You are on page 1of 18

BAB I KASUS

A. IDENTITAS PASIEN Nama Agama Pekerjaan : Nn. M : Islam : Pelajar No.Reg Umur : 16.622 : 15 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan Tanggal Pemeriksaan : 01-03-2014

Tempat Pemeriksaan : Poli BKMM

B. ANAMNESIS

Keluhan utama

Mata kanan dan kiri kabur saat melihat jauh. Anamnesis tambahan :

Keluhan dirasakan sejak masuk sekolah dasar. Penglihatan kabur secara perlahan dan pasien merasa kabur saat melihat jauh. Keluhan sakit kepala (-), nyeri (-), kemasukan benda asing (-). Riwayat penyakit DM (), Hipertensi (-). Riwayat keluarga, pasien bersaudara sebanyak tujuh orang tetapi 3 orang adiknya mengalami keluhan yang sama dengan pasien. Pasien tidak pernah berobat sebelumnya dan belum pernah memakai kacamata.

C. PEMERIKSAAN I. INSPEKSI Palpebra Apparatus lakrimal Silia Konjungtiva Bola mata Mekanisme muskular OD Edema (-) lakrimasi (-) Sekret (-) Hiperemis (-) Kesan normal OS Edema (-) Lakrimasi (-) Sekret (-) Hiperemis (-) Kesan normal

Kornea Bilik mata depan Iris Pupil Lensa II. PALPASI Tensi okuler Nyeri tekan Massa tumor Glandula pre-aurikuler VISUS Visus Kor D.P IV. PENYINARAN OPTIK Konjungtiva Kornea BMD Iris Pupil EVALUASI RETINA Funduskopi Refleks Fundus Pupil N.II Fundus Tyroid VI. BIOMETRI

III.

Jernih Kesan normal Coklat Bulat, sentral Jernih OD 11 (-) (-) Pembesaran (-) OD 1/60 20/300 S 16.00 46/OD Hiperemis (-) Jernih Kesan normal Coklat, kripte (+) Bulat, sentral, RC (+) FOD Menyerupai jala (+) (+) (+) OD

Jernih Kesan normal Coklat Bulat, sentral Jernih OS 12 (-) (-) Pembesaran (-) OS 1/60 20/200 S 14.00

OS Hiperemis (-) Jernih Kesan normal Coklat, kripte (+) Bulat, sentral, RC (+) FOS Menyerupai jala (+) (+) (+) OS

V.

VII.

SLIT LAMP Vitreus

OD Sangat cair GDS : 95 mg/dl

OS Sangat cair

VIII.

LABORATORIUM

D. RESUME Seorang perempuan datang ke Poli Balai Kesehatan Mata Makassar dengan keluhan mata kanan dan kiri kabur. Keluhan dirasakan sejak masuk sekolah dasar. Penglihatan kabur secara perlahan dan pasien merasa kabur saat melihat jauh. Keluhan sakit kepala (-), nyeri (-), kemasukan benda asing (-). Riwayat penyakit DM (-), Hipertensi (-). Riwayat keluarga, pasien bersaudara sebanyak tujuh orang tetapi 3 orang adiknya mengalami keluhan yang sama dengan pasien. Pasien tidak pernah berobat sebelumnya dan belum pernah memakai kacamata.

