You are on page 1of 26

LEMBAR JAWABAN LANDASAN PEDAGOGIK

(UJIAN AKHIR SEMESTER)

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Menyelesaikan Mata Kuliah Landasan Pedagogik (PS701) yang diampu oleh Dr. Ocih Setiasih, M. Pd. Penulis: (1302448)

Syakti Perdana Sriyansyah

Program Studi Pendidikan Fisika Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung 2014

LEMBAR JAWABAN
LANDASAN PEDAGOGIK
(UJIAN AKHIR SEMESTER)

Penulis: Syakti Perdana Sriyansyah

Copyright2014 oleh Syakti Perdana Sriyansyah All right reserved Hak penerbitan pada Syakti P. Sriyansyah

Cetakan I, Januari 2014

Diterbitkan oleh Syakti P. Sriyahsyah Jl.Pak Gatot V No. KPAD 10H RT 01/RW 02 Geger Kalong, Bandung, 40153 Telp. +6281917130062 email: syaktiperdana@gmail.com Desain sampul: Syada

2013 by Syakti Perdana S. Indonesia University of Education Postgraduate School Department of Physics Bandung

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, lembar jawaban yang berjudul Lembar Jawaban Landasan Pedagogik (Ujian Akhir Semester) dapat terselesaikan dengan baik. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi sebagian dari syarat untuk menyelesaikan mata kuliah Landasan Pedagogik (PS701) yang diampu oleh Dr. Ocih Setiasih, M.Pd. pada Program Studi Pendidikan Fisika Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Lembar jawaban ini berisi jawaban Ujian Akhir Semester (UAS) dengan metode Take Home pada Mata Kuliah Landasan Pedagogik. Teriring ucapan terima kasih kepada Dr. Ocih Setiasih, M.Pd. yang telah membimbing dengan sabar selama perkuliahan, rekan-rekan mahasiswa fisika pascasarjana angkatan 2013, dan semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya tugas ini tepat pada waktunya. Penulis menyadari jawaban ini masih banyak kekurangannya. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan tulisan berikutnya. Penulis juga berharap semoga jawaban ini dapat bermanfaat untuk semua pihak. Amiin.

Bandung, 1 Januari 2014 Penulis,

DAFTAR ISI

Halaman Judul ..................................................................................................... i Kata Pengantar ..................................................................................................... ii Daftar isi .............................................................................................................. iii SOAL 1 ................................................................................................................ 1 SOAL 2 ................................................................................................................ 4 SOAL 3 ............................................................................................................... 11 SOAL 4 ............................................................................................................... 13 SOAL 5 ............................................................................................................... 14 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 36

1. Rujuk Pasal 1 ayat 1 dan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, jika diperlukan pasal lain dapat dirujuk. Analisis kandungan nilai-nilai pedagogik yang terdapat di dalam pasal tersebut, dan implikasinya terhadap kurikulum/program pendidikan serta

peranan pendidik khususnya pada jenjang SLTP dan SLTA. Jawaban: Berikut bunyi Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang pengertian pendidikan: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara dan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab Berdasarkan analisis saya, saya mengawali penjelasan dengan meninjau Pasal 1 ayat 1 terlebih dahulu. Terdapat beberapa poin penting yang saya garis bawahi. Secara umum apabila kita bandingkan dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentu akan semakin nampak perbedaan esensial antara hakekat pendidikan yang dirumuskan di dalam

kedua Undang-Undang tersebut. Saya akan mengambil beberapa poin penting dalam menyampaikan penjelasan saya. Pertama, pada UU No. 20 Tahun 2003 tertulis: peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya Hal ini menunjukkan bahwa orientasi filosofis yang digunakan pada UU No. 20 Tahun 2003 telah berubah dibanding sebelumnya. Kalimat ini mengindikasikan bahwa pembelajaran lebih mengarah kepada siswa dimana siswa yang dituntuk untuk lebih aktif mengembangkan potensinya sendiri. Pengertian ini memandang siswa sebagai subjek utama pembelajaran di kelas, sehingga siswa dituntut untuk aktif dalam rangka mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran belajar yang kondusif. Nampak jelas bahwa peran guru hanya sebagai fasilitator dimana guru hanya membantu bukan memberi pengetahuan. Perubahan filosofis pendidikan ini mengarah kepada filosofi progresivisme yang lebih modern, dimana pendidikan telah diarahkan kepada kebutuhan, minat, bakat siswa. Perubahan filosofis ini sejalan dengan filosofis yang digunakan para ahli pendidikan dalam rangka menyusun kurikulum yang berpusat pada siswa (Orstein, 2011). Jika sebelumnya Pasal 1 ayat 1 UU No. 2 Tahun 1989 merujuk kepada kurikulum yang berpusat pada pelajaran, dimana guru lebih banya menyampaikan isi pelajaran dan siswa hanya diam mendengarkan dan mencatat. Hal ini nampak jelas pada implementasi kurikulum 1989 sampai dengan 1994 pada saat itu. Tentu saja kurikulum merupakan implikasi dari hakekat pendidikan yang dirumuskan pada saat itu. Sesuai dengan hakekat pendidikan yang tercantum pada UU No. 20 Tahun 20013 tersebut, maka penyusunan kurikulum pun berorientasi pada siswa sebagai subjek pembelajar. Hal ini telah terlihat dalam kebijakan pemerintah merancang kurikulum 2013 yang menggunakan pendekatan saintifik, dimana siswa yang dituntut untuk menemukan dan membangun sendiri pengetahuannya. Sementara peran guru hanya sebagai pembimbing

