You are on page 1of 21

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Stroke adalah infark regional kortikal, subkortikal atau pun infark regional di batang otak yang terjadi karena kawasan perdarahan atau penyumbatan suatu arteri sehingga jatah oksigen tidak dapat disampaikan kebagian otak tertentu. Stroke merupakan penyebab utama kecacatan pada orang dewasa. Empat juta orang amerika mengalami defisit neurologi akibat stroke ; dua pertiga dari defisit ini bersifat sedang sampai parah. Kemungkinan meninggal akibat stroke inisial adalah 30% sampai 35% dan kemungkinan kecacatan mayor pada orang yang selamat adalah 35% sampai 40%. Sekitar sepertiga dari semua pasien yang selamat dari stroke akan mengalami stroke ulangan pada tahun pertama. Secara umum stroke dapat dibagi menjadi dua . Pertama stroke non hemoragic yaitu stroke yang disebabkan oleh penyumbatan pada pembuluh darah di otak. Kedua stroke hemoragik yaitu stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah diotak. Faktor-faktor resiko stroke antara lain umur, hipertensi, diabetes mellitus, arteriosklerosis, penyakit jantung, merokok. Berat otak manusia sekitar 1400 gram dan tersusun oleh kurang lebih 100 triliun neuron. Otak terdiri dari empat bagian besar yaitu serebrum (otak besar), serebelum (otak kecil), brainstem (batang otak), dan diensefalon. Otak menerima 17 % curah jantung dan menggunakan 20 % konsumsi oksigen total tubuh manusia untuk metabolisme aerobiknya. Otak diperdarahi oleh dua pasang arteri yaitu arteri karotis interna dan arteri vertebralis. Da dalam rongga kranium, keempat arteri ini saling berhubungan dan membentuk sistem anastomosis, yaitu sirkulus Willis. Darah vena dialirkan dari otak melalui dua sistem : kelompok vena interna, yang mengumpulkan darah ke Vena galen dan sinus rektus, dan kelompok vena eksterna yang terletak di permukaan hemisfer otak, dan mencurahkan darah, ke sinus sagitalis superior dan sinus-sinus basalis lateralis, dan seterusnya ke vena-vena jugularis, dicurahkan menuju ke jantung. Kenaikan darah yang abrupt atau kenaikan dalam jumlah yang secar a mencolok dapat menginduksi pecahnya pembuluh darah terutama pada pagi hari dan sore hari yang menjadi penyebab terjadinya stroke. Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak, hemisfer otak, dan perdarahan batang otak sekunder atau ekstensi perdarahan ke

batang otak. Perembesan darah ke ventrikel otak terjadi pada sepertiga kasus perdarahan otak di nukleus kaudatus, talamus dan pons. Dengan demikian pada penderita stroke diperlukan asuhan keperawatan yang komprehensif dan paripurna. Melihat fenomena di atas, storke merupakan penyakit yang menjadi momok bagi manusia. Selain itu, stroke menyerang dengan tiba-tiba. Orang yang menderita stroke sering tidak menyadari bahwa dia terkena stroke. Tiba-tiba saja, penderita merasakan dan mengalami kelainan seperti lumpuh pada sebagian sisi tubuhnya, bicara pelo, pandangan kabur, dan lain sebagainya tergantung bagian otak mana yang terkena. Oleh karena itu penting bagi kita perawat bagian dari tenaga medis untuk mempelajari tentang patofisologi, mekanisme, manifestasi klinis, prosedur diagnostik dan asuhan keperawatan yang harus di berikan pada pasien stroke.

B. Tujuan Setelah melaksanakan asuhan keperawatan pada stroke diharapkan mahasiswa mampu : 1. 2. 3. Mengetahui dan mempelajari lebih dalam mengenai stroke. Mengetahui tata laksana dan asuhan keperawatan yang diberikan. Memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan paripurna kepada pasien stroke.

C. Manfaat 1. Bagi Mahasiswa Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan kepada pasien stroke. 2. Bagi Institusi Pendidikan Dapat di gunakan sebagai literatur di perpustakaan dan dapat memberi informasi kepada para pembaca untuk menambah wawasan dan pengetahuan.

