You are on page 1of 8

Bab I Pendahuluan Latar belakang

Kayu merah adalah jaringan, struktural serat keras yang ditemukandi batang dan akar pohon dan lainnya padatanaman berkayu. Bahan ini telah digunakan selama ratusan ribu tahunsebagaibahan bakar dan bahan konstruksi.Terdiri dari bahan organik, alamikompositdari seratselulosa (yang kuat dalam ketegangan) tertanamdalammatriksdariligninyang tidak mudah di kompresi. Kayu,

kadang-kadang hanya didefinisikan sebagai sekunder xilem pada batang pohon, atau didefinisikan lebih luas untuk mencakup jenisyang sama dari jaringan di tempat lain seperti pada akar pohon atau tanaman lain seperti semak.Dalam pohon hidup telah melakukan fungsi pendukung, memungkinkan tanaman berkayu untuk tumbuh besar atau untuk membela diri sendiri. Hal ini juga menengahi transfer air dannutrisikedaundan jaringan berkembang lainnya. Kayu juga dapat merujuk kepada bahan tanaman lainnya dengan properti yang sebanding, dan untuk materi rekayasa dari kayu, atau keripik kayu atau fiber.Bumi terdapat sekitar satu triliun ton kayu, yang tumbuh pada dari 10 miliar ton per tahun. Sebagai, berlimpahkarbon-netral pada sumber daya terbarukan, bahan kayu telah berkepentingan intens sebagai sumber energi terbarukan. Pada tahun 1991, sekitar 3,5 miliar meter kubik kayu yang dipanen. Dominan di perabotan dan konstruksi bangunan.Sebuah penemuan 2011 menemukan tanaman / pohon kayu yang ditanam sekitar 395-400juta tahun yang lalu. Orang-orang telah menggunakan kayusejak ribuan tahun lalu untuk berbagai tujuan, terutama sebagai bahan bakar atau sebagai bahankonstruksi untuk membuat rumah, alat perkakas, senjata, mebel, kemasan karya seni dan kertas.Kayu biasanya terdapat tanda umur olehpenanggalan karbondidalam tubuh batang dan pada beberapa spesies oleh karenadendrochronologyuntuk membuat sejarah kayu tersebut sejak tumbuh.Dilihat variasi tahun ke tahun pada lingkaran lebar di batang pohon dan juga kelimpahan isotop memberikanpetunjuk dengan iklim yang berlaku pada saat itu.Kayu telah menjadi bahan konstruksi penting karena manusiamulai membangun tempat penampungan, rumah dan perahu. Hampir semua perahu terbuat dari kayu sampai akhir abad 19, dan kayu masihumum digunakan saat ini dalam konstruksi kapal.Bahan kayu yang akan digunakan untuk pekerjaan konstruksi umumnya dikenal sebagai kayudi Amerika Utara. Di tempat lain, bahan kayu biasanya mengacu pada pohon yang ditebang, dan kata lain untuk papan gergajian siapdigunakan adalah papan malt.Perumahan lokal baru di berbagai belahan dunia saat iniumumnya terbuat dari konstruksi bingkai kayu.Kayu direkayasamenjadi bagian yang lebih besar dari industri produk konstruksi. Kayudapat digunakan dalam bangunan baik perumahan dan komersialsebagai bahan struktural dan estetika.Dalam bangunan terbuat dari bahan lain, kayu masih akan ditemukan sebagai bahan pendukung, terutama dalam konstruksi atap, di pintu interior dankusennya, dan sebagai cladding eksterior. Kayu juga biasa digunakan sebagai bahan shutteringuntuk membentuk cetakan dimana beton dituangkan dalam konstruksi beton bertulang.

Sifat Fisik Kayu Beberapa hal yang tergolong dalam sifat fisik kayu adalah : 1 Berat jenis Kayu memiliki berat jenis yang berbeda-beda, berkisar 0,20 sampai 1,28. Berat jenismerupakan petunjuk penting bagi aneka sifat kayu. Makin berat kayu itu, umumnya makinkuat pula kayunya. Semakin ringan suatu jenis kayu, akan berkurang pula kekuatannya.Berat jenis kayu diperoleh dari perbandingan antara berat suatu volume kayu tertentudengan volume air yang sama pada suhu standar.

