You are on page 1of 24

PENGANTAR ANALISIS REAL

ERIDANI
DEPARTEMEN MATEMATIKA
UNIVERSITAS AIRLANGGA, SURABAYA
1. Turunan Fungsi
1.1. Ilustrasi. Pandang soal-soal berikut.
(1) Misalkan s(t) := 3t
2
+ 4t menyatakan posisi benda pada garis lurus
saat detik ke t > 0. Tentukan kecepatan rata-rata benda dua detik
setelah bergerak. Tentukan kecepatan rata-rata saat benda bergerak
mulai detik keempat sampai detik kelima. Tentukan kecepatan benda
sesaat sesudah detik ketiga.
(2) Tentukan garis yang menyinggung parabola y = x
2
1 di titik (2, 3).
Tema-tema berbeda dari geometri elementer dan mekanika klasik yang tam-
paknya tidak berhubungan, ternyata menyatakan satu entitas yang sama dalam
diskusi kita kali ini, yaitu tentang turunan suatu fungsi.
1.2. Pengertian. Diberikan fungsi f : R R, dan t
0
R. Turunan f di t
0
,
didenisikan sebagai
lim
tt
0
f(t) f(t
0
)
t t
0
,
asalkan nilai limitnya ada. Jika nilai limitnya ada, maka
lim
tt
0
f(t) f(t
0
)
t t
0
, atau lim
h0
f(t
0
+ h) f(t
0
)
h
menyatakan turunan f di t
0
, dan dinotasikan dengan f

(t
0
).
Misalkan A R, dan f

(t) ada untuk setiap t A, maka f dikatakan


mempunyai turunan (atau terdierensialkan) di A.
*Permanent address : Department of Mathematics Airlangga University, Kampus C Mu-
lyorejo, Surabaya 60115, Indonesia.
1
Contoh 1. Diberikan fungsi f(t) := t
2
, dan
g(t) =
_
t, t 0,
t, t < 0.
Dapat ditunjukkan bahwa f

(t
0
) ada untuk setiap t
0
R.
Tepatnya, kita punyai
f

(t
0
) = lim
tt
0
f(t) f(t
0
)
t t
0
= 2t
0
.
Oleh karena
lim
t0
+
g(t) g(0)
t
= lim
t0

g(t) g(0)
t
,
maka g

(0) tidak ada.


Contoh 2. Diberikan fungsi h(y) := y, 0 y 1. Oleh karena
lim
t0

h(t) h(0)
t
dan lim
t1
+
h(t) h(1)
t 1
tidak ada, maka h

(0) dan h

(1) tidak ada. Dengan demikian


h

(y) = 1, 0 < y < 1.


Hubungan antara konsep kekontinuan dan keterdierensialan fungsi tertuang
dalam fakta berikut.
Jika f mempunyai turunan di t
0
, maka f kontinu di titik tersebut.
Bukti. Misalkan f

(t
0
) ada, akan dibuktikan bahwa f kontinu di t
0
, atau
lim
tt
0
f(t) = f(t
0
).
Untuk setiap t = t
0
, kita ketahui bahwa
f(t) f(t
0
) =
f(t) f(t
0
)
t t
0
(t t
0
).
Dengan demikian
lim
tt
0
(f(t) f(t
0
)) = lim
tt
0
f(t) f(t
0
)
t t
0
lim
tt
0
(t t
0
)
= f

(t
0
) 0 = 0.
Ini mengakhiri pembuktian.
2
Kontraposisi teorema di atas menyatakan bahwa
g(t) =
_
1, t 0,
1, t < 0,
tidak mempunyai turunan di t = 0.
Bagaimana dengan konvers teorema di atas? Adakah fungsi kontinu yang
selalu mempunyai turunan di sebarang titiknya? Tinjaulah fungsi nilai mutlak
di [2, 2].
Fakta berikut meninjau kumpulan fungsi-fungsi yang terdierensialkan dari
aspek aljabarnya. Tepatnya kita punyai fakta bahwa kumpulan fungsi-fungsi
yang terdierensialkan membentuk suatu ruang vektor, atau lebih jauh lagi,
suatu aljabar.
Jika f, dan g mempunyai turunan di t
0
, maka f +g, dan f g juga mempunyai
turunan di titik tersebut.
Bukti. Oleh karena untuk t = t
0
,
f(t)g(t) f(t
0
)g(t
0
)
t t
0
= g(t)
f(t) f(t
0
)
t t
0
+ f(t
0
)
g(t) g(t
0
)
t t
0
,
dan g kontinu di t
0
, maka f g mempunyai turunan di t
0
.
1.3. Aturan rantai. Diberikan fungsi f(t) := (2t + 3)
6
. Dalam Kalkulus ele-
menter, diketahui bahwa salah satu cara untuk menghitung turunan f adalah
dengan menggunakan substitusi x := 2t + 3. Dengan demikian
f

(t) =
df
dt
=
df
dx

dx
dt
= 6x
5
2 = 12x
5
= 12(2t + 3)
5
.
Berikut akan disajikan landasan teori dari fenomena di atas. Kita mulai
dengan Teorema Caratheodory berikut ini.
(Constantin Caratheodory). f : [0, 1] R, dengan f

