Professional Documents
Culture Documents
BAB I PENDAHULUAN
Penyakit lingkungan masih merupakan masalah kesehatan yang terbesar di masyarakat, tercermin dari tingginya angka kesakitan penyakit berbasis lingkungan dalam kunjungan ke sarana pelayanan kesehatan. Tingginya angka kesakitan tersebut disebabkan oleh masih buruknya kondisi sanitasi dasar teruma air`bersih dan sanitas, rendahnya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), kurang hygienisnya cara pengolahan makanan serta buruknya penatalaksanaan aspek kesehatan dan keselamatan kerja. Kesehatan lingkungan merupakan ilmu kesehatan masyarakat yang menitik beratkan usaha preventif dengan usaha perbaikan semua faktor lingkungan agar manusia terhindar dari penyakit dan gangguan kesehatan. Kesehatan lingkungan adalah karakteristik dari kondisi lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan. Untuk itu kesehatan lingkungan merupakan salah satu dari enam usaha dasar kesehatan masyarakat. Istilah kesehatan lingkungan seringkali dikaitkan dengan istilah sanitasi/sanitasi lingkungan yang oleh Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO), menyebutkan pengertian sanitasi lingkungan/kesehatan
lingkungan adalah suatu usaha untuk mengawasi beberapa faktor lingkungan fisik yang berpengaruh kepada manusia, terutama terhadap hal- hal yang mempunyai efek merusak perkembangan fisik, kesehatan dan daya tahan hidup manusia (Kusnoputranto, 1986). Keadaan sanitasi lingkungan suatu masyarakat, dapat menjadi gambaran tingkat kehidupannya. Bila sanitasinya baik, masyarakat itu dalam keadaan
sejahtera. Demikian pula sebaiknya, bila keadaan sanitasinya buruk, dapat menjadi gambaran bahwasannya masyarakat tersebut berada dalam yang kekurangan hal materil ataupun pendidikannya. Anak usia sekolah ( 16-18 ) merupakan bagian terbesar dari penduduk Indonesia ( kurang lebih 29%), diperkirakan 50% dari jumlahnya terbesar adalah anak anak sekolah dasar. Karena itu, sanitasi lingkungan sekolah haruslah memenuhi syarat jika ingin menciptakan masyarakat Indonesia sehat.
Sanitasi lingkungan sekolah lebih menekankan pada upaya pengawasan pengendalian pada faktor lingkungan fisik manusia seperti keberadaan sekolah, penyediaan air bersih yang memenuhi syarat kesehatan, tempat pembuangan kotoran dan limbah atau air buangan dan kondisi halaman. Lingkungan sekolah yang aman, nyaman dan sehat sangat diperlukan untuk mendukung proses belajar mengajar. Hal ini membutuhkan peran serta seluruh warga sekolah untuk menjaga sanitasi lingkungan sekolah.
BAB II PERMASALAHAN
Terdapat 39 institusi pendidikan di wilayah Puskesmas Kebumen I, dari hasil inspeksi sanitasi di Tahun 2011 didapatkan 38 institusi pendidikan memenuhi syarat, sedang 1 lainnya tidak memenuhi syarat. Sedangkan di tahun 2013 ini baru 2 institusi pendidikan yang telah dilakukan inspeksi sanitasi, yaitu SDN Muktisari (memenuhi syarat) dan MI Muktisari (tidak memenuhi syarat). Hasil inspeksi sanitasi tahun 2013: Nomer Nama Sekolah 1 SDN Murtirejo Atap Masih terdapat serangga dan tikus, terkadang bocor saat hujan besar Atap yang bocor segera diperbaiki agar tidak menjadi sarang serangga dan tikus Variabel Permasalahan Saran
Saluran limbah sebaiknya dibuatkan aliran sendiri yang tertutup dan lancar
Kamar mandi untuk pria dan wanita tidak dipisah, rasio kamar mandi belum memenuhi syarat, kebersihan perlu ditingkatkan
Sebaiknya kamar mandi untuk pria dan wanita terpisah, lubang penghawaan berhubungan langsung dengan udara luar, bersih, ratio 1 kamar mandi: 1 jamban untuk 20 orang.
