah dan tidak nafsu makan, mudah mengalami perdarahan, memar dan mudah terserang infeksi (Anonim,2011).

melanoma stadium III / tahap III


Sel-sel kanker telah menembus hingga ke lapisan kulit yang terdalam, anak tumor telah menyebar pada kelenjar getah bening, membentuk tumor baru dengan ukuran tidak lebih dari 1 inci dari tumor primer atau kombinasi dari semuanya (Anonim,2009).

Melanoma stadium IV / tahap IV


Sel-sel kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening yang jauh dari tumor primer atau ke tempat lain seperti hati, tulang, otak atau paru-paru. Tahapan terakhir dari kanker sangat sulit untuk diobati. Pengobatan stadium III atau stadium IV dokter akan mengkombinasikan kemoterapi dengan terapi biologis. Obat-obat ini seperti -interferon dan interleukin-2 akan memperkuat kemampuan sistem kekebalan tubuh Anda untuk melawan sel-sel kanker. Terapi biologi menyebabkan gejala-gejala seperti flu misalnya menggigil, demam, nyeri otot, kelemahan, tidak nafsu makan, mual, muntah dan diare: pengobatan ini juga mudah menyebabkan perdarahan dan memar. Gejala-gejala ini akan lenyap jika pengobatan dihentikan. Penderita melanoma stadium IV memerlukan terapi radiasi untuk memperlambat penyebaran penyakit ini. Terapi ini menyebabkan kerontokan rambut dan kelemahan ( Anonim, 2009).

F. Pengobatan Kanker Kulit Konvensional


Faktanya, kanker kulit bisa disembuhkan dengan pengobatan dan perawatan yang benar. Pengobatan kanker kulit yang biasa dilakukan terdiri dari beberapa jenis yakni operasi yang merupakan metode utama dan banyak dilakukan, terutama ketika kanker masih dalam stadium awal. Kemudian, ada juga kemoterapi dan radioterapi yang biasanya digunakan untuk mengobati kanker kulit yang terjadi pada orang yang sudah berusia lanjut. Selain ketiga metode pengobatan tersebut, yang terbaru ialah pengobatan minimal invasif. Pengobatan secara minimal invasif ini sifatnya melengkapi pengobatan konvensional lainnya. Metode minimal invasif ini dapat secara efisien mencegah kekambuhan kanker di kemudian hari. Keunggulan dari metode minimal invasif ini ialah tidak perlunya melakukan pembedahan dan perdarahan yang bisa diminimalisir. Apapun bentuk pengobatan kanker kulit yang Anda jalani, pastikan untuk meminimalisir paparan sinar matahari secara langsung karena radiasi langsung dapat memengaruhi efektivitas proses pengobatan. G. PENCEGAHAN KANKER KULIT Menurut Budiyansyah (2010) Kanker kulit mudah untuk dikenali dengan cara melihat ciri-cirinya. Ciri-ciri kanker kulit yang harus kita waspadai adalah bila ada bercak hitam atau tahi lalat yang terasa gatal atau nyeri, mengalami perubahan warna (menjadi lebih gelap, lebih pucat atau terang), ukurannya membesar, melebar tidak teratur, permukaannya menjadi tidak rata, gampang berdarah, menjadi luka dan koreng yang tidak sembuh-sembuh. Astari (2010) menyatakan bahwa Faktor faktor yang menyebabkan kanker kulit adalah sebagai berikut

1. Paparan sinar matahari yang berlebihan. 2. Bahan kimia yang bersifat karsinogen pada kulit. 3. Kulit kurang pigmen seperti albino dan tipe kulit putih halus dengan rambut pirang dan mata biru lebih tidak tahan
pada sinar matahari.

4. Riwayat keluarga. 5. Radiasi ionisasi.


Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk menghindari kanker kulit adalah :

1. Terpapar pada waktu yang lama dengan sinar UV dapat merusak kulit, bila ingin beraktivitas dibawah sinar matahari
yang aman adalah sebelum jam 10 pagi dan sesudah jam 4 sore. Saat dimana sinar matahari tidak terlalu kuat.