sekaligus fasilitator yang mengarahkan ke arah pencapaian tujuan pembelajaran yang diharapkan. Kedua, pada UU No. 20 Tahun 2003 tertulis kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya Hal ini semakin menegaskan bahwa potensi yang diharapkan berkembang dalam diri siswa bukanlah potensi kognitif (kecerdasan) semata, melainkan juga keterampilan (kompetensi) dan juga karakter. Sudah tentu ini akan berimplikasi pada penyusunan kurikulum, diman orientasi penyusunan kurikulum diarahkan menuju pencapaian ketiga aspek ini, yaitu kecerdasan (kognitif), keterampilan (kompetensi/psikomotor), dan karaketer (afektif).

Implementasi yang nyata pada kurikulum 2013 ialah adanya pendidikan karakter yang diintegrasikan ke setiap pembelajaran. Hal ini menandakan bahwa hakikat pendidikan yang dirumuskan dalam Pasal 1 ayat 1 UU No. 20 Tahun 2003 memang bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik seutuhnya, seperti yang tertulis dalam Pasal 3 ayat 2 bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sejalan dengan itu, fungsi pendidikan dalam UU No. 20 Tahun 2003 juga lebih menjurus ke sasaran, yaitu dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, melalui berkembangnya kemampuan dan terbentuknya karakter serta peradaban bangsa. Kemudian kaitan peran guru dalam pendidikan karakter adalah sebagai teladan bagi peserta didik. Peran guru selengkapnya tersirat dalam Pasal 4 ayat 4 yang menyebutkan bahwa Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran Hal ini jelas terlihat jika peran guru adalah sebagai teladan, motivator, dan pemicu semangat siswa dalam suatu proses pembelajaran.

Lebih dalam lagi, makna penyelenggaraan pendidikan bukanlah hanya sebatas sebagai tempat proses pemerolehan pengetahuan semata, melainkan tempat pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Dengan jelas terlihat bahwa ini mengarah pada pendidikan seumur hidup. Hal ini tercantum dalam Pasal 4 ayat 3 UU No. 20 Tahun 2003. Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat diambil beberapa garis besar: a) pendidikan menurut UU No. 20 Tahun 2003 bukanlah hanya sebagai proses memperoleh pengetahuan melainkan suatu proses

pemberdayaan segalam kemampuan, nilai, dan sikap dalam rangka mengmbangkan kemampuan (intelektual, sosial, kultur, dan ekonomi) dan membentuk watak (karakter). b) pendidikan menurut UU No. 20 Tahun 2003 memandang peserta didik sebagai subjek pembelajar di kelas yang dapat

mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran yang terencana dan menyenangkan.

2. Rujuk Buku Karya : Ki Hadjar Dewantara. a. Kemukakan filsafat pendidikan Ki Hadjar Dewantara yang

meliputi pandangannya tentang: hakikat pendidikan, tujuan pendidikan, isi pendidikan, alat pendidikan, hakikat pendidik dan hakikat peserta didik. Berikan analisis saudara atas pandangan beliau tentang hal tersebut di atas! b. Jelaskan pula nilai-nilai pendidikan Taman Siswa yang relevan dengan Sistem Pendidikan Nasional Indonesia saat ini, serta implikasinya bagi penyelenggaraan pendidikan. 4

Jawaban: a. Berikut dijabarkan filsafat pendidikan Ki Hadjar Dewantara Hakekat Pendidikan Ki Hadjar Dewantara dalam tulisannya (Soemantrie, 2010) menerangkan bahwa menurut pengertian umum, Pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak. Adapun maksudnya pendidikan yaitu: menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya Pengertian pendidikan lainnya yang diajukan oleh KHD sebagai berikut Soemantrie, 2010): Pendidikan. umumnya berarti daya-upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intellect) dan tubuh anak; dalam pengertian Taman Siswa tidak boleh dipisah-pisahkan dengan bagianbagian itu, agar supaya kita dapat memajukan kesempurnaan hidup, yakni kehidupan dan penghidupan anak-anak yang kita didik selaras dengan dunianya.. Sedangkan menurut beliau Pendidikan Nasional didefinisikan sebagai berikut: Pendidikan nasional menurut paham Taman Siswa ialah pendidikan yang beralaskan garis-hidup dari bangsanya (cultureelnational) dan ditujukan untuk keperluan

perikehidupan (maatschappelijk) yang dapat mengangkat derajat negara dan rakyatnya, agar dapat bekerja bersama-sama dengan lain-lain bangsa untuk kemuliaan segenap manusia diseluruh dunia Apabila kita analisis dari definisi yang beliau berikan tentang pendidikan, terlihat KHD menekankan pada pendidikan budi pekerti luhur. Menurut beliau penekanan pada pendidikan budi pekerti ini harus