Dapur
Tidak terdapat
atau pintu harus dibuka saat memasak, bebas serangga dan tikus, bersih dan rapi
Air
Air terlihat keruh dan berbau, sumber sangat dekat dengan jamban
Air sebaiknya diendapkan dahulu sebelum dipakai, diberikan kaporit. Sebaiknya jamban dipindah ke tempat yang jauh dari sumber air, min. 10 m dari sumber air
Tempat sampah terbuka, tidak kedap air, tidak dilapisi kantong plastik
Tempat sampah sebaiknya diberikan penutup agar tidak dihinggapi serangga, tempat sampah sebaiknya kedap air dan dilapisi kantong plastik agar mudah membersihkannya
MI Murtirejo
Lantai
Kebersihan
serangga dan tikus, diperbaiki agar tidak terkadang bocor saat menjadi sarang hujan besar Pagar Tidak dibatasi pagar serangga dan tikus Sebaiknya dibuat pagar untuk keamanan
sekolah,
pagar
dari
bahan yang kuat dan juga aman. Halaman taman dan tempat parkir Halaman terkesan Jika musim kemarau sering agar tidak
kotor, berdebu, dan sebaiknya tempat sampah belum disiram memadahi berdebu. dibersihkan sampah-sampah
Halaman dari
Tidak tertutup
dibikin yang
mengalirkan air kotor Kamar mandi Kamar mandi untuk Sebaiknya kamar pria dan wanita tidak mandi untuk pria dan dipisah, kebersihan wanita terpisah, lubang
sangat kurang, rasio penghawaan kamar mandi kurang, berhubungan langsung banyak jentik nyamuk dengan udara luar, dan nyamuk yang bersih, ratio 1 kamar
bersarang di kamar mandi: 1 jamban untuk mandi Air Kesan penampungan 20 orang. keruh, Kamar kotor, sering mandi agar
Tempat
sampah Tempat
sampah diberi
kantong plastik, jarang dilapisi dengan plastik diangkut ke TPS dan agar TPA mengangkutnya mudah
Faktor lingkungan sekolah dapat mempengaruhi proses belajar mengajar, juga kesehatan warga sekolah. Kondisi dari komponen lingkungan sekolah tertentu dapat menyebabkan timbulnya masalah kesehatan. Faktor resiko lingkungan sekolah tersebut antara lain kondisi atap, dinding, lantai, dan aspek lainnya sebagai berikut : 1. Kondisi atap dan talang : Atap dan talang yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat menjadi tempat perindukan nyamuk dan tikus. Kondisi ini mendukung terjadinya penyebaran dan penularan penyakit demam berdarah dan leptospirosis. 2. Kondisi dinding : Dinding yang tidak bersih dan berdebu selain
mengurangi estetika juga berpotensi merangsang timbulnya gangguan pernafasan seperti asthma atau penyakit saluran pernafasan. 3. Kondisi lantai : Dinding yang tidak rata, licin dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan, sedangkan lantai yang kotor dapat mengurangi kenyamanan dan estetika. Lantai yang tidak kedap air dapat menyebabkan kelembaban. Kondisi ini mengakibatkan dapat
berkembang biaknya bakteri dan jamur yang dapat meningkatkan resiko penularan penyakit seperti TBC, ISPA dan lainnya. 4. Kondisi tangga :Tangga yang tidak memenuhi syarat kesehatan seperti kemiringan, lebar anak tangga, pegangan tangga berpotensi
menimbulkan kecelakaan bagi peserta didik. Tangga yang memenuhi syarat adalah lebar injakan > 30 cm, tinggi anak tangga maksimal 20 cm, lebar tangga > 150 cm serta mempunyai pegangan tangan. 5. Pencahayaan :Pencahayaan alami di ruangan yang tidak memenuhi syarat kesehatan mendukung berkembang biaknya organisme seperti bakteri dan jamur. Kondisi ini berpotensi menimbulkan gangguan terhadap kesehatan. Selain itu pencahayaan yang kurang menyebabkan ruang menjadi gelap sehingga disenangi oleh nyamuk untuk beristirahat (rasting habit).
6.
