Professional Documents
Culture Documents
Penulis:
Di Download Di www.ashthy.wordpress.com
(http://ashthy.wordpress.com/2007/08/23/berkenalan-dengan-salaf/)
Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak ada seorangpun
maka tidak ada seorangpun yang dapat memberinya petunjuk. Kami bersaksi
bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah subhanahu
wa ta’ala, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan hanya kepada-Nya kami berserah
diri. Dan kami juga bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya.
Amma ba’du.
adalah bid’ah, setiap bid’ah itu kesesatan, dan setiap kesesatan tempatnya di
dalam neraka.
Kata salaf sering kita dengar. Apa itu salaf? Dan mengapa kita harus
bermanhaj salaf?
Manhaj salaf, bila ditinjau dari sisi kalimat merupakan gabungan dari dua
kata yaitu: manhaj (manhajun) dan salaf (assalafu). Manhaj dalam bahasa arab
sama dengan minhaj (minhaajun) yang bermakna: “Sebuah jalan yang terang
yang mendahuluimu dari nenek moyang dan kari kerabat, yang mereka itu di
atasmu dalam hal usia dan keutamaan.” (Lihat Lisanul Arab, karya Ibnu
Mandhur 7/234). Dan dalam terminologi syari’at maknanya adalah: “Para imam
terdahulu yang hidup pada tiga abad pertama Islam, dari kalangan para
sahabat Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam, tabi’in (murid-murid
asy Syafi’i fi Itsbatil ‘Aqidah, karya Syaikh Dr. Muhammad bin Abdul Wahhab Al
‘Aqil, 1/55).
suatu istilah untuk sebuah jalan yang terang lagi mudah, yang telah ditempuh
shallallahu’alaihi wa sallam.
Seorang yang mengikuti manhaj salaf ini disebut Salafi atau As Salafi,
“As Salafi adalah sebutan bagi siapa saja yang berada di atas manhaj
Adapun dalil dari Al qur’an dan As Sunnah agar kita mengikuti manhaj
salaf dalam melaksanakan agama ini adalah firman Allah subhanahu wa ta’ala:
nanti, maka dia akan melihat perselisihan yang banyak. Oleh karena itu
wajib bagi kalian untuk berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah
no. 2450).
Semua penjelasan di atas diambil dari majalah Syari’ah Vol. 1/ No. 04/
Juli 2003/ Jumadil Ula 1424 H dan buku Sirah Shahabiyah penerbit Maktabah
Pekalongan,
agar bermanfaat kepada segenap kaum muslimin baik dari kalangan awam dan
alim mereka, berpengkat ataupun tidak dan yang miskin ataupun yang kaya.
Dan juga ingin menjelaskan kebenaran jalan yang telah ditempuh oleh
mendapatkan istiqomah dari Allah dan agar terpanggil (dan mendapat hidayah)
Kepada Allahlah kita mengadukan nasib kita dan nasib kaum muslimin.
Dan kepada-Nya kita minta petunjuk agar kita terbebaskan dari penjajah
Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak ada seorangpun
yang dapat menyesatkannya dan barangsiapa yang Allah sesatkan, maka tidak
kecuali Allah dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan saya bersaksi pula bahwa
menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan
perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan nama-
Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan
Nisa’: 1)
“Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dan
Amma ba’du.
nilainya, maka amal yang paling besar dosa dan kejahatannya adalah
mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” (Al A’raf: 180)
menerima agama lain karena permasalahan tauhid ini, baik dari orang-orang
yang terdahulu maupun yang kemudian. Dengan tauhid ini pula, Allah
tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja) dan jauhilah taghut itu,
maka diantara umat itu, ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan
ada pula orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya.” (An Nahl: 36)
sebab:
Pertama:
Seluruh (isi) Al qur’an berporos di atas dasar yang besar ini (tauhid).
dengannya (tauhid).
Kedua:
(Rububiyah, Uluhiyah dan Asma’ dan Shifat-Nya). Lebih-lebih di luar negeri ini
(Saudi Arabia), karena alhamdulillah negeri ini telah disinari dengan sinar
tauhid.
mengetahui kaidah-kaidah tauhid serta sisi lainnya dalam masalah aqidah. Ini
Kita bisa melihat betapa banyak dari manusia ini yang telah meninggal
setiap tahun. Mereka barjumpa dengan Rabb mereka dalam keadaan mereka
Saya menyerukan kepada siapa saja yang ragu terhadap tulisan ini atau
yang menyandarkan dirinya kepada ilmu. Terlebih, mereka yang terjebak dalam
kedustaan tasawuf. Betapa banyak semua ini terjadi di negeri kaum muslimin,
memberi angin segar agar khurafat dan tasawuf semakin besar, serta memberi
fasilitas bagi para penyembah kubur dan penyembah orang-orang yang telah
mati.
