You are on page 1of 12

BAB XII PERENCANAAN DAERAH END BLOCK (ZONA ANGKUR) XII.1.

Pendahuluan Zona angkur merupakan bagian komponen struktur prategang pasca tarik dimana gaya prategang terpusat disalurkan ke beton dan disebarkan secara lebih merata ke seluruh bagian penampang. Panjang daerah zona angkur adalah sama dengan dimensi terbesar penampang. Sedangkan, untuk perangkat angkur tengah, zona angkur mencakup daerah terganggu di depan dan di belakang perangkat angkur tersebut. Secara umum, zona angkur dibagi menjadi 2 jenis, yaitu : 1. Zona angkur lokal, yang berbentuk prisma persegi yang berada di sekitar angkur dan tulangan-tulangan pengekang 2. Zona angkur global, yang merupakan daerah pengangkuran sejauh dimensi terbesar penampang yang juga mencakup zona angkur lokal. ntuk perencanaan daerah pengangkuran lokal dan global, hal-hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut : 1. !idasarkan pada gaya tendon ter"aktor, Psu 2. #aktor beban $ 1.2 terhadap gaya penarikan tendon maksimum %. #aktor reduksi untuk zona pengangkuran pasaca tarik $ &.'( ). Pada zona pengangkuran harus dipasang tulangan untuk memikul gaya pencar, belah dan pecah yang timbul akibat pengangkuran tendon. (. *ulangan minimum dengan kuat tarik nominal sama dengan 2 + dari masing-masing gaya tendon ter"aktor harus dipasang pada arah-arah ortogonal yang sejajar dengan sisi belakang dari daerah pengangkuran untuk membatasi spalling ,pecahSelain itu, aspek-aspek material yang perlu diperhatikan adalah : 1. .uat tekan nominal beton pada daerah pengangkuran global dibatasi sebesar
' 0.7 f ci

2. *endon pasca tarik tidak boleh ditegangkan sampai nilai kuat tekan contoh silinder yang dira/at sesuai dengan komponen strukturnya mencapai 2' 0Pa untuk tendon majemuk atau paling sedikit 11.( 0Pa untuk tendon atau batang tunggal. XII.2. Zona Ang u! d" #u$%uan

XII.2.1. D"&'!"(u&" #egangan Pemusatan tegangan tekan yang besar dalam arah longitudinal terjadi di penampang tumpuan pada segmen kecil di muka ujung balok, baik pada balok pratarik maupun pada balok pasca tarik, akibat dari gaya prategang yang besar. Pada balok pratarik, trans"er beban yang terpusat dari gaya prategang ke beton di sekitarnya secara gradual terjadi di seluruh panjang lt dari penampang tumpuan sampai pada dasarnya menjadi seragam. Pada balok pasca tarik, trans"er dan distribusi beban secara gradual tidak mungkin terjadi karena gayanya bekerja secara langsung di muka ujung balok melalui pelat tumpu dan angkur. 2uga, sebagian atau seluruh tendon di balok pasca tarik ditinggikan atau dibentuk drapped ke arah serat atas melalui bagian badan dari penampang beton. 3danya transisi secara tidak gradual pada tegangan tekan longitudinal dari yang terpusat ke bentuk yang terdistribusi linier menimbulkan tegangan tarik trans4ersal besar di arah 4ertikal ,trans4ersal-. 5etak longitudinal juga terjadi pada daerah angkur. 3pabila tegangan tersebut melebihi modulus rupture beton, maka zona angkur akan terbelah ,retak- secara longitudinal, kecuali apabila penulangan 4ertikal digunakan. 6okasi tegangan beton dan retaknya serta retak spalling atau bursting bergantung pada lokasi dan distribusi gaya terpusat horisontal yang diberikan oleh tendon prategang ke plat tumpu ujung. .adang-kadang luas penampang perlu diperbesar secara gradual di lokasi yang semakin mendekati tumpuan dengan cara membuat lebar badan di tumpuan sama dengan lebar sayap untuk mengakomodasi tendon yang ditinggikan, seperti terlihat pada 7ambar 899.1,a-. :amun, peningkatan luas penampang tersebut tidak berkontribusi dalam mencegah retak spalling atau bursting, dan tidak mempunyai pengaruh pada pengurangan tarik trans4ersal di beton. Pada kenyataannya, baik hasil pengujian maupun analisis teoritis dari masalah tegangan tiga dimensi menunjukkan bah/a tegangan tarik dapat membesar.