Ventilasi : Ventilasi
di
ruangan
yang tidak
memenuhi
persyaratan
kesehatan menyebabkan proses pertukaran udara tidak lancar, sehingga menjadi pengap dan lembab, Kondisi ini mengakibatkan berkembang biaknya bakteri, virus dan jamur yang berpotensi menimbulkan gangguan penyakit seperti TBC, ISPA, cacar dan lainnya. 7. Kepadatan Kelas :Perbandingan jumlah peserta didik dengan luas ruang kelas yang tidak memenuhi syarat kesehatan menyebabkan menurunnya prosentase ketersediaan oksigen yang dibutuhkan oleh peserta didik. Hal ini akan menimbulkan rasa kantuk, menurunkan konsentrasi belajar dan resiko penularan penyakit. Perbandingan ideal adalah 1 orang menempati luas ruangan 1,75 M2. 8. Jarak Papan tulis : Jarak papan tulis dengan murid terdepan < 2,5 meter akan mengakibatkan debu kapur atau spidol beterbangan dan terhirup ketika menghapus papan tulis, sehingga untuk jangka waktu lama akan berpengaruh terhadap fungsi paru-paru. Bila jarak papan tulis dengan murid paling belakang > 9 meter akan menyebabkan gangguan konsentrasi belajar. 9. Ketersediaan tempat cuci tangan : Tangan yang kotor berpotensi menularkan penyakit. Kebiasaan cuci tangan dengan sabun mampu menurunkan kejadian penyakit diare 30%. Tersedianya tempat cuci tangan yang dilengkapi dengan sabun bertujuan untuk menjaga diri dan melatih kebiasaan cuci tangan dengan sabun sebelum makan atau sesudah buang air besar merupakan salah satu Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Berdasarkan ketentuan Departemen Kesehatan maka setiap 2 (dua) ruang kelas harus terdapat satu wastafel yang terletak di luar ruangan. 10. Kebisingan : Kebisingan adalah suara yang tidak disukai, bisa berasal dari luar sekolah maupun dari dalam lingkungan sekolah itu sendiri, suara bising dapat menimbulkan gangguan komunikasi sehingga
mengurangi konsentrasi belajar dan dapat menimbulkan stress. 11. Air bersih : Ketersediaan air bersih baik secara kualitas maupun kuantitas muklak diperlukan untuk menjaga hygiene dan sanitasi perorangan maupun lingkungan. Beberapa penyakit yang dapat ditularkan
melalui air antara lain diare, kholera, hepatitis, penyakit kulit, mata dan lainnya. Idealnya ketersediaan air adalah 15 liter/orang/hari. 12. Toilet: (kamar mandi WC dan urinoir): Kamar mandi: bak penampungan air dapat menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk demikian juga kamar mandi yang pencahayaannya kurang memenuhi syarat kesehatan akan menjadi tempat bersarang dan beristirahatnya nyamuk. WC dan urinoir: Tinja dan urine merupakan sumber penularan penyakit perut (diare, cacingan, dan hepatitis). Penyakit6 ini ditularkan melalui air, tangan, makanan, dan lalat. Untuk itu perlu diperhatikan ketersediaan WC dalam hal jumlahnya, perbandingannya adalah 1 WC untuk 25 siswi dan 1 WC untuk 40 siswa. 13. Pengelolaan sampah: Penanganan samaph yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat menjadi tempat berkembangbiaknya vektor penyakit seperti lalat, tikus, dan kecoak. Selain itu dapat juga menyebabkan pencemaran tanah dan menimbulkan gangguan kenyamanan dan estetika. Untuk itu disetiap ruang kelas harus terdapat 1 buah tempat sampah dan di sekolah tersebut harus tersedia tempat pembuangan sampah sementara (TPS). 14. Sarana pembuangan air limbah : Sarana pembuangan air limbah yang tidak memenuhi syarat kesehatan ataupun tidak dipelihara akan menimbulkan bau, mengganggu estetika dan menjadi tempat perindukan dan bersarangnya tikus. Kondisi ini berpotensi menyebabkan dan menularkan
penyakit seperti leptospirosis dan filariasis (kaki gajah). 15. Pengendalian vector : Termasuk dalam pengertian vektor ini, terutama adalah tikus dan nyamuk : Tikus : Tikus merupakan vektor penyakit pes, leptospirosis, selain sebagai vektor penyakit, tikus juga dapat merusak bangunan dan instalasi listrik. Hal ini meningkatkan resiko penularan penyakit dan juga menimbulkan terjadinya arus pendek pada aliran listrik. Nyamuk : Nyamuk merupakan vektor penyakit, jenis nyamuk tertentu menularkan jenis penyakit yang berbeda. Nyamuk Aedes Aegypti dapat menyebabkan demam berdarah. Anak-anak usia sekolah merupakan kelompok resiko tinggi terjangkit penyakit demam berdarah.
Nyamuk demam berdarah senang berkembang biak pada tempat tempat penampungan air maupun non penampungan air. Beberapa tempat perindukan yang harus diwaspadai antara lain bak air, saluran air, talang, barang-barang bekas dan lainnya. 16. Kantin/warung sekolah : Kantin/warung sekolah sangat dibutuhkan oleh peserta didik untuk tempat memenuhi kebutuhan makanan jajanan pada saat istirahat. Makanan jajanan yang disajikan tersebut harus
memenuhi syarat kesehatan, karena pengelolaan makanan jajanan yang tidak memenuhi syarat akan menimbulkan penyakit bawaan makanan dan berpengaruh terhadap kesehatan sehingga akan mempengaruhi proses belajar mengajar. 17. Kondisi halaman sekolah : Halaman sekolah pada musim kemarau akan berdebu, sehingga menyebabkan penyakit ISPA dan pada musim hujan akan menimbulkan becek sehingga berpotensi menimbulkan kecelakaan.