2. Usahakan selalu mencari tempat yang teduh saat anda berada diluar ruanga 3. Gunakan topi, setidaknya yang mempunyai tepi 4 inc sekeliling, sehingga efektif menutup wajah, leher dan telinga,
bisa juga menggunakan payung kalau tidak terlalu merasa repot

4. Sebaiknya menggunakan baju atau pakaian yang panjang dan menutupi permukaan tubuh, dengan bahan yang tebal 5. Gunakan sunscreen yang mengandung sun potrection factor (SPF) yang cukup, 15 menit sebelum terpapar matahari,
ulangi pemakaian bila anda berenang atau berjemur, pastikan jenis sunscreen yang anda gunakan mampu mencegah radiasi Sinar UV terutama kebagian wajah

6. Meskipun anda menggunakan pakaian tetap anda harus tetap mengupayakan untuk mengoleskan sunscreen diarea
tertutup

7. Hati-hati sinar UV dapat dipantulkan dari air, pasir, salju, dan permukaan yang berwarna terang, jadi rajin-rajin
mengoleskan suncreen saat anda berada diarea tersebut

8. Ingat radiasi sinar matahari akan menembus kaca dan air, jadi anda tetap membutuhkan perlindungan saat berada
didalam ruangan.

9. Hindari sinar lampu didalam ruangan dan tanning bed, bisa saja lebih panas untuk kulit anda dibandingkan sinar
matahari ( Basuki,2010).

http://joeadr.wordpress.com/2011/06/23/kanker-kulit/

Macam-Macam Luka dan Penanganannya


Deskripsi Luka Luka adalah rusaknya kesatuan/komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat substansi jaringan yang rusak atau hilang. Berdasarkan kedalaman dan luasnya, luka dapat dibagi menjadi: Menurut Baxter, (1990) Luka juga dapat diartikan terjadinya suatu gangguan dari kondisi normal pada kulit dimana terjadinya kerusakan kontinyuitas kulit, mukosa membran dan tulang atau organ tubuh lain. Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul antara lain: 1) Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ 2) Respon stres simpatis 3) Perdarahan dan pembekuan darah 4) Kontaminasi bakteri 5) Kematian sel

Jenis Luka: 1. Berdasarkan Tingkat Kontaminasi Luka. Luka Bersih (Clean Wounds). Yang dimaksud dengan luka bersih adalah luka bedah tak terinfeksi yang mana luka tersebut tidak terjadi proses peradangan (inflamasi) dan juga infeksi pada sistem pernafasan, pencernaan, genital dan urinari tidak terjadi Luka bersih terkontaminasi (Clean-contamined Wounds). Jenis luka ini adalah luka pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan, genital atau perkemihan dalam kondisi terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi. Luka terkontaminasi (Contamined Wounds) adalah luka terbuka, fresh, luka akibat kecelakaan dan operasi dengan kerusakan besar dengan teknik aseptik atau kontaminasi dari saluran cerna. Luka kotor atau infeksi (Dirty or Infected Wounds) adalah terdapatnya mikroorganisme pada luka. Dan tentunya kemungkinan terjadinya infeksi pada luka jenis ini akan semakin besar dengan adanya mikroorganisme tersebut. 2. Berdasarkan Kedalaman Dan Luasnya Luka.

Stadium I : Luka Superfisial (Non-Blanching Erithema). Luka jenis ini adalah luka yang terjadi pada lapisan epidermis kulit. Stadium II : Luka "Partial Thickness". Luka jenis ini adalah hilangnya lapisan kulit pada lapisan epidermis dan bagian atas dari dermis. Merupakan luka superficial dan adanya tanda klinis seperti halnya abrasi, blister atau lubang yang dangkal. Stadium III : Luka "Full Thickness". Luka jenis ini adalah hilangnya kulit keseluruhan meliputi kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas sampai bawah tetapi tidak

melewati jaringan yang mendasarinya. Luka ini timbul secara klinis sebagai suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa merusak jaringan di sekitarnya. Stadium IV : Luka "Full Thickness". Luka jenis ini adalah luka yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan tulang dengan adanya destruksi / kerusakan yang luas.

3.

Berdasarkan Waktu Penyembuhan Luka.


