You are on page 1of 80

Matematika Arsitektur

Oleh : Subiono Jurusan Matematika, FMIPA-ITS, Surabaya subiono2008@matematika.its.ac.id January 5, 2012

Dasar-dasar Kalkulus

1.1 Fungsi
Suatu fungsi f adalah suatu aturan dari pasangan terurut (x, y ) sedemikian hingga untuk setiap x ada hanya tepat satu y . Pasangan (x, y ) biasanya juga ditulis (x, f (x)). Himpunan D = {x | y = f (x)}, dinamakan domain dari fungsi f , sedangkan himpunan K {y | y = f (x)} dinamakan kodomain dari fungsi f . Himpunan Im(f ) = {y | y = f (x)} dinamakan image dari fungsi f . Secara diagram fungsi f dapat digambarkan sebagai berikut Domain Im(f)
x y = f (x)

Kodomain Arti untuk setiap x D dengan D adalah himpunan domain fungsi f adalah tidak 1

ada x di D yang tidak mempunyai pasangan dengan y Im(f ). Sedangkan, secara umum y K dengan K adalah kodomain f belum tentu mempunyai pasangan dengan x D . Jadi Im(f ) K . Bila setiap y K mempunyai pasangan dengan x D yaitu Im(f ) = K , maka f dinamakan fungsi pada. Bila fungsi f memenuhi y1 = f (x1 ), y2 = f (x2 ) dengan y1 = y2 berakibat bahwa x1 = x2 , maka f dinamakan fungsi satu-satu. Fungsi f yang memenuhi satu-satu dan pada dinamakan fungsi bijektif Contoh-contoh 1. Fungsi f yang diberikan oleh hubungan y = f (x) = 3x + 1 dan y = f (x) = x2 8, untuk setiap x R dengan R adalah himpunan bilangan real. Keduanya mempunyai domain dan kodomain R. Fungsi yang pertama adalah bijektif, sedangkan yang kedua tidak satu-satu sebab x1 = 1 = 1 = x2 didapat f (x1 ) = f (x2 ) = 7. Image dari fungsi f dengan y = f (x) = x2 8 adalah Im(f ) = {y | 8 y < } R. Gambar kedua fungsi tsb. adalah sebagai berikut.

y = 3x + 1

y = x2 8

x 3 2. Fungsi f yang diberikan oleh hubungan y = f (x) = x 2 +4 untuk setiap x R adalah bijektif. Fungsi f dengan y = f (x) = cos 2x untuk setiap x R adalah tidak satu-satu sebab x1 = = = x2 didapat f (x1 ) = f (x2 ) = 1, image dari 2 2 fungsi ini adalah Im(f ) = {y R | 1 y 1} R

Gambar kedua fungsi adalah:

y = cos 2x

y=

x 3 x2 +4

1 3. Fungsi f diberikan oleh hubungan y = f (x) = untuk setiap x R dengan x x = 0, mempunyai domain D dan kodomain K D = {x R | x = 0 } = K Fungsi f adalah bijektif, gambar graknya adalah

4. Suatu jendela mempunyai bentuk bagian bawah berbentuk persegi sedangkan bagian atas berbentuk setengah linkaran. Ungkapkan luas jendela sebagai fungsi dari lebar jendela. Tentukan luas jendela bila keliling bagian atas jendela 100 cm. Jawab Misalkan lebar jendela x cm, maka sket gambar jendala adalah:

x Luas jendela L(x) diberikan oleh 1 1 1 L(x) = ( ( x)2 ) + x2 = ( + 1)x2 . 2 2 8 Keliling setengah lingkaran k = 100 cm, jadi 1 200 100 = (x) x = cm 2
1 + 1)x2 = ( 1 + 1) 40000 = ( 40000 + Jadi luas jendela L = ( 8 8 2 2 5000 )

cm2 .

5. Suatu kontener berbentuk kotak dengan bagian atas terbuka dan volumenya 10 m3 . Panjang bagian dasar kontener dua kali lebarnya. Biaya untuk membuat dasar adalah 10 satuan permeter persegi sedangkan biaya untuk sisisisinya 6 satuan permeter persegi. Ungkapkan biaya pembuatan kontainer sebagai fungsi lebar dari dasar kontener. Jawab: Bila x meter adalah lebar kontener bagian dasar dan tingginya t meter, gambar kontener diberikan oleh:

t x 2x

Didapat luas dasar adalah : (2x)x = 2x2 . Jadi biaya pembuatan dasar kontener sebesar 10(2x2 ) = 20x2 satuan. Dua sisi kontener mempunyai luas: 2xt sedangkan dua sisi lainnya 4xt. Jadi biaya pembuatan sisi-sisi kontener adalah: 6(2xt + 4xt) = 36xt satuan. Dengan demikian total biaya pembuatan kontener adalah b = 20x2 + 36xt satuan Diketahui volume kontener 10 m3 , jadi 10 = 2x(x)t t = Dengan demikian didapat fungsi biaya b(x) = 20x2 + 36xt = 20x2 + 36x 5 x2 = 20x2 + 180 , x > 0. x 10 5 = 2. 2 2x x

Bila f dan g adalah fungsi dari peubah x, maka untuk setiap x di kedua domain f dan g didenisikan 1. (f + g )(x) = f (x) + g (x) 2. (f g )(x) = f (x) g (x) 3. (f g )(x) = f (x)g (x) 4. f g (x) = f (x) , g (x) = 0 g (x)

5. (kf )(x) = kf (x). Contoh. Diberikan fungsi f dan g oleh f (x) = x dan g (x) = 1 x. Dapatkan 5f, f + g, f g, f g, f /g dan g/f serta masing-masing domain fungsi tsb. Jawab Diskripsi dari 5f, f + g, f g, f g, f /g dan g/f serta masing-masing domain fungsinya diberikan dalam tabel berikut 5

Fungsi f g 5f f +g f g fg f /g g/f

Formula f (x) = x g (x) = 1 x 5f (x) = 5 x (f + g )(x) = f (x) + g (x) = x + 1 x (f g )(x) = f (x) g (x) = x 1 x (f g )(x) = f (x)g (x) = x 1 x = x(1 x) (x) x = 1 (f /g )(x) = f g (x) x (g/f )(x) =
g (x) f (x)

Domain [0, ) (, 1] [0, ) [0, 1] [0, 1] [0, 1] [0, 1) (0, 1]

1x x

Bila f dan g adalah fungsi, maka komposisi fungsi f g didenisikan oleh f g (x) = f (g (x)). Domain dari f g terdiri dari x didalam domain g yang mana g (x) didalam domain f . Kususnya, bila Im(g ) termuat dalam domain f , maka domain dari f g adalah sama dengan domain g . Contoh. Diberikan f (x) = x dan g (x) = x + 1 hitung komposisi f g, g f, f f dan g g serta tentukan masing-masing domainnya. Jawab. Komposisi dari f dan g serta domainnya diberikan oleh tabel berikut Fungsi f g f g gf f f gg Formula f (x) = x g (x) = x + 1 f g (x) = f (g (x)) = f (x + 1) = x + 1 g f (x) = g (f (x)) = g ( x) = x + 1 1 f f (x) = f (f (x)) = f ( x) = x = x4 g g (x) = g (g (x)) = g (x + 1) = (x + 1) + 1 = x + 2 Domain [0, ) R [1, ) [0, ) [0, ) R

Pergeseran, Simetri dan Periodik dari suatu Fungsi. Fungsi yang diberikan oleh hubungan y = f (x) dilakukan pergeseran sebagai berikut a f (x) f (x) + a adalah pergeseran searah sumbu koordinat y . Bila a > 0 digeser keatas, a < 0 digeser kebawah. b f (x) f (x + a) adalah pergeseran searah sumbu koordinat x. Bila a > 0 digeser ke kiri dan a < 0 ke kanan. Contoh 1. Fungsi y = x2 digeser keatas menjadi y = x2 + 2, grak fungsi dan hasil pergeseran sebagai berikut.

y y = x2 + 2 y = x2 2

0 (a)

0 (b)

Gambar grak (b) adalah hasil pergeseran dari gambar grak (a), digeser keatas sebesar 2 satuan. 2. Fungsi y = x2 digeser kekiri menjadi y = (x + 2)2 = x2 + 2x + 4, grak fungsi dan hasil pergeseran sebagai berikut.
y y y = (x + 2)2 y = x2 0 (a) x -2 0 (b) x

Gambar grak (b) adalah hasil pergeseran dari gambar grak (a), digeser kekiri sebesar 2 satuan. Grak suatu pasangan terurut (x, y ) pada sumbu koordinat tegak x dan y yang memenuhi 1. Bila (x, y ) terletak pada grak, maka (x, y ) juga terletak pada grak. Grak yang demikian dinamakan simetri terhadap sumbu-x. 2. Bila (x, y ) terletak pada grak, maka (x, y ) juga terletak pada grak. Grak yang demikian dinamakan simetri terhadap sumbu-y . 3. Bila (x, y ) terletak pada grak, maka (x, y ) juga terletak pada grak. Grak yang demikian dinamakan simetri terhadap titik asal koordinat.
y (x,y) (-x,y) y (x,y) y (x,y)

0 (x,-y) (a)

x (-x,-y)

(b)

(c)

Gambar (a). grak (bukan fungsi) simetri terhadap sumbu-x, (b) grak fungsi simetri terhadap sumbu-y dan (c) grak fungsi simetri terhadap titik asal koordinat.

Suatu fungsi f dengan y = f (x) dan x R dinamakan fungsi genap bila f (x) = f (x), x R, dinamakan fungsi gasal (ganjil) bila f (x) = f (x), x R. Contoh fungsi genap y = f (x) = |x|, x R, sebab f (x) = | x| = |x| = f (x). y = f (x) = cos(x), x R adalah fungsi genap sebab f (x) = cos(x) = cos x = f (x). Sedangkan fungsi y = f (x) = x, x R adalah fungsi gasal sebab f (x) = x = f (x) dan y = f (x) = sin(x), x R adalah fungsi gasal sebab f (x) = sin(x) = sin x = f (x). Fungsi f dengan y = f (x) adalah fungsi periodik bila ada beberapa bilangan positip T0 sehingga f (x) = f (x + T0 ) untuk setiap x, dalam hal ini T0 adalah periode dari fungsi f . Fungsi-fungsi periodik yang paling dikenal adalah fungsi trigonometri. Kususnya fungsi sinusoida diberikan oleh y = f (x) = A cos(t + ). (1)

Bilangan real A menyatakan amplitudo sedangkan adalah sudut phase. Periode fundamental dari suatu fungsi sinusoida didesikan oleh T0 = 2 , (2)

bilangan real dinamakan frekuensi angular. Gambar berikut adalah gambar dari fungsi periodik sinusoida.
f (x) A T0 =
2

x A

Suatu contoh penggunaan fungsi pada pembuatan ventilasi. Umumnya ventilasi dibuat untuk 1. memenuhi kebutuhan udara, menghilangkan bau misalnya CO2 atau kontaminasi yang lain, 2. mengeluarkan panas didalam ruangan. Bila vr adalah laju volume aliran udara dan konduktansi ventilasi qv , maka hubungannya adalah qv = 1200 vr. (3)

Bila banyaknya perubahan udara setiap jam diketahui sebesar N dan volume ruangan adalah V , maka vr dapat ditentukan oleh vr = N V . 3600 (4)

Maka qv dapat ditentukan sebagai fungsi dari peubah V sebagai berikut qv = 1200 vr = 1200 N V = 0, 33N V. 3600 (5)

1.2 Limit
Limit dari suatu nilai fungsi f (x) untuk x mendekati a ditulis sebagai
x a

lim f (x).

Arti x mendekati a ada dua, yaitu mendekati dari kiri ditulis x a dan mendekati dari kanan ditulis x a+ . Dengan demikian
xa

lim f (x) dan

xa+

lim f (x)

masing-masing menyatakan limit dari f (x) untuk x mendekati a dari kiri dan dari kanan. Perlu dicatat bahwa nilai x mendekati a secara umum tidak harus x = a karena belum tentu f (a) terdinisi oleh karena itu nilai dari
x a

lim f (x)

belum tentu ada. Bila


xa x a

lim f (x) = lim+ f (x) = L,


x a

maka lim f (x) mempunyai nilai yaitu


x a

f (x) = lim+ f (x) = L. lim f (x) = lim


x a x a

Contoh, 1. Hitung lim f (x) bila f (x) = x2 x + 2. Tabel berikut memberikan nilai-nilai dari f (x) bila x mendekati 2 baik dari kiri ataupun dari kanan.
y
x 2

x 2 1.0 1.5 1.8 1.9 1.95 1.99 1.995 1.999

f (x) 2.000000 2.750000 3.440000 3.710000 3.850000 3.970100 3.985025 3.997001

x 2+ 3.0 2.5 2.2 2.1 2.05 2.01 2.005 2.001

f (x) 8.000000 5.750000 4.640000 4.310000 4.152500 4.030100 4.015025 4.003001 9

6 5 4 3 2 1 0 0 1 2 3 x
y = x2 x + 2

nilai f (x) untuk x = 2 adalah f (2) = 4 = lim f (x) dan dari gambar grak f adalah fungsi kontinu. Secara umum bila f kontinu pada domain f , maka
xa
x 2

Dari tabel diatas terlihat untuk nilai x mendekati 2 baik dari kanan atau kiri nilai f (x) mendekati 4. Dengan demikian lim (x2 x + 2) = 4. Catatan bahwa
x 2

lim f (x) = f (a).

x 1 2. Hitung lim f (x) bila f (x) = x 2 1 . Tabel berikut memberikan nilai-nilai dari f (x) x 1 bila x mendekati 1 baik dari kiri ataupun dari kanan.

x 1 0.5 0.9 0.99 0.999 0.9999

f (x) 0.666667 0.526316 0.502513 0.500250 0.500025

x 1+ 1.5 1.1 1.01 1.001 1.0001

f (x) 0.400000 0.476190 0.497512 0.499750 0.499975

y= 0.5 0 1

x 1 x 2 1

nilai f (x) untuk x = 1 tidak terdinisi dan dari gambar grak f adalah fungsi diskontinu di x = 1, tetapi nilai lim f (x) ada. Perhatikan bahwa untuk x = 1 x 1 didapat x1 x1 1 f (x) = 2 = = = g (x) x 1 (x 1)(x + 1) x+1 dan lim f (x) = 0.5 = g (1).
x 1

Dari tabel diatas terlihat untuk nilai x mendekati 1 baik dari kanan atau kiri x 1 nilai f (x) mendekati 0.5. Dengan demikian lim x Catatan bahwa 2 1 = 0.5.
x 1

Secara umum bila lim f (x) = lim


x a

f (x) dapat disederhanakan menjadi g (x) dengan menghapus titik diskontinu di x = a sehingga g (a) ada nilainya, maka
xa

p(x) xa q (x)

ada dan f tak terdinisi di x = a tetapi

lim f (x) = g (a).

3. Perkirakan nilai dari

lim cos( ). x 0 x Grak fungsi dan hasil penghitungan nilai fungsi sebagai berikut:

x 0 -1 -0.1 -0.01 -0.001 -0.0001 10

f (x) -1 1 1 1 1

x 0+ 1 0.1 0.01 0.001 0.0001

f (x) -1 1 1 1 1

Bila dilihat dari tabel hasil penghitungan fungsi memberikan nilai lim cos( ) x ) disekitar x = sama dengan 1. Tetapi fakta dari grak fungsi f (x) = cos( x 0 berisolasi diantara nilai -1 dan +1. Jadi lim cos( x ) tidak ada. Disamping ) dan lim+ cos( ) sulit diperkirakan secara tepat. Hal ini cos( itu nilai lim x x ditunjukkan sebagai berikut. Misalnya untuk a= 1 1 dan b = 1000000000000000001 1000000000000000002
x 0 x 0 x 0 x 0

) = 1 dan cos( ) = 1. Disamping itu a = b dan masing-masing didapat cos( a b a dan b mendekati nol. Contoh ini memberikan gambaran bahwa perkiraan hasil penghitungan limit dari suatu fungsi disekitar nilai tertentu x = a belum cukup memberikan hasil dari limit tsb. bila tidak disertai perilaku nilai fungsi disekitar x = a. 4. Hitung sin x x dan lim . x 0 x x0 sin x dan hasil penghitungan nilai fungsi disekitar x = 0 sebagai lim

Grak fungsi berikut:

sin x x

x 0.1 0.01 0.001 0.0001 0.0001

sin x x

0.998334166468282 0.999983333416666 0.999999833333342 0.999999998333333 0.999999999983333

Dari informasi grak dan tabel penghitungan diatas diperoleh


x lim sin x = 1.

x0

Sedangkan grak fungsi x = 0 sebagai berikut:

x sin x

dan hasil penghitungan nilai fungsi disekitar x 0.1 0.01 0.001 0.0001 0.0001
x sin x

1.001668613163478 1.000016666861113 1.000000166666686 1.000000001666667 1.000000000016667

Dari informasi grak dan tabel penghitungan diatas diperoleh

lim x x0 sin x
11

= 1.

x x dan sin tidak terdinisi di x = 0, nilai Catatan, walaupun kedua fungsi sin x x limit kedua fungsi ini untuk x mendekati 0 ada nilainya, yaitu keduanyanya sama dengan 1.