E. DIAGNOSIS KERJA Miopia Degeneratif

F. PENATALAKSANAAN Lokal : - Cendo Lyteers 0,01% x 15 ml (4 kali sehari) - Cendo Vitrolenta (4 kali sehari)

Sistemik : - Retinal 3x1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. ANATOMI RETINA Retina adalah selembar tipis jaringan saraf yang semitransparan dan multilapis yang melapisi bagian dalam 2/3 poterior dinding bola mata. Retina membentang ke depan hampir sama jauhnya dengan corpus sillier, dan berakhir di tepi ora serrata. Pada orang dewasa, ora serrata berada disekitar 6,5 mm di belakang garis Schwalbe pada sisi temporal dan 5,7 mm di belakang garis ini pada sisi nasal. Permukaan luar retina sensorik bertumpuk dengan lapisan epitel pigmen retina sehingga juga bertumpuk dengan membrane Bruch, khoroid, dan sclera. Di sebagian besar tempat, retina dan epithelium pigmen retina mudah terpisah hingga membentuk ruang subretina. tetapi pada discus optikus dan ora serrata, retina dan epithelium pigmen retina saling melekat kuat. Retina mempunyai tebal 0,1 mm pada ora serrata dan 0,23 mm pada sentral retina. Di tengah-tengah retina posterior terdapat macula. Di tengah macula, sekitar 3,5 mm sebelah lateral discus optikus terdapat fovea. Retina menerima asupan darah dari dua sumber : khoriokapilaria yang berada tepat di luar membrane Bruch yang memperdarahi sepertiga luar retina, termasuk lapisan pleksiformis luar dan lapisan inti luar fotoreseptor dan lapisan epitel pigmen retina; serta cabang-cabang dari ateria sentralis retina yang memperdarahi dua pertiga sebelah dalam. Berdasarkan topografi, retina dibagi menjadi retina sentral yaitu kurang lebih sama dengan daerah macula dan retina perifer yaitu di daerah retina di luar daerah macula. Fungsi retina pada dasarnya ialah menerima bayangan visual yang dikirim ke otak. Bagian sentral retina atau daerah macula mengandung lebih banyak fotoreseptor kerucut daripada bagian perifer retina yang memiliki banyak sel batang.

Retina manusia terdiri atas sepuluh lapis. Urutan lapisan-lapisan tersebut (ke arah kornea) adalah: 1. Retinal pigment epithelium (RPE) 2. Lapisan fotoreseptor, merupakan lapis terluar retina terdiri atas sel batang yang mempunyai bentuk ramping, dan sel kerucut (Rods/Cones). 3. Membran limitans eksterna, merupakan membran ilusi. 4. Lapisan nucleus luar, merupakan susunan lapis nucleus sel batang dan kerucut. Ketiga lapis diatas avaskuler dan mendapat metabolism dari kapiler koroid. 5. Lapisan plexiformis luar, atau dikenal sebagai "Lapisan serat Henle" (Fiber layer of Henle) merupakan lapisan aseluler dan merupakan tempat sinapsis sel fotoreseptor dengan sel bipolar dan sel horizontal. 6. Lapisan nucleus dalam, merupakan tubuh sel bipolar, sel horizontal dan sel muller. Lapis ini mendapat metabolism dari arteri retina sentral. 7. Lapisan plexiformis dalam, merupakan lapisan aseluler, tempat sinaps sel bipolar, sel amakrin dengan sel ganglion.

8. Lapisan sel ganglion, merupakan lapisan yang terdiri dari inti sel ganglion dan merupakan asal dari serat saraf optik. 9. Lapisan serabut saraf, merupakan lapisan akson sel ganglion menuju kearah saraf optic. Di dalam lapisan ini terletak sebagian besar pembuluh darah retrina. 10. Membran limitans interna, merupakan membran hialin antara retina dan badan kaca.

Epitel pigmen retina ( RPE ) terbentuk dari satu lapis sel, melekat longgar pada retina kecuali diperifer ( ora serata ) dan disekitar lempeng optic. RPE ini membentuk mikrovili yang menonjol diantara lempeng segmen luar sel batang dan sel kerucut dan menyeimbanginya. Lapisan ini berfungsi memfagosit sisa segmen eksternal sel batang dan kerucut, memfasilitasi pasase nutrient dan metabolit antara retina dan koroid, serta berperan dalam regenerasi rodopsin dan opsin sel kerucut, pigmen visual fotoreseptor yang mengolah kembali vitamin A. RPE juga mengandung granula melanin yang mengabsorpsi cahaya yang terpencar. Lapisan luar retina atau sel kerucut dan batang mendapat nutrisi dari koroid. Batang lebih banyak daripada kerucut, kecuali didaerah makula, dimana kerucut lebih banyak. Fotoreseptor kerucut berfungsi untuk sensasi terang, bentuk serta warna. Fovea hanya mengandung fotoreseptor kerucut. Apabila fovea atau daerah makula menderita penyakit, maka visus sentral (dan tajam penglihatan) akan terganggu. Fotoreseptor batang berfungsi untuk melihat dalam suasana gelap atau remang-remang. Apabila bagian retina perifer menderita penyakit, maka penglihatan malam, adaptasi gelap dan penglihatan samping akan terganggu. Daerah papil saraf optik terutama terdiri atas serabut saraf optik dan tidak mempunyai daya penglihatan (bintik buta). Penyakit retina biasanya tidak memberi keluhan nyeri dan mata tidak merah. Pemeriksaan retina dilakukan dengan oftalmoskop direk atau oftalmoskop indirek, foto fundus biasa dan angiografi. B. FISIOLOGI RETINA 4 Retina adalah jaringan paling kompleks di mata. Untuk melihat, mata harus berfungsi sebagai suatu alat optis, sebagai suatu reseptor kompleks, dan sebagai suatu