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Cedera serebrovaskular atau stroke meliputi awitan tiba-tiba defisit neurologis karena insufisiensi suplai darah ke suatu bagian dari otak. Insufisiensi suplai darah disebabkan oleh trombus, biasanya sekunder terhadap arterisklerosis, terhadap embolisme berasal dari tempat lain dalam tubuh, atau terhadap perdarahan akibat ruptur arteri (aneurisma) (Lynda Juall Carpenito, 1995). Menurut WHO. (1989) Stroke adalah disfungsi neurologi akut yang disebabkan oleh gangguan aliran darah yang timbul secara mendadak dengan tanda dan gejala sesuai dengan daerah fokal pada otak yang terganggu.

B. Etiologi Beberapa keadaan dibawah ini dapat menyebabkan stroke antara lain : 1. Thrombosis Cerebral Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapa menimbulkan oedema dan kongesti di sekitarnya.Thrombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah yang dapat menyebabkan iskemi serebral.Tanda dan gejala neurologis seringkali memburuk pada 48 jam sete;ah thrombosis. Beberapa keadaandibawah ini dapat menyebabkan thrombosis otak : a. Atherosklerosis Atherosklerosis adalah mengerasnya pembuluh darah serta berkurangnya kelenturan atau elastisitas dinding pembuluh darah. Manifestasi klinis atherosklerosis bermacam-macam. Kerusakan dapat terjadi melalui mekanisme berikut :

Lumen arteri menyempit dan mengakibatkan berkurangnya aliran darah. Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadi thrombosis. Merupakan tempat terbentuknya thrombus, kemudian melepaskan kepingan thrombus (embolus)

Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma kemudian robek dan terjadi perdarahan. 3

b. Hypercoagulasi pada polysitemia Darah bertambah kental , peningkatan viskositas /hematokrit meningkat dapat melambatkan aliran darah serebral. c. Arteritis( radang pada arteri ) 2. Emboli Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral. Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30 detik. Beberapa keadaan dibawah ini dapat menimbulkan emboli :

Katup-katup jantung yang rusak akibat Rheumatik Heart Desease.(RHD) Myokard infark Fibrilasi,. Keadaan aritmia menyebabkan berbagai bentuk pengosongan ventrikel sehingga darah terbentuk gumpalan kecil dan sewaktu-waktu kosong sama sekali dengan mengeluarkan embolus-embolus kecil.

Endokarditis oleh bakteri dan non bakteri, menyebabkan terbentuknya gumpalangumpalan pada endocardium.

3. Haemorhagi Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan dalam ruang subarachnoid atau kedalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi karena atherosklerosis dan hypertensi. Akibat pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan perembesan darah kedalam parenkim otak yang dapat mengakibatkan penekanan, pergeseran dan pemisahan jaringan otak yang berdekatan ,sehingga otak akan membengkak, jaringan otak tertekan, sehingga terjadi infark otak, oedema, dan mungkin herniasi otak. Penyebab perdarahan otak yang paling lazim terjadi :

Aneurisma Berry,biasanya defek kongenital. Aneurisma fusiformis dari atherosklerosis. Aneurisma myocotik dari vaskulitis nekrose dan emboli septis. Malformasi arteriovenous, terjadi hubungan persambungan pembuluh darah arteri, sehingga darah arteri langsung masuk vena.

Ruptur arteriol serebral, akibat hipertensi yang menimbulkan penebalan dan degenerasi pembuluh darah.

4. Hypoksia Umum

Hipertensi yang parah. Cardiac Pulmonary Arrest Cardiac output turun akibat aritmia

5. Hipoksia setempat

Spasme arteri serebral , yang disertai perdarahan subarachnoid. Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migrain.