5. Hitung lim

x 0

cos x1 . x x 2

Jawab. cos x = 1 2 sin2 ( x ) dan misalkan = 2

didapat

2 sin2 ( x ) sin cos x 1 2 = lim = lim sin = (1)(0) = 0. lim x 0 x 0 0 x x

6. Hitung a lim
3x5 x2 5x+2 x 4

b lim (3x + c lim


x2 16 x 4 x 4

16x)

Jawab a Karena
3x5 5x+2

kontinu di x = 2, maka 3x 5 3(2) 5 1 = = . x 2 5x + 2 5(2) + 2 12 lim

b c
x2 16 x 4 x 4

lim (3x +

16x) = 3(4) +

16(4) = 12 + 8 = 20.

tidak terdinisi di x = 4, tetpai untuk x = 4 didapat x2 16 (x 4)(x + 4) = = x + 4 = g (x). x4 x4 x2 16 = g (4) = 4 + 4 = 8. x 4 x 4 lim

Jadi

7. Bentuk limit tertentu:


0 : Hitung a Bentuk 0

Jawab
x 0

x 0

lim

x2 + 9 3 . x2

lim

x2 + 9 3 = lim x 0 x2 = = = = = 12

x2 + 9 3 x2 + 9 + 3 x2 x2 + 9 + 3 (x2 + 9) 9 lim x0 x2 ( x2 + 9 + 3) x2 lim x0 x2 ( x2 + 9 + 3) 1 lim 2 x 0 x +9+3 1 02 + 9 + 3 1 1 = . 3+3 6

b Limit di takhingga : lim f (x) atau lim f (x).


x x

Hitung
x

lim

x2 + x x . x2 + x + x x2 + x + x

Jawab. lim x2 + x x = = lim x2 + x x

x2 + x x2 lim x x2 + x + x x = lim x 1 x 1+ x +1 =
x

lim

1 1+ 1
1 1 x

+1

= =

1+

+1

1 1 = . 2 1+0+1

Jawaban Quiz I, Matematika Arsitektur, 29 September 2011 1. Bila f (x) = Jawab 1 1x )= (f f )(x) = f (f (x)) = f ( 1+x 1+
1x 1+x 1x 1+x

1x , hitung komposisi (f f )(x) dan tentukan domainnya. 1+x

= x.

Domain dari komposisi (f f )(x) adalah sama dengan domain f yaitu D = {x R | x = 1 }. 2. Selidiki kesimetrian grak y = 2x3 x, apakah simetri terhadap sumbu-y ataukah terhadap titik asal? Jawab Cek kesimetrian terhadap sumbu-y : yaitu x diganti dengan x, didapat y = 2(x)3 (x) = 2x3 + x = 2x3 x. Jadi grak tidak simetri terhadap sumbu-y . Selanjutnya cek kesimetrian terhadap titik asal, yaitu (x, y ) diganti dengan (x, y ), didapat y = 2(x)3 (x) = 2x3 + x y = 2x3 x. Jadi grak simetri terhadap titik asal. 13

3. Suatu tangga panjang 13 satuan diletakkan di tembok dengan ketinggian 12 satuan dari lantai dan jarak antara bagian bawah tangga dengan tembok adalah 5 satuan. Tembok 12 d t 5 Bila jarak suatu titik di tangga dengan tembok adalah d dan ketinggiannya dari lantai t, maka tuliskan d sebagai fungsi dari peubah t. Selanjutnya dapatkan domain dari fungsi dan image dari fungsi. Jawab 12 12 t 5 = d = 5 t. 5 d 12 Domain dari fungsi d adalah 0 t 12 dan image dari fungsi d adalah 0 d 5. 4. Hitung
x 0 1 x+4 1 4 . x

13

lim

Jawab
1 x+4

x 0

lim

1 4

= lim

4 (x + 4) x = lim x0 4x(x + 4) x0 4x(x + 4) 1 1 1 = lim = = . x0 4(x + 4) 4(0 + 4) 16

1.3 Differensial
Kecuraman atau kemiringan dari grak suatu fungsi erat kaitannya dengan apa yang dinamakan differensial suatu fungsi disuatu titik tertentu. Gambar grak berikut menjelaskan kemiringan dari grak di titik-titik terentu.
y=f(x) 3 2 1 0 4 5 6 7 x

14

Di titik 1 dan 7 kemiringan fungsi f adalah sama, di titik 2 dan 6 kemiringan fungsi f adalah sama begitu juga di titik 3 dan 5 kemiringan fungsi f adalah sama. Sedangkan dititik 4 fungsi f tidak miring. Walaupun kemiringan di titik 2 dan 6 adalah sama tetapi secara geometri di titik 2 fungsi miring kekanan sedangkan di titik 6 fungsi miring kekiri. Hal ini berkaitan dengan fungsi naik dan turun.
y = f (x) B
y + y

A
y x

x x + x

Kemiringan suatu fungsi dengan y = f (x) disebarang titik A(x, y ) erat kaitannya dengan gradien garis singgung pada y = f (x) dititik A(x, y ). Hal ini dibahas sebagai berikut. Misalkan garis g melalui titik A(x, y ) dan B (x + x, y + y ) sebagaimana ditunjukkan pada gambar diatas. Gradien dari garis g adalah tan = y (y + y ) y = . (x + x) x x

Tetapi y = f (x) dan y + y = f (x + x), maka y = (y + y ) y = f (x + x) f (x). Didapat y f (x + x) f (x) = . x x Bila diinginkan garis g menyinggung grak dari fungsi f dititik A(x, y ), maka haruslah titik B (x + x, y + y ) mendekati titik A(x, y ) atau dengan kata lain haruslah x mendekati nol yaitu x 0. Jadi dengan pengertian limit, kemiringan grak fungsi f disebarang titik (x, y ) diberikan oleh f (x + x) f (x) y = lim . x 0 x0 x x lim Secara umum limit pada Persamaan (7) belum tentu ada, bila ada maka lim (6)
y x 0 x

dy df (x) df (x) dinotasikan oleh atau . Dalam hal ini dibaca defferensial dari fungsi f dx dx dx terhadap peubah x atau turunan dari f terhadap peubah x. Dengan menggunakan dy df (x) notasi atau didapat dx dx f (x + x) f (x) df (x) dy = = lim . x 0 dx dx x Contoh, hitung turunan dari y = f (x) = x2 4. Selanjutnya dapatkan garis singgung dititik (1, 3). 15

Jawab. f (x + x) = (x + x)2 4 = x2 + 2xx + (x)2 4. Jadi y = f (x + x) f (x) = 2xx + (x)2 . Dengan demikian dy = dx f (x + x) f (x) x 0 x x(2x + x) 2xx + (x)2 = lim = lim x 0 x 0 x x 2x + x = lim x 0 1 = 2x + 0 = 2x. lim

Persamaan garis singgung y = mx + a melalui titik (1, 3). Didapat 3 = m + a atau a = 3 m, jadi y = mx + (3 m) atau y = m(x 1) 3. Gradien garis singgung didapat melalui dy = 2(1) = 2. dx x=1 Jadi persamaan garis singgung adalah y = 2(x 1) 3 = 2x 5.

(1,-3)

Gambar diatas adalah grak dari y = x2 4 dan garis singgung y = 2x 5. Kecuraman atau kemiringan dari grak suatu fungsi erat kaitannya dengan apa yang dinamakan differensial suatu fungsi disuatu titik tertentu. Gambar grak berikut menjelaskan kemiringan dari grak di titik-titik terentu.
y=f(x) 3 2 1 0 4 5 6 7 x

Di titik 1 dan 7 kemiringan fungsi f adalah sama, di titik 2 dan 6 kemiringan fungsi f adalah sama begitu juga di titik 3 dan 5 kemiringan fungsi f adalah sama. Sedangkan dititik 4 fungsi f tidak miring. Walaupun kemiringan di titik 2 dan 6 adalah sama tetapi secara geometri di titik 2 fungsi miring kekanan sedangkan di 16

titik 6 fungsi miring kekiri. Hal ini berkaitan dengan fungsi naik dan turun.
y = f (x) B
y + y

A
y x

x x + x

Kemiringan suatu fungsi dengan y = f (x) disebarang titik A(x, y ) erat kaitannya dengan gradien garis singgung pada y = f (x) dititik A(x, y ). Hal ini dibahas sebagai berikut. Misalkan garis g melalui titik A(x, y ) dan B (x + x, y + y ) sebagaimana ditunjukkan pada gambar diatas. Gradien dari garis g adalah tan = y (y + y ) y = . (x + x) x x

Tetapi y = f (x) dan y + y = f (x + x), maka y = (y + y ) y = f (x + x) f (x). Didapat f (x + x) f (x) y = . x x Bila diinginkan garis g menyinggung grak dari fungsi f dititik A(x, y ), maka haruslah titik B (x + x, y + y ) mendekati titik A(x, y ) atau dengan kata lain haruslah x mendekati nol yaitu x 0. Jadi dengan pengertian limit, kemiringan grak fungsi f disebarang titik (x, y ) diberikan oleh lim y f (x + x) f (x) = lim . x 0 x x (7)
y x 0 x

x 0

Secara umum limit pada Persamaan (7) belum tentu ada, bila ada maka lim dinotasikan oleh

dy d d atau f (x). Dalam hal ini f (x) dibaca defferensial dari dx dx dx fungsi f terhadap peubah x atau turunan dari f terhadap peubah x. Juga, bila d f (x) ada, maka sering juga disebut f terdifferensial (dapat diturunkan) di x. dx dy d Dengan menggunakan notasi atau f (x) didapat dx dx f (x + x) f (x) d dy = f (x) = lim . x 0 dx dx x

Contoh, hitung turunan dari y = f (x) = x2 4. Selanjutnya dapatkan garis singgung dititik (1, 3). Jawab. f (x + x) = (x + x)2 4 = x2 + 2xx + (x)2 4. Jadi y = f (x + x) f (x) =

17

2xx + (x)2 . Dengan demikian dy = dx f (x + x) f (x) x 0 x 2xx + (x)2 x(2x + x) = lim = lim x 0 x 0 x x 2x + x = lim x 0 1 = 2x + 0 = 2x. lim

Persamaan garis singgung y = mx + a melalui titik (1, 3). Didapat 3 = m + a atau a = 3 m, jadi y = mx + (3 m) atau y = m(x 1) 3. Gradien garis singgung didapat melalui dy = 2(1) = 2. dx x=1 Jadi persamaan garis singgung adalah y = 2(x 1) 3 = 2x 5.

(1,-3)

Gambar diatas adalah grak dari y = x2 4 dan garis singgung y = 2x 5.

1. Telah diketahui

f (x + x) f (x) d f (x) = lim . x dx x

a Bila y = f (x) = c dengan c adalah konstan, maka d cc f (x) = lim = lim 0 = 0. x 0 x 0 dx x b Bila y = f (x) = x, maka [x + x] x x d f (x) = lim = lim = lim 1 = 1. x 0 x0 x x 0 dx x c Bila y = f (x) = cx dengan c adalah konstan, maka c [x + x] cx c x d f (x) = lim = lim = lim c = c. x 0 x 0 x 0 dx x x 18

d Bila y = f (x) = xn dengan n adalah suatu bilangan bulat positip, maka d f (x) = dx = = (x + x)n xn x 0 x lim xn + nxn1 x +
x 0 x 0

lim

n(n1) n2 x (x)2 1.2

+ + (x)n xn

x nxn1 + n(n 1) n2 x x + + (x)n1 = nxn1 . 1.2

lim

Catatan, hasil ini tidak hanya berlaku untuk n bilangan bulat positip, tetapi juga untuk n bilangan rasional. 2. Misalkan u(x) dan v (x) terdifferensial di x. a Bila f (x) = (u + v )(x) = u(x) + v (x), maka d d (u + v )(x) = f (x) = dx dx = = = = f (x + x) f (x) x 0 x [u(x + x) + v (x + x)] [u(x) + v (x)] lim x 0 x [u(x + x) u(x)] + [v (x + x) v (x)] lim x 0 x [v (x + x) v (x)] [u(x + x) u(x)] + lim lim x 0 x 0 x x d d u(x) + v (x). dx dx lim

b Bila f (x) = (uv )(x) = u(x)v (x), maka d d (uv )(x) = f (x) dx dx f (x + x) f (x) = lim x 0 x [u(x + x)v (x + x)] [u(x)v (x)] = lim x 0 x [u(x + x)v (x + x) v (x)u(x + x)] + [v (x)u(x + x) u(x)v (x)] = lim x 0 x v (x + x) v (x) u(x + x) u(x) + v (x) = lim u(x + x) x 0 x x v (x + x) v (x) u(x + x) u(x) = lim u(x + x) + lim v (x) x 0 x 0 x x d d = u(x) v (x) + v (x) u(x). dx dx

19

c Bila f (x) =

u v

(x) =

u(x) dengan v (x) = 0, maka v (x)

d u d (x) = f (x) dx v dx f (x + x) f (x) = lim x 0 x u(x+x) (x) u v(x+x) v(x) = lim x 0 x u(x + x)v (x) u(x)v (x + x) = lim x 0 x [v (x + x)v (x)] [u(x + x)v (x) u(x)v (x)] [u(x)v (x + x) u(x)v (x)] = lim x 0 x [v (x + x)v (x)] = v (x + x)v (x) d d u(x) u(x) dx v (x) v (x) dx . = 2 [v (x)]
x 0

lim

x)v(x) x)u(x) u(x) v(x+ v (x) u(x+ x x

3. Aturan rantai. Misalkan f terdifferensial di u = g (x) dan g terdifferensial di x. Didenisikan fungsi E dengan peubah k oleh E (k ) = Perhatikan bahwa
k 0

0,

f (u+k )f (u) k

d f (u ), du

bila k = 0 bila k = 0

lim E (k ) = lim

f (u + k ) f (u ) d d d f (u ) = f (u ) f (u ) = 0 . k 0 k du du du d f (u) + E (k ) k. du

Dengan demikian untuk k = 0 ataupun k = 0 didapat f (u + k ) f (u ) =

Selanjutnya u = g (x), misalkan g (x + x) g (x) = k . Jadi u + k = g (x + x). Didapat f (g (x + x)) f (g (x)) = d f (g (x)) + E (k ) [g (x + x) g (x)] . d(g (x)
k 0

Perhatikan bahwa bila x 0, maka k 0. Telah diketahui bahwa lim E (k ) = 0. Didapat d f (g (x)) = dx f (g (x + x)) f (g (x)) x 0 x g (x + x) g (x) d f (g (x)) + E (k ) = lim x0 dg (x) x g (x + x) g (x) d f (g (x)) + lim E (k ) lim = x 0 k 0 dg (x) x d d = f (g (x)) g (x). dg (x) dx lim 20

