You are on page 1of 22

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Fraktur 1.

1 Defenisi Fraktur Fraktur adalah patah tulang atau terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang ditentukan sesuai dengan jenis dan luasnya (Smeltzer & Bare, 2000). Fraktur merupakan setiap retak atau patah pada tulang yang utuh ( ee!es, ou",

#o$khart, 2001). Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang ra%an yang umumnya dise&a&kan oleh rudapaksa ('ansjoer, 2000). Fraktur (emur adalah terputusnya kontinuitas &atang (emur yang &isa terjadi aki&at trauma langsung (ke$elakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian), dan &iasanya le&ih &anyak dialami oleh laki)laki de%asa. *atah pada daerah ini dapat menim&ulkan perdarahan yang $ukup &anyak, mengaki&atkan penderita jatuh dalam syok (F+,-, 1../). Fraktur dapat terjadi pada semua tingkat umur, yang &eresiko tinggi untuk terjadinya (raktur adalah orang yang lanjut usia, orang yang &ekerja yang mem&utuhkan kesim&angan, masalah gerakan, pekerjaan)pekerjaan yang &eresiko tinggi (tukang &esi, supir, pem&alap mo&il, orang dengan penyakit degenerati( atau neoplasma) ( ee!es, ou", #o$khart, 2001).

Universitas Sumatera Utara

1.2 Manifestasi Klinis 'enurut Smeltzer & Bare (2002), mani(estasi klinis (raktur adalah nyeri, hilangnya (ungsi, de(ormitas, pemendekan ektremitas, krepitus, pem&engkakan lokal, dan peru&ahan %arna yang dijelaskan se$ara rin$i se&agai &erikut0 1. 1yeri terus menerus dan &ertam&ah &eratnya sampai (ragmen tulang diimo&ilisasi. Spasme otot yang menyertai (raktur merupakan &entuk &idai alamiah yang diran$ang untuk meminimalkan gerakan antar (ragmen tulang. 2. Setelah terjadi (raktur, &agian)&agian tidak dapat digunakan dan $enderung &ergerak se$ara alamiah (gerakan luar &iasa). *ergeseran (ragmen pada (raktur lengan dan tungkai menye&a&kan de(ormitas (terlihat maupun tera&a) ektremitas yang &isa diketahui dengan mem&andingkannya dengan ektremitas normal. 2kstremitas tidak dapat &er(ungsi dengan &aik karena (ungsi normal otot tergantung pada integritasnya tulang tempat melekatnya otot. 3. *ada (raktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang se&enarnya karena kontraksi otot yang melekat di atas dan &a%ah tempat (raktur. Fragmen sering saling melengkapi satu sama lain sampai 2,/ sampai / $m (1 sampai 2 in$i). 4. Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, tera&a adanya derik tulang dinamakan krepitus yang tera&a aki&at gesekan antara (ragmen satu dengan lainnya. ,ji krepitus dapat mengaki&atkan kerusakan jaringan lunak yang le&ih &erat.

Universitas Sumatera Utara

/. *em&engkakan dan peru&ahan %arna lokal pada kulit terjadi se&agai aki&at trauma dan perdarahan yang mengikuti (raktur. 5anda ini &iasa terjadi setelah &e&erapa jam atau hari setelah $edera. 5idak semua tanda dan gejala terse&ut terdapat pada setiap (raktur. +e&anyakan justru tidak ada pada (raktur linear atau (isur atau (raktur impaksi (permukaan patahan saling terdesak satu sama lain). 6iagnosis (raktur &ergantung pada gejala, tanda (isik, dan pemeriksaan sinar)" pasien. Biasanya pasien mengeluhkan mengalami $edera pada daerah terse&ut.