(t
0
) ada, untuk 0 < t
0
< 1,
jika dan hanya jika terdapat fungsi : [0, 1] R yang kontinu di t
0
dan
bersifat
f(t) f(t
0
) = (t)(t t
0
), untuk setiap t [0, 1].
Lebih jauh, akan kita punyai fakta f

(t
0
) = (t
0
).
3
Bukti. Misalkan f

(t
0
) ada, kita dapat mendenisikan, untuk setiap t [0, 1],
(t) :=
_
f(t)f(t
0
)
tt
0
, t = t
0
,
f

(t
0
), t = t
0
.
Jelas bahwa kontinu, khususnya di t
0
.
Bukti ke arah sebaliknya menggunakan cara serupa, dan diserahkan ke pem-
baca sebagai latihan.
Sebagai ilustrasi untuk teorema di atas, pandang contoh berikut.
Contoh 3. Misalkan f(t) := t
3
, t R. Jika kita denisikan
1
(t) := t
2
+t +1,
maka cukup jelas bahwa f(t) f(1) =
1
(t)(t 1), dan f

(1) =
1
(1) = 3.
Selain itu, kita punyai f(t) f(2) =
2
(t)(t 2), untuk
2
(t) := t
2
+2t +4,
dan f

(2) =
2
(2) = 12.
(Aturan Rantai). Diberikan fungsi f : [a, b] R, g : [c, d] R, yang bersifat
f([a, b]) [c, d].
Jika f

(t
0
) ada, untuk a < t
0
< b, dan g

(f(t
0
)) ada, maka g f mempunyai
turunan di t
0
dan
(g f)

(t
0
) = g

(f(t
0
)) f

(t
0
).
Bukti. Karena f

(t
0
) ada, maka dapat dipilih
1
: [a, b] R sedemikian
sehingga, untuk setiap t [a, b], berlaku
f(t) f(t
0
) =
1
(t)(t t
0
).
Misalkan s := f(t
0
) (c, d). Karena g

(s) ada, dapat dipilih


2
: [c, d] R
sedemikian sehingga, untuk setiap k f([a, b]), berlaku
g(k) g(s) =
2
(k)(k s).
Dengan demikian, untuk setiap t [a, b], akan kita peroleh
g(f(t)) g(f(t
0
)) =
2
(f(t))(f(t) f(t
0
)) =
2
(f(t))
1
(t)(t t
0
).
Akibatnya
(g f)

(t
0
) =
2
(f(t
0
))
1
(t
0
) = g

(f(t
0
)) f

(t
0
).
Ini mengakhiri pembuktian.
4
Soal Latihan
(1) Misalkan diberikan
f(t) :=
_
t
2
sin(1/t), t = 0,
0, t = 0,
dan
g(t) :=
_
t
2
, t Q,
0, t / Q.
Carilah f

(0), dan g

(0).
(2) Jika g(s) := s
1/3
, s R, buktikan bahwa g

(0) tidak ada.


(3) Misalkan n N, dan
h(t) :=
_
t
n
, t 0,
0, t < 0.
Tentukan n agar h

kontinu di 0. Tentukan n agar h

mempunyai tu-
runan di 0.
(4) Misalkan f : R R mempunyai turunan di 3 dan f(3) = 0. Tunjukkan
bahwa g(x) := |f(x)| mempunyai turunan di 3 jika dan hanya jika
f

(3) = 0.
(5) Misalkan f : [0, 1] R monoton naik dan dierensiabel di (0, 1). Jika
g invers dari f, t
0
:= f(1/2), f

(1/2), dan g

(t
0
) ada, hitunglah g

(t
0
).
1.4. Teorema Nilai Rata-rata. Diberikan fungsi f : [0, 1] R, dan t
0

[0, 1]. Fungsi f dikatakan mempunyai maksimum di t
0
, jika f(t) f(t
0
), untuk
setiap t [0, 1]. Pengertian minimum dapat didenisikan secara serupa.
Jika f mempunyai maksimum atau minimum di [0, 1], maka f dikatakan
memiliki ekstrim di [0, 1].
(Teorema Ekstrim Interior). Misalkan f : [0, 1] R, mempunyai ekstrim di
t
0
(0, 1). Jika f

(t
0
) ada maka f

(t
0
) = 0.
Bukti. Di sini kita hanya akan meninjau dalam hal f mempunyai maksi-
mum di [0, 1]. Untuk situasi di mana f mempunyai minimum, akan diserahkan
kepada pembaca sebagai latihan.
5
Misalkan f(t
0
) f(t), untuk setiap t [0, 1]. Andaikan f

(t
0
) > 0, maka da-
pat dipilih interval buka I
0
(0, 1) yang memuat t
0
sedemikian rupa sehingga
untuk setiap x I
0
, dan x = t
0
, kita punyai
f(x) f(t
0
)
x t
0
> 0.
Situasi di mana x > t
0
, akan memunculkan kontradiksi. Pengandaian bahwa
f

(t
0
) < 0 akan memunculkan situasi yang serupa.
Contoh 4. Fungsi nilai mutlak di [1, 1] memberikan contoh penyangkal bahwa
konvers teorema di atas tidak berlaku.
Kita catat (dari teorema di atas) bahwa turunan fungsi di titik ekstrim hanya
memenuhi salah satu diantara dua keadaan, yaitu turunannya tidak ada atau
bernilai nol.
Diberikan sebarang fungsi f : [0, 1] R. Misalkan sebarang garis yang
sejajar sumbu-x dan memotong grak f di dua titik berbeda. Maka, dalam
keadaan tertentu yang terkait dengan turunan f, akan ada salah satu garis
singgung di f yang sejajar sumbu-x.
(Michel Rolle). Misalkan f : [0, 1] R mempunyai turunan di (0, 1). Jika
f(0) = f(1) maka terdapat c (0, 1) yang bersifat f

