You are on page 1of 21

www.NiasIsland.

Com
Providing you with some information about Nias Island

Home

About Us

Place to Visit

Nias Profile Book Photo Gallery Afulu Alasa Gomo Gunung Sitoli Lahewa Lahusa Lolofitu Moi Lolowau Mandrehe Pulau-Pulau Batu Sirombu Teluk Dalam Tuhemberua Geography Demography Cultural and Traditional Farm Production Family Name Beach Carving Fishing Flood Offering to the god Parakeet Parrot Stone Jumping Surfing Traditional House War Dance Miliz Related to Nias Web Related to Nias Others News Article Announcement Others Current Year 2006 (Jan-Sep) Year 2005 Year 2004 Year 2003 News 2006 News 2005 News 2004

Link

Archives

Comment

Kese-Kese (Discussion)

Mon, 30 November 2009 12:09:06 | vera | pati

Chatting Online aja yuuuukkk


Mon, 30 November 2009 11:39:46 | HAREFA | gusit

Tue, 12 August 2008 17:57:48 202.152.175.182

| firman zai, Medan | IP:

1,873 JURNAL (PROPOSAL, SKRIPSI, MAKALAH DAN ARTIKEL-ARTIKEL)


Salam Dalam topik ini saya mengajak saudara-saudara untuk mencurahkan IDE, GAGASAN tentang Jurna-jurnal mengenai Ilmu Pengetahuan dan Sains. Mungkin hal ini membantu kita khususnya pelajar dalam mengetahui informasi-informasi tentang penelitian, IPTEK, dan lain sebagainya...? saya berharap bisa timbul di comment ini. terima kasih untuk kerja samanya. Yahowu Medan 12 agustus 2008

SETUJUKAH ANDA PUSAT PERBELANJAAN BENTUK PLAZA ATAU MALL DIBANGUN DI DAERAH NIAS
Mon, 30 November 2009 11:31:05 | Nota Mendrofa | Bogor

KALABUBU
Mon, 30 November 2009 10:37:25 | desy | depok

SEJARAH NAMA NIAS, GUNUNGSITOLI, TELUKDALAM DAN PULAU TELLO


Mon, 30 November 2009 10:33:15 | desy | depok

KESEKESE belum tentu berisi diskusi ilmiah atau mengandun g kebenaran universal (tergantung pada opini pribadi masingmasing). Jadi pembaca harus bijaksana memilahmilah mana yang benar dan mana yang tidak. KAMI memiliki hak (bukan kewajiban) meng-edit bahkan menghapus Kese-Kese yang menurut kami tidak layak. ISI serta akibat atau pengaruh Kese-Kese adalah di luar tanggung jawab NiasIsland.C om. PEMBACA harus telah menyetujui semua klausa di atas sebelum berselancar di halaman KESEKESE.

Penerimaan CPNS NIAS>>???


Mon, 30 November 2009 10:26:56 | desy | depok

INFORMASI SUAP MENYUAP REKRUITMEN CPNS TA.2009


Mon, 30 November 2009 08:03:21 | muda Zebua | Tangerang

UNDANGAN NATAL MASYAKARAKAT NIAS KAB. TANGERANG TANGGAL 6 DES 2009


Mon, 30 November 2009 03:03:27 | AZRIEL | 08561131690 087870188840

cari teman curhat


Mon, 30 November 2009 00:23:19 | albert | jaktim

Ruang Alumni SMA Negeri 3 Gunungsitoli


Sun, 29 November 2009 21:47:32 | saderakhi waruwu | medan

MENGAPA "PEMDA NIAS BERBOHONG" DALAM PENERIMAAN PNS 2009 ????


Sun, 29 November 2009

First| Previous
Add

Next| Last
JURNAL (PROPO DC DC 001873 001873 DC.001873.00002

19:50:24 | BRYLLYANT | banuada tano niha

20

discuss_resp.cat

discuss_resp.cat

yes

PENYELEWENGAN DI NIAS T.A 2006 TIDAK MEMPUNYAI LANDASAN HUKUM.


Sun, 29 November 2009 19:14:56 | Hezki | Bandung

Find >=

No Resp-Time 20. Wed, 20 August 2008 15:08:47

Resp Address Email -by

IP

Apa Impian Teman2 Mahasiswa Untuk kemajuan Pendidikan di Nias


Sun, 29 November 2009 15:37:40 | Kikiangel | A:jiglu srby

ARTI SAHABAT??
Sun, 29 November 2009 15:00:11 | Fati wrw | Sumbar

fir_zai07@yahoo.com 124.195.18. Firm Medan 46 an Zai 1.2 Perumusan Masalah Dari latar belakang diatas yang menjadi permasalahan apakah ada hubungan karakteristik, pengetahuan dan sikap ibu tentang diare terhadap pencegahan diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Belawan No.1275210101 Medan Tahun 2008. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Umum Untuk mengetahui Hubungan Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Ibu Tentang Diare Terhadap Pencegahan Diare Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Belawan N0.1275210101 Medan Tahun 2008.

*SEKILAS-CINTA*
Sun, 29 November 2009 14:17:18 | rai rudini | garut

LOWONGAN KERJA
Sun, 29 November 2009 13:15:05 | agung | bali

JURNAL (PROPOSAL, SKRIPSI, MAKALAH DAN ARTIKELARTIKEL)


Sun, 29 November 2009 04:11:59 | MARUDUT PASARIBUT | SIPIROK DOLOK HOLE

ORANG BATAK ADIL DAN MAMPU MEMAJUKAN NIAS.


Sat, 28 November 2009 22:11:31 | Danu | Gunungsitoli

1.3.2 Khusus 1. Untuk mengetahui hubungan karakteristik ibu (Umur, tingkat Pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan) terhadap pencegahan diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Belawan N0.1275210101 Medan 2008. 2. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu terhadap pencegahan diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Belawan N0.1275210101 Medan 2008. 3. Untuk mengetahui hubungan sikap ibu terhadap pencegahan diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Belawan N0.1275210101 Medan 2008. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi pihak pelayan kesehatan Puskesmas Belawan. 2. Bagi peneliti kegiatan ini merupakan sarana melatih penalaran tentang penyakit diare dengan menerapkan hasil pengalaman belajar selama mengikuti pendidikan, dan sebagai salah satu persyaratan dalam menyelasaikan pendidikan di STIKes Mutiara Indonesia Medan. 3. Sebagai bahan referensi di perpustakaan Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Mutiara Indonesia dan peneliti lain membutuhkan.
21. Wed, 20 August 2008 15:16:50

RUANG DISKUSI ALUMNI DAN MAHASISWA IKIP GUNUNGSITOLI


Sat, 28 November 2009 21:24:44 | damai | tangerang

Firm Medan an Zai

fir_zai07@yahoo.com

124.195.18. 46

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan cross-sectional, yaitu pengukuran terhadap penyakit diare yang dilakukan dengan sekali pengamatan saja. Untuk mengetahui apakah ada hubungan karakteristik, pengetahuan dan sikap ibu tentang diare terhadap pencegahan diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Belawan No.1275210101 Medan Tahun 2008. 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Belawan No.1275210101 Medan Tahun 2008. 3.2.2. Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Mei Juni 2008.