transducens yang efektif. Sel-sel batang dan kerucut di lapisan fotoreseptor mampu mengubah rangsangan cahaya menjadi suatu impuls saraf yang dihantarkan oleh lapisan, serta saraf retina melalui saraf optikus dan akhirnya ke konteks penglihatan. Macula bertanggung jawab untuk ketajaman penglihatan yang terbaik dan untuk penglihatan warna, dan sebagian besar selnya adalah sel kerucut. Macula terutama digunakan untuk ketajaman sentral dan warna (fotopik) sedangkan bagian retina lainnya, yang besar terdiri dari fotoreseptor batang, digunakan terutama untuk penglihatan perifer dan malam (skotopik). C. FISIOLOGI PENGLIHATAN NORMAL 4 Pembentukan bayangan di retina memerlukan empat proses. Pertama, pembiasan sinar/cahaya. Hal ini berlaku apabila cahaya melalui perantaraan yang berbeda kepadatannya dengan kepadatan udara, yaitu kornea, humor aqueous , lensa, dan humor vitreus. Kedua, akomodasi lensa, yaitu proses lensa menjadi cembung atau cekung, tergantung pada objek yang dilihat itu dekat atau jauh. Ketiga, konstniksi pupil, yaitu pengecilan garis pusat pupil agar cahaya tepat di retina sehingga penglihatan tidak kabur. Pupil juga mengecil apabila cahaya yang terlalu terang memasukinya atau melewatinya, dan ini penting untuk melindungi mata dari paparan cahaya yang tiba-tiba atau terlalu terang. Keempat, pemfokusan, yaitu pergerakan kedua bola mata sedemikian rupa sehingga kedua bola mata terfokus ke arah objek yang sedang dilihat.

Susunan lensa mata terdiri atas empat perbatasan refraksi: 1. Perbatasan antara permukaan anterior kornea dan udara 2. Perbatasan antara permukaan posterior kornea dan udara 3. Perbatasan antara humor aqueous dan permukaan anterior lensa kristalinaa 4. Perbatasan antara permukaan posterior lensa dan humor vitreous. Masingmasing memiliki indek bias yang berbeda-beda, indek bias udara adalah 1, kornea 1.38, humor aqueous 1.33, lensa kristalinaa (rata-rata) 1.40, dan humor vitreous 1.34.

D. DEFINISI MIOPIA Miopia adalah status refraksi dimana berkas paralel cahaya yang masuk ke dalam mata pada saat mata istirahat difokuskan di depan retina.1

Menurut Curtin, secara klinik miopia dibagi menjadi 2 kelompok yaitu (1) miopia fisiologi dan (2) miopia patologi. Miopia fisiologi (simple, school) adalah suatu keadaan refraksi dengan struktur bola mata masih dalam batas normal. Kurvatura kornea dan lensa ataupun peningkatan aksial dari bola mata sesuai dengan laju pertumbuhan normal.1 Miopia patologi menurut American Academy of Ophthalmology (AAO) disebutkan dengan istilah miopia tinggi atau miopia degeneratif. Miopia patologi adalah miopia dengan perubahan retina disertai dengan sangat bertambahnya panjang bola mata dan biasanya walaupun tidak selalu, besar refraksinya 8 dioptri atau lebih atau axial lenght (AL) sama dengan 32,5 mm atau lebih.2

