You are on page 1of 36

Daya Dukung Ekonomi di Daerah Perbatasan

| Pembangunan Kawasan Perbatasan : Solusi Mencapai Pembangunan Ekonomi Berkualitas | Branchless Banking: Ketersediaan Akses Pembiayaan di Daerah Terpencil | Kebijakan Ekonomi di Kawasan-Kawasan Khusus | Pembangunan Kesehatan Daerah Perbatasan | Kondisi Infrastruktur di Kawasan Perbatasan

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian - Republik Indonesia KUR & UKM 29

Realisasi Penyaluran KUR Periode Agustus 2013| Pelestarian Budaya Melalui Usaha|

DAYA DUKUNG EKONOMI DI DAERAH PERBATASAN 8

Kondisi Infrastruktur di Kawasan Perbatasan | Perbatasan yang Terlupakan | Pembangunan Kesehatan Daerah Perbatasan | Kondisi Pendidikan didaerah Perbatasan Indonesia: (Studi Kasus: Entikong, Skouw dan Belu) | Strategi Pembangunan Daerah Tertinggal di Kawasan Perbatasan | Pembangunan Kawasan Perbatasan : Solusi Mencapai Pembangunan Ekonomi Berkualitas |

OPINI PAKAR KEUANGAN BUMN

Upaya Membangun Wilayah Perbatasan Ketersediaan Akses Pembiayaan di Daerah Terpencil

21

Branchless Banking:

23

FISKAL & REGULASI EKONOMI MP3EI 26

Peran BUMN Dalam Peningkatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Terjauh (3T) Kebijakan Ekonomi di Kawasan-Kawasan Khusus Percepatan Pembangunan Papua dan Papua Barat "Kunci Gerbang Masuk Wilayah Perbatasan di bagian Timur" Perubahan Tingkat Partisipasi Tenaga Kerja
31

24

25

KOORDINASI KEBIJAKAN EKONOMI EKONOMI INTERNASIONAL EKONOMI DOMESTIK EKONOMI DAERAH 4 3

Kebijakan Stabilisasi Komoditas Pangan dan Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan Ekonomi Asia Q2-2013

KETENAGAKERJAAN

28

Perlambatan Ekonomi dan Tekanan Inflasi yang Masih Tinggi

LAPORAN KEGIATAN

Perbatasan Kepulauan Indonesia

Menko Perekonomian Meresmikan Festival Serayu Expo Banjarnegara 2013 |

Pembina : Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Pengarah : Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Deputi Fiskal & Moneter Koordinator : Bobby Hamzar Rafinus Editor : Edi Prio Pambudi, Puji Gunawan, Ratih Kania, M. Dani Iskandar Analis : Alexcius Winang, Alisa Fatimah, Dara Ayu Prastiwi, Fitria Faradila, Insani Sukandar, Masyitha Mutiara Ramadhan, Oktya Setya Pratidina, Riski Raisa Putra, Windy Pradipta Distribusi : Chandra Mercury Kontributor : Suprayoga Hadi, Triyono Budi Sasongko, Vitri Nurmalasari, Erns Saptenno, Aang Anggara, Predi Muliansyah, Adji Dharma, Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi, Komite Kebijakan KUR, Tim Koordinasi Kebijakan Stabilisasi Harga Pangan Pokok.
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan diterbitkan dalam rangka meningkatkan pemahaman pimpinan daerah terhadap perkembangan indikator ekonomi makro dan APBN, sebagai salah satu Direktif Presiden pada retreat di Bogor, Agustus 2010

Editorial
Plt. Deputi Koordinasi Fiskal dan Moneter
Krisis ekonomi berkepanjangan yang dihadapi negaranegara maju sejak tahun 2008-2009 telah menimbulkan dampak ketimpangan pendapatan yang melebar. Profesor Stiglitz, pemenang nobel ekonomi 2001, dalam buku terbarunya The Price of Inequality (Penguin Books, 2013) mengupas berbagai aspek masalah tersebut di Amerika Serikat (AS) yang saat ini memiliki rasio Gini sebesar 0.48. Tingkat rasio Gini ini menurut Stiglitz masih belum cukup mewakili gambaran kondisi tingkat kesejahteraan kelompok masyarakat AS berpendapatan menengah kebawah yang memburuk. Sebagian masyarakat AS mengalami keterbatasan dalam pemilikan rumah, mendapatkan pelayanan kesehatan, dan memenuhi biaya pendidikan putraputrinya. Selama masa resesi 2007-2010 kelompok masyarakat ini mengalami penurunan tingkat kesejahteraan hampir 40 persen, kembali pada tingkat seperti awal tahun 1990-an. Pelebaran ketimpangan di AS terutama disebabkan oleh akumulasi kesejahteraan yang jauh lebih besar dan cepat pada 1 persen kelompok pendapatan tertinggi. Proses ketimpangan tersebut disebabkan oleh kekuatan pasar yang terbentuk dari kebijakan pemerintah. Menurut Stiglitz, pembiaran pemerintah terhadap keterbatasan sebagian masyarakat memperoleh pelayanan pendidikan dan kesehatan serta kecukupan nutrisi yang minimal merupakan contoh kebijakan tersebut. Selain itu pembiaran terjadinya persaingan usaha yang tidak sehat yang mendorong struktur gaji timpang antar perusahaan. Pada sisi lain, intervensi pemerintah melalui kebijakan perpajakan yang progresif danbelanja yang pro perlindungan sosialakan kurangi ketimpangan. Stiglitz juga mengungkap sistem politik sebagai sumber ketimpangan pendapatan dan kesempatan. Sistem demokrasi di AS memberikan kewenangan pada pimpinan bukan hanya untuk redistribusi pendapatan tapi juga merumuskan ketentuan dan penggunaan anggaran. Dalam penggunaan wewenang ini proses yang banyak terjadi adalah pengalihan kesejahteraan ketimbang penciptaan kesejahteraan. Kewenangan mengalihkan kesejahteraan melalui kegiatan rente ekonomi (rent seeking economy) telah mendorong ketimpangan pendapatan karena cenderung diberikan kepada 0,1 persen kelompok kaya. Jika proses ini terus berlangsung menguat, Stiglitz memperkirakan masyarakat AS akan semakin terbelah (divided society) di tahun 2053. Ketimpangan pendapatan menyebabkan perekonomian yang kurang efisien dan kurang produktif. Bagi Indonesia, pelaksanaan strategi pembangunan yang inklusif sejak empat tahun terakhir sudah menunjukkan komitmen untuk kurangi ketimpangan pendapatan. Namun dengan kecenderungan naiknya rasio Gini, mencapai 0,41 persen tahun 2012, serta masih besarnya ketimpangan antar-wilayah mengindikasikan kekuatan pasar belum memihak pada pemerataan pendapatan. Untuk itu penyempurnaan kebijakan pemerintah perlu terus dilakukan antara lain dengan terus memperbaiki tata kelola berbagai sektor agar kegiatan rente ekonomi dapat ditekan. Upaya kurangi ketimpangan pendapatan memerlukan keterpaduan langkah pemangku kepentingan berbagai sektor. Selain itu juga keberpihakan pimpinan nasional dan daerah sebagaimana tercermin dari beberapa ulasan tentang kesejahteraan pada penduduk wilayah perbatasan, yang menjadi sorotan TEK edisi ini. Pembangunan wilayah perbatasan seyogyanya menjadi prioritas sesuai amanat konstitusi yaitu pemerintah yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa. Dirgahayu Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia ke 68.

Bobby Hamzar Rafinus

Indikator Ekonomi, per Agustus 2013

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Agustus 2013

Koordinasi Kebijakan Ekonomi

Kebijakan Stabilisasi Komoditas Pangan dan Pertumbuhan Ekonomi


mekanisme kuota menjadi mekanisme harga referensi, sedangkan alokasi impor yang telah ditetapkan berdasarkan Permentan/Permendag akan tetap berlaku sampai dengan akhir tahun 2013. Jenis produk hortikultura yang akan diatur melalui mekanisme harga referensi hanya untuk jenis produk hortikultura yang memberi kontribusi terhadap inflasi misalnya bawang merah dan cabe merah. Presentasi peningkatan/penurunan harga eceran untuk menetapkan buka/tutup impor untuk setiap jenis produk hortikultura yang akan diatur dengan mekanisme harga referensi.

enindaklanjuti diterbitkannya Paket Kebijakan Stabilisasi dan Pertumbuhan Ekonomi pada tanggal 23 Agustus 2013, pemerintah memandang perlu untuk menerbitkan kebijakan dalam rangka stabilisasi harga dan inflasi sejumlah komoditas pangan. Salah satu kebijakan yang akan dilaksanakan adalah perubahan tata niaga impor sapi/ daging sapi dan hortikultura dari berbasis kuota menjadi berbasis harga. Hal ini merupakan salah satu poin utama yang menjadi bahan diskusi dalam Rapat Koordinasi Terbatas Tingkat Menteri yang dilaksanakan pada tanggal 27 Agustus 2013 di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.

Kenaikan harga kedelai disebabkan Dalam paparannya, Menteri oleh pelemahan nilai tukar rupiah Perdagangan dan Menteri Pertanian terhadap US dolar dan terjadinya telah menyepakati untuk melakukan anomali cuaca di Amerika selaku perubahan terhadap sejumlah pemasok kedelai terbesar ke peraturan yang terkait dengan Indonesia. Meskipun telah dilakukan importasi sapi/daging sapi yang impor kedelai dari negara lain semula menggunakan mekanisme seperti Brazil dan Argentina, namun kuota menjadi mekanisme harga http://www.iberita.com/wp-content/uploads/2013/03/daging-sapi.jpg tidak terlalu berpengaruh signifikan referensi. Dengan demikian, terhadap perubahan harga kedelai kesepakatan terkait akselerasi (penurunan harga). Stok kedelai realisasi impor sapi bakalan dari yang ada saat ini diperkirakan cukup triwulan 4 ke triwulan 3 dan rencana untuk memenuhi kebutuhan kedelai penambahan impor 15.000 ton bagi pengrajin tahu/tempe selama setara daging tidak akan dilanjutkan. 2,5 bulan kedepan. Sedangkan Untuk alokasi impor yang telah terkait kebutuhan kedelai dalam ditetapkan berdasarkan Peraturan http://img.okeinfo.net/dynamic/content/2012/08/09/56/675590/QS LsBEFzKX.jpg?w=400 negeri, diperkirakan sampai dengan Menteri Pertanian dan Peraturan akhir tahun, kebutuhan kedelai Menteri Perdagangan yang telah dalam negeri adalah sebesar 580.000 ton. Importasi ditetapkan sebelumnya, dinyatakan masih tetap berlaku sampai dengan akhir tahun 2013. Kementerian Pertanian kedelai dapat dilakukan oleh IT yang telah ditunjuk oleh pemerintah, namun disertai dengan adanya kewajiban dan Kementerian Perdagangan diharapkan agar dapat bagi IT tersebut untuk membeli kedelai hasil petani lokal mengamankan produksi sapi dalam negeri dan dan menyalurkan kedelai ke KOPTI dalam jumlah dan menjamin kelancaran distribusi sampai ke tingkat harga yang telah ditentukan. Untuk menjamin stabilitas konsumen. pasokan dan harga kedelai, khususnya kebutuhan pengrajin tahu dan tempe, untuk sementara pemerintah Harga referensi akan ditetapkan dengan mengacu tidak akan membatasi jumlah impor kedelai dengan bea kepada harga eceran rata-rata dalam beberapa tahun sebelumnya atau perhitungan biaya usaha peternak dan masuk 5%. biaya distribusi sampai ke tingkat pengecer. Apabila Untuk komoditas jagung, isu utama yang perlu harga eceran daging sapi berdasarkan proyeksi 2 bulan diwaspadai adalah kenaikan harga komoditas jagung di kedepan naik diatas 15% dari harga referensi maka pasar internasional. Disisi lain, kebutuhan jagung impor dibuka dan apabila harga eceran daging sapi terbesar di dalam negeri adalah untuk memenuhi turun di bawah 5% dari harga referensi maka impor kebutuhan industri pakan ternak yang mencapai 6 juta ditutup. Penetapan harga referensi akan dilakukan ton. Oleh karena itu, untuk dengan mempertimbangkan keseimbangan antara tahun 2013, pemerintah kepentingan peternak dan konsumen. telah menerbitkan ijin impor jagung sebesar 3,5 Sejalan dengan komoditas sapi dan daging sapi, juta ton dan telah ketentuan impor produk hortikultura (khususnya terealisasi sebesar 2 juta terhadap 36 produk hortikultura) akan dirubah dari Erns Saptenno ton.

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Agustus 2013

EKONOMI INTERNASIONAL

Dinamika

Pertumbuhan

Ekonomi Asia Q2-2013

ada Q2-2013 secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi Asia mengalami peningkatan, walaupun ditemukan dinamika pertumbuhan didalamnya sebagai dampak dari melesatnya pertumbuhan ekonomi Filipina dan menurunnya pertumbuhan ekonomi India. Pada triwulan ini sebagian besar negara di Asia memiliki prospek pertumbuhan ekonomi yang bagus, khususnya NewlyIndustrialised Economies (NIEs) seperti Korea Selatan, Hong Kong, Taiwan dan Singapura, yang akan mendapatkan dampak positif besar dari pemulihan ekonomi global. Berdasarkan data yang dilansir oleh Thomson Datastream diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi negara-negara di Asia meningkat kecuali India. Melemahnya nilai tukar Rupee terhadap Dollar AS sebesar 14 persen dalam tiga bulan terakhir yang diiringi penurunan produksi industri dalam empat tahun terakhir menjadi faktor pendorong menurunnya pertumbuhan ekonomi India. Dilain

sisi, pertumbuhan ekonomi Filipina melesat tajam di level 7,8 persen pada Q2 2013 sebagai dampak dari surplus neraca pembayaran dan rendahnya hutang luar negeri. Diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi rata-rata negara NIEs dan ASEAN adalah 3,7 persen (yoy). Walaupun pertumbuhan ekonomi beberapa negara ASEAN saat ini mengungguli pertumbuhan negara NIEs, namun secara regional masih ditemukan perbedaan pertumbuhan yang semakin meruncing didalamnya. Hal tersebut dikarenakan pelemahan kondisi ekonomi Thailand pada triwulan akhir 2011. Dengan adanya pemulihan kondisi ekonomi global, dikhawatirkan perbedaan tersebut akan semakin meruncing jika ASEAN tidak bisa menangkap sentimen positif dari pemulihan tersebut. Sejalan dengan pemulihan tersebut, permintaan global khususnya dari AS dan Eropa akan semakin meningkat. Kondisi demikian sangat bagus untuk pasar ekspor Asia. Negara-negara NIEs merupakan negara yang sudah berorientasi ekspor lebih tinggi dibandingkan negara-negara ASEAN, sehingga pemulihan kondisi ekonomi

global akan lebih menguntungkan bagi NIEs dibandingkan ASEAN. Peningkatan ekspor ASEAN merupakan langkah yang tepat untuk mengurangi kesenjangan pertumbuhan ekonomi dengan NIEs yang mungkin terjadi akibat pemulihan ekonomi global. Namun perlu kita sadari bahwa dampak peningkatan permintaan ekspor global akibat pemulihan ekonomi akan berdampak secara tidak langsung terhadap permintaan domestik khususnya negara-negara ASEAN. Hal tersebut dikarenakan sebagian bahan baku produksi negara-negara ASEAN merupakan bahan baku impor, sehingga pertumbuhan ekspor pun akan seiring dengan pertumbuhan impornya. Dengan demikian, walaupun peningkatan ekspor akan mampu mengurangi kesenjangan secara nominal, namun secara struktural tetap ditemukan gap antara pertumbuhan ekonomi ASEAN dengan NIEs. Untuk itu, negaranegara ASEAN harus lebih mempersiapkan diri lagi dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas ekspor dalam rangka pemenuhan permintaan pasar global dengan lebih mandiri lagi, yaitu memanfaatkan potensi bahan baku lokal dengan optimal.