Kenalan melalui facebook.com


Sat, 28 November 2009 21:08:12 | damai | tangerang

KUMPULAN FACEBOOK ONO NIHA


Index | Add New Topic

3.3. Populasi Dan Sampel 3.3.1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki balita yang menderita diare dan berobat di Puskesmas Rawat Inap Belawan No.1275210101 Medan Tahun 2008. 1.3.2. Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah jumlah sampel pada pengukuran satu variabel (proporsi), dengan rumus yang digunakan pada Infinite Population (populasi yang tidak diketahui jumlahnya), (Sandjaja,2006). n = 72 3.4. Variabel Penelitian 3.4.1. Variabel Dependen Pencegahan Diare 3.4.2. Variabel Independen 1) Umur 2) Tingkat Pendidikan 3) Pekerjaan 4) Pendapatan 5) Pengetahuan 6) Sikap
22. Wed, 20 August 2008 15:17:59 fir_zai07@yahoo.com 124.195.18. Firm Medan 46 an Zai 3.5. Defenisi Operasional 1. Pencegahan Diare, adalah bentuk aktifitas nyata (perbuatan) atau kemampuan dalam upaya pencegahan dan penanggulangan/ pemutusan penyebaran rantai penularan penyakit diare. Misalnya : upaya pencegahan diare. a. Kurang, apabila skor jawaban responden memperoleh nilai 28 b. Cukup, apabila skor jawaban responden memperoleh nilai 29-37 c. Baik, apabila skor jawaban responden memperoleh nilai 38 2. Umur, adalah usia responden pada saat dilakukan penelitian. a. < 33 tahun b. 34-49 tahun c. > 50 tahun 3. Tingkat pendidikan, adalah jenjang pendidikan formal yang pernah dilalui oleh responden pada saat diwawancarai, yang dikategorikan atas : a. Rendah (jika pendidikan terakhir Sekolah Dasar (SD) atau tidak tamat SD, Madrasah Ibtidaiyah, Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah). b. Tinggi (jika pendidikan terakhir Sekolah Menengah Atas, Madrasah Aliyah, Sekolah Menengah Kejuruan, Madrasah Aliyah Kejuruan, Akademi, Politeknik, Sekolah Tinggi, Institut dan Universitas). 4. Pekerjaan, adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh setiap responden atau Sesuatu yang dilakukan yang menjadi sumber mata pencaharian pokok untuk mencari nafkah a. Petani b. Ibu rumah tangga c. Pegawai swasta d. PNS /TNI-POLRI e. Wiraswasta 5. Pendapatan, adalah kondisi ekonomi Responden berdasarkan pendapatan / kapita/ bulan. a. Rp. 500.000.b. Rp. 500.000-1.000.000.c. Rp. 1.000.000.6. Pengetahuan, adalah informasi yang diketahui atau disadari oleh ibu tentang penyakit diare, penyebab dan pencegahan daire pada balita. a. Kurang, apabila skor jawaban responden memperoleh nilai 25 b. Cukup, apabila skor jawaban responden memperoleh nilai 26-31

c. Baik, apabila skor jawaban responden memperoleh nilai 32 7. Sikap, adalah respon seseorang terhadap atau objek atau penyakit diare, yang sudah melibatkan faktor pendapat atau emosi yang bersangkutan dengan penyakit diare. a. Kurang, apabila skor jawaban responden memperoleh nilai 23 b. Cukup, apabila skor jawaban responden memperoleh nilai 24-28 c. Baik, apabila skor jawaban responden memperoleh nilai 29
23. Wed, 20 August 2008 15:19:29

Firm Medan an Zai

fir_zai07@yahoo.com

124.195.18. 46

3.6 Aspek pengukuran Adapun aspek pengukuran variabel penelitian terhadap karakteristik, pengetahuan dan sikap ibu terhadap pencegahan diare pada balita diukur melalui pertanyaan yang terdapat pada lembar kuisioner, (sandjaja, 2006). 1. Nilai baik, apabila jawaban mendapat nilai 75 % dari seluruh skor yang ada. 2. Nilai Cukup, apabila jawaban mendapat nilai 40-75 % dari seluruh skor yang ada. 3. Nilai kurang, apabila jawaban mendapat nilai 40 % dari seluruh skor yang ada. Pengetahuan Terdiri dari 10 item pertanyaan. Jawaban benar nilainya 4, dan jawaban salah nilainya 1. Dengan menggunakan metode Sandjaja (2006), maka didapat penilaian sebagai berikut : 1. Baik, apabila skor jawaban responden 30 2. Cukup, apabila skor jawaban responden 20-29 3. Kurang, apabila skor jawaban responden 19 Sikap Terdiri dari 17 item pertanyaan. Jawaban benar nilainya 2, dan jawaban salah nilainya 1. Dengan menggunakan metode Sandjaja (2006), maka didapat penilaian sebagai berikut : 1. Baik, apabila skor jawaban responden 29 2. Cukup, apabila skor jawaban responden 23-28 3. Kurang, apabila skor jawaban responden 22 Pencegahan Diare Terdiri dari 12 item pertanyaan. Jawaban benar nilainya 4, dan jawaban salah nilainya 1. Dengan menggunakan metode Sandjaja (2006), maka didapat penilaian sebagai berikut : 1. Baik, apabila skor jawaban responden 36 2. Cukup, apabila skor jawaban responden 24-35 3. Kurang, apabila skor jawaban responden 23 3.7. Teknik Pengumpulan data Data yang diperoleh dikumpul melalui : 1. Data primer diperoleh secara langsung dari responden dengan teknik wawancara langsung dengan menggunakan kuisioner kepada ibu yang memiliki balita yang terpilih sebagai sampel yang berisi pertanyaan dan pilihan jawaban yang telah disiapkan. 2. Data sekunder berupa jumlah balita, yang diperoleh dari Puskesmas Medan Belawan, dan diambil dari kartu status dan laporan hasil SP2TP (laporan bulanan dan tahunan) pada tahun 2007. 3.8. Teknik Pengolahan dan Penyajian data Data yang telah dikumpulkan diolah dengan menggunakan komputer, dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. 3.9. Teknik Analisa Data Data yang telah diolah akan dianalisa secara analitik untuk mengetahui

hubungan perilaku terhadap pencegahan diare, dengan menggunakan uji statistik Chi-Square test dengan taraf signifikan ( = 0,05).
24. Wed, 20 August 2008 15:24:54

Tian Medan

kristiantb88@yahoo.co.i 125.162.42. d 42

Buat Saudara Firman Zai, kalau mau dipublikasi tugas akhir anda di publikasi, sayang jgn disini, buat jurnal nasional atau internasional, buat dimuat di kese-kese ini. trus, tapi kalau juga mau di sini jgn copy paste dari file skripsimu, tapi buatlah berbentuk Format Jurnal ilmiah dan kalau bisa buat dalam bentuk File PDF. Saohagolo - Yaahowu Tian - Medan
25. Wed, 20 August 2008 15:25:27

Firm Medan an Zai

fir_zai07@yahoo.com

124.195.18. 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Gambaran Umum Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Belawan 1. Geografi Puskesmas Rawat Inap Belawan No.1275210101 Medan terletak di Jl. Stasiun Kompleks PJKA No. 1 Belawan Medan. Puskesmas Rawat Inap Belawan No.1275210101 diresmikan pada tanggal 3 Maret 2008 oleh Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan Propinsi Sumatera Utara. Dalam melaksanakan kegiatannya, Puskesmas Rawat Inap Belawan memiliki 74 Posyandu aktif dan enam kelurahan yang ada di Wilayah Kecamatan Medan Belawan, yaitu Kelurahan Belawan I, Kelurahan Belawan II, Kelurahan Bahagia, Kelurahan Bahari, Kelurahan Sicanang, dan Kelurahan Bagan Deli. Dengan batas wilayah : 1. Sebelah Utara : Perumahan Penduduk Belawan II 2. Sebelah Timur : Perumahan PJKA Belawan II 3. Sebelah Selatan : Mesjid PJKA 4. Sebelah Barat : Stasiun PJKA 2. Demografi Jumlah penduduk wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Belawan sebanyak 117.054 jiwa dan terdiri dari 23.409 KK, yang menempati area seluas 2182 hektar. Penduduknya berdasarkan jenis kelamin di Kecamatan Medan Belawan yang terdiri dari laki-laki sebanyak 60.221 orang (51,45%) dan perempuan sebanyak 56.833 orang (48,55%).
26. Wed, 20 August 2008 15:34:03

Firm Medan an Zai

fir_zai07@yahoo.com

124.195.18. 46

4.1.2. Analisa Univariat 1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur Di Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Belawan Medan Tahun 2008 No. Umur Responden n % 1. 33 Tahun 35 48,6 2. 34-49 Tahun 21 29,2 3. 50 Tahun 16 22,2 Total 72 100

