You are on page 1of 20

BAB V PENYALUR PETIR

A. PENDAHULUAN Indonesia terletak pada daerah tropis yang memiliki tingkat resiko kerusakan akibat petir cukup tinggi dibandingkan daerah subtropis. Wilayah Indonesia memiliki hari guruh atau IKL (Isocronic Level) antara 100-200 hari pertahun sehingga termasuk wilayah dengan kategori kejadian petir yang sangat tinggi. Bahkan daerah Cibinong sempat tercatat pada Guiness Book of Record tahun 1988, karena mengalami 322 kejadian petir per tahun. Kerapatan petir di Indonesia juga sangat besar yaitu 12/km2/tahun yang berarti setiap luas area 1 km2 berpotensi menerima sambaran petir sebanyak 12 kali setiap tahunnya Petir memiliki potensi luar biasa sebagai sumber energi dimasa depan. Walaupun hingga saat ini belum ketemu teknologi pemanfaatannya. Bayangkan saja, energi yang dilepaskan oleh satu sambaran petir lebih besar dari energi yang dihasilkan oleh seluruh pusat pembangkit tenaga listrik di Amerika. Suhu pada jalur di mana petir terbentuk dapat mencapai 10.000o C. Padahal suhu di dalam tanur untuk meleburkan besi hanya antara 1.050 ~ 1.100o C. Panas yang luar biasa ini berarti bahwa petir dapat dengan mudah membakar dan menghancurkan seluruh unsur yang ada di muka bumi. Fakta lain bahwa cahaya yang dikeluarkan oleh petir lebih terang dari cahaya 10 juta bola lampu pijar berdaya 100 watt. Petir adalah peristiwa alam yang sering terjadi di bumi, terjadinya seringkali mengikuti peristiwa hujan baik air atau es, peristiwa ini dimulai dengan munculnya lidah api listrik yang bercahaya terang yang terus memanjang kearah bumi dan kemudian diikuti suara yang menggelegar dan efeknya akan fatal bila mengenai mahluk hidup. Gesekan antara uap air dan udara atau debu dapat mengakibatkan muatan listrik yang lama kelamaan potensial listriknya menjadi sangat besar (~100 juta volt). Pelepasan muatan elektron berupa loncatan bunga api yang disebut PETIR. Kecepatan rambat pelepasan muatan elektron rata-rata 100~800 km/s

68

Buku Ajar Instalasi Listrik Gedung

BAB V Penyalur Petir

69

B. PROSES DASAR TERBENTUKNYA PETIR 1. PROSES IONISASI

Petir terjadi diakibatkan terkumpulnya ion bebas bermuatan negatif dan positif di awan, ion listrik dihasilkan oleh gesekan antar awan dan juga kejadian Ionisasi ini disebabkan oleh perubahan bentuk air mulai dari cair menjadi gas atau sebaliknya, bahkan padat (es) menjadi cair. Ion bebas menempati permukaan awan dan bergerak mengikuti angin yang berhembus, bila awan-awan terkumpul di suatu tempat maka awan bermuatan akan memiliki beda potensial yang cukup untuk menyambar permukaan bumi maka inilah yang disebut petir. 2. PROSES GESEKAN ANTAR AWAN

Pada awalnya awan bergerak mengikuti arah angin, selama proses bergeraknya awan ini maka saling bergesekan satu dengan yang lainya , dari proses ini terlahir electron-electron bebas yang memenuhi permukaan awan. proses ini bisa digambarkan secara sederhana pada sebuah penggaris plastic yang digosokkan pada rambut maka penggaris ini akan mampu menarik potongan kertas. Pada suatu saat awan ini akan terkumpul di sebuah kawasan, saat inilah petir dimungkinkan terjadi karena electron-elektron bebas ini saling menguatkan satu dengan lainnya. Sehingga memiliki cukup beda potensial untuk menyambar permukaan bumi.