1.3 Pemeriksaan *emeriksaan a%al terhadap pasien yang mungkin menderita (raktur tulang sama dengan pemeriksaan pada pasien yang mengalami luka pada jaringan lunak yang &erhu&ungan dengan trauma. *era%at menilai &erdasarkan pada tanda dan gejala. Setelah &agian yang retak telah di)imo&ilisasi dengan &aik, kemudian pera%at akan menilai adanya lima * yaitu Pain (rasa sakit), Paloor (kepu$atan7peru&ahan %arna), Paralysis (kelumpuhan7ketidakmampuan untuk &ergerak), Paresthesia (rasa kesemutan), dan Pulselessness (tidak ada denyut) untuk menentukan status neuro!askuler dan (ungsi motorik pada &agian distal (raktur ( ee!es, ou", #o$khart, 2001). ontgen sinar)" pada &agian yang sakit merupakan parangkat diagnostik de(initi( yang digunakan untuk menentukan adanya (raktur. 'eskipun demikian, &e&erapa (raktur mungkin sulit dideteksi dengan menggunakan sinar)" pada a%alnya sehingga akan mem&utuhkan e!aluasi radiogra(i pada hari &erikutnya
Universitas Sumatera Utara

untuk mendeteksi &entuk $allus. 8ika di$urigai adanya perdarahan maka dilakukan pemeriksaan complete blood count (9B9) untuk menilai &anyaknya darah yang hilang. #e&ih lanjut, pera%at akan menilai komplikasi yang mungkin terjadi dan menentukan &e&erapa (aktor resiko terhadap komplikasi dimasa depan ( e!ees, ou", #o$khart, 2001).

1.4 Penatalaksanaan 'enurut #ong (1..:), ada &e&erapa terapi yang digunakan untuk pada pasien (raktur antara lain0 1. 6e&ridemen luka untuk mem&uang kotoran, &enda asing, jaringan yang rusak dan tulang yang nekrose 2. 'em&erikan toksoid tetanus 3. 'em&iakkan jaringan 4. *engo&atan dengan anti&iotik /. 'emantau gejala osteomyelitis, tetanus, gangrene gas :. 'enutup luka &ila tidak ada gejala in(eksi ;. eduksi (raktur

<. -mo&ilisasi (raktur .. +ompres dingin &oleh dilaksanakan untuk men$egah perdarahan, edema, dan nyeri 10. =&at pena%ar nyeri.

Universitas Sumatera Utara

2. Nyeri 2.1 Defenisi Nyeri 'enurut >sosiasi 1yeri -nternasional (1.;.) nyeri merupakan sensasi su&jekti( dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan &erkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual dan potensial yang dirasakan dalam kejadian) kejadian dimana terjadi kerusakan (->S*, 1..4 dalam *otter & *erry, 200/). Sedangkan de(enisi nyeri menurut 'ahon (1..4) &ah%a nyeri merupakan suatu kondisi yang le&ih dari sekedar sensasi tunggal yang dise&a&kan oleh stimulus tertentu. 1yeri &ersi(at su&jekti( dan sangat &ersi(at indi!idual. Stimulasi nyeri dapat &erupa stimulasi yang &ersi(at (isik dan mental, sedangkan kerusakan dapat terjadi pada jaringan aktual atau pada (ungsi ego seseorang indi!idu ('ahon, 1..4 dalam *otter & *erry, 200/). 1yeri merupakan sensasi tidak menyenangkan yang terlokalisasi pada suatu &agian tu&uh. 1yeri seringkali dijelaskan dalam istilah proses destruki( jaringan (seperti tertusuk)tusuk, panas ter&akar, melilit, seperti diro&ek)ro&ek, seperti diremas)remas) dan7atau suatu reaksi &adan atau emosi (misalnya perasaan takut, mual, ma&uk). 5ele&ih lagi, perasaan nyeri dengan intensitas sedang sampai kuat disertai oleh rasa $emas (ansietas) dan keinginan kuat untuk melepaskan diri dari atau meniadakan perasaan itu. Si(at)si(at ini menunjukkan kualitas nyeri0 nyeri merupakan sensasi maupun emosi. 8ika adekuat, nyeri se$ara karakteristik &erhu&ungan dengan peru&ahan tingkahlaku dan respon stres yang terdiri dari meningkatnya tekanan darah, denyut nadi, kontraksi otot lokal (misalnya (leksi anggota &adan, kekakuan dinding a&domen) (+urt, 1...). Selain itu, seseorang
Universitas Sumatera Utara