C. Tanda dan Gejala Menurut Pujianto (2008), stroke dapat menyebabkan berbagai defisit neurologik, bergantung pada lokasi lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat),ukuran area yang perfusinya tidak adekuat, dan jumlah aliran darah kolateral (sekunder atau aksesori). Tanda dan gejala ini muncul pada penderita stroke antara lain : 1. Kehilangan motorik : hemipelgi (paralisys pada suatu sisi) karena lesi pada sesi otak yang berlawanan, hemiparesis atau kelemahan salah satu sisi tubuh. 2. kehilangan komunikasi:disartria (kesulitan bicara),disfasia atau afasia (bicara deektif atau kehilangan bicara), apraksia (ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang dipelajari sebelumnya). 3. Gangguan persepsi: disfungsi persepsi visual, gangguan hubungan visual spasial, kehilangan sensori. 4. 5. Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologis. Disfungsi kandung kemih.

D. Patofisiologi Infark serbral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak. Luasnya infark bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya pembuluh darah dan adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai oleh pembuluh darah yang tersumbat. Suplai darah ke otak dapat berubah (makin lmbat atau cepat) pada gangguan lokal (thrombus, emboli, perdarahan dan spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan umum (hipoksia karena gangguan paru dan jantung). Atherosklerotik sering/cenderung sebagai faktor penting terhadap ortak, thrombus dapat berasal dari flak arterosklerotik, atau darah dapat beku pada area yang stenosis, dimana aliran darah akan lambat atau terjadi turbulensi. Thrombus dapat pecah dari

dinding pembuluh darah terbawa sebagai emboli dalam aliran darah. Thrombus mengakibatkan ;

Iskemia jaringan otak yang disuplai oleh pembuluh darah yang bersangkutan. Edema dan kongesti disekitar area. Area edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih besar daripada area infark itu

sendiri. Edema dapat berkurang dalam beberapa jam atau kadang-kadang sesudah beberapa hari. Dengan berkurangnya edema pasien mulai menunjukan perbaikan,CVA. Karena thrombosis biasanya tidak fatal, jika tidak terjadi perdarahan masif. Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkan edema dan nekrosis diikuti thrombosis. Jika terjadi septik infeksi akan meluas pada dinding pembukluh darah maka akan terjadi abses atau ensefalitis , atau jika sisa infeksi berada pada pembuluh darah yang tersumbat menyebabkan dilatasi aneurisma pembuluh darah. Hal iniakan me yebabkan perdarahan cerebral, jika aneurisma pecah atau ruptur. Perdarahan pada otak lebih disebabkan oleh ruptur arteriosklerotik dan hipertensi pembuluh darah.. Perdarahanintraserebral yang sangat luas akan menyebabkan kematian dibandingkan dari keseluruhan penyakit cerebro vaskuler. Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat berkembang anoksia cerebral. Perubahan disebabkan oleh anoksia serebral dapat reversibel untuk jangka waktu 4-6 menit. Perubahan irreversibel bila anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia serebral dapat terjadi oleh karena gangguan yang bervariasi salah satunya cardiac arrest. Perbedaan antara infark dan perdarahan otak sebagai berikut : Gejala(anamnesa) PermulaanWaktuPeringatanNyeri Kepala Kejang Kesadaran menurun Gejala ObjektifKomaKaku kudukKernig pupil edema Perdarahan Retina Pemeriksaan Laboratorium Darah pada LP X foto Skedel Angiografi CT Scan. Infark Perdarahan Sub akutBangun pagi+ Sangat akutLagi aktifitas-+ 50% TIA++ +++ Kadang sedikit Infark+/ Perdarahan+++++ + +

+ Oklusi, stenosis Densitas berkurang

+ Kemungkinan pergeseran glandula pineal Aneurisma AVM. massa intra hemisfer/vasospasme. Massa intrakranial densitas bertambah.

Perbedaan perdarahan Intra Serebral (PIS) dan Perdarahan Sub Arachnoid (PSA) Gejala Timbulnya Nyeri Kepala Kesadaran Kejang Tanda rangsangan Meningeal. Hemiparese Gangguan saraf otak PIS PSA Dalam 1 jam Hebat Menurun 1-2 menit Sangat hebat Umum Menurun sementara Sering +/fokal ++ +++ + +/+++

Jika dilihat bagian hemisfer yang terkena tanda dan gejala dapat berupa: 1. Stroke hemisfer Kanan

Hemiparese sebelah kiri tubuh. Penilaian buruk Mempunyai kerentanan terhadap sisi kolateral sehingga kemungkinan terjatuh ke sisi yang berlawanan tersebut.