C. PROSES TERJADINYA PETIR Petir merupakan suatu gejala alamiah yang terjadi karena kegagalan medium udara yang berfungsi mengisolir antara awan dengan bumi atau awan dengan awan, yang mana gejala alamiah ini tidak dapat dihindari terjadinya. Daratan yang terdiri dari benda yang lebih padat dari udara diatasnya, apabila terkena penyinaran matahari daratan akan lebih cepat panas dari udara diatasnya. Pemanasan ini akan mengurangi kerapatan udara dibagian bawah atau dekat daratan, sehingga menyebabkan terjadinya perbedaan tekanan udara atmosfer. Tekanan udara yang berbeda Politeknik Negeri Bali

Buku Ajar Instalasi Listrik Gedung

BAB V Penyalur Petir

70

mengakibatkan udara panas dan lembab akan naik ke atas, sedangkan semakin tinggi dari permukaan bumi tekanan dan temperature udaranya akan lebih rendah. Pengaruh ini akan menyebabkan udara panas dan lembab dan akan berubah menjadi uap dan titik air, titiktitik air dan uap ini akan dibawa naik oleh arus udara. Titik-titik air yang kecil akan naik lebih cepat dari titik-titik air yang besar, sehingga terjadi gesekan antara titi-titik air. Gesekan ini menimbulkan awan yang bermuatan listrik (Van Harten, 1985 : 249). Ada 4 tipe sambaran petir : a. b. c. d. Awan ke tanah Awan ke udara Awan dengan awan Didalam awan itu sendiri

Gambar : 5.1. Empat tipe sambaran petir Pada bagian bawah awan akan banyak terkumpul muatan negatif, karena pengaruh aliran udara yang menuju ke atas. Sedangkan pada bagian atas awan akan bermuatan positif karena butiran-butiran akan menjadi kristal es pada temperature titik beku. Jadi pada awan tersebut, muatan positif berkumpul pada bagian atas dan muatan negatif berada disebelah bawah (Gambar : 5.2.). Dengan adanya pengumpulan muatan di awan, dipermukaan bumi akan terinduksi muatan positif, sehingga terbentuklah medan listrik antara awan dengan bumi. Kalau muatannya terus bertambah, lama kelamaan kuat medan antara awan dan bumi menjadi sedemikian besar.

Politeknik Negeri Bali

Buku Ajar Instalasi Listrik Gedung

BAB V Penyalur Petir

71

Gambar 5.2. Distribusi muatan di awan disertai hujan Sehingga muatan negatif yang berada di bawah awan akan di tarik oleh muatan positif yang berada di bumi dan terjadilah pelepasan muatan ke bumi. Dengan kata lain muatan bergerak dari kutub negatif ke kutub positif, maka petir akan selalu menyambar bumi yang bermuatan positif Menurut (Van Harten, 1985 : 249), pertama-tama akan terjadi pelepasan awal ringan. Pelepasan awal ini membentuk saluran antara awan dan bumi. Dalam saluran ini kemudian terjadi pelepasan utamanya, yang diiringi dengan gejala cahaya, yaitu sinar kilat. Kilat ini terjadi dari sejumlah pelepasan bagian yang susul-menyusul dengan cepat mengikuti saluran yang sama.

Gambar : 5.3. Proses awal terjadinya petir Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa muatan akan mengalir dari kutub negatif ke positif, sehingga discharge akan cenderung berasal dari awan. Distribusi muatan dari

Politeknik Negeri Bali

Buku Ajar Instalasi Listrik Gedung

BAB V Penyalur Petir

72

berbagai tingkat discharge pada sambaran petir ditunjukkan oleh gambar 5.3, yang dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. DOWNWARD LEADER

Proses ionisasi pada awan petir tersebut akan menghasilkan medan listrik antara awan petir dan bumi. Permulaan dari suatu kilat didahului oleh aliran pengemudi (pilot streamer) yang menentukan arah perambatan muatan dari awan ke udara yang ionisasinya rendah. Sesudah pilot streamer terjadi, dan medan listrik yang dihasilkan mencapai level breakdown voltage terhadap bumi, maka akan terjadi pelepasan elektron dari awan petir ke bumi (Downward Leader, Gambar : 5.4). Pelepasan muatan elektron (Downward Leader) ini pada umumnya berupa lidah-lidah petir yang bercahaya yang turun bertahap menuju permukaan bumi dengan kecepatan rambat kira-kira 1~8.105 m/detik. Arah tiap-tiap langkahnya berubah-ubah, sehingga jalannya tidak lurus dan patah-patah (lidah-lidah petir). Ketika lidah menuju bumi, cabang-cabang dari lidah utama akan terbentuk.