Luka Akut. Luka akut adalah jenis luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan konsep penyembuhan yang telah disepakati. Luka Kronis. Luka kronis adalah jenis luka yang yang mengalami kegagalan dalam proses penyembuhan, dapat karena faktor eksogen dan endogen.

MACAM LUKA dan PENANGANANYA 1. Vulnus excoriasi (Luka lecet) a) Pengertian : Jenis luka yang satu ini derajat nyerinya biasanya lebih tinggi dibanding luka robek, mengingat luka jenis ini biasanya terletak di ujung-ujung syaraf nyeri di kulit. b) Cara penanganan : Pertama yang harus dilakukan adalah membersihkan luka terlebih dahulu menggunakan NaCl 0,9%, dan bersiaplah mendengar teriakan pasien, karena jenis luka ini tidak memungkinkan kita melakukan anastesi, namun analgetik boleh diberikan. Setelah bersih, berikan desinfektan. Perawatan jenis luka ini adalah perawatan luka terbuka, namun harus tetap bersih, hindari penggunaan IODINE salep pada luka jenis ini, karena hanya akan menjadi sarang kuman, dan pemberian IODINE juga tidak perlu dilakukan tiap hari, karena akan melukai jaringan yang baru terbentuk. 2. Vulnus punctum (Luka tusuk) a) Pengertian : Luka tusuk biasanya adalah luka akibat logam, nah yang harus diingat maka kita harus curiga adalanya bakteri clostridium tetani dalam logam tersebut. b) Cara penanganan : Hal pertama ketika melihat pasien luka tusuk adalah jangan asal menarik benda yang menusuk, karena bisa mengakibatkan perlukaan tempat lain ataupun mengenai pembuluh darah. Bila benda yang menusuk sudah dicabut, maka yang harus kita lakukan adalah membersihkan luka dengan cara menggunakan H2O2, kemudian didesinfktan. Lubang luka ditutup menggunakan kasa, namun dimodifikasi sehingga ada aliran udara yang terjadi. 3. Vulnus contussum (luka kontusiopin) a) Pengertian : luka kontusiopin adalah luka memar, tentunya jangan diurut ataupun ditekan-tekan, karena hanya aka mengakibatkan robek pembuluh darah semakin lebar saja.

b) Cara penanganan : Yang perlu dilakukan adalah kompres dengan air dingin, karena akan mengakibatkan vasokontriksi pembuluh darah, sehingga memampatkan pembuluh-pembuluh darah yang robek. 4. Vulnus insivum (Luka sayat)

a) Pengertian : luka sayat adalah jenis luka yang disababkan karena sayatan dari benda tajam, bisa logam maupun kayu dan lain sebgainya. Jenis luka ini biasanya tipis. b) Cara penanganan : yang perlu dilakukan adalah membersihkan dan memberikan desinfektan. 5. Vulnus schlopetorum

a) Pengertian : jenis luka ini disebabkan karena peluru tembakan, maka harus segera dikeluarkan tembakanya. b) Cara penanganan : jangan langsung mengeluarkan pelurunya, namun yang harus dilakukan adalah membersihkan luka dengan H2O2, berikan desinfektan dan tutup luka. Biarkan luka selama setidaknya seminggu baru pasien dibawa ke ruang operasi untuk dikeluarkan pelurunya. Diharapkan dalam waktu seminggu posisi peluru sudah mantap dan tak bergeser karena setidaknya sudah terbentuk jaringan disekitar peluru. 6. Vulnus combustion (luka bakar)

a) Pengertian : adalah luka yang disebabkan akibat kontaksi antara kulit dengan zat panas seperti air panas(air memdidih), api, dll. b) Cara penanganan : Penanganan paling awal luka ini adalah alirkan dibawah air mengalir, bukan menggunakan odol apalagi minyak tanah. Alirkan dibawah air mengalir untuk perpindahan kalornya. Bila terbentuk bula boleh dipecahkan, perawatan luka jenis ini adalah perawatan luka terbuka dengan tetap menjaga sterilitas mengingat luka jenis ini sangat mudah terinfeksi. Dan ingat kebutuhan cairan pada pasien luka bakar. 7. Luka gigitan.