(c) = 0.
Bukti. Jika f adalah fungsi konstan, maka semua c (0, 1) memenuhi per-
syaratan yang diminta.
Misalkan f > 0, dan bukan fungsi konstan. Karena
sup
_
f(y) : 0 y 1
_
> 0,
maka f mencapai ekstrim di c [0, 1]. Karena f bukan fungsi konstan, maka
c (0, 1). Dengan menggunakan teorema Ekstrim Interior, maka bukti selesai.

Sebagai latihan, pembaca dapat menuliskan (sekaligus membuktikan) Teo-
rema Rolle untuk sebarang fungsi f : [a, b] R yang dierensiabel di (a, b).
6
Sekarang kita sampai kepada salah satu hasil utama dalam topik turunan
fungsi, yang metode pembuktiannya menggunakan teorema Rolle.
(Teorema Nilai Rata-rata). Jika f : [a, b] R mempunyai turunan di (a, b),
maka terdapat c (a, b) yang bersifat
f

(c) =
f(b) f(a)
b a
.
Bukti. Gunakan teorema Rolle untuk fungsi berikut:
G(t) := f(t) f(a)
f(b) f(a)
b a
(t a), a t b.
Untuk lebih memahami, pembaca dapat memberikan ilustrasi geometris untuk
kesimpulan teorema.
(Teorema Nilai Rata-rata Cauchy) Misalkan diberikan fungsi-fungsi f, g : [a, b]
R yang mempunyai turunan di (a, b), g(a) = g(b), dan g

(t) = 0, untuk
a < t < b. Jika menerapkan Teorema Rolle kepada
H(t) :=
f(b) f(a)
g(b) g(a)
(g(t) g(a)) (f(t) f(a)), a t b,
maka dapat ditemukan c (a, b) sedemikian sehingga
f

(c)
g

(c)
=
f(b) f(a)
g(b) g(a)
.
Soal Latihan
(1) Jika f : [a, b] R bersifat f

(t) = 0, untuk a < t < b, tunjukkan bahwa


f adalah fungsi konstan.
(2) Jika f, g : [a, b] R bersifat f

(t) = g

(t), untuk a < t < b, tunjukkan


bahwa f = g + C, untuk suatu konstanta C.
(3) Berikan denisi tentang f : [a, b] R sebagai fungsi naik. Buktikan
bahwa f naik di [a, b] jika dan hanya jika f

(t) 0, di (a, b). Tuliskan


soal serupa mengenai turunan suatu fungsi turun.
(4) Dengan menggunakan teorema Nilai Rata-rata, taksirlah

26, ln 2,
3

29,
dan

1, 1.
7
(5) Jika 1 cos x 1, untuk setiap x R, buktikan bahwa
x sin x x, untuk setiap x 0.
(6) Dengan menerapkan teorema Nilai Rata-rata untuk fungsi
g(t) := (1 + t)

, > 1, t > 1,
dan
h(y) := y y

, 0 < < 1, y 0,
buktikan bahwa
(1 + t)

1 + t, y

y + (1 ).
(7) (LHospital 1). Misalkan diberikan f, g : [a, b] R yang bersifat f(a) =
g(a) = 0, dan g

> 0 di (a, b). Jika f

(a), g

(a) > 0, maka buktikan


bahwa
lim
xa
+
f(x)
g(x)
=
f

(a)
g

(a)
.
(8) (LHospital 2). Misalkan diberikan f, g : [a, b] R yang dierensiabel
di (a, b). Jika g

> 0, dan
lim
xa
+
f(x) = lim
xa
+
g(x) = 0,
maka buktikan bahwa
lim
xa
+
f(x)
g(x)
= lim
xa
+
f

(x)
g

(x)
.
(Petunjuk : Gunakan Teorema Nilai Rata-rata Cauchy).
1.5. Teorema Taylor. Misalkan f : [a, a + h] R dierensiabel di (a, a +
h), h > 0. Kita denisikan F
0
(t) := f(a + h) f(t), a t a + h, dan
G(t) := F
0
(t)
a + h t
h
F
0
(a).
Oleh karena G(a) = G(a+h), maka (melalui penggunaan Teorema Rolle) akan
kita temukan t
0
(a, a + h), yang bersifat
G

(t
0
) = 0, atau f

(t
0
) =
f(a + h) f(a)
h
.
8
Hasil di atas sudah cukup kita kenal sebagai Teorema Nilai Rata-rata.
Kita ulangi proses di atas, dengan a < t < a + h, kali ini untuk
F
1
(t) := f(a+h)f(t)(a+ht)f

(t), G(t) := F
1
(t)
_
a + h t
h
_
2
F
1
(a).
Cukup jelas bahwa G(a) = 0 = G(a + h). Dengan demikian dapat ditemukan
t
0
(a, a + h) yang bersifat G