Halaman sekolah yang kotor dapat mengganggu estetika dan menjadi tempat berkembang biaknya bibit penyakit. 18. Perilaku: Kebiasaan yang dilakukan sehari hari dapat
mempengaruhi terjadinya penularan dan penyebaran penyakit. Sekolah merupakan tempat pembelajaran bagi peserta didik untuk
membiasakan diri berperilaku hidup bersih dan sehat, untuk menurunkan resiko terkena penyakit tertentu. Beberapa perilaku hidup bersih dan sehat itu antara lain : tidak merokok, buang sampah pada tempatnya, menjaga kebersihan diri, cuci tangan pakai sabun, menjaga kebersihan lingkungan dan lainnya.
Penyakit seperti diare, demam berdarah, leptospirosis, ISPA, TBC, dan lainlain sering terjadi karena masalah sanitasi. Untuk itu cara pencegahan dan pengendalian penyakit-penyakit tersebut harus melalui upaya perbaikan lingkungan/sanitasi dasar dan perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Klinik sanitasi merupakan suatu cara dalam mengatasi masalah kesehatan lingkungan untuk pencegahan dan pengendalian penyakit dengan bimbingan, penyuluhan dan bantuan teknis dari petugas puskesmas, tetapi bukan sebagai unit pelayanan yang berdiri sendiri tetapi sebagai bagian integral dari kegiatan puskesmas. Untuk menyasar langsung pada tempat yang dituju dilakukan inspeksi sanitasi. Dengan dilakukannya inspeksi sanitasi dapat dinilai kondisi kesehatan lingkungan di tempat tersebut sekaligus diberikan bimbingan teknis dan penyuluhan mengenai sanitasi yang sehat. Diantaranya adalah: 1. 2. 3. Lantai: harus kuat/utuh, bersih, kedap air, tidak licin, dan mudah dibersihkan Dinding: dinding rata, bersih, berwarna terang, dan mudah dibersihkan Ventilasi: ventilasi alam, lubang ventilasi minimum adalah 15% x luas lantai, terdapat ventilasi mekanis seperti Fan, AC, Exhauster 4. Atap: atap bebas serangga dan tikus, tidak bocor, dan terbuat dari bahan yang kuat 5. Langit-langit: tinggi langit-langit min. 2,5 m dari lantai, kuat, berwarna terang, dan mudah dibersihkan 6. Pintu: pintu dapat mencegah masuknya serangga dan tikus, terbuat dari bahan yang kuat. 7. 8. Pagar: pagar aman dan kuat Halaman taman dan tempat parkir: bersih, tidak berdebu/becek, dan tersedia tempat sampah yang cukup 9. Saluran air limbah: tertutup dan aliran air lancar pencahayaan 100-200 lux, suhu 26-27C (dengan AC) atau suhu kamar (tanpa AC), kebisingan <45 dBA, kursi dan meja ergonomis (nyaman digunakan),
10. Ruang kelas: bebas serangga/tikus, tidak berbau (terutama H2S dan NH3),
kursi dan meja konstruksi kuat dan bebas kutu busuk, kursi dan meja tertata rapi, rasio luas lantai dengan orang 1;1,5 m2, ruang maksimal dihuni 40 orang. 11. Ruang perpustakaan: bebas serangga dan tikus, tidak berbau (terutama H2S dan NH3), cahaya cukup dan tidak menyilaukan, kebisingan <45 dBA, penempatan meja, kursi, dan rak buku tertata rapi. 12. Ruang kantin: jauh dari TPS dan tempat parkir, penjual tidak sedang menderita penyakit menular, menyajikan makanan kemasan yang terdaftar pada Depkes dan atau makanan olahan yang memenuhi syarat kesehatan, sarana penyajian makanan bersih dan bebas dari pencemaran. 13. Kamar mandi dan jamban: letak tidak berhubungan langsung dengan ruang kelas/kerja, kantin, dapur, kamar mandi untuk pria dan wanita terpisah, lubang penghawaan berhubungan langsung dengan udara luar, bersih, ratio 1 kamar mandi: 1 jamban untuk 20 orang. 