yang mengalami nyeri he&at akan &erkelanjutan apa&ila tidak ditangani pada akhirnya dapat mengaki&atkan syok neurogenik pada orang terse&ut (?anong, 1...). 'enurut (+ozier dan 2r&, 1.<3 dalam 5amsuri, 200;) nyeri adalah sensasi ketidaknyamanan yang dimani(estasikan se&agai penderita yang diaki&atkan oleh persepsi ji%a yang nyata, an$aman, dan (antasi luka. 'enga$u pada teori dari >sosiasi 1yeri -nternasional (1.;.), pemahaman tentang nyeri le&ih

menitik&eratkan pada manipulasi (isik atau menghilangkan kausa (isik. >dapun de(inisi dari +ozier dan 2r& (1.<3), nyeri diperkenalkan se&agai suatu pengalaman emosional yang penatalaksanaannya tidak hanya pada pengolahan (isik semata, namun penting juga untuk melakukan manipulasi (tindakan) psikologis untuk mengatasi nyeri.

2.2 Fisi l !i Nyeri eseptor nyeri adalah organ tu&uh yang &er(ungsi untuk menerima rangsang nyeri. =rgan tu&uh yang &erperan se&agai reseptor nyeri adalah ujung syara( &e&as dalam kulit yang &erespon hanya terhadap stimulus kuat yang se$ara potensial merusak. eseptor nyeri dise&ut juga nosireceptor,

se$ara anatomis reseptor nyeri ( nosireceptor) ada yang &ermielin dan ada juga yang tidak &ermielin dari syara( peri(er. Berdasarkan letaknya, nosireseptor dapat dikelompokkan dalam &e&erapa &agaian tu&uh yaitu pada kulit (kutaneus), somatik dalam (deep somatic), dan pada daerah !iseral, karena

Universitas Sumatera Utara

letaknya yang &er&eda)&eda inilah, nyeri yang tim&ul juga memiliki sensasi yang &er&eda (*otter & *erry, 200/). Nosireceptor kutaneus &erasal dari kulit dan su& kutan, nyeri yang &erasal dari daerah ini &iasanya mudah untuk dialokasi dan dide(inisikan. jaringan kulit (kutaneus) ter&agi dalam dua komponen yaitu 0 1. eseptor > delta 'erupakan sera&ut komponen $epat (ke$epatan tranmisi :)30 m7det) yang memungkinkan tim&ulnya nyeri tajam yang akan $epat hilang apa&ila penye&a& nyeri dihilangkan. 2. Sera&ut 9 'erupakan sera&ut komponen lam&at (ke$epatan tranmisi 0,/ m7det) yang terdapat pada daerah yang le&ih dalam, nyeri &iasanya &ersi(at tumpul dan sulit dilokalisasi. Struktur reseptor nyeri somatik dalam meliputi reseptor nyeri yang terdapat pada tulang, pem&uluh darah, syara(, otot, dan jaringan penyangga lainnya. +arena struktur reseptornya kompleks, nyeri yang tim&ul merupakan nyeri yang tumpul dan sulit dilokalisasi. eseptor nyeri jenis ketiga adalah reseptor !iseral, reseptor ini meliputi organ)organ !iseral seperti jantung, hati, usus, ginjal dan se&againya. 1yeri yang tim&ul pada reseptor ini &iasanya tidak sensiti( terhadap pemotongan organ, tetapi sangat sensiti( terhadap penekanan, iskemia dan in(lamasi (5amsuri, 200;).
Universitas Sumatera Utara