GDP NIEs & ASEAN

Sumber: Thomson Datastream, Capital Economics

Dara Ayu Prastiwi

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Agustus 2013

Ekonomi Domestik

Perlambatan Ekonomi dan Tekanan Inflasi yang Masih Tinggi

I
...Pemerintah saat ini sedang mengupayakan agar pertumbuhan ekonomi dapat mencapai sasaran sebesar 6,3%. Upaya pencapaian tersebut dilakukan melalui peningkatan konsumsi rumah tangga yang merupakan kontribusi utama pertumbuhan....

ndonesia kembali mengalami perlambatan ekonomi pada triwulan II 2013. Pertumbuhan sebesar 5,81% (yoy) merupakan nilai terendah sejak triwulan IV 2010. PDB Indonesia atas harga berlaku mencapai Rp 2.210 triliun dan Rp 688,9 triliun berdasarkan harga konstan 2000. PDB migas atas harga berlaku tercatat Rp 154,9 triliun, sedangkan PDB nonmigas sebesar Rp 2.055,2 triliun. Secara spasial, lebih dari separuh PDB Indonesia berasal dari pulau Jawa (58,15%), selanjutnya diikuti dengan pulau Sumatera dan Kalimantan. Secara sektoral, industri pengolahan, pertanian dan perdagangan, hotel dan restoran masih menjadi penopang utama Sumber: BPS PDB Indonesia. PDB masingBerdasarkan pengeluaran, peningkatan masing ketiga sektor ini sebesar Rp 525,4 triliun; Rp 331,2 triliun dan Rp 318,1 triliun. PDB tertinggi terjadi pada konsumsi rumah tangga sebesar 5,17% (yoy). Seiring Berdasarkan laju pertumbuhan, delapan dengan pertumbuhannya yang cenderung dari sembilan sektor mengalami tinggi, konsumsi rumah tangga pun peningkatan. Peningkatan tertinggi terjadi merupakan komponen pendorong pada sektor pengangkutan dan pertumbuhan ekonomi Indonesia. komunikasi sebesar 11,46% (yoy), diikuti Konsumsi rumah tangga atas harga dasar dengan sektor keuangan, real estate dan berlaku mencapai Rp 1.225,2 triliun pada jasa perusahaan yang mengalami triwulan II 2013 atau memiliki pertumbuhan sebesar 8,07% (yoy).

http://edorusyanto.files.wordpress.com/2010/06/pabrik-tvs-karawang.jpg

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Agustus 2013

kontribusi sebesar 55,44% terhadap total PDB Indonesia. Menurut Menteri Keuangan RI, Chatib Basri, meningkatnya aktivitas ekonomi pasca hari raya Idul Fitri merupakan faktor utama tingginya konsumsi rumah tangga. Lebih lanjut, Chatib mengemukakan bahwa pemerintah saat ini sedang mengupayakan agar pertumbuhan ekonomi dapat mencapai sasaran sebesar 6,3%. Upaya pencapaian tersebut dilakukan melalui peningkatan konsumsi rumah tangga yang merupakan kontribusi utama pertumbuhan itu sendiri. Pada bulan Agustus 2013, inflasi umum mencapai 1,12% (mom) dan 8,79% (yoy). Secara bulanan, inflasi umum cenderung menurun dibandingkan bulan lalu yang mencapai 3,29%. Koreksi harga pasca hari raya Idul Fitri kerap menekan harga ke tingkat yang lebih rendah. Namun sayangnya, secara tahunan tingkat inflasi umum
http://www.beritafoto.net/foto_berita/23DSC_1272.jpg

masih lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 8,61%. Berdasarkan komponennya, ketiga komponen inflasi masih menunjukkan nilai yang cenderung tinggi. Dampak kenaikan harga BBM bersubsidi masih tercermin dari tingginya inflasi administered prices sebesar 0,62% (mom) dan 15,40% (yoy). Selanjutnya, harga BBM bersubsidi tersebut kerap mendorong harga komoditas melalui kenaikan biaya distribusi yang tinggi. Hal ini menyebabkan inflasi volatile food sebesar 1,82% (mom) dan 16,53% (yoy). Sementara itu, komponen inflasi inti masih relatif stabil dibandingkan kedua komponen inflasi lainnya. Inflasi inti tercatat 1,01% (mom) dan 4,48% (yoy). Secara spasial, seluruh 66 kota IHK mengalami inflasi pada bulan Agustus 2013. Secara umum, inflasi tertinggi lebih banyak terjadi di kawasan Indonesia bagian timur.

Inflasi tertinggi terjadi di kota Sorong, Papua sebesar 6,47% (mom), diikuti oleh Ambon sebesar 4,79% dan Ternate sebesar 3,66%. Terhambatnya distribusi pasokan komoditas merupakan faktor utama kenaikan harga yang tinggi di kawasan Indonesia timur. Salah satu penyebab terhambatnya distribusi pasokan komoditas karena kondisi infrastruktur daerah yang kurang memadai, sehingga akses ke daerah tersebut cenderung sulit dan biaya tergolong mahal. Mengatasi hal tersebut, pemerintah perlu memprioritaskan pembangunan infrastruktur, khususnya di kawasan Indonesia bagian timur. Hal ini dilakukan agar proses distribusi pasokan komoditas dapat berjalan dengan lancar. Selain itu, Bank Indonesia melalui forum TPI dan TPID perlu meningkatkan koordinasi dalam memutuskan langkah strategis yang tepat terkait pemenuhan pasokan di daerah.

Fitria Faradila

...Pemerintah perlu memprioritaskan pembangunan infrastruktur, khususnya di kawasan Indonesia bagian timur. Hal ini dilakukan agar proses distribusi pasokan komoditas dapat berjalan dengan lancar....

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Agustus 2013

Ekonomi Daerah

Perbatasan Kepulauan Indonesia

ulau-pulau terluar perbatasan Indonesia keberadaannya sangat strategis karena merupakan penentuan batas-batas negara kesatuan Republik Indonesia, sehingga diperlukan perhatian khusus baik dari pemerintah pusat maupun daerah dalam pengembangan wilayah serta peningkatan kesejahteraan masyarakatnya. Pulau-pulau terluar umumnya daerah terpencil, miskin, bahkan ada yang tidak berpenduduk, serta memiliki infrastruktur yang sangat minim. Indonesia mempunyai 92 pulau-pulau kecil terluar perbatasan dan beberapa diantaranya memerlukan perhatian khusus. Pengembangan pulau-pulau tersebut cukup penting dalam rangka meningkatkan ketahanan nasional. Kondisi yang tergambar dikepulauan perbatasan indonesia umumnya terletak pada infrastruktur. Aksesibiltas untuk menuju ke lokasi umumnya sangat sulit karena minimnya sarana dan prasarana serta tidak mempunyai pelabuhan laut. Sarana listrik sangat terbatas apalagi sarana telekomunikasi sangat sulit ditemui di pulau-pulau tersebut. Pulau Nipa, adalah salah satu pulau terluar yang berbatasan dengan Singapura. Merupakan wilayah yang masuk kawasan pemerintah kota Batam, provinsi kepulauan Riau. Saat ini, aksesibilitas untuk mencapai pulau nipa sangat sulit serta perlu berganti-ganti moda transportasi. Kondisi alam di pulau nipa sangat keras dimana tidak tersedia air tawar sehingga aparat yang berjaga disanapun menggunakan tong penampung air hujan untuk memenuhi kebutuhan air bersih. Sementara itu, sarana infrastruktur lainpun sangat memprihatinkan terlihat dari terbatasnya pasokan listrik. Pemerintah pusat melaksanakan reklamasi dengan meninggikan pulau sampai lebih dari 5(lima) meter sehingga pada saat kondisi pasangpun luas pulau Nipa masih tetap sama. Pulau Berhala adalah pulau terluar di selat malaka yang merupakan pulau yang memiliki banyak terumbu karang. Berhala memiliki topografi bergunung dengan hutan lebat dan pantai yang putih bersih. Kondisi pulaunya sangat alami dan belum dihuni oleh penduduk. Pada saat ini pulau berhala dijaga oleh Tentara Nasional Indonesia angkatan laut. Karena keindahan alamnya membuat pulau Berhala menjadi obyek wisata yang sangat potensial, penjagaan keamanan pulau berhala merupakan prioritas utama untuk wilayah perbatasan Indonesia.

Pulau terluar lainnya yang berbatasan dengan Malaysia adalah pulau Lingian. Pulau lingian berada disebelah Barat laut dari Kota Gorontalo, merupakan bagian dari pemerintah Kabupaten Toli-toli , provinsi Sulawesi Tengah. Pulau Ligian memiliki ekosistem yang cukup kompleks dengan ekosistem pantai berbatu dan berpasir. Sarana prasarana yang tersedia meliputi jalan dusun, listrik, air bersih, bangunan sekolah dasar, pemukiman, tempat beribadah serta sarana informasi. Di Pulau Lingian, sarana air bersih untuk mandi berasal dari sumur sedangkan untuk minum didatangkan dari daratan ogotua. Selain itu ada pula yang menggunakan bak penampungan air hujan sebagai sumber air bersih. Listrik yang tersedia pada umumnya menggunakan listrik tenaga surya. Mayoritas mata pencaharian penduduk adalah sebagai nelayan tangkap dan sebagai petani kopra. Selain potensi perikanan, budidaya rumput laut sekarang ini sudah mulai dirintis. Pulau yang terletak paling selatan di wilayah Indonesia adalah Pulau Dana, yang berbatasan langsung dengan Australia. Pulau ini hanya mempunyai luas 0.95km persegi tapi mempunyai kekayaan alam berlimpah serta keindahan alam, sehingga posisinya sangat strategis secara ekonomi. Pulau Dana sampai saat ini tidak berpenghuni hanya ada petugas TNI yang berjaga disana. Pulau Dana merupakan bagian administratif kecamatan Rote Barat Daya, Kab Kupang, Nusa Tenggara Timur. Pulau-pulau kecil terluar perbatasan Indonesia harus selalu dijaga dalam menjaga keutuhan negara kesatuan Republik Indonesia. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah tempat pulau-pulau tersebut berada harus senantiasa memprioritaskan pembangunan terutama pembangunan Infrastruktur, pendidikan dan kesehatan. Pembangunan perekonomian dilaksanakan sejalan dengan pembangunan disektor lainnya agar daerah tersebut dapat tumbuh seperti daerah lainnya.

Ratih Purbasari Kania

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Agustus 2013

LAPORAN UTAMA
| Kondisi Infrastruktur di Kawasan Perbatasan | Perbatasan yang Terlupakan | Pembangunan Kesehatan Daerah Perbatasan | Kondisi Pendidikan di Daerah Perbatasan Indonesia (Studi Kasus : Entikong, Skouw dan Belu) | Strategi Pembangunan Daerah Tertinggal di Kawasan Perbatasan | Pembangunan Kawasan Perbatasan | Upaya Membangun Wilayah Perbatasan

Laporan Utama

Kondisi Infrastruktur di Kawasan Perbatasan

etersediaan infrastruktur berpengaruh secara positif terhadap pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Seperti yang dijelaskan dalam teori model pertumbuhan Harrord-Domar, dimana tingkat pertumbuhan dari GNP (Y/Y) ditentukan oleh rasio tabungan nasional (s) dan rasio capital-output nasional (k). Infrastruktur tergolong ke dalam capital stock, sehingga terdapat korelasi yang positif antara ketersediaan infrastruktur dengan pertumbuhan ekonomi. Hal tersebut terbukti dengan lebih besarnya PDRB Pulau Jawa dibandingkan dengan luar Jawa, yang salah satu faktornya adalah lebih tingginya tingkat ketersediaan listrik di Jawa dibandingkan luar Jawa. Seiring dengan kemajuan jaman, kebutuhan listrik untuk pertumbuhan aktivitas ekonomi semakin besar, sehingga terjadi pergesaran tingkat kebutuhan listrik dari kebutuhan tersier menjadi kebutuhan primer. Jika perekonomian suatu wilayah semakin maju maka kebutuhan akan infrastruktur listrik juga akan semakin besar.

penerangan perumahan saja masih sangat kurang. Misalnya ketersediaan listrik di Desa Skouw Papua, yang merupakan wilayah perbatasan antara IndonesiaPapua Nugini. Aliran listrik tidak melewati desa tersebut. Sebagian besar penduduknya mengandalkan tenaga diesel sebagai sumber energi listrik, namun bahan bakar untuk diesel mahal sehingga tidak setiap saat listrik dapat menyala dengan alasan penghematan bahan bakar. Bahkan sebagian besar mesin diesel sudah tidak berfungsi dikarenakan ketidaksanggupan untuk membeli bahan bakar. Minimnya listrik di Skouw menghambat aktivitas pelayanan kesehatan dan pendidikan disana, apalagi perumahan. Pelayanan di Puskesmas Skouw tidak bisa optimal, untuk pengecekan sample darah saja masih menggunakan cara konvensional. Selain itu, ketersediaan peralatan medis juga terbatas karena membutuhkan kulkas untuk sterilisasi peralatan dan obat-obatan, namun tenaga diesel dan microhydro yang tersedia tidak cukup untuk menghidupkan kulkas. Sumber diesel di puskesmas hanya digunakan untuk kegiatan adminitrasi, sedangkan microhydro digunakan untuk menghidupkan mikroskop. PLN sendiri sudah membangun (dalam proses) PLTU Holtekamp yang letaknya tidak terlalu jauh dengan Desa Skouw karena masih berada dalam satu Distrik Muara Tami. Dari pembangunan PLTU ini, sebagian besar listriknya akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan listrik di Jayapura, sedangkan Distrik Muara Tami sendiri hanya mendapat sebagian kecil aliran listrik. Berdasarkan informasi yang didapat dari salah satu teknisi PLTU Holtekamp, hingga saat ini belum ada rencana penyaluran listrik dari Holtekamp ke Skouw. Salah satu alasannya yaitu status kepemilikan tanah di Papua yang masih menganut sistem tanah adat sehingga cukup sulit untuk mendapatkan ijin pembangunan tiang-tiang tranmisi listrik. Keterbatasan ketersediaan listrik lainnya terjadi juga di Entikong, wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia yang berada di Kalimantan Barat. Berdasarkan hasil observasi

Sumber: BPS

Berdasarkan grafik diatas dapat kita lihat bahwa terdapat ketimpangan ketersediaan listrik antara Jawa dan Luar Jawa. Daerah luar Jawa, khususnya daerah perbatasan, cukup sering dinomor-duakan dalam pembangunan dan penyaluran arus listrik. Oleh karena itu, aktivitas sehari-hari khususnya di luar Jawa seringkali terganggu akibat ketiadaan listrik. Jangankan untuk aktivitas ekonomi, ketersediaan listrik untuk