14. Dapur: pencahayaan >200lux, terdapat cerobong asap, tersedia kran pencuci peralatan dapur, bebas serangga dan tikus, bersih dan rapi 15. Kesehatan air: Air merupakan salah satu bahan pokok yang mutlak dibutuhkan oleh manusia sepanjang masa. Air mempunyai hubungan yang erat dengan kesehatan. Apabila tidak diperhatikan maka air yang dipergunakan masyarakat dapat mengganggu kesehatan manusia. untuk mendapatkan air yang baik, sesuai dengan standar tertentu, saat ini menjadi barang yang mahal karena air sudah banyak tercemar oleh bermacam-macam limbah dari hasil kegiatan manusia, baik limbah dari kegiatan industri dan kegiatan lainnya (Wardhana, 2004). Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
416/MenKes/Per/IX/1990, yang di maksud air bersih adalah air bersih yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah di masak. Air bersih merupakan salah satu kebutuhan manusia untuk memenuhi standar kehidupan manusia secara sehat. ketersediaan air yang terjangkau dan berkelanjutan menjadi
bagian terpenting bagi setiap individu baik yang tinggal di perkotaan maupun di perdesaan. Syarat Air Bersih Pemenuhan kebutuhan akan air bersih haruslah memenuhi dua syarat yaitu kuantitas dan kualitas (Depkes RI, 2005). a) Syarat Kuantitatif Syarat kuantitatif adalah jumlah air yang dibutuhkan setiap hari tergantung kepada aktifitas dan tingkat kebutuhan. Makin banyak aktifitas yang dilakukan maka kebutuhan air akan semakin besar. b) Syarat Kualitatif Syarat kualitas meliputi parameter fisik, kimia, radioaktivitas, dan mikrobiologis yang memenuhi syarat kesehatan menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang SyaratSyarat dan Pengawasan Kualitas Air (Slamet, 2007). 1. Parameter Fisik Air yang memenuhi persyaratan fisik adalah air yang tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna, tidak keruh atau jernih, dan dengan suhu sebaiknya di bawah suhu udara sedemikian rupa sehingga menimbulkan rasa nyaman, dan jumlah zat padat terlarut (TDS) yang rendah. a) Bau Air yang berbau selain tidak estetis juga tidak akan disukai oleh masyarakat. Bau air dapat memberi petunjuk akan kualitas air. b) Rasa Air yang bersih biasanya tidak memberi rasa/tawar. Air yang tidak
awar dapat menunjukkan kehadiran berbagai zat yang dapat membahayakan kesehatan. c) Warna Air sebaiknya tidak berwarna untuk alasan estetis dan untuk
mencegah keracunan dari berbagai zat kimia maupun mikroorganisme yang berwarna. Warna dapat disebabkan adanya tannin dan asam humat yang terdapat secara alamiah di air rawa, berwarna kuning muda, menyerupai urin, oleh karenanya orang tidak mau
menggunakannya. Selain itu, zat organik ini bila terkena khlor dapat membentuk senyawa-senyawa khloroform yang beracun. Warnapun dapat berasal dari buangan industri. d) Kekeruhan Kekeruhan air disebabkan oleh zat padat yang tersuspensi, baik yang bersifat anorganik maupun yang organik. Zat anorganik biasanya berasal dari lapukan batuan dan logam, sedangkan yang organik dapat berasal dari lapukan tanaman atau hewan. Buangan industri
dapat juga merupakan sumber kekeruhan. e) Suhu Suhu air sebaiknya sejuk atau tidak panas terutama agar tidak terjadi pelarutan zat kimia yang ada pada saluran/pipa yang dapat membahayakan kesehatan, menghambat reaksi- reaksi biokimia di pathogen tidak mudah