eseptor

2.3 Klasifikasi Nyeri 2.3.1 Klasifikasi Nyeri Ber"asarkan A#itan Berdasarkan %aktu kejadian, nyeri dapat dikelompokkan se&agai nyeri akut dan nyeri kronis. 1yeri akut adalah nyeri yang terjadi dalam %aktu atau durasi 1 detik sampai dengan kurang dari enam &ulan, sedangkan nyeri kronis adalah nyeri yang terjadi dalam %aktu le&ih dari enam &ulan. 1yeri akut dapat dipandang se&agai nyeri yang ter&atas dan &erman(aat untuk mengidenti(ikasi adanya $edera atau penyakit pada tu&uh. 1yeri akut &iasanya menghilang dengan sendirinya dengan atau tanpa tindakan setelah kerusakan jaringan menyem&uh (5amsuri, 200;). 1yeri kronis umumnya tim&ul tidak teratur, intermitten, atau &ahkan persisten. 1yeri ini menim&ulkan kelelahan mental dan (isik (5amsuri, 200;). *ada indi!idu yang mengalami nyeri kronis tim&ul suatu perasaan tidak aman karena ia tidak pernah tahu apa yang dirasakan dari hari ke hari. ?ejala nyeri kronik meliputi keletihan, insomnia, anoreksia, penurunan &erat &adan, depresi, putus asa, dan kemarahan ( *otter & *erry, 200/). 2.3.2 Klasifikasi Nyeri Ber"asarkan $ kasi Berdasarkan lokasi nyeri, nyeri dapat di&edakan menjadi enam jenis, yaitu nyeri super(isial, nyeri somatik dalam, nyeri !iseral, nyeri alih, nyeri se&ar, dan nyeri &ayangan (fantom) (5amsuri, 200;). 1yeri super(isial &iasanya tim&ul aki&at stimulasi kulit seperti pada laserasi, luka &akar, dan se&againya. 1yeri &erlangsung se&entar, terlokalisasi, dan memiliki sensasi yang tajam.
Universitas Sumatera Utara

1yeri somatik dalam (deep somatic pain) adalah nyeri yang terjadi pada otot tulang serta struktur penyokong lainnya, umumnya nyeri &ersi(at tumpul dan distimulasi dengan adanya perenggangan dan iskemia. 1yeri !iseral adalah nyeri yang dise&a&kan oleh kerusakan organ interna. 1yeri &ersi(at di(usi dan dapat menye&ar ke&er&agai arah. 6urasi &er!ariasi tetapi &iasanya &erlangsung le&ih lama dari pada nyeri super(isial. 1yeri dapat terasa tajam, tumpul atau unik tergantung organ yang terli&at. 1yeri se&ar (radiasi) adalah sensasi nyeri yang meluas dari sensasi asal ke jaringan sekitar. 1yeri dapat &ersi(at intermitten atau konstan. 1yeri (antom adalah nyeri khusus yang dirasakan klien yang mengalami amputasi. 1yeri oleh klien dipersepsikan &erada pada organ yang telah diamputasi seolah)olah organnya masih ada. 1yeri alih (reffered pain) adalah nyeri yang tim&ul aki&at adanya nyeri !iseral yang menjalar ke organ lain, sehingga dirasakan nyeri pada &e&erapa tempat dan lokasi. 1yeri jenis ini dapat tim&ul karena masuknya neuron sensori dari organ yang mengalami nyeri ke dalam medula spinalis dengan sera&ut sara( yang &erada pada &agian tu&uh lainnya. 2.3.3 Klasifikasi Nyeri Ber"asarkan %r!an 1yeri organik adalah nyeri yang diaki&atkan adanya kerusakan (aktual atau potensial) organ. 1yeri neurogenik adalah nyeri aki&at gangguan neuron, misalnya pada neuralgia dan dapat terjadi se$ara akut maupun kronis. 1yeri psikogenik adalah nyeri aki&at &er&agai (aktor psikologis, umumnya terjadi ketika e(ek)e(ek psikogenik seperti $emas dan akut tim&ul pada klien (5amsuri, 200;).
Universitas Sumatera Utara