Jadi untuk u = g (x), maka d d d f (u ) = f (u ) g (x). dx du dx dy 4. Diberikan y = (x 3)2 . Hitung dengan cara biasa dan dengan cara aturan dx ranati. Jawab y = f (x) = (x 3)2 = x2 6x + 9, didapat dy = 2x 6. dx Selanjutnya misalkan u = x 3, maka y = f (u) = u2 . Dengan menngunakan aturan rantai didapat d d d dy = f (u ) = f (u) u(x) = 2u (1) = 2(x 3) = 2x 6. dx dx du dx 5. Hitung
dy dx

bila

a. y = (2x 5)7 . b. y = 1 3x2 . x . c. y = 2 x 1 Jawab a. Misalkan u = 2x 5, maka y = f (u) = u7 . Didapat dy d d = f (u ) u(x) = 7u6 (2) = 14(2x 5)6 . dx du dx b. Misalkan u = 1 3x2 , maka y = f (u) = u 2 . Didapat d d 1 1 3x dy = f (u ) u(x) = u 2 (6x) = . dx du dx 2 1 3x2 c. Misalkan u = x dan v = x2 1, didapat v du u dv x2 1 x(2x) (x2 + 1) dy = dx 2 dx = = . dx v (x2 1)2 (x2 1)2 6. Differensial dari y = f (x) = sin x. d sin x = dx = = = = sin(x + x) sin x x 0 x sin x cos x + cos x sin x sin x lim x 0 x sin x [cos x 1] + cos x sin x lim x 0 x sin x cos x 1 + cos x lim sin x lim x0 x x 0 x sin x [0] + cos x [1] = cos x. lim 21
1

x) = 7. Differensial dari y = f (x) = cos x. Dengan menggunakan persamaan sin( 2 cos x dan aturan rantai differensial didapat d d cos x = sin x = 1 cos x = sin x. dx dx 2 2 dy bila (a.) y = sin(x) + cos(2x), (b.) y = x3 sin x dan (c.) 8. Contoh, hitung dx cos x y = 1 sin x Jawab. d (sin(x) + cos(2x)) = cos(x) 2 sin(2x). dx d 3 5 1 x 2 cos x = 3x2 sin x + 1 x 2 cos x. b. (x sin x) = 3x2 sin x + x3 1 2 2 dx c. Dengan aturan pembagian fungsi untuk differensial didapat a. d dx cos x 1 sin x (1 sin x)( sin x) (cos)(0 cos x) (1 sin x)2 sin x + sin2 x + cos2 x = (1 sin x)2 1 sin x 1 = . = 2 (1 sin x) 1 sin x =

Berikut ini diberikan ringkasan turunan (defferensial) dari fungsi-fungsi dan aturan dasar. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. d k = 0, k adalah konstan. dx d n x = nxn1 . dx d x a = ax ln(a), a > 0, a = 1. dx d x e = ex . dx d 1 ln(x) = x , x > 0. dx d d d (u(x) v (x)) = u(x) v (x). dx dx dx d d d (u(x)v (x)) = u(x) v (x) + v (x) u(x). dx dx dx u(x) v (x)
d d v (x) dx u(x) u(x) dx v (x) = . (v (x))2

d 8. dx 9. 10.

d d kf (x) = k f (x), k konstan. dx dx d d d f (g (x)) = g (x) f (g (x)). dx dx dg (x) 22

11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22.

d sin(x) = cos(x). dx d cos(x) = sin(x). dx d tan x = sec2 (x). dx d cot(x) = csc2 (x). dx d sec(x) = sec(x) tan(x). dx d csc(x) = csc(x) cot(x). dx d 1 , |x| < 1. sin1 (x) = dx 1 x2 d 1 cos1 (x) = , |x| < 1. dx 1 x2 d 1 tan1 (x) = . dx 1 + x2 1 d cot1 (x) = . dx 1 + x2 1 d sec1 (x) = , x = 1. dx x x2 1 1 d csc1 (x) = , x=1 dx x x2 1

Differensial suatu fungsi f dengan peubah x selain mempunyai arti gradien garis singgung dititik x juga bisa di tafsirkan sebagai laju perubahan dari nilai f (x) bila x berubah sangat kecil. Ini berarti bila f (x) menyatakan nilai dari posisi suatu d gerakan, maka f (x) menyatakan kecepatan dari gerakan tsb. pada titik x. Difdx d f (x) pada umumnya fungsi yang bisa didefferensial dari f terhadap x yaitu dx d2 erensialkan lagi, maka bila didefferensialkan lagi ditulis f (x). Secara umum dx2 n d d f (x) menyatakan defferensial ke-n dari f pada x. Adakalanya f (x) ditulis n dx dx d2 sebagai f (x) dan f (x) ditulis f (x). Jadi f (n) (x) menyatakan differensial ke-n dx2 d f (x) ditulis sebagai Df (x) jadi dari f pada titik x. Pada masalah teknik sering dx d2 f (x) = D 2 f (x). dx2 Contoh.

23

1. Panjang suatu batang logam pada temperatur t C dalam satuan meter diberikan oleh P (t) = 1 + 0, 00003t + 0, 0000004t2. Maka laju perubahan panjang bila temperatur t = 250 C oleh d P (t) = 0, 00003 + 0, 0000008t. dt Pada t = 250 C, didapat d P (t) = 0, 00003 + 0, 0000008(250) = 0, 00020003 m/ C = 0, 20003 mm/ C. dt 2. Tekanan p dari atmosr pada ketinggian t diatas permukaan dasar diberikan oleh persamaan t p(t) = p0 e k , dengan p0 tekanan pada permukaan dasar dan k suatu konstan. Maka untuk p0 = 105 pascal, k = 6, 2 104 dan pada ketinggian 1550 meter, laju perubahan tekanan terhadap ketinggian adalah d p0 t p(t) = e k dt k 105 6,1550 = e 2 104 6, 2 104 10 0,025 = e = 1, 573 Pascal/m. 6, 2 3. Posisi suatu truk pada saat waktu t detik dari suatu sudut pandang terhadap mobil patroli berjarak x, sedangkan jarak mobil patroli dengan jalan Raya 100 m dan garis dari Truk dengan mobil patroli membentuk sudut sebagaimana diberikan oleh gambar berikut. Jalan Raya
x(t)

Truk
100 m

M Bila polisi mencatat pada saat x = 500 m laju perubahan sudut adalah d (t) = 0, 004 rad/det, maka kecepatan truk diperoleh sebagai berikut. Dari dt gambar diperoleh persamaan

li atro P l i ob

(t) = tan1 Dengan demikian

x(t) . 100

1 1 1 dx d (t) = . 2 (t) x dt 100 1 + 2 100 dt 100 24

Jadi pada saat x = 500 m kecepatan truk adalah dx dt = 0, 004 (260000) = 1040 m/det.

x=500

1.4 Maksimum dan Minimum suatu Fungsi


Bila f (x) kontinu pada interval tertutup [a, b], dan ada bilangan p dan q di [a, b] yang memenuhi f (p) f (x) f (q ) untuk semua x [a, b] . Maka f mempunyai nilai minimum m = f (p) di titik x = p dan nilai maksimum M = f (q ) dititik x = q . Contoh. Berapa luas persegi panjang maksimum yang terbentuk bila keseluruhan sisi-sisinya panjangnya 200 m2 ? y x Jawab. Panjang keseluruhan sisi persegi panjang adalah P = 2x + 2y = 200 m dan luasnya L = xy m2 . Didapat y = 100 x dengan demikian luas sebagai fungsi dari peubah x adalah L(x) = x(100 x) = 100x x2 . Karena x dan y taknegatif, maka L terdinisi di x [0, 100] dan jelas L kontinu di interval tutup [0, 100]. Jadi L di jamin mempunyai nilai maksimum. Selanjutnya L(x) dapat ditulis sebagai A(x) = 2500 (x 50)2 . Nilai A(x) maksimum bila (x 50)2 adalah yang paling kecil (minimum) untuk x [0, 100], yaitu (x 50)2 = 0 atau x = 50. Dengan demikian nilai maksimum L adalah L(50) = 2500 m2 . Misalkan c di domain D dari fungsi f , maka f (c) dinamkan nilai maksimum absolut dari f bila f (c) f (x) untuk semua x D dan dinamakan nilai minimum absolut dari f bila f (c) f (x) untuk semua x D . Suatu maksimum atau minimum absolut sering juga dimakan maksimum atau minimum global. Nilai maksimum atau minimum dari f dinamakan nilai ekstrim dari f . Gambar berikut menunjukkan grak dari suatu fungsi f yang mempunyai nilai maksimum absolut di x = b dan mempunyai nilai minimum absolut di x = a.

25

y f f (b) f (a) a 0 b x

Catatan bahwa titik (b, f (b)) adalah titik tertinggi pada grak f dan (a, f (a)) adalah titik terendah pada grak f . Dalam gambar diatas bila hanya dipertimbangkan x disekitar a, maka nilai f (a) dinamakan minimum lokal. Nilai f (c) dinamakan suatu minimum lokal bila f (c) f (x) untuk x dekat dengan c dan dinamakan suatu maksimum lokal bila f (c) f (x) untuk x dekat dengan c. Contoh. 1. f (x) = sin x, maka 1 f (x) 1 untuk semua x R. Bila x = 1 + 2n, maka 2 f (x) = 1 dengan n = 0, 1, 2, 3, . Dengan demikian f (x) = 1 adalah maksimum 3 global. Bila x = 2 + 2n, maka f (x) = 1 dengan n = 0, 1, 2, 3, dengan demikian f (x) = 1 adalah minimum global. 2. f (x) = x2 , maka f (x) 0 sebab x2 0 untuk semua x R, dengan demikian minimum lokal dan juga minimum global adalah f (0) = 0. 3. f (x) = x3 tidak mempunyai maksimum absolut ataupun minimum absolut. 4. Gambar berikut adalah grak dari fungsi f yang diberikan oleh persamaan y = f (x) = 3x4 16x3 + 18x2 . y
(-1,37) y = 3x4 16x3 + 18x2 (1,5)

2 -1 0 1 3 4 x

(3,-27

Tampak bahwa (1) = 5 adalah maksimum lokal, sedangkan f (1) = 37 adalah maksimum absolut (bukan lokal sebab terjadi pada akhir titik) pada domain [1, 4]. f (0) = 0 adalah minimum lokal dan f (3) = 27 adalah minimum lokal sekaligus minimum absolut. Perhatikan bahwa f kontinu pada interval tutup [1, 4]. Juga dititik x = 1 dan x = 3 gradien garis singgung pada f adalah nol atau f (1) = f (3) = 0. Dalam hal yang demikian titik x = 1 dan x = 3 dinamkan titik ekstrim. Sehingga secara umum didapat sifat berikut. 26

Teorema Fermat. Bila f mempunyai suatu lokal maksimum atau lokal minimum di x = c dan f (c) ada, maka f (c) = 0. Hati-hati dengan Teorema Fermat sebagai contoh f (x) = x3 , maka f (x) = 3x2 . Jadi f (0) = 0, tidak bisa diambil kesimpulan x = 0 adalah titik ekstrim. Sebab f tidak mempunyai nilai maksimum atau minimum di x = 0. Tetapi sebagaimana telah diketahui f (x) = 3x4 16x3 +18x2 mempunyai nilai minimum lokal di x = 3 dan mempunyai nilai maksimum lokal di x = 1, maka f (x) = 12x3 48x2 + 36x dan f (1) = 12 48 + 36 = 0 juga f (3) = 0. Secara umum, Teorema Fermal tidak berlaku sebaliknya, yaitu bila f (c) = 0 tidak perluh f mempunyai suatu maksimum atau minimum di x = c. Juga walaupun f (c) tidak ada, bisa jadi nilai f (c) adalah suatu maksimum atau minimum dari f . Pembahasan ini bisa dilihat dari gambar grak berikut. y y
y = x3

0 0 x
y = |x|

(b) Gambar grak (a), y = f (x) = x3 dan f (0) = 0 tetapi f (0) bukan nilai maksimum ataupun minimum dari f . Gambar grak (b), y = f (x) = |x|, maka f (x) = 1 bila x 0 dan f (x) = 1 bila x < 0. Dengan demikian f (0) tidak ada, tetapi f (0) = 0 adalah nilai maksimum dari f . Berikut ini diberikan cara menentukan nilai maksimum atau minimum dari suatu fungsi f bila ada. Test Turunan Pertama. Langkah berikut bisa digunakan untuk memperoleh nilai-nilai maksimum/minimum relatif dari suatu fungsi f dengan turunan pertamanya yang kontinu. 1. Selesaikan nilai-nilai kritis dari f (x) = 0. 2. Letakan nilai-nilai kritis pada sb.-x dengan cara demikian menentukan suatu bilangan pada interval. 3. Tentukan tanda dari f (x) pada masing-masing interval. 4. misalkan x disekitar nilai kritis x = x0 , maka f mempunyai suatu nilai maksimum f (x0 ) bila f (x) berubah tanda dari + ke (lihat Gambar 1 (a)) f mempunyai suatu nilai minimum f (x0 ) bila f (x) berubah tanda dari ke + (lihat Gambar 1 (b)) 27

(a)

f tidak mempunyai suatu nilai maksimum/minimum di x = x0 bila f (x) tidak ada perubahan tanda (lihat Gambar 1 (c) dan (d)). Contoh
1 2 x3 + 2 x 6x + 8, dapatkan (a). titik kritis, (b). interval yang 1. Diberikan y = 1 3 mana y naik dan y turun, (c). nilai maksimum dan minimum dari y .

Jawab. (a). y (x) = x2 + x 6 = (x + 3)(x 2). Untuk y (x) = 0 didapat x = 3 dan x = 2. Dengan demikian titik kritis adalah (3, 43 ) dan (2, 2 ). 2 3 (b). Dari gambar garis bilangan berikut
x < 3 y = + y naik 3 3 < x < 2 y = y turun 2 x>2 y = + y naik

didapat y naik untuk x < 2 atau x < 2 dan y turun untuk 3 < x < 2. (c). Karena ada prubahan tanda dari y (x) disekitar x = 3 dari + ke , maka adalah nilai maksimum, dan terjadi perubahan tanda dari y (x) di y (3) = 43 2 sekitar x = 2 dari ke +, maka y (2) = 2 adalah nilai minimum. 3 2. Tunjukkan bahwa y = x3 8 tidak mempunyai nilai maksimum atau minimum. Jawab. Dari y (x) = 3x2 = 0 nilai kritis x = 0 Untuk x < 0 dan x > 0 y (x) > 0 (tidak terjadi perubahan tanda). Jadi nilai maksimum/mimimum dari y tidak ada. 3. Selidiki nilai maksimum dan minimum dari y = f (x) = tukan interval yang mana y naik dan y turun.
1 , x 2

selanjutnya ten-

Jawab. 1 Dari f (x) = (x dan karena f takterdinisi di x = 2, maka f (2) tidak ada. 2)2 Dengan demikian f (x) < 0 untuk x = 2 (tentunya f (x) = 0), jadi tidak ada nilai kritis. Karena f (x) < 0 untuk x > 2 dan x < 2, maka f (x) turun pada x > 2 dan x < 2. 4. Tentukan nilai maksimum dan minimum dari y = f (x) = 2 + x 3 dan interval yang mana f (x) naik dan f (x) turun. Jawab. f (x) = 1
2

Nilai kritis adalah x = 0 sebab f (x) menjadi takhinnga bila x 1 . 3x 3 mendekati 0. Bila x < 0, maka f (x) < 0 (bertanda negatif), jadi f (x) turun. Bila x > 0, maka f (x) > 0 (bertanda positip), jadi f (x) naik. Dengan demikian di x = 0, f (0) = 2 adalah nilai minimum.

Berikut ini digunakan turunan ke-2 dari suatu fungsi untuk masalah nilai maksimum atau minimum lokal.

28

Turunan kedua untuk nilai maksimum/minimum lokal. Misalkan f ada dan kontinu di dekat x = c. (a). Bila f (c) = 0 dan f (c) > 0, maka f mempunyai suatu minimum lokal di x = c. (b). Bila f (c) = 0 dan f (c) < 0, maka f mempunyai suatu maksimum lokal di x = c. Contoh. 1. Diberikan y = f (x) = x4 4x3 , maka f (x) = 4x3 12x2 = 4x2 (x 3) f (x) = 12x2 24x = 12x(x 2). Titik ekstrim dari f didapat dari f (x) = 4x3 12x2 = 4x2 (x 3) = 0 x = 0 dan x = 3. Jadi untuk x = 0 f (0) = 0 dari sini tidak dapat disimpulkan f (0) maksimumum atau minimum dan untuk x = 3 didapat f (3) = 12(3)(3 2) = 36 > 0.

Jadi f (3) = 34 4(33 ) = 27(3 4) = 27 adalah nilai maksimum lokal dari f . 2. Diberikan Maka f (x) = 3x2 6x = 3x(x 2) f (x) = 6x 6. Titik ekstrim dari f didapat dari f (x) = 3x(x 2) = 0 x = 0 dan x = 2. 1 y = f (x) = x3 3x2 + 1, x 4. 2

Untuk x = 0 didapat f (0) = 0 tidak dapat disimpulkan terjadi nilai maksimum/minimum lokal di x = 0. Sedangkan untuk x = 2 didapat f (2) = 12 6 = 6 > 0. Jadi f (2) = 8 12 + 1 = 3 adalah nilai minimum lokal dari f . Perhatikan 1 bahwa f kontinu pada interval tutup [ 2 , 4] dan f ( 1 ) = 1 , f (4) = 17. Den2 8 gan demikian f (2) = 3 juga merupakan nilai minimum absolut dari f dan f (4) = 17 adalah nilai maksimum absolut dari f .