berkembang biak, dan bila diminum air dapat menghilangkan dahaga. f) Jumlah Zat Padat Terlarut Jumlah zat padat terlarut (TDS) biasanya terdiri atas zat organik, garam anorganik, dan gas terlarut. Bila TDS bertambah maka kesadahan akan naik pula. Selanjutnya efek TDS ataupun kesadahan terhadap kesehatan tersebut. 2. Parameter Mikrobiologis Sumber-sumber air di alam pada umumnya mengandung bakteri. Jumlah dan jenis bakteri berbeda sesuai dengan tempat dan kondisi yang mempengaruhinya. Oleh karena itu air yang tergantung pada spesies kimia penyebab masalah
dari bakteri
pathogen. Bakteri golongan coli tidak merupakan bakteri golongan pathogen, namum bakteri ini merupakan indikator air oleh bakteri pathogen. 3. Parameter Radioaktifitas Dari segi parameter radioaktivitas, apapun bentuk radioaktivitas efeknya adalah sama, yakni menimbulkan kerusakan pada sel yang dari pencemaran
terpapar. Kerusakan dapat berupa kematian dan perubahan komposisi genetik. Kematian sel dapat diganti kembali apabila sel dapat beregenerasi dan apabila tidak seluruh sel mati. Perubahan genetis dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti kanker dan mutasi. 4. Parameter Kimia Dari segi parameter kimia, air yang baik adalah air yang tidak tercemar secara berlebihan oleh zat-zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan antara lain air raksa (Hg), alumunium (Al), Arsen (As), barium (Ba), besi (Fe), Flourida (F), Kalsium (Ca), derajat keasaman (pH), dan zat kimia lainnya. Air sebaiknya tidak asam dan tidak basa (Netral) untuk mencegah terjadinya pelarutan logam berat dan korosi jaringan distribusi air. pH yang dianjurkan untuk air bersih adalah 6,5 9. 16. Penanganan sampah: tempat sampah kuat, tahan karat, kedap air dengan penutup, dan dilapisi kantong plastik min. 1 buah tiap ruang atau tiap radius 10 m, diangkut ke TPS > 2x/hari dan ke TPA >1x/hari 17. Penanganan limbah: disalurkan melalui saluran tertututp, kedap air, lancar. 18. Pengendalian serangga: konstruksi bangunan tempat penampungan air, penampungan sampah tidak memungkinkan sebagai tempat berkembang biaknya serangga dan tikus, insektisida yang dipakai memiliki toksisitas rendah terhadap manusia dan tidak bersifat persisten.
BAB IV PELAKSANAAN
Pada hari Senin, 11 November 2013 diadakan kunjungan ke SDN Murtirejo dan SD MI Murtirejo dipandu tenaga medis dari puskesmas Kebumen I, mbak Dwi Ani Rahmawati, Amd.Keb.. Kunjungan tersebut diterima oleh
perwakilan dari kepala sekolah masing-masing dan kemudian dilakukan penilaian, saran dan penyuluhan mengenai sanitasi yang ada di sekolah. Dari hasil penilaian inspeksi sanitasi SDN Murtirejo: No Variabel KONSTRUKSI UMUM 1 Lantai 2 a. Kuat/ utuh b. Bersih c. Kedap d. Rata e. Tidak licin f. Mudah dibersihkan 2 Dinding 1 a. Rata b. Bersih c. Berwarna terang d. Mudah dibersihkan 3 Ventilasi 3.1 gabungan Ventilasi 1 a. ventilasi alam, lubang 50 ventilasi minimum 15% x luas lantai b. ventilasi mekanis (Fan, 50 AC, exhauster) 3.2 Ventilasi alam 3.3 mekanis Ventilasi 1 1 lubang ventilasi min. 15% x 100 luas lantai fan, AC, exhauster 100 50 50 50 25 25 25 20 10 10 10 30 30 20 20 50 40 30 20 16 18 30 30 20 20 BOBOT Komponen Dinilai Nilai Skor
Atap
0,5
50 30
15 12 8
c. Terdiri dari bahan yang 20 kuat 5 Langit-langit 0,5 a. Tinggi langit-langit 2,5 m 50 dari lantai b. kuat c. berwarna terang d. mudah dibersihkan 6 Pintu 0,5 30 10 10
25
12 5 5 25
20 20 20 20 10 10
Pagar
0,5
a. aman b. kuat
Halaman
taman 0,5
c. tersedia tempat sampah 20 yang cukup 9 Saluran air limbah 1 a. tertutup b. aliran air lancar RUANG BANGUNAN 10 Ruang Kelas 2 a. bebas serangga/ tikus 10 50 50
40 40
15 20
10 8 8
d. suhu 26-27C (dengan 5 AC) atau suhu kamar (tanpa AC) e. Kebisingan <45 dBA f. Kursi dan meja ergonomis (nyaman digunakan) 4 5 5