2 Keawetan Kayu Alami Yang dimaksut dengan keawetaan alami ialah ketahanan kayu terhadap serangan dariunsureunsur perusak kayu dari luar seperti : jamur, rayap, bubuk, cacing laut dan mahluk lainnya yang diukur dengan jangka waktu tahunan. Keawetan kayu tersebut disebabkan olehadanya suatu zat di dalam kayu yang merupakan sebagian unsur racun bagi perusak-perusak kayu, sehingga perusak tersebut tidak sampai masuk dan tinggal di dalamnya serta merusak kayu. Misalnya kayu jati memiliki tectoquinon, kayu ulin memiliki silica dan lain-lain. Keawetan kayu didefinisikan sebagai ketahanan kayu terhadap serangan dari unsurunsur perusak kayu dari luar seperti jamur, rayap, bubuk, cacing laut dan makhluk lainnya dalam jangka waktu tahunan. Keawetan kayu tersebut disebabkan oleh adanya suatu zat didalamkayu (zat ekstraktif) yang merupakan sebagian unsur racun bagi perusak-perusak kayu,sehingga perusak tersebut tidak sampai masuk dan tinggal didalamnya serta merusak kayu.Misalnya kayu jati memiliki tectoquinon, kayu ulin memiliki silika dan lain-lain. Sehingga jenis-jenis kayu ini mempunyai cukup keawetan secara alami. Klasifikasi kayu di Indonesiamembagi tingkat keawetan kayu kedalam 5 kelas. 3 Warna Kayu Kayu mempunyai warna yang bermacam-macam. Kayu yang berwarna putih misalnya kayu jelutung, kayu kempas dan renghas bewarna merah. Perbedaan warna ini disebabkan olehzat-zat pengisi warna dalam kayu yang berbeda-beda. Ada banyak faktor yangmempengaruhi warna kayu, antara lain: tempat didalam batang, umur pohon dankelembaban udara. Kayu tersa umumnya memiliki warna yang lebih jelas atau lebih gelapdaripada warna bagian kayu gubal. Kayu yang umurnya lebih tua umumnya berwarna lebihgelap daripada kayu yang muda dari jenis yang sama. Kayu yang kering berbeda pulawarnanya dengan kayu yang basah. Demikian pula kayu yang lama berada diluar kelihatanlebih gelap atau lebih pucat warnanya daripada kayu yang segar dan kering udara. 4 Higroskopik Kayu mempunyai sifat higroskopik, yaitu suatu sifat yang dapat menyerap atau melepaskanair atau kelembaban.Sifat higroskopik ini merupakan suatu petunjuk bahwa kelembabankayu sangat dipengaruhi oleh kelembaban dan suhu udara sekitarnya pada suatu saattertentu. Makin lembab udara disekitarnya maka makin tinggi pula kelembaban kayu sampaitercapai keseimbangan dengan lingkungannya. Kandungan air pada kayu seperti inidinamakan kandungan air kesetimbangan (EMC=Equilibrium Moisture Content) masuknyaair kedalam kayu itu, maka berat kayu akan bertambah. Selanjutnya masuk dan keluarnyaSecang Kayu Merah merupakan jenis
kayu yang cukup bermanfaat dalam dunia kesehatan, hal ini dikarenakan Secang Kayu Merah dapat digunakan untuk obat herbal, guna menyembuhkan berbagai penyakit seperti: TBC, Muntah darah, diare, Tumor, tetanus dll.

Dalam hasil penelitian Secang Kayu Merah juga memancarkan Energi Metafisika, berdasarkan penelitian MIPA UGM dengan alat Chronometer menunjukkan energi yang terdapat pada kayu bertuah ini. Menutut banyak masyarakat Secang Kayu Merah memiliki banyak khasiat:Sebagai penambah kewibaan diri, Keselamatan mutlak untuk diri, Meningkatkan kepercayaan diri yang tinggi, dan masih banyak lagi khasiat dan manfaat lain dibalik Secang Kayu Merah ini.Produk Gelang Secang Kayu Merah sangat pas dan cocok sebagai penambah keanggunan dan kewibawaan tinggi. Sehingga sangat pas bagi a

Penyebaran kayu merah


Kayu merah dapat merujuk ke:

Familia Cupressaceae (pohon jarum) o Sequoia sempervirens - Kayu merah pesisir o Sequoiadendron giganteum - Sequoia raksasa atau kayu merah Sierra o Metasequoia glyptostroboides - Kayu merah fajar o Cryptomeria japonica - Sugi Familia Pinaceae (pohon jarum) o Kayu pinus skotlandia (Pinus sylvestris), kadang-kadang disebut 'kayu merah' dalam perdagangan kayu Familia Fabaceae (daun lebar) o Caesalpinia sappan - kayu merah dari India Timur, atau kayu sappan (pertama kali disebut sebagai "kayu brezel" di Eropa) o Caesalpinia echinata - kayu merah dari Amerika Selatan, atau pohon kayu brasil Familia Sterculiaceae (daun lebar) o Trochetiopsis erythroxylon - kayu merah dari St. Helena

Persyaratan tempat tumbuh kayu merah


Tanaman Pangan Tanaman pangan merupakan tanaman yang menghasilkan karbohidrat dan protein sehingga dapan dikonsumsi oleh manusia khususnya. Dalam tanaman jenis pangan ini terdapat banyak macam dan salah satunya adalah kayu merahTanaman ini memiliki lingkungan atau syarat tumbuh pada keadaan iklim yaitu ketinggian tempat penanaman sekitar 400-800 meter dari permukaan laut. Semakin tinggi tempat pertanaman akan semakin memperlambat waktu berbunga dari tanaman sorgum. Dengan suhu optimum lingkungan agar tanaman gandum dapat tumbuh baik dan berproduksi tinggi pada kisaran 20-30C, dengan 25C 27C adalah suhu terbaik untuk perkecambahan biji sorgum, sedangkan untuk pertumbuhannya perlu suhu sekitar 23oC 30C. Gandum umumnya ditanam pada curah hujan makin menipis selama sekitar sebulan, sedangkan curah hujan berkisar 600-825 mm/tahun dengan kondisi kering pada masa pemasakan biji, sedang saat pembentukan bunga yang fertil dibutuhkan suhu rendah, kelembapan ratarata 8090% serta intensitas penyinaran selama 9-12 jam/hari. Jenis tanah dimana tanaman gandum bias tumbuh yaitu pada Andosol, Regosol kelabu, Latosol dan Aluvial dengan mengandung pH tanah berkisar 6-7. Sedangkan syarat tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman gandum adalah : a). Hara yang diperlukan cukup tersedia, b). Tidak ada zat toksit, c). Kelembaban mendekati kapasitas lapang, d). suhu tanah ratarata berkisar 15-28C, e). Aerasi tanah baik, f).Tidak ada lapisan padat yang menghambat penetrasi akar gandum untuk menyusuri tanah. Tanam yang tepat adalah pada awal musim kemarau dan di akhir musim penghujan, pada sebagian besar daerah di Pulau Jawa

biasanya berada di antara bulan April - Mei dimana di perkirakan curah hujan tidak terlalu tinggi. Hal ini dikarenakan pada daerah tersebut mempunyai musim kemarau dan penghujan yang berbeda. Selama sebulan, benih itu memperoleh perlakuan khusus dengan siraman air (gembor) sehari semalam penuh, dibiarkan dua hari, dan di hari keempat disiram lagi sehari semalam. Bulan berikutnya mulai perawatan dengan pupuk kimiawi, menyusul pupuk kandang yang sudah ditaburkan pada bedeng sampai umur dua bulan. Udara yang kering bersuhu rendah akan membuat biji gandum masak secara sempurna. Gandum potensial untuk dibudidayakan dan dikembangkan, khususnya pada daerahdaerah pinggiran yang kering. Cara pengolahan tanah untuk gandum yaitu dengan melakukan perlakuan seperti a.) Tanah dicangkul sedalam 25-30 cm, setelah tanah dicangkul kemudian bongkahan tanah menjadi butiran yang lebh halus, c.) Kemudian tanah dianginanginkan selama 7 hari agar terhindari dari unsur-unsur beracun yang kemungkinan ada di dalam tanah. Waktu pemupukan dapat dilakukan sebelum tanam atau pada saat tanam sebagai pupuk dasar. Pupuk pertama diberikan TSP dan KCl serta sebagaian pupuk N. Dosis pupuk dapat ditentukan oleh jumlah hara yang tersedia didalam tanah. Biasanya pupuk organik 10 ton/ha, sedangkan pupuk anorganik 120sampai 200 kg N/ha, P 45sampai150 kg/ha dan 30sampai70 kg K/ha.