menggunakan syarat-syarat yang selaras dengan jiwa kebangsaan menuju kepada kesucian, ketertiban, dan kedamaian lahir bathin dan orientasi pendidikannya adalah kehidupan bermasyarakat dimana beliau juga menekankan kepada sumber daya yang dihasilkan sesuai dengan tuntutan zaman akan tetapi tidak mengabaikan kepribadian dan identitas kebangsaan, melainkan justru akan mengangkat derajat negara dan rakyatnya. Tujuan Pendidikan Pendangan KHD mengenai tujuan pendidikan dapat di tinjai dari dua sudut pandang tujuan, yaitu tujuan bagi individu dan bagi sosial (Syaripudin, 2013). Pertama, tujuan pendidikan bagi individu adalah memajukan hidupnya lahir bathin anak, yaitu memerdekakan anak, memajukan tumbuhnya budi pekerti, pikiran (intellect) dan tubuh anak agar dapat mencapai kesempurnaan hidup atau mencapai tertib damai-selamat bahagia. Kedua, tujuan pendidikan bagi sosial adalah mempertinggi hidup masyarakat dalam arti memerdekakan masyarakat atau bangsa, serta memelihara, memajukan, dan memperkembangkan kebudayaan menuju ke arah keluhuran hidup kemanusiaan. Sementara itu, tujuan pendidikan dalam Taman Siswa adalah tidak hanya menghendaki pembentukan intelek, tetapi juga terutama pendidikan dalam arti pemeliharaan dan latihan susila. Hal ini dapat dicapai dengan menggunakan dasar kekeluargaan. Apabila diperhatikan secara saksama, KHD menunjuk pada kata memajukan hidupnya lahir bathin, yaitu memerdekakan anak Hal ini memberi penguatan bahwa tujuan pendidikan yang diharapkan oleh KHD harus mampu membentuk manusia Indonesia seutuhnya, seperti halnya tujuan pendidikan nasional yan tercantum pada UU No.20 Tahun 2013. Selain itu, arti kata merdeka di sini adalah pribadi yan bebas dari tekanan politik, penjajahan, fisik, dan ekonomi. Tujuan pendidikan ini tetap juga menyelaraskan dengan pentingnya keseimbangan intelektual dan spiritual (karakter budi pekerti luhur), dimana tetap memegang identitas kebudayaan

bangsa. Pemikiran ini memang akan sangat relevan digunakan sampai sekarang, dimana pendidikan memang bertujuan untuk mempertinggi derajat kemanusiaan menuju sempurnanya hidup manusia seingga mencapai keselamatan dan kebahagiaan (Syaripudin, 2013). Isi Pendidikan KHD menuliskan 5 jenis ilmu syarat-syarat pendidikan atau hulpwetenschappen, antara lain (Soemantrie, 2010): a. ilmu hidup batin manusia (ilmu jiwa, psychologie); b. ilmu hidup-jasmani manusia (fysiologie); c. ilmu keadaan atau kesopanan (ethika atau moral); d. ilmu keindahan atau ketertiban-lahir (aesthetika); e. ilmu tambo pendidikan (ikhtisar cara-cara pendidikan); Adapun dalam lingkungan Taman Siswa, KHD menanamkan nasionalisme yang disebut nasionalisme kultural. Nasionalisme kultural ini selaras dengan kebutuhan masyarakat, maka cara memberikan pendidikan kebangsaan pada saat itu adalah dengan melalui pendidikan etika, sejarah kebudayaan, pelajaran bahasa, kesenian termasuk antara lain: permainan, nyanyian, tarian dan musik, kepemudaan (Soeratman, 1985). Peralatan Pendidikan. Menurut KHD, arti kata peralatan sebenarnya alat-alat yang pokok, cara-caranya mendidik. Cara-cara tersebut sangat banyak, tapi jika harus dibagi KHD membaginya secara pokok sebagai berikut: a. memberi contoh (voorbeeld); b. pembiasaan (pakulinan, gewoontevorming); c. pengajaran (leering, wulang wuruk); d. perintah, paksaan dan hukuman (regeering en tucht); e. laku (zelfbeheersching, zelfdiscipline); f. pengalaman lahir dan batin (nglakoni, ngrasa, beleving).