2.& Fakt r'fakt r yan! Mem(en!aru)i Nyeri #ingkungan yang tidak nyaman dapat memperkuat persepsi nyeri. Suasana ri&ut, panas, dan kotor akan mem&uat pasien merasa intensitas nyerinya le&ih tinggi. Se&aliknya, jika suasanya tenang, nyaman, dan &ersih akan mem&entu men$iptakan perasaan rileks sehingga rasa nyeri dapat dikurangi (5aylor, 1..;). ,sia juga dapat &erpengaruh terhadap persepsi seseorang tentang nyeri. 5oleransi terhadap nyeri meningkat sesuai dengan pertam&ahan usia, misalnya semakin &ertam&ahnya usia seseorang maka semakin &ertam&ah pula pemahaman terhadap nyeri dan usaha mengatasinya (*riharjo, 1..:). +elelahan meningkatkan persepsi nyeri. asa kelelahan menye&a&kan

sensasi nyeri semakin intensi( dan menurunkan kemampuan koping. 1yeri seringkali le&ih &erkurang setelah indi!idu mengalami suatu periode tidur yang lelap di&andingkan pada akhir hari yang melelahkan (*otter & *erry, 200/). i%ayat se&elumnya &erpengaruh terhadap persepsi seseorang terhadap nyeri. =rang yang sudah mempunyai pengalaman tentang nyeri akan le&ih siap menerima perasaan nyeri. Sehingga dia le&ih merasakan nyeri ringan dari pengalaman pertamanya (5aylor, 1..;). 'ekanisme peme$ahan masalah mempengaruhi kemampuan indi!idu untuk mengatasi nyeri. -ndi!idu sering kali menemukan &er&agai $ara untuk mengem&angkan koping terhadap e(ek (isik dan psikologis nyeri. Sum&er)sum&er koping indi!idu selama mengalami nyeri seperti &erkomunikasi dengan keluarga pendukung, melakukan latihan atau menyanyi (*otter & *erry, 200/).

Universitas Sumatera Utara

+eper$ayaan dan agama mempengaruhi persepsi seseorang terhadap nyeri. 6alam agama tertentu, kesa&aran adalah hal yang paling &erharga di mata 5uhan. +adang)kadang nyeri dianggap se&agai peringatan atas kesalahan yang telah di&uat sehingga orang terse&ut merasa pasrah dalam menghadapi nyeri (5aylor, 1..;). +eyakinan dan nilai)nilai &udaya mempengaruhi $ara indi!idu mengatasi nyeri. -ndi!idu mempelajari apa yang diharapkan dan apa yang diterima oleh ke&udayaan mereka. @al ini meliputi &agaimana &ereaksi terhadap nyeri (9a!illo dan Flaskerud 1..1 dalam *otter & *erry, 200/). -ndi!idu yang &erorientasi pada masa yang lalu dapat menerima nyeri se&agai &agian dari kehidupan. Suatu kejadian yang alamiah, dan dengan demikian nyeri merupakan sesuatu kejadian yang alamiah, dan sesuatu yang dapat ditoleransi (*otter & *erry, 200/). >danya orang)orang yang mem&rikan dukungan amat &erpengaruh terhadap nyeri yang dirasakan. -ndi!idu yang mengalami nyeri sering kali &ergantung kepada anggota keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan, &antuan, atau perlindungan (*otter & *erry, 200/). 2.* +es( n Tu,u) Ter)a"a( Nyeri 2.*.1 +es( n fisik espon (isik tim&ul karena pada saat impuls nyeri ditransmisikan oleh medulla spinalis menuju &atang otak dan thalamus, sistem sara( otonom terstimulasi, sehingga menim&ulkan respon yang serupa dengan respon tu&uh terhadap stres. *ada nyeri skala ringan sampai moderat serta nyeri super(isial,
Universitas Sumatera Utara