Pilot Streamer

Gambar 5.4. Pilot Streamer dan Downward Leader 2. UPWARD LEADER

Terbentuknya Downward Leader dengan kecepatan yang tinggi ini menyebabkan naiknya medan listrik yang dihasilkan antara ujung lidah petir tersebut dengan permukaan bumi, hal ini disebabkan karena adanya beda potensial yang cukup tinggi. Sehingga menyebabkan terbentuknya Upward Leader yang berasal dari puncak-puncak tertinggi dari permukaan bumi. Proses ini berlanjut hingga keduanya bertemu di suatu titik ketinggian tertentu, yang dikenal dengan Striking point (poin of strike), yang berada sekitar 20-70 m diatas permukaan bumi (Gambar 5.5). Waktu yang dibutuhkan oleh stepped leader untuk Politeknik Negeri Bali

Buku Ajar Instalasi Listrik Gedung

BAB V Penyalur Petir

73

sampai ke bumi kira-kira 20 detik. Dengan demikian maka lengkaplah sudah pembentukan kanal lonisasi antara awan petir dan bumi, dimana kanal ionisasi ini merupakan saluran udara yang memiliki konduktifitas yang tinggi bagi arus petir yang sesungguhnya.

Point of Strike

Gambar : 5.5. Upward Leader 3. RETURN STROKE

Oleh karena kanal udara yang terionisasi ini memiliki konduktivitas yang tinggi, maka kecepatan rambat arus petir ini jauh lebih cepat, yaitu 20.000 - 110.000 km/detik. Ketika lidah kilat mengenai bumi, suatu sambaran kembali yang cahayanya sangat terang bergerak ke atas melalui jalan yang sama. Ini merupakan arus petir yang sesungguhnya yang mengalir dari bumi menuju awan petir melalui kanal ionisasi yang sudah terbentuk di atas. Hal ini terjadi karena adanya aliran muatan positif dari bumi ke awan dengan gerakan yang cepat sekali. Aliran muatan positif akan menarik muatan negatif yang ada di awan, sehingga terjadi kilat lidah lagi yang menuju ke bumi. Peristiwa ini disebut sambaran kembali (Return Stroke), seperti diperlihatkan pada gambar 5.6. di bawah.

Return Stroke

Gambar : 5.6. Return Stroke Politeknik Negeri Bali

Buku Ajar Instalasi Listrik Gedung

BAB V Penyalur Petir

74

4.

DART LEADER

Pusat muatan yang pertama telah dilepaskan ke bumi, kanal muatan positif menuju pusat muatan kedua. Terjadi discharge antara pusat muatan pertama dengan pusat muatan kedua. Sesudah return stroke yang pertama, biasanya masih ada pusat muatan lain yang ada di awan untuk memulai sambaran petir berikutnya. Dimana sambaran ini dimulai dengan leader yang mengikuti jalan yang dilalui oleh Return Stroke sebelumnya. Ciri-ciri sambaran ini adalah tidak mempunyai percabangan, tidak dapat dilihat dengan boys camera dan mempunyai kecepatan 0,13 sampai 10% kecepatan cahaya, sehingga sering disebut Dart Leader (Lidah Panah). D. CARA MASUKNYA PETIR PADA PERALATAN Masuknya petir pada peralatan listrik suatu sistem tenaga listrik ada dua cara yaitu : secara langsung dan tidak langsung. Sambaran langsung terjadi bila petir langsung mengenai suatu peralatan. Sedangkan sambaran tidak langsung adalah apabila sambaran petir tersebut tidak langsung mengenai peralatan, tapi mengenai peralatan lain atau benda lain dan masuknya pada peralatan melalui induksi. E. AKIBAT SAMBARAN PETIR Sambaran petir memiliki kemampuan merusak yang sangat hebat dan merugikan obyekobyek yang ada dibumi ( Diktat Perancangan Instalasi Listrik III ) antara lain: Merusak secara mekanik berupa hancurnya bangunan-bangunan tinggi maupun bangunan rendah. Meledakkan, membakar dan memanaskan unit tangki-tangki minyak atau gas, unit penyimpanan bahan peledak maupun terbakarnya hutan dan lain-lain. Menyebabkan tegangan induksi sekitar, karena memancarkan medan listrik dan medan magnet yang dapat merusak perangkat-perangkat elektronik dan telekomunikasi baik di luar maupun di dalam gedung. Menyebabkan kematian atau cideranya manusia dan makhluk hidup lain secara mengerikan. Politeknik Negeri Bali