(t
0
) = 0. Sifat yang terakhir ini setara dengan
f(a + h) = f(a) + hf

(a) +
h
2
2
f

(t
0
), a < t
0
< a + h.
Contoh 5. Misalkan diberikan f(x) := ln x, 1 x 2. Dengan menggunakan
Teorema Nilai Rata-rata, kita punyai taksiran 1/2 < ln2 < 1. Sementara itu,
jika kita gunakan Teorema Taylor, akan kita peroleh 1/2 < ln 2 < 7/8.
2. Integral Riemann
Bagaimana cara menghitung luas:
(1) daerah yang dibatasi oleh sumbu-x, garis x = 2, dan kurva
g(x) := 2 x, 0 x 2?
(2) daerah yang dibatasi oleh sumbu-x, garis x = 1, dan kurva
f(x) := x
2
, 0 x 1?
Untuk permasalahan yang pertama kita lihat bahwa daerah yang dimaksud
luasnya sama dengan separoh dari luas persegipanjang berukuran 2 4 satuan
panjang. Dengan demikian luas daerah yang dimaksud mudah dihitung.
Sedangkan permasalahan yang kedua kita mulai dengan membagi interval
[0, 1] menjadi sekian buah subinterval, dengan n N, yang terbentuk dari
titik-titik
0 < 1/n < 2/n < 3/n < < (n 1)/n < 1.
9
Kemudian dihitung jumlah Riemann atas
U(n, f) := f(1/n)
_
1
n
0
_
+ f(2/n)
_
2
n

1
n
_
+ + f(1)
_
1
n 1
n
_
=
1
n
n

k=1
f(k/n) =
1
n
3
n

k=1
k
2
=
1
n
3

n(n + 1)(2n + 1)
6
=
1
6
_
1 +
1
n
__
2 +
1
n
_
,
dan jumlah Riemann bawah
L(n, f) := f(0)
_
1
n
0
_
+ f(1/n)
_
2
n

1
n
_
+ + f((n 1)/n)
_
1
n 1
n
_
=
1
n
n1

k=0
f(k/n) =
1
n
3
n1

k=1
k
2
=
1
n
3

n(n 1)(2n 1)
6
=
1
6
_
1
1
n
__
2
1
n
_
.
Jika pias yang kita buat semakin halus, ini setara dengan mengatakan bahwa
n semakin besar, maka kedua jumlah Riemann yang dimaksud akan semakin
mendekati daerah yang akan kita cari luasnya. Ini cukup jelas, karena kedua
jumlah Riemann akan semakin berimpit dengan luas daerah yang dimaksud.
Oleh karena
lim
n
U(n, f) = lim
n
L(n, f) =
1
3
,
maka ini akan kita tuliskan sebagai
_
1
0
f(t) dt =
1
3
.
Ruas kiri kesamaan di atas menyatakan luas daerah yang dibatasi oleh garis
x = 1, sumbu-x dan kurva f(x) = x
2
, sedangkan ruas kanan menyatakan besar
luas daerah yang dimaksud.
2.1. Denisi Integral Riemann. Diberikan fungsi terbatas f : [a, b] R.
Partisi P := {x
0
, x
1
, x
2
, . . . , x
n1
, x
n
} untuk [a, b] adalah sekumpulan bilangan
yang bersifat
a = x
0
< x
1
< x
2
< x
3
< . . . < x
n1
< x
n
= b.
10
Kita denisikan, untuk k = 1, 2, . . . , n,
m
k
:= inf
_
f(t) : x
k1
t x
k
_
M
k
:= sup
_
f(t) : x
k1
t x
k
_
.
Jumlah (Riemann) bawah dan jumlah (Riemann) atas f yang terasosiasi den-
gan P, berturut-turut adalah
L(P, f) :=
n

k=1
m
k
(x
k
x
k1
), U(P, f) :=
n

k=1
M
k
(x
k
x
k1
).
Jika P adalah sebarang partisi untuk [a, b], maka kita akan selalu mempunyai
L(P, f) U(P, f).
Misalkan P dan Q berturut-turut adalah partisi untuk [a, b]. Jika P Q,
maka kita katakan bahwa Q adalah partisi penghalus untuk P.
Misalkan diberikan partisi-partisi P = {a, x
1
, b}, dan Q = {a, x
1
, y, b} untuk
[a, b], yang bersifat x
1
< y < b.
Jika kita denisikan
m
1
:= inf
_
f(t) : a t x
1
_
m
2
:= inf
_
f(t) : x
1
t b
_
,
dan
m

1
:= inf
_
f(t) : x
1
t y
_
m

2
:= inf
_
f(t) : y t b
_
,
maka cukup jelas bahwa
L(P, f) = m
1
(x
1
a) + m
2
(b x
1
),
dan
L(Q, f) = m
1
(x
1
a) + m

1
(y x
1
) + m

2
(b y).
Oleh karena m
2
m

1
, dan m
2
m

2
, maka L(P, f) L(Q, f). Dengan cara
yang sama, akan kita peroleh pula U(Q, f) U(P, f).
Misalkan f : [a, b] R terbatas. Jika P dan Q adalah partisi-partisi untuk
[a, b], maka L(P, f) U(Q, f).
11
Bukti. Jika kita denisikan A := P Q, maka P A, dan Q A. Dengan
demikian L(P, f) L(A, f) U(A, f) U(Q, f). Ini mengakhiri pembuktian.