2. Stroke yang Hemifer kiri


Mengalami hemiparese kanan Perilaku lambat dan sangat hati-hati Kelainan bidang pandang sebelah kanan. Disfagia global Afasia Mudah frustasi

3. Pemeriksaan Diagnostik

Rontgen kepala dan medula spinalis Elektro encephalografi Punksi lumbal Angiografi Computerized Tomografi Scanning ( CT. Scan) Magnetic Resonance Imaging

Pathway

E. Penatalaksanaan Stroke Untuk mengobati keadaan akut perlu diperhatikan faktor-faktor kritis sebagai berikut 1. Berusaha menstabilkan tanda-tanda vital 2. Berusaha menemukan dan memperbaiki aritmia jantung. 3. Merawat kandung kemih, sedapat mungkin jangan memakai kateter. 4. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat mungkin pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan gerak pasif. Pengobatan Konservatif 1. Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral ( ADS ) secara percobaan, tetapi maknanya :pada tubuh manusia belum dapat dibuktikan. 2. Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin intra arterial. 3. Anti agregasi thrombosis seperti aspirin digunakan untuk menghambat reaksi pelepasan agregasi thrombosis yang terjadi sesudah ulserasi alteroma. Pengobatan Pembedahan Tujuan utama adalah memperbaiki aliran darah serebral : 1. Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis , yaitu dengan membuka arteri karotis di leher. 2. Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan manfaatnya paling dirasakan oleh pasien TIA. 3. Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut 4. Ugasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada aneurisma.

Rencana Keperawatan Stroke NO DX 1 DIAGNOSA TUJUAN Perfusi jaringan tidak efektif: cedera b.d gangguan sirkulasi darah ke otak Setelah dilakukan tindakan keperawatan jam diharapkan perfusi jaringan efektif dg KH: Perfusi jaringan cerebral: Fungs i neurology meningkat,TIK dbn, Kelemahan berkurang Status INTERVENSI Peningkatan perfusi serebral Kaji kesadaran klien Monitor status respirasi Kolaborasi obat-obatan untuk memepertahankan status hemodinamik. Monitor laboratorium utk status oksigenasi: AGD Monitor neurology Monitor pupil: gerakan, kesimetrisan, reaksi pupil Monitor kesadaran,orientasi, GCS dan status memori.

Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmam puan pemasukan b.d faktor biologis

neurology:Kesa daran meningkat,Fung si motorik meningkat, Fung si persepsi sensorik mening kat.,Komunikasi kognitif meningkat, Tand a vital stabil Setelah dilakukan askep .. jam terjadi peningkatan status nutrisi dg KH: Mengkonsumsi nutrisi yang adekuat. Identifikasi kebutuhan nutrisi. Bebas dari tanda malnutrisi.

Ukur vital sign Kaji peningkatan kemampuan motorik, persepsi sensorik ( respon babinski) kaji tanda-tanda keadekuatan perfusi jaringan cerebral Hindari aktivitas yg dapat meningkatkan TIK Laporkan pada dokter ttg perubahan kondisi klien

Managemen nutrisi Kaji pola makan klien Kaji kebiasaan makan klien dan makanan kesukaannya Anjurkan pada keluarga untuk meningkatkan intake nutrisi dan cairan kelaborasi dengan ahli gizi tentang kebutuhan kalori dan tipe makanan yang dibutuhkan tingkatkan intake protein, zat besi dan vit c monitor intake nutrisi dan kalori Monitor pemberian masukan cairan lewat parenteral. Nutritional terapi kaji kebutuhan untuk pemasangan NGT berikan makanan melalui NGT k/p berikan lingkungan yang nyaman dan tenang untuk mendukung makan monitor penurunan dan peningkatan BB monitor intake kalori dan gizi Latihan : gerakan sendi (ROM) Kaji kemampuan klien dalam melakukan mobilitas fisik Jelaskan kepada klien dan keluarga manfaat latihan Kolaborasi dg fisioterapi utk program latihan Kaji lokasi nyeri/ ketidaknyamanan selama latihan Jaga keamanan klien Bantu klien utk mengoptimalkan gerak sendi pasif manpun aktif. Beri reinforcement ppositif setipa kemajuan Terapi latihan : kontrol otot Kaji kesiapan klien utk melakukan latihan Evaluasi fungsi sensorik Berikan privacy klien saat latihan kaji dan catat kemampuan klien utk keempat ekstremitas, ukur vital sign sebelum dan