Buku Ajar Instalasi Listrik Gedung

BAB V Penyalur Petir

75

F. BAGIAN-BAGIAN PENYALUR PETIR Menurut (Diktat Perancangan Instalasi Listrik III) penyalur petir adalah suatu alat/sistem yang dipergunakan untuk menangkap petir dan menyalurkan arus lebih akibat adanya sambaran petir ke tanah. Sehingga tidak menimbulkan kerusakan pada bangunan, manusia dan peralatan yang ada pada bangunan. Menurut (Van Harten, 1985, 250) penyalur petir terdiri atas beberapa bagian yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. 1. Penerima atau Penangkap (Air Terminal) Penghantar/Saluran Turun (Down Conductor) Sambungan-Sambungan Sambungan-Sambungan Ukur Pembumian (Earthing System)

PENERIMA /PENANGKAP

Penangkap-penangkap ini dapat berupa batang logam runcing, ujung vertikal satu saluran atau kawat penangkap horizontal. Penangkap/penerima petir ini lebih dikenal dengan sebutan Bladesome/Air Terminal/Splitzer, jadi Bladesome/Air terminal/Splitzer merupakan bagian dari sistem proteksi petir eksternal yang bertujuan untuk menangkap kilatan petir. Penangkap-penangkap tersebut harus dipasang ditempat yang paling besar kemungkinannya terkena sambaran petir (pada titik tertinggi dari suatu bangunan atau peralatan yang ingin dilindungi dari sambaran petir), seperti ; cerobong asap, puncak menara dan sebagainya. Sesuai dengan cara kerjanya penerima atau penangkap petir dapat digolongkan menjadi tiga jenis yaitu: Penyalur petir jenis konvensional/umum, Penyalur petir Radiatif (Radioaktif) dan Penyalur petir jenis aktif. 1.1. Penangkal Petir Konvensional/Umum Metode ini dikembangkan oleh Benjamin Franklin 150 tahun yang lalu yakni dengan membuat sistem penyalur arus listrik yang menghubungkan antara bagian atas bangunan dan tempat pembumian (grounding). Dalam metode ini aspek yang harus diperhatikan adalah kabel grounding yang turun, kabel penghantar, jumlah air terminal yang diperlukan.

Politeknik Negeri Bali

Buku Ajar Instalasi Listrik Gedung

BAB V Penyalur Petir

76

Hal tersebut harus sesuai dengan standar Nasioal Indonesia(SNI-03-0714.1 - 2004) yang mengacu pada British standard dan dapat digambarkan sebagai berikut : Untuk bangunan sampai dengan 20 meter radius perlindungannya adalah 45O. Atau bila tinggi penangkal petir konvensional = 1 meter, maka radius = 1 meter. Dengan demikian diperlukan 1 buah rod tiap jarak 2 meter. Untuk tinggi bangunan sampai dengan 30 meter radius perlindungan adalah 30O. Atau bila tinggi penangkal petir konvensional = 1 meter, maka radius = 0,75 meter. Menurut (Diktat Perancangan Instalasi Listrik III) Penyalur petir jenis ini memiliki kemampuan untuk menerima petir dan menyalurkannya kedalam tanah. Penyalur petir ini menawarkan perlindungan berbentuk kerucut atau segitiga sama kaki, dengan sudut perlindungan 45o sehingga untuk daerah yang luas diperlukan lebih dari satu penerima atau penyalur petir dan pemasangannya harus lebih tinggi dari obyek yang akan dilindungi

Gambar 5.7. Simbol Penyalur petir jenis konvensional Sumber : Gambar Lokasi Proyek Hotel Rusdhi,CV Adi Putra, 2000 Jenis penangkal petir konvensional ini lebih cocok untuk rumah tinggal dimana rangkaian jalur instalasi penyalur petir yang bersifat pasif menerima sambaran petir. Air terminal dari penyalur petir konvensional dikenal dengan nama Bladesome, penyalur petir tipe bladesome ini merupakan penyalur petir konvensional atau umum, yang tidak mampu menangkap petir tetapi hanya menerima dan menyalurkan arus petir tersebut ke dalam tanah.