Misalkan P = P([a, b]) menyatakan kumpulan semua partisi untuk [a, b].
Jika Q P, maka untuk setiap P P, akan berlaku L(P, f) U(Q, f).
Dengan demikian, U(Q, f) adalah batas atas untuk himpunan
_
L(P, f) : P P
_
.
Jika L(f) adalah batas atas terkecil himpunan di atas, maka cukup jelas bahwa
L(f) U(Q, f).
Kita lihat bahwa L(f) U(Q, f) berlaku untuk sebarang Q P. Den-
gan demikian dapat kita simpulkan bahwa L(f) adalah batas bawah untuk
himpunan
_
U(Q, f) : Q P
_
.
Jika U(f) adalah batas bawah terbesar himpunan di atas, maka dapat kita
simpulkan bahwa L(f) U(f).
Jika L(f) = U(f), maka kita katakan bahwa fungsi f : [a, b] R terintegral
(Riemann) di [a, b]. Nilai integral fungsi tersebut adalah L(f) atau U(f), atau
bisa juga dinotasikan sebagai
_
b
a
f(t) dt.
Contoh 6. Jika g(t) := 2, 0 t 2, dan P := {0, 1, 2} adalah salah satu
partisi untuk [0, 2], maka cukup jelas bahwa
4 = L(P, g) L(g) U(g) U(P, g) = 4.
Oleh karena L(g) = U(g), maka g terintegral di [0, 2], dan
_
2
0
g(t) dt = U(g) = 4.
12
Contoh 7. Pandang fungsi h(s) := s, 0 s 1. Untuk sebarang bilangan
asli n 2, P
n
:= {0, 1/n, 2/n, . . . , (n 1)/n, 1} merupakan salah satu partisi
untuk [0, 1]. Dengan perhitungan sederhana, kita tahu bahwa
1
2
_
1
1
n
_
= L(P
n
, h) L(h) U(h) U(P
n
, h) =
1
2
_
1 +
1
n
_
,
berlaku untuk sebarang n 2. Dengan argumentasi geometris sederhana, kita
tahu bahwa
0 U(h) L(h)
1
2
_
1 +
1
n
_

1
2
_
1
1
n
_
=
1
n
, n 2.
Menggunakan sifat Archimedes, dapat disimpulkan bahwa L(h) = U(h). Ini
berarti h terintegral di [0, 1].
Dari fakta bahwa
_
L(P
n
, h) : n 2
_

_
L(P, h) : P P
_
, dapat kita
simpulkan bahwa
1
2
= sup
_
L(P
n
, h) : n 2
_
sup
_
L(P, h) : P P
_
= L(h).
Dengan cara serupa, kita ketahui bahwa U(h) 1/2. Dengan demikian
_
1
0
h(s) ds =
1
2
.
Contoh 8. Cukup jelas bahwa r(t) := t
2
, 0 t 1, dan
s(t) :=
_
1, 0 t < 1/2,
2, 1/2 t 1,
merupakan fungsi-fungsi yang terintegral di [0, 1]. Berapa nilai integralnya?
Tentu saja untuk fungsi r, kita dapat memilih partisi reguler
P
n
:=
_
0, 1/n, 2/n, 3/n, . . . , (n 1)/n, 1
_
, n N.
Sedangkan untuk fungsi s kita dapat memilih partisi dengan cara sebagai
berikut. Cukup jelas bahwa untuk n 5, akan mengakibatkan
0 <
1
2

1
n
<
1
2
+
1
n
< 1.
13
Dengan demikian, partisi berikut
P

n
:=
_
0,
1
2

1
n
,
1
2
+
1
n
, 1
_
bisa digunakan untuk membuktikan bahwa s terintegral di [0, 1].
2.2. Kriteria Riemann. Telah diketahui bahwa f : [a, b] R terintegral di
[a, b] jika dan hanya jika L(f) = U(f). Jika diberikan > 0 sebarang, cukup
jelas bahwa L(f) /2 < L(f), dengan demikian L(f) /2 bukan batas atas
himpunan
_
L(P, f) : P P
_
.
Pilih P
1
P yang bersifat L(f) /2 < L(P
1
, f).
Dengan cara yang sama, karena U(f) + /2 bukan batas bawah himpunan
_
U(P, f) : P P
_
,
maka dapat dipilih P
2
P yang bersifat U(P
2
, f) < U(f) + /2.
Jika dimisalkan P := P
1
P
2
, maka
L(f) /2 < L(P
1
, f) L(P, f) U(P, f) U(P
2
, f) < U(f) + /2.
Oleh karena U(f) = L(f), maka
0 U(P, f) L(P, f) < (U(f) + /2) (L(f) /2) = .
Dengan demikian
Jika f : [a, b] R terintegral, maka untuk setiap > 0 dapat ditemukan
partisi P untuk [a, b] sedemikian rupa sehingga
0 U(P, f) L(P, f) < .
Misalkan diberikan fungsi f : [a, b] R yang bersifat:
Untuk setiap > 0 selalu dapat ditemukan partisi P untuk [a, b], sedemikian
rupa sehingga 0 U(P, f) L(P, f) < .
Akan ditunjukkan bahwa f terintegral di [a, b], atau dengan kata lain, akan
ditunjukkan bahwa L(f) = U(f).
14
Andaikan L(f) = U(f). Ini berarti L(f) < U(f). Jika kita tulis