Berdasarkan Tabel 4.1 diatas, dapat dilihat bahwa dari 72 responden dimana mayoritas responden berada pada kelompok umur 33 tahun sebanyak 35 orang (48,6%), dan minoritas responden berada pada kelompok umur 50 tahun sebanyak 16 orang (22,2%). 2. Distribusi Penderita Diare Berdasarkan Umur Tabel 4.2 Distribusi Penderita Diare Berdasarkan Umur Di Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Belawan Tahun 2008 No. Umur Penderita n % 1. 23 Bulan 32 44,4 2. 24-41 Bulan 25 34,7 3. 42 Bulan 15 20,8 Total 72 100 Berdasarkan Tabel 4.2 diatas, dapat dilihat bahwa umur penderita diare berada pada kelompok umur 23 bulan sebanyak 32 orang (44,4%), 24 41 Bulan sebanyak 25 orang (34,7%) dan yang paling sedikit penderita diare berada pada kelompok umur 42 bulan sebanyak 15 orang (20,8%). 3. Distribusi Penderita Diare Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 4.3 Distribusi Penderita Diare Berdasarkan Jenis Kelamin Di Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Belawan Tahun 2008 No. Jenis Kelamin n % 1. Laki-laki 44 61,1 2. Perempuan 28 38,9 Total 72 100 Berdasarkan Tabel 4.3 diatas, dapat dilihat bahwa mayoritas penderita diare pada balita berjenis kelamin laki-laki sebanyak 44 orang (61,1%) dan perempuan sebanyak 28 orang (38,9%). 4. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Di Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Belawan Tahun 2008 No. Tingkat Pendidikan n % 1. Tidak tamat SD/ tamat SD 13 18,1 2. SLTP 25 34,7 3. SLTA 23 31,9 4. Sarjana 11 15,3 Total 72 100 Berdasarkan Tabel 4.4 diatas, dapat dilihat bahwa umumnya tingkat pendidikan responden mayoritas adalah SLTP sebanyak 25 orang (34,7%), dan tingkat pendidikan responden yang minoritas adalah Sarjana sebanyak 11 orang (15,3%). 5. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Di Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Belawan Tahun 2008 No. Pekerjaan n % 1. Ibu rumah tangga 23 31,9 2. Pegawai swasta 19 26,4 3. PNS/ TNI dan POLRI 18 25,0

4. Wiraswasta 12 16,7 Total 72 100 Berdasarkan Tabel 4.5 diatas, dapat dilihat bahwa dari 72 responden mayoritas pekerjaan adalah sebagai ibu rumah tangga yaitu 23 orang (31,9%), dan pekerjaan responden yang minoritas adalah sebagai Wiraswasta sebanyak 12 orang (16,7%). 6. Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan Di Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Belawan Tahun 2008 No. Pendapatan n % 1. Rp. 500.000.- 28 38,9 2. Rp. 500.000-1.000.000.- 26 36,1 3. Rp. 1.000.000.- 18 25,0 Total 72 100 Berdasarkan Tabel 4.6 diatas, dapat dilihat bahwa dari 72 responden mayoritas tingkat pendapatan ibu Rp. Rp. 500.000.- (UMR), yaitu 28 orang (38,9%), dan minoritas pendapatan responden adalah Rp. 1.000.000.- sebanyak 18 orang (25,%). 7. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Di Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Belawan Tahun 2008 No. Tingkat Pengetahuan N % 1. Kurang 25 37,5 2. Cukup 18 25,0 3. Baik 29 40,3 Total 72 100 Berdasarkan Tabel 4.7 diatas, dapat dilihat bahwa dari 72 responden yang berpengetahuan baik sebanyak 29 orang (40,3%), responden yang berpengetahuan kurang sebanyak 25 orang (37,5%), dan responden yang berpengetahuan cukup sebanyak 18 orang (25%).

8. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Di Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Belawan Tahun 2008 No. Sikap n % 1. Kurang 27 37,5 2. Cukup 20 27,8 3. Baik 25 34,7 Total 72 100 Berdasarkan Tabel 4.8 diatas, dapat dilihat bahwa dari 72 responden yang sikap memiliki sikap kurang sebanyak 27 orang (37,5%), responden yang sikap baik sebanyak 25 orang (34,7%), dan responden yang sikap cukup sebanyak 20 orang (27,8%). 9. Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Pencegahan Diare Tabel 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Pencegahan Diare Di Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Belawan Tahun 2008

No. Pencegahan Diare n % 1. Kurang 33 45,8 2. Cukup 20 27,8 3. Baik 19 26,4 Total 72 100 Berdasarkan Tabel 4.9 diatas, dapat dilihat bahwa dari 72 responden yang melaksanakan tindakan pencegahan terhadap diare berada pada kategori kurang sebanyak 33 orang (45,8%), cukup sebanyak 20 orang (27,8), dan baik sebanyak 19 orang (26,4%).
27. Wed, 20 August 2008 15:36:54

Firm Medan an Zai

fir_zai07@yahoo.com

124.195.18. 46

4.1.3. Analisa Bivariat 1. Hubungan Umur Responden Terhadap Pencegahan Diare Tabel 4.10 Hubungan Umur Terhadap Pencegahan Diare Di Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Belawan Medan Tahun 2008 No Umur Responden Pencegahan Diare Total Kurang Cukup Baik n%n%n%n% 1. 33 tahun 16 45,7 11 31,4 8 22,9 35 100 2. 34-49 tahun 10 47,6 5 23,8 6 28,6 21 100 3. 50 tahun 7 43,8 4 25,0 5 31,3 16 100 X2 = 0,708 df = 4 p = 0,950 Berdasarkan Tabel 4.10 diatas, dapat dilihat bahwa dari 35 responden yang umurnya 33 tahun diantarannya 16 orang (45,7%) berada pada kategori kurang, 11 orang (31,4%) berada pada kategori cukup, dan sebanyak 8 orang (22,9%) berada pada kategori baik dalam melaksanakan pencegahan diare. Dari 21 responden yang umurnya 3449 tahun diantarannya 10 orang (47,6%) berada pada kategori kurang, 5 orang (23,8%) berada pada kategori cukup, dan sebanyak 6 orang (28,6%) berada pada kategori baik dalam melaksanakan pencegahan diare. Sedangkan dari dari 16 responden yang umurnya 50 tahun diantarannya 7 orang (43,8%) berada pada kategori kurang, 4 orang (25%) berada pada kategori cukup, dan sebanyak 5 orang (31,3%) berada pada kategori baik dalam melaksanakan pencegahan diare Berdasarkan hasil uji Chi-square diperoleh p = 0,950 yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara umur ibu dengan tindakan pencegahan diare pada balita. 2. Hubungan Tingkat Pendidikan Responden Terhadap Pencegahan Diare Tabel 4.11 Hubungan Tingkat Pendidikan Terhadap Pencegahan Diare Di Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Belawan Medan Tahun 2008 No Tingkat Pendidikan Responden Pencegahan Diare Total Kurang Cukup Baik n%n%n%n% 1. Rendah (SD, SLTP) 33 100 - - - - 33 100 2. Tinggi (SLTA, Sarjana) - - 20 51,3 19 48,7 39 100 X2 = 72,000 df = 2 p = 0,000 Berdasarkan Tabel 4.11 diatas, dapat dilihat bahwa dari 33 responden yang tingkat pendidikannya rendah diantarannya sebanyak 33 orang (100%) berada pada kategori kurang, dalam melaksanakan pencegahan diare. Sedangkan dari 39 responden yang tingkat pendidikannya tinggi diantarannya sebanyak 20 orang (51,3%) berada pada kategori cukup, dan sebanyak 19 orang (48,7%) berada pada kategori baik dalam melaksanakan pencegahan diare.