Gambar 5.8. Penyalur petir jenis konvensional

Politeknik Negeri Bali

Buku Ajar Instalasi Listrik Gedung

BAB V Penyalur Petir

77

Prinsip kerja dari penyalur petir ini adalah apabila petir menyambar air terminal, maka arus petir ini akan disalurkan kedalam tanah melalui saluran penurun (Down Conductor). Down conductor ini terhubung dengan elektroda pentanahan yang akan menghamburkan arus petir tersebut kedalam bumi. Sehingga bila terjadi arus akibat sambaran petir akan langsung dialirkan atau disalurkan kedalam perut bumi oleh sistem penyalur petir ini, sehingga tidak merusak bangunan beserta peralatan yang ada didalamnya yang dilindungi oleh penyalur petir ini. 1.2. Penyalur Petir Radioaktif

Gambar : 5.9. Penyalur petir Radioaktif Sistem ini cocok untuk bangunan tinggi. Satu bangunan cukup menggunakan sebuah penangkal petir. Alatnya disebut Preventor, yang bekerja berdasarkan reaksi netralisasi ion dengan menggunakan bahan radio aktif. Hasil dari penelitian menjelaskan bahwa petir terjadi karena ada muatan listrik di awan yang dihasilkan oleh proses ionisasi. Maka usaha

Gambar : 5.10. Simbol Penyalur petir Radioaktif menghambat proses ionisasi di lakukan dengan cara menggunakan zat radioaktif seperti Radiun 226 dan Ameresium 241 yang mampu menghamburkan ion radiasi yang bisa

Politeknik Negeri Bali

Buku Ajar Instalasi Listrik Gedung

BAB V Penyalur Petir

78

menetralkan muatan listrik awan. Akan tetapi berdasarkan kesepakatan internasional keberadaan penangkal petir jenis ini sudah dilarang pemakaiannya karena bahaya zat radiokatif terhadap mahluk hidup. 1.3. Penyalur Petir Aktif/Elektrostatis Menurut (Diktat Perancangan Instalasi Listrik III) penyalur petir jenis ini memiliki kemampuan menyerap, menerima, dan menyalurkan petir ke tanah. Penyalur petir jenis ini memiliki kemampuan menciptakan elektron bebas yang besar di awan sebagai Early Streamer Emission (ESE) pada bagian puncak penyalur petir, sehingga dapat mengantisipasi sambaran petir dengan aktif reaktif.

Gambar : 5.11. Beberapa jenis penyalur petir aktif

Gambar : 5.12. Simbol Penyalur petir Aktif (elktrostatis) Prinsip kerja penyalur petir Elektrostatis mengadopsi sebagian sistem penangkal petir Radioaktif dengan menambah muatan pada ujung batang penangkal petir agar petir selalu memilih ujung ini untuk disambar. Kelebihan dari penyalur petir electrostatis di banding penyalur konvensional adalah : Memiliki kemampuan menyerap, menerima, dan menyalurkan petir ke tanah.

Politeknik Negeri Bali

Buku Ajar Instalasi Listrik Gedung

BAB V Penyalur Petir

79

Memiliki kemampuan menciptakan elektron bebas yang besar di awan sebagai early streamer emission pada bagian puncak penyalur petir, sehingga dapat mengantisipasi sambaran petir dengan aktif reaktif.

Penyalur petir jenis ini memiliki kemampuan menyerap, menerima, dan menyalurkan petir ke tanah. Penyalur petir jenis ini memiliki kemampuan menciptakan elektron bebas yang besar di awan sebagai early streamer emission pada bagian puncak penyalur petir (Bladesomme), sehingga dapat mengantisipasi sambaran petir dengan aktif reaktif.

Spakker berfungsi menangkap petir dan arusnya dibuang melalui loncatan bunga api yang terjadi padanya dan juga disalurkan ke bumi.

Penyalur petir electrostatic system 3000 jenis 150 m akan memberikan perlindungan setengah bola dengan radius maksimum 130 m.

R ( mtr)

Air Terminal

Kurva proteksi R (mtr) R (mtr)

4m

Tower

Gambar : 5.13. Radius pengamanan penyalur petir aktif

Politeknik Negeri Bali

70 m

Buku Ajar Instalasi Listrik Gedung

BAB V Penyalur Petir

80

2.