1.5 Integral dan Aplikasi


Bila F (x) adalah suatu fungsi yang mempunyai turunan F (x) = f (x) pada suatu interval di sumbu-x, maka F (x) dinamakan suatu anti derivative atau integral taktentu dari f (x). Integral taktentu dari suatu fungsi yang diberikan tidak tunggal, misalnya x2 , x2 + 5 dan x2 3 semuanya adalah integral taktentu dari f (x) = 2x, d 2 d d sebab dx x = dx (x2 + 5) = dx (x2 3) = 2x = f (x). Dengan demikian semua integral taktentu dari f (x) adalah F (x) = x2 + c dengan c adalah sebarang konstan dan dinamakan konstanta integral.

29

Simbol f (x) dx digunakan untuk menyatakan integral taktentu dari f (x). Jadi 2x dx = x2 + c. Dalam ungkapan f (x) dx, f (x) dinamakan integrand. Formula Integral Dasar. Beberapa formula berikut langsung dari formula dasar defferensial, misalnya d dx Juga dari
d dx

1 2 x 1 x a x2 + a2 sin1 + c 2 2 a

a2 x2 .

ln x =

1 x

untuk x > 0 didapat dx = ln x + c, x > 0 x

dan untuk x < 0, didapat dx = ln(x) + c. x Hasil ini cukup ditulis dx = ln |x| + c, x = 0. x Ringkasan formula integral dasar sebagai berikut. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.
d f (x)dx dx

= f (x) + c f (x)dx + g (x)dx

(f (x) g (x))dx = kf (x)dx = a xn dx =


dx x xn+1 n+1

f (x)dx, k sebarang konstan + c, n = 1

= ln |x| + c, x = 0
ax ln a

ex dx = ex + c ax dx = + c, a = 1

sin x dx = cos x + c cos x dx = sin x + c tan x dx = ln | sec x| + c cot x dx = ln | sin x| + c sec x dx = ln | sec x + tan x| + c csc x dx = ln | csc x cot x| + c sec2 x dx = tan x + c csc2 x dx = cot x + c sec x tan x dx = sec x + c csc x cot x dx = csc x + c 30

18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27.

dx a2 x2 dx a2 +x2

= sin1
1 a

x a

+c +c
x a

tan1
1 a

x a

dx x x2 a2 dx x2 a2 dx a2 x2

=
1 2a 1 2a

sec1
x a x +a a+x ax

+c

= =

ln ln

+c +c x2 + a2 ) + c x2 a2 + c

dx x2 +a2 dx x2 a2

= ln(x + = ln x +

x a2 sin1 x +c a2 x2 dx = 1 a2 x2 + 1 2 2 a 2 + a2 + 1 a2 ln(x + x x2 + a2 dx = 1 x x2 + a2 ) + c 2 2 x x2 a2 1 a2 ln |x + x2 a2 | + c x2 a2 dx = 1 2 2

Contoh. 1. x4 dx =
x5 5

+ c,

dx x3

dx =

x 2 2

1 + c = 2x 2 + c dan

dx 3 2 x

2 x3

dx = 3x 3 + c

2. Untuk menghitung (3x + 1)3 dx dimisalkan u = 3x + 1, maka (3x + 1)3 dx = 3. Integral berikut sin 3x dx = 4. e2x dx = 5. Diberikan e2x sin 3x 1 d 3x 3 1 d 2x 2 = 1 3 1 2 1 sin 3x d3x = cos 3x + c. 3 1 e2x d2x = e2x + c. 2
du dx 1 = 3, didapat dx = 3 du. Jadi

1 1 u4 (3x + 1)4 (u)3 du = +c= + c. 3 3 4 12

1 x cos 4x2 dx. Misalkan u = 4x2 , du = 8xdx, xdx = 8 du. Jadi

x cos 4x2 dx = 6. Diberikan


3x 4+x2

1 8

cos u du =

1 1 sin u = sin 4x2 + c. 8 8

3 dx. Misalkan u = 4 + x2 , maka du = 2x dx dan 3x dx = 2 du. Jadi

3 3x dx = 2 4+x 2

1 3 3 du = ln |u| + c = ln |4 + x2 | + c. u 2 2

31

7. Dapatkan y (x) yang memenuhi Jawab. y (x) yang memenuhi adalah y (x) =

d y (x) dx

1 , 1x2

y (0) = 5.

1 dx = sin1 x + c, 1 x2

5 = y (0) = sin1 (0) + c = 0 + c, jadi c = 5. Dengan demikian y (x) = sin1 x + 5.

Integral Parsial. Bila u dan v fungsi terdifferensial terhadap x, maka d(uv ) = u dv + v du atau u dv = d(uv ) v du dan u dv = uv Contoh. 1. Hitung x3 ex dx. 2 1 x2 Misalkan u = x2 dan dv = ex x dx, maka du = 2x dx dan v = 2 e . Jadi 1 2 2 x3 ex dx = x2 ex 2 1 1 2 2 2 xex dx = x2 ex ex + c. 2 2
2x dx x2 +2
2

v du.

2. Hitung ln(x2 + 2) dx. Misalkan u = ln(x2 + 2) dan dx = dv , maka du = ln(x2 + 2) dx = x ln(x2 + 2) = x ln(x2 + 2)

dan v = x. Jadi

2x2 dx x2 + 2 2 x2 4 +2 dx

x = x ln(x2 + 2) 2x + 2 2 tan1 + c. 2 3. Hitung xex dx. Misalkan u = x dan dv = ex dx, maka du = dx, v = ex . Jadi xex dx = xex ex dx = xex ex + c.

Integral Tertentu. Untuk membahas integral tertentu digunakan Teorema Nilai Tengah sebagai berikut. Bila f (x) ada untuk a x b, maka ada beberapa c (a, b) yang memenuhi f (b) f (a) = f (c)(b a). 32

Misalkan nilai fungsi f (x) positip dan didenisikan pada interval [a, b]. inginkan luasan L diantara kurva f (x) untuk a x b dengan sumbu-x.
Luas = f (ci )(xi xi1 ) ci

Di-

0 a = x 0 x i 1 x i
n

xn = b

Dari gambar tampak bahwa luas L bisa didekati oleh f (ci )(xi xi1 ). (8)

i 1

Jumlahan pada (8) dinamakan Jumlahan Reimann. Untuk fungsi f kontinu jumlahan Reimann akan mendekati luas L bila (xi xi1 ) 0 atau n . Hasil limit ini dinamakan integral tertentu dari f pada interval [a, b] yang dinotasikan oleh
b

f (x) dx.
a

Selanjutnya, misalkan F (x) sebarang integral taktentu dari f (x), yaitu F (x) = f (x). Gunakan Teorema Nilai Tengah pada F (x) untuk setiap subinterval [xi1 , xi ] dan untuk setiap i pilih ci [xi1 , xi ] sedemikian hingga F (xi ) F (xi1 ) = F (ci )(xi xi1 ) = f (ci )(xi xi1 ). Dari Persamaaan (9) didapat
n

(9)

i=1

(F (xi ) F (xi1 ) = F (xn ) F (x0 ) = F (b) F (a).

(10)

Dari Persamaan (9) dan (10) didapat


n

F (b) F (a) =

i=1

f (ci )(xi xi1 ),

(11)

yang mana F (x) adalah sebarang integral tak tentu dari f (x) dan ci dipilih sesuai yang diinginkan. Dengan didapat
n

F (b) F (a) = =

n b

lim

i=1

f (ci )(xi xi=1 )

f (x) dx.
a

Notasi F (b) F (a) biasanya ditulis F (x)|b a. 33

Jadi

b f (x) dx = F (x)|b a , dengan F (x) = f (x). a b a 0 c b c

Sifat :
a

f (x) dx = f (x) dx,


b

f (x) dx = 0 dan
a a

f (x) dx =
a

f (x) dx +
b

f (x) dx

Contoh.
2

1.
0

x3 x2 + 7x (x2 2x + 7) dx = 1 3

2 0

1 3 2 22 + 7(2)) (0) = = (3

38 . 3

2. Hitung luas daerah L yang dibatasi oleh kurva f (x) = x2 + 4x 2 dan g (x) = x2 2.
(2,2) f (x) = x2 + 4x 2 g(x) f (x) g(x) = x2 2

(0, 2)

dx

Dari gambar diatas diperoleh, luas elemen kecil adalah dL = (g (x) f (x)) dx. Jadi luas daerah L adalah
2

L =
0 2

(g (x) f (x)) dx (4x 2x2 ) dx


0 2 0

2 = 2x2 x3 3

=8

16 8 = . 3 3

Catatan bahwa: batas-batas integral x = 0 dan x = 2 diperoleh dari g (x)f (x) = 0. 3. Volume dan luasan permukaan benda putar dari f (x) diputar terhadap sumbu putar-x, diberikan sebagai berikut. f (x) Volume elemen y f (x)

dx

dx

34

Dari gambar diperoleh volume elemen benda putar adalah f 2 (x) dx. Dengan demikian keseluruhan volume benda putar adalah
b

V =
a

f 2 (x) dx. 1 + f (x)2 dx. Jadi

Sedangkan luas elemen permukaan diberikan oleh 2f (x) luas seluruh permukaan benda putar adalah
b

S=
a

2f (x)

1 + f (x)2 dx.

Bila diberikan f (x) = sin x diputar pada sumbu-x, maka volume benda putar dari x = 0 sampai x = adalah

V =
0

sin2 x dx.

Tetapi sin2 x = Jadi

1 cos 2x . 2

=
0

sin2 x dx

= 2
0

(1 cos 2x) dx

Bila f (x) = 12x diputar pada sumbu-x dari x = 0 sampai x = 3, maka luas permukaan benda putar adalah
3

1 = x sin 2x 2 2 0 1 2 = ( sin 2 0) = . 2 2 2

S =
0

2 12x 1 + f (x)2 dx
3

= 2
0 3

12x 1 +

3 dx x

= 2
0

12x + 36 dx
3

(12x + 36) 2 = 2 18 = 24(2 2 1). 35

4. Gambar berikut adalah benda dengan densitas konstan dan luas A sedangkan titik pusat ( x, y ). y f

( x, y )

a 0 Pusat benda diberikan oleh


b b

xf (x) dx x =
a

dan y =

1 [f (x)]2 2

dx .

Dengan demikian benda seperempat lingkaran berikut y y=x r


( x, y )

r 2 x2

r 0 x Dari gambar terlihat bahwa x =y , luas A = 1 r 2 dan 4


r 1 [f (x)]2 2 1 r 2 4 r

dx =
0

y = Jadi

1 2 [r 2

x2 ] dx

1 r 2 4

1 2 [r x 1 x3 ]r 0 2 3 1 2 r 4

1 3 r 3 1 r 2 4

4r . 3

( x, y ) =

4r 4r , 3 3

Matriks dan Aljabar Matriks

Susunan bilangan sering dijumpai juga dalam bentuk sebagai berikut, misalnya susunan bilangan dengan tiga baris dan tujuh kolom yang menyatakan berapa jam waktu yang digunakan seorang mahasiswa setiap hari untuk mempersiapkan tiga mata kuliah yang ditempuhnya sebagaimana diberikan oleh Tabel 1 berikut. Table 1: Waktu Persiapan Mahasiswa Ming. 1 2 4 Sen. 3 0 3 Sel. 2 1 1 Rab. 1 3 1 Kam. 4 5 0 Jum. 4 0 2 Sab. 2 2 0

Aljabar Aljabar Linear Geometry

36

Bila judul matakuliah dan hari dalam Tabel 1 dihapus, maka didapat susunan bilangan real dalam bentuk pesegi panjang dengan tiga baris dan tujuh kolom: 1 3 2 1 4 4 2 2 0 1 3 5 0 2 , (12) 4 3 1 1 0 2 0 ungkapan penulisan dalam (12) dinamakan suatu matriks.

Secara lebih umum, matriks adalah suatu susunan dari bilangan real atau kompleks yang berbentuk persegi panjang, setiap bilangan ini dinamakan elemen matriks yang disusun secara baris dan kolom. Beberapa contoh matriks adalah: 5 2 1 2 3 0 1 1 1 1 5 3 6 1 8 11 , 0 2 4 , 6 , 2 5 8 0 2 3 5 8 7 4 1 3 5 7 3 6 4 9 0 dan [3] . Ukuran suatu matriks adalah banyaknya baris dan banyaknya kolom. Bila banyak baris adalah m dan banyaknya kolom n, maka ukuran matriks ditulis sebagai m n. Jadi ukuran matriks pada contoh diatas berturut-turut adalah 5 4, 3 3, 5 1, 1 5 dan 1 1. Suatu matriks A ukuran m n biasanya dinotasikan dengan A = [ai,j ], i = 1, 2, . . . , m, j = 1, 2, . . . , n atau secara singkat [ai,j ]mn (bila ukuran matriks penting untuk diketahui). Bila ukuran matriks tidak penting untuk diketahui cukup ditulis [ai,j ]. Selanjutnya ai,j menyatakan elemen baris ke-i kolom ke-j dari suatu matriks A dengan ai,j R atau ai,j C yang mana R menyatakan himpunan bilangan real dan C menyatakan himpunan bilangan kompleks. Untuk matriks berukuran 1 1 yaitu [a] cukup ditulis a. Suatu matriks yang hanya mempunyai satu kolom dinamakan matriks kolom (vektor kolom) sedangkan bila hanya mempunyai satu baris dinamakan matriks baris (vektor baris). Suatu matriks A dengan n baris dan n kolom dinamakan matriks persegi ukuran n a1,1 a1,2 . . . a1,n a2,1 a2,2 . . . a2,n A= . , . . . . . . . . . . . an,1 an,2 . . . an,n

elemen-elemen a1,1 , a2,2 , . . . , an,n dinamakan elemen-elemen di diagonal utama matriks A. Berikut ini diberikan pengertian dua matriks adalah sama. Diberikan matriks A = [ai,j ] dan B = [bi,j ], matriks A dan B dikatakan sama bila kedua ukuran matriks A dan B sama dan ai,j = bi,j untuk semua i dan j . Contoh, matriks-matriks berikut 1 2 3 x 2 1 2 dan C = ,B = A= 3 4 5 3 4 3 4 bila x = 1, maka A = B . Walaupun ukuran A dan B sama, bila x = 1, maka A = B . Sedangkan A = C dan B = C sebab ukuran matriks A tidak sama dengan ukuran matriks C begitu juga ukuran B tidak sama dengan ukuran C . 37

Aritmatika dan Operasi Matriks


Misalkan, sebuah kota dibagi menjadi dua wilayah Utara dan Selatan. Banyaknya siswa SMP dan SMA kelas I, II dan III diberikan oleh tabel berikut: Table 2: Daftar Siswa Wilayah Utara dan Selatan Wilayah Utara Kelas I Kelas II Kelas III 2234 2105 2001 1973 1873 1762 Wilayah Selatan Kelas I Kelas II Kelas III 2105 1866 1509 1877 1689 1574

SMP SMA

SMP SMA

Maka daftar total siswa SMP dan SMA keseluruhan kota diberikan oleh tabel berikut Table 3: Daftar total siswa SMP dan SMA seluruh wilayah Kelas I 2234+2105=4339 1973+1877=3850 Kelas II 2105+1866=3971 1873+1689= 3562 Kelas III 2001+1509= 3510 1762+1574= 3336

SMP SMA

Bila daftar keadaan siswa wilayah Utara dan Selatan di tuliskan sebagai matrik, didapat matriks: U= 2234 2105 2001 1973 1873 1762 dan S = 2105 1866 1509 1877 1689 1574

dan matriks U + S didenisikan sebagai U +S =


def

4399 3971 3510 2234 + 2105 2105 + 1866 2001 + 1509 = 3850 3562 3336 1973 + 1877 1873 + 1689 1762 + 1574

Terlihat bahwa Tabel 3 bentuk matriksnya diberikan oleh matriks U + S . Hasil pembahasan ini menjelaskan penambahan dua matriks. Hal yang serupa bisa dilakukan untuk pengurangan dua matriks. Berikut ini diberikan denisi secara umum untuk penambahan dan pengurangan dua matriks. Penambahan dan pengurangan dua matriks A dan B bisa dilakukan bila kedua matriks mempunyai ukuran yang sama dan elemen-elemen dari A + B dan A B masing-masing diberikan oleh [A + B ]i,j = ai,j + bi,j dan [A B ]i,j = ai,j bi,j . Bila ukuran A dan B tidak sama, maka penambahan dan pengurangan dari A dan B tidak didenisikan. Berikut ini diberikan contoh penambahan dan pengurangan matriks. Diberikan matriks-matriks: A= 1 2 0 0 7 3 , B= 2 3 11 3 6 4 38 dan C = 1 2 3 4 .