Miopia patologi (degenerative, progressive, malignant) adalah miopia yang berkaitan dengan konsekuensi langsung dari abnormalitas pemanjangan aksial bola mata (axial length). Proses pemanjangan ini diikuti oleh regangan sklera yang melibatkan seluruh sklera posterior., begitu juga di bagian anterior sampai ke insersi muskuli recti. Dalam hal ini istilah miopia patologi dimaksudkan dengan sebagai adanya pemanjangan aksial bola mata yang abnormal dan disertai adanya stafiloma posterior.1

E. KLASIFIKASI MIOPIA Pada tahun 1968 Goldschmidt mengemukakan bahwa miopia dibagi atas 3 bentuk simple myopia/ stasionary, late myopia, dan high/ patologic myopia atau miopia degeneratif. Klasifikasi lain menurut Curtin adalah miopia fisiologi dan patologi. Miopia patologi disebut juga miopia degeneratif, progresif, miopia maligna.1,6

F. MIOPIA DEGENERATIF Miopia Degeneratif adalah tipe miopia dengan perubahan-perubahan degenerasi yang terjadi terutama di segmen posterior bola mata. Biasanya berhubungan dengan memanjangnya aksis antero-posterior (A-P) bola mata, tapi tak selalu berarti progresif. 1,6 Istilah miopia degeneratif tidak berkaitan dengan derajat refraksi. Sedangkan istilah miopia maligna lebih ditujukan adanya stafiloma posterior yang juga meliputi makula sehingga tajam penglihatan penderita termasuk dalam golongan legally blind di kemudian hari. Istilah miopia patologis sebaiknya digunakan untuk keadaan axial length abnormal dengan tanda stafiloma posterior. Stafiloma posterior pada penderia miopia merupakan tanda proses degenerasi koriaretina.1 Miopia patologi sebagaimana namanya, merupakan kelainan yang khas, yaitu pembesaran bola mata, dengan pemanjangan segmen posterior. Secara garis besar tampak bola mata memanjang dan bentuknya lebih kearah bulat telur daripada bentuk bola dunia. Tingginya refraksi pada miopia sesuai dengan perubahan degenerasi pada fundus dan sebanding dengan pemanjangan axial length.1,6

G. GEJALA DAN TANDA MIOPIA DEGENERATIF Pada penderita miopia degeneratif didapatkan tanda dan gejala sebagai berikut : 1. Penurunan tajam penglihatan (visus) Penurunan visus yang bertahap setelah usia pertengahan disebabkan proses degenerasi yang melibatkan makula, tapi bisa juga karena katarak, ablasio retina, dan glaukoma. Bila penderita mengeluh penurunan visus tiba-tiba, harus dilakukan pemeriksaan fundus perifer karena kemungkinan hal ini diakibatkan adanya retinal tear yang mengenai pembuluh darah kecil dengan konsekuensi perdarahan intravitreal. 1 2. Floaters. Merupakan keluhan lapangan pandang paling sering. Hal ini terjadi pada awal dari proses degenerasi vitreous. Keluhan berupa bayangan berupa goresan di dalam lapangan pandang, dan bila bayangan goresan itu bertambah merupakan tanda adanya vitreous detachment dan hyaloid hole di dekat aksis visualis. 1 3. Asthenopia Asthenopia disebabkan kemampuan mata yang hanya dapat melihat pada jarak dekat dan memerlukan konvergensi berlebihan tanpa menggunakan kacamata koreksi.1 4. Cephalgia Sakit kepala dan daerah mata atau periorbital kadang-kadang dikeluhkan oleh penderita.1 5. Fotopsia Keluhan yang paling sering adalah melihat kilat yang diasumsikan sebagai adanya traksi retina dan awal dari suatu ablasio retina atau ada goncangan vitreous yag encer. Pada penderita ini harus dilakukan pemeriksaan retina perifer.1 6. Metamorfopsia Adalah gejala gangguan penglihatan yang sangat serius karena biasanya disebabkan transudasi atau perdarahan pada area makula yang sebelumnya sudah

terbentuk membran neovaskular subretina. Bila kelainan ini terdapat diluar daerah fovea dapat disarankan terapi laser.1 7. Diplopia Juga merupakan keluhan pada penglihatan bila kerja otot luar bola mata terganggu akibat memakai kacamata dengan ukuran koreksi yang tidak sesuai.1 8. Penurunan Rigiditas Okular Pada miopia degeneratif, rigiditas okular menurun. Tidak ada korelasi antara rigiditas okular dengan tingginya refraksi.1