Berdasarkan hasil uji Chi-square diperoleh p = 0,000 yang berarti ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan ibu dengan tindakan pencegahan diare pada balita. 3. Hubungan Pekerjaan Responden Terhadap Pencegahan Diare Tabel 4.12 Hubungan Pekerjaan Terhadap Pencegahan Diare Di Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Belawan Medan Tahun 2008 No Pekerjaan Responden Pencegahan Diare Total Kurang Cukup Baik n%n%n%n% 1. Ibu rumah tangga 10 43,5 4 17,4 9 39,1 23 100 2. Pegawai swasta 9 47,4 6 31,6 4 21,1 19 100 3. PNS/ TNI, dan POLRI 8 44,4 7 38,9 3 16,7 18 100 4. Wiraswasta 6 50,0 3 25,0 3 25,0 12 100 X2 = 4,190 df = 6 p = 0,651 Berdasarkan Tabel 4.12 diatas, dapat dilihat bahwa dari 23 responden yang pekerjaannya sebagai ibu rumah tangga diantarannya sebanyak 10 orang (43,5%) berada pada kategori kurang, 4 orang (17,4%) berada pada kategori cukup, dan sebanyak 9 orang (39,1%) berada pada kategori baik dalam malaksanakan pencegahan diare. Dari 19 responden yang pekerjaannya pegawai swasta diantarannya sebanyak 9 orang (47,4%) berada pada kategori kurang, 6 orang (31,6%) berada pada kategori cukup, dan sebanyak 4 orang (21,1%) berada pada kategori baik dalam melaksanakan pencegahan diare. Dari 18 responden PNS/ TNI, POLRI diantarannya 8 orang (44,4%) berada pada kategori kurang, 7 orang (38,9%) berada pada kategori cukup, dan sebanyak 3 orang (16,7%) berada pada kategori baik dalam melaksanakan pencegahan diar. Dari 12 responden yang pekerjaannya wiraswasta diantarannya sebanyak 6 orang (50%) berada pada kategori kurang, 3 orang (25%) berada pada kategori cukup, dan sebanyak 3 orang (25%) berada pada kategori baik dalam melaksanakan pencegahan diare. Berdasarkan hasil uji Chi-square diperoleh p = 0,651 yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan ibu dengan tindakan pencegahan diare pada balita. 4. Hubungan Pendapatan Responden Terhadap Pencegahan Diare Tabel 4.13 Hubungan Pendapatan Terhadap Pencegahan Diare Di Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Belawan Medan Tahun 2008 No Pendapatan Responden Pencegahan Diare Total Kurang Cukup Baik n%n%n%n% 1. Rp. 500.000,- 25 89,3 2 7,1 1 3,6 28 100 2. Rp. 500.000-1.000.000.- 8 30,8 13 50,0 5 19,2 26 100 3. Rp. 1.000.000.- 4 22,2 7 38,9 7 38,9 18 100 X2 = 29,206 df = 4 p = 0,000 Berdasarkan Tabel 4.13 diatas, dapat dilihat bahwa dari 28 responden yang pendapatannya Rp. 500.000.- diantarannya 25 orang (89,3%) berada pada kategori kurang, 2 orang (7,1%) berada pada kategori cukup, dan sebanyak 1 orang (3,6%) berada pada kategori baik dalam melaksanakan pencegahan diare. Dari 26 responden yang pendapatannya Rp. 500.000-1.000.000.- diantarannya 8 orang (30,8%) berada pada kategori kurang, 13 orang (50%) berada pada kategori cukup, dan sebanyak 5 orang (19,2%) berada pada kategori baik dalam melaksanakan pencegahan diare. Sedangkan dari dari 18 responden yang pendapatannya Rp. 1.000.000.- diantarannya 4 orang (22,2%) berada pada kategori kurang, 7 orang (38,9%) berada pada kategori cukup, dan sebanyak 7 orang (38,9%) berada pada kategori baik dalam melaksanakan pencegahan diare.

Berdasarkan hasil uji Chi-square diperoleh p = 0,000 yang berarti ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendapatan ibu dengan tindakan pencegahan diare pada balita. 5. Hubungan Pengetahuan Responden Terhadap Pencegahan Diare Tabel 4.14 Hubungan Pengetahuan Terhadap Pencegahan Diare Di Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Belawan Medan Tahun 2008 No Pengetahuan Responden Pencegahan Diare Total Kurang Cukup Baik n%n%n%n% 1. Kurang 12 48,0 1 4,0 12 48,0 25 100 2. Cukup 8 44,4 6 33,3 4 22,2 18 100 3. Baik 13 44,8 13 44,8 3 10,3 29 100 X2 = 15,735 df = 4 p = 0,003 Berdasarkan Tabel 4.14 diatas, dapat dilihat bahwa dari 25 responden yang tingkat pengetahuannya kurang diantarannya 12 orang (48%) berada pada kategori kurang, 1 orang (4,0%) berada pada kategori cukup, dan sebanyak 12 orang (48%) berada pada kategori baik dalam melaksanakan pencegahan diare. Dari 18 responden yang tingkat pengetahuannya sedang diantarannya 8 orang (44,4%) berada pada kategori kurang, 6 orang (33,3%) berada pada kategori cukup, dan sebanyak 4 orang (22,2%) berada pada kategori baik dalam melaksanakan pencegahan diare. Sedangkan dari dari 29 responden yang tingkat pengetahuannya baik diantarannya 13 orang (44,8%) berada pada kategori kurang dan cukup, dan sebanyak 3 orang (10,3%) berada pada kategori baik dalam melaksanakan pencegahan diare. Berdasarkan hasil uji Chi-square diperoleh p = 0,003 yang berarti ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan tindakan pencegahan diare pada balita. 6. Hubungan Sikap Responden Terhadap Pencegahan Diare Tabel 4.15 Hubungan Sikap Terhadap Pencegahan Diare Di Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Belawan Medan Tahun 2008 No Sikap Responden Pencegahan Diare Total Kurang Cukup Baik n%n%n%n% 1. Kurang 16 59,3 7 25,9 4 14,8 27 100 2. Cukup 6 30,0 11 55,0 3 15,0 20 100 3. Baik 11 44,0 2 8,0 12 48,0 25 100 X2 = 17,842 df = 4 p = 0,001 Berdasarkan Tabel 4.15 diatas, dapat dilihat bahwa dari 27 responden yang sikapnya kurang diantarannya 16 orang (59,3%) berada pada kategori kurang, 7 orang (25,9%) berada pada kategori cukup, dan sebanyak 4 orang (14,8%) berada pada kategori baik dalam melaksanakan pencegahan diare. Dari 20 responden yang sikapnya sedang diantarannya 6 orang (30%) berada pada kategori kurang, 11 orang (55%) berada pada kategori cukup, dan sebanyak 3 orang (15%) berada pada kategori baik dalam melaksanakan pencegahan diare. Sedangkan dari dari 25 responden yang sikapnya baik diantarannya 11 orang (44,4%) berada pada kategori kurang, 2 orang (8%) berada pada kategori cukup, dan 12 orang (48%) berada pada kategori baik dalam melaksanakan pencegahan diare. Berdasarkan hasil uji Chi-square diperoleh p = 0,001 yang berarti ada hubungan yang signifikan antara sikap ibu dengan tindakan pencegahan diare pada balita.
28. Wed, 20 August 2008 15:39:11