a) Pengertian : luka jenis ini disebabkan dari luka gigitan binatang, seperti serangga, ular, dan binatang buas lainya. Kali ini luka gigitan yang dibahas adalah jenis luka gigitan dari ular berbisa yang berbahaya. b) Cara penanganan : mengeluarkan racun yang sempat masuk ke dalam tubuh korban dengan menekan sekitar luka sehingga darah yang sudah tercemar sebagian besar dapat dikeluarkan dari luka tersebut. Tidak dianjurkan mengisap tempat gigitan, hal ini dapat membahayakan bagi pengisapnya, apalagi yang memiliki luka walaupun kecil di bagian mukosa mulutnya. Sambil menekan agar racunnya keluar juga dapat dilakukan pembebatan( ikat) pada bagian proksimal dari gigitan, ini bertujuan untuk mencegah semakin tersebarnya racun ke dalam tubuh yang lain. Selanjutnya segera mungkin dibawa ke pusat kesehatan yang lebih maju untuk perawatan lanjut.

8.

Laserasi atau Luka Parut.

a) Pengertian : Luka parut disebabkan karena benda keras yang merusak permukaan kulit, misalnya karena jatuh saat berlari. b) Cara penanganan : Cara mengatasi luka parut, bila ada perdarahan dihentikan terlebih dahulu dengan cara menekan bagian yang mengeluarkan darah dengan kasa steril atau saputangan/kain bersih. Kemudian cuci dan bersihkan sekitar luka dengan air dan sabun. Luka dibersihkan dengan kasa steril atau benda lain yang cukup bersih. Perhatikan pada luka, bila dijumpai benda asing ( kerikil, kayu, atau benda lain ) keluarkan. Bila ternyata luka terlalu dalam, rujuk ke rumah sakit. Setelah bersih dapat diberikan anti-infeksi lokal seperti povidon iodine atau kasa anti-infeksi. 9. Terpotong atau Teriris

a) Pengertian : Terpotong adalah bentuk lain dari perlukaan yang disebabkan oleh benda tajam, bentuk lukanya teratur dan dalam, perdarahan cukup banyak, apalagi kalau ada pembuluh darah arteri yang putus terpotong. b) Cara penanganan : menangani perdarahan terlebih dahulu yakni dilakukan dengan menekan bagian yang mengeluarkan darah dengan menggunakan kasa steril atau kain yang bersih. Bila ada pembuluh nadi yang ikut terpotong, dan cukup besar, dilakukan pembalutan torniquet. Pembalutan dilakukan dengan menempatkan tali/ikat pinggang/saputangan pada bagian antara luka dan jantung secara melingkar, kemudian dengan menggunakan sepotong kayu/ballpoint tali/ikat pinggang/saputangan tadi diputar sampai lilitannya benar-benar kencang. Tujuan cara ini untuk menghentikan aliran darah yang keluar dari luka. Setelah itu, luka ditutup dan rujuk ke rumah sakit. Pembebatan torniquet dilakukan pada lengan atas atau paha. Pembebatan di tempat lain tidak akan efektif. Pada luka yang teriris dioles anti infeksi kemudian ditutup kasa steril.

Penyembuhan luka merupakan suatu proses yang kompleks karena berbagai kegiatan bioseluler, biokimia yang terjadi secara berkisanambungan. Penggabungan respons vaskuler, aktivitas seluler dan terbentuknya bahan kimia sebagai substansi mediator di daerah luka merupakan komponen yang saling terkait pada proses penyembuhan luka. Besarnya perbedaan mengenai dasar mekanisme penyembuhan luka dan aplikasi klinik saat ini telah dapat diperkecil dengan pemahaman dan penelitian yang berhubungan dengan proses penyembuhan luka dan pemakaian bahan pengobatan yang telah berhasil memberikan kesembuhan pada luka. Setiap kejadian luka, mekanisme tubuh akan mengupayakan mengembalikan komponen-komponen jaringan yang rusak tersebut dengan membentuk struktur baru dan fungsional sama atau mendekati sama dengan keadaan sebelumnya. Proses penyembuhan tidak hanya terbatas pada proses regenerasi yang bersifat lokal, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh faktor endogen (seperti: umur, nutrisi, imunologi, pemakaian obat-obatan, kondisi metabolik), (Kaplan and Hentz, 1992). Pada dasarnya proses penyembuhan ditandai dengan terjadinya proses pemecahan atau katabolik dan proses pembentukan atau anabolik. Dari beberapa hasil penelitian dapat diketahui bahwa proses anabolik telah dimulai sesaat setelah terjadi perlukaan dan akan terus berlanjut pada keadaan dimana dominasi proses katabolisme selesai. Setiap proses penyembuhan luka akan terjadi melalui 3 tahapan yang dinamis, saling terkait dan berkesinambungan serta tergantung pada tipe/jenis dan derajat luka. Sehubungan dengan adanya perubahan morfologik, tahapan penyembuhan luka terdiri dari: Fase inflamasi / Eksudasi , Fase proliferasi / granulasi dan Fase maturasi / deferensiasi.