tu&uh &ereaksi mem&angkitkan General Adaptation Syndrome ( eaksi Fight or Flight), dengan merangsang sistem sara( simpatis sedangkan pada nyeri yang &erat dan tidak dapat ditoleransi serta nyeri yang &erasal dari organ !iseral, akan mengaki&atkan stimulasi terhadap sara( parasimpatis (5amsuri, 200;). 2.*.2 +es( n Perilaku espon perilaku yang tim&ul pada klien yang mengalami nyeri dapat &erma$am)ma$am. 'einhart dan '$. 9a((ery (1.<3) menggam&arkan (ase perilaku terhadap nyeri yaitu0 antisipasi, sensasi, dan pas$a nyeri ('$. 9a((ery dalam 5amsuri, 200;). Fase antisipasi merupakan (ase yang paling penting dan merupakan (ase yang memungkinkan indi!idu untuk memahami nyeri. -ndi!idu &elajar untuk mengendalikan emosi (ke$emasan) se&elum nyeri mun$ul, karena ke$emasan dapat menye&a&kan peringatan sensasi nyeri yang terjadi pada klien dan atau tindakan ulang yang dilakukan oleh indi!idu untuk mengatasi nyeri menjadi kurang e(ekti(. *ada saat terjadi nyeri, &anyak perilaku yang diungkapkan oleh seorang indi!idu yang mengalami nyeri seperti menangis, meringis, meringkukkan &adan, menjerit, dan &ahkan &erlari)lari. *ada (ase paska nyeri, indi!idu &isa saja mengalami trauma psikologis, takut, depresi, serta dapat juga menjadi menggigil. 2.*.3 +es( n Psik l !is espon psikologis sangat &erkaitan dengan pemahaman klien terhadap nyeri yang terjadi atau arti nyeri &agi indi!idu. -ndi!idu mengartikan nyeri se&agai suatu yang negati( $enderung memiliki suasana hati sedih, &erduka,
Universitas Sumatera Utara

ketidak&erdayaan, dan dapat &er&alik menjadi rasa marah dan (rustasi. Se&aliknya pada indu!idu yang memiliki persepsi nyeri se&agai pengalaman positi( akan menerima nyeri yang dialaminya (5amsuri, 200;).

2.- Intensitas Nyeri -ntensitas nyeri adalah gam&aran tentang se&erapa parah nyeri dirasakan oleh indi!idu, pengukuran intensitas nyeri sangat su&jekti( dan indi!idual. 1yeri dalam intensitas yang sama kemungkinan dirasakan sangat &er&eda oleh dua orang yang &er&eda. *engukuran nyeri dengan pendekatan o&jekti( yang paling mungkin adalah menggunakan respon (isiologik tu&uh terhadap nyeri itu sendiri. 1amun, pengukuran dengan tehnik ini juga tidak dapat mem&erikan gam&aran pasti tentang nyeri itu sendiri (5amsuri, 200;). *engkajian nyeri yang (aktual dan akurat di&utuhkan untuk menetapkan data dasar dan untuk menetapkan diagnosa kepera%atan yang tepat. ,ntuk itu perlu menyeleksi terapi yang $o$ok dan untuk menge!aluasi respon klien terhadap terapi. Saat mengkaji nyeri, pera%at harus sensiti( terhadap tingkat ketidaknyamanan klien (*otter & *erry, 200/). *engkajian karakteristik umum nyeri mem&antu pera%at mengetahui pola nyeri dan tipe terapi yang digunakan untuk mengatasi nyeri. +arakteristik nyeri meliputi a%itan dan durasi, lokasi nyeri, intensitas nyeri, kualitas dan tindakan) tindakan yang memper&erat dan memperingan nyeri. >da &anyak instrument pengukur nyeri, diantaranya yang dikemukakan oleh >@9* 0 (1) Skala analog

Universitas Sumatera Utara

visual, (2) Numerical rating scale dan, (3) Skala intensitas nyeri deskriptif. 6apat dilihat pada gam&ar 1. .am,ar 1 Skala Intensitas Nyeri 1) / Skala analog visual

2) Numerical Rating Scale

Ti"ak nyeri

& * Nyeri Se"an!

3 10 San!at nyeri

3/ Skala Intensitas Nyeri Deskritif

'enurut Smeltzer & Bare, (2002) Keteran!an 4 0 05idak nyeri 1)30 1yeri ringan 0 se$ara o&yekti( klien dapat &erkomunikasi dengan &aik.