Ga$(a! XII.1. Zone Ang u! U)ung un'u #endon #e!le a' (a). #!an&"&" e dae!ah &ol"d d" 'u$%uan ((). Zona u)ung dan !e'a &%all"ng !engan demikian, perkuatan pengangkuran sangat dibutuhkan di daerah trans"er beban dalam bentuk tulangan tertutup, sengkang atau alat-alat pengangkuran yang menutupi semua prategang utama dan penulangan longitudinal nonprategang. !alam hal balok pasca tarik, perkuatan 4ertikal perlu diadakan untuk mengekang kait di dekat muka ujung di belakang plat tumpu. XII.2.2. Pan)ang #!an&*e! dan Pen+alu!an %ada Ko$%oen &'!u 'u! P!a'a!" De&a"n Penulangan Ang u!. Pada saat gaya jacking dilepaskan pada komponen struktur pratarik, gaya prategang secara dinamis ditrans"er melalui lekatan antarmuka ke beton disekelilingnya. 3dhesi antara sekitar tendon prategang dan beton di sepanjang terhingga dari tendon secara gradual mentrans"er gaya prategang yang terpusat ke seluruh bagian beton di bidangbidang yang jauh dari zone angkur dan menuju ke tengah bentang. Panjang penanaman menentukan besarnya prategang yang dapat timbul disepanjang bentang, semakin besar panjang penanaman, akan semakin besar pula prategang yang timbul. Pada gambar 899.2 dijelaskan diagram hubungan antara tegangan baja dengan panjang dan

penyaluran untuk strand prategang.

Ga$(a! XII.2. Pan)ang Pen+alu!an un'u ,'!and P!a'egang !ari 7ambar 899.2, jelaslah bah/a panjang penanaman ld yang menghasilkan pengembangan penuh tegangan merupakan kombinasi dari panjang trans"er lt dan panjang lekatan l". Panjang tersebut masing-masing adalah :

lt =
atau

1 f pe 1000 3

d b

f pe lt = 3000 d b
dan

lf =

1 ( f ps f pe )d b 1000

dimana: "ps $ tegangan pada baja prategang dengan kekuatan nominal "pe $ tegangan prategang e"ekti" sesudah kehilangan gaya prategang

db $ diameter nominal tendon prategang Sehingga panjang minimum penyaluran yang diperlukan untuk strands prategang adalah :

Min l d =

1 2 f ps f pe d b 1000 3

2ika bagian dari tendon dilapisi di dekat ujung balok untuk mengurangi tegangan lekatan yang terkonsentrasi di ujung, maka trans"er tegangan di daerah tersebut akan hilang dan panjang penyaluran ld yang lebih besar dibutuhkan. XII.-. Dae!ah Ang u! Pa&.a #a!" (#eo!" ,'!u' and #"e dan #eo!" Ela&'"& /"n"e!)

Zona angkur dapat dide"inisikan sebagai 4olume beton dimana gaya prategang yang terpusat pada angkur menyebar ke arah trans4ersal menjadi terdistribusi linier di seluruh tinggi penampang di sepanjang bentang. Panjang daerah ini mengikuti prinsip ,'. 0enan', yaitu bah/a tegangan menjadi seragam di lokasi sejauh kira-kira sama dengan penampang h diukur dari lokasi alat angkur. .eseluruhan prisma yang mempunyai panjang trans"er h adalah zona angkur total, yang terdiri dari zona angkur lokal dan global. Penulangan pengekang di seluruh zona angkur harus sedemikain hingga mencegah pembelahan dan bursting yang merupakan hasil dari gaya tekan terpusat besar yang disalurkan melalui alat angkur. Selain itu, pengecekan tegangan tumpu di beton pada zona lokal harus dilakukan, yang merupakan akibat dari gaya tekan besar tersebut, untuk menjamin bah/a kapasitas tumpu tekan izin beton tidak pernah dilampui. XII.-.1. 1e'oda De&a"n un'u Zone Ang u! U$u$ Pada dasarnya, ada tiga metode yang dapat digunakan untuk mendesain zone angkur, yaitu : a. Pendekatan 3nalisis ;lastis 6inier termasuk Penggunaan ;lemen <ingga. <al ini meliputi perhitungan keadaan tegangan elastis linier secara rinci. Penerapan 0etode ;lemen <ingga ini agak dibatasi oleh sulitnya membuat model yang memadai yang dapat memodelkan secara benar retak yang terjadi beton . Sekalipun demikian, asumsi-asumsi yang memadai dapat selalu dilakukan untuk mendapatkan hasil yang