Penyembuhan Luka Tubuh yang sehat mempunyai kemampuan alami untuk melindungi dan memulihkan dirinya. Peningkatan aliran darah ke daerah yang rusak, membersihkan sel dan benda asing dan perkembangan awal seluler bagian dari proses penyembuhan. Proses penyembuhan terjadi secara normal tanpa bantuan, walaupun beberapa bahan perawatan dapat membantu untuk mendukung proses penyembuhan. Sebagai contoh, melindungi area yang luka bebas dari kotoran dengan menjaga kebersihan membantu untuk meningkatkan penyembuhan jaringan (Morris,1990).

PENANGANAN LUKA (secara umum) Dalam penanganan luka, sudah umum diketahui bahwa salah satu yang harus dilakukan adalah tindakan debridement. Debridement bertujuan untuk membuat luka menjadi bersih sehingga mengurangi kontaminasi pada luka dan mencegah terjadinya infeksi. Debridement bisa dilakukan dengan beberapa cara, dari yang kurang invasif hingga invasif, yaitu debridement secara biologik, mekanik, otolitik, enzimatik, dan surgical. PROSES PENYEMBUHAN LUKA
Penyembuhan luka adalah suatu kualitas dari kehidupan jaringan hal ini juga berhubungan dengan regenerasi jaringan. Fase penyembuhan luka digambarkan seperti yang terjadi pada luka pembedahan (Morris,1990). Masih menurut Morris (1990) penyembuhan luka dapat dibagi atas beberapa fase yaitu:

1. Inflamasi Fase ini terjadi segera setelah luka dan berakhir 3 4 hari. Dua proses utama terjadi pada fase ini yaitu hemostasis dan pagositosis. Hemostasis (penghentian perdarahan) akibat fase konstriksi pembuluh darah besar di daerah luka, retraksi pembuluh darah, endapan fibrin (menghubungkan jaringan) dan pembentukan bekuan darah di daerah luka. Bekuan darah dibentuk oleh platelet yang menyiapkan matrik fibrin yang menjadi kerangka bagi pengambilan sel Scab (keropeng) juga dibentuk dipermukaan luka yang terdiri dar bekuan dan jaringan mati. Scab membantu hemostasis dan mencegah kontaminasi luka oleh mikroorganisme. Dibawah scab epithelial sel berpindah dari luka ke tepi, epitelial sel ini membantu sebagai barier antara tubuh dengan lingkungan dan mencegah masuknya mikroorganisme. Pada Fase inflamatori juga memerlukan pembuluh darah, dan respon seluler digunakan untuk mengangkat benda-benda asing dan jaringan mati. Suplai darah yang meningkat ke jaringan membawa bahan-bahan dan nutrisi yang diperlukan pada proses penyembuhan yang dapat mengakibatkan luka tampak merah dan sedikit bengkak. Selama sel berpindah lekosit (terutama neutropil) berpindah ke daerah interstitial dan Tempat ini ditempati oleh makrofag yang keluar dari monosit selama lebih kurang 24 jam setelah cidera/luka. Makrofag ini menelan mikroorganisme dan sel debris melalui proses yang disebut pagositosis. Makrofag juga mengeluarkan faktor angiogenesis (AGF) yang merangsang pembentukan ujung epitel diakhir pembuluh darah. Makrofag dan AGF bersama-sama mempercepat proses penyembuhan. Respon inflamatori ini sangat penting bagi proses penyembuhan. Inflamasi merupakan reaksi protektif vaskular dengan menghantarkan cairan, produk darah dan nutrien ke jaringan interstisial ke daerah cidera. Proses ini menetralisasi dan mengeliminasi patogen atau