KHD meyebutkan alat-alat pendidikan yang dapat digunakan sangat banyak, asalkan menghindari paksaan, alat perintah, dan hukuman. Metode yang digunakan oleh KHD disebut metode Among. Semboyan pelaksanaan metode ini adalah Tut Wuri Andayani. Semboyan ini artinya mendorong para anak didik untuk mebiasakan diri mencari dan belajar sendiri. Metode ini dapat dikatakan berorientasi pada siswa, tetapi sekalipun berorientasi pada siswa KHD juga memikirkan keseimbangan antara konten materi yang harus dipelajari oleh siswa. Hakikat Pendidik dan Peserta Didik Pendidik menurut pandangan KHD adalah mereka yang secara tulus ikhlas karena memang panggilan jiwa mereka untuk mendidik anak-anak dengan tidak terikat lahir bathin, suci hati, dan berniat untuk berdekatan dengan Sang Anak. Implikasi logis dari hal ini menurut KHD adalah pendidik hakekatnya adalah berhamba pada Sang Anak, dimana seorang pendidik harus menyerahkan dirinya sepenuhnya demi Sang Anak. Pandangan KHD ini menggambarkan ketulusan yang sudah semestinya dimiliki oleh seorang pendidik, sehingga mendidik bukanlah sebuah tuntutan pekerjaan semata, melainkan adalah panggilan jiwa. Dalam pandangan ini, hakikat anak dipandang sebagai mahluk yang merdeka, mahluk yang memiliki potensi difat luhur dan halus, dimana seorng pendidiklah yang bertugas untuk mengembangkan potensi tersebut.

Secara garis besar, saya melihat keseluruhan ensensi pemikiran KHD yang beliau tuangkan dalam Taman Siswa merupakan pemikiran esensial yang menjadi dasar bagi pendidikan sepanjang hayat. Pemikiran tersebut masih relevan hingga zaman sekarang, hanya saja yang menjadi pertimbangan adalah penyesuaian muatan konten dengan kebutuhan peserta didik pada zaman sekarang. Akan tetapi hal ini bukan berarti meninggal esensi pemikiran KHD tentang isi pendidikan. Beliau menekankan pada orientasi pendekatan berpusat pada siswa dimana kurikulumnya

dikembangkan sesuai dengan tuntutan dan perkembangan zaman tanpa harus mengabaikan identitas kebangsaan dan kebudayaan Indonesia.

b. Pada dasarnya setiap nilai yang terkandung dalam pendidikan Taman Siswa adalah relevan sampai sistem pendidikan saat ini, karena akar dari pendidikannya adalah karakter berbudi luhur yang mendasari semua perilaku manusia.. Nilai-nilai pendidikan Taman Siswa yang relevan dengan Sistem Pendidika Nasional beserta implikasinya bagi

penyelenggaraan pendidikan saat ini dijelaskan sebagai berikut (Ki Supriyoko, 2013): (1) Metode Among Konsep ini menjelaskan bahwa mendidik anak itu harus dilandasi denga rasa ikhlas untuk mengasuh dan membimbing sebagaimana layaknya seorang pengemong. Mendidik tidak terbatas hanya di kelas saja melainkan terus-menerus selama 24 jam. (2) Nilai Kekeluargaan Nilai ini menyatakan hendaknya pendidikan sebaiknya dilakukan dalam suasana kekeluargaan, sebagaimana hubungan antara ayah dan anak atau ibu dengan anak. (3) Konsep Tut Wuri Andayani Konsep ini meyatakan bahwa dalam mendidik hendaknya memberikan kesempatan kepada anak utuk mencoba sendiri dahulu, jika ada yang keluar dari petunjuk, maka tugas guru mengarahkan ke arah yang benar. Hal ini sesuai dengan konsep kurikulum 2013 sekarang ini yang mengacu pada pendekatan berpusat pada siswa. (4) Konsep ngerti, ngrasa, dan ngelakoni Konsep ini lebih diterapkan dalam pembelajaran bagi peserta didik, dimana untuk mengoptimalkan pembelajaran peserta didik harus menguasai terlebih dahulu (ngerti), merespon positif materi (ngrasa), dan kemudian mempraktekkan (ngelakoni). Hal ini menjadi dasar pengembangan model-model pembelajaran di kelas. Pendidik harus

memperhatikan tiap tahapan agar dapat memastikan bahwa di tiap tahapan yang dilalui peserta didik telah menguasai. (5)
Konsep Trisakti Jiwa

Konsep ini berkaitan dengan optimalisasi cipta, rasa, dan karsa. Konsep ini berkaitan erat dengan setiap keterampilan berpikir dan keterampilan lainnya yang akan dikembangkan pada anak. Konsep ini menjelaskan tentang daya cipta atau kreativitas (cipta), daya pemahaman dan perasaannya (rasa), dan juga dibangun motivasinya (karsa) untuk mempelajari sesuatu. (6)
Nilai Kebangsaan

Nilai

ini

menyatakan

bahwa

pendidikan

harus

mampu

menghantarkan Sang Anak memiliki jiwa dan semangat kebangsaan yang mendudukkan Indonesia di atas segalanya tanpa perbedaan apapun. (7)
Konsep Trisentra Pendidikan

Konsep ini terdiri dari keluarga, perguruan, dan pergerakan. Ketiga elemen penting ini saling berhubungan dan memiliki fungsi masing-masing, dimana keluaraga memegang fungsi utama dalam membentuk dan mendasari pendidikan budi pekerti dan tingkah laku pada anak. Konsep ini pada kenyataan sekarang ini sudah banyak ditinggalkan. Orang tua banyak lepas tangan terhadap pendidikan dalam keluarga dikarenakan oleh alasan kesibukan dan lainnya. (8)
Konsep Dasar dan Ajar

Konsep ini menitikberatkan pada perkembangan jiwa Sang Anak tergantung dari (1) bakat atau kemampuan awal pemberian Tuhan YME dan (2) pendidikan serta pelatihan dari pendidik. (9)
Konsep Keseimbangan

Konsep ini mengacu pada keseimbangan antara kecerdasan intelektual dengan kepribadian (budi pekerti dan tingkah laku).