0
:= (U(f) L(f))/3,
maka dapat dipilih P P yang bersifat
0 < U(f) L(f) U(P, f) L(P, f) <
0
= (U(f) L(f))/3.
Timbullah kontradiksi.
Jika f : [a, b] R bersifat: Untuk setiap > 0 selalu dapat ditemukan partisi
P untuk [a, b], sedemikian rupa sehingga
0 U(P, f) L(P, f) < ,
maka f terintegral di [a, b].
Fakta di atas dapat kita rangkum dalam bentuk
(Kriteria Riemann). f : [a, b] R terintegral di [a, b] jika dan hanya jika untuk
setiap > 0 selalu dapat ditemukan partisi P untuk [a, b], sedemikian rupa
sehingga
0 U(P, f) L(P, f) < .
Kriteria Riemann dapat juga dituliskan dalam bentuk penggunaan barisan
partisi yang memenuhi sifat-sifat tertentu. Kriteria di bawah ini dapat digu-
nakan, khususnya, untuk partisi reguler pada interval [a, b] yang berbentuk
P
n
:=
_
a, a +
(b a)
n
, a +
2(b a)
n
, . . . , a +
n 1
n
(b a), b
_
, n N.
Jika kumpulan partisi {P
1
, P
2
, P
3
, . . .} untuk [a, b] bersifat
lim
n
_
U(P
n
, f) L(P
n
, f)
_
= 0,
maka f : [a, b] R terintegral di [a, b], dan
lim
n
U(P
n
, f) =
_
b
a
f(t) dt = lim
n
L(P
n
, f).
Contoh 9. Pandang fungsi h(s) := s, 0 s 1. Untuk
P
n
:=
_
0, 1/n, 2/n, . . . , (n 1)/n, 1
_
, n 2,
15
kita punyai
L(P
n
, h) =
1
2
_
1
1
n
_
, dan U(P
n
, h) =
1
2
_
1 +
1
n
_
.
dengan demikian
lim
n
_
U(P
n
, f) L(P
n
, f)
_
= lim
n
1
n
= 0.
Ini berarti h terintegral di [0, 1]. Selanjutnya, kita peroleh pula
1
2
= lim
n
L(P
n
, h) =
_
1
0
h(s) ds.
Soal Latihan
(1) Misalkan diberikan
f(t) :=
_
1, t = 0,
2, 0 < t 2,
dan g(t) :=
_

_
2, 0 t < 1,
1, t = 1,
2, 1 < t 2.
Buktikan bahwa f, dan g terintegral di [0, 2]. Berapa nilai integralnya?
(2) Dengan menggunakan kriteria Riemann (versi barisan partisi), buktikan
bahwa h(s) := s
2
, 0 s 1, terintegral. Berapa nilai integralnya?
(3) Jika f : [2, 5] R fungsi naik, buktikan bahwa f terintegral di [2, 5].
(4) Jika g : [0, 1] R, terintegral, buktikan bahwa 3 g terintegral di [0, 1].
Buktikan pula bahwa
_
1
0
3 g(s) ds = 3
_
1
0
g(s) ds.
Bagaimana dengan (4) g?
(5) Misalkan Q menyatakan himpunan bilangan rasional, dan diberikan
h(t) :=
_
1, t [0, 2] Q,
0, t [0, 2] Q
c
.
Dengan menggunakan fakta bahwa sebarang interval buka/tutup selalu
memuat baik bilangan rasional maupun takrasional, buktikan bahwa h
takterintegral di [0, 2].
(6) Jika fungsi f : [a, b] R terbatas dan taknegatif, buktikan bahwa
L(f) 0.
16
(7) Misalkan fungsi f : [a, b] R kontinu dan taknegatif. Jika L(f) = 0,
buktikan bahwa f 0.
(8) Misalkan f : [0, 1] R fungsi naik yang terintegral, dan P
n
adalah
partisi reguler untuk [0, 1]. Buktikan bahwa
0 U(P
n
, f)
_
1
0
f(t) dt
f(1) f(0)
n
.
(9) Misalkan f : [a, b] R memenuhi syarat Lipschitz, untuk suatu K > 0,
|f(t) f(r)| K|t r|, t, r [a, b],
dan P
n
adalah partisi reguler untuk [a, b]. Tunjukkan bahwa
0 U(P
n
, f)
_
b
a
f(s) ds K
(b a)
2
n
.
(10) Jika f, g : [a, b] R terintegral, buktikan bahwa f + g terintegral di
[a, b]. Buktikan pula
_
b
a
(f(t) + g(t)) dt =
_
b
a
f(t) dt +
_
b
a
g(t) dt.
(11) Jika f, g : [a, b] R terintegral, dan f g, buktikan bahwa
_
b
a
f(t) dt
_
b
a
g(t) dt.
Dari sini, asalkan |f| terintegral di [a, b], simpulkan bahwa

_
b
a
f(t) dt

_
b
a
|f(t)| dt.
2.3. Teorema Fundamental Kalkulus. Misalkan f : [a, b] R dierensia-
bel dan f

: [a, b] R terintegral. Walau pada umumnya f

(a) dan f

(b) tidak
terdenisi, dengan beberapa syarat sederhana, kita dapat mendenisikannya
sebagai
f