Kerusakan mobilitas fisik b.d kerusakan neuromuskul er, kerusakan persepsi sensori, penurunan kekuatan otot.

Setelah dilakukan Askep . jam diharapkan terjadi peningkatan mobilisasi, dengan criteria:Level mobilitas: Peningkatan fungsi dan kekuatan otot ROM aktif / pasif meningkat Perubahan pposisi adekuat. Fungsi motorik meningkat. ADL optimal

10

Kerusakan komunikasi verbal b.d penurunan sirkulasi ke otak.

Sindrom defisit selfcare: b.d kelemahan, gangguan neuromuskul er, kerusakan mobilitas fisik

Setelah dilakukan askep . jam, kemamapuan komunitas verbal meningkat,dg criteria:Kemampuan komunikasi: Penggunaan isyarat nonverbal Penggunaan bahasa tulisan, gambar Peningkatan bahasa lisan Komunikasi : kemampuan penerimaan. Kemampuan interprestasi meningkat Setelah dilakukan askep jam, self-care optimal dg kriteria : Mandi teratur. Kebersihan badan terjaga kebutuhan sehari-hari (ADL) terpenuhi

sesudah latihan Kolaborasi dengan fisioterapi Beri reinforcement ppositif setipa kemajuan Mendengar aktif: Kaji kemampuan berkomunikasi Jelaskan tujuan interaksi Perhatikan tanda nonverbal klien Klarifikasi pesan bertanya dan feedback. Hindari barrier/ halangan komunikasi Peningkatan komunikasi: Defisit bicara Libatkan keluarga utk memahami pesan klien Sediakan petunjuk sederhana Perhatikan bicara klien dg cermat Gunakan kata sederhana dan pendek Berdiri di depan klien saat bicara, gunakan isyarat tangan. Beri reinforcement positif Dorong keluarga utk selalu mengajak komunikasi denga klien

Risiko infeksi b.d imunitas tubuh primer menurun, prosedur invasif

Self-care assistant. Kaji kemampuan klien dalam pemenuhan kebutuhan sehari hari Sediakan kebutuhan yang diperlukan untuk ADL Bantu ADL sampai mampu mandiri. Latih klien untuk mandiri jika memungkinkan. Anjurkan, latih dan libatkan keluarga untuk membantu memenuhi kebutuhan klien seharihari Berikan reinforcement positif atas usaha yang telah dilakukan klien. Setelah dilakukan askep Konrol infeksi : jam tidak Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien terdapatfaktor risiko lain. infeksi pada klien Pertahankan teknik isolasi. dengan KH: Batasi pengunjung bila perlu. Tidak ada tanda- Intruksikan kepada keluarga untuk mencuci tanda infeksi tangan saat kontak dan sesudahnya. status imune Gunakan sabun anti miroba untuk mencuci klien adekuat tangan. V/S dbn, Lakukan cuci tangan sebelum dan sesudah AL dbn tindakan keperawatan. Gunakan baju dan sarung tangan sebagai alat pelindung. Pertahankan lingkungan yang aseptik selama pemasangan alat.

11

Lakukan dresing infus, DC setiap hari. Tingkatkan intake nutrisi dan cairan berikan antibiotik sesuai program.