8 8
g. kursi dan meja, konstruksi 2 kuat dan bebas kuu busuk h. kursi dan meja tertata rapi i. ratio luas lantai dengan orang 1:5 m2 j. ruang maksimal dihuni 40 orang i. 11 Ruang Laboratorium 1 a. dinding terbuat dari 1 2
porselin/keramik setinggi 1,5 m dari lantai b. lantai & meja kerja tahan terhadap bahan kimia & getaran c. dilengkapi dengan dapur kamar mandi & toilet d. tinggi langit-langit 2,7-3,3 m dari lantai e. kebisingan <68 dBA
12
Ruang Perpustakaan
10
8 8
b. tidak berbau (terutama 10 H2S atau NH3) c. cahaya cukup dan tidak 10 menyilaukan d. kebisingan <45 dBA 10
10
9 8
e. penempatan meja, kursi, 10 dan rak buku tertata rapi 13 Ruang Kantin 1 a. jauh dari TPS dan 10
kemasan yg terdaftar pada Depkes dan atau makanan olehan yg memenuhi syarat kesehatan d. Sarana penyajian makanan 10 bersih dan bebas dari 5
pencemaran 14 Kamar mandi dan 1 jamban a. letak tdk berhubungan lgs 10 dengan ruang kelas, kantin, dapur b. kamar mandi untuk pria 5 dan wanita dipisah c. lubang penghawaan 5 5 2 10
berhub. Lgs dengan udara luar d. bersih e. ratio KM dan jamban 1 km: 1 jamban untuk 20 orang 15 Dapur 4 a. pencahayaan > 200 lux b. terdapat cerobong asap c. tersedia kran 5 5 20 16 14 5 5 3 2
pencuci 4
peralatan dapur d. bebas serangga dan tikus e. bersih dan rapi PENYEHATAN AIR 16 Kuantitas 5 a. tersedia air bersih > 70 120/mg/hr & tersedia air minum sesuai dg kebutuhan b. air minum/ bersihtersedia 30 pd setiap tempat kegiatan 160 400 10 4 32 8
17
Kualitas
a. bakteriologis b. fisika
80 5 50 30 20
250 15 150 60 30
18
Sarana
PENANGANAN SAMPAH LIMBAH 19 Penanganan sampah 10 a. tempat sampah kuat, tahan 25 karat, kedap air dengan 150 DAN
penutup dan dilapisi kantong plastik min. 1 buah tiap ruang atau tiap radius 10 m b. diangkat ke TPS> 2x/hr & 15 ke TPA> 1x/hr 20 Penanganan limbah PENGENDALIAN 4 SERANGGA DAN TIKUS 9 Disalurkan mll sal. Tertutup, 20 kedap air, lancar a. fisik: konstruksi bangunan 80 tempat penampungan air, 280 180 130
penampungan sampah tdk memungkinkan sbg tempat berkembang serangga dan tikus b. kimia: Insektisida yg 20 80 biaknya
dipakai memiliki toksisitas rendah thd manusia& tidak bersifat persisten TOTAL PRESENTASE KESIMPULAN 3470 2799 80,6% MEMENUHI SYARAT
Hasil penilaian inspeksi sanitasi MI Murtirejo: No Variabel KONSTRUKSI UMUM 1 Lantai 2 a. Kuat/ utuh b. Bersih c. Kedap d. Rata e. Tidak licin f. dibersihkan 2 Dinding 1 a. Rata b. Bersih c. Berwarna terang d. dibersihkan 3 Ventilasi 3.1 gabungan Ventilasi 1 a. ventilasi alam, 50 lubang ventilasi 30 30 20 30 25 20 20 25 25 20 10 10 30 30 30 16 18 16 BOBOT Komponen Dinilai Nilai Skor
Mudah 10
Mudah 20
minimum 15% x luas lantai b. ventilasi mekanis 3.2 Ventilasi alam 3.3 mekanis Ventilasi 1 1 (Fan, exhauster) lubang ventilasi 100 AC, 100 80 50
min. 15% x luas lantai fan, AC, exhauster 4 Atap 0,5 a. Bebas serangga 50 dan tikus b. Tidak bocor c. Terdiri dari 30 20 20 10 9
langit 2,5 m dari lantai b. kuat c. berwarna terang d. dibersihkan 6 Pintu 0,5 a. dapat mencegah 60 masuknya serangga dan tikus b. kuat 7 Pagar 0,5 a. aman b. kuat 8 Halaman taman 0,5 a. bersih 60 40 50 20 15 15 8 8 40 20 25 mudah 30 10 10 12 5 5
50 50
40 40
8 8
26-27C 5
suhu kamar (tanpa 4 AC) e. Kebisingan <45 2 dBA f. Kursi dan meja ergonomis (nyaman 1 digunakan) g. kursi dan meja, konstruksi kuat dan bebas kuu busuk h. kursi dan meja tertata rapi i. ratio luas lantai dengan orang 1:5 m2 j. ruang maksimal dihuni 40 orang i. 11 Ruang Laboratorium 1 a. dinding terbuat dari porselin/keramik setinggi 1,5 m dari lantai b. lantai & meja kerja terhadap tahan bahan 2