10

(10) Konsep Trihayu Konsep ini terdiri dari memayu hayuning salira, memayu hayuning bangsa, dan memayu hayuning manungsa (bawana) menyatakan bahwa
pendidikan hendaknya dapat bermanfaat bagi diri sendiri, bagi bangsam dan bagi masyarakat dunia.

(11) Konsep Tripantangan


Konsep ini merupakan larangan bagi para penyelenggara pendidikan agar tidak memburu harta, tahta, dan wanita.

Secara umum, semua konsep tersebut berimplikasi logis terhadap penyelenggaraan pendidikan, baik dari aspek pendidiknya, peserta didik, metode dan model pembelajaran yang digunakan, orientasi pengembangan kurikulum, dan bagaimana pendidikan seharunya diselenggarakan. Kurikulum yang dikembangkan harus berorientasi pada siswa seperti halnya kurikulum 2013 sekarang, pendekatan yang digunakan haruslah mengaktifkan siswa, dan menjaga keseimbangan antara pendidikan akademik dengan karakter.

3. Menghadapi berbagai tantangan di era global, modal dasar yang penting bagi setiap bangsa adalah sumber daya manusia. Sekaitan dengan pernyataan di atas, kemukakan pandangan saudara tentang peran pendidikan keluarga dalam mengembangkan potensi sumber daya manusia Indonesia.

Jawaban: Menurut pandangan saya, keluarga adalah lembaga pendidikan pertama untuk anak. Keluarga memberikan pelajaran dasar kepada anak sebagai bekal anak melewati masa selanjutnya. Kaitannya dengan mengembangkan potensi sumber daya manusia Indonesia, tentunya calon sumber daya manusia yang unggul harus memiliki fondasi yang unggul pula. Layaknya sebuah rumah yang kokoh, itu karena rumah tersebut fondasinya pun kokoh. Dengan demikian, guna mencetak sumber daya manusia yang berkualitas, dasarnya pun harus berkualitas. Sekarang yang

11

menjadi pertanyaan adalah dimana dasar itu dibentuk? oleh siapa? dan dari dengan materi apa? Ketiga jawaban tersebut akan menunjukkan betapa pentingnya peran keluarga dalam rangka memberikan pendidikan dasar yang pertama. Fondasi dasar itu dibentuk di keluarga, oleh orang tua, dan materinya adalah budi pekerti dan agama. Keluarga mempunyai peran penting dalam rangka membangun fondasi mental dan karakter yang kokoh sehingga sumber daya tersebut akan lahir menjadi sumber daya yang siap untuk mengembangkan intelektualitasnya. Mengapa keluarga tidak memberikan pendidikan intelektual? karena tidak semua keluarga (orang tua) yang mampu untuk memberikan pengetahuan intelektual kepada anak. Orang tua berperan dalam menanamkan nilai-nilai luhur melalui keteladanan moral dan akhlak, sehingga terbentuknya pribadi yang berbudi pekerti luhur. Apalagi massa perkembangan emas seorang anak, mereka lalui dalam keluarga. Pada massa tersebut anak menjadi sangat peka terhadap lingkungannya. Apabila lingkungan keluarganya tidak baik, maka akan berpengaruh terhadap karakter anak tersebut. begitu juga sebaliknya jika keluarganya

menanamkan nilai luhur, maka anak akan tumbu dan berkembang menjadi sumber daya manusia yang siap menghadapi tantangan era global. Perihal mengembangkan intelektualitas adalah tugas dari lembaga pendidikan selanjutnya setelah keluarga, yaitu sekolah. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Ki Hadjar Dewantara yang dituangkan dalam Sistem Tripusat/Trisentra Pendidikan (Soeratman, 1985), yaitu: (1) keluarga: pusat pendidikan yang pertama dan yang terpenting guna mendidik budi pekerti dan laku sosial. (2) perguruan: pusat pendidikan sebagai balai wiyata yang berkewajiban mengusahakan keceradasan pikiran dan memberi ilmu pengetahuan.

12

(3) pergerakan pemuda: sebagai daerah merdekanya kaum pemuda atau Kerajaan Pemuda untuk melakukan penguasaan diri, yang amat penting untuk pembentukan watak.