(a) := lim
ta
+
f

(t), dan f

(b) := lim
tb

(t),
asalkan kedua limitnya ada.
Untuk sebarang > 0 yang terambil, dengan kriteria Riemann, pilih partisi
P := {x
0
:= a, x
1
, x
2
, . . . , x
n1
, x
n
:= b}, untuk [a, b] yang bersifat
U(P, f

) L(P, f

) < .
17
Dengan menerapkan Teorema Nilai Rata-rata untuk f : [x
k1
, x
k
] R, dapat
dipilih t
k
(x
k1
, x
k
), yang bersifat (x
k
x
k1
)f

(t
k
) = f(x
k
) f(x
k1
).
Jika m

k
dan M

k
berturut-turut menyatakan inmum dan supremum f

di
[x
k1
, x
k
], maka m

k
(x
k
x
k1
) f(x
k
) f(x
k1
) M

k
(x
k
x
k1
).
Dengan demikian untuk setiap partisi P kita peroleh
L(P, f

) f(b) f(a) U(P, f

).
Tetapi oleh karena
L(P, f

)
_
b
a
f

(t) dt U(P, f

),
maka

_
b
a
f

(t) dt (f(b) f(a))

< ,
untuk sebarang > 0.
(Teorema Fundamental Kalkulus 1). Misalkan f : [a, b] R dierensiabel dan
f

: [a, b] R terintegral. Maka


_
b
a
f

(t) dt = f(b) f(a).


Berikut akan kita lihat Teorema Fundamental Kalkulus dari sisi yang berbeda.
Jika sebelumnya Teorema Fundamental Kalkulus dapat dianggap sebagai alat
bantu untuk menghitung luas daerah di bawah suatu kurva, maka sekarang kita
akan melihat Teorema Fundamental Kalkulus dapat digunakan untuk menje-
laskan bahwa operasi integral pada dasarnya adalah balikan operasi turunan.
Ini adalah salah satu alasan asal-usul penamaan integral taktentu sebagai anti-
turunan, sesuatu yang sudah amat sangat familiar di Kalkulus Elementer.
Misalkan diberikan fungsi terbatas f : [a, b] R yang terintegral. Misalkan
terdapat K > 0 sedemikian hingga |f| K. Jika kita denisikan
F(x) :=
_
x
a
f(t) dt, x [a, b],
18
maka
F(x) F(y) =
_
y
x
f(t) dt, dan |F(x) F(y)| K|x y|, a x, y b.
Misalkan f kontinu di c [a, b], dan > 0 sebarang, maka dapat dipilih > 0
sedemikian hingga |h| < , c + h [a, b] =|f(c + h) f(c)| < .
Dengan demikian

F(c + h) F(c)
h
f(c)

=
1
|h|

_
c+h
c
(f(t) f(c)) dt

.
Ini berarti
lim
h0
F(c + h) F(c)
h
= f(c), atau F

(c) = f(c).
Penjelasan di atas dapat kita tuliskan sebagai
(Teorema Fundamental Kalkulus 2). Misalkan f : [a, b] R terbatas dan terin-
tegral. Jika didenisikan
F(t) :=
_
t
a
f(s) ds, a t b,
maka F : [a, b] R kontinu dan F

(c) = f(c) a c b.
Sekarang akan kita diskusikan perihal teknik penghitungan integral. Salah
satu teknik paling sederhana, yang penjelasannya menggunakan Teorema Fun-
damental Kalkulus, adalah pengintegralan parsial. Kalau kita perhatikan lebih
jeli, teknik ini bersandar pada keberlakuan Teorema Fundamental Kalkulus
untuk (kombinasi) perkalian dua fungsi. Mari kita simak contoh berikut.
Contoh 10. Pandang fungsi h(s) := se
s
, 2 s 3. Cukup jelas bahwa
h

(s) = e
s
+ se
s
, 2 < s < 3. Catat bahwa pada dasarnya kita bisa menden-
isikan h

(s) untuk 2 s 3, karena kita dapat mendenisikan h

(2) dan h

(3)
dengan menggunakan fakta bahwa h

terbatas di (2, 3).


Dengan menggunakan Teorema Fundamental Kalkulus untuk h

, akan kita
peroleh
_
3
2
h(s) ds =
_
3
2
se
s
ds = e
3
+ 3 e
3
(e
2
+ 2 e
2
)
_
3
2
e
s
ds.
19
Karena integral di ruas kanan memiliki bentuk lebih sederhana daripada in-
tegral di ruas kiri, maka
_
3
2
s e
s
ds dapat dihitung, karena
_
3
2
e
s
ds diasumsikan
telah dapat dihitung.
Contoh di atas dapat disarikan dalam penjelasan berikut.
Misalkan kita denisikan H(t) := f(t)g(t), a t b, dan H

terintegral di
[a, b]. Dari Teorema Fundamental Kalkulus, kita ketahui bahwa
_
b
a
H

(t) dt = H(b) H(a).
Ini berarti
_
b
a
f(t)g

(t) dt = f(b)g(b) f(a)g(a)


_
b
a
f

(t)g(t) dt,
asalkan integral di ruas kanan lebih mudah dihitung daripada integral di ruas
kiri.
(Teknik Pengintegralan Parsial). Misalkan f, g : [a, b] R terintegral. Jika f

g
dan fg

terintegral di [a, b], maka


_
b
a
f(t)g

(t) dt = f(b)g(b) f(a)g(a)