masuk akal. b. Pendekatan Plastisitas yang didasarkan atas .eseimbangan seperti 0odel Strut and *ie. 0etode Strut and *ie digunakan untuk mengidealisasi jejak gaya prategang sebagai struktur rangka batang dengan gaya-gaya yang mengikuti prinsip-prinsip keseimbangan yang biasa dikenal. =eban ultimit yang diperoleh dari metode ini dikontrol dengan kegagalan pada salah satu komponen tarik atau tekan. 0etode ini biasanya memberikan hasil yang konser4ati" untuk aplikasi ini. c. 0etode Pendekatan. 9ni dapat digunakan untuk penampang persegi panjang tanpa diskontinuitas. XII.-.2. 1e'ode Anal"&"& Ela&'"& /"n"e! un'u 1enen'u an #ulangan Penge ang !aerah angkur mengalami tiga le4el tegangan, yaitu a. *egangan tumpu besar di depan alat angkur. Pengekangan beton yang memadai dibutuhkan untuk mencegah kegagalan tekan b. *egangan tumpu tarik besar di daerah kontur tarik, tegak lurus sumbu tendon c. *ekan besar di medan ,pusat- tegangan. 3nalisis tegangan elastis linier dapat memprediksi lokasi retak dan memberikan estimasi pendekatan yang dapat diyakini mengenai aliran tegangan sesudah terjadinya retak. !aerah penulangan tarik dihitung untuk memikul gaya tarik total yang diperoleh melalui integrasi tegangan tarik di beton. !i daerah tegangan tekan, jika gaya tekan sangat besar, adanya tulangan tekan tambahan menjadi keharusan. 3nalisis elemen hingga elastis linier, menghasilkan penentuan yang lebih akurat mengenai keadaan tegangan di zona angkur. :amun, proses perhitungan tersebut sangat memakan /aktu dan biaya serta hasilnya mungkin hanya terbatas karena kesulitan dalam mendapatkan model yang memadai yang dapat secara benar memodelkan retak yang terjadi di beton. Sehingga, untuk memprediksi respons pasca retak dapat digunakan analisis elemen hingga nonlinier. 3dapun persamaan yang digunakan untuk menghitung luas total tulangan baja yang dibutuhkan adalah :

At =

T fs

dimana :

T=

M max hx

XII.-.-. 1e'ode ,'!u' and #"e un'u Penulangan Blo U)ung Penge ang .onsep Strut and Tie didasarkan atas pendekatan plastisitas untuk aliran gaya di zona angkur dengan menggunakan sejumlah batang-batang lurus tarik dan tekan yang bertemu di titik-titik diskret yang disebut nodal sehingga membentuk rangka batang. 7aya tekan dipikul oleh batang tekan ,strut- dan gaya tarik dipikul oleh penulangan nonprategang dari baja lunak yang ber"ungsi sebagai tulangan tarik pengekang atau oleh baja prategang. .uat leleh tulangan pengekang angkur digunakan untuk menentukan luas penulangan total yang dibutuhkan didalam blok angkur. 7ambar 8999.%. mengilustrasikan aliran gaya prategang P konsentris dan eksentris di depan titik tangkap gaya tersebut melalui alat angkur menuju ujung zona umum dimana tegangan menjadi seragam dengan menggunakan prinsip ,'. 0enan'.