(4) Sesuai dengan tugasnya sebagai pendidik, peserta didik tetapi mendidik. tersebut, kemukakan pendapat

tugas dan tanggung

jawab guru guru bukan hanya mentransfer pengetahuan kepada Sekaitan dengan pernyataan saudara tentang penerapan

landasan pedagogik dalam pendidikan fisika atau pendidikan IPA. Jawaban: Seperti yang telah dipelajari bahwa pedagogik adalah ilmu tentang bagaimana mendidik dan membimbing anak. Apabila mengacu pada pengertian yang dikemukakan oleh Ki Hadjar Dewantara (Soeratman, 1982), bahwa mendidik berarti menuntut tumbuhnya budi pekerti dalam hidup anak didik kita, supaya mereka kelak menjadi manusia yang berpribadi yang beradab dan susila. Hal ini berarti tidak hanya mentransfer pengetahuan semata, melainkan memberi teladan dan membimbing sampai siswa benar-benar mengerti dan memahami. Selain itu juga, dalam pembelajaran juga kita sebagai pendidik perlu menyampaikan pesan moral, baik secara tersirat (keteladanan) maupun tersurat (mengaitkan dengan materi pembelajaran). Menurut pandangan saya, penerapan landasan pedagogik dalam pendidikan fisika tidak hanya terjadi dalam proses pembelajaran saja, tetapi setiap saat, baik itu dalam pembelajaran maupun di luar pembelajaran. Hal ini sesuai dengan konsep Among yang dikemukakan KHD. Apalagi kalau mengingat bahwa fisika adalah mata pelajaran yang dianggap sulit oleh siswa, tidak sedikit siswa yang mempunyai banyak masalah dengan fisika, maka terkadang dalam proses pembelajaran terdapat siswa yang malas belajar, acuh tak acuh, bingung, putus asa, atau bahkan mengganggu yang lain. Keadaan yang seperti ini tentu tidak akan mampu membuat siswa

13

mengerti jika hanya mengajarkan pelajaran, tapi butuh lebih dari itu, yaitu mendidik. Salah satunya adalah mendidik menggunakan konsep

kekeluargaan seperti yang dikemukakan oleh KHD, membuat siswa merasa nyaman dengan kita terlebih dahulu, membuat siswa merasa kita adalah sahabat/orang tua kedua/kakak terbaik untuk mereka, setelah mereka merasa nyaman barulah kita mendekatinya atau bahkan mereka yang membuka diri, sehingga mudah bagi kita membantu untuk mengatasi kesulitan belajar yang dialaminya. Sampai mereka bener-bener memahami. Berdasarkan pengalaman, apabila siswa telah merasa nyaman maka siswa tidak akan sungkan untuk bertanya tentang kesulitan yang mereka hadapi bahkan sampai mencurahkan isi hatinya. Hal ini tidak hanya terjadi di dalam kelas, melainkan di luar kelas setelah atau sebelum pembelajaran. Sebagai guru, kita dituntut ikhlas dalam mendidik, menuntun siswa sampai memahami, memberi panutan dan contoh, penyemangat serta tidak melalui kekerasan, meskipun dalam keadaan terdesak. Selain itu, dalam proses pembelajaran kita tidak hanya mengajar melainkan sebagai teladan dalam segala hal, baik berpakaian, berbicara, bertingkah laku, mengemukakan pendapat, mengawali dan menutup pelajaran dengan doa, mengucapkan salam, dan berjabat tangan ketika bertemu. Semuanya adalah sebuah proses untuk mewujudkan konsep kekeluargaan sehingga tidak ada yang membuat siswa merasa takut, tidak akrab, atau bahkan menjauhi kita. Dengan demikian, landasan pedagogik sangat diperlukan untuk mendekatkan diri kita sebagai guru dengan siswa dan antara siswa dengan pelajaran serta membentuk karakter-karakter dalam diri mereka secara tidak langsung melalui keteladanan.

4. Buatlah sebuah Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Mata Pelajaran Fisika yang merepresentasikan disain pembelajaran yang bermakna pedagogis. Jawaban: (Terlampir)

14

SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER

1. Rujuk Pasal 1 ayat 1 dan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, jika diperlukan pasal lain dapat dirujuk. Analisis kandungan

nilai-nilai pedagogik yang terdapat di dalam pasal tersebut, dan implikasinya terhadap kurikulum/program pendidikan serta peranan pendidik khususnya pada jenjang SLTP dan SLTA. 2. Rujuk Buku Karya : Ki Hadjar Dewantara. a) Kemukakan filsafat pendidikan Ki Hadjar Dewantara yang meliputi pandangannya tentang: hakikat pendidikan, tujuan pendidikan, isi pendidikan, alat pendidikan, hakikat pendidik dan hakikat peserta didik. Berikan analisis saudara atas pandangan beliau tentang hal tersebut di atas! b) Jelaskan pula nilai-nilai pendidikan Taman Siswa yang relevan dengan Sistem Pendidikan Nasional Indonesia saat ini, serta implikasinya bagi penyelenggaraan pendidikan. 3. Menghadapi berbagai tantangan di era global, modal dasar yang penting bagi setiap bangsa adalah sumber daya manusia. Sekaitan dengan pernyataan di atas, kemukakan pandangan saudara tentang peran pendidikan keluarga dalam mengembangkan potensi sumber daya manusia Indonesia. 4. Sesuai dengan tugasnya sebagai pendidik, tugas dan tanggung jawab guru guru bukan hanya mentransfer pengetahuan kepada peserta didik tetapi mendidik. Sekaitan dengan pernyataan tersebut, kemukakan pendapat saudara tentang penerapan landasan pedagogik dalam pendidikan fisika atau pendidikan IPA. 5. Buatlah sebuah Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Mata Pelajaran Fisika yang merepresentasikan disain pembelajaran yang bermakna pedagogis.