SALURAN TURUN/DOWN CONDUCTOR

Saluran-saluran ini menghubungkan penangkap dengan elektroda tanah. Penghantar ini berfungsi untuk menyalurkan arus petir dari penerima ke pentanahan. Bangunan-bangunan yang terdiri dari beberapa bagian, misalnya bangunan dengan menara, bangunan rumahrumah flat dan sebagainya harus dianggap sebagai satu kesatuan.

Gambar : 5.14. Kabel down conductor Potongan Kabel Triaxial


Rongga udara

Konduktor tembaga 70 mm2

Semiconductive stress control layer Penghantar pelindung tembaga isolasi

Penghantar pelindung tembaga

isolasi
Gambar : 5.15. Potongan Kabel Triaxial

Politeknik Negeri Bali

Buku Ajar Instalasi Listrik Gedung

BAB V Penyalur Petir

81

Terbuat dari jalinan kawat tembaga. Penampang kabel konduktor minimal 50 mm2. Kabel konduktor berfungsi meneruskan aliran muatan listrik dari air terminal bermuatan listrik ke tanah. Kabel konduktor tersebut dipasang pada dinding di bagian luar bangunan. Kabel penyalur petir yang biasa di gunakan antara lain BC (Bare Copper), NYY atau Coaxial. Untuk tempat-tempat tertentu sebaiknya di beri pipa pelindung (Conduite) dengan maksud kerapihan dan keamanan. Hantaran pentanahan yang terbuat dari logam yang menghubungkan terminal penerima dengan elektroda pentanahan. Penghantar pentanahan ini berfungsi untuk menyalurkan arus gangguan akibat sambaran petir pada suatu bangunan dengan elektroda pentanahan yang dipasang khusus untuk keperluan hantaran penyalur arus petir Syarat Penghantar Pentanahan Menurut (PUIL, 2000: 84) Penghantar bumi harus dilindungi jika menembus langit-langit atau dinding, atau berada ditempat dengan bahaya kekuatan mekanis. Pada penghantar bumi, harus dapat dipasang sambungan yang dapat dilepas untuk keperluan pengujian resistansi pembumian, pada tempat yang mudah dicapai, dan sedapat mungkin memanfaatkan sambungan yang karena susunan instalasinya memang harus ada. Sambungan dalam tanah harus dilindungi terhadap korosi. Hantaran untuk penyalur petir (Departemen Pekerjaan Umum No: 378/KPTS/1987) harus digunakan kawat tembaga atau bahan yang sederajat, dengan luas penampang minimal 50 mm2 dan untuk hantaran persegi panjang (busbar) serendah-rendahnya harus memiliki ketebalan 2 mm 3. SAMBUNGAN-SAMBUNGAN

Yaitu sambungan las, sambungan ukur, klem dan sebagainya, antara penangkap dan saluran turun, antar saluran atau antar saluran dan elektroda.

Politeknik Negeri Bali

Buku Ajar Instalasi Listrik Gedung

BAB V Penyalur Petir

82

Gambar : 5.16a. Klem Kabel

Gambar : 5.16b. Busbar Grounding

Gambar : 5.16c. Copper Butter Connector

Cupper Butter Connector dan Klem Kabel berfungsi untuk menghubungkan kabel grounding dengan pembumian Busbar berfungsi untuk sebagai titik temu antara kabel penyalur petir dengan kabel grounding

Sambungan ukur dibuat dalam saluran turun dan dapat dilepas pada waktu-waktu tertentu untuk mengukur tahanan pentanahan elektroda tanahnya. sebagai bentuk perawatan sehingga didapatkan tahanan pentanahan yang diinginkan (max 2 ohm) 4. PEMBUMIAN (EARTHING SYSTEM)

Bagian ini terdiri dari saluran pentanahan dan elektroda. Elektroda tanah ditanam dengan kedalaman tertentu yang berfungsi untuk menyebarkan arus petir kedalam tanah. Kadangkadang elektroda-elektroda tanahnya dihubung secara permanen menjadi satu kelompok. Pembumian ini berfungsi untuk membumikan (menetralkan) arus sambaran, dengan jalan mengalirkan muatan listrik dari kabel konduktor ke batang pembumian (ground rod) yang tertanam di tanah sehingga lingkungan menjadi aman dari sambaran petir, besarnya tahanan pentanahan yang diijinkan untuk penyalur petir ini adalah maksimal 2 .