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Agustus 2013

langsung ke Entikong, sangat jelas terlihat perbedaan ketersediaan infrastruktur antara wilayah Indonesia dan wilayah Malaysia. Penerangan di perbatasan Malaysia jauh lebih terang dibandingkan Entikong yang mengalami keterbatasan pasokan listrik. Secara keseluruhan Pulau Kalimantan memang mengalami keterbatasan pasokan, karena sebagian besar pasokan dialirkan ke area pertambangan yang berada di Kalimantan Timur yang membutuhkan daya listrik besar. Kabupaten Belu yang merupakan area perbatasan dengan Timor Leste juga mengalami kekurangan pasokan listrik. Menutur data yang dirilis oleh Bappeda Kabupaten Belu, 90 persen desa disana belum mendapatkan penerangan. Walaupun untuk beberapa desa sudah terdapat jaringannya, namun tetap belum bisa digunakan karena biayanya yang sangat mahal, sehingga penduduk Belu tidak sanggup untuk mengaksesnya. Keterbatasan tersedianya infrastruktur di kawasan perbatasan bukan hanya pasokan listrik saja, namun juga air bersih. Akses terhadap air bersih bukan hanya isu utama di Indonesia saja namun juga dunia. Hal tersebut dapat dilihat dalam target 7C Millenium Development Goals 2015 mengenai akses terhadap air siap minum. Jangankan akses terhadap air siap minum, ketersediaan sumber air di kawasan perbatasan saja sangat terbatas dan keruh. Jika penduduk Entikong ingin minum, mereka harus membeli air gallon dari kota yang harganya terbilang lebih mahal sekitar 20 persen dari harga di Jawa. Kondisi tersebut terjadi di Entikong, sehingga penduduk disana lebih sering membeli air minum produksi Malaysia dibanding produksi lokal dengan harga yang lebih murah dan akses yang lebih mudah. Untuk mandi dan masak sehari-hari penduduk Entikong menggunakan air yang merupakan hasil tadahan hujan. Ketersediaan air bersih di Skow-Papua dan di Belu-NTT juga terbatas. Jenis tanah di Skouw merupakan tanah rawa sehingga kemampuan untuk menyerap air hujan tidak bagus. Air sumur yang digunakan penduduk keruh, sama sekali tidak layak untuk dikonsumsi. Penduduk di Skouw selalu membeli air minum kemasan yang dijual di Koya Barat yang merupakan kota terdekat dari Skouw. Sementara itu Kabupaten Belu, kebutuhan akan air bersih merupakan persoalan yang sangat

mendesak. Kondisi tanah Belu yang kering menyebabkan masyarakat sulit mendapat air bersih. Walapun pemerintah telah menyediakan sumur-sumur air, namun masyarakat tetap harus membeli air dari tanki atau PDAM seharga Rp 50.000 60.000 per tanki guna memenuhi kebutuhan air sehari-hari. Permasalahan di kawasan perbatasan bukan hanya dalam hal penyediaan listrik dan air bersih saja. Masih banyak masalah terkait penyediaan infrastruktur dasar yang sampai saat ini belum teratasi, seperti penyediaan layanan kesehatan, pendidikan , telekomunikasi, logistik, dsb. Keterisolasian kawasan perbatasan akibat minimnya akses tranpsortasi dan telekomunikasi juga menjadi isu krusial yang harus segera ditangani. Jika tidak ada solusi dalam jangka panjang, hal tersebut akan berdampak pada tingkat kesejahteraan penduduk di kawasan perbatasan. Ini akan bertentangan dengan asas Solus Populi Suprema Lex Esto yang diungkapkan oleh Marcus Tullius Cicero, yang artinya kesejahteraan masyarakat haruslah menjadi aturan utama, sehingga dimanapun tempat tinggalnya selama masih berada dalam wilayah NKRI, maka seluruh kesejahteraan penduduknya tetap harus diperhatikan. Kesejahteraan kawasan perbatasan yang seringkali terlupakan sebenarnya merupakan ancaman bagi kesatuan NKRI. Terlebih lagi jika kesejahteraan negara tetangga lebih terjamin dibandingkan negara sendiri. Hal tersebut akan memicu perpindahan penduduk lokal ke negara tetangga baik secara legal maupun illegal. Kondisi terburuk yang mungkin terjadi yaitu perpindahan warga negara seperti yang terjadi di Entikong, dimana terdapat satu desa terpencil yang sekarang penduduknya sudah menjadi warga negara Malaysia. Untuk itu pembangunan kawasan perbatasan perlu mendapat perhatian khusus, baik dari pemerintah pusat maupun daerah. Selain itu, perlu adanya peningkatan koordinasi dalam implementasi rencana pembangunan kawasan perbatasan antar stakeholders sehingga target pembangunan yang diinginkan bisa tercapai.

Dara Ayu Prastiwi

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Agustus 2013

Perbatasan yang Terlupakan

eperti daerah lain di Indonesia, wilayah perbatasan juga mengandung potensi yang melimpah baik di darat maupun di lautnya, namun keberadaan potensi tersebut belum dikelola dan dimanfaatkan secara optimal, bahkan sentuhan pembangunan di wilayah perbatasan masih minim sehingga kondisi wilayah perbatasan saat ini sangat memprihatinkan layaknya beranda belakang rumah yang tidak terurus. Masalah perbatasan memiliki dimensi yang kompleks, terdapat sejumlah faktor krusial yang terkait di dalamnya, seperti yurisdiksi dan kedaulatan negara, politik, sosial, ekonomi, dan pertahanan keamanan. Secara garis besar terdapat tiga isu utama dalam pengelolaan kawasan perbatasan antar negara, yaitu: (1) Penetapan garis batas baik di darat maupun di laut (2) Pengamanan kawasan perbatasan (3) Pengembangan kawasan perbatasan. Penanganan berbagai permasalahan pada tiga isu utama tersebut masih menghadapi berbagai kendala, terutama yang berkaitan dengan aspek-aspek kelembagaan.
Papua

di kawasan perbatasan memiliki keterampilan yang rendah dan minimnya pendapatan masyarakat, sehingga berdampak pada aspek kehidupan mereka seperti kesehatan, pendidikan, dan perumahan. Terkait dengan kenyataan sosial bahwa masyarakat yang tinggal di kawasan perbatasan Provinsi Papua sejatinya masih memiliki kesatuan adat dan budaya, maka faktor nilai dan norma adat biasanya lebih kuat dibandingkan norma dan ikatan nasional. Ini tentu dapat menjadi masalah dalam pengelolaan wilayah perbatasan. Persoalannya terletak pada ketidak mampuan pemerintah dalam menjalankan programprogram pembangunan yang berbasis kepentingan masyarakat. Sementara itu program-program yang berkaitan dengan peningkatan kapasitas dan daya saing daerah di Papua dari pemerintah pusat, daerah dan BUMN belum optimal. Ini dikarenakan tingginya ego sektoral dan lemahnya koordinasi antar instansi, di mana mereka berjalan sendiri-sendiri sehingga dampak program justru nyaris tidak terdengar. Keterlibatan dari sektor swasta dalam mengembangkan wilayah perbatasan juga masih minim sehingga membuat perkembangan kawasan perbatasan tidak cepat dan teratur.

Papua adalah pulau terbesar yang dimiliki Indonesia, dan memiliki potensi sumber daya alam yang sangat kaya. Namun ironisnya, provinsi ini masih menjadi salah satu yang termiskin di Indonesia. Kemiskinan yang banyak terjadi di daerah pelosok dan daerah perbatasan. Permasalahan tersebut semakin kompleks mengingat bentangan kawasan perbatasan di provinsi ini sangat luas dan tipologinya bervariasi. Pengelolaan perbatasan di Provinsi Papua belum sepenuhnya pula menjalankan pengelolaan yang berbasis pada pengelolaan manusianya. Hal ini dikarenakan masih dominannya pembuatan kebijakan dalam pengelolaan perbatasan yang berbasis pada kepentingan pemerintah. Layaknya kawasan perbatasan dengan negara lain di Indonesia, kendala umum yang dihadapi oleh Provinsi Papua adalah kesenjangan pembangunan dengan ciri-ciri: masih rendahnya aksesibilitas, terbatasnya sarana dan prasarana, kepadatan penduduk relatif rendah, rendahnya kualitas SDM, dan belum optimalnya pembangunan. Penduduk

Kalimantan Barat

Secara geografis, kawasan perbatasan Kalimantan Barat dengan Serawak berada pada bagian paling utara wilayah Provinsi Kalimantan barat, yang membentang dari barat ke timur sepanjang 966 kilometer (km) yang meliputi Kabupaten Sambas sampai ke Kabupaten Kapuas Hulu. Secara kewilayahan ada lima daerah kabupaten dan empat belas kecamatan di Provinsi Kalimantan Barat yang berbatasan langsung dengan negara tetangga Malaysia. Berdasarkan tim tinjauan yang langsung turun ke lapangan, Tantangan pengelolaan kawasan perbatasan darat Kalimantan Barat Serawak adalah sebagai berikut: Pertama, Rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM). Kondisi ini ditunjukkan dengan rendahnya tingkat pendidikan dan kualitas kesejahteraan

10

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Agustus 2013

penduduk dengan penyebaran yang tidak merata dibandingkan dengan luas wilayah dan garis perbatasan yang panjang, sehingga berimplikasi pada kegiatan pelintas batas yang ilegal. Demikian pula banyak TKI maupun TKW yang bekerja di luar negeri hanya sebagai buruh, pembantu rumah tangga dan pekerja kasar lainnya, yang jelas-jelas menggambarkan rendahnya kualitas SDM pada umumnya. Kedua, Kemiskinan. Walaupun saat ini kawasan perbatasan kaya dengan sumber daya alam dan letaknya mempunyai akses ke pasar (Serawak), tetapi terdapat sekitar 45% desa miskin dengan jumlah penduduk miskin sekitar 35%. Jika dibandingkan dengan penduduk Malaysia tampak adanya ketimpangan pendapatan yang besar sekali. Akibatnya penduduk di kawasan perbatasan tidak memiliki posisi tawar yang sebanding dalam kegiatan ekonomi di perbatasan. Akibat lainnya adalah mendorong masyarakat semakin terlibat dalam kegiatan ekonomi ilegal guna memenuhi kebutuhannya. Ketiga, Keterbatasan infrastruktur. Tingkat ketersediaan dan kualitas pelayanan publik di kawasan perbatasan masih sangat terbatas, seperti sistem perhubungan dan telekomunikasi, pelayanan listrik dan air bersih, serta fasilitas lainnya seperti kesehatan, pendidikan dan pasar. Hal ini membuat penduduk di daerah perbatasan masih cenderung untuk berorientasi ke negara tetangga yang tingkat aksesilibilitas infrastruktur fisik dan informasinya relatif lebih tinggi. Demikian pula dengan jaringan jalan darat di kawasan perbatasan Kalimantan Barat yang masih kurang, membuat masyarakat lebih sering bepergian dan berinteraksi dengan masyarakat di Serawak. Untuk fasilitas listrik, dari 14 ibukota kecamatan yang ada di kawasan perbatasan Kalimantan Barat, baru 6 ibukota kecamatan (43%) yang mendapat pelayanan. Hal ini menunjukkan besarnya perbedaan kesejahteraan masyarakat Indonesia dengan masyarakat Serawak yang hampir seluruhnya telah mendapat layanan listrik. Ini menjadi salah satu penyebab rendahnya investasi ke kawasan perbatasan. Akibatnya kawasan ini menjadi daerah yang tertinggal, dan sebagian besar penduduknya hidup dalam kemiskinan.

dengan tiadanya keterampilan dalam mengelola sumber daya ahan yang kering serta terbatasnya sarana permodalan untuk membangun investasi di bidang perkebunan, rendahnya derajat kesehatan masyarakat yang ditandai dengan tingginya angka kematian bayi dan ibu yang melahirkan, kasus gizi buruk, meningkatnya HIV-AIDS dari tahun ke tahun, serta tidak tersedianya pemukiman yang sehat dan persediaan air bersih yang tidak memadai. Kedua, Tidak memadainya sarana dan prasarana pendidikan, kesehatan, perhubungan, penerangan dan komunikasi, sehingga menyebabkan penduduk di kawasan perbatasan menjadi terisolir. Ketiga, Kerusakan lingkungan hidup sebagai akibat dari beralihnya fungsi hutan menjadi lahan pertanian. Pengambilan galian tambang mangan, marmer dan galian C yang tidak memperhatikan kelestarian lingkungan, serta rendahnya kepedulian masyarakat dalam mengelola daerah aliran sungai (DAS) di perbatasan. Keempat, Ketertiban dan keamanan perbatasan masih menunjukkan dinamika yang tinggi. Masih terdapatnya permasalahan lahan sengketa yang terkait dengan belum tuntasnya garis batas negara, serta belum ditaatinya peraturan-peraturan lintas batas yang menyebabkan terjadinya pelintas batas ilegal. Berbagai isu perbatasan terus bergulir namun penanganannya masih sporadis dan insidental. Berbagai pertemuan bilateral tentang perbatasan juga terus berjalan dan menghasilkan berbagai komitmen untuk kerjasama perbatasan tapi kurang terdapat kejelasan arah penyelesaian masalah perbatasan ini. Untuk mencapai tujuan pengelolaan kawasan perbatasan yang efektif, maka perlu adanya koordinasi lintas kementerian, sektor dan instansi pemerintah dalam menjalankan program di kawasan perbatasan sehingga memiliki gaung dan dampak yang terasa bagi masyarakat di kawasan tersebut. Berbagai upaya berikut perlu dilakukan. Sukses tidaknya suatu kebijakan pengembangan masyarakat tergantung dari kecermatan dan ketepatan skenario perencanaan. Dalam skenario itu sebaiknya terdapat butir-butir kegiatan yang akan diimplementasikan ke dalam tata laksana pengorganisasian dan pengembangan masyarakat. Oleh karena itu, penyusunan skenario harus berangkat dari akar permasalahan yang mendasar di tempat yang akan dikembangkan.