Kegunaan kayu merah


Ada sekitar 200 pohon kayu merah. Di Jawa, Shorea spp. dicoba untuk ditumbuhkan oleh Lembaga Penelitian Hutan - LIPI di Haurbentes, Bogor. Sampai tahun 1981, tengkawang belum dibudidayakan. Shorea diperbanyak melalui biji dan berkecambah setelah 2-3 hari. Semaian yang sudah cukup kuat, ditanam di lapangan, ditanam dengan jarak 6 6 m dengan diberi lindungan. Tengkawang berbunga setiap tahun kecuali S. stenoptera yang dibudidayakan di Haurbentes. S. macrophylla berbuah mulai dari usia 26 tahun. S. stenoptera pada usia 9 tahun, dan berproduksi dengan baik setelah 12-13 tahun. Pada usia 2-6 m, ia sudah bisa berbunga di usia mudanya (1-2 tahun). Peningkatan produktivitas dan nilai ekonomi hutan tanaman penghasil kayu pertukangan diarahkan pada hutan tanaman campuran sebagai contoh campuran antara jenis pohon, campuran daur tebang dan hutan mozaik. Keuntungan hutan campuran antara lain ramah lingkungan, fleksibilitas pasar yang lebih luas, mengurangi resiko serangan hama dan penyakit. Menurut Manan (1997) sebaiknya pembangunan HTI diarahkan pada tanah kosong, padang alang-alang dan semak belukar. Sedapat mungkin menggunakan jenis setempat bukan jenis asing. Tidak menggunakan api untuk penyiapan lahan, sebab sangat merugikan kesuburan tanah disamping itu juga hilangnya unsur-unsur hara. Keberhasilan pembangunan hutan tanaman secara teknis antara lain dipengaruhi oleh penggunaan
benih yang unggul yang diperoleh dari hasil pemuliaan pohon, kondisi lingkungan yang sesuai dengan persyaratan tumbuh tanaman, manipulasi lingkungan dan pencegahan hama & penyakit secara terpadu (Soekotjo dan Naim, 2006). Selain itu kegiatan pemeliharaan hutan tanaman memegang peranan penting dalam keberhasilan penanaman. Effendi (2004) mengemukakan bahwa pemeliharaan intensif merupakan suatu keharusan untuk memperoleh produktivitas yang tinggi Upaya peningkatan produktivitas tegakan dan kualitas kayu akan

mempertimbangkan kemungkinan serangan hama, penyakit dan gulma; dampak negatif dan menurunnya kualitas lingkungan dan biodiversitas serta penerapan pola agroforestry di hutan tanaman. Hama dan penyakit yang menyerang hutan tanaman cukup banyak. Anggraeni (2006) melaporkan berbagai hama dan penyakit yang menyerang tanaman jati, pinus, sengon, mahoni, mangium. Berbagai upaya pengendalian juga telah

Status konservasi
Eksploitasi hutan secara masif telah mengancam kelestarian marga ini di alam. Sebanyak 148 spesies pohon kayu merahtelah tercatat dalam Daftar IUCN. Kebanyakan di antaranya tercantum dengan status kritis (CR, critically endangered)[10]. Meski demikian, ada beberapa catatan kritis yang perlu diperhatikan sehubungan dengan daftar IUCN mengenai pohon-pohon dipterokarpa. Yang pertama adalah terkait dengan kriteria tingkat keterancaman spesies yang dibangun berdasarkan karakter populasi satwa, sehingga cenderung berlebihan dalam menilai ancaman tatkala diterapkan bagi organisme yang spesifik-habitat dan berumur panjang sebagaimana lazimnya pohon[3]. Selain itu, salah satu spesies yang dilaporkan telah punah dilaporkan masih banyak terdapat di Taman Nasional Bako dan juga dijumpai di Taman Nasional Lambir[3]. Tingkat ancaman dilakukan. Kegiatan penelitian terkait dengan hama, penyakit, dan gulma akan dilakukan untuk mencegah serangan pada hutan tanaman khususnya penghasil kayu pertukangan.kayu merah ini

Daftar Pustaka

Awang, S.A. dkk., 2002, Etnoekologi Manusia di Hutan Rakyat. Sinergi Press. Jogyakarta. Mahfudz dkk., t.t., Sekilas Jati. Puslitbang Biotek dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Jogyakarta. Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid IV. Badan Litbang Kehutanan (penerj.). Jakarta: Yayasan Sarana Wana Jaya. Lincoln, William dkk. 1989. The Encyclopedia of Wood. A Directory of Timbers and Their Special Uses. Oxford: Facts on File. Lombard, Denys. 1996. Nusa Jawa: Silang Budaya. Kajian Sejarah Terpadu. Bagian II: Jaringan Asia (Le Carrefour Javanais. Essai dhistoire globale. II. Les rseaux asiatiques). Winarsih Arifin dkk. (penerj.). Jakarta; PT Gramedia Pustaka Utama.