Kurang pengetahuan keluarga tentang penyakit dan perawatanny a b/d kurang paparan dan keterbatasan kognitif

Gangguan eliminasi BAB berhubungan dengan imobil

Proteksi terhadap infeksi Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal. Monitor hitung granulosit dan WBC. Pertahankan teknik aseptik untuk setiap tindakan. Pertahankan teknik isolasi bila perlu. Inspeksi kulit dan mebran mukosa terhadap kemerahan, panas. Dorong istirahat yang cukup. Monitor perubahan tingkat energi. Dorong peningkatan mobilitas dan latihan. Instruksikan klien untuk minum antibiotik sesuai program. Ajarkan keluarga/klien tentang tanda dan gejala infeksi. Laporkan kecurigaan infeksi. Setelah dilakukan askep Mengajarkan proses penyakit jam pengetahuan Kaji pengetahuan keluarga tentang proses keluarga klien penyakit meningkat dg KH: Jelaskan tentang patofisiologi penyakit dan Keluarga tanda gejala penyakit menjelaskan ten Beri gambaran tentaang tanda gejala penyakit tang penyakit, kalau memungkinkan perlunya pengo Identifikasi penyebab penyakit batan dan Berikan informasi pada keluarga tentang memahami keadaan pasien, komplikasi penyakit. perawatan Diskusikan tentang pilihan therapy pada Keluarga keluarga dan rasional therapy yang diberikan. kooperativedan Berikan dukungan pada keluarga untuk memilih mau kerjasama atau mendapatkan pengobatan lain yang lebih saat dilakukan baik. tindakan Jelaskan pada keluarga tentang persiapan / tindakan yang akan dilakukan Setelah dilakukan askep Konstipation atau impaction management .. jam pasien tdk Monitor tanda dan gejala konstipasi mengalami konstipasi Monitor pergerakan usus, frekuensi, dg KH: konsistensi Pasien mampu Identifikasi diet penyebab konstipasi BAB lembek Anjurkan pada pasien untuk makan buahtanpa kesulitan buahan dan makanan berserat tinggi Mobilisasi bertahab Anjurkan pasien u/ meningkatkan intake makanan dan cairan Evaluasi intake makanan dan minuman Kolaborasi medis u/ pemberian laksan kalau

12

Gangguan menelan berhubungan dengan kerusakan neuromuskul er otot menelan

10

Risiko trauma/injuri berhubungan dengan penurunan kesadaran

perlu sete lah dilakukan askep Mewasdai aspirasi jam status menelan monitor tingkat kesadaran pasien dapat berfungsi monitor status paru-paru monitor jalan nafas 0 posisikan 30-40 berikan makan / NGT jika memungkinkan hindari memberikan makan peroral jika terjadi penurunan kesadaran siapkan peralatan suksion k/p tawarkan makanan atau cairan yang dapat dibentuk menjadi bolus sebelum ditelan potong makanan kecil-kecil gerus obat sebelum diberikan 0 atur posisi kepala 30-45 setelah makan Terapi menelan Kolaborasi dengan tim dalam merencanakan rehabilitasi klien Berikan privasi Hindari menggunakan sedotan minum Instruksikan klien membuka dan menutup mulut untuk persiapan memasukkan makanan Monitor tanda dan gejala aspirasi Ajarkan klien dan keluarga cara memberikan makanan Monitor BB Berikan perawatan mulut Monitor hidrasi tubuh Bantu untuk mempertahankan intake kalori dan cairan Cek mulut adakah sisa makanan Berikan makanan yang lunak. Setelah dilakukan askep Manajemen kejang jam terjadi monitor posisi tidur klien peningkatan Status Pertahankan kepatenan jalan nafas keselamatan Injuri fisik Beri oksigen Dg KH : Monitor status neurologi Klien dalam Monitor vital sign posisi yang Catat lama dan karakteristik kejang (posisi aman dan bebas tubuh, aktifitas motorik, prosesi kejang) dari injuri Kelola medikasi sesuai order Klien tidak jatuh Manajemen lingkungan Identifikasi kebutuhan keamanan klien Jauhkan benda yang membahayakan klien pasang bed plang Sediakan ruang khusus Berikan lingkungan tenang Batasi pengunjung Anjurkan pada keluarga untuk menunggu/berada dekat klien