Perubahan pada pemeriksaan dengan fundus yang merupakan dasar diagnosis miopia degeneratif terutama pole posterior. 1. Penipisan sclera Penipisan sklera dan lokalisasi ektasia di pole posterior adalah khas untuk miopia degeneratif. Pemanjangan diameter bola mata antero-posterior (AP) disertai penipisan sklera di posterior tampak sebagai posterior ectasia atau stafiloma.

Left fundus with tilted disc, myopic degeneration,and posterior staphyloma.

Curtin pada tahun 1977 menemukan stafiloma tersebut di daerah pole posterior, area makular, area peripapil, area nasal atau inferior. Juga ditemukan bentuk campuran dan kompleks. Penelitian tersebut stafiloma posterior terdapat pada 19% mata miopia dengan axial length 26,5 mm. Peningkatan usia juga sangat mempengaruhi timbulnya stafiloma posterior dan adanya stafiloma posterior

merupakan petunjuk bagi prognosa visus, sebab 19,6% diantaranya termasuk dalam keadaan buta sosial. Sesudah usia 60 tahun, 53,3% mata dengan stafiloma termasuk buta sosial.1,6,7,8 Stafiloma posterior merupakan tanda karakteristik pada miopia degeneratif.1 2. Retina schisis Pada miopia pembesaran bola mata tidak disertai pemanjangan vassa retina sebagaimana retina. Dan inilah salah satu mekanisme terjadinya retina schisis yaitu pemisahan vassa retina yang besar pada membrana limitan interna dari lapisan retina yang lain.1,6

Development of myopic CNV from lacquer cracks. Patient 3. A 28 year old woman. (A) Left fundus at the initial examination (November 1993) revealed two lacquer cracks above the macula (arrows). (B) Fluorescein angiogram at the initial examination showed linear hyperfluorescence corresponding to the lacquer cracks (arrows). (C) Three years later (December 1996), CNV developed at corresponding site of previous lacquer crack (arrow). (D) Fluorescein angiogram at the onset of CNV. At 1 minute after dye injection, there was intense hyperfluorescence corresponding to the site of the CNV (arrow). The patients visual acuity dropped from 20/20 to 20/200. 10

3. Perubahan degenerasi pada lapisan koroid Perubahan degenerasi pada lapisan koroid awalnya melibatkan koriokapilaris, vitreous, dan retinal pigment epitel (RPE). Diantaranya perubahan berupa tigroid retina. Di tempa atrofi korioretina terlihat berbatas tegas serta tampak hilangnya

koriokapilaris di daerah tersebut. Penelitian terakhir menyebutkan adanya gangguan aliran darah koriokapilaris pada keadaan ini.1

4. Lacquer cracks Bila proses degenerasi pada koroid berlanjut timbul pembentukan jaringan kolagen menggantikan jaringan koriokapilaris. Tetapi bila hal ini tidak terjadi, penipisan koroid akan berkembang sampai ke membran Bruchs dan akan terjadi robekan. Klein dan Curtin tahun 1975 memperkirakan bahwa robekan-robekan ini akan membaik lalu mengecil dan kemudian membentuk garis kuning tak beraturan, bercabang, dan membentuk garis bersilang di sekitar pole posterior. Garis-garis tersebut disebut dengan lacquer cracks yang hanya tampak pada 4,3% penderita miopia tinggi (axial length 26,5 mm atau lebih) dan terdapat pada kelompok laki-laki muda. Pada penelitian Clein dan Curtin ditemukan 22 mata dengan lacquer cracks, semuanya mengalami stafiloma dan temporal crescent.6 5. Perdarahan koroid sepanjang lacquer cracks dan membran neovaskular. Keadaan ini diperkirakan merupakan proses robeknya membran Bruch dan merupakan faktor predisposisi terbentuknya membran neovaskular pada sub RFE yang selannjutnya bisa berakibat timbulnya perdarahan maupun sikatrik disciformis.6,8 6. Fuchs spot