Gambar : 5.17. Grounding

Politeknik Negeri Bali

Buku Ajar Instalasi Listrik Gedung

BAB V Penyalur Petir

83

Batang pembumian terbuat dari bahan tembaga berlapis baja, dengan diameter 1,5 cm dan panjang sekitar 1,8 -3 m . Ada tiga jenis Grounding system atau pembumian yaitu : 4.1. Single Grounding Yaitu dengan menancapkan sebuah batang logam/pasak biasanya di pasang tegak lurus masuk kedalam tanah 4.2. Pararel Grounding Bila sistem single grounding masih mendapatkan hasil kurang baik, maka perlu di tambahkan material logam arus pelepas ke dalam tanah yang jarak antara batang logam/material minimal 2 Meter dan dihubungkan dengan kabel BC/BCC. Penambahan batang logam/material dapat juga di tanam mendatar dengan kedalaman tertentu, bisa mengelilingi bangunan membentuk cincin atau cakar ayam. Kedua teknik ini bisa di terapkan secara bersamaan dengan acuan tahanan sebaran/resistansi kurang dari 2 setelah pengukuran dengan Earth Tester Ground 4.3. Maksimum Grounding Yaitu dengan memasukan material grounding berupa lempengan tembaga yang diikat oleh kabel BC, serta dengan pergantian tanah galian di titik grounding tersebut.

Gambar : 5.18. Penyambungan grounding Syarat Pembumian Menurut (Departemen Pekerjaan Umum Nomor : 378/KPTS/1987) manfaat perlindungan dari suatu instalasi penyalur petir sangat tergantung pada

Politeknik Negeri Bali

Buku Ajar Instalasi Listrik Gedung

BAB V Penyalur Petir

84

perencanaan dan penentuan ukuran-ukuran yang terdapat dari sistem pembumiannya terutama pada elektroda pembumian. Sistem pembumian harus dirancang dan di instalasikan sedemikian rupa sehingga tahanan pembumian instalasi penyalur petir serendah mungkin. Sedapat mungkin suatu sistem pembumian tidak mempergunakan jaringan pipa air sebagai elektroda pembumian, karena kemungkinan dipergunakan bahanbahan isolasi pada jaringan pipa air. Pipa gas sama sekali tidak boleh dipakai sebagai elektroda pembumian dari suatu instalasi penyalur petir. Demikian pipapipa dari kanal-kanal pada umumnya tidak dipakai sebagai elektroda pembumian

G. SISTEM PENGINSTALASIAN PENYALUR PETIR. Untuk mendapatkan kemampuan penyaluran dan perlindungan yang maksimal, maka ada beberapa cara penginstalasian penyalur petir yang dilakukan. Disamping mendapatkan perlindungan yang maksimal, sistem penginstalasian ini juga bertujuan untuk mendapatkan tahanan pembumian sekecil mungkin agar penyaluran petir jadi maksimal. Adapun sistem penginstalasian dalam penyalur petir dikenal ada 2, yaitu : 1. Franklin Rod. Faraday Cage/sangkar faraday

JALUR INSTALASI TUNGGAL/FRANKLIN ROD

Franklin Rod yaitu sistem penangkal petir dengan elektroda batang (finial). Prinsip kerja dari penyalur petir ini adalah apabila petir menyambar air terminal, maka arus petir ini akan disalurkan kedalam tanah melalui saluran penurun (Down Conductor). Down conductor ini terhubung
Air Terminal

dengan elektroda pentanahan yang akan menghamburkan arus petir tersebut kedalam bumi. Sehingga bila terjadi arus akibat sambaran petir akan langsung dialirkan atau disalurkan kedalam perut bumi oleh sistem penyalur petir ini, bangunan beserta peralatan yang ada

Politeknik Negeri Bali

Buku Ajar Instalasi Listrik Gedung

BAB V Penyalur Petir

85

didalamnya yang dilindungi oleh penyalur petir ini. Alat ini berupa kerucut tembaga dengan daerah perlindungan berupa kerucut imajiner dengan sudut puncak 112o. Agar daerah perlindungan besar, Franklin rod dipasang pada pipa besi (dengan tinggi 1-3 meter). Makin jauh dari Franklin rod makin lemah perlindungan di dalam daerah perlindungan tersebut. Franklin rod dapat dilihat berupa tiang di bubungan atap bangunan.