Maka A+B =

1 1 11 3 1 1

, AB =

3 5 11 3 13 7

sedangkan A + C dan B + C tidak terdenisi, begitu juga A C dan B C tidak terdenisi. Bila A sebarang matriks dengan elemen-elemen di R atau di C dan k sebarang skalar di R atau di C, maka hasil kali kA adalah matriks yang semua elemenelemennya diperoleh melalui mengalikan k dengan semua elemen-elemen dari A. Matriks kA dinamakan perkalian skalar dari A. Dengan notasi matriks, bila A = [ai,j ], maka [kA]i,j = kai,j . Contoh 2.1 Diberikan matriks-matriks A= maka (1)A = 0 1 3 2 4 6 , 1 B= 2 4 0 3 2 7 1 dan 3C = 30 6 15 3 12 9 . 0 1 3 2 4 6 , B= 8 0 6 4 14 2 dan C = 10 2 5 1 4 3

Untuk lebih praktis, penulisan (1)A cukup ditulis A. Bila A1 , A2 , . . . , An matriksmatriks dengan ukuran yang sama dan k1 , k2 , . . . , kn adalah skalar, maka bentuk k1 A1 + k2 A2 + . . . + kn An dinamakan suatu kombinasi linear dari A1 , A2 , . . . , An dengan koesien-koesien k1 , k2, . . . , kn . Misalnya pada Contoh 2.1, maka 1 A + B + 3C = 2 = 0 1 3 2 4 6 34 7 9 3 15 2 + 4 0 3 2 7 1 + 30 6 15 3 12 9

1 dan 3. Selanjutnya 2 mn diberikan notasi R menyatakan himpunan semua matriks ukuran m n dengan elemen-elemen di R dan Rn1 adalah himpunan semua vektor kolom ukuran n biasanya cukup ditulis Rn . Sebegitu jauh telah dibahas perkalian suatu skalar dengan matriks, tetapi perkalian dua matriks belum dibahas. Sebagaimana telah diketahui penambahan dan pengurangan matriks adalah menambah atau mengurangi elemen-elemen yang bersesuaian. Perkalian matriks agak berbeda dengan penambahan matriks. Untuk mendenisikan perkalian dua matriks A dan B , sebagai motifasi diberikan dua sistem persamaan linear adalah kombinasi linear dari A, B dan C dengan koesien 1, a1,1 x1 + a1,2 x2 + a1,3 x3 = y1 a2,1 x1 + a2,2 x2 + +a2,3 x3 = y2 39 (13)

dan b1,1 z1 + b1,2 z2 = x1 b2,1 z1 + b2,2 z2 = x2 b3,1 z1 + b3,2 z2 = x3 (14)

Bila diinginkan y1 dan y2 bergantung pada peubah z1 dan z2 , maka didapat sistem persamaan (a1,1 b1,1 + a1,2 b2,1 + a1,3 b3,1 )z1 + (a1,1 b1,2 + a1,2 b2,2 + a1,3 b3,2 )z2 = y1 (a2,1 b2,1 + a2,2 b2,1 + a2,3 b3,1 )z1 + (a2,1 b1,2 + a2,2 b2,2 + a2,3 b3,2 )z2 = y2 Selanjutnya bila c1,1 = a1,1 b1,1 + a1,2 b2,1 + a1,3 b3,1 c1,2 = a1,1 b1,2 + a1,2 b2,2 + a1,3 b3,2 c2,1 = a2,1 b2,1 + a2,2 b2,1 + a2,3 b3,1 c2,2 = a2,1 b1,2 + a2,2 b2,2 + a2,3 b3,2 atau secara singkat
3

(15)

ci,j =
k =1

ai,k bk,j , i = 1, 2 dan j = 1, 2, 3 oleh b1,2 b2,2 , C = b3,2

(16)

dan masing-masing matriks A, B, C diberikan b1,1 a1,1 a1,2 a1,3 , B = b2,1 A= a2,1 a2,2 a2,3 b3,1
def

c1,1 c1,2 c2,1 c2,2

dan didenisikan perkalian matriks AB = C , dengan elemen-elemen matriks C diberikan oleh Persamaan (16), maka Persamaan (15) dapat ditulis sebagai perkalian matriks y1 z1 . dan Y = CZ = Y, dengan Z = y2 z2 Perhatikan bahwa Persamaan (16) mengisyaratkan banyaknya kolom dari A harus sama dengan banyaknya baris B dalam hal ini keduanya sama dengan 3 dan ukuran matriks hasil kali adalah 2(banyaknya baris A) 2(banyaknya kolom B ). Jadi syarat dua matriks bisa dikalikan banyaknya kolom matriks yang pertama sama dengan banyaknya baris matriks yang kedua dan elemen-elemen matriks hasil kali diberikan seperti dalam Persamaan (16). Oleh karena itu bila matriks Am,p dan matriks Bp,n , maka perkalian kedua matriks ini diberikan oleh
p

Am,p Bp,n = Cm,n , dengan ci,j =


k =1

ai,k bk,j , i = 1, 2, . . . , m dan j = 1, 2, . . . , n.

Contoh 2.2 Diberikan matriks-matriks A= 1 2 3 5 3 4 2 1 ,B = 3 7 5 6 40

Elemen baris ke-1 kolom ke-2 matriks perkalian AB diberikan sebagai berikut 2 1 1 2 3 33 3 7 = AB = 5 3 4 5 6 (1 1) + (2 7) + (3 6) = 33 Dengan melakukan hal yang serupa didapat 2 1 1 2 3 3 7 = AB = 5 3 4 5 6 dan perkalian matriks BA diberikan oleh 2 1 1 2 3 BA = 3 7 5 3 4 5 6 terlihat bahwa AB = BA.

23 33 39 50

7 7 10 = 38 27 37 35 28 39

Diberikan dua matriks Am,p dan Bp,n dan C = Am,p Bp,n , maka matriks baris ke-i dari C diberikan oleh Ci, = Ai, B dan matriks kolom ke-j dari C diberikan oleh C,j = AB,j . Contoh 2.3 Diberikan matriks-matriks 2 1 1 1 2 0 7 0 2 2 3 2 10 , B = A= 2 5 0 8 . 5 11 1 8 1 12 9

Bila C = AB , maka baris ke-2 dari matriks C diberikan oleh 2 1 1 0 2 2 C2, = A2, B = 2 3 2 10 5 0 8 = 24 128 66 1 12 9 dan kolom ke-3 dari C diberikan oleh 1 66 1 2 0 7 2 3 2 10 C,3 = AB,3 = 2 8 = 66 47 5 11 1 8 9

Perkalian matriks dan kombinasi linear sangat penting bila dihubungkan dengan sistem persamaan. Persamaan ini dapat ditulis dalam bentuk perkalian matriks sebagai berikut b1 x1 a1,1 a1,2 . . . a1,n a2,1 a2,2 . . . a2,n x2 b2 (17) . = . . . . . . . . . . . . . . . . . . bm xn am,1 am,2 . . . am,n 41

Bila

dan sistem persamaaan linear (17) mempunyai penyelesaian, maka matriks b dapat ditulis sebagai kombinasi linear berikut x1 A,1 + x2 A,2 + . . . + xn A,n = b. (18)

maka Persamaan (17) dapat ditulis sebagai Ax = b. Selanjutnya bila a1,j a2,j A,j = . , j = 1, 2, . . . , n, . . am,j

A=

a1,1 a2,1 . . .

a1,2 a2,2 . . .

... ... .. .

a1,n a2,n . . .

am,1 am,2 . . . am,n

, x =

x1 x2 . . . xn

dan b =

b1 b2 . . . bm

Matriks-matriks Khusus
Disini dikenalkan matriks nol, diagonal, identitas(satuan), matriks segi-tiga dan matriks simetri. Suatu matriks yang semua elemenya sama dengan nol dinamakan matriks nol. Berikut ini contoh contohnya 0 0 0 0 0 0 0 0 0 , , 0 , . 0 0 0 0 0 0 0 Suatu matriks persegi D berukuran n n d1 0 0 0 d2 0 D = 0 0 d3 . . . . . . . . . 0 0 dinamakan matriks diagonal bila 0 0 0 . .. . . . 0 dn

Suatu matriks diagonal dengan semua elemen diagonal utama sama dengan satu dinamakan matriks satuan(identitas). Contoh 1 0 0 1 0 , 0 1 0 . 0 1 0 0 1 Dengan demikian matriks identitas I mempunyai elemen ik,l = 1, k = l dan ik,l = 0, k = l .

Terlihat bahwa semua elemen dari D yang berada diatas dan dibawah elemen diagonal utama sama dengan nol yaitu di,j = 0, untuk i = j . Contoh 1 0 0 1 0 , 0 0 0 . 0 2 0 0 3

42

Suatu matriks transpose adalah matriks yang diperoleh dari matriks yang lain dengan elemen baris menjadi elemen kolom dan sebaliknya. Matriks transpose dari suatu matriks A ditulis AT , jadi bila A = [ai,j ], maka AT = [aj,i ]. Contoh 1 0 2 2 1 2 3 4 , AT = A= 3 3 . 0 2 3 5 4 5 Suatu matriks persegi A dinamakan matriks simetri bila A = AT . Contoh 0 1 7 0 1 7 A = 1 2 3 , AT = 1 2 3 . 7 3 1 7 3 1

terlihat bahwa elemen ai,j = 0, untuk i < j . Contoh 1 0 3 0 0 2 0 1 2 , 1 2 0 , 3 1 2 2 6 0 4 0 7

Suatu matriks persegi A dinamakan matriks segi tiga bawah bila a1,1 0 0 a2,1 a2,2 0 A= . , . . . . . . . . . . . an,1 an,2 an,n 0 0 3 8 0 0 . 0 4

terlihat bahwa elemen ai,j = 0, untuk i > j . Contoh 1 2 3 1 0 0 2 2 6 , 0 2 5 , 0 0 0 1 0 0 4 0 0

Suatu matriks persegi A dinamakan matriks segi tiga atas bila a1,1 a1,2 a1,n 0 a2,2 a2,n A= . , . . .. . . . . . . . 0 0 an,n 4 3 1 0 . 3 0 0 4

Suatu matriks persegi A dinamakan simetri miring (skew symmetry) bila A = AT . Contoh 0 1 0 1 0 1 = A. = , AT = A= 1 0 1 0 1 0 Diberikan suatu matriks persegi a1,1 a1,2 a1,3 a2,1 a2,2 a2,3 A= . . .. . . . . . an,1 an,2 an,3 43 a1,n a2,n , . . . an,n

trace dari matriks A ditulis trace(A) didenisikan oleh


n

trace(A) = Contoh, misalkan matriks

def i=1

ai,i .

1 1 2 A = 3 2 0 , trace(A) = 1 + 2 + 3 = 6. 2 5 3

Matriks Invers dan Matriks Elementer


Pada bagian ini diberikan pengertian matriks invers dan beberapa sifat-sifatnya. Cara memperoleh matriks invers dibahas pada bagian berikutnya. Disini juga dikenalkan ide dari matriks elementer. Matriks ini dapat digunakan untuk memperoleh matriks invers. Bila untuk suatu matriks persegi A bisa didapat matriks persegi yang lain B sedemikian hingga memenuhi AB = BA = I, maka B dinamakan invers dari A, dalam hal ini matriks A dinamakan matriks nonsingulir. Sebaliknya bila tidak ada matriks B tsb., maka matriks A dinamakan matriks singulir. Perluh diperhatikan bahwa pembahasan disini berkaitan dengan matriks invers hanya untuk matriks persegi. Dalam pengertian matriks invers, maka matriks B juga nonsingulir dan mempunyai invers A.

Berikut ini diberikan sifat ketunggalan dari matriks invers, yaitu, misalkan A nonsingulir dan B begitu juga C masing-masing adalah invers dari A, maka B = C .

Matriks invers dari suatu matriks A dinotasikan oleh A1 . Contoh 2.4 Diberikan matriks A= maka A1 = Hal ini bisa dicek sebagai berikut AA1 = dan A1 A = 1 2 3 4 2
3 2

1 2 , 3 4 2
3 2

1 1 . 2

2
3 2

1 1 0 = I22 1 = 0 1 2 1 2 1 0 = = I22 3 4 0 1 44

1 1 2

Contoh 2.5 Diberikan matriks 0 0 2 B = 0 1 2 , 0 3 1

maka matriks B adalah singulir. Hal ini bisa ditunjukkan sebagai berikut: Andaikan B non singulir, maka ada matriks c1,1 c1,2 c1,3 C = c2,1 c2,2 c2,3 c3,1 c3,2 c3,3 yang memenuhi CB = I33 . Kolom ke-1 dari matriks CB diberikan oleh c1,1 c1,2 c1,3 0 0 1 0 = 0 = 0 . [CB ],1 = CB,1 = c2,1 c2,2 c2,3 c3,1 c3,2 c3,3 0 0 0

Hasil ini cukup menunjukkan bahwa CB = I33 . Jadi matriks B singulir. Bila A nonsingulir, maka untuk n bilangan bulat positip An didesikan sebagai An = (A1 )n = A1 A1 A1
sebanyak n

Berikut ini diberikan sifat-sifat yang berkaitan dengan matriks invers. Misalkan matriks A dan B masing-masing adalah matriks nosingulir, maka 1. AB adalah nonsingulir dan (AB )1 = B 1 A1 . 2. A1 adalah nonsingulir dan (A1 )1 = A. 3. Untuk n = 1, 2, , An adalah nonsingulir dan (An )1 = An = (A1 )n .
1 1 4. Bila = 0, maka A nonsingulir dan (A)1 = A .

5. AT adalah nonsingulir dan (AT )1 = (A1 )T . Berikut ini dibahas pengertian matriks elementer. Matriks ini erat kaitannya dengan Operasi Baris Elementer (OBE) dan salah satu kegunaannya adalah untuk menentukan invers suatu matriks persegi. Denisi 2.1 Suatu matriks persegi dinamakan matriks Elementer bila matriks ini diperoleh dari matriks identitas dengan melakukan suatu operasi baris elementer pada matriks identitas tsb. Berikut ini beberapa contoh matriks elementer 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1
1

3B

B2 B3

3 0 , 0 1 1 0 0 0 0 1

0 1 , 0

45

Operasi Baris Elementer dari suatu matriks juga khususnya matriks identits ada tiga macam, yaitu pertukaran antar baris, suatu baris kalikan dengan skalar taknol dan tambahkan suatu baris dengan hasil dari suatu baris yang lain kali dengan skalar tak nol. Misalkan A matriks berukuran m n dan e menyatakan suatu baris elementer pada A. Matriks hasil dari OBE e pada A ditulis e(A) dan hasil matriks OBE e pada matriks identitas Imm ditulis e(Imm . Jelas bahwa e(Imm adalah matriks elementer. Sifat berikut menjelaskan hubungan e(A) dengan e(Imm . Teorema 2.1 Bila E = e(Imm ), maka e(A) = EA. Bukti: Misalkan untuk i = 1, 2, m, Ai, , adalah baris ke-i dari matriks A dan Ii, adalah baris ke-i dari matriks identitas Imm , maka Ii, A = Ai, . 1. Misalkan e adalah OBE dari pertukaran antara baris ke-i dengan baris ke-j , didapat I1, A1, I2, A2, . . . . . . Ij, Aj, dan e(A) = . . E = e(Imm ) = . . . . . I A i, i, . . . . . . Im, Am, Jadi I1, A A1, I2, A A2, . . . . . . Ij, A Aj, = . = e(A). EA = . . . . . I A A i, i, . . . . . . Im, A Am,

1 0 0 0

0 1 0 0

0 0 1 0

0 0 0 1

B4 4B3

1 0 0 0

0 0 1 0 0 1 0 4

0 0 . 0 1

2. Misalkan e adalah OBE dari baris ke-i dikalikan dengan skalar taknol , didapat I1, A1, I2, A2, . . . . . . E = e(Imm ) = dan e(A) = . I i, Ai, . . . . . . Im, Am, 46

Jadi

3. Misalkan e adalah OBE dari baris ke-j menjadi kali baris ke-i ditambah baris ke-j dengan = 0, didapat I1, A1, I2, A2, . . . . . . Ii, Ai, dan e(A) = . E = e(Imm ) = . . . . . . I + I A + A i, i, j, j, . . . . . . Im, Am, Jadi I1, A I2, A . . . A1, A2, . . . A1, A2, . . .