jaringan mati (nekrotik) dan memulai cara-cara perbaikan jaringa tubuh. Tanda inflamasi termasuk bengkak, kemerahan, panas, nyeri/nyeri tekan, dan hilangnya fungsi bagian tubuh yang terinflamasi. Bila inflamasi menjadi sistemik akan muncul tanda dan gejala demam, leukositas, malaise, anoreksia, mual, muntah dan pembesaran kelenjar limfe. Respon inflamasi dapat dicetuskan oleh agen fisik, kimiawi atau mikroorganisme. Respon inflamasi termasuk hal berikut ini: 1.1 Respon Seluler Dan Vaskuler Arteriol yang menyuplai darah yang terinfeksi atau yang cidera berdilatasi, memungkinkan lebih banyak darah masuk dala sirkulasi. Peningkatan darah tersebut menyebabkan kemerahan pada inflamasi. Gejala hangat lokal dihasilkan dari volume darah yang meningkat pada area yang inflamasi. Cidera menyebabkan nekrosis jaringan dan akibatnya tubuh mengeluarkan histamin, bradikinin, prostaglandin dan serotonin. Mediator kimiawi tersebut meningkatkan permeabilitas pembuluh darah kecil. Cairan, protein dan sel memasuki ruang interstisial, akibatnya muncul edema lokal. Tanda lain inflamasi adalah nyeri. Pembengkakan jaringan yang terinflamasi meningkatkan tekanan pada ujung syaraf yang mengakibatkan nyeri, karena adanya substansi kimia seperti histamin yang menstimuli ujung sel-sel syaraf. Sebagai akibat dari terjadinya perubahan fisiologis dari inflamasi, bagian tubuh yang terkena biasanya mengalami kehilangan fungsi sementara dan akan kembali normal setelah inflamasi berkurang. 1.2 Pembentukan Eksudat Inflamasi Akumulasi cairan dan jaringan mati serta Sel Darah Putih (SDP) membentuk eksudat pada daerah inflamasi. Eksudat dapat berupa Serosa (jernih seperti plasma), sanguinosa (mengandung sel darah merah) atau purulen (mengandung SDP dan bakteri). Akhirnya eksudat disapu melalui drainase limfatik. Trombosit dan protein plasma seperti fibrinogen membentuk matriks yang berbentuk jala pada tempat inflamasi untuk mencegah penyebaran eksudat. (Oswari E, 1993). 1.3 Perbaikan Jaringan Sel yang rusak akhirnya digantikan oleh sel baru yang sehat. Sel baru mengalami maturasi bertahap sampai sel tersebut mencapai karakteristik struktur dan bentuk yang sama dengan sel sebelumnya 2. Fase Proliferatif Fase kedua ini berlangsung dari hari ke-3 atau 4 sampai hari ke-21 setelah pembedahan. Fibroblast (menghubungkan sel-sel jaringan) yang berpindah ke daerah luka mulai 24 jam pertama setelah pembedahan. Fase ini diawali dengan sintesis kolagen dan substansi dasar yang disebut proteoglikan kira-kira 5 hari setelah terjadi luka. Kolagen adalah substansi protein yang menambah tegangan permukaan dari luka. Menurut Oswari E, (1993), jumlah kolagen yang meningkat menambah kekuatan permukaan luka sehingga kecil kemungkinan luka terbuka. Selama waktu itu sebuah lapisan penyembuhan nampak dibawah garis irisan luka. Kapilarisasi tumbuh melintasi luka, meningkatkan aliran darah yang memberikan oksigen dan nutrisi yang diperlukan bagi penyembuhan. Fibroblast berpindah dari pembuluh darah ke luka membawa fibrin. Seiring perkembangan kapilarisasi jaringan perlahan berwarna merah. Jaringan ini disebut granulasi jaringan yang lunak dan mudah pecah.