Firm Medan an Zai

fir_zai07@yahoo.com

124.195.18. 46

4.2. Pembahasan 4.2.1. Hubungan Umur Responden Dengan Pencegahan Diare Pada Balita Di Puskesmas Rawat Inap Belawan Tahun 2008. Berdasarkan hasil penelitian dari 72 orang ibu yang memiliki balita di Puskesmas Rawat Inap Belawan diketahui bahwa responden yang paling banyak adalah pada kelompok umur 33 tahun sebesar 48,6%, sedangkan umur responden yang paling sedikit adalah berada pada umur 50 tahun sebesar 22,2% (Tabel 4.1). Pada usia tersebut responden rata-rata mempunyai anak balita lebih dari satu sehingga memiliki pengalaman yang lebih baik dalam pencegahan diare. Hal ini berbeda dengan penelitian Ida (2007), bahwa umur responden yang terbanyak adalah responden berumur 25-29 tahun yaitu 22 orang (23,7%), dan yang terendah yaitu berumur 50 tahun sebanyak 1 orang (1,1%). Berdasarkan hasil uji Chi-square diperoleh p = 0,950 yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara umur ibu dengan tindakan pencegahan diare pada balita, artinya bahwa umur bukan sebagai patokan dalam mencegah diare, karena penyakit diare bisa menyerang manusia tanpa memandang golongan umur. 4.2.2. Hubungan Tingkat Pendidikan Responden Dengan Pencegahan Diare Pada Balita Di Puskesmas Rawat Inap Belawan Tahun 2008. Berdasarkan hasil penelitian dari 72 ibu-ibu yang memiliki balita di Puskesmas Rawat Inap Belawan diketahui bahwa pendidikan terakhir responden yang paling banyak adalah SLTP sebesar 34,7%, diikuti dengan pengetahuan sedang berada pada tingkat pendidikan tidak tamat SD/ tamat SD sebesar 18,1%. Sedangkan responden yang tingkat pendidikannya Sarjana sebenarnya pengetahuannya paling baik berhubung respondennya jumlahnya sedikit maka persennya juga sedikit (Tabel 4.4). Hal ini kemungkinan disebabkan selama dalam pendidikan formal yang mereka jalani tidak terdapat pendidikan khusus tentang tindakan dalam pencegahan diare, sehingga walaupun mayoritas dari responden berpendidikan tamat SLTP, tetapi tidak menjamin status pencegahan diare balita menjadi lebih baik. Hal ini sejalan dengan pernyataan yang dikutip dari Notoatmodjo (2003), bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka tingkat pengetahuannya semakin baik, ini disebabkan karena materi yang di dapat ketika belajar dalam pendidikan, serta informasi yang diperolehnya. Berbeda dengan penelitian Ida (2007), mendapat bahwa sebagian besar pendidikan ibu terhadap pencegahan diare adalah tamat SLTA yaitu 41 orang (44,1%), dan yang paling sedikit adalah Sarjanan 2 orang (2,1%). Berdasarkan hasil uji Chi-square diperoleh p = 0,000 yang berarti ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan ibu dengan tindakan pencegahan diare pada balita. Kesehatan bukan hanya diketahui atau disadari (knowledge) dan disikapi (attitude), melainkan harus dikerjakan/ dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari (practice). Hal ini berarti bahwa tujuan akhir dari pendidikan kesehatan adalah agar masyarakat dapat mempraktekan hidup sehat bagi dirinya sendiri dan bagi masyarakat, atau masyarakat berperilaku hidup sehat (healthy life style) Notoatmodjo (2003). 4.2.3. Hubungan Pekerjaan Responden Dengan Pencegahan Diare Pada Balita Di Puskesmas Rawat Inap Belawan Tahun 2008. Berdasarkan hasil penelitian dari 72 ibu-ibu yang memiliki balita di Puskesmas Rawat Inap Belawan diketahui bahwa pada umumnya pekerjaan responden mayoritas sebagai ibu rumah tangga sebesar 31,9%, sedangkan responden yang pekerjaannya paling sedikit adalah sebagai wiraswasta sebesar 16,7% (Tabel 4.5). Hal ini berbeda dengan penelitian Edison (2005), mendapat bahwa sebagian besar pekerjaan ibu

sebagai wiraswasta yaitu 76 orang (29,8%) dan yang terendah adalah sebagai PNS yaitu 32 orang (12,5%). Berdasarkan hasil uji Chi-square diperoleh p = 0,651 yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan ibu dengan tindakan pencegahan diare pada balita artinya bahwa banyaknya penderita diare pada balita dengan pekerjaan orang tuanya sebagai ibu rumah tangga karna kurangnya informasi mengenai tindakan pencegahan diare, keadaan ekonomi, tingkat pendidikan ibu yang rendah, dan lingkungan yang tidak sehat. Hal ini menyebabkan anak-anak tersebut rentan untuk terserang penyakit yang diare. 4.2.4. Hubungan Pendapatan Responden Dengan Pencegahan Diare Pada Balita Di Puskesmas Rawat Inap Belawan Tahun 2008. Berdasarkan hasil penelitian dari 72 ibu-ibu yang memiliki balita di Puskesmas Rawat Inap Belawan diketahui bahwa pengetahuan responden yang paling baik berpendapatan Rp. 500.000. - yaitu 38,9%, kemudian pada tingkat pendapatan Rp. 500.000-1.000.000.- sebesar 36,1% dan pada tingkat yang paling sedikit adalah tingkat pendapatanya Rp. 1.000.000.- yaitu 25% (tabel 4.6). Hal ini berbeda dengan penelitian Ida (2007), mengatakan bahwa tindakan pencegahan diare berada pada tingkat pendapatan Rp.600.000-800.000 yaitu 48,4% sedangkan yang paling rendah pendapatannya adalah pada Rp.900.000 yaitu 21,5%. Hal ini menggambarkan bahwa angka pencegahan diare pada anak balita di pengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi/ tingkat pendapatan rumah tangga. Dalam penelitian ini 38,9% responden tergolong keluarga pra sejahtera artinya secara umum responden masih tergolong keluarga miskin. Menurut Behrman (1999), yang dikutip oleh Warwan (2006), mengatakan bahwa usaha untuk melaksanakan pencegahan penyakit masih kurang dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan tidak terpenuhi oleh karena keterbatasan uang. Hal ini menyebabkan masyarakat rentan menderita penyakit menular seperti diare ini. Kemiskinan bertanggung jawab atas penyakit yang ditemukan pada anak, karena kemiskinan mengurangi kapasitas orangtua untuk mendukung perawatan kesehatan yang memadai pada anak, cenderung memiliki hygiene yang kurang, miskin diet, miskin pendidikan. Sehingga anak yang miskin memiliki angka kematian dan kesakitan yang lebih tinggi untuk hampir semua penyakit. Berdasarkan hasil uji Chi-square diperoleh p = 0,000 yang berarti ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendapatan ibu dengan tindakan pencegahan diare pada balita artinya sistem imun anak yang berasal dari sosiol ekonomi rendah akan lebih rendah dibanding anak yang berasal dari sosiol ekonomi tinggi. Sehingga lebih rentan terinfeksi kuman penyebab diare ini. Tidak tertutup kemungkinan bagi penghasilan yang lebih rendah untuk mendapatkan informasi tentang pencegahan diare karena penyakit diare sudah memasyarakat di lingkungan penduduk. Secara statistik juga dapat diketahui pada tabel 4.13, bahwa antara keadaan sosial ekonomi dan pencegahan daire pada anak balita terdapat korelasi yang signifikan dan sangat nyata, terlihat dari nilai probabilitas 0,000 yang lebih kecil dari 0,05. Artinya hipotesis penelitian diterima, terdapat hubungan yang positif antara keadaan sosial ekonomi/ pendapatan responden dengan tindakan pencegahan diare pada anak balita. Berarti semakin tinggi status sosial ekonomi seseorang maka semakin kecil kemungkinan terjadinya diare pada anak balita. (Warman, 2006). 4.2.5. Hubungan Pengetahuan Responden Dengan Pencegahan Diare Pada Balita Di Puskesmas Rawat Inap Belawan Tahun 2008. Berdasarkan hasil penelitian dari 72 ibu-ibu yang memiliki balita di Puskesmas Rawat Inap Belawan diketahui bahwa sebagian besar responden yang berpengetahuan baik sebesar 40,3%, dan sedangkan