Sebanyak 5,2% penderita miopia degeneratif yang telah diteliti mempuyai lesi berpigmen di area sentral dan dikenal dengan Fuchs spot. Lesi ini berbeda dengan degenerasi makula senilis yang juga mempunyai kecenderungan tinggi terbentuknya

deposit pigmen. Pada miopia hal ini terjadi pada daerah atrofi korioretinal. Kebanyakan Fuchs spot diikuti neovaskularisasi koroid yang menembus membran Bruch kemudian meluas ke bawah RFE akhirnya mengakibatkan detachment RPE tipe serous dan hemorraghic. Secara histologi, tampak bercak sebagai jaringan sikatriks fibrovaskular. Anastomosis vaskular-vaskular tersebut mengelilingi RPE sehingga pada FFA terlihat kebocoran fluorescein didaerah tersebut.1,6 7. Degenerasi Lattice

Pertama kali dideskripsikan oleh Gonin tahun 1904. Merupakan bercak penipisan retina berbatas tegas, terletak di lapisan retina dalam. Beberapa lesi bisa disertai dengan hiperpigmentasi atau tanpa pigmen. Di daerah tersebut tampak vitreous encer dan kondensasi serabut vitreous tampak melekat di daerah tersebut. Merupakan hal yang serius pada miopia degeneratif karena merupakan predileksi timbulnya robekan dan ablasio retina. Biasanya terdapat dikuadran supratemporal.1,6 Pada penelitian terhadap 1437 mata oleh Karlin dan Curtin tahun 1976 ada hubungan positif diantara prevalensi keempat tanda degenerasi yaitu stafiloma posterior, lattice degenerasi, pavingstone appearance, dan white without pressure dengan axial length mata.6 8. Degenerasi peripapil nervus optikus. Degenerasi juga meliputi daerah peripapil yang merupakan tanda awal yang dapat dilihat, sehingga terlihat lapisan koroid di area tersebut.1,6 Pada papil nervus optikus terlihat gambaran klasik akibat miopia. Dengan oftalmoskop papil nervus optikus arahnya tampak miring ke arah sisi temporal (tilted

disc) dengan permukaan datar, tampaknya peningkatan ratio cup dan disc yang sesuai dengan axial length. Di daerah temporal disc terlihat kresen putih terang dari sklera yang dipinggirnya ada pigmentasi. Pigmen di daerah kresen disebabkan oleh hipertrofi dan kadang-kadang hiperplasia RPE. Gambaran ophtalmoskopik ini adalah bentuk klasik dari Schnabel yang merupakan akibat dari tarikan pada koroid dan membran Bruch atau dorongan ke posterior ke daerah ekstasi. Akibatnya daerah retina disekitar papil nervus optikus tertarik menjauhi posisi normalnya. Insiden kresen temporal berhubungan langsung dengan axial length adalah 0% pada axial length pendek dan 100% pada axial length panjang. Dengan pemeriksaan histopatologi adanya kresen temporal mengakibatkan posisi nervus optikus di dalam kanal sklera menjadi oblik. Pada diskus sebelah temporal, RPE dan membran Bruch berhenti dengan jarak yang sama dari pinggir papil. Oleh karena itu koroid tak tertutup oleh pigmen epitel sedangka RPE pun menipis. Biasanya koroid sendiri berakhir di dekat pinggir diskus dan meninggalkan sklera sehingga sklera yang membentuk kanal optik dapat tampak.1,6

Perubahan di segmen anterior pada miopia degeneratif Degenerasi pigmen dengan akumulasi pigmen pada kamera okuli anterior biasanya tampak pada penderita miopia degenerasi usia tua. Dengan terjadinya pembesaran bola mata maka kamera okuli anterior menjadi lebih dalam. Korpus siliaris biasanya menjadi lebih datar pada miopia tinggi.1,6 H. TATALAKSANA 5,9 1. Kacamata Meskipun masih sedikit bukti ilmiah untuk menyatakan bahwa pemakaian kacamata koreksi secara terus menerus progresivitas miopia atau mempertahankan visus namun dapat mengurangi kelelahan pada mata dan melatih mata terutama pada anak-anak. Miopi dikoreksi dengan lensa konkaf atau lensa negatif. Pada kasus dengan miopi tinggi koreksi yang penuh jarang diberikan. Pengurangan koreksi dilakukan sampai tercapai penglihatan binokuler yang masih nyaman. Jika sudah terdapat perubahan patologis pada fundus maka sedikit sekali keuntungan yang didapat pada pemakaian kacamata.Kacamata yang terbuat dari bahan kaca