Nandika, Dodi. 2005. Hutan bagi Ketahanan Nasional. Surakarta: Muhammadiyah University Press. Salim, H S. 2003. Dasar-Dasar Hukum Kehutanan. Edisi Revisi. Jakarta: Sinar Grafika. Simon, Hasanu. 2004. Membangun Desa Hutan. Kasus Dusun Sambiroto. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Dah, U Saw Eh & U Shwe Baw. 2000. Regional Teak Marketing and Trade. Dalam: Hardiyanto, Eko B. (peny.). Proceeding of the Third Regional Seminar on Teak. Yogyakarta, Indonesia. July 31- August 4, 2000. Yogyakarta: Fakultas Kehutanan UGM, Perum Perhutani, dan TEAKNET-Wilayah Asia Pasifik. Kertadikara, A.W.S. 1992. Variabilit gntique de quelques provenances de teck (Tectona grandis L.F.) et leur aptitude la multiplication vgtative. Thse Universit Nancy I. Lugt, Ch. S. ---. Sejarah Penataan Hutan di Indonesia. Dalam: Hardjosoediro, Soedarsono (penerj.). Cuplikan Het Boschbeheer in Nederlands Indie. Yogyakarta: Bagian Penerbitan Yayasan Pembina Fakultas Kehutanan UGM. Perum Perhutani. 2000. Marketing and Trade Policy of Perum Perhutani. Dalam: Hardiyanto, Eko B. (peny.). Proceeding of the Third Regional Seminar on Teak. Yogyakarta, Indonesia. July 31- August 4, 2000. Yogyakarta: Fakultas Kehutanan UGM, Perum Perhutani, dan TEAKNET-Wilayah Asia Pasifik. Simon, Hasanu. 2000. The Evolvement of Teak Forest Management in Java, Indonesia. Dalam: Hardiyanto, Eko B. (peny.). Proceeding of the Third Regional Seminar on Teak. Yogyakarta, Indonesia. July 31- August 4, 2000. Yogyakarta: Fakultas Kehutanan UGM, Perum Perhutani, dan TEAKNET-Wilayah Asia Pasifik. Simatupang, Maruli H. 2000. Some Notes on the Origin and Establishment of Teak Forest (Tectona grandis Lf.) in Java, Indonesia. Dalam: Hardiyanto, Eko B. (peny.). Proceeding of the Third Regional Seminar on Teak. Yogyakarta, Indonesia. July 31August 4, 2000. Yogyakarta: Fakultas Kehutanan UGM, Perum Perhutani, dan TEAKNET-Wilayah Asia Pasifik. Somaiya, RT. 2000. Marketing & Trading of Plantation Teakwood in India. Dalam: Hardiyanto, Eko B. (peny.). Proceeding of the Third Regional Seminar on Teak. Yogyakarta, Indonesia. July 31- August 4, 2000. Yogyakarta: Fakultas Kehutanan UGM, Perum Perhutani, dan TEAKNET-Wilayah Asia Pasifik. Suharisno. 2000. Role and Prospect: Teak Plantation in Rural Areas of Gunung Kidul, Yogyakarta. Dalam: Hardiyanto, Eko B. (pen y.). Proceeding of the Third Regional Seminar on Teak. Yogyakarta, Indonesia. July 31- August 4, 2000. Yogyakarta: Fakultas Kehutanan UGM, Perum Perhutani, dan TEAKNET-Wilayah Asia Pasifik.

Suseno, Oemi Haniin. 2000. The History of Teak Silviculture in Indonesia. Dalam: Hardiyanto, Eko B. (peny.). Proceeding of the Third Regional Seminar on Teak. Yogyakarta, Indonesia. July 31- August 4, 2000. Yogyakarta: Fakultas Kehutanan UGM, Perum Perhutani, dan TEAKNET-Wilayah Asia Pasifik

You might also like