Nusa Tenggara Timur

Kondisi kawasan perbatasan di Provinsi NTT yang berada di Kabupaten Belu, Kabupaten Timor Tengah Utara dan Kabupaten Kupang belum menunjukkan gambaran yang belum ideal. Permasalahan mendasar yang dihadapi oleh masyarakat di kawasan perbatasan NTT ini meliputi: Pertama, Rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat di kawasan perbatasan. Pada 3 kabupaten tersebut yang ditandai dengan rendahnya penghasilan masyarakat dan terbatasnya kesempatan berusaha karena sebagian besar wilayahnya adalah lahan kering. Hal ini diperparah

Riski Raisa Putra

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Agustus 2013

11

Pembangunan Kesehatan Daerah Perbatasan

ermasalahan kesehatan pada daerah perbatasan adalah berupa kondisi geografi yang sulit dicapai serta cuaca yang sering berubah. Selain itu, dikarenakan detail tata ruang yang belum tersedia berakibat infrastruktur kesehatan sering berada di tanah bermasalah. Tingginya biaya hidup, angka kemiskinan dan buta huruf akan menyulitkan upaya promotif dan preventif yang merupakan permasalahan kesehatan lainnya di daerah perbatasan. Dalam hal penyediaan insentif terlihat sangat minim sekali insentif tambahan yang dapat diberikan daerah perbatasan terhadap tenaga kesehatan. Kementerian kesehatan telah memprioritaskan sebanyak 45 Kabupaten daerah tertinggal perbatasan kepulauan (DTPK) yang menjadi salah satu prioritas pembangunan kesehatan.
Pembangunan Kesehatan di Belu, Skouw, dan Entikong

Pengadaan sarana dan prasarana kesehatan juga dilakukan seiring dengan peningkatan program kesehatan masyarakat. Tercukupinya sarana pelayanan kesehatan tergambar dari komposisi Rumah Sakit, Puskesmas, Balai Pengobatan, serta Polindes yang tersebar di seluruh Kabupaten Belu. Salah satu pusat pelayanan kesehatan di perbatasan Atambua dan Timor Leste adalah Puskesmas Silawan yang terletak di Kecamatan Mottaain, Kabupaten Belu. Dari hasil observasi terlihat bangunan puskesmas yang sudah sesuai standar yang baru saja dibangun oleh pemerintah daerah setempat. Sayangnya peralatan yang tersedia belum mencukupi dengan tidak dilengkapinya sarana rontgen serta peralatan lainnya. Dalam bidang Sumber Daya Kesehatan, Puskesmas Silawan memiliki Tenaga medis yang terdiri dari dokter,dokter gigi, tenaga farmasi, perawat, serta beberapa tenaga administrasi. Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Silawan setiap hari rata-rata melayani 25 orang pasien baik dari Indonesia maupun Timor Leste. Kecenderungan penyakit yang sering diobati adalah Myalgia serta HIV/AIDS yang berjumlah 15 orang dimana 13 orang diantaranya sudah meninggal. Program kesehatan unggulan Puskesmas Silawan adalah program Kesehatan Ibu dan Anak yaitu program antar jemput ibu yang sudah atau akan melahirkan.

Skouw merupakan daerah Perbatasan Indonesia dengan Negara Papua Nugini. Permasalahan kesehatan yang dialami masyarakat Skouw berupa tingginya angka populasi terjangkit penyakit ditambah minimnya sarana kesehatan. Oleh karena itu, Dinas Kesehatan Papua sudah membuat kebijakan kesehatan yang meliputi Proteksi yang berupa pembelian kelambu untuk ibu dan anak, Promosi kesehatan yang berupa penyuluhan perilaku hidup sehat kepada masyarakat perbatasan, serta kegiatan Preventif yang berupa imunisasi dan pembagian susu gratis. Puskesmas Skouw merupakan sarana pelayanan kesehatan yang ditemui didaerah perbatasan Skouw, namun disayangkan fasilitas dasar yang ada tersebut jauh dari standar. Bangunan yang masih tampak baru tersebut terlihat tidak terawat dengan ruang pengobatan terbuka ditambah berbagai peralatan medis yang tidak terjaga. Beberapa keluhan dari perawat terkait tidak tersedianya air bersih dan listrik di puskesmas ini kerap ditemui. Berbeda dengan sarana pelayanan kesehatan diatas, di perbatasan Entikong, Kalimantan Barat, dijumpai sarana pelayanan kesehatan masyarakat yang sudah lebih baik. Puskesmas Entikong terletak tidak begitu jauh dengan perbatasan Negara Malaysia dan Kantor Kecamatan Entikong. Bangunan Puskesmas yang memadai ditunjang oleh peralatan

Wilayah Belu yang mempunyai kondisi geografis kering serta terbatasnya sarana air bersih menyebabkan permasalahan tersendiri dalam hal penyehatan lingkungan serta timbulnya penyakit berbasis lingkungan. Secara umum pembangunan kesehatan di Kabupaten Belu diarahkan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dengan prioritas utama peningkatan pelayanan kesehatan, pencegahan serta promosi kesehatan.

12

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Agustus 2013

kesehatan yang lengkap meningkatkan kualitas layanan kesehatan di Puskesmas Entikong. Ada beberapa pelayanan seperti: pelayanan umum, gigi dan mulut, kesehatan ibu dan anak, laboratorium serta ruang perawatan untuk beberapa tempat tidur. Dari observasi ditemukan bahwa pelayanan kesehatan sudah dilakukan dengan baik, bahkan pada sore haripun masih menerima pasien rawat jalan, karena tersedianya pelayanan rawat inap. Tenaga medis yang ada seperti dokter, perawat serta bidan umumnya tinggal di puskesmas sedangkan tenaga kesehatan lainnya tinggal tidak jauh dari lokasi puskesmas. Namun sayangnya, perawatan kondisi puskesmas belum menjadi prioritas, bangunan terlihat tidak terawat serta taman di tengah puskesmaspun dibiarkan kosong begitu saja. Puskesmas Entikong berada didalam cakupan kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Sanggau. Sampai saat ini pelayanan kesehatan di Kabupaten Sanggau sudah mencapai level masyarakat terkecil yakni dengan tersedianya Poskesdes pada semua desa yang membantu kerja Puskesmas di tingkat Kecamatan. Sarana prasarana penunjang kesehatan serta alat kesehatan sudah tercukupi di Dinas Kesehatan Kabupaten sanggau, terlihat dari jumlah APBD Kesehatan merupakan nomor 3 (tiga) terbesar di Kabupaten Sanggau, hal ini menunjukkan komitmen daerah yang cukup tinggi dalam bidang kesehatan. Berdasarkan data pada profil Kesehatan Kab Sanggau pada tahun 2012, terlihat bahwa capaian posyandu aktif sudah mencapai 96,9 persen serta cakupan gizi baik sebesar 78,67 persen, Gizi kurang sebesar 1,71 persen dan gizi buruk sebesar 0,1 persen. Adapun capaian di bidang kesehatan lingkungan sebesar 81,56 persen keluarga dengan sumber air minum terlindungi.

Program kesehatan yang merupakan prioritas di Kab Sanggau adalah program kesehatan anak sekolah yang merupakan dasar pada pembentukan perilaku sehat di masyarakat. Adapun program lainnya adalah pelayanan posyandu yang memberikan pelayanan kesehatan secara langsung dimasyarakat. Permasalahan tenaga kesehatan merupakan salah satu permasalahan yang ditemukan, saat ini di Kab Sanggau masih membutuhkan tenaga bidan, perawat, laboran, tenaga gizi, serta sanitarian.

Beberapa kegiatan penelitian dilakukan sejak tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 melalui kegiatan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), Riset Mdgs, serta Riset Fasilitas Kesehatan (Rifaskes) dilakukan untuk memotret seluruh permasalahan serta fasilitas kesehatan yang ada di seluruh Indonesia. Dari hasil riset tersebut didapat data yang dapat digunakan sebagai dasar dalam pembuatan kebijakan dan perencanaan kesehatan selain dari hasil program penganggaran kesehatan terpadu (P2KT) pada level Kab/ Kota. Alokasi anggaran untuk pembangunan kesehatan DTPK terutama berasal dari Dana Alokasi Khusus (DAK) serta Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) di 9.323 Puskesmas termasuk DTPK di seluruh Indonesia. Adapun alokasi untuk DTPK ditambah sebesar seratus juta rupiah tiap puskesmas. Dana BOK puskesmas diutamakan untuk enam upaya kesehatan seperti Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)/ Keluarga Berencana (KB), Imunisasi, Gizi, Promosi Kesehatan, Kesehatan Lingkungan, serta Pengendalian penyakit. Sedangkan salah satu kegiatan lainnya adalah berupa pemberian makanan tambahan untuk balita gizi kurang umur 6-59 bulan serta ibu hamil dengan kekurangan energi kronis(KEK). Terdapat peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan di DTPK serta Daerah Bermasalah Kesehatan(DBK) dari tahun 2011 sampai tahun 2012, hal terbut menunjukkan peningkatan kinerja pembangunan pelayanan kesehatan yang meningkat baik kualitas maupun kuantitasnya . Dalam rangka meningkatkan willingness dokter agar mau ditempatkan di DTPK, diberikan insentif khusus sebesar 2 s/d 5 juta rupiah tiap bulannya. Pada tahun 2012 terdapat pengangkatan tenaga kesehatan strategis yakni dokter residen sebanyak 1.431

Program Kementerian Kesehatan

Kebijakan Kementerian Kesehatan pada program pelayanan kesehatan di daerah tertinggal, perbatasan dan kepulauan (DTPK) adalah meningkatkan jangkauan dan pemerataan pelayanan kesehatan yang bermutu pada masyarakat DTPK. Salah satu strateginya adalah berupa meningkatkan akses masyarakat DTPK terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas. Dari data yang diperoleh dari Biro perencanaan Kemenkes RI didapat bahwa sasaran khusus program DTPK berupa 101 Puskesmas (perbatasan darat dan Pulau-pulau kecil terluar berpenduduk (PPKTB), 45 Kab perbatasan dan PPKTB, serta 50 Kab yang akan dientaskan dari 183 kan tertinggal. Program Kemenkes pada daerah tertinggal meliputi: 1) Peningkatan ketersediaan, pemerataan, dan kualitas tenaga kesehatan di DTPK, 2) Peningkatan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan di DTPK, 3) Peningkatan pembiayaan pelayanan kesehatan seperti Jamkesmas dll, 4) Pengadaan perbekalan obat dan alkes di DTPK, 5) Pemberdayaan masyarakat di DTPK melalui kegiatan posyandu, desa siaga, tanaman obat, serta kegiatan PHBS, 6) Pengembangan inovasi seperti RS bergerak dll

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Agustus 2013

13

Sarana dan Prasarana Kesehatan

tidak mempunyai tenaga gizi. Hambatan dalam pelaksanaan program kesehatan di DTPK yaitu pada program manajemen vaksin yang membutuhkan alat pendingin pada saat pendistribusian serta pada saat vaksin tersebut sampai di lokasi di DTPK. Masalah lainnya adalah mobilisasi masyarakat yang cukup sulit terkait program peningkatan perilaku hidup sehat (PHBS) di daerah perbatasan. Koordinasi antara Pemerintah pusat dan daerah dilakukan melalui Rapat Kerja Kesehatan Nasional(Rakerkesnas) merupakan forum yang dihadiri oleh Menteri, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan Kab/ Kota, serta Direktur RSUD di seluruh Indonesia. Pada acara tersebut dilakukan diskusi mengenai permasasalah kesehatan yang dihadapi oleh daerah. Selain Rakorkesnas dilakukan pula pemantauan yang dilakukan oleh Tim dari Kementerian Kesehatan serta pemanggilan khusus bagi Kepala Dinas Kesehatan di DTPK. Dari beberapa daerah yang dilakukan observasi yaitu Belu, Skouw serta Entikong dari sektor kesehatan tergambar sudah terdapat koneksitas antara program yang dilakukan oleh pemerintah pusat melalui Kementerian Kesehatan juga komitmen dari pemerintah daerah setempat dalam mengalokasikan anggaran untuk sektor kesehatan. Permasalahan kurangnya tenaga kesehatan perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah pusat, sedangkan pemerintah daerah perlu melakukan pembinaan terhadap pelayanan kesehatan baik di tingkat kecamatan maupun desa sehingga pelayanan kesehatan dapat lebih ditingkatkan. Selain itu, perawatan terhadap sarana dan prasarana pelayanan kesehatan perlu mendapat perhatian baik dari petugas kesehatan maupun dari pemerintah daerah setempat.

Sumber: Biro Perencanaan Kemenkes

dokter serta 4.354 D-III Kesehatan seperti perawat, bidan, nutrisionis, sanitarian, dan analis kesehatan. Salah satu hasil kegiatan pemberdayaan masyarakat untuk hidup sehat di DTPK pada tahun 2012 adalah terdapat 266.827 posyandu, 3.000 posbindu PTM, serta 1.500 posmaldes. Pada tahun 2013 kegiatan DTPK adalah peningkatan puskesmas prioritas nasional di DTPK serta pengadaan solar cell sebanyak 12 unit khusus papua dan papua barat. Untuk mendukung sarana air bersih di DTPK dilakukan melalui kegiatan STBM untuk menilai kualitas air minum, namun anggaran untuk kegiatan tersebut hanya sebagai stimulan saja sedangkan untuk pengadaan sarana air bersih dilakukan oleh kementerian PU dan hal ini juga menjadi tugas pemerintah daerah. Pada program peningkatan Gizi masyarakat, lebih diutamakan pada gizi kurang dan gizi buruk dengan sasaran seluruh wilayah Republik Indonesia, termasuk wilayah perbatasan. Pada saat ini program gizi masyarakat sudah masuk dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional. Penanganan pada kasus gizi buruk dilakukan sesuai SPM. Salah satu program yang dilakukan adalah pemberian makanan tambahan yang dipusatkan di Kabupaten/ Kota sebagai buffer stock. Permasalahan yang ditemui adalah kurangnya tenaga gizi serta rotasi pegawai pada tingkat puskesmas, sehingga pegawai yang sudah dilatih tidak memegang program gizi lagi. Berdasarkan data Risfaskes didapatkan bahwa terdapat 2000 puskesmas yang

....Kurangnya tenaga kesehatan perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah pusat, sedangkan pemerintah daerah perlu melakukan pembinaan terhadap pelayanan kesehatan baik di tingkat kecamatan maupun desa sehingga pelayanan kesehatan dapat lebih ditingkatkan....