13

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN STROKE

Pengkajian 1. Perubahan pada tingkat kesadaran atau responivitas yang dibuktikan dengan gerakan, menolak terhadap perubahan posisi dan respon terhadap stimulasi, berorientasi terhadap waktu, tempat dan orang 2. Ada atau tidaknya gerakan volunteer atau involunter ekstremitas, tonus otot, postur tubuh, dan posisi kepala. 3. Kekakuan atau flaksiditas leher. 4. Pembukaan mata, ukuran pupil komparatif, dan reaksi pupil terhadap cahaya dan posisi okular. 5. Warna wajah dan ekstremitas, suhu dan kelembaban kulit. 6. Kualitas dan frekuensi nadi, pernapasan, gas darah arteri sesuai indikasi, suhu tubuh dan tekanan arteri. 7. Kemampuan untuk bicara 8. Volume cairan yang diminum dan volume urin yang dikeluarkan setiap 24 jam. 9. Riwayat hipertensi, kebiasaan merokok, kebiasaan makanan dan umur.

Dari pengkajian secara umum tersebut diatas dapat dijabarkan sebagai berikut : 1. Pengkajian Primer
o

Airway Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret akibat kelemahan reflek batuk.

Breathing Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi /aspirasi.

Circulation TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut, takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut.

14

2. Pengkajian Sekunder
o

Aktivitas dan istirahat

Data Subyektif : kesulitan dalam beraktivitas ; kelemahan, kehilangan sensasi atau paralysis. Mudah lelah, kesulitan istirahat (nyeri atau kejang otot).

Data obyektif : Perubahan tingkat kesadaran. Perubahan tonus otot (flaksid atau spastic), paraliysis (hemiplegia), kelemahan umum. Gangguan penglihatan.

Sirkulasi

Data Subyektif : Riwayat penyakit jantung (penyakit katup jantung, disritmia, gagal jantung, endokarditis bacterial), polisitemia.

Data obyektif : Hipertensi arterial Disritmia, perubahan EKG Pulsasi : kemungkinan bervariasi Denyut karotis, femoral dan arteri iliaka atau aorta abdominal.

Integritas ego

Data Subyektif : Perasaan tidak berdaya, hilang harapan.

Data obyektif : Emosi yang labil dan marah yang tidak tepat, kesediahan, kegembiraan. Kesulitan berekspresi diri.

Eliminasi

Data Subyektif : Inkontinensia, anuria Distensi abdomen (kandung kemih sangat penuh), tidak adanya suara usus (ileus paralitik)

Makan/ minum

Data Subyektif : Nafsu makan hilang. 15

Nausea / vomitus menandakan adanya PTIK. Kehilangan sensasi lidah , pipi , tenggorokan, disfagia. Riwayat DM, Peningkatan lemak dalam darah.

Data obyektif : Problem dalam mengunyah (menurunnya reflek palatum dan faring) Obesitas (faktor resiko).

Sensori Neural

Data Subyektif : Pusing / syncope (sebelum CVA / sementara selama TIA). Nyeri kepala : pada perdarahan intra serebral atau perdarahan sub arachnoid. Kelemahan, kesemutan/kebas, sisi yang terkena terlihat seperti lumpuh/mati. Penglihatan berkurang. Sentuhan : kehilangan sensor pada sisi kolateral pada ekstremitas dan pada muka ipsilateral (sisi yang sama). Gangguan rasa pengecapan dan penciuman.

Data obyektif : Status mental : koma biasanya menandai stadium perdarahan, gangguan tingkah laku (seperti: letergi, apatis, menyerang) dan gangguan fungsi kognitif. Ekstremitas : kelemahan / paraliysis (kontralateral) pada semua jenis stroke, genggaman tangan tidak imbang, berkurangnya reflek tendon dalam (kontralateral). Wajah: paralisis / parese (ipsilateral). Afasia (kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa), kemungkinan ekspresif/ kesulitan berkata kata, reseptif / kesulitan berkata kata komprehensif, global / kombinasi dari keduanya. Kehilangan kemampuan mengenal atau melihat, pendengaran, stimuli taktil. Apraksia : kehilangan kemampuan menggunakan motorik. Reaksi dan ukuran pupil : tidak sama dilatasi dan tak bereaksi pada sisi ipsi lateral.