15

DAFTAR PUSTAKA

Ornstein, A.C., Levine, D.U, Gutek, G.L. 2011. Foundation of Education. Belmont: Wadsworth. Soedijarto. 2013. Pemikiran Kependidikan Bapak Pendidikan Nasional (Ki Hadjar Dewantara) dan Relevansinya dengan Pendidikan Guru di Era Globalisasi dalam Upaya Mencerdaskan Kehidupan Bangsa dan Memajukan Kebudayaan Nasional. di seminarkan pada Seminar Menggali Nilai-Nilai Pedagogik Ki Hajar Dewantara dan Relevansinya dengan Pendidikan Guru dan Kebangsaan pada tanggal 17 Desember 2013. Bandung: SPs UPI. Soeratman, D. 1985. Ki Hadjar Dewantara. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa. Somantrie, H. 2010. Perkembangan kurikulum sekolah menengah di Indonesia (Suatu perspektif historis dari masa ke masa). Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional Balitbang Pusat Kurikulum. Supriyoko, K. 2013. Mendalami Filsafat Pendidikan Ki Hadjar Dewantara. di seminarkan pada Seminar Menggali Nilai-Nilai Pedagogik Ki Hajar Dewantara dan Relevansinya dengan Pendidikan Guru dan Kebangsaan pada tanggal 17 Desember 2013. Bandung: SPs UPI. Syaripudin, T. 2013. Menggali dan Revitalisasi Pedagogik Ki Hadjar Dewantara serta Relevansinya Bagi Pendidikan Guru dan Kebangsaan. di seminarkan pada Seminar Menggali Nilai-Nilai Pedagogik Ki Hajar Dewantara dan Relevansinya dengan Pendidikan Guru dan Kebangsaan pada tanggal 17 Desember 2013. Bandung: SPs UPI. Undang - Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Undang - Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

16

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )

Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas / Semester Pertemuan KeAlokasi Waktu Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator

: MTsN : IPA Fisika : VIII / I : 2 (Dua) : 2 x 40 menit : Memahami peranan usaha, gaya, dan energi dalam kehidupan sehari-hari. : Menyelidiki tekanan pada benda padat, cair, dan gas serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari :Mengaplikasikan prinsip bejana berhubungan dalam kehidupan sehari-hari.

A. Tujuan Pembelajaran A.1. Kognitif Peserta didik dapat : 1. Menjelaskan tekanan dalam zat cair. 2. Menentukan tekanan zat cair. 3. Mengamati posisi permukaan zat cair dalam bejana berhubungan. 4. Menjelaskan pemanfaatan sifat permukaan zat cair yang selalu mendatar dalam kehidupan sehari-hari. 5. Mengamati tinggi permukaan zat cair dalam pipa U. 6. Menjelaskan hubungan antara massa jenis dan tinggi zat cair dalam pipa U. A.2. Psikomotorik Peserta didik dapat 1. Melakukan percobaan sederhana untuk menentukan besar tekanan hidrostatis. 2. Mengamati posisi permukaan zat cair dalam bejana berhubungan (pipa U). A.3. Afektif Peserta didik dapat : 1. Bekerja sama dalam kelompok selama percobaan dan diskusi. 2.Aktif dan tertib selama melaksanakan diskusi. B. Materi Pembelajaran Tekanan Hidrostatis dan Bejana Berhubungan (pipa U)

C. Metode Pembelajaran Model Pembelajaran Pendekatan Metode : Direct Interaction (DI), Inquiry dan Cooperatif Learning : Induktif : 1. Eksperimen 2. Ceramah 2. Diskusi 3. Tanya jawab

D. Langkah-langkah Kegiatan TAHAPAN Kegiatan Awal (5 menit) FASE KEGIATAN (Pendahuluan) Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa KEGIATAN GURU KEGIATAN SISWA

Memeriksa kesiapan Menyiapkan alatsiswa dalam alat tulis untuk menerima pelajaran menerima dan mengumpulkan pelajaran. tugas sebelumnya. Menyimak dan termotivasi untuk Menjelaskan Indikator, tujuan melanjutkan pembelajaran, pembelajaran. informasi, latar Memberikan belakang, respon dengan pentingnya bertanya jika ada pelajaran, yang belum mempersiapkan dimengerti dalam untuk belajar apersepsinya atau menjawab Memotivasi siswa dengan mengaitkan dengan alasan. pelajaran dengan pengetahuan prasyarat (apersepsi konsep tekanan dalam kehidupan sehari-hari). Apersepsi dengan pertanyaan: Mengapa pancuran tempat wudu (BONG) lubangnya terletak dibagian paling bawah? Bagaimanakah cara mengukur tekanannya? Mengapa mulut

Kegiatan Inti (65 menit)

(Pengembangan) Menyajikan informasi (2 menit)

ceret tidak boleh lebih rendah dari bagian tutup kepala ceret? Menyajikan Menyimak dan informasi berupa memahami apa pengetahuan awal yang diterangkan tentang tekanan oleh guru. hidrostatis dan Menanyakan apa penjelasan langkahyang masih langkah percobaan belum bertahap yang akan dimengerti. dibimbing oleh guru.