_
b
a
f

(t)g(t) dt,
asalkan integral di ruas kanan lebih mudah dihitung daripada integral di ruas
kiri.
Sekali lagi, Teorema Fundamental Kalkulus, dalam hal ini merupakan magic
words untuk menjelaskan salah satu metode penghitungan integral yang biasa
disebut metode substitusi.
Misalkan diberikan fungsi : [a, b] R dan g : [m, n] R, dengan
([a, b]) [m, n].
Misalkan didenisikan H(t) := g((t)), a t b, dengan ketentuan bahwa
g

, dan H

memenuhi syarat-syarat untuk keberlakuan Teorema Fundamental
20
Kalkulus. Ini berarti
_
b
a
g

((t))

(t) dt =
_
b
a
H

(t) dt = H(b) H(a)
= g((b)) g((a))
=
_
(b)
(a)
g

(s) ds.
Contoh 11. Buktikan bahwa
_
2
1
t(1 + t
2
)
2
dt =
1
2
_
5
2
s
2
ds.
Untuk g(t) := t
3
, 2 t 5, dan (t) := 1 + t
2
, 1 t 2, kita punyai fakta
([1, 2]) [2, 5]. Misalkan H(t) := g((t)), 1 t 2. Dengan mengingat
bahwa H

(t) = g

((t))

(t) = 6 t(1+t
2
)
2
terintegral di [1, 2], dan g

terintegral
di [2, 5], maka
_
2
1
6 t(1 + t
2
)
2
dt =
_
2
1
g

((t))

(t) dt
=
_
2
1
H

(t) dt = H(2) H(1)
= g((2)) g((1))
=
_
(2)
(1)
g

(s) ds =
_
5
2
g

(s) ds
=
_
5
2
3 s
2
ds.
Setelah penjelasan berikut contohnya yang panjang dan detil, kita punyai
(Metode Substitusi 1). Misalkan : [a, b] R dierensiabel di [a, b]. Jika
f : [m, n] R kontinu dan ([a, b]) [m, n], maka
_
b
a
f((t))

(t) dt =
_
(b)
(a)
f(t) dt.
Soal Latihan
21
(1) Misalkan diberikan
f(t) :=
_
1, t = 0,
2, 0 < t 2,
dan g(t) :=
_

_
2, 0 t < 1,
1, t = 1,
2, 1 < t 2.
Buktikan bahwa f, dan g terintegral di [0, 2]. Berapa nilai integralnya?
(2) Dengan menggunakan kriteria Riemann (versi barisan partisi), buktikan
bahwa h(s) := s
2
, 0 s 1, terintegral. Berapa nilai integralnya?
(3) Jika f : [2, 5] R fungsi naik, buktikan bahwa f terintegral di [2, 5].
(4) Jika g : [0, 1] R, terintegral, buktikan pula bahwa 3 g terintegral di
[0, 1]. Buktikan bahwa
_
1
0
3 g(s) ds = 3
_
1
0
g(s) ds.
Bagaimana dengan (4) g?
(5) Misalkan Q menyatakan himpunan bilangan rasional, dan diberikan
h(t) :=
_
1, t [0, 2] Q,
0, t [0, 2] Q
c
.
Dengan menggunakan fakta bahwa sebarang interval buka/tutup selalu
memuat baik bilangan rasional maupun takrasional, buktikan bahwa h
takterintegral di [0, 2].
(6) Jika fungsi f : [a, b] R terbatas dan taknegatif, buktikan bahwa
L(f) 0.
(7) Misalkan fungsi f : [a, b] R kontinu dan taknegatif. Jika L(f) = 0,
buktikan bahwa f 0.
(8) Misalkan f : [0, 1] R fungsi naik yang terintegral, dan P
n
adalah
partisi reguler untuk [0, 1]. Buktikan bahwa
0 U(P
n
, f)
_
1
0
f(t) dt
f(1) f(0)
n
.
(9) Misalkan f : [a, b] R memenuhi syarat Lipschitz, untuk suatu K > 0,
|f(t) f(r)| K|t r|, t, r [a, b],
22
dan P
n
adalah partisi reguler untuk [a, b]. Tunjukkan bahwa
0 U(P
n
, f)
_
b
a
f(s) ds K
(b a)
2
n
.
(10) Jika f, g : [a, b] R terintegral, buktikan bahwa f + g terintegral di
[a, b]. Buktikan pula
_
b
a
(f(t) + g(t)) dt =
_
b
a
f(t) dt +
_
b
a
g(t) dt.
(11) Jika f, g : [a, b] R terintegral, dan f g, buktikan bahwa
_
b
a
f(t) dt
_
b
a
g(t) dt.
Dari sini, asalkan |f| terintegral di [a, b], simpulkan bahwa

_
b
a
f(t) dt

_
b
a
|f(t)| dt.
23
References
[1] Duoandikoetxea J., Fourier Analysis, Graduate Studies in Math, 33, AMS, Providence,
Rhode Island, 2001.
[2] E. Nakai, Hardy-Littlewood maximal operator, singular integral operators, and the Riesz
potentials on generalized Morrey spaces, Math. Nachr. 166 (1994), 95-103.
24

You might also like