Ratih Purbasari Kania

14

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Agustus 2013

Kondisi Pendidikan didaerah Perbatasan Indonesia


(Studi Kasus: Entikong, Skouw dan Belu)

ndeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia pada 2011 meningkat sebesar 72,77. Angka IPM Indonesia terus naik dibandingkan tahun 2010 sebesar 72,27. dan pada 2009 sebesar 71,76. Indonesia menempati urutan ke-121 di seluruh dunia, dimana sebelumnya menempati urutan ke124. Dengan niai IPM saat ini, Indonesia termasuk dalam kategori menengah. Peningkatan IPM ini didorong oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah pendidikan. Pendidikan berperan penting dalam pembangunan ekonomi suatu negara. Menurut Todaro, pendidikan merupakan salah satu modal dari pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Hal ini terjadi karena pembangunan ekonomi suatu negara didorong oleh sumberdaya manusia (SDM) yang berkualitas. Peningkatan kualitas SDM dapat dilakukan melalui peningkatan pendidikan. SDM yang berpendidikan akan memiliki pengetahuan dan keterampilan yang lebih baik, sehingga dapat meningkatkan produktivitas. Produktivitas SDM dapat mendorong terciptanya output yang bernilai tinggi dan mendorong pemerataan ekonomi suatu negara. Kesadaran akan pentingnya pendidikan telah menjadi perhatian dari pemerintah. Pasalnya, anggaran pendidikan pada APBN 2013 bertujuan untuk meningkatkan kualitas SDM dan memberikan kesempatan yang sama bagi semua anggota masyarakat untuk mendapatkan layanan pendidikan dengan biaya terjangkau. Alokasi anggaran pendidikan tersebut diprioritaskan untuk: (1) Melanjutkan program BOS untuk meringankan beban pendidikan untuk menuntaskan wajib belajar 9 tahun; (2) Menyediakan beasiswa dan mahasiswa miskin; (3) Menyediakan dana tunjangan profesi guru; (4)

Melaksanakan rehabilitasi ruang kelas rusak berat dan rusak sedang untuk semua jenjang pendidikan. Kualitas pendidikan dapat diukur melalui angka melek huruf dari penduduk. Angka Melek Huruf (AMH) merupakan suatu ukuran suatu penduduk yang memiliki kemampuan membaca, menulis dan berhitung. Berdasarkan data BPS, pada tahun 2012 AMH penduduk Indonesia yang berumur diatas 10 tahun sebesar 93,98 persen dan sisanya 6,02 persen masih buta huruf. Pelayanan pendidikan tiada artinya tanpa adanya partisipasi dari penduduk yang bersekolah. Angka Partisipasi Murni (APM) menunjukkan partisipasi sekolah penduduk usia sekolah di tingkat pendidikan tertentu. Misalnya APM Sekolah Dasar (SD) merupakan indikator daya serap penduduk usia sekolah (7-12 tahun) pada jenjang pendidikan SD. Berdasarkan data BPS, pada tahun 2012 APM SD Indonesia sebesar 92,49 persen. Artinya, dari 100 penduduk Indonesia usia 7-12 tahun, 93 orang bersekolah di bangku SD. Gambaran diatas merupakan gambaran Indonesia secara umum. Bagaimana kondisi pendidikan didaerah perbatasan? Perbatasan darat Indonesia berada di tiga wilayah, yaitu Entikong (perbatasan Indonesia dengan Malaysia), Desa Skouw (perbatasan Indonesia dengan Papua New Gini), dan Kabupaten Belu (perbatasan Indonesia dengan Timor Leste). Indikator pembangunan suatu daerah dapat dilihat dari besarnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) daerah tersebut. IPM dengan indeks diatas 72,2 menyatakan bahwa pembangunan didaerah tersebut

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Agustus 2013

15

berada pada zona hijau. IPM dengan indeks antara 60,68 hingga 72,2 berada pada zona kuning. Dan IPM dengan indeks dibawah 60,68 berada pada zona merah. Kecamatan Entikong merupakan bagian dari Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat. Secara kuantitatif, kondisi pendidikan di Kabupaten Sanggau dapat dilihat dari Angka Melek Huruf (AMH). Pada tahun 2011 AMH Kabupaten Sanggau sebesar 89,98 persen dan sisanya 10,02 persen masih buta huruf. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten Sanggau sebesar 68,9. Penduduk di Kecamatan Entikong masih sulit mengakses pendidikan. Kendala yang dihadapi penduduk Entikong dalam mengakses pendidikan yaitu akses jalan ke sekolah, tenaga pengajar, dan fasilitas kegiatan belajar mengajar yang masih minim. Kondisi yang sama terjadi di Desa Skouw yang merupakan perbatasan Indonesia dengan Papua New Gini. Meskipun minat belajar siswa di Skouw tinggi, namun penduduk Skouw masih mengalami beberapa kendala dalam mengakses pendidikan. Beberapa kendala yang dihadapi, yaitu kurangnya tenaga pengajar, sulitnya mendapatkan akses listrik, akses jalan ke sekolah yang masih rusak, dan fasilitas kegiatan belajar mengajar yang masih minim. Desa Skouw merupakan bagian dari Kabupaten Jayapura. Secara kuantitatif, kondisi pendidikan di Kabupaten Jayapura dapat dilihat dari Angka Melek Huruf (AMH). Pada tahun 2011 AMH Kabupaten Jayapur sebesar 96,89 persen dan sisanya 3,11

persen masih buta huruf. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten Jayapura sebesar 72,7. Daerah perbatasan selanjutnya, yaitu Kabupaten Belu. Penduduk di Kabupaten Belu telah dapat mengakses pendidikan secara baik. Sarana dan prasarana pendidikan di Kabupaten Belu juga telah dapat diakses oleh penduduk sekitar. Bahkan, penduduk dari negara tetangga (Timor Leste) tidak sedikit yang bersekolah di Kabupaten Belu. Secara kuantitatif, kondisi pendidikan di Kabupaten Belu dapat dilihat dari Angka Melek Huruf (AMH). Pada tahun 2011 AMH penduduk Kabupaten Belu yang berumur diatas 10 tahun sebesar 84,37 persen, sisanya 15,63 persen penduduk Kabupaten Belu masih buta huruf. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten Belu sebesar 64,7. Daerah-daerah perbatasan yang pada hakikatnya merupakan daerah terdepan sebagai pintu gerbang untuk memasuki Indonesia menjadi daerah yang paling terbelakang dalam hal pendidikan dan kesejahteraan guru. Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan dan pengajaran. Baik anakanak di daerah perkotaan maupun anak-anak di daerah perbatasan mempunyai hak yang sama, yaitu sama-sama mendapatkan pendidikan yang berkualitas.

Oktya Setya Pratidina

...Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan dan pengajaran. Baik anak-anak di daerah perkotaan maupun anak-anak di daerah perbatasan ...
http://www.kabarindonesia.com/fotoberita/200901/200901291306421.jpg

16

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Agustus 2013

Strategi Pembangunan Daerah Tertinggal di Kawasan Perbatasan

K
Dr. Suprayoga Hadi
Deputi Bidang Pengembangan Daerah Khusus Kementerian PDT

awasan perbatasan mempunyai peranan penting dalam menjaga kedaulatan suatu negara. Pembangunan di kawasan perbatasan merupakan prioritas utama yang harus dilakukan. Pembangunan yang kurang optimal di kawasan perbatasan akan mendorong disparitas sosial ekonomi antara kawasan perbatasan negara satu dengan negara lainnya. Pembangunan yang lebih pesat di kawasan perbatasan suatu negara akan menarik masyarakat di kawasan perbatasan negara lainnya dalam melakukan aktivitas ekonomi. Oleh karena itu, negara dengan pembangunan kawasan perbatasan yang kurang optimal relatif tertinggal. Di Indonesia, terdapat 38 kabupatenkota di kawasan perbatasan, 27 diantaranya merupakan kabupaten yang dikategorikan sebagai daerah tertinggal. Faktor inilah yang mendasari Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT) dalam melakukan program percepatan pembangunan daerah tertinggal di kawasan perbatasan. Langkah strategis yang dilakukan Kementerian PDT dalam mengembangkan kawasan perbatasan antara lain: (i) meningkatkan upaya koordinasi antara pemerintah pusat dalam membangun daerah tertinggal di kawasan perbatasan; (ii) Menetapkan kebijakan yang tertuang dalam rencana strategis percepatan pembangunan daerah tertinggal di perbatasan 2010-2014; dan (iii) Memberikan fasilitasi berupa bantuan sosial untuk pemerintah kabupaten daerah tertinggal di kawasan perbatasan. Menurut Deputi Bidang Pengembangan Daerah Khusus

Kementerian PDT, Dr. Suprayoga Hadi, salah satu kegiatan utama yang sedang dilakukan Kementerian PDT adalah pemberian fasilitas bantuan sosial. Bantuan sosial ini lebih difokuskan untuk pembangunan infrastruktur agar tercipta perekonomian produktif pada daerah tertinggal di kawasan perbatasan. Terdapat tiga tujuan utama pembangunan infrastruktur pada daerah tertinggal di perbatasan, yaitu untuk mendukung konektivitas, ketahanan pangan, dan ketahanan energi. Program pembangunan infrastruktur berdasarkan konektivitas antara lain, pembangunan jalan, jembatan, dan jalan poros desa. Selain jalur darat, Kementerian PDT juga kerap memfasilitasi daerah tertinggal di perbatasan yang wilayahnya merupakan pulau-pulau kecil terluar dalam rangka meningkatkan konektivitas jalur laut dan antarpulau, seperti pembangunan dermaga dan pemberian kapal pengumpan (feeder ship ). Selanjutnya, untuk pembangunan infrastruktur berbasiskan ketahanan energi, Kementerian PDT memfokuskan bantuan sosialnya pada program elektrifikasi melalui pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan pemberian lampu penerangan bagi masyarakat di perbatasan. Selain konektivitas dan ketahanan energi, Kementerian PDT juga membangun infrastruktur yang berbasiskan ketahanan pangan melalui pemberian traktor dan alat pengolah panen. Selain pembangunan infrastruktur, pengadaan sarana dan prasarana juga menjadi fokus Kementerian PDT dalam mengembangkan kawasan perbatasan.

...Di Indonesia, terdapat 38 kabupatenkota di kawasan perbatasan, 27 diantaranya merupakan kabupaten yang dikategorikan sebagai daerah tertinggal...

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Agustus 2013

17

Salah satu program peningkatan sarana prasarana adalah penyediaan air bersih. Program ini lebih difokuskan untuk kawasan perbatasan pesisir yang pada umumnya tidak mempunyai sumber air bersih yang layak. Penyedian air bersih di kawasan pesisir pada umumnya melalui penyulingan air laut (reverse osmosis). Kementerian PDT dibawah koordinasi Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP) mempunyai beberapa kecamatan yang telah ditetapkan sebagai lokasi prioritas (Lokpri) perbatasan yang diberikan perhatian khusus. Pembangunan lokasi prioritas perbatasan melalui etalase Border Development Center (BDC) atau Pusat Kegiatan Strategi Nasional (PKSN) dimaksudkan untuk mengubah paradigma pembangunan kawasan perbatasan yang sebelumnya sebagai pembangunan kawasan belakang menjadi kawasan depan. Saat ini terdapat 26 kawasan yang akan ditetapkan menjadi PKSN. Pengembangan PKSN difokuskan sebagai pintu gerbang aktivitas ekonomi dan perdagangan dengan negara tetangga. Berdasarkan Rencana Induk BNPP tahun 2011-2014, arah kebijakan pembangunan kawasan perbatasan di bidang ekonomi adalah untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi kawasan perbatasan dengan memperhatikan kelestarian lingkungan hidup. Strategi yang dilakukan untuk mendukung arah kebijakan ini adalah: (i) peningkatan sarana prasarana di kawasan perbatasan; (ii) pengembangan pusat-pusat pertumbuhan; (iii) penguatan keterkaitan kota-desa khususnya PKSN dengan wilayah sekitarnya; (iv) peningkatan pengembangan ekonomi lokal; (v) peningkatan kemandirian perekonomian desa-desa yang berbatasan langsung; (vi) penciptaan interaksi
http://ardiansyah.ubb.ac.id/wp-content/uploads/2012/08/Jalan-menuju-desa-Tanjung-Pura1.jpg

ekonomi yang positif dan saling menguntungkan dengan negara tertangga; (vii) peningkatan kemudahan berinvestasi bagi dunia usaha; dan (viii) pemerataan penduduk. Lebih lanjut, Dr. Suprayoga Hadi juga menuturkan bahwa dalam mengembangkan kawasan perbatasan perlu adanya interaksi dengan program pemerintah lainnya, seperti MP3EI. Kawasan perbatasan dirasakan kurang tersentuh dalam koridor ekonomi MP3EI, terutama koridor Kalimantan. Terdapat dua hal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan kawasan perbatasan, yaitu pembangunan batas wilayah negara (border development) dan pembangunan kawasan perbatasan sebagai beranda terluar itu sendiri (frontier). Pembangunan kawasan perbatasan inilah yang harus diperhatikan bukan hanya oleh pemerintah semata namun juga swasta. Oleh karena itu, dalam mengembangkan kawasan perbatasan dibutuhkan koordinasi yang kuat baik antar Kementerian/Lembaga Pemerintah maupun dengan Pemerintah Daerah dan secara optimal melibatkan pihak dunia usaha dan swasta.
Referensi:

Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Tahun 2011-2014, Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP)

Fitria Faradila

...Dr. Suprayoga Hadi juga menuturkan bahwa dalam mengembangkan kawasan perbatasan perlu adanya interaksi dengan program pemerintah lainnya, seperti MP3EI...

18

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Agustus 2013

Pembangunan Kawasan Perbatasan


Solusi Mencapai Pembangunan Ekonomi Berkualitas

ndonesia patut berbangga hati. Dalam laporan Mc Kinsey tahun 2012, Indonesia diprediksi menjadi salah satu kekuatan ekonomi dunia. Pada tahun 2030, Indonesia berpotensi menjadi tujuh besar negara dengan kekuatan ekonomi terbesar di dunia. Prestasi ini juga diiringi dengan pesatnya peningkatan jumlah kelas menengah yang diperkirakan mencapai 135 juta orang. Pertumbuhan ekonomi Indonesia cukup menjanjikan di mata dunia. Hal ini diindikasikan oleh derasnya arus investasi asing masuk. Pada tahun 2012, realisasi penanaman modal asing mencapai US$ 24.564,7 juta atau naik 51,50 persen dibandingkan tahun 2010. Alasan lain mengapa Mc Kinsey memperkirakan pesatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah langkah hebat dalam manajemen makroekonomi. Beberapa waktu terakhir terlihat bahwa tingkat inflasi terkendali, porsi utang per PDB menurun dan stabilnya pertumbuhan ekonomi dikala krisis global. Seiring dengan banyaknya prestasi ekonomi Indonesia di mata dunia, muncul masalah lain yang perlu segera

diatasi, yaitu ketimpangan ekonomi. Masalah ini cenderung meningkat dalam lima tahun terakhir. Pada tahun 2012, indeks gini Indonesia menyentuh angka 0,41 yang merupakan level tertinggi dalam sejarah. Hal ini mengindikasikan melebarnya ketidakmerataan pendapatan antar golongan. Sampai dengan triwulan-II 2013, pulau Jawa masih mendominasi perekonomian nasional. Jawa menyumbang 58,15% persen dari total PDB Indonesia. Sumatera menyumbang 23,9% sedangkan Maluku dan Papua hanya meyumbang 1,91%. Ketimpangan juga terlihat dari indikator lainnya. Terlihat dari besarnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM), wilayah Indonesia bagian timur berada di bawah rata-rata IPM Nasional. Pada tahun 2011, IPM Papua tercatat sebesar 65,36 sedangkan IPM Nasional berada pada angka 72,77. Ketimpangan juga terlihat dari kawasan perbatasan Indonesia dengan negara tetangga. Pembangunan daerah perbatasan amatlah penting karena berkaitan langsung dengan pertahanan negara dan

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Agustus 2013

19

kesejahteraan masyarakat di kawasan perbatasan. Sebagai contoh adalah pembangunan di wilayah perbatasan dengan Malaysia dan Timor Leste. Entikong merupakan salah satu kecamatan di kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat yang berbatasan darat dengan Sarawak, Malaysia. Karena letaknya yang sangat dekat dengan Malaysia, perekonomian di Entikong sangat dipengaruhi oleh Malaysia. Pengaruh ini terlihat dari banyaknya barang produksi Malaysia dan penggunaan mata uang Ringgit yang semakin meluas. Kesenjangan pembangunan disebabkan oleh terbatasnya ketersediaan sarana dasar, seperti sarana perhubungan, pendidikan dan kesehatan. Pembangunan infrastruktur di kawasan perbatasan juga perlu ditingkatkan. Hal ini terlihat dari kondisi jalan menuju Entikong yang rusak dan berlubang. Berbeda dengan kondisi jalan di Malaysia yang sudah seluruhnya sudah beraspal. Aksesibilitas juga menjadi isu strategis di kawasan Entikong. Entikong memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap negara tetangga. Hal ini tercermin dari banyaknya kebutuhan primer masyarakat yang didatangkan dari Serawak. Selain itu, mudahnya akses ke Malaysia mendorong masyarakat sekitar untuk menyebrang. Berdasarkan data kantor Imigrasi Entikong, sekitar 400-500 orang keluar dari Entikong menuju Malaysia setiap harinya. Akses dalam negeri yang baik menjadi insentif bagi para pelaku ekonomi untuk beraktifitas di pasar domestik. Ironisnya, kondisi infrastruktur yang buruk memaksa para pedagang lada menjual ladanya ke Malaysia dibandingkan ke Pontianak. Hal ini terjadi karena biaya penjualan ke Malaysia yang lebih murah. Lain halnya dengan kondisi perbatasan Indonesia dan Timor Leste. Salah satu wilayah yang berbatasan langsung dengan Timor Leste adalah Kabupaten Belu. Kabupaten Belu adalah kabupaten yang memiliki batas darat dengan Timor Leste sepanjang 115 Km. Kondisi masyarakat di wilayah ini umumnya relatif lebih baik dari masyarakat Timor Leste yang tinggal di sekitar perbatasan. Infrastruktur dasar seperti jalan, fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan dan penerangan sudah tersedia dengan cukup baik. Menurut pemaparan Bappeda Kabupaten Belu, hampir 90% perekonomian Timor Leste disokong oleh Nusa Tenggara Timur (NTT). Hal ini terlihat dari dominasi barang hasil produksi Indonesia yang dijual di Timor Leste. Selain barang dari Indonesia, barangbarang impor juga terlihat banyak dijual di pasar Timor Leste.