8 3
kimia & getaran c. dengan kamar toilet d. tinggi langitdilengkapi dapur mandi &
langit
2,7-3,3
12
Ruang Perpustakaan
(terutama H2S atau 10 NH3) c. dan menyilaukan d. kebisingan <45 dBA e. penempatan cahaya cukup 10 tidak 10
meja, kursi, dan rak buku tertata rapi 13 Ruang Kantin 1 a. jauh dari TPS 10 dan akhir b. penjual tidak 7 pembuangan 15 10 8
sedang
menderita 10
Depkes dan atau 10 makanan olehan yg memenuhi kesehatan d. Sarana penyajian makanan bersih dan bebas pencemaran 14 Kamar mandi dan 1 jamban a. letak tdk 10 lgs dari syarat
10
berhubungan
untuk
wanita dipisah c. penghawaan berhub. Lgs dengan udara luar d. bersih e. ratio KM dan jamban 1 km: 1 jamban untuk 20 orang 15 Dapur 4 a. pencahayaan > 5 200 lux b. 5 terdapat 4 lubang 5 5 1 2
pencuci dapur
peralatan 4
d. bebas serangga
dan tikus e. bersih dan rapi PENYEHATAN AIR 16 Kuantitas 5 a. tersedia air bersih 70 > 120/mg/hr & 400
bersihtersedia setiap kegiatan 17 Kualitas 5 a. bakteriologis b. fisika 18 Sarana 3 a. sumber b. distribusi c. penampungan PENANGANAN SAMPAH LIMBAH 19 Penanganan sampah 10 DAN
tempat
80 5 50 30 20
200 10 150 30 30
a. tempat sampah 25 kuat, tahan karat, kedap air dengan penutup dilapisi dan kantong
170
100
20
Penanganan limbah
90
200
tdk
memungkinkan sbg tempat berkembang 20 biaknya dan tikus b. Insektisida dipakai toksisitas kimia: yg memiliki rendah serangga 86
thd manusia& tidak bersifat persisten TOTAL PRESENTASI KESIMPULAN 3308 2274 68,7% TIDAK MEMENUHI SYARAT
Saran dan penyuluhan dilakukan dengan meilihat hasil inspeksi sanitasi di atas. Untuk SDN Panjer masalah utama sanitasinya adalah sumber air yang keruh dan dekat dengan septitank, sudah ada wacana untuk mencari sumber air baru yang dialirkan dari rumah warga ke sekolah. Sementara itu kami sarankan air untuk ditampung dan diberikan kaporit dahulu sebelum dipakai. Untuk SD MI Murtirejo masalah sanitasinya masih banyak yang harus diperbaiki, mulai dari kebersihan ruang kelas, halaman, sampai kamar mandi yang tidak terjaga. Problemnya adalah tidak ada petugas kebersihan yang digaji khusus untuk menjaga kebersihan sekolah, kebersihan sekolah dibebankan pada seluruh civitas
akademika, kami sarankan agar lebih meningkatkan kesadaran kebersihan lingkungan. Penyuluhan secara umum dan holistik seperti pada BAB III di atas.
Pelaksanaan promosi PHBS di SD ini didapatkan Dukungan dari pihak sekolah sangat baik. Perwakilan kepala sekolah menerima dengan baik serta memberi alokasi tempat dan waktu yang cukup Secara keseluruhan penilaian sanitasi di SDN Murtirejo memenuhi syarat kesehatan lingkungan Secara keseluruhan penilaian sanitasi di SD MI Murtirejo tidak memenuhi syarat Untuk saran sanitasi dilakukan kepada kepala sekolah masing-masing, diharapkan kepala sekolah dapat menindaklanjuti dan mengajak semua komponen sekolah untuk ikut bertanggung jawab atas kebersihan lingkungan yang ada di sekolah masing-masing.
Penyusun
Kebumen,
September 2013
Pendamping
LAPORAN PENYULUHAN
Nama Peserta Nama Pendamping Nama Wahana Tema Penyuluhan Tujuan Penyuluhan Hari, Tanggal Waktu Tempat Jumlah Peserta
: Puskesmas Kebumen I Kebumen : Kegiatan Kesehatan Lingkungan : Sanitasi lingkungan sekolah dasar : Senin, 11 November 2013 : Pukul 09.00 selesai : SDN Murtirejo dan SD MI Murtirejo : 4 orang
SD MI Murtirejo