A1, I1, A A1, I1, A I2, A A2, I2, A A2, . . . . . . . . . . . . = = EA = = e(A) = (Ii, )A (Ii, A) (Ii, )A Ai, . . . . . . . . . . . . Am, Im, A Am, Im, A

Ai, Ai, Ii, A = e(A). = = EA = . . . . . . . . . (I + I ) A (I A) + I A A + A i, i, i, j, j, j, . . . . . . . . . Am, Am, Im, A

Hasil penting Teorema 2.1 adalah suatu operasi baris elementer dapat diganti oleh matriks elementer yang sesuai yaitu e(A) = EA pada persamaan ini, e menyatakan suatu operasi baris elementer yang dikenakan pada matriks A sedangkan E adalah matriks elementer yang sesuai dan memberikan hasil matriks E dikalikan dengan A yaitu EA sama dengan e(A). Hasilhasil yang telah didapat ini berlaku juga untuk serangkaian operasi baris elementer, misalnya e(1) , e(2) , , e(k) yang dikenakan pada matriks A yaitu e(k) e(k1) e(1) (A), bila matriks elementer yang sesuai dengan rangakaian operasi baris elementer tsb. adalah E1 , E2 , , EK , 47

maka e(k) e(k1) e(1) (A) = (Ek Ek1 E1 )A. Menyelesaikan suatu sistem persamaan linear pada dasarnya mengubah sistem persamaan ini kebentuk sistem persamaan linear lainnya yang ekivalen dengan melakukan serangkaian operasi baris elementer. Berikut ini dibahasa suatu Contoh yaitu x2 x3 = 3 2x1 + 4x2 x3 = 1 , 2x1 + 5x2 4x3 = 2

Matriks -matriks elementer Contoh ?? adalah 0 1 E1 = 1 0 0 0 Didapat

tetapi sekarang diselesaikan menggunakan serangkain matriks elementer. Matriks diperbesar dari sistem persamaan linear adalah 0 1 1 3 1 . Ab = 2 4 1 2 5 4 2 yang sesuai sebagaimana telah dilakukan OBE pada

0 1 0 0 1 0 0 0 , E2 = 0 1 0 , E3 = 0 1 0 . 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 3 0 0 1 0 1 0 0 2 4 1 1 1 1 0 1 0 0 1 2 5 4 2 1 1 1 3 2 6

Dari hasil ini, lakukan substitusi mundur, didapat

1 0 E3 E2 E1 Ab = 0 1 0 1 2 4 = 0 1 0 0

6 = 3, x3 = 2 . x2 = 3 + x3 = 3 + 3 = 6, 1 1 x1 = 2 (1 4x2 + x3 ) = 2 (1 24 + 3) = 10.

Berikut ini diberikan sifat dari matriks elementer yang berkaitan dengan invers matriks. Teorema 2.2 Suatu matriks elementer adalah nonsingulir. Bukti: Ada tiga macam operasi baris elementer, pertama OBE yang berkenaan dengan pertukaran antara baris ke-i dengan baris ke-j pada suatu matriks A. Misalkan operasi ini dinotasisikan dengan e dan bila dilakukan sekali lagi e pada e(A) menghasilakn matriks A lagi. Bila I adalah matriks identitas ukuran n n, didapat

48

matriks elementer

dan

I1, I2, . . . Ij, E1 = e(I ) = . . . I i, . . . In, I1, I2, . . . Ii, = I, e(E1 ) = . . . I j, . . . In,

1 tetapi e(E1 ) = e(I )E1 = E1 E1 . Jadi E1 E1 = I , dengan demikian E1 = E1 atau E1 adalah non singulir. Selanjutnya, misalkan e(1) adalah OBE pada suatu matriks, yaitu mengalikan = 0 dengan baris ke-i dan e(2) adalah OBE pada suatu matriks, 1 yaitu mengalikan dengan baris ke-i. Bila I adalah matriks identitas ukuran n n, didapat matriks elementer I1, I2, . . . (1) E1 = e (I ) = Ii, . . . In,

dan

tetapi juga

I1, I2, . . . e(2) (E1 ) = 1 = = I, (Ii,) Ii, . . . . . . In, In, I1, I2, . . . e(2) (E1 ) = e(2) (I )E1 .

1 Bila e(2) (I ) = E2 , maka E2 E1 = I , dengan demikian E1 = E2 atau E1 adalah non (1) singulir. Terakhir, misalkan e adalah OBE pada suatu matriks, yaitu mengalikan = 0 dengan baris ke-i ditambahkan pada baris ke-j dan e(2) adalah OBE pada suatu matriks, mengalikan dengan baris ke-i ditambahkan pada baris ke-j

49

Bila I adalah matriks identitas ukuran n n, didapat matriks elementer I1, I2, . . . Ii, (1) E1 = e (I ) = . . . I + I i, j, . . . In, dan I1, I2, . . . Ii, Ii, (2) = . = I, e (E1 ) = . . . . . I + I + I I j, i, i, j, . . . . . . In, In, I1, I2, . . . e(2) (E1 ) = e(2) (I )E1 .
1 Bila e(2) (I ) = E2 , maka E2 E1 = I , dengan demikian E1 = E2 atau E1 adalah non singulir.

tetapi juga

Contoh 2.6 Perluh diperhatikan bahwa OBE dari pertukaran diantara baris i dengan baris j tidak selalu bahwa i dan j tidak sama. Secara umum boleh sama boleh tidak. Diberikan matriks elementer 0 0 1 1 0 0 1 0 5 E1 = 0 1 0 , E2 = 0 2 0 , dan E3 = 0 1 0 , 1 0 0 0 0 1 0 0 1 maka
1 E1

0 0 1 1 0 0 1 0 5 1 1 = 0 1 0 , E2 = 0 2 0 , dan E3 = 0 1 0 . 1 0 0 0 0 1 0 0 1

Telah dibahas bahwa, bila serangkaian OBE dikenakan pada suatu Sistem Persamaan Linear (SPL) didapat suatu sistem persamaan linear yang ekivalen dengan SPL sebelumnya dan dari SPL yang terakhir ini didapat penyelesaian (bila ada) dari SPL yang dibahas. Juga, telah diketahui bahwa rangkaian OBE yang dikenakan pada SPL dapat diganti oleh serangkaian matriks elementer yang sesuai selanjutnya dikalikan dengan matriks diperbesar dari SPL tsb. Hasil akhirnya adalah suatu matriks yang tepat sama seperti hasil akhir dari bila serangkaian OBE dikenakan pada SPL yang ada. Oleh karena itu, tidak berlebihann bila didenisikan hal berikut. 50

Denisi 2.2 Bila A adalah suatu matriks berukuran m n dan pada A dikenakan serangkaian matriks elementer E1 , E2 , , Ek , maka dikatakan A ekivalen-baris dengan matriks E1 E2 Ek A. Dalam hal ini bila A baris-ekivelen dengan B ditulis A baris B. Teorema 2.2 menjelaskan bahwa, suatu matriks elementer E adalah nonsingulir, artinya ada E 1 sehingga E 1 E = I = EE 1 , Disini matriks E 1 juga merupakan matriks elementer dengan tipe yang sama seperti tipe dari matriks elementer E . Berikut ini ditunjukkan bahwa ekivalen-baris adalah suatu relasi ekivalen. Teorema 2.3 Ekivalen-baris adalah suatu relasi ekivalen. Bukti: Misalkan Mmn (C) adalah himpunan dari semua matriks berukuran m n dengan elemen-elemen di C dan baris relasi pada Mmn (C). Ditunjukkan bahwa baris relasi ekivalen. Misalkan A, B dan C di Mmn (C), didapat 1. jelas bahwa matriks identitas I = Inm juga merupakan matriks elementer. Didapat A = IA dan A = I 1 A. Terlihat bahwa A baris A. 2. Bila A baris B , maka B = E1 E2 Ek A untuk beberapa matriks elementer Ei 1 dengan i = 1, 2, , k . Sebagaimana telah diketahui E1 juga matriks elementer dan 1 1 1 (E1 E2 Ek )1 = Ek Ek1 E1 . Jadi Terlihat bahwa B baris A,
1 1 1 A = Ek Ek1 E1 B.

3. Misalkan A baris B dan B baris C maka B = E1 E2 Ep A untuk beberapa matriks elementer Ei dengan i = 1, 2, , p dan C = Ec1 Ec2 Ecq B untuk beberapa matriks elementer Eci dengan i = 1, 2, , q . Didapat
1 1 1 A = Ep Ep1 E1 B 1 1 1 1 1 1 = Ep Ep1 E1 Ecq Ec 2 Ec1 C . B

Terlihat bahwa A baris C . Contoh 2.7 Diberikan matriks A= 4 3 2 1 5 8 dan B = 4 3 2 . 14 1 22

Perhatikan matriks elementer berikut E1 = 1 0 1 0 1 , E1 = 0 2 0 1 2 51

dan E2 = Didapat E2 E1 A = = = dan


1 1 E1 E2 B =

1 0 1 0 1 , E2 = . 3 1 3 1 1 0 3 1 1 0 3 1 1 0 0 2 4 3 2 1 5 8

4 3 2 =B 14 1 22 1 0 0 1 2 1 0 3 1

4 3 2 2 10 16

= =

4 3 2 = A. 1 5 8

1 0 0 1 2

4 3 2 2 10 16

4 3 2 14 1 22

Terlihat bahwa A bar B dan B bar A.

Ringkasan Determinan Matriks Persegi dan beberapa Sifat


1. Determinan matriks A berukuran n n secara rekursive didenisikan oleh: a1,1 bila n = 1, n |A| = (1)k+1 a1,k |A(1, k )| bila n 2
k =1

dengan submatriks A(1, j ) adalah matriks berukuran (n1) (n1) adalah matriks yang diperoleh dari matriks A dengan menghapus baris ke-i dan kolom ke-j .

Contoh Untuk n = 1, A = 7, maka |A| = | 7| = 7 dan bila A = 5, maka |A| = |5| = 5. Untuk n = 2, bila A= 1 3 3 8 , maka |A| = 1(|8|) 3(| 3|) = 1(8) 3(3) = 1. 1 2 1 A = 3 1 2 , 0 3 4 = 1(4 6) 2(12 0) + 1(9 0) = 17.

Untuk n = 3, bila

maka |A| = 1

3 1 3 2 1 2 +1 2 0 4 0 3 3 4 52

2. Determinan matriks A berukuran n n juga bisa didenisikan menggunakan pengertian permutasi dari n elemen sebagai berikut. |A| = dengan sgn( ) = Contoh Diberikan matriks
def def Sn

sgn( )a1,(1) a2,(2) . . . an,(n)

+1, 1,

permutasi genap permutasi gasal.

maka |A| = a1,1 a2,2 a3,3 a1,1 a2,3 a3,2 + a1,2 a2,3 a3,1 a1,2 a2,1 a3,3 + a1,3 a2,1 a3,2 a1,3 a2,2 a3,1 . Contoh sebelumnya untuk n = 3, maka |A| = 1(1)(4) 1(2)(3) + 2(2)(0) 2(3)(4) + 1(3)(3) 1(1)(0) = 4 6 + 0 24 + 9 0 = 13 30 = 17.
n

a1,1 a1,2 a1,3 A = a2,1 a2,2 a2,3 a3,1 a3,2 a3,3

3. Determinan matriks segi tiga : |A| =

ai,i .
i=1

4. Determinan matriks Identitas |Inn | = 1. 5. Determinan matriks Identitas kali skalar : |I | = . 6. Determinan matriks elementer pertukaran antara baris ke-i dengan baris ke-j : |Ei,j | = 1. 7. Determinan matriks elementer baris ke-j ditambah kali baris ke-i : |E (i, j )()| = 1. 8. Determinan perkalian dua matriks: |AB | = |A| |B |. 9. Determinan matriks pertukaran baris: |Ei,j A| = |Ei,j | |A| = |A|. 10. Determinan matriks baris ke-j ditambah kali baris ke-i : |E (i, j )()A| = |E (i, j )()| |A| = |A|. 11. Determinan matriks dengan elemen-elemen salah satu baris sama dengan nol : |A| = 0. 12. Determinan transpose matriks : |AT | = |A|. 13. Determinan matriks kolom elementer = matriks baris elementer. 14. Determinan matriks invers : |A1 | = 1 . |A|

53

Contoh : Hitung determinan matriks 0 8 3 4 1 2 2 5 A= 2 8 4 3 0 4 2 3

Jadi determinan matriks A

Lakukan lagi operasi baris elementer sebagai berikut: 0 0 7 2 1 2 2 5 E (4, 3)(1)E (4, 1)(2)E (2, 3)(2)A = 0 0 10 10 0 4 2 3 0 7 2 |A| = +1 0 10 10 4 2 3 7 2 10 10

0 8 3 4 , maka E (2, 3)(2)A = 1 2 2 5 . 0 4 8 7 0 4 2 3

= 4

= 4(70 + 20) = 200

Minor dan Kofaktor


Misalkan matriks A = [ai,j ] berukuran n n. Minor (i, j ) Mi,j dari matriks A adalah determinan dari submatriks A dengan menghapus baris ke-i dan kolom ke-j . Sedangkan kofaktor Ai,j didenisikan sebagai Ai,j = (1)i+j Mi,j . Contoh: Misalkan a1,1 a1,2 a1,3 A = a2,1 a2,2 a2,3 a3,1 a3,2 a3,3 M2,3 = dan A2,3 = (1)2+3 M2,3 = a1,1 a3,2 + a1,2 a3,1 Misalkan A = [ai,j ] adalah matriks n n, maka
n def

maka

a1,1 a1,2 a3,1 a3,2

= a1,1 a3,2 a1,2 a3,1

(i) |A| = (ii) |A| =

ai,k Ai,k , ekspansi baris ke-i.


k =1 n

ak,j Ak,j , ekspansi kolom ke-j .


k =1

Contoh: Diberikan matriks

1 2 0 A = 4 2 1 6 2 2 54

maka determinan dari A bisa diperoleh melalui ekspasi baris ke-1, yaitu 1(1)2 4 2 4 1 2 1 + 0(1)4 + 2(1)3 6 2 6 2 2 2

= 6 28 + 0 = 22 juga bisa diperoleh melalui ekspansi kolom ke-2, yaitu 2(1)3 1 0 1 0 4 1 + 2(1)5 + 2(1)4 4 1 6 2 6 2

= 28 + +4 + 2 = 22. Matriks Adjoint Misalkan matrisk A = [ai,j ] berukuran n n, maka matriks adjoint dari A ditulis adj(A) dan didenisikan sebagai matriks transpose dari kofaktor-kofaktor A, yaitu A1,1 A2,1 . . . An,1 A1,2 A2,2 . . . An,2 adj(A) = . . . . .. . . . . . . A1,n A2,n . . . An,n Contoh: Misalkan matriks 1 2 1 A = 6 1 3 2 3 4

maka

dan

5 11 7 adj(A) = 18 2 3 16 7 13 1 2 1 5 11 7 47 0 0 A adj(A) = 6 1 3 18 2 3 = 0 47 0 = |A|I3 . 2 3 4 16 7 13 0 0 47

Bila A adalah matriks ukuran n n, maka A adj(A) = |A|In Bukti Elemen ke-i, j dari matriks A adj(A) diberikan oleh ai,1 Aj,1 + ai,2 Aj,2 + . . . + ai,n Aj,n = Oleh karena itu A adj(A) = |A|In .

|A| bila i = j 0 bila i = j

Bila A matriks berukuran n n yang nonsingulir, maka A1 = Bukti Dari A adj(A) = |A| In didapat A A1 = 1 adj(A) |A|

1 adj(A). |A|

= In . Oleh karena itu

1 adj(A). |A| 55

Contoh Misalkan A= maka A1 = = Contoh Misalkan

a b c d

1 adj(A) |A| 1 ad bc d b c a

maka

2 1 2 2 adj(A) = 7 4 4 3 1 A1 = 1 adj(A) |A| 2 1 2 1 7 4 2 . = 5 4 3 1 Aturan Cramer

2 1 2 A= 3 2 2 1 2 3

Misalkan A matriks berukuran n n dengan A1 ada, maka penyelesaian tunggal dari sistem persamaan Ax = b adalah x1 x2 . . . xn |Ai | |A|

dengan

x= xi =

dan Ai adalah matriks yang diperoleh dari A dengan mengganti kolom ke-i dengan b. Bukti: Karena x = A1 b =

1 adj(A) b, |A|

56

didapat xi = Contoh selesaikan |Ai | b1 A1,i + b2 A2,i + . . . + bn An,i = . |A| |A| x1 + 2x2 + x3 = 5 2x1 + 2x2 + x3 = 6 x1 + 2x2 + 3x3 = 9 1 2 1 5 A= 2 2 1 dan b = 6 1 2 3 9 |A| = 1 2 1 2 2 1 1 2 3 1 5 1 2 6 1 1 9 3 = 4, |A1 | = 5 2 1 6 2 1 9 2 3 1 2 5 2 2 6 1 2 9 = 4,

Jawab Dalam hal ini

dan

|A2 | = Sehingga didapat x1 =

= 4, |A3 | =

= 8.