Universitas Sumatera Utara

4): 0 1yeri sedang 0 se$ara o&yekti( klien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dan dapat mengikuti perintah dengan &aik. ;). 0 1yeri &erat 0 se$ara o&yekti( klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi, na(as panjang dan distraksi. 10 0 1yeri sangat &erat 0 pasien sudah tidak mampu lagi &erkomunikasi, memukul. +arakteristik paling su&yekti( pada nyeri adalah tingkat keparahan atau intensitas nyeri terse&ut. +lien seringkali diminta untuk mendeskripsikan nyeri se&agai yang ringan, sedang atau parah. 1amun, makna istilah)istilah ini &er&eda &agi pera%at dan klien. 6ari %aktu ke %aktu in(ormasi jenis ini juga sulit untuk dipastikan. Skala deskripti( merupakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri yang le&ih o&yekti(. Skala pendeskripsi !er&al (Verbal escriptor Scale, A6S)

merupakan se&uah garis yang terdiri dari tiga sampai lima kata pendeskripsi yang tersusun dengan jarak yang sama di sepanjang garis. *endeskripsi ini diranking dari Btidak terasa nyeriC sampai Bnyeri yang tidak tertahankanC. *era%at menunjukkan klien skala terse&ut dan meminta klien untuk memilih intensitas nyeri ter&aru yang ia rasakan. *era%at juga menanyakan se&erapa jauh nyeri terasa paling menyakitkan dan se&erapa jauh nyeri terasa paling tidak menyakitkan. >lat A6S ini memungkinkan klien memilih se&uah kategori untuk
Universitas Sumatera Utara

mendeskripsikan nyeri. Skala penilaian numerik (Numerical rating scales, 1 S) le&ih digunakan se&agai pengganti alat pendeskripsi kata. 6alam hal ini, klien menilai nyeri dengan menggunakan skala 0)10. Skala paling e(ekti( digunakan saat mengkaji intensitas nyeri se&elum dan setelah inter!ensi terapeutik. >pa&ila digunakan skala untuk menilai nyeri, maka direkomendasikan patokan 10 $m (>@9* , 1..2 dalam *otter & *erry, 200/). Skala analog !isual (Visual analog scale, A>S) tidak mela&el su&di!isi. A>S adalah suatu garis lurus, yang me%akili intensitas nyeri yang terus menerus dan pendeskripsi !er&al pada setiap ujungnya. Skala ini mem&eri klien ke&e&asan penuh untuk mengidenti(ikasi keparahan nyeri. A>S dapat merupakan pengukuran keparahan nyeri yang le&ih sensiti( karena klien dapat

mengidenti(ikasi setiap titik pada rangkaian dari pada dipaksa memilih satu kata atau satu angka (*otter & *erry, 200/). Skala nyeri harus diran$ang sehingga skala terse&ut mudah digunakan dan tidak mengkonsumsi &anyak %aktu saat klien melengkapinya. >pa&ila klien dapat mem&a$a dan memahami skala, maka deskripsi nyeri akan le&ih akurat. Skala deskripti( &erman(aat &ukan saja dalam upaya mengkaji tingkat keparahan nyeri, tapi juga menge!aluasi peru&ahan kondisi klien. *era%at dapat menggunakannya setelah terapi atau saat gejala menjadi le&ih mem&uruk atau menilai apakah nyeri mengalami penurunan atau peningkatan ( *otter & *erry, 200/).

Universitas Sumatera Utara

2.1 Penatalaksanaan Nyeri 'enurut *otter & *erry (200/), penatalaksanaan nyeri dapat di&agi menjadi dua $ara, yaitu0 1) 'anajemen Farmakologi 1) >nalgetika narkotika 2) >nalgetika non narkotika 2) 'anajemen non (armakologi 1) Bim&ingan antisipasi 2) 6istraksi 3) !iofeedback 4) @ypnosis)6iri /) 'engurangi persepsi nyeri :) Stimulasi kutaneus

3. K m(res Din!in 3.1 Definisi K m(res Din!in +ompres dingin adalah suatu teknik dari stimulasi kulit yang dilakukan untuk menghilangkan nyeri dan merupakan langkah sederhana dalam upaya menurunkan persepsi nyeri. +ompres dingin dapat menghilangkan nyeri dan meningkatkan proses penyem&uhan yang mengalami kerusakan. +ompres dingin dapat dilakukan di dekat lokasi nyeri atau di sisi tu&uh yang &erla%anan tetapi &erhu&ungan dengan lokasi nyeri, hal ini memakan %aktu / sampai 10 menit. *engompresan di dekat lokasi aktual nyeri $enderung mem&eri hasil yang
Universitas Sumatera Utara