responden yang pengetahuannya kurang sebesar 34,7%, sedangkan pengetahuan yang sedang paling sedikit dijumpai sebesar 25% (tabel 4.7). Hal ini berbeda dengan hasil penelitian Yunita (2006), yang menyatakan bahwa pengetahuan responden yang baik sebesar 44,1% sedangakan pengetahuan responden yang kurang sebesar 11,8%. Hal ini menggambarkan bahwa semakin tinggi pengetahuan seorang ibu terhadap suatu penyakit maka akan semakin kecil resiko anak balitanya menderita penyakit tersebut. Hal ini dikarenakan bahwa telah sampai akses informasi kesehatan terhadap mereka misalnya lewat penyuluhan, media massa, dan lain-lain walaupun masih sangat minimal dan baru dalam tahap tahu, belum memahami apalagi menganalisis dan mengaplikasikannya. Berdasarkan hasil uji Chi-square diperoleh p = 0,003 yang berarti ada hubungan bermakna antara pengetahuan ibu dengan tindakan pencegahan diare pada balita. Artinya hipotesis penelitian diterima, terdapat hubungan yang positif antara pengetahuan ibu tentang diare dengan pencegahan diare pada anak balita. Berarti semakin tinggi pengetahuan seorang ibu tentang diare maka semakin kecil kemungkinan terjadinya diare pada anak balitanya. Menurut Slamet (1994), yang dikutip oleh Warman (2006), mengatakan bahwa pengetahuan sebagai parameter keadaan sosial dapat sangat menentukan kesehatan masyarakat. Masyarakat dapat terhindar dari penyakit asalkan pengetahuan tentang kesehatan dapat ditingkatkan, sehingga perilaku dan keadaan lingkungan sosialnya menjadi sehat. Pada balita yang belum dapat menjaga kebersihan dan menyiapkan makanan sendiri, kualitas makanan dan minuman tergantung pada ibu sebagai pengasuh utama. Perilaku ibu dalam menjaga kebersihan dan mengolah makanan sangat dipengaruhi oleh pengetahuan ibu tentang cara pengolahan dan penyiapan makanan yang sehat dan bersih. Sehingga dengan pengetahuan ibu yang baik diharapkan dapat mengurangi angka diare pada anak balita. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Warman (2006), yang menyatakan bahwa pengetahuan ibu sebagai faktor utama yang menyebabkan terjadinya diare pada anak balita. Jadi untuk memutuskan rantai penularan diare ini diperlukan upaya-upaya peningkatan pengetahuan ibu secara lebih berkala oleh petugas kesehatan dan kader posyandu, seperti langsung mempraktikan dengan alat peraga dan gambar. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan responden tentang pelaksanaan pencegahan penyakit diare sudah baik. Pengetahuan responden tentang penyakit diare sangat berperan penting untuk bertindak, karena disini responden akan sadar kemungkinan hal-hal tersebut ada dan biasa terjadi pada balita mereka. Responden sudah menyadari pentingnya arti kesehatan, ini terbukti kebanyakan melakukan tindakan pelaksanaan pencegahan diare pada anak balita di keluarga. Ini sejalan dengan teori Health Belief Model, kemungkinan individu untuk melakukan tindakan pencegahan tergantung secara langsung pada hasil dari dua keyakinan/ penilaian kesehatan, yaitu ancaman yang dirasakan dari sakit dan pertimbangan keuntungan dan kerugian. Penilaian pertama adalah ancaman yang dirasakan terhadap resiko yang akan muncul, hal ini mengacu pada sejauh mana seseorang berfikir penyakit atau kesakitan betul-betul ancaman pada dirinya, asumsinya adalah bila ancaman yang dirasakan tersebut meningkat maka perilaku pencegahan juga akan meningkat. Penilaian kedua adalah perbandingan antara keuntungan dan kerugian dari perilaku dalam usaha memutuskan tindakan pencegahan. Menurut Kusyanto (2008), upaya-upaya pencegahan perlu dilakukan dengan melibatkan peran masyarakat sebagai aktor penyelenggara dengan didukung pemerintah sebagai fasilitatornya. Membangun jembatan yang menghubungkan kedua aktor penting ini menjadi sangat penting, mengingat keduanya memiliki ranah peran dan ruang lingkup sosial yang berbeda. Peran pemerintah didalam memberikan dukungan

kepada masyarakat diantaranya adalah dalam hal sistem pembuangan air limbah dan sanitasi yang murah, perbaikan penyediaan air minum dan pengumpulan sampah. Menurut Notoatmodjo (2003), dengan demikian tingkat pengetahuan terhadap pencegahan diare secara umum sudah berada pada kategori baik, pada penelitian ini di dapat bahwa tindakan responden sudah dapat mengenal dan memilih berbagai objek dengan pencegahan yang akan dilakukan atau sudah pada tingkat tahu (know). Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi, kata kerja untuk mengukur arang tahu tentang sesuatu adalah dapat menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, dan menyatakan. 4.2.6. Hubungan Sikap Responden Dengan Pencegahan Diare Pada Balita Di Puskesmas Rawat Inap Belawan Tahun 2008. Berdasarkan hasil penelitian dari 72 ibu-ibu yang memiliki balita di Puskesmas Rawat Inap Belawan diketahui bahwa sebagian besar responden yang sikapnya baik sebanyak 34,7%, dan sedangkan responden yang pengetahuannya kurang sebesar 37,5%, sedangkan pengetahuan yang sedang paling sedikit dijumpai sebesar 27,8% (tabel 4.8). Dalam penelitian ini 45,8% responden tergolong sikapnya kurang baik artinya secara umum responden masih tergolong kurang baik. Hal ini menurut Kusyanto (2008), menyatakan bahwa perubahan perilaku di tingkat individu menjadi penting karena mereka sebagai penerima manfaat sekaligus subyek sementara upaya-upaya peningkatan dukungan infrastruktur dan kebijakan menjadi dibutuhkan agar upaya tindakan pencegahan berjalan dengan baik serta mengarah pada satu tujuan. Menurut UNICEF (2002) yang dikutip oleh Kusyanto (2008), menyatakan dalam Facts for Life yang diadaptasi menjadi Pedoman Hidup Sehat oleh Departemen Kesehatan, ada beberapa cara dalam mencegah penyakit diare, diantaranya : 1. Pembuangan tinja yang aman serta buang air besar di jamban 2. Cuci tangan dengan sabun setelah buang air besar dan menceboki anak yang buang air besar, sebelum memberi makan anak, sebelum makan, atau menyiapkan makanan. 3. Memastikan air minum yang dikonsumsi tidak terkontaminasi tinja, baik di rumah maupun di sumber air. 4. Pemberian ASI dan pemberian makanan pendamping ASI yang bersih dan bergizi setelah bayi berumur 4 bulan. 5. Mencuci dan menutup makanan untuk menghindari pencemaran makanan oleh serangga atau tangan yang kotor. Terjalinnya kerjasama antara keluarga, masyarakat, sektor swasta dan dukungan pemerintah maupun LSM dalam hal tindakan pencegahan dipastikan dapat menanggulangi penyebab penyakit diare dan hidup sehat dengan air bersih tidak hanya menjadi sebuah slogan dan mimpi semata, tapi dapat diwujudkan bahkan dengan cara yang paling sederhana sekalipun. Berdasarkan hasil uji Chi-square diperoleh p = 0,001 yang berarti ada hubungann yang bermakna antara sikap dengan tindakan pencegahan diare artinya dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sikap responden tentang pelaksanaan pencegahan penyakit diare termasuk buruk. Sebagian besar responden berpengetahuan baik tapi sikapnya dalam melaksanakan tindakan pencegahan terhadap penyakit diare kurang baik. disini responden akan sadar kemungkinan hal-hal tersebut ada dan biasa terjadi pada balita mereka. Responden belum menyadari pentingnya arti kesehatan, ini terbukti dari sikap responden yang mengandalkan pengetahuan semata tetapi tidak melaksanakannya, hal ini merupakan suatu karakter individu yang melekat seperti malu, gengsi, kotor dan lain sebagainya. Kemungkinan individu untuk melakukan tindakan pencegahan tergantung secara langsung pada hasil dari dua keyakinan/ penilaian kesehatan, yaitu ancaman yang dirasakan dari sakit dan pertimbangan keuntungan dan kerugian. Penilaian pertama adalah

ancaman yang dirasakan terhadap resiko yang akan muncul, hal ini mengacu pada sejauh mana seseorang berfikir penyakit atau kesakitan betul-betul ancaman pada dirinya, asumsinya adalah bila ancaman yang dirasakan tersebut meningkat maka perilaku pencegahan juga akan meningkat, tapi pelaksanaannya belum tentu karna faktor keadaan. Penilaian kedua adalah perbandingan antara keuntungan dan kerugian dari perilaku dalam usaha memutuskan tindakan pencegahan. Pada penelitian ini di dapat bahwa tindakan responden sudah dapat mengenal dan memilih berbagai objek dengan pencegahan yang akan dilakukan atau sudah pada tingkat menerima (receiving), tetapi sikapnya dalam melaksanakan pencegahanya terhambat oleh suatu keadaan dan kemungkinan oleh faktor sosial, ekonomi dan budaya (Notoatmodjo, 2003).
29. Wed, 20 August 2008 15:40:48