4 4 8 = 1, x2 = = 1 dan x3 = = 2. 4 4 4 Persamaan Homogin

Persamaan homogin diberikan oleh bentuk Ax = 0 Persamaan homogin ini selalu mempunyai solusi trivial x = 0. Bila persamaan homogin mempunyai solusi x = 0, maka solusi ini tidak tunggal. Kusus untuk matriks A berukuran n n, maka bila persamaan homogin hanya mempunyai solusi trivial, maka |A| = 0, sebab bila A1 ada, maka dari itu x = A1 0 = 0. Sebaliknya bila |A| = 0, maka persamaan homogin mempunyai solusi non trivial. Contoh Dari geometri analitik diketahui bahwa persamaan garis lurus pada bidang datar diberikan oleh persamaan ax + by + c = 0. Bila garis ini melalui dua titik (x1 , y1 ) dan (x2 , y2), didapat sistem persamaan homogin ax + by + c = 0 ax1 + by1 + c = 0 ax2 + by2 + c = 0

57

atau ditulis dalam bentuk matriks x y 1 a 0 x1 y1 1 b = 0 x2 y2 1 c 0 x y 1 x1 y1 1 x2 y2 1 atau

Persamaan homogin ini mempunyai jawab nontrivial bila =0

x1 y2 + (y1 y2 )x (x1 x2 )y x2 y1 = 0 Jadi persamaan garis melalui (1, 2) dan (2, 3) adalah 1(3) + (2 + 3)x (1 2)y 2(2) = 0 atau 5x + y 7 = 0.

Geometri Vektor di Bidang dan Ruang


Dalam Geometri vektor, vektor dibidang didenisikan sebagai pasangan dari bilangan x y yang ditulis dalam bentuk kolom dengan koordinat pertama x dan koordinat kedua x dalam bidang adalah garis berarah dimulai y . Gambar dari suatu vektor X = y dari titik asal diakhiri oleh titik dengan koordinat x dan y . Misalnya vektor A= 4 1 3 ,C = ,B = 3 2 1 dan D = 2 4

diberikan oleh Gambar berikut:


D= 1 2 2 4 4 3

C= 3 1

B=

A=

| Penambahan atau pengurangan dua vektor X = XU= 58 xu yv u x diberikan oleh dan U = v y (19)

Jadi A+B=

4 3+1 1 3 = C. = = + 3 1+2 2 1

Perkalian suatu vektor X dengan suatu bilangan r diberikan oleh rX = r Jadi D= x rx = y ry (20)

2 1 =2 = 2B 4 2

1 D. Terlihat disini perkalian suatu bilangan r dengan suatu dengan demikian B = 2 vektor X menghasilkan suatu vektor r X yang lebih panjang bila r > 1 dan akan lebih pendek bila 0 < r < 1. Perkalian yang demikian dinamakan perkalian skalar dan r dinamakan suatu skalar. Bila r = 1, maka 1X = X dan bila r = 0, maka 0 0X = = 0, yaitu merupakan vektor nol. Bila vektor X taknol, maka perkalian 0 skalar menghasilkan vektor sepanjang garis yang melalui titik asal dan titik dari koordinat X dengan arah sama dengan arah X untuk r > 0 dan berlawanan arah x x dengan arah X bila r < 0. Kususnya bila r = 1, maka 1X = 1 = y y yang mempunyai panjang sama dengan panjang X tetapi berlawanan arah. Hal ini x dinotasikan oleh X = , sehingga didapat y

X + (X) =

0 xx x x = 0. = = + 0 yy y y E2 =

(21) 0 yang dinamakan 1

Dua vektor kusus yang penting adalah E1 =

1 dan 0 1 = vektor basis di bidang. Perkalian skalar r E1 = r 0 0 ordinat pertama sedangkan perkalian skalar sE2 = r 1 koordinat kedua. Sehingga diperoleh X=

r memberikan sumbu ko0 0 = memberikan sumbu s

x 1 0 =x +y = xE1 + y E2, y 0 1

yaitu setiap vektor X secara tunggal diungkapkan sebagai jumlah dari satu vektor dari koordinat pertama dan satu vektor dari koordinat kedua. Jadi A= 3 3 0 1 0 = + =3 +1 = 3E 1 + E 2 , 1 0 1 0 1

dengan cara yang sama didapat D= 2 = 2E 1 + 4E 2 4

1. Dengan menggunakan determinan dapatkan persamaan parabola yang melalui tiga titik (x1 , y1), (x2 , y2 ) dan (x3 , y3). Selanjutnya cek hasilnya bila ketiga titik tsb. adalah (0, 0), (1, 1) dan (2, 3). 59

Jawab Persamaan Parabola secara umum diberikan oleh ax2 + bx + c + dy = 0. Parabola ini melalui tiga titik (x1 , y1 ), (x2 , y2 ) dan (x3 , y3 ), didapat Sistem Persamaan Linear Homogin: ax2 + bx + c + dy ax2 1 + bx1 + c + dy1 ax2 2 + bx2 + c + dy2 ax2 3 + bx3 + c + dy3 = = = = 0 0 0 0

atau dalam bentuk perkalian matriks 2 0 a x x 1 y x2 x1 1 y1 b 0 1 2 x2 x2 1 y2 c = 0 0 d x2 3 x3 1 y3 x2 x x2 1 x1 x2 2 x2 x2 3 x3 atau 1 y 1 y1 =0 1 y2 1 y3

Persamaan Homogin tsb. mempunyai Penyelesaian non trivial bila

x2 x2 x2 x1 1 y1 1 x1 1 1 x1 y1 1 1 y1 2 2 2 x2 1 y2 x x2 1 y2 x + x2 x2 y2 x2 2 x2 1 y = 0 2 2 x x x y x2 1 y x3 1 y3 3 3 3 3 x3 1 3 3 x1 1 y1 a = x2 1 y2 = x1 (y3 y2 ) x2 y3 + y2 x3 + y1 (x2 x3 ) , x3 1 y3 x2 1 1 y1 2 2 2 2 2 b = x2 2 1 y2 = x1 (y3 y2 ) x2 y3 + y2 x3 + y1 x2 x3 x2 3 1 y3 ,

Jadi

x2 1 x1 y1 2 2 2 2 2 c = x2 2 x2 y2 = x1 x2 y3 y2 x3 + x1 (x2 y3 y2 x3 ) + y1 x2 x3 x2 x3 x2 3 x3 y3 dan x2 1 x1 1 2 2 2 2 2 d = x2 2 x2 1 = x2 x3 x1 x2 x3 + x2 x3 + x1 (x2 x3 ) . x2 3 x3 1

Cek untuk (x1 , y1 ) = (0, 0), (x2 , y2 ) = (1, 1) dan (x3 , y3 ) = (2, 3), didapat a b c d = = = = x1 (y3 y2 ) x2 y3 + y2 x3 + y1 (x2 x3 ) = 5, 2 2 2 2 = 1, x2 1 (y3 y2 ) x2 y3 + y2 x3 + y1 x2 x3 2 2 2 2 x1 x2 y3 y2 x3 + x1 (x2 y3 y2 x3 ) + y1 x2 x3 x2 x2 3 = 0, 2 2 2 2 2 x2 x3 x1 x2 x3 + x2 x3 + x1 (x2 x3 ) = 6. 60

Jadi Persamaan parabola yang melalui tiga titik tsb. adalah 1 5 5x2 x + 6y = 0 atau y = x2 + x. 6 6 2. Diberikan dua vektor A= a1 a2 b1 b2

dan B =

Buktikan bahwa Luas Jajaran Genjang yang dibentuk oleh dua vektor A dan B sama dengan a b det 1 1 . a2 b2 Jawab Gambar dari bidang Jajaran Genjang yang dibentuk oleh dua vektor A dan B dengan a b A = 1 dan B = 1 a2 b2 diberikan oleh gambar berikut B t

garis : a2 x + a1 y = 0 A Luas bidang tsb. adalah


2 L = ||t|| ||A|| = ||t|| a2 1 + a2 .

Nilai dari ||t|| adalah jarak dari titik (b1 , b2 ) ke garis a2 x+a1 y = 0 yang melintasi vektor A diberikan oleh ||t|| = Jadi L= Tetapi det Terlihat bahwa L = det 3. Diberikan tiga vektor X= x x , X = y y 61 dan V = 2 . 1 a1 b1 a2 b2 = |a1 b2 a2 b1 | = L. a1 b1 a2 b2 . | a2 b1 + a1 b2 |
2 a2 1 + a2

|a1 b2 a2 b1 |
2 a2 1 + a2

|a1 b2 a2 b1 |
2 a2 1 + a2

2 a2 1 + a2 = |a1 b2 a2 b1 |.

Bila X merupakan proyeksi dari X terhadap garis yang melalui vektor V, maka dapatkan matriks A supaya X = AX. Jawab

X
is: gar g

X
O

Proyeksi dari X = diberikan oleh

x 2 x pada garis g yang melintasi V = adalah X = y y 1 2 4 y 5 5 = 1 2 y 5 5 1 5 x , 1 y 5

4. Diberikan tiga vektor

4 x+ XV 2x + y 2 x 5 = = V= y 1 2 VV 5 x+ 5 dengan demikian matriks A adalah 4 1 5 5 A= . 2 1 5 5 X= x x , X = y y

dan V =

1 . 2

Bila X merupakan pencerminan dari X terhadap garis yang melalui vektor V, maka dapatkan matriks A supaya X = AX. Selanjutnya cek hasilnya bila X= Jawab 0 . 10

ga
X
O 62

r is

:g

Misalkan P dan X masing-masing adalah Proyeksi dan Pencerminan dari X terhadap garis g yang melalui V, maka P = 1 (X + X ) atau X = 2P X. Jadi 2 4 3 4 3 5 x + 5 y 5 5 2x + 4y 1 XV x x . = V= X =2 = 2 y 4 VV 5 3 4 3 y x+ y 5 5 5 5 Jadi matriks A adalah 3 5 4 5 4 5 , 3 5 4 5 8 0 = 6 3 10 5

Sedangkan untuk X =

0 didapat 10 3 5 X = AX = 4 5

1. Dapatkan Persamaan garis g di R3 yang melalui titik P = (2, 4, 2) dan sejajar vektor 1 V = 2 . 3 Selanjutnya dapatkan titik yang terletak pada bidang-xy dan garis g . Jawab z V P y A x Sebarang titik X = (x, y, z ) terletak pada garsis g bila dan hanya bila vektor P X = X P = tV dengan t R. Jadi P+ = X tV x 2 1 y = 4 + t 2 z 2 3 2+t = 4 + 2t 2 + 3t 63 X g

Maka dari itu persamaan garis g diberikan oleh: x g = y x = 2 + t, y = 4 + 2t, z = 2 + 3t, t R . z

Suatu titik terletak pada bidang-xy adalah A = (x, y, 0). Titik ini juga terletak 2 pada garis g , maka x = 2 + t, y = 4 + 2t dan 0 = 2 + 3t t = . Jadi titik A 3 yang terletak pada garis g dan bidang-xy adalah A= 4 2 2 ,4 ,0 3 3 = 4 8 , ,0 3 3 .

2. Dapatkan persamaan bidang yang melalui tiga titik A = (0, 3, 3), B = (2, 2, 1) dan C = (0, 1, 1). Selanjutnya selidiki apakah bidang tsb. melalui titik asal (0, 0, 0). Jawab z

C y

B A x Misalkan Persamaan bidang adalah ax + by + cz = d. Jadi vektor normal dari bidang adalah a N = b c

Vektor N tegak lurus

Didapat

2 0 1 2 AB = dan AC = 2 4 2a b + 2c = 0 2b + 4c = 0 b + 2c = 0 64

atau Pilih b = 2 didapat c = 1 dan a = 0. Jadi persamaan bidang adalah 2y + z = d tetapi bidang melalui C = (0, 1, 1), didapat 2 + 1 = d d = 3. Oleh karena itu bidang yang melalui titik A = (0, 3, 3), B = (2, 2, 1) dan C = (0, 1, 1) adalah 2y + z = 3 . Bidang ini tidak melalui titik asal (0, 0, 0) sebab 0 + 0 + 0 = 3. 3. Tentukan jarak dari titik Q = (1, 3, 5) terhadap bidang yang melalui titik P = (1, 1, 7) dengan vektor normal 1 N = 1 . 1 Jawab Q z N R y x Misalkan persamaan bidang diberikan oleh (X P ) N = 0 dengan X = (x, y, z ) sebarang titik di bidang dan P = (1, 1, 7) terletak pada bidang dengan vektor normal dari bidang diberikan oleh 1 N= 1 1 P 2a = 0 dan b + 2c = 0.

Jarak titik Q ke bidang adalah panjang garis QR yang merupakan panjang (QP ). Misalkan d = ||QR||, maka dari Proy QR QR QP (QP )|| = d = ||Proy QR ||QR|| N 1 QR = QP = ||N|| QP = ||N|| N QP . ||QR|| 65

Panjang N adalah ||N|| = dan Jadi d= 12 + 12 + (1)2 =

N QP = 2 + 2 + 2 = 2. 1 2 1 N QP = |2| = 3. ||N|| 3 3

4. Diberikan persamaan dua garis y = m1 x + a dan y = m2 x + b. Tunjukkan bahwa bila dua garis tsb. tegak lurus maka m1 m2 = 1. Jawab

y=

x+ m2

N1

b
x
+ 1x a

O N2
y= m

Garis y = m1 x + a dapat ditulis sebagai m1 x + y = a. Dengan demikian normal daris garis ini adalah m1 N1 = 1 Begitu juga garis y = m2 x + b dapat ditulis sebagai m2 x + y = b. Dengan demikian normal daris garis ini adalah N2 = m2 . 1

Kedua garis adalah tegak lurus, maka N1 N2 . Jadi N1 N2 = m1 (m2 ) + 1 = 0 m1 m2 = 1. 1. Diberikan dua bidang 3x + 5y 4z 1 = 0 dan 3x + 5y 4z + 37 = 0. Dapatkan jarak diantara dua bidang tsb. Jawab Kedua bidang Bid1 : 3x + 5y 4z 1 = 0 dan Bid2 : 3x + 5y 4z + 37 = 0 adalah sejajar sebab mempunyai vektor normal yang sama yaitu 3 N = 5 . 4

Jadi persoalan ini bisa dilihat sebagai jarak suatu titik Q = (x1 , y1 , z1 ) yang terletak pada bidang Bid1 ke bidang Bid2 yang melalui titik P = (x2 , y2, z2 ). Titik 66

Q dan P yang memenuhi bisa dipilih Q = Gambar!)

1 , 0, 0 3

dan P =

0, 0,

37 4

(lihat

Bid
N R

Q
Bid

Bila jarak dari titik Q ke bidang Bid2 adalah d, maka d= Vektor 1 N QP . ||N||

sedangkan

1 3 QP = 0
37 4

N QP = 1 + 0 37 = 38 dan ||N|| = 9 + 25 + 16 = 5 2. Jadi d= | 38| 1 16 N QP = = 2. ||N|| 5 5 2

Dengan demikian jarak antara dua bidang Bid1 dan Bid2 adalah d = 2. Dalam R4 diberikan vektor 1 1 2 1 2 6 v1 = 0 , v2 = 0 dan v3 = 1 . 3 4 9

19 2. 5

Selidiki, apakah v1 merupakan kombinasi linear dari v2 dan v3 . Jelaskan jawaban saudara. Jawab Persamaan kombinasi linear V1 = x2 V2 + x3 V3 atau 1 1 2 1 2 6 = x2 + x3 1 0 0 3 4 9 dapat ditulis dalam bentuk matriks 2 1 1 6 2 1 x2 0 1 x3 = 0 . 9 4 3 67

Didapat matriks diperbesar 1 2 0 4

1 1 1 3

| | | |

Dari baris ke-3 didapat 0 x3 = 1 0 = 1. Jadi tidak ada x3 yang memenuhi 0 x3 = 1, maka dari itu V1 bukan kombinasi linear dari V2 dan V3 1 2 3 A = 4 5 6 7 8 9

2 6 OBE = 0 9

1 0 0 0

1 1 0 0

| | | |

2 0 1 0

3. a. Diberikan matriks

Dapatkan ruang null dari matriks A.