3. Fase Maturasi Fase ini dimulai pada minggu ke-3 setelah perlukaan dan berakhir sampai kurang lebih 12 bulan. Tujuan dari fase maturasi adalah menyempurnakan terbentuknya jaringan baru menjadi jaringan penyembuhan yang kuat dan bermutu. Fibroblas sudah mulai meninggalkan jaringan garunalasi, warna kemerahan dari jaringan mulai berkurang karena pembuluh mulai regresi dan serat fibrin dari kolagen bertambah banyak untuk memperkuat jaringan parut. Kekuatan dari jaringan parut akan mencapai puncaknya pada minggu ke-10 setelah perlukaan. Sintesa kolagen yang telah dimulai sejak fase proliferasi akan dilanjutkan pada fase maturasi. Kecuali pembentukan kolagen juga akan terjadi pemecahan kolagen oleh enzim kolagenase. Kolagen muda ( gelatinous collagen) yang terbentuk pada fase proliferasi akan berubah menjadi kolagen yang lebih matang, yaitu lebih kuat dan struktur yang lebih baik (proses re-modelling). Untuk mencapai penyembuhan yang optimal diperlukan keseimbangan antara kolagen yang diproduksi dengan yang dipecahkan. Kolagen yang berlebihan akan terjadi penebalan jaringan parut atau hypertrophic scar, sebaliknya produksi yang berkurang akan menurunkan kekuatan jaringan parut dan luka akan selalu terbuka. Luka dikatakan sembuh jika terjadi kontinuitas lapisan kulit dan kekuatan ajringan kulit mampu atau tidak mengganggu untuk melakukan aktivitas yang normal. Meskipun proses penyembuhan luka sama bagi setiap penderita, namun outcome atau hasil yang dicapai sangat tergantung dari kondisi biologik masingmasing individu, lokasi serta luasnya luka. Penderita muda dan sehat akan mencapai proses yang cepat dibandingkan dengan kurang gizi, disertai dengan penyakit sistemik (diabetes melitus).

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYEMBUHAN LUKA


Usia, Semakin tua seseorang maka akan menurunkan kemampuan penyembuhan jaringan Infeksi, Infeksi tidak hanya menghambat proses penyembuhan luka tetapi dapat juga menyebabkan kerusakan pada jaringan sel penunjang, sehingga akan menambah ukuran dari luka itu sendiri, baik panjang maupun kedalaman luka. Hipovolemia, Kurangnya volume darah akan mengakibatkan vasokonstriksi dan menurunnya ketersediaan oksigen dan nutrisi untuk penyembuhan luka. Hematoma, Hematoma merupakan bekuan darah. Seringkali darah pada luka secara bertahap diabsorbsi oleh tubuh masuk kedalam sirkulasi. Tetapi jika terdapat bekuan yang besar hal tersebut memerlukan waktu untuk dapat diabsorbsi tubuh, sehingga menghambat proses penyembuhan luka. Benda asing, Benda asing seperti pasir atau mikroorganisme akan menyebabkan terbentuknya suatu abses sebelum benda tersebut diangkat. Abses ini timbul dari serum, fibrin, jaringan sel mati dan lekosit (sel darah merah), yang membentuk suatu cairan yang kental yang disebut dengan nanah (Pus). Iskemia, Iskemi merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan suplai darah pada bagian tubuh akibat dari obstruksi dari aliran darah. Hal ini dapat terjadi akibat dari balutan

pada luka terlalu ketat. Dapat juga terjadi akibat faktor internal yaitu adanya obstruksi pada pembuluh darah itu sendiri. Diabetes, Hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan peningkatan gula darah, nutrisi tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibat hal tersebut juga akan terjadi penurunan protein-kalori tubuh. Pengobatan, Steroid : akan menurunkan mekanisme peradangan normal tubuh terhadap cedera, Antikoagulan : mengakibatkan perdarahan, Antibiotik : efektif diberikan segera sebelum pembedahan untuk bakteri penyebab kontaminasi yang spesifik. Jika diberikan setelah luka pembedahan tertutup, tidak akan efektif akibat koagulasi intravaskular.

http://mejayan-puskesmas.blogspot.com/2013/09/macammacam-luka-dan-penanganannya.html http://erwinvetsurgery.blogspot.com/2011/04/prosespenyembuhan-luka-ditinjau-dari.html

You might also like