Firm Medan an Zai

fir_zai07@yahoo.com

124.195.18. 46

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian tentang hubungan karakteristik, pengetahuan dan sikap ibu tentang diare terhadap pencegahan diare pada balita di Wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Belawan No 1275210101 Medan Tahun 2008, dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Dari 72 responden ibu yang memiliki balita ditemukan bahwa tindakan pencegahan terhadap diare kategori baik sebesar 26,4%, kurang 45,8%, dan cukup 27,8%. 2. Tidak ada hubungan antara umur ibu dengan tindakan pencegahan diare pada balita yang mana berdasarkan hasil uji Chi-square diperoleh p = 0,950 (P<0,05). 3. Ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan tindakan pencegahan diare pada balita yang mana berdasarkan hasil uji Chisquare diperoleh p = 0,000 (P<0,05). 4. Tidak ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan tindakan pencegahan diare pada balita yang mana berdasarkan hasil uji Chisquare diperoleh p = 0,651 (P<0,05). 5. Ada hubungan antara pendapatan ibu dengan tindakan pencegahan diare pada balita yang mana berdasarkan hasil uji Chi-square diperoleh p = 0,000 (P<0,05). 6. Ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan tindakan pencegahan diare pada balita yang mana berdasarkan hasil uji Chi-square diperoleh p = 0,003 (P<0,05). 7. Ada hubungan antara sikap ibu dengan tindakan pencegahan diare pada balita yang mana berdasarkan hasil uji Chi-square diperoleh p = 0,001 (P<0,05). 5.2. Saran 5.2.1. Untuk Pihak Puskesmas Diharapkan kepada pihak puskesmas seperti penyuluh kesehatan agar terus melakukan sosialisasi pada masyarakat supaya masyarakat tetap berperilaku sehat khususnya dalam pencegahan diare melalui posyandu. 5.2.2. Untuk Ibu Rumah Tangga Kepada ibu rumah tangga agar membiasakan hidup bersih dan sehat kepada balita dengan melakukan pencegahan terhadap diare melalui upaya kebersihan mencuci tangan pake sabun dengan benar (sebelum makan, setelah buang air besar, sebelum memegang bayi, setelah menceboki anak dan sebelum menyiapi makanan).

5.2.3. Untuk Peneliti Lainnya Kepada peneliti selanjutnya agar melakukan penelitian tentang hubungan sumber informasi seperti lingkungan sosial, dan media terhadap tindakan pencegahan daire khususnya pada balita.
30. Wed, 20 August 2008 15:50:27

Firm Medan an Zai untuk manton telambanua

fir_zai07@yahoo.com

124.195.18. 46

man ini skripsi ag, capek kali kalo di kirim lewat tiki. ok kamu tinggal kopi aja. TQ
31. Wed, 20 August 2008 15:52:00

Firm Medan an Zai

fir_zai07@yahoo.com

124.195.18. 46

untuk adek DJ Zai entar kalo da ambil, sms abang ya.


32. Wed, 20 August 2008 16:52:08

Davi Japan, :P chaejiimnun_boyz89@y 125.162.44. ahoo.com 28 n Zebu a

hainias!!! chaejiimnun_boyz89@yahoo.com Hohohoho... ;p


33. Wed, 20 August 2008 17:21:29

Firm Medan an Zai Firm Medan an Zai

fir_zai07@yahoo.com

124.195.18. 46

ayo mumpung gratis


34. Sat, 23 August 2008 14:14:27 fir_zai07@yahoo.com 124.195.18. 46

to adek dj zai gimana dek pa da u ambil yang abang pesan tu.


35. Thu, 28 August 2008 12:34:48

Niha Banjarbar zi.niha@yahoo.com


u/Kal-Sel

125.160.52. 90

buat Zai, zi nyontek pmbahasan tentang pengetahuan dan sikap yaaah???? hehehe mf nyontek dlu bru minta izin.!!!!Tingkyu yaaaa
38. Wed, 10 September 2008 22:48:25

Das Surabaya dasma_telaumbanua@ 222.124.230 yahoo.com .79 ma Ohh..anak StiKes medan tho.. Kayanya baru lulus nich.. Kalau buat judul yg tepat donk biar pada ga ketipu semua ama judulnya "JURNAL (PROPOSAL, SKRIPSI, MAKALAH DAN ARTIKEL-ARTIKEL)" Eh..malah cuman skripsi doank.. Tanggung bro sekalian aja kumpulin tugas2 en catatan pas kuliah dlu terus diupload dalam bentuk pdf baru di tampilkan disini.. Satu lagi fotonya kurang...klo bisa yang gede biar jelas... Ok! Semangat yach..moga moga saran saya di ikutin...he2x Thanks ya..! Mau nanya dulu metode penelitian yang ditawarkan selain pendekatan

cross-sectional apa aja sama dosenmu..kok keliatannya simple banget?


39. Mon, 15 September 2008 13:44:48

Firm Medan an Zai, SKM

fir_zai07@yahoo.com

202.152.175 .182

TQ ya
40. Fri, 19 September 2008 Vict Surabaya Vichnhz111@yahoo.co 74.125.74.8 11:58:49 m 3 or

Thanks brow gue dpt ide setelah baca skripsinya tp boleh g gue minta daftar pustaka yg dipake. Thanks
41. Fri, 19 September 2008 TAF DENPASA christ_fau@yahoo.com 202.152.1.1 18:30:24 R 62 A