Kabupaten Belu adalah salah satu kabupaten dari lima kabupaten/kota di Propinsi NTT, yang terletak di daratan Timor. Walaupun tergolong daerah kering, perekonomian Belu ditopang oleh sektor pertanian. Jagung, sorgum dan kopi menjadi komodias utama yang dihasilkan Kabupaten Belu. Pada tahun 2011, laju pertumbuhan Kabupaten Belu mencapai 5,58% dengan pendapatan perkapita pertahun mencapai Rp 5.399.744. Belu memiliki banyak potensi ekonomi yang terpendam. Lokasi Belu yang strategis dapat menjadi jalur transit bagi kapal-kapal yang akan menuju Timor Leste. Selama ini kapal yang berlayar ke Timor Leste dan melewati perairan Belu belum termanfaatkan dengan optimal. Apabila kapal-kapal ini dapat dimanfaatkan dengan baik, hal ini diprediksi menjadi faktor pendorong pertumbuhan ekonomi Belu. Dari dua contoh kasus diatas, dapat disimpulkan bahwa perekonomian akan cenderung tertarik kepada wilayah yang lebih maju. Aktifitas ekonomi di wilayah maju seperti magnet yang menarik ekonomi wilayah tertinggal. Untuk itu, perlu adanya pemetaan potensi ekonomi serta rencana strategis sehingga wilayah tertinggal dapat mandiri dan bersaing. Ketergantungan ekonomi dengan negara tetangga perlu segera diatasi. Sebagai contoh untuk perekonomian Entikong, dominasi Malaysia memang tidak bisa dihindari. Untuk itu, posisi daya tawar masyarakat di Entikong perlu terus ditingkatkan. Langkah utama yang perlu dilakukan adalah dengan pemenuhan kebutuhan dasar seperti pendidikan dan kesehatan guna menunjang aktivitas ekonomi yang lebih produktif. Daerah perbatasan merupakan garda terdepan yang membawa nama Indonesia. Pembangunan ekonomi yang inklusif bertanggung jawab untuk mencapai pemerataan, sampai pada kawasan perbatasan.

Masyitha Mutiara R

20

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Agustus 2013

Opini Pakar

Lima Agenda Pembangunan Wilayah Perbatasan Oleh BNPP

Drs. H. Triyono Budi Sasongko. Msi


Sekretaris Badan Nasional Pengelelolaan Perbatasan (BNPP)

I ndonesia terdiri dari sekitar 17.506 gugus pulau dan 2/3 wilayahnya berupa lautan. Oleh karena itu, Indonesia memiliki sejumlah wilayah yang berbatasan langsung dengan negara lain, baik darat maupun laut.

Adapun lima tugas utama BNPP (i) penegasan batas wilayah negara, (ii) mewujudkan pertahanan dan keamanan serta penegakan hukum, (iii) mendorong pembangunan ekonomi kawasan perbatasan, (iv) memberikan pelayanan sosial dasar, (v) memperbaiki administrasi kelembagaan. Menurut Sekretaris BNPP, Drs. H. Triyono Budi Sasongko, Msi, dalam rangka pengelolaan batas negara dan pembangunan kawasan perbatasan, BNPP telah menyusun suatu dokumen yang merupakan acuan dalam pengelolaan kawasan perbatasan, atau Grand Design Pengelolaan Batas Wilayah Negara Dan Kawasan Perbatasan 20112025 dalam menjalankan 5 agenda utamanya. Beberapa program yang sudah dijalankan BNPP dalam agenda pertama (i) dan kedua (ii) antara lain, pembenahan manajemen lintas negara, penataan aset di pos lintas batas, penanganan pelanggaran batas negara, peningkatan wawasan kebangsaan & bela negara (capacity building), pengendalian terhadap kawasan perbatasan, pemetaan dan survei, pemasangan border wilayah, serta sosialisasi batas negara bagi masyarakat setempat. Tidak hanya menjaga pertahan dan keamanan dari dalam, tetapi koordinasi juga dilakukan dengan negara tetangga yang berbatasan langsung dengan Indonesia, khususnya terkait pengelolaan batas negara yaitu adanya organisasi adhoc, seperti General Border Committee (RI-Mas), Lembaga Sosek Malindo (khusus menangani masalah pembangunan ekonomi, RI-PNG & RI-RDTL Joint Border Committee, serta Border Liasion di masing-masing daerah perbatasan. Lembaga-lembaga adhoc tersebut didampingi oleh kementerian-kementerian terkait, seperti batas darat leading sektor nya adalah kementerian dalam negeri, sedangkan untuk batas laut adalah kementerian luar negeri. Terkait pelaksanaan program pertahanan dan keamanan, BNPP menemui sejumlah kendala seperti penyelesaian masalah batas negara sangat lambat karena kurangnya dukungan lembaga, kondisi geografis yang sulit dijangkau, operasional untuk melaksanakan kegiatan dirasa masih kurang, minimnya sarana dan prasarana Pos Lintas Batas (PLB) dan masih maraknya kegiatan penyelundupan yang melibatkan kerjasama oknum tertentu dari kedua belah pihak negara.

Berdasarkan hasil survei Base Point atau Titik Dasar yang telah dilakukan DISHIDROS TNI AL, terdapat 183 titik dasar yang terletak di 92 pulau terluar, sisanya ada di tanjung terluar dan di wilayah pantai. Beberapa contoh yang berbatasan darat secara langsung dengan tiga negara tetangga, yaitu Malaysia, Papua Nugini dan Timor Leste. Sementara perbatasan laut dengan sepuluh negara tetangga, diantaranya Malaysia, Singapura, Vietnam, Filipina, Papua Nugini, Timor Leste, India, Thailand, Australia, dan Palau. Kondisi tersebut memiliki dampak yang cukup besar bagi Indonesia, khususnya terkait konsekuensi pemerintah dalam menjaga kedaulatan batas negara, penegakan hukum, pertahanan dan keamanan, pembangunan ekonomi dan infrastruktur, serta penyediaan fasilitas dan pelayanan dasar masyarakat kawasan perbatasan. Pembentukan Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP) sesuai Perpres No. 12 Tahun 2010 merupakan salah satu bentuk keseriusan pemerintah dalam menjaga dan mengelola kawasan perbatasan. Badan Nasional Pengelolaan Perbatasan (BNPP) berperan sebagai koordinator yang menjalankan tugas Koordinasi, Integrasi dan Sinkronisasi (KIS) dengan kementerian/ lembaga, sektor swasta dan pemerintah daerah dalam penanganan kawasan perbatasan.

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Agustus 2013

21

Tidak hanya dari sisi pertahanan dan keamanan, BNPP juga ikut mengurusi masalah infrastruktur dan pembangunan ekonomi di kawasan perbatasan. Menurut Triyono, masalah infrasruktur adalah masalah yang paling utama dihadapi oleh kawasan perbatasan. Akses yang sulit dijangkau, kondisi jalan raya yang masih jauh dari standar, kurangnya pasokan air dan listrik, serta minimnya fasilitas umum dan pelayanan sosial dasar masih banyak ditemukan di sejumlah titik kawasan perbatasan. Walaupun, faktanya faktor minimnya infrastruktur ini seringkali menjadi faktor penghambat investor untuk menanamkan modalnya, yang dapat menjadi bahan bakar pertumbuhan ekonomi kawasan perbatasan. Oleh karena itu, untuk melaksanakan agenda ketiga (iii) dan (iv) pihaknya terus berkoordinasi dengan kementerian Pekerjaan Umum serta pemerintah daerah untuk memetakan kawasan perbatasan mana saja yang infrastrukturnya masih sangat membutuhkan perhatian khusus. Dalam rangka membangun kawasan perbatasan, pemerintah mengalokasikan dana sebesar Rp 3,9 triliun di tahun 2012 dan 2013 sebesar 7,3 triliun. Pembangunan tersebut difokuskan di 10 Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN). BNPP dalam hal ini bertugas sebagai koordinator juga executor pembangunan infrastruktur dan layanan sosial dasar masyarakat kawasan perbatasan. Selain itu, dalam rangka menggenjot pertumbuhan ekonomi kawasan perbatasan, pihaknya telah ikut turun tangan dalam urusan mempercepat proses perizinan, mengembangkan potensi pelaku usaha lokal, serta ikut menetapkan beberapa kebijakan affirmative yang

dapat mendorong terciptanya iklim investasi yang kondusif. Selama ini, pengembangan ekonomi dan infrastruktur kawasan perbatasan masih terkendala dengan adanya Raperpres yang mandek/ belum disetujui Presiden, sehingga kewenangan BNPP untuk turut serta mengambil peran sebagai pelaksana pembagunan ekonomi kawasan perbatasan menjadi terhambat. Disamping itu, masih banyaknya lahan yang diklaim sebagai tanah ulayat atau tanah yang diakui sebagai milik adat juga menyulitkan pemerintah dalam proses pembebasan lahan. Pada kesimpulannya, menurut BNPP sebenarnya rancangan program dari hasil pemikiran BNPP dengan sejumlah Kementerian/Lembaga untuk pembangunan kawasan perbatasan sudah sangat komprehensif. Hanya saja implementasi di lapangan yang masih banyak terkendala dengan hal-hal teknis seperti yang telah disebutkan sebelumnya, serta peran BNPP yang terbatas pada pelaksanaan fungsi KIS sehingga tidak dapat langsung turun tangan kecuali dengan persetujuan kementerian/lembaga terkait.

Alisa Fatimah

22

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Agustus 2013

Keuangan
Branchless Banking : Ketersediaan Akses Pembiayaan di Daerah Terpencil

MKM memiliki peran yang strategis dalam perekonomian Indonesia, yakni sebagai penyerap tenaga kerja dan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap PDB. Menurut data Kementerian Koperasi dan UKM, pada tahun 2011 UMKM mampu menyerap 101 juta tenaga kerja dan memberikan kontribusi PDB sebesar Rp4.303 trilyun. Oleh karena itu pemerintah memberikan perhatian yang besar terhadap perkembangan UMKM melalui program-program pemberdayaan. Salah satunya adalah perluasan akses pembiayaan dilakukan melalui skema penjaminan dengan kerjasama dengan perbankan. Permasalahan yang timbul adalah perbankan tidak sepenuhnya menjangkau seluruh daerah di Indonesia. Sehingga akses pembiayaan tidak sepenuhnya menjangkau masyarakat di daerah terpencil dan daerah perbatasan. Pelaku usaha yang memiliki potensi sering terkendala minimnya ketersediaan akses pembiayaan perbankan, sehingga potensi perkembangan usaha tidak dapat dioptimalkan. Sementara dari sisi penawaran, pendirian cabang di daerah terpencil kurang menguntungkan secara ekonomis, jika dibandingkan biaya yang dikeluarkan oleh perbankan. Menyikapi permasalahan tersebut Bank Indonesia bekerja sama dengan perbankan dan perusahaan telekomunikasi telah

merintis jasa pelayanan sistem pembayaran dan perbankan terbatas melalui unit perantara layanan keuangan (UPLK) seperti agen atau dikenal dengan branchless banking. Dalam pedomannya, BI mengatur mengenai : i) model bisnis dan produk yang disediakan, ii) kegiatan yang dilakukan, iii) persyaratan UPLK dan teknologi yang digunakan, iv) manajemen risiko, v) kepatuhan terhadap anti pencucian uang dan pencegahan pendanaan terorisme, dan vi) edukasi dan perlindungan nasabah. Pedoman tersebut menjadi acuan dalam uji coba aktivitas Jasa Sistem Pembayaran dan Perbankan Terbatas melalui UPLK yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2013 hingga bulan November 2013. Pelaksanaan proyek uji coba dilakukan secara terbatas di 8 (delapan) provinsi yang dapat dipilih oleh bank, yaitu Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Timur dan Sulawesi Selatan. Pemberian layanan secara non konvensional tersebut dilakukan tidak melalui kantor cabang bank atau perusahaan telekomunikasi, namun dengan menggunakan sarana teknologi dan jasa pihak ketiga yang disebut agen (UPLK). Pada pelaksanaan uji coba tersebut, perbankan akan menunjuk agen yang merupakan nasabahnya. Agen tersebut harus berpenduduk tetap dan memiliki usaha, minimal toko selama dua

tahun. Selanjutnya agen akan menjadi tempat bagi masyarakat setempat yang ingin membuka tabungan untuk pertama kalinya. Setelah terkumpul, pihak bank membukakan rekening calon penabung yang terkumpul di agen. Petugas bank akan menyerahkan Tabunganku, dan pin e-banking ke agen untuk diberikan ke masyarakat. Selanjutnya masyarakat dapat menabung dan menarik uang melalui agen. Selain itu agen juga dapat memberikan kredit mikro kepada nasabahnya. Implementasi branchless banking perlu dilakukan secara hati-hati mengingat implementasi perluasan layanan perbankan melalui UPLK dan teknologi dapat meningkatkan risiko, khususnya risiko operasional, risiko hukum dan risiko reputasi bagi bank dan perusahaan telekomunikasi. Melalui uji coba ini diharapkan dapat diperoleh model bisnis yang sesuai dan hambatan serta risiko yang dihadapi oleh para pihak yang terlibat sebagai bahan masukan dalam penerbitan ketentuan branchless banking.