ter&aik. Seorang klien dengan merasakan sensasi dingin, ter&akar, dan sakit serta &aal. >pa&ila klien merasa &aal, maka es harus diangkat (*otter & *erry, 200/). 3.2 5fek Fisi l !is K m(res "in!in 'enurut 5amsuri (200;), pada aplikasi dinginD selain mem&erikan e(ek menurunkan sensasi nyeri, aplikasi dingin juga mem&erikan e(ek (isiologis0 1. 'enurunkan respons in(lamasi jaringan 2. 'enurunkan aliran darah 3. 'engurangi edema *em&erian unsur dingin pada tempat tertentu mem&a%a aki&at penyempitan pada pem&uluh)pem&uluh darah. 6engan $ara ini terjadi pengentalan darah, dan ini dapat menghalangi atau mem&atasi penye&aran darah keluar dari pem&uluh &ila terjadi suatu &ekuan. Se&agai aki&at dingin rasa sakit sangat &erkurang. 'aka pem&erian unsur dingin ini harus dilakukan &erulang) ulang (Ste!ens, 2000). 3.3 In"ikasi "an K ntrain"ikasi K m(res "in!in *enggunaan kompres dingin diindikasikan pada (5amsuri, 200;)0 1. 5rauma 12)24 jam pertama 2. Fraktur 3. ?igitan serangga 4. *erdarahan /. Spasme otot :. >rthritis rheumatoid ;. *ruritus
Universitas Sumatera Utara

h. Sakit kepala. *enggunaan kompres dingin dikontraindikasikan pada0 1. *enyakit einaud 2. >lergi dingin 3. 5rauma yang lama (le&ih dari 4< jam) ,ntuk mem&erikan e(ek terapeutik yang diharapkan (mengurangi nyeri), se&aiknya suhu tidak terlalu dingin (yaitu, &erkisar antara 12 9), karena suhu yang terlalu dingin selain mem&erikan rasa yang tidak nyaman juga dapat menye&a&kan frostbite " mem&eku (5amsuri, 200;). 3.& Pr se"ur Pelaksanaan Pem,erian K m(res Din!in 'enurut @egner (2003), adapun tahapan pem&erian kompres dingin yang dilakukan adalah se&agai &erikut0 1. 9u$i tangan. 2. esponden dipersilahkan untuk memilih posisi yang diinginkan selama inter!ensi, &isa &er&aring atau duduk dan jaga pri!asi pasien. 3. 'empersiapkan alat dan &ahan yang diperlukan0 Siapkan kantong kompres dingin se&agai &erikut0 1) Bila menggunakan es &atu, &ilas se&entar dalam air untuk menghilangkan ujung)ujungnya yang tajam. 2) -si kantong kompres setengahnya, se&elumnya periksa ketepatan temperatur es yang diukur dengan menggunakan termometer dalam rentang suhu antara 12 o9, hindari mengisinya terlalu &erat.
o

Universitas Sumatera Utara

1) +eluarkan udara dari kantong kompres dengan $ara meletakkan kantong kompres di atas meja dengan posisi horizontal, tekan kantong sampai udara keluar lalu tutup kantong terse&ut dengan ken$ang. 2) ,ji adanya ke&o$oran. 3) #ap hingga kering dengan handuk. 4. *erhatikan area yang akan di&eri kompres. /. +antong es sama sekali tidak &oleh diletakkan di atas kulit yang telanjang, +ompreskan kantong es ke &agian yang sakit dengan mem&alut kantong es dengan kain katun atau kain (lannel. :. *eriksa area kulit setiap kali pengompresan. #aporkan dengan segera ke pera%at jika kulit mengalami diskolorasi. ;. 8ika tidak ada e(ek samping yang terjadi, angkat kantong es setelah 10 menit. *erhatikan kondisi area terse&ut. <. Setelah prosedur &ereskan semua alat, &antu pasien untuk posisi yang nyaman. .. 9u$i tangan kem&ali, melaporkan penyelesaian prosedur penelitian.

Universitas Sumatera Utara

You might also like