WAU Buat rekan-rekan, hati-hati yah.....Jangan mudah tergiur dengan murahnya harga suatu makanan. Waspadalah...Waspadalah...... DAGING SAMPAH Wali Kota Jakarta Barat Joko Ramadhan melihat daging olahan sisa hotel dan restoran yang digerebek polisi dan petugas Sudin Peternakan dan Perikanan Pemkot Jakarta Barat, di kawasan Kelurahan Kapuk, Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat, Kamis (11/9). au busuk langsung menyeruak begitu SP tiba di depan pintu sebuah ruangan berukuran sekitar 5 x 3 meter di Jalan Peternakan I, RT 04, RW 07, Kapuk Jagal, Cengkareng, Jakarta Barat pada Kamis (11/9) sore. Ruangan berdinding kayu dan berlantai tanah merah itu merupakan sebuah dapur, tempat Darmo (55 tahun), dan istrinya Yatmi (50 tahun) mengolah berbagai daging busuk yang akan mereka jual kembali. Sore itu pasangan suami-istri ini tengah bekerja. Darmo tengah menunggui lima penggorengan berisi daging busuk yang tengah digorengnya, ketika tiba-tiba sejumlah polisi dari Polres Jakarta Barat, bersama petugas dari Suku Dinas Peternakan dan Perikanan, Pemkot Jakarta Barat masuk dan memergoki ulah mereka. Wajah Darmo dan Yatmi pun langsung tegang. Apalagi para petugas langsung menemukan sejumlah daging busuk yang belum sempat mereka masak. "Saya enggak tahu apa-apa pak. Saya cuma masak, yang ngerti itu bosnya. Dari dialah saya mendapat daging-daging yang sedang dimasak ini," aku Darmo dengan nada panik, ketika polisi bertanya mengapa daging yang telah busuk dimasaknya kembali. Darmo bergegas keluar dari dapur disusul istrinya. Tampaknya ia sudah tak tahan dengan kejaran pertanyaan dari para petugas. Ia kemudian duduk di dipan depan rumahnya yang berdinding kayu. "Saya enggak tahu pak asal daging ini dari mana. Pokoknya saya beli dari bos, kemudian saya masak dan jual lagi," akunya dengan wajah ketakutan. Petugas terus mencecarnya dengan pertanyaan seputar asal daging itu. Namun, Darmo tetap menjawab tak tahu. Ia beralasan sang bos yang menjual daging tersebut, datang dan menjual langsung ke rumahnya. Padahal saat SP bertanya, bagaimana ia bisa mendapatkan dagingdaging tersebut, Darmo mengaku terkadang kalau sang bos tak datang membawa daging ke tempatnya, maka Darmo lah yang akan pergi membeli ke tempat sang bos. Tapi saat ditanya di mana tempat sang bos, lagi-lagi ia mengaku tak tahu. "Enggak tahu saya di mana tempat bosnya. Kadang-kadang si bos sudah datang ke tempat saya bawa daging dalam karung, terkadang saya yang beli ke sana . Tapi saya enggak tahu tempatnya," katanya kembali menghindar. Menurut Kepala Suku Dinas Peternakan dan Perikanan, Pemkot Jakarta Barat, drh Chaidir Taufik, berdasarkan penyelidikan yang telah dilakukan stafnya selama hampir satu minggu sebelum penggerebekan dilakukan, diduga daging-daging busuk yang terdiri atas daging ayam, sosis, ikan, dan usus ayam yang dimasak Darmo, diperoleh dari kumpulan sampahsampah hotel dan restoran.

"Daging sisa yang telah dibuang ke bak sampah hotel dan restoran, kemudian dikumpulkan dan dijual ke orang-orang seperti Darmo. Mereka lalu menggorengnya kembali untuk dijual dan dimakan," kata Chaidir kepada SP, di sela-sela penggerebekan. Direndam Formalin Tak jauh dari dapur rumah Darmo, terdapat sebuah lokasi yang dijadikan tempat penampungan dan penyortiran sampah. Di tempat ini tampak belasan orang pemulung tengah menyortir sampah dari plastik-plastik sampah berukuran besar. Beberapa di antara mereka tampak sibuk memisahkan plastik-plastik bekas botol air mineral, kardus, dan lain-lain. Petugas dari Sudin Peternakan dan Perikanan pun mendatangi tempat penyortiran sampah tersebut. Di sana , terdapat sebuah kardus berisi kumpulan daging beraneka jenis yang belum sempat dipilah. "Nah daging-daging sisa dari tempat inilah yang dimasak kembali untuk dijual," ujar Chaidir. Selain kotor, daging-daging yang berada di tumpukan lokasi penyortiran sampah tersebut juga telah membusuk dan bercampur dengan sampah-sampah lainnya, aromanya sangat "menusuk" hidung. Chaidir mengatakan, daging-daging busuk tersebut sebelum dimasak kembali oleh Darmo, terlebih dahulu dicuci dan direndam dalam formalin agar kembali kenyal dan bau busuknya menjadi berkurang. Setelah itu daging digoreng kembali dan dijual ke warung-warung makanan, tukang bubur ayam, dan masyarakat luas. "Daging ayam yang mereka goreng kembali bentuknya hancur, seperti daging suwir. Soalnya mereka mengumpulkannya dari sisa-sisa daging ayam yang tidak habis dikonsumsi para tamu hotel atau restoran, sehingga bentuknya tidak utuh," urainya. Menurut Darmo, untuk mencerahkan warna daging yang terlihat menghitam akibat proses masak yang berulang, daging yang telah digoreng akan diberi adukan bubuk pewarna merek rodamin (pewarna tekstil, Red). Bubuk tersebut akan membuat daging yang telah dimasak menjadi berwarna kekuningan, sehingga terlihat seperti daging yang baru diolah. "Saya ngasihnya enggak banyak-banyak, biasanya satu baskom daging hanya ditaburi setengah bungkus pewarna. Kemudian diadukaduk supaya warnanya merata," imbuhnya. Daging yang telah dimasak kembali itu, jelas Darmo, ia jual ke sejumlah pelanggan yang datang ke rumahnya. Ia mengaku tak mengenal para pelanggan yang datang membeli ke rumahnya. Selain itu, istrinya juga membantu menjual dengan menggelar lapak di Pasar Pos Duri, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat. "Saya menjual semua jenis daging dalam baskom. Biasanya saya jual seharga Rp 1.000 per bungkus. Isinya daging campur-campur, " aku Yatmi. Darmo mengaku membeli daging-daging yang akan dimasaknya dari seseorang yang disebutnya bos. Setiap hari sang bos datang membawa aneka jenis daging yang telah dipilah dalam sebuah karung bekas beras. "Berapa pun banyaknya daging yang dibawakan, saya hanya membayarnya seharga Rp 100.000. Mau isinya sedikit atau banyak harga belinya tetap, karena borongan," ungkapnya. Dalam satu hari, Darmo mengaku bisa memasak daging sekitar 50-100 kilogram. Dari penghasilannya ini ia memperoleh untung sekitar Rp 100.000 per hari. Usaha yang telah ditekuninya selama lebih dari 5 tahun ini, diakui Darmo merupakan usaha turunan dari mendiang ibunya. "Dulu saya belajar dagang daging ini dari ibu saya yang sudah meninggal. Setelah ibu meninggal usahanya kemudian saya teruskan. Untungnya cuma cukup buat makan sehari-hari, " katanya. Sementara itu, tetangga Darmo bernama Mirna, mengaku tak tahu jika daging yang dijual Darmo berasal dari tempat sampah. Ia hanya melihat setiap hari Yatmi, istri Darmo jualan daging di Pasar Pos Duri, Tambora dalam wadah baskom. "Enggak pernah tahu kalau daging yang dijualnya itu dari tempat sampah. Malah tetangga di sini juga suka ikut beli, soalnya daging yang mereka jual murah. Beli seribu bisa dapat lima potong ikan goreng," imbuhnya.

Wali Kota Jakarta Barat, Djoko Ramadhan mengaku terkejut mendapat laporan adanya penjualan daging dari tempat sampah tersebut. Terlebih ia mendengar perdagangan daging busuk itu tersebar di beberapa tempat di wilayah yang dipimpinnya. "Saya minta Kasudin Peternakan dan Perikanan untuk terus mencari lokasi mana saja yang terdapat penjualan daging busuk. Ini benar-benar keterlaluan, masak daging sampah dikasihkan pada manusia," ujarnya dengan nada gusar. Menurut Djoko, penjual daging busuk tersebut dapat dikenai sanksi sesuai Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996, tentang Pangan. Ancaman hukumannya pidana penjara maksimal 1 tahun, dan atau denda Rp 120 juta. [SP/Yumeldasari Chaniago] First| Previous Next| Last
Number of records = 195
Add DC JURNAL (PROPO 001873 20

Response:

Your Name: City or Home Address: Email:

Add

Respon lah dengan sopan, tidak kasar, tidak merusa k nama baik pihak lain, bukan fitnah, atau tidak bersifat ancama n maupun

cacimaki. Hindari menan ggapi topik / respon yang tidak layak atau tidak pantas sehingg a tujuan si pembua t topik / respon tidak tercapai . Hindari mengg unakan nama samara n yang mengac u pada nama atau identitas orang lain.

2000-2008 NiasIsland.Com. All rights reserved.

The first version was launched on 9 Sept 2000

You might also like