Alexcius Winang

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Agustus 2013

23

BUMN/ Korporasi

Peran BUMN dalam Peningkatan Pembangunan Daerah Tertinggal, Terdepan dan Terjauh (3T)
Adji Dharma
pembangunan wilayah 3T melalui Pertamina Foundation dengan memberikan 50 beasiswa bagi siswa lulusan SMP yang diberikan kepada sekolah Pembina yang terdiri dari dua SMA dan dua SMK yang berada didaerah Sukabumi, Malang, Probolinggo dan Denpasar pada pertengahan Juli tahun 2013 sebelum tahun ajaran baru dimulai. Program ini merupakan inisiatif dari Pertamina Foundation untuk menyentuh wilayah Indonesia Timur dan wilayah Indonesia terluar, terpencil dan terjauh dengan cara transfer pelajar penerima beasiswa kesekolah-sekolah pembina di kota-kota besar. Langkah ini dilakukan untuk mengembangkan potensi siswa-siswa di wilayah tersebut untuk berkembang. Selain dari Pertamina, BUMN lain seperti BRI mulai melihat potensi wilayah-wilayah 3T seperti di pulau Miangas yang merupakan salah satu pulau terluar di Sulawesi Utara yang letak geografisnya sejajar dengan Filipina . Peranan BUMN dalam meningkatkan kawasan 3T juga ditunjukan oleh perusahaan BUMN sektor pertambangan, menurut Indonesia Minning Association tahun 2006 bahwa perusahaan pertambangan mempunyai sumbangan yang penting dalam pengembangan daerah tertinggal, menjadi pusat-pusat pertumbuhan baru sejalan dengan dibukanya pertambangan didaerah tersebut. Pemberdayaan masyarakat melalui kemitraan usaha dari BUMN baik dalam pemberian bantuan teknis usaha maupun dalam pemberian bantuan permodalan bertujuan untuk meningkatkan kemapuan kreatifitas dan ekonomi masayarakat sekitar. Bagaimanapun juga masalah ketimpangan pembangunan harus dapat segera diatasi. Melalui program-program yang dilaksanakan oleh kementerian BUMN, perusahan BUMN, dan berbagai aspek yang terlibat semata-mata untuk peningkatan kemampuan masyarakat. Perbaikan dan pembangunan infrastruktur yang diawali oleh BUMN maupun perusahaan lain diharapkan mampu untuk meningkatkan perekonomian di daerah tertinggal, terdepan dan terluar di Indonesia.

Sudah 68 Tahun Indonesia merdeka, kemajuan dan perkembangan bangsa semakin pesat, permasalahan bangsa yang semakin kompleks serta kemajuan teknologi dan ekonomi yang turut menyertai. Masalah dan tantangan yang dihadapi bangsa saat ini adalah masih adanya daerah yang tertinggal dalam kemajuan ekonomi yang saat ini hanya dirasakan di kota-kota besar di Indonesia. Ketimpangan pendapatan antar daerah serta ketimpangan pembangunan ekonomi masih menjadi persolaan utama bangsa Indonesia . Pemerintah telah melakukan berbagai program untuk mengatasi masalah tersebut. Bentuk keseriusan pemerintah dalam menangani daerah tertinggal terlihat dengan di keluarkannya Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 telah menetapkan "daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan pascakonflik" sebagai salah satu prioritas nasional pembangunan dari sebelas prioritas nasional yang ada, yaitu (1) reformasi birokrasi dan tata kelola; (2) pendidikan; (3) kesehatan; (4) penanggulangan kemiskinan; (5) ketahanan pangan; (6) infrastruktur; (7) iklim investasi dan bisnis; (8) energi; (9) lingkungan hidup dan pengelolaan bencana; (10) daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan pascakonflik; dan (11) kebudayaan, kreativitas, dan inovasi teknologi. Untuk itu diperlukan peranan perusahaan BUMN sebagai pionir dalam pembangunan kawasan tertinggal, terdepan dan terluar (3T). Beberapa perusahaan BUMN yang telah menjangkau kawasan 3T harus dapat memiliki peranan dalam peningkatan pembangunan daerah tersebut serta dapat menggali potensi yang ada. Hal itu dapat dilakukan Melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan yang dapat disinergikan dengan program pemerintah lainnya . Untuk lebih meningkatkan perannya dalam membangun kawasan 3T Kemeterian BUMN juga memiliki Program Sinergi BUMN Peduli Pendidikan yang dinamakan Apresiasi Guru & Siswa Berprestasi dari Wilayah Terpencil, Perbatasan dan Pulau Terluar Indonesia yang digulirkan dalam tiga tahap pada akhir tahun 2012 hingga maret tahun 2013. Pendidikan merupakan salah satu tujuan untuk meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) begitu juga dengan Pertamina dalam mendukung

24

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Agustus 2013

Fiskal dan Regulasi Ekonomi

Kebijakan Ekonomi di Kawasan-Kawasan Khusus


Vitri Nurmalasari
yang ketentuannya dijelaskan dalam table Perbandingan KEK dengan Kawasan Lainnya, sebagai berikut: Selain kebijakan pada kawasan-kawasan ekonomi khusus, pemerintah juga telah membuat peraturanperaturan terkait penataan atau insentif ekonomi di wilayah kawasan, diantaranya: (i) Peraturan terkait Kawasan Berikat, PMK No 4 Tahun 2011 dan PMK No 225 Tahun 2011. Insentif yang diberikan adalah Penangguhan bea masuk, Pembebasan Pajak Dalam Rangka Impor (PDRI), Pembebasan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atau Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), serta Pembebasan cukai atas barang kena cukai (BKC), dengan persyaratanpersyaratan yang telah ditentukan. (ii) Peraturan terkait Perlakuan Perpajakan dan Kepabeanan di Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET), KMK No 11 Tahun 2010. Fasilitas pajak penghasilan yang diberikan berupa: Pengurangan penghasilan neto sebesar 30%, Amortisasi dipercepat, Kompensasi kerugian fiskal, dan Pengenaan pajak penghasilan pasal 26 atas deviden sebesar 10%. (iii) Peraturan terkait Perlakuan Kepabeanan, Perpajakan, dan Cukai pada Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas, PP No 10 Tahun 2012. Insentif yang diberikan adalah pembebasan PPN berdasarkan persyaratan wilayah dan komoditas tertentu. (iv) Peraturan terkait Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), UU No 39 Tahun 2009. Fasilitas Pajak Pengasilan (PPh) sesuai dengan karakteristik Zona dan ketentuan perundang-undangan dan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Penangguhan bea masuk, Pembebasan cukai pada bahan baku atau bahan penolong produksi, Pembebasan PPN, PPnBM dan PPh impor sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan. (v) Beberapa peraturan lainnya yang memberikan fasilitas atau insentif perpajakan dan pelayanan di kawasan-kawasan ekonomi khusus. Dengan adanya kemudahan-kemudahan yang diberikan diharapkan mampu mendorong aktivitas ekonomi kawasan melalui peningkatan ekspor, pertumbuhan industri, diversifikasi produksi, penciptaan lapangan kerja, peningkatan pemanfaatan sumberdaya lokal, serta peningkatan kualitas SDM melalui peningkatan keahlian dan transfer teknologi.

Kawasan perbatasan merupakan kawasan yang sangat strategis bagi pertahanan dan keamanan negara. Potensi yang dimiliki oleh kawasan perbatasan bernilai ekonomis sangat besar, terutama potensi sumberdaya alam (hutan, tambang dan mineral, perikanan dan kelautan) yang terbentang di sepanjang dan di sekitar perbatasan. Potensi ini sejatinya dapat dioptimalkan oleh pemanfaat untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian daerah dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan kawasan perbatasan merupakan salah satu komitmen dan kebijakan pembangunan yang telah digariskan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2004-2025. Upaya pengembangan kawasan perbatasan dilakukan dengan mengubah arah kebijakan pembangunan yang selama ini cenderung berorientasi inward looking menjadi outward looking. Orientasi outward looking dimaknai sebagai upaya-upaya untuk memanfaatkan kawasan perbatasan sebagai pintu gerbang aktivitas ekonomi dan perdagangan dengan negara tetangga. Selain berorientasi ekonomi, pengembangan wilayah perbatasan juga memperhatikan aspek keamanan, kesejahteraan dan kelestarian lingkungan. Sehubungan dengan pengembangan ekonomi di wilayah-wilayah khusus, pemerintah memiliki kebijakan untuk mendorong investasi baik melalui pemberian insentif maupun kemudahan pelayanan perijinan. Kebijakan ini tergabung dalam konteks pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Saat ini, di Indonesia telah beroperasi berbagai kawasan ekonomi, diantaranya Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET), Kawasan Berikat (KB), Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas (KPBPB) dan Kawasan Industri (KI),

Skema Kebijakan Khusus

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Agustus 2013

25

Kolom MP3EI

Percepatan Pembangunan Papua dan Papua Barat Kunci Gerbang Masuk Wilayah Perbatasan di Bagian Timur

eberapa wilayah perbatasan saat ini masih terdapat kendala dalam pembangunan. Kendala dalam pembangunan di wilayah perbatasan antara lain kondisi geografi, demografi, dan infrastruktur. Kondisi geografi seperti masih terisolirnya wilayah, medan yang sulit dicapai,dan lain-lain. Kendala demografi seperti, jumlah penduduk, tingkat SDMnya yang masih kurang. Sedangkan kendala infrastruktur berupa, masih terbatasnya akses jalan, dan terputusnya akses jalan penghubung. Kendala kendala tersebut beberapa masih memunculkan permasalahan di wilayah perbatasan. Sebagai contoh, beberapa permasalahan yang sering muncul di wilayah perbatasan darat antara lain, masih belum memadainya kondisi jalan di wilayah perbatasan, kebutuhan sarana air bersih, masih kurangnya pasokan listrik di wilayah perbatasan, dan keterbatasan sarana telekomunikasi dan informasi di daerah perbatasan. Permasalahan yang sering muncul di wilayah perbatasaan laut adalah mengenai batas Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE). Zona Ekonomi Ekslusif adalah zona yang luasnya 200 mil dari garis dasar pantai, yang mana dalam zona tersebut sebuah negara pantai mempunyai hak atas kekayaan alam di dalamnya, dan berhak menggunakan kebijakan hukumnya, kebebasan bernavigasi, terbang di atasnya, ataupun melakukan penanaman kabel dan pipa. Namun pemerintah terus berupaya untuk melakukan pembangunan khususnya diwilayah perbatasan agar wilayah perbatasan dapat merasakan pembangunan yang sama dengan wilayah lain yang sudah maju di Indonesia. Jaringan jalan dan angkutan perhubungan darat maupun laut masih sangat terbatas, hal ini menjadi salah satu penyebab lamanya perkembangan daerah wilayah perbatasan. Tidak hanya itu, kondisi prasarana dan sarana komunikasi seperti pemancar atau

transmisi radio dan televisi serta sarana telepon di kawasan perbatasan pada umumnya masih dalam kategori minim. Terbatasnya sarana komunikasi dan informasi menyebabkan masyarakat perbatasan lebih mengetahui informasi tentang negara tetangga daripada informasi dan wawasan tentang Indonesia. Akses masyarakat daerah wilayah perbatasan masih sangat terbatas terhadap ketersediaan sarana dasar sosial dan ekonomi, seperti pusat kesehatan, masyarakat, sekolah dan pasar. Menjadikan perkembangan daerah menjadi tersendat untuk bersaing dengan wilayah negara tetangga. Salah satu daerah wilayah perbatasan Indonesia yang tersendat perkembangannya adalah Provinsi Papua dan Papua Barat, yang selama ini dikenal sebagai daerah yang terisolir akibat minimnya konektivitas dengan daerah lebih berkembang, dan sangat terlihat dari fisiknya. Akses ekonomi yang dapat digunakan hanya tertumpu pada jalur transportasi udara dengan tarif tinggi dan transportasi laut dengan jarak tempuh waktu lama. Sedangkan jalur transportasi darat belum dioptimalkan karena masih kurangnya jumlah ruas jalan Provinsi Papua dan Papua Barat dan pembangunan infrastruktur darat. Hal ini mengakibatkan, tingkat kesulitan mobilitas masyarakat dan/ atau transaksi perdagangan menjadi tinggi. Seperti di wilayah Erambu yang berbatasan langsung dengan Negara Papua Nugini. Mengakibatkan dis- insentive kepada masyarakat untuk berdagang ke kota lain dan akhirnya memilih untuk melakukan perdagangan ke negara tetangga. Upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk memberikan kebebasan kepada Papua adalah dengan memberikan kewenangan melalui Otonomi Khusus (Otsus) kepada Provinsi Papua. Kemudian, sebagai pendorong pembangunan Provinsi Papua, pada akhir tahun 2011, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mendirikan Unit Percepatan Pembangunan Papua dan

26

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Agustus 2013

Papua Barat (UP4B). UP4B bertugas untuk membantu Presiden dalam melakukan dukungan dan koordinasi dan sinkronisasi perencanaan, fasilitasi, serta pengendalian pelaksanaan Percepatan Pembangunan Papua dan Papua Barat. Prioritas UP4B antara lain meliputi, infrastruktur dasar, pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial budaya, keamanan, dan tata kelola pemerintah. Kemudian pada tahun 2013, melalui UP4B dan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), Presiden mengeluarkan Perpres No.40 Tahun 2013 tentang Pembangunan Jalan Dalam Rangka Percepatan Pembangunan Papua dan Papua Barat sehingga percepatan pembangunan jalan untuk membuka wilayah yang terisolir dapat dipercepat. Mengambil contoh dari negara Australia dalam membangun transportasi darat bagi benuanya,

guna menghidupkan ekonomi rakyat, sarana transportasi darat perlu dibuka, baik di sepanjang perbatasan mulai dari JayapuraMerauke lewat KeeromPegunungan Bintang-Boven Digul dan Merauke. Begitu juga dari Jayapura-Wamena atau dari Wamena-Pegunungan Bintang; Jayapura-Sarmi-Nabire-EranotaliSorong-mengelilingi kepala burung-kemudian disepanjang pesisir selatan hingga kembali ke Merauke. Dengan terbukanya transportasi jalur darat dan perpaduan kebun rakyat juga industri, Provinsi Papua dan papua barat akan memiliki tingkat kesejahteraan yang seimbang dengan pulau Jawa. Selain mempercepat pembangunan infrastruktur jalan, UP4B juga punya program percepatan pembangunan bandar udara. Sebanyak 35 landasan udara di Papua dan 14 di Papua Barat tengah dikembangkan. Tidak hanya itu, UP4B juga mendorong percepatan pembangunan 21

pelabuhan di seluruh wilayah Papua hingga 2014 sebelum masa tugas UP4B berakhir. Dalam perkembangannya, adanya UP4B telah membantu dalam mempercepat pembangunan beberapa jalan, antara lain Jalan DepapreBonggrang, MeraukeJagebob, dan MeraukeJagebob-Erambu. Dengan dibentuknya UP4B, diharapkan dapat menghapus stigma tentang Papua yang selama ini dianggap sebagai salah satu daerah yang tertinggal dan terisolir. Selain itu, diharapkan dapat menjadikan Papua sebagai gerbang masuk wilayah perbatasan bagian timur.