Nyeri / kenyamanan

Data Subyektif : Sakit kepala yang bervariasi intensitasnya.

Data obyektif : 16

Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan otot / fasial.


o

Respirasi

Data Subyektif : Perokok (factor resiko).

Keamanan

Data obyektif : Motorik/sensorik : masalah dengan penglihatan. Perubahan persepsi terhadap tubuh, kesulitan untuk melihat objek, hilang kewasadaan terhadap bagian tubuh yang sakit. Tidak mampu mengenali objek, warna, kata, dan wajah yang pernah dikenali. Gangguan berespon terhadap panas, dan dingin/gangguan regulasi suhu tubuh. Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap keamanan, berkurang kesadaran diri.

Interaksi social

Data obyektif : Problem berbicara, ketidakmampuan berkomunikasi. (Doenges E, Marilynn,2000).

Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul 1. Kerusakan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan otot, kontrol 2. Perfusi jaringan tidak efektif berhubungan dengan perdarahan otak, oedem otak 3. Kurang perawatan diri b.d kelemahan fisik 4. Kerusakan komunikasi verbal b.d kerusakan otak 5. Resiko kerusakan integritas kulit b.d faktor mekanik 6. Resiko infeksi b.d penurunan pertahanan primer.

17

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan Menurut WHO (1965) dan Karya (1988) dalam Harsono (1993) stroke adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral, baik local maupun menyeluruh (global), yang berlangsung dengan cepat, berlangsung lebih dari 24 jam, atau berakhir dengan kematian, tanpa di temukan penyebab selain daripada gangguan vaskular. Gangguan peredaran darah otak dapat mengakibatkan fungsi otak terganggu dan bila gangguan yang terjadi cukup besar dapat mengakibatkan kematian sebagian otak (infark), gejalagejala yang terjadi tergantung pada daerah otak yang di pengaruhi. Faktor-faktor resiko stroke antara lain umur, hipertensi, diabetes mellitus, arteriosklerosis, penyakit jantung, merokok. Berat otak manusia sekitar 1400 gram dan tersusun oleh kurang lebih 100 triliun neuron. Otak terdiri dari empat bagian besar yaitu serebrum (otak besar), serebelum (otak kecil), brainstem (batang otak), dan diensefalon. Otak menerima 17 % curah jantung dan menggunakan 20 % konsumsi oksigen total tubuh manusia untuk metabolisme aerobiknya.

B. Saran Kami dari kelompok mengharapkan saran dari pembaca agar dapat member kritik dan saran untuk kesempurnaan makalah Asuhan Keperawatan pada klien dengan STROKE

18

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, M.E.2000, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, EGC, Jakarta. Smeltzer, Suzanne C. & Bare, Breda G, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Bruner & Suddhart. vol 2. Edisi 8. Jakarta. EGC. 2002 http://id.scribd.com/doc/122546908/askep-stroke http://id.scribd.com/doc/52590982/ASKEP-STROKE http://id.scribd.com/doc/124134593/Askep-Stroke

19

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita semua ke jalan kebenaran yang diridhoi Allah SWT. Maksud penulis membuat makalah ini adalah untuk dapat lebih memahami tentang Asuhan Keperawatan Pada Pasien Stroke yang akan sangat berguna terutama untuk mahasiswa. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak sekali kekurangannya baik dalam cara penulisan maupun dalam isi. Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis yang membuat dan umumnya bagi yang membaca makalah ini. Amin.

Sukabumi, April 2013

Penulis

20

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ................................................................................................... 1 B. Tujuan ................................................................................................................ 2 C. Manfaat .............................................................................................................. 2

BAB II TINJAUAN TEORI A. Definisi ............................................................................................................... 3 B. Etiologi ............................................................................................................... 3 C. Tanda dan Gejala ............................................................................................... 5 D. Patofisiologi ....................................................................................................... 5 E. Penatalaksanaan Stroke ...................................................................................... 9

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN STROKE .. 14

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan ........................................................................................................ 18 B. Saran .................................................................................................................. 18

DAFTAR PUSTAKA

21

You might also like