dan plastik dengan indeks yang tinggi dan lensa polikarbonat cocok digunakan. Bahkan lensa polikarbonat dapat memberikan derajat proteksi yang lebih tinggi. 2. Penggunaan Lensa kontak Lensa kontak telah menjadi pilihan yang baik untuk miopia tinggi selama bertahun-tahun karena disamping dapat mengurangi berat dan ketebalan lensa pada kacamata, juga mengeliminasi kesulitan akibat pemakaian lensa yang tebal tersebut. Pasien miopia biasanya akan memiliki mengatasi masalah yang timbul pada pemakaian kacamata. Lensa kontak yang sering digunakan yaitu lensa kontak yang soft dan lensa kontak gas-permeabel. Lensa kontak yang soft dapat menimbulkan kenyamanan namun harus dimonitor pemakaiannya karena dapat menyebabkan terjadinya hipoksia. Lensa gas-permeabel memberikan optik yang penuh dan fisiologi yang baik.Lensa gas-permeabel memberikan optik yang penuh dan fisiologi yang baik. 3. Bedah Refraktif / LASIK (Laser Assisted In-Situ Keratomileusis) LASIK (Laser Assisted In-situ Keratomileusis) adalah suatu prosedur untuk mengubah bentuk lapisan kornea mata dengan menggunakan sinar excimer laser. Prosedur LASIK dapat dilakukan untuk mengoreksi miopia (rabun jauh), hipermetropia (rabun dekat) maupun astigmatisme (silinder). Tindakan ini bertujuan untuk membantu melepaskan diri dari ketergantungan pada kacamata dan lensa kontak. LASIK konvensional menggunakan alat mikrokeratom untuk membuka lapisan permukaan kornea mata. Kemudian dilakukan excimer laser untuk menghilangkan sebagian lapisan kornea. Lapisan permukaan kornea yang dibuka (flap), dikembalikan ke posisi semula. Karena prosedur LASIK hanya dikerjakan pada lapisan dalam kornea saja (permukaan kornea sama sekali tidak disentuh), maka tidak ada rasa sakit pasca tindakan. Flap akan secara alami melekat kembali setelah beberapa menit tanpa perlu dijahit sama sekali. 4. Alternatif lain untuk pasien miopia adalah penanaman lensa intraokular yaitu suatu lensa yang ditanam bilik mata depan melalui insisi kecil sedangkan lensa yang asli masih tetap ada terutama dilakukan untuk mengoreksi miopi yang berat. Akan tetapi keamanan penggunaan pada beberapa kasus dapat dilakukan ekstraksi

lensa tapi lensa intraokular tidak dipasang. Dengan mengangkat lensa maka sekitar 15 D dari miopi secara otomatis akan terkoreksi. Namun harus diingat bahwa teknik ini dapat menimbulkan komplikasi berupa ablasio retina sehingga jarang digunakan. I. KOMPLIKASI 5,9 Komplikasi miopia yang sering terdapat pada miopia tinggi adalah ablasio retina, perdarahan vitreous, katarak, perdarahan koroid, dan julginesotropi. Bila terdapat eksotropia mungkin fungsi satu mata telah berkurang atau terdapat ambliopia. Penderita miopia tinggi memiliki risiko 3-4 kali lebih besar untuk mengalami komplikasi pada mata, seperti degenerasi retina perifer, robekan pada retina, ablasio retina, neovaskularisasi koroid, dan atrofi korioretinal dan mungkin berkaitan dengan katarak dan glaukoma. Penambahan panjang aksial bola mata yang berlebihan pada miopia dapat menyebabkan peregangan mekanik dan penipisan lapisan koroid dan epitel retina.

You might also like