(Penerapan) Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok belajar (3 menit)

Membentuk kelompok. Membentuk kelompok belajar Membagi kelompok menjadi 6 dan kelompok yang memperhatikan heterogen dan penjelasan guru masing-masing untuk bertransisi kelompok berjumlah lebih efisien. 5-6 orang anggota. Memberikan LKS pembelajaran yang berisi pedoman percobaan sederhana yang disajikan dalam 4 bagian (A, B, C,dan D). Masingmasing bagian memiliki kesimpulan yang berbeda namun merupakan tahapan yang Membimbing berkesinambungan. kelompok bekerja Menyelesaikan dan belajar LKS tentang (10 menit) percobaan Menginstruksikan mencari pada kelompok hubungan untuk tekanan dalam menyelesaikan zat cair dengan bagian A tentang kedalaman. hubungan antara tekanan zat cair

(Pengembangan) Menyajikan informasi (5 menit)

dengan kedalaman. Memimpin diskusi kelas untuk mendengarkan hasil masing-masing kelompok kemudian menyimpulkannya. Menyajikan informasi berupa cara menghitung takanan dalam zat cair (tekanan hidrostatis). Dan memberikan contohnya Menginstruksikan pada kelompok lagi untuk melanjutkan ke bagian B tentang bagaimana menghitung tekanan hidrostatis dalam zat cair. Membimbing siswa yang masih menemukan kesulitan. Setelah selesai kemudian meminta siswa melanjutkan ke bagian C dan D. Namun terlebih dahulu menyajikan informasi berupa pengetahuan awal tentang konsep bejana berhubungan. Setelah siswa selesai melakukan percobaan bagian C dan D, guru memimpin diskusi

Masing-masing kelompok menyampaikan hasil percobaannya dan menyusun kesimpulan bersama. Memperhatikan contoh dan bertanya bila belum mengerti.

Membimbing kelompok bekerja dan belajar (15 menit)

Menyelesaikan LKS tentang percobaan menghitung besar tekanan hidrostatis dalam zat cair.

Menyelesaikan LKS tentang percobaan mengamati posisi permukaan zat cair dalam pipa U.

Masing-masing kelompok menyampaikan hasil percobaannya dan menyusun kesimpulan

kelas untuk mendengarkan hasil masing-masing kelompok kemudian menyimpulkannya bersama. (Pengembangan) Menyajikan informasi (15 menit)

bersama.

(5 menit)

Evaluasi (10 menit)

Menjelaskan kesimpulan tentang hubungan massa jenis zat cair dengan kedalaman kemudian memberikan contoh Mencoba soal dan menyelesaiakan menanyakan sendiri kalau pemahaman siswa. tidak bisa baru di bantu oleh guru. Mengintruksikan kepada kelompok untuk menjawab soal-soal Menanyakan apa selanjutnya di LKS. yang masih Mengawasi belum dimengerti kelompok yang sedang mengerjakan latihan secara kontinu, jika ada kelompok yang mengalami kesulitan maka guru Menyelesaikan membimbing game labirin kelompok tersebut yang diberikan untuk oleh guru. menyelesaikan masalah yang dihadapi. Setelah kelompok selesai mengerjakan soal di LKS, guru mengecek pemahaman siswa dengan game labirin. Guru kemudian membahas jawaban

Memperhatikan contoh dan bertanya bila belum mengerti

Penutup (10 menit)

Memberikan penghargaan

game dan menilai hasil kerja masingmasing kelompok. Memberikan penghargaan kepada kelompok yang memiliki kinerja dan kerjasama yang baik. Membimbing siswa untuk menyimpulkan materi yang telah dipelajari dan memberi kesempatan bertanya. Memberikan tugas rumah. Menginformasikan materi selanjutnya, yaitu hukum Pascal dan Archimedes.

Menerima penghargaan yang diberikan. Membuat kesimpulan sambil dibimbing oleh guru. Menayakan yang belum dimengerti. Mengerjakan tugas dan mempersiapkan materi selanjutnya.

E. Sumber Belajar Hariyanto, S.,dkk. 2011.Ilmu Pengetahuan Alam Carah SMP/MTs untuk Kelas VIII. Surakarta: CV.Teguh Karya. Kanginan, M. 2001. IPA FISIKA untuk SMP Kelas VIII. Jakarta : Erlangga. Surya,Y. 1999. Fisika Itu Mudah. Tangerang: PT Bina Sumber Daya Mipa. Simulasi flash player yang dibuat oleh tim media mahasiswa fisika FKIP UNRAM. Alat-alat percobaan sederhana dari bahan-bahan di lingkungan sekitar.

F. Penilaian Hasil Belajar Instrumen Penilaian Kognitif (Terlampir) Teknik Penilaian : 1. Tes Tertulis 2. Penugasan Bentuk Instrumen : 1. Tes Uraian 2. Unjuk Kerja

You might also like