,a-. Plat tumpu yang terletak di tengah

,b-. Plat tumpu di atas dan ba/ah

,c-. Plat tumpu di atas

,d-. Plat tumpu di ba/ah

,e-. % plat tumpu yang terletak simetris Ga$(a! XII.-. , e$a Ga+a #e an %ada 1odel Strut and Tie Setelah retak signi"ikan terjadi, trjektori tegangan tekan di beton cenderung memusat menjadi garis lurus yang dapat diidealisasikan menjadi batang lurus yang mengalami tekan uniaksial. =atang tekan ini dapat dipandang sebagai bagian dari uit rangka batang dimana tegangan tarik utama diidealisasikan sebagai batang tarik di unit rangka batang dengan lokasi nodal yang ditentukan oleh arah rangka batang tekan. 7ambar 899.).,amenunjukkan pemodelan batang tekan dan 7ambar 899.).,b- menunjukkan rangka batang strut and tie untuk pengangkuran berganda di penampang berbentuk * bersayap.

,a-. 7aya *ekan

,i- !enah

,ii- *ampak samping

,iii- Potongan ,b-. Pembuatan model strut and tie pada penampang bersayap dengan banyak angkur

Ga$(a! XII.2. Pe$(ua'an 1odel ,'!u' and #"e 7ambar 899.( merangkum konsep model Strut and *ie ideal di zona angkur.
,a-. ;ksentrisitas kecil atau konsentris ,b-. ;ksentrisitas besar ,c-. 3ngkur ganda ,d-. 3ngkur eksentris dan reaksi tumpuan

,e-. *endon lurus dan miring ,"-. *endon lengkung dan miring

Ga$(a! XII.3. 1odel ,'!u' and #"e #"%" al un'u Zone Ang u! U)ung 7ambar 899.> menunjukkan sketsa rangka batang strut and tie untuk kasus konsentris dan eksentris untuk penampang solid dan penampang bersayap sebagaimana diberikan didalam S:9-2&&2.
,b-. Penampang bersayap, P konsentris * $ &.2( P ,a-. Penampang persegi panjang, P konsentris * $ &.2( P

,c-. Penampang bersayap, P eksentris * $ &.2( P

Ga$(a! XII.4. Rang a Ba'ang Ideal %ada 1odel ,'!u' and #"e D" Ka&u& E &en'!"& dan Kon&en'!"& (e!da&a! an ,'anda! ,NI52662 =atang tarik dalam analogi rangka batang dapat diasumsikan ada jarak h?2 dari alat angkur. !ari semua diagram, jelaslah bah/a perencana harus membuat engineering judgment mengenai banyaknya jejak tekan berikut tarik yang dihasilkan titik-titik nodalnya, khususnya di dalam kasus khusus yang menggunakan alat angkur berganda. Salah satu metode perhitungan yang dapat digunakan untuk perencanaan daerah pengangkuran global, yaitu :

a T pencar = 0.25Psu 1 h d pencar = 0.5( h 2e )


dimana : Psu $ jumlah dari beban tendon ter"aktor a e h $ tinggi alat angkur atau sekelompok untuk alat yang berjarak dekat $ eksentrisitas alat angkur atau sekelompok alat yang berjarak dekat diukur dari pusat berat penampang balok $ tinggi penampang

3lat angkur dipandang berjarak dekat apabila jarak as ke asnya tidak melebihi 1.( kali

lebar alat angkur tersebut.

XII.-.2. #egangan #u$%u I7"n *egangan tumpu izin maksimum di dudukan alat angkur tidak boleh melebihi yang terkecil diantara dua nilai yang diperoleh dari kedua persamaan berikut :
' f b 0.7 f ci
' f b 2.25 f ci

A Ag

dimana : "b
' f ci

$ beban tendon ter"aktor maksimum Pu dibagi dengan luas tumpu e"ekti" 3b $ kuat tekan beton pada saat diberi tegangan $ luas maksimum pada bagian dari permukaan pendukung yang secara geometris sama dengan luas yang dibebani dan konsentris dengannya $ luas bruto plat tumpu $ luas netto e"ekti" plat tumpu yang dihitung sebagai luas 3g dikurangi dengan luas lubang-lubang di plat tumpu

3 3g 3b

.edua persamaan di atas hanya berlaku jika penulangan di zona umum digunakan dan jika banyaknya beton di sepanjang sumbu tendon di depan alat angkur sedikitnya 2 kali panjang zona lokal.

You might also like