You are on page 1of 3

Pendahuluan

Kita tahu siswa memilki kesulitan memahami konsep mengenai sifat partikel dari materi dan dengan keberagaman miskonsepsinya. Satu kemungkinan yang mungkin untuk mengurangi ketidakpahaman dalam kemampuan siswa untuk membiasakan memvisualkan partikel. Dalam hal ini diperlukan metode atau alat bantu untuk meningkatkan pemahaman mengenai sifat partikel dari materi dengan jelas. Penelitian lain sudah memperlihatkan bahwa tampilan tradisional mungkin menolong pemahaman konsep . Tambahan lain mengenai penelitian ini ,beberapa peneiliti memberikan perhatian penilaian terhadap miskonsepsi gurunya sendiri. Guru/dosen science juga harus memliki kemampuan yang memadai dan memahami mengenai materi yang mereka ajarkan. Namun sayangnya, penelitian menemukan fakta-fakta bahwa guru/dosen science memilki berbagai miskonsepsi mengenai materi yang akan diajarkan. Metode belajar yang aktif digunakan untuk mendemonstrasikan hal tsb. Guru membandingkan beberapa metode, menggunakan teknik animasi, kooperatif learning, pembelajaran inkuiri, dan pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran berbasis proyek, untuk meningkatkan pemahaman siswa. Baru-baru ini diantara sekian metode, teknik animasi dan kooperatif learning lebih menarik perhatian guru, manager sekolah dan peneliti pendidikan. Teknik animasi ini berguna untuk mengajar kimia, ilmu pengetahuan umum, fisika dan konsep biologi atau meningkatkan pemahaman konseptual. Animasi juga efektif membantu untuk konsep mengajar yang melibatkan gerakan pada tingkat molekul. Namun, Model animasi biasanya disederhanakan, hanya menampilkan aspek yang paling penting dari fenomena yang dimodelkan sementara meninggalkan sifat mengganggu, seperti getaran molekul dalam padatan. Contohnya saja, Ketika belajar dengan representasi tingkat molekuler, siswa membuat model mental berdasarkan pengamatan mereka pribadi, pengamatan secara kualitatif sering tidak lengkap, karena mereka sering tidak memahami konsep dasar model yang dilihatnya. Besar kemungkinan siswa mengembangkan konsep-konsep dari model yang sedikit berbeda dari apa yang dimaksudkan, karena alat visualisasi, karena ketika disajikan dalam dua dimensi, namun mereka harus memahaminya dalam tiga dimensi. Pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai metode dimana siswa membuat kelompok campuran kecil dan saling membantu untuk tujuan akademik bersama, meningkatkan masing-masing kemampuan diri, mengembangkan kemampuan komunikasi dan mengambil bagian aktif dalam belajar. Pembelajaran kooperatif, yang lebih efisien daripada metode lain, banyak digunakan dalam pendidikan. Penelitian juga menunjukkan bahwa yang kooperatif learning dapat menghasilkan efek positif terhadap prestasi akademisi, terutama bagi siswa dengan yang memiliki gangguan belajar belajar. Untuk metode pembelajaran kooperatif menjadi sukses, siswa harus dikelompokkan secara hati-hati. Biasanya kelompok ini terbentuk dari siswa memiliki kebiasaan belajar yang berbeda.

Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh bantuan visual dan metode pembelajaran kooperatif pada pemahaman siswa terhadap konsep kimia. Secara khusus, efek animasi (dinamis, dua dan tiga grafis dimensi) dan pembelajaran kooperatif pada pemahaman konsep mengenai mekanisme pelarutan garam dan senyawa dalam air yang diuji. Rumusan Masalah Apakah pemahaman konseptual berbeda dengan kemampuan penalaran siswa ? Apakah komputer animasi dan tehnik pembelajaran kooperatif yang melibatkan konsep larutan akan meningkatkan pemahamannya tentang konsep-konsep ini ? Apakah komputer animasi dan teknik pembelajaran kooperatif yang melibatkan konsep larutan akan mengurangi miskonsepsi yang dimiliki oleh siswa? Apakah komputer animasi dan teknik pembelajaran kooperatif yang melibatkan konsep larutan akan meningkatkan prestasi saja? Bahan dan Metode Sampel : peserta penelitian ini terdiri dari 109 mahasiswa tahun pertama dari tiga kelas kimia umum diajarkan oleh Peneliti (penulis) di sebuah fakultas pendidikan di universitas. Salah satu kelas didefinisikan sebagai kelompok koperatif (n = 34), di mana kooperatif learning diterapkan. Yang kedua didefinisikan sebagai kelompok animasi (n = 46), di mana komputer animasi tehnik diterapkan. Dan yang ketiga adalah kelompok kontrol (n = 29), di mana belajar tradisional diterapkan. Kelompok perlakuan dipilih secara acak. Mahasiswa yang berpartisipasi dalam penelitian ini memiliki prestasi akademik yang serupa. Instrumen Tiga instrumen pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini: 1) Pemahaman konsep ditentukan dengan tes evaluasi larutan (SET) yang dirancang untuk mencakup meteri mengenai larutan. Ini adalah instrumen yang mengukur kemampuan mahasiswa untuk membuat gambar, memberikan penjelasan dan menjawab pertanyaan pilihan ganda. Item SET terkait dengan fenomena larutan, mengklasifikasikan larutan, konsentrasi larutan, elektrolit dan non-elektrolit solusi dan tekanan uap larutan, titik didih tinggi dan titik beku . 2) Kemampuan yang dicapai mahasiswa diukur dengan kinerja siswa pada ujian (CE) mencakup topik larutan. CE memiliki sepuluh pertanyaan pilihan ganda pada unit larutan, dengan setiap pertanyaan bernilai lima poin. 3) Tes pemikiran logis (TOLT), digunakan untuk menentukan kemampuan penalaran formal siswa. TOLT digunakan dalam penelitian ini terdapat delapan item tes yang dirancang untuk menilai kemampuan siswa dengan keterampilan penalaran tertentu.

Metode Peneliti mulai mengajar materi mengenai pada larutan air dengan pendekatan traditional pada kelompok kontrol dan dengan pembelajaran kooperatif dan animasi komputer dalam kelompok eksperimental. Instruksi diberikan selama 16 jam saja (empat jam saja per minggu dan 50 menit untuk setiap mata kuliah) untuk tiga kelompok oleh dosen kimia yang sama.

You might also like