Gambar : 5.19. Penyalur petir sistem Franklin Rod 2. SANGKAR FARADAY/FARADAY CAGE

Untuk mengatasi kelemahan Franklin Rod karena adanya daerah yang tidak terlindungi dan daerah perlindungan melemah bila jarak makin jauh dari Franklin Rod-nya maka dibuat sistem Faraday Cage. Faraday Cage mempunyai sistem dan sifat seperti Franklin Rod, tapi pemasangannya di seluruh permukaan atap dengan tinggi tiang yang lebih rendah. Rangkaian jalur elektris dari bagian atas bangunan menuju tanah/grounding dengan beberapa jalur penurunan kabel, sehingga menghasilkan jalur konduktor berbentuk sangkar yang melindungi bangunan dari sambaran petir.

Gambar : 5.20. Penyalur petir sistem Faraday Cage

Politeknik Negeri Bali

Buku Ajar Instalasi Listrik Gedung

BAB V Penyalur Petir

86

Pertimbangan utama dalam memilih kedua sistem di atas : Standart keamanan Kualitas instalasi Biaya Dan Estetika.

H. KONSTRUKSI PENYALUR PETIR 1. KONSTRUKSI PENYALUR PETIR KONVENSIONAL Air Terminal merupakan bagian dari sistem proteksi petir eksternal yang bertujuan untuk menangkap kilatan petir.
Air Terminal

Air Terminal harus dipasang pada titik tertinggi dari suatu bangunan atau peralatan yang ingin dilindungi dari sambaran petir. Sebagai contohnya, jika sistem proteksi petir diaplikasikan dalam sebuah antena. Maka Air Terminal harus dipasang di atas bagian tertinggi dari antena tersebut, demikian juga jika dipasang pada gedung atau

Down Conductor

Pipa Galvanis Earthing System

rumah. Pemasangannya dipengaruhi oleh keadaan atap gedung yang akan diamankan. Untuk bangunan dengan atap datar, yaitu bangunan yang memiliki selisih tinggi antara

Gambar : 5.21. Penyalur Petir Konvensional

bumbungan dan lisplang kurang dari 1 meter maka sistem

yang sesuai adalah sistem sangkar faraday yaitu system penangkal petir keliling atap datar. Sedangkan untuk atap runcing atau selisih antara tinggi bumbungan dan lisplang lebih dari 1 meter, maka sistem yang sesuai adalah sistem Franklin Rod 2. KONSTRUKSI PENYALUR PETIR ELECTROSTATIS

Konstruksi Pemasangan Penyalur Petir Elektrostatis Bladesomme : Berfungsi menciptakan elektron bebas yang besar di awan sebagai early streamer emission , sehingga dapat mengantisipasi sambaran petir dengan aktif reaktif.

Politeknik Negeri Bali

Buku Ajar Instalasi Listrik Gedung

BAB V Penyalur Petir

87

Sparker : Sebagai penangkap petir arusnya dibuang melalui loncatan bunga api yang terjadi padanya dan juga disalurkan ke bumi.

Bladesomme Sparker Pertinak Sock PVC 1,5

Pertinak : Sebagai penyangga/dudukan dari Bladesomme dan Sparker

Sock PVC : Sebagai penyambung antara pertinak dengan pipa PVC dan antara pipa PVC dengan pipa Galvanis

Pipa PVC 1,5

Sock PVC 1,5

Pipa PVC : Berfungsi untuk memberi ruang isolasi antara Air Terminal Elektrostatik dengan pipa Galvanis yang bersifat konduktif

Pipa Galvanis 1,5 Penghantar Saluran

Pipa Galvanis : Berfungsi sebagai penyangga penangkap petir secara keseluruhan

Penghantar saluran : Berfungsi untuk menyalurkan arus sambaran ke tanah, dimana penghantar yang di gunakan haruslah terselubung isolasi dengan bahan penghantar dari tembaga dan berluas penampang minimal 50 mm2

Gambar : 5.22. Konstruksi Penyalur Petir Elektrostatis

Politeknik Negeri Bali

You might also like