Jawab Ruang Null dari A adalah ruang penyelesaian dari persamaan homogin : AX = 0 atau 1 2 3 x1 0 4 5 6 x2 = 0 . 7 8 9 x3 0 Lakukan Operasi baris Elementer 1 2 3 1 2 3 OBE 4 5 6 = 0 1 2 7 8 9 0 0 0 x1 + 2x2 + 3x3 = 0 x2 + 2x3 = 0 atau x1 = a, x2 = 2a, x3 = a dengan a R. Jadi ruang null dari A adalah 1 Null(A) = a 2 a R . 1 b. Misalkan v adalah suatu vektor di R3 dan himpunan W = w R3 | w v R3 . Selidiki, apakah W merupakan subruang dari R3 . Jawab Misalkan w1 dan w2 di W , diselidiki apakah vektor kombinasi linear dari w1 dan w2 juga di W . (x1 w1 + x2 w2 ) v = x1 (w1 v) + x2 (w2 v) = x1 0 + x2 0 = 0. Terlihat bahwa x1 w1 + x2 w2 W . Jadi W adalah subruang dari R3 . 68

didapat

4. Diberikan matriks

Tentukan rank matriks A. Jelaskan jawaban saudara. Jawab Lakukan Operasi Baris Elementer 1 1 0 1 1 1 0 1 OBE 1 2 2 1 = 0 1 2 0 . 3 4 2 3 0 0 0 0

1 1 0 1 1 2 2 1 3 4 2 3

Terlihat hanya ada dua baris hasil OBE yang tidak sama dengan nol, maka rank matriks A sama dengan dua (rank(A) = 2).

Transformasi
Pada contoh-contoh berikut adalah mentransformasi bentuk A menjadi bentuk A melalui perubahan koordinat dari bentuk A ke bentuk B . Penskalaan Relatif terhadap titik asal Pada R2 Penskalaan bentuk A oleh suatu faktor sebesar a pada arah-x dan b pada arah-y diberikan relatif terhadap titik asal akan mengubah bentuk A menjadi bentuk A oleh transformasi yang disajikan oleh matriks: a 0 0 MS0 = 0 b 0 0 0 1 Jadi sebarang titik (x, y ) di A akan diubah menjadi ( x, y ) sebagai berikut x a 0 0 x ax y = 0 b 0 y = by 1 0 0 1 1 1 MS0 y (0,2) A (x, y ) y (2,2) (0,2) A ( x, y ) (4,2)

(1,0)

(2,0)

Pada gambar diatas, benda segitiga A diskla sebesar a = 2 kearah-x dan b = 1 . Hal ini bisa dilihat melalui transforkearah-y , sehingga didapat benda segitiga A masi MS0 , sehingga titik (1, 0) di A menjadi (2, 0) sebagai berikut 2 0 0 1 2 0 1 0 0 = 0 0 0 1 1 1 69

Penskalaan Relatif terhadap suatu titik Pada R2 Penskalaan bentuk A oleh suatu faktor sebesar a pada arah-x dan b pada arah y relatif terhadap suatu titik (p, q ) akan mengubah bentuk A menjadi bentuk A diberikan oleh transformasi yang disajikan oleh matriks: a 0 p(1 a) MS = 0 b q (1 b) 0 0 1 Jadi sebarang titik (x, y ) di A x a y = 0 1 0
x2 + y 2 = 1

akan diubah menjadi ( x, y ) sebagai berikut 0 p(1 a) x ax + p(1 a) b q ((1 b) y = by + q (1 b) 0 1 1 1 y y 1 A MS


x2 + (2y 1)2 = 1 A 1

-1

0 -1

1 x

-1

1 x

Pada gambar diatas, benda lingkaran A diskla sebesar a = 1 kearah-x dan b = 2 . Hal ini bisa kearah-y relatif terhadap titik (2, 1), sehingga didapat benda ellips A dilihat melalui transformasi MS , sehingga titik (x, y ) di A menjadi (x, 2y 1) sebagai berikut 1 0 0 x x 0 2 1 y = 2y 1 0 0 1 1 1 Dengan demikian lingkaran yang diberikan oleh x2 + y 2 = 1 oleh transformasi MS diubah menjadi ellips yang diberikan oleh persamaan x2 + (2y 1)2 = 1 . Translasi Pada R2 Translasi dari titik (x, y ) pada benda A menjadi suatu titik ( x, y ) mengubah benda A menjadi benda A diberikan oleh transformasi yang disajikan oleh matriks: 1 0 Tx T = 0 1 Ty 0 0 1 Jadi sebarang titik (x, y ) di A akan x 1 y = 0 1 0 diubah menjadi ( x, y ) sebagai berikut 0 Tx x x + Tx 1 Ty y = y + Ty 0 1 1 1 70

y T 2 1 0 1 2 x A

y 3 2

3 x

Rotasi di titik pusat pada R2 Rotasi di titik pusat dari titik (x, y ) pada benda A menjadi suatu titik ( x, y ) men gubah benda A menjadi benda A diberikan oleh transformasi yang disajikan oleh matriks: cos sin 0 R = sin cos 0 , 0 0 1

Pada gambar diatas, titik (x, y ) pada benda A digeser menjadi (x + Tx , y + Ty ) dengan . Hal ini bisa dilihat melalui transformasi T , Tx = Ty = 1 seingga didapat benda A sebagai berikut sehingga titik (x, y ) di A menjadi (x + 1, y + 1) di A 1 0 1 x x+1 0 1 1 y = y + 1 . 0 0 1 1 1

dengan adalah sudut putaran Jadi sebarang titik (x, y ) di A akan diubah menjadi ( x, y ) sebagai berikut x cos y sin cos sin 0 x x y = sin cos 0 y = x sin + y cos 1 1 0 0 1 1 y ( x, y ) A R A 0 (x, y ) x

Gambar diatas menjelaskan suatu transformorasi dari titik (x, y ) pada benda A oleh transformasi rotasi R sebesar pada titik menjadi titik ( x, y ) pada benda A pusat 0. Didapat x = x cos y sin dan y = x sin + y cos .

71

Evaluasi ke-2, Semester ganjil 2011/2012 Program Studi S1, Jurusan Arsitektur-ITS
Matakuliah Tgl. Evaluasi Waktu Sifat Dosen : : : : : Matematika Arsitektur 3 Nopember 2011 Dikumpulkan 10 Nopember 2011 Buka buku Subiono

Cetak Evaluasi ini dan kerjakan pada lembar cetak yang tersedia serta isi Nama dan Nrp. saudara. Nama : Nrp. : 1. Bila f (x) = 4 x2 dan g (x) = dari komposisi fungsi (f g )(x). Jawab:
x 2 , x 2 2

maka tentukan domain dan range dari

2. Tentukan nilai x yang memenuhi persamaan |3x2 2x| = x |3x 2|. Jawab:

72

3. Hitung limit fungsi berikut 2x2 + x (a). lim x0 sin x Jawab: (a). (b). lim cos
x 4

28 7x x2 x 12

(b).

4. Misalkan f suatu fungsi yang didenisikan setidaknya pada interval buka (c p, c + p). Dikatakan bahwa f kontinu di c bila
x c

lim f (x) = f (c).

Bila domain f memuat suatu interval (c p, c + p), maka f diskontinu di c bila salah satu dari dua alasan berikut i. f mempunyai limit bila x mendekati c, tetapi lim f (x) = f (c) ii. f tidak mempunyai limit bila x mendekati c.
x c

Pada kasus i. bilangan c dinamakan diskontinu yang dapat dihapuskan. Diskontinu dapat dihapus dengan mendenisikan ulang nilai f (c). Bila ada selidiki titik-titik diskontinu dari fungsi berikut f (x) = Jawab: x + 2, 6 , 7 x x3 x>3

73

5. Bila x = y Jawab:

1 + y 2, maka hitung

dy . dx

6. Dapatkan gradien garis singgung pada kurva x = y 2 4y di titik-titik potong kurva dengan sumbu-y . Jawab:

7. Hitung integral

cos x dx . x

Jawab:

74

8. (a). Dapatkan luas daerah yang dibatasi oleh y = x3 dan dua garis y = x dan y = 1. (Sket gambar daerahnya!) (b). Hitung vulume benda putar yang terjadi dari daerah yang dibatasi oleh diatas kurva y = x3 dan dibawah garis y = 1 diputar terhadap sumbu-x dari x = 0 sampai x = 1 (Sket gambar daerahnya!) Jawab: (a).

(b).

75

Evaluasi III, Matematika Arsitektur, 24 Nopember 2011. 1. Suatu lampu dan bola pada ketinggian 80 satuan dari lantai dan jarak bola dengan lampu 20 satuan. Bola jatuh kebawah diberikan oleh persamaan s = 16t2 dengan t adalah waktu (detik). Lihat gambar! Lampu 20 Bola s = 16t2 80 y Lantai x 20

x Hitung kecepatan gerakan bayangan bola dilantai pada saat t = 1 detik. 2. Suatu tenda dengan ukuran p = 10 satuan dan r = 3 satuan diberikan oleh gambar berikut.

p=

10

r=3

r=3 Dengan menggunakan integral hitung volume tenda!

3. dengan menggunakan operasi baris elementer selesaikan sistem persamaan linear berikut 2x + 5y + 5z = 8 x y + 2z = 2 3x + 2y 7z = 2 4. Bila matriks x 1 0 x 1 , A= 0 6 11 x 6

maka tentukan nilai x supaya |A| = 0.

76

Program Linear dan Optimasi

Program linear membutuhkan perangkat matematika yang dinamakan pertidaksamaan linear, suatu contoh sistem pertidaksamaan linear dengan dua peubah yaitu 8x + 6y 3800 4x + 5y 2900 (22) x0 y 0. Sistem pertidaksamaan diatas bisa ditafasirkan sebagai berikut, misalkan suatu pembuat roti membuat dua macam roti dengan rincian sebagaimana diberikan oleh tabel berikut Bahan Terigu Mentega Isi Kacang 8 4 Isi Strobery 6 5 Persediaan 3800 2900

Penjelasan tabel ini adalah: pembuatan roti isi kacang memerlukan 8 g terigu dan 4 g mentega, sedangkan roti isi strobery memerlukan 6 g terigu dan 5 g mentega. Bahan yang tersedia adalah 3800 g terigu dan 2900 g mentega. Bila x adalah banyaknya roti isi kacang yang dibuat dan y banyaknya roti isi strobery yang dibuat maka didapat sistem pertidaksamaan (22). Bila keuntungan sebuah roti kacang Rp.100,- dan keuntungan sebuah roti strobery Rp.125,-, maka berapa banyaknya roti kacang dan roti strobery yang harus dibuat supaya mendapat keuntungan maksimum? Untuk menjawab persoalan ini, diformulasikan model kedalam bentuk matematik sebagi berikut. Misalkan z adalah keuntungan, maka formulasi masalahnya adalah, tentukan x dan y supaya z = f (x, y ) = 100x + 125y adalah maksimum dengan kondisi kendala x dan y memenuhi 8x + 6y 3800 4x + 5y 2900 x0 y 0.

Persamaan z = f (x, y ) = 100x + 125y sering juga dinamakan fungsi obyektif. Salah satu cara untuk menyelesaikan masalah program linear adalah menggambar grak dari kondisi kendala dan menentukan seluruh daerah yang mungkin pada kondisi kendala tsb. Selanjutnya tentukan titik-titik pada batas daerah tsb. dan selidiki (bila ada) titik-titik mana yang memenuhi nilai fungsi obyektif maksimum. Gambar kondisi kendala serta titik-titik batas diberikan oleh gambar berikut.

77

y 1900/3 C 8x+6y=3800 B 4x+5y=2900

725

Daerah yang berwarna gelap (OABC) dinamakan daerah sibel menunjukkan daerah dimana titik (x, y ) yang terletak pada daerah ini memenuhi kondisi kendala. Titik C = (0, 580), O = (0, 0), A = (475, 0) dan B = (100, 500) adalah titik-titik batas yang memungkinkan nilai z maksimum, didapat z = f (0, 580) z = f (0, 0) z = f (475, 0) z = f (100, 500) = = = = 0 + 125(580) = 72500 0+0=0 100(475) + 0 = 47500 100(100) + 125(500) = 72500

Terlihat nilai maksimum z = 72500 untuk x = 100, y = 500 dan x = 0, y = 580 dan ada lebih dari satu penyelesaian. Secara umum penyelsaiaan dengan cara menggambar daerah kondisi kendala kurang memadai untuk persoalan berkaitan dengan sistem pertaksamaan yang cukup besar. Berikut ini diberikan suatu cara untuk menyelesaikan masalah linear programming yang dinamakan cara aljabar sebagaimana berikut. Semua bentuk kendala diubah menjadi = dan menambah peubah slak s. Sedangkan untuk kendala dengan bentuk juga diubah menjadi = dan mengurangi dengan peubah slak s. Melalui perubahan ini banyaknya peubah akan bertambah, misalnya m (termasuk peubah s) dan bila banyaknya kendala k , maka ada sebanyak m n peubah yang harus dibuat nol dan ada sebanyak kombinasi m! persamaan yang dapat dibuat dengan menghitung n peubah dari n pern!(m n)! samaan dengan syarat nilai peubah yang negatif digunakan sebab tidak memenuhi kriteria syarat nonnegatif (dinamakan insibel) sedangkan yang positif (dinamakan sibel) digunakan untuk mentukan kriteria maksimum atau minimum. Pada contoh sebelumnya bila digunakan cara aljabar didapat. 8x + 6y 3800 diubah menjadi 8x + 6y + s1 = 3800 4x + 5y 2900 diubah menjadi 4x + 5y + s2 = 2900 Kondisi x 0, y 0 tidak diubah sebab hanya digunakan untuk menunjukkan syarat nonnegatif. Banyaknya peubah sekarang m = 4 dan ada sebanyak n = 2 4! = 6 persamaan dengan kendala, dengan demikian akan ada sebanyak 2!(4 2)! 2 peubah dianggap nol (dinamakan peubah nonbasic) dan n = 2 peubah yang harus dihitung dan dipilih yang nonnegatif. Penyelesaiannya diberikan oleh tabel berikut. 78

No 1 2 3 4 5 6

x 0 0 0 475 725 100

y 0
1900 3

s1 3800 0 320 0 -200 0

s2 2900 800 3 0 100 0 0

z = 100x + 125y z=0 z tidak sibel z = 0 + 125(580) = 72500 z = 100(475) + 0 = 47500 z tidak sibel z = 100(100) + 125(500) = 72500

580 0 0 500

Terlihat nilai maksimum z = 72500 untuk x = 0, y = 580 dan x = 100, y = 500 dan ada lebih dari satu penyelesaian. Cara yang lain untuk menyelesaiakan masalah program linear dengan cara simpleks. Cara ini menggunakan pivot dan OBE. Untuk hal ini, fungsi obyektif diubah menjadi nol. Pada contoh sebelumnya fungsi obyektif z = 100x + 125y diubah menjadi z 100x 125y = 0. Selanjutnya buat tabel sebagai berikut. Peubah Basic z s1 s2 x -100 8 4 y -125 6 5 s1 0 1 0 s2 0 0 1 Penyelesaian 0 3800 2900

Untuk menentukan pivot cari koesien pada baris z nilai yang paling negatif yaitu -125 yang terletak pada kolom y . Pada baris s1 dan baris s2 kolom y lakukan perbandingan 3800 2900 = 633.33 > 580 = 6 5 Dari hasil perbandingan pilih sebagai pivot yang lebih kecil yaitu, yaitu baris s2 kolom y . Baris s2 dibagi 5 dan ganti s2 dengan y didapat Peubah Basic z s1 y x -100 8 4/5 y -125 6 1 s1 0 1 0 s2 0 0 1/5 Penyelesaian 0 3800 580

Dengan pivot pada baris y kolom y lakukan OBE didapat Peubah Basic z s1 y x 0 16/5 4/5 y 0 0 1 s1 0 1 0 s2 25 -6/5 1/5 Penyelesaian 72500 320 580

Penghitungan dihentikan sebab baris z sudah tidak ada nilai negatif. Nilai optimal z = 72500 untuk x = 0, y = 580 dan s1 = 320, s2 = 0. 79

Adakalanya pada tabel terakhir masih ada nilai negatif pada baris z , tetapi nilainilai dibawa kolom tsb. tidak ada yang positip (hanya negatif atau nol), maka kasus ini menunjukkan bahwa persoalan program linear tidak punya penyelesaian.

80

You might also like