Aang Anggara

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Agustus 2013

27

Ketenagakerjaan

Perubahan Tingkat Partisipasi Tenaga Kerja


Di negara Amerika Serikat tercatat akan memiliki tingkat partisipasi yang rendah untuk jangka panjang. Hal ini disebabkan oleh populasi penduduk muda cenderung melanjutkan tingkat pendidikan yang lebih tinggi (full time) dan pensiun dini. Sejak tahun 2008, populasi Amerika Serikat telah secara signifikan meninggalkan pasar tenaga kerja karena prospek pekerjaan terlihat sulit. Sebenarnya penurunan tingkat partisipasi kerja telah menurun sejak tahun 2006, hal ini karena adanya pengaruh siklikal dan struktural. Penurunan partisipasi pada pasar tenaga kerja yang dipengaruhi oleh perubahan siklikal akan mengalami peningkatan setelah adanya perbaikan perekonomi negara. Dengan menyembuhnya perekonomian, akan ada tendensi masyarakat untuk kembali ke pasar tenaga kerja, guna menopang aktivitas ekonomi dan menekan peningkatan inflasi upah. Dalam jangka panjang, perubahan struktural merupakan sebuah alasan yang paling masuk akal dalam menjelaskan penurunan yang berkelanjutan pada tingkat partisipasi pada pasar tenaga kerja setelah pemulihan ekonomi di tahun 2010. Sedangkan pada tahun 2008 di Eropa, terdapatnya peningkatan porsi penduduk yang bekerja atau mencari pekerjaan. Sebagian disebabkan karena kebijakan yang sengaja mendorong untuk mencari atau tetap bekerja dan adanya perubahan budaya, serta perubahan demographi jangka panjang, dimana penduduk yang lebih dewasa dan wanita tetap berada di pasar tenaga kerja. Akibatnya, (i) tidak ada dorongan siklikal untuk supply labor di Eropa, (ii) peningkatan struktural yang stabil dalam angkatan kerja, (iii) sebagian besar negara-negara Eropa dan Amerika Serikat terancam shortage of labor dan peningkatan upah inflasi di masa mendatang yang diakibatkan oleh perubahan siklikal. Tingkat partisipasi wanita dalam pasar tenaga kerja mengalami peningkatan di zona Eropa dan dalam porsporsi penduduk usia 55-dan lebih yang dikarenakan adanya reformasi kebijakan untuk mengurangi tingkat kelayakan pensiun dini. Salah satu negara G7, Inggris, memiliki keberhasilan dalam reformasi kebijakan dalam mempromosikan pekerjaan. Walaupun terdapat penurunan siklikal pada tahun 2008, perubahan kebijakan yang diambil oleh pemerintahan Inggris membuat masyarakat tetap bekerja. Tidak hanya itu, kebijakan tersebut telah mendorong pensiunan untuk wanita dan mengencangkan peraturan pemerintahan untuk disability benefit. Cerita sukses, keberhasilan akan suatu kebijakan seperti ini dapat diterapkan dan dianut oleh negara-negara lain, khususnya oleh negara seperti Jepang. Indikator utama dalam perubahan pasar tenaga kerja adalah rasio partisipasi penduduk. Perubahan dalam partisipasi, yang dipengaruhi melalui besaran angkatan kerja, dapat mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi dan secara potensial berdampak pada outlook untuk tingkat inflasi upah.

Pada tanggal 31 Juli 2013, Global Economic Focus mengeluarkan laporan terbaru terkait ketenagakerjaan pada negara G-7. Sebagian besar dari negara G-7 merupakan negara maju, pada sisi supply labor tercatat memiliki peningkatan jumlah partisipasi di pasar tenaga kerja untuk satu hingga dua tahun kedepan. Dibandingkan dengan negara maju lainnya, Jepang justru sangat membutuhkan supply labor dan tidak memiliki kecenderungan untuk numbuh. Pemerintah Jepang telah mengeluarkan sebuah kebijakan untuk memasukkan keterlibatan wanita ke dalam pasar tenaga kerja, namun upaya ini dinilai tidak dapat memberikan peningkatan atau dampak yang signifikan dalam waktu dekat. Dari seluruh negara G7, dalam 10 tahun terakhir Jepang selalu mengalami penurunan pada tingkat angkatan kerja yang disebabkan oleh tingkat kesuburan dan imigrasi yang tergolong rendah serta rendahnya tingkat kecepatan dalam peningkatan partisipasi pasar tenaga kerja, hal itu menyebabkan kekhawatiran terhadap tenaga kerja Jepang. Penduduk usia kerja Jepang mengalami tercatat mengalami penurunan sebesar 0,75 persen setiap tahun antara tahun 2010 dan 2030, penurunan ini merupakan hal utama mengapa pertumbuhan Jepang diprediksikan untuk tetap rendah di beberapa tahun mendatang dan juga akan membawa Jepang kepada penurunan jumlah orang yang bekerja secara gradual. Untuk mengantisipasi hal tersebut, diharapkan pemerintah Jepang dapat memperbaiki tingkat imigrasi, memperkecil selisih pekerja pria dan wanita di dunia kerja.

28

Insani Sukandar

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Agustus 2013

Kredit Usaha Rakyat

Realisasi Penyaluran KUR Periode Agustus 2013


Dilihat dari sektor yang menerima KUR pada bulan Juli 2013, sektor perdagangan mendapatkan KUR terbanyak hingga 57%. Selanjutnya, untuk urutan kedua adalah sektor pertanian yang mencapai 16%. Berdasarkan sebaran regional penyaluran tertinggi tercatat pada provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jawa Barat dengan penyaluran masing-masing sebesar Rp 19 triliun, Rp 18,6 triliun dan Rp 15,7 triliun. Untuk laporan penyaluran KUR TKI juga mengalami peningkatan dari segi debitur dan penyaluran. Pada bulan Juli 2013 tercatat penyaluran KUR TKI mencapai Rp 57,0 miliar dengan jumlah debitur sebanyak 5100 TKI. Beberapa negara tujuan TKI yang menerima penyaluran KUR TKI diantaranya adalah Korea, Malaysia, Brunei Darussalam dan Hongkong.

Jumlah penyaluran KUR pada bulan Juli 2013 terjadi penurunan tercatat Rp 3,72 triliun dibandingkan bulan sebelumnya sebesar Rp 3,80 triliun dengan jumlah debitur sebanyak 233.497 orang. Sejak bulan November 2007 hingga Juli 2013 total penyaluran KUR mencapai Rp 123 triliun dengan jumlah debitur tercatat sebanyak 9,1 juta orang. Ratarata setiap debitur mendapatkan kredit sebesar Rp 13,5 juta per orang dengan tingkat NPL 3,8%. Bank BRI merupakan bank penyalur tertinggi, khususnya BRI Mikro yang telah menyalurkan hingga bulan Juli 2013 sebesar Rp 60,6 triliun. Selanjutnya KUR Ritel BRI telah menyalurkan sebesar Rp 15,3 triliun. Jumlah masing-masing debitur sebesar 8,3 juta orang dan 91.745 orang untuk KUR Ritel BRI. Sementara itu penyaluran KUR melalui BPD bulan Juli 2013 terjadi peningkatan yang signifikan tercatat sebesar Rp 48.8 milliar dengan jumlah debitur sebanyak 587 orang. Penyaluran melalui BPD periode November 2007 hingga Juli 2013, penyalur tertinggi adalah Bank Jatim diikuti Bank Jabar Banten masingmasing sebesar Rp 3,67 triliun dan Rp 2,7 triliun dengan jumlah debitur sebesar 35.044 orang dan 24.582 orang dengan tingkat rata-rata NPL sebesar 8,3%.

Windy Pradipta

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Agustus 2013

29

UKM

Pelestarian Budaya Melalui Usaha

umah Betawi, berlokasi di Jl. Raya Bekasi Km 17 No. 43, Jatinegara Kaum, Jakarta Timur, adalah hasil dari ilham yang didapatkan oleh Emma Damayanti, pemilik dan kreatif. Lahir sebagai seorang turunan pangeran Jayakarta dan warga negara asli Jatinegara kaum, sebuah situs peninggalan sejarah yang merupakan cikal bakal Jakarta. Sekilas lima tahun lalu, didasari oleh darah kental Betawi, kecintaannya akan fashion design baju encim dan kreatifitasnya, Emma melihat bahwa tidak ada usaha-usaha yang memproduksi barang-barang khas Betawi. Terdorong oleh dasar-dasar yang dimiliki, Emma memutuskan untuk memadukan kreasi encim dan batik Betawi dengan bermodal satu mesin jait, satu mesin bordir, dua pengrajin dan kreatifitas untuk membuat dasar filosifi batik-batiknya. Berangkat dari modal Rp. 2.000.000,-, kenalan dan kegigihan untuk melestarikan juga menyebarluaskan budaya khas Betawi, Emma berhasil mendapatkan atensi dari rekan-rekannya. Atensi ini membuat Emma semakin semangat untuk mengembangkan usahanya dan melajar ke pasar yang lebih besar. Untuk mencapai hal tersebut, Emma mulai berpartisipasi dalam pameran-pameran, hingga pada pameran Ina Craft 2010/ 2011, stan Rumah Betawi di singgahi oleh salah satu personil Kementerian Koperasi dan UKM dengan membawa tingkat ketertarikan tinggi atas karya yang dipajang. Perbincangan singkat tersebut membuahkan sebuah undangan untuk datang ke kantor Menteri Koperasi dan UKM dalam rangka wawancara dan pendataan usaha. Setelah tahap sederhana tersebut, Rumah Betawi menjadi salah satu anggota hingga mendapatkan dukungan penuh untuk terus memamerkan karya-karya Rumah Betawi kepada masyarakat yang lebih luas dan kontinu. Tidak hanya pameran, Rumah Betawi berpartisipasi di peragaanperagaan busana nasional hingga internasional sebagai representatif budaya Betawi. Dalam kurun waktu lima tahun, Rumah Betawi telah menciptakan tiga diversivikasi produk, diantaranya kebaya encim, batik dan craft khas Betawi dan tahun depan akan menjalar ke produk makanan ringan. Pada tahun 2013 ini, Rumah Betawi telah mempekerjakan 15 pengrajin tetap dan 15 pengrajin tidak tetap untuk masa pemesanan kuantitas besar. Dalam pencarian tenaga pengrajin, tetap maupun tidak tetap, Ibu muda ini memiliki kriteria yang telah dijadikan standar agar kualitas produk tetap terjaga dengan baik. Produksi setiap jenis produk, dilakukan ditempat yang

berbeda-beda. Produksi kebaya encim dilakukan di Bekasi. Pemilihan lokasi dikarenakan harga upah pengrajin di Bekasi relatif lebih murah dibandingkan Jakarta dan para pengrajinpun lebih memilih untuk tetap bisa bekerja didaerah Bekasi karena tingkat living cost relatif lebih murah. Dengan itu, perempuan keturunan asli Betawi ini memutuskan untuk mengkontrakan sebuah rumah produksi di daerah Bekasi berdekatan dengan para pengrajin. Pembuatan batik dipisah menjadi dua, untuk batik tulis dikerjaan sendiri dan dikediaman Emma, sedangkan untuk batik cap dilakukan oleh pengrajin Jogja. Sedangkan, produk terbarunya, yaitu suvenir atau pernak-pernik khas Betawi diproduksi tepat disebelah Rumah Betawi. Craft khas Betawi dibuat oleh pengrajin yang tinggal disekitar daerah Jatinegara kaum dan menggunakan kayu limbah pembuatan furnitur. Selama menjalani usaha ini, pengusaha sukses ini tidak memiliki banyak kendala dalam melebarkan, mengembangkan ataupun membesarkan usahanya. Penghasilan kasar per bulan Rumah Betawi dapat mencapai Rp. 100 juta hingga Rp. 300 juta per bulan. Guna mencapai misi, Rumah Betawi baru saja bekerjasama oleh pihak perbankan, Bank Rakyat Indonesia (BRI), melalui penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) guna memperlancar pelebaran lini produk dikemudian hari. Adapun penghargaan yang telah diperoleh Rumah Betawi selama ini adalah (i) 20 finalis craft terbaik dari 700 wirausahaan untuk Jakarta Souvernir Award oleh Pemprov. DKI Jakarta, (ii) pada hari ibu tahun 2012, mendapatkan Juara Dua sebagai pengusaha yang melestarikan kebudayaan Betawi oleh Pemprov. DKI Jakarta dan (iii) 2013, Juara 1 UKM oleh Kementerian Koperasi dan UKM. Dimata sang pemilik dan kreator, penghargaan ini sangat berarti karena pengakuan yang diterima selaras dengan cita-cita dan harapan yang didambakan oleh pengusaha ini. Dimana, generasi selanjutkan tetap akan mengenal dan mengetahui budaya-budaya Betawi dan kejadiankejadian didalamnya melalui peninggalan batik dan lainnya yang berisikan filosofi-filosofi cerita Betawi.

Insani Sukandar

30

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Agustus 2013

Laporan Kegiatan

Menko Perekonomian Meresmikan Festival Serayu Expo Banjarnegara 2013

Menko Perekonomian Hatta Rajasa meresmikan Festival Serayu Expo 2013 di Banjarnegara, Jawa Tengah. Kedatangan Menko Perekonomian beserta rombongan disambut oleh ribuan penari yang menarikan tarian amplang secara serentak. Acara ini juga dihadiri oleh Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan, Bupati dan Wakil Bupati Banjarnegara serta pejabat dan tokoh adat setempat (28-08-2013). Dalam sambutannya, Menko Perekonomian Hatta Rajasa mengapresiasi dan mendukung kegiatan Festival Serayu yang di selenggarakan Pemda Banjarnegara. Menurutnya, Festival ini dapat mempromosikan produk-produk pertanian, industri serta kebudayaan daerah. Festival ini dapat menciptakan industri yang kreatif sehingga menciptakan value added yang besar baik untuk perekonomian daerah maupun perekonomian nasional. Menko Perekonomian Hatta Rajasa juga menekankan perlunya menumbuhkembangkan minat para wirausaha agar dapat menggali

potensi alam yang ada secara optimal. Perlu membangun sinergi antar pelaku usaha dan masyarakat dengan membangun akses pasar baik dalam negeri maupun luar negeri untuk para wirausaha. Selain itu, Menko Perekonomian juga menyatakan bahwa acara Festival serayu ini adalah merupakan salah satu dari paket kebijakan yang dikeluarkan pemerintah karena festival ini salah satu upaya untuk menjaga stabilitas perekonomian nasional dengan mengembangkan sektor riil. Acara Festival Serayu ini diresmikan dengan secara simbolik dengan pemukulan lesung dan dilanjutkan dengan diskusi serta kunjungan Menko Perekonomian ke stand yang tersedia di acara Festival Serayu ini.

Predi Muliansyah

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Agustus 2013

31

1 . Bagaimana tanggapan Bapak/Ibu mengenai majalah Tinjauan Ekonomi dan Keuangan? 2. Majalah Tinjauan Ekonomi Keuangan ini dikirimkan kepada seluruh instansi pemerintah, kedutaan besar, universitas. Permintaan pengiriman majalah dapat disampaikan melalui email yang tertera dibawah ini. 3. Kritik dan saran Bapak/Ibu merupakan masukan yang membangun agar kualitas penerbitan majalah ini menjadi lebih baik lagi dalam hal substansi, narasumber dan materi.

Kritik dan Saran: edi.p.pambudi@ekon.go.id dara_aya@gmail.com

13-14 November 2013 Universitas Airlangga, Surabaya

Untuk informasi lebih lanjut hubungi : Redaksi Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Gedung Sjafruddin Prawiranegara (d.h. Gd. PAIK II) Lantai 4 Jalan Lapangan Banteng Timur No. 2-4 Jakarta, 10710 Telepon. 021-3521843, Fax. 021-3521836 Email : tinjauan.ekon@gmail.com Tinjauan Ekonomi dan Keuangan dapat didownload pada website www.ekon.go.id

You might also like