Sistem inilah yang telah dipakai oleh kaum penjajah dan inilah bentuk
faham penjajahan (yang baru). Karena para penjajah telah mengetahui melalui
Oleh karena itu jelaslah bagi kita, kenyataan bahwa kaum muslimin telah
meremehkan kaidah yang besar ini yaitu tauhid Uluhiyah serta menghancurkan
kaidah tauhid tersebut di bawah syiar pengagungan terhadap para wali dan
kubangan syirik besar, seperti berdo’a kepada orang shalih, dan beristighotsah
padahal tidak ada suatu dalil pun baginya tentang itu, maka sesungguhnya
kebanyakan umat Islam yaitu sisi tauhid Asma’ wa Shifat. Ini adalah perkara
besar lagi berbahaya dan keliru karena merupakan perkara yang agung.
mendapat balasan terhadap apa yang mereka telah kerjakan.” (Al A’raf: 180)
Diantara alasan kenapa sisi ini –tauhid Asma’ was Shifat- sangat
madrasah kaum muslimin di segala penjuru kecuali negeri ini (Saudi Arabia)
Saya informasikan, bahwa saya telah melihat sebuah kitab yang muncul
baru-baru ini di negeri Saudi Arabia, karya seorang alim di sebuah pusat agama
yang terpandang dan masyhur, dan buku tersebut telah direvisi oleh
pengarangnya.
Mu’tazilah. Melihat kitab seperti ini, yang telah muncul dari negeri
pemikiran-pemikiran Jahm bin Shafwan, Bisyir Al Marisi, dan Ahmad bin Abi
Du’ad, yang telah Allah padamkan, akan tetapi bagi setiap kaum (kelompok)
ada pewarisnya.
Aqidah yang menyeleweng ini bila kita biarkan, maka tidak ada jalan
shalih. Dan inilah yang akan menjadi pokok pembahasan (dalam buku ini).
MAKNA SALAF
Kata Salaf sering diucapkan. Maksudnya adalah generasi pertama dari
kalangan sahabat dan tabi’in (generasi pasca sahabat) yang berada di atas
fitrah (dien) yang selamat dan bersih dengan wahyu Allah. Mereka
BATASAN ZAMAN
Adapun batasan zaman mereka adalah tiga generasi yang pertama yang telah
tabi’in)"[2]
Demikian itu dikarenakan segala kebaikan yang ada pada diri mereka, dan di
mereka tiada. Berarti yang dimaksud Salaf menurut tinjauan sejarah adalah
Foot Note:
[2]. Shahih Al-Bukhari, kitab: Asy-Syahadah dari sahabat Imran bin Husain
radhiyallahu’anhu
BATASAN MANHAJI
Adapun batasan manhaji adalah orang-orang yang konsisten memegang
WaTa’ala,
beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagi
bentuknya adalah tidak konsisten di atas manhaj (jalan) ini. Kelompok yang lain
hadits yang berkaitan dengan sifat-sifat Allah. Sebab tidak ada yang
orang Muhajirin dan Anshor dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan
baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah. Dan Allah
yang besar"(At-Taubah:100)
dengan huruf "ya", nisbahnya menjadi Salafi. Adapun orang- orang yang datang
setelahnya dan tidak mengikuti jalan mereka, mereka adalah khalaf dan mereka
bangga dengan keadaan yang demikian itu. Mereka memisahkan jalan mereka
sendiri dari jalan Salaf, khususnya dalam hal menetapkan Sifat-sifat Allah. Bukti
menyatakan jalan Salaf adalah selamat dan jalan khalaf adalah a’alam (lebih
berilmu) dan ahkam (lebih lurus). Makalah ini dan kebatilannya sangat mahsyur
(terkenal). Dan juga dibawakannya makalah ini sebagai bukti pengakuan orang-
orag khalaf bahwa mereka bukan di atas jalan Salaf, dan bahwasanya jalannya
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah telah membatalkan ungkapan ini dan menetapkan
bahwa jalan Salaf adalah menghimpun segala sifat-sifat yang baik. Maka dari
AHKAM (LURUS).[3]
Foot Note:
salafiyah dan mereka hanya terfokus dengan istilah Ahlus Sunnah wal Jama’ah,
ini termasuk dari bukti keagungan dan kemuliaan Allah, agar dakwah yang haq
(benar) berbeda dengan segala yang mengotorinya dan agar tersating dari
berkembang (dan muncul) adalah ketika fitnah-fitnah pada saat itu mulai
Ahlul Bid’ah. Yang berpegang dengan sennah disebut juga dengan Al Jama’ah.
Istilah ini merupakan asal nama mereka, yang terpisah dari hawa nafsu dan
kebid’ahan.
Adapun pada masa kini, setiap kelompok dan aliran yang berbeda-beda
berasal dari mereka sendiri- dengan istilah Ahlus Sunnah wal Jama’ah.
Oleh karena itu, syiar ahlus Sunnah adalah mengikuti salafus shalih dan
(dalam agama).[4]
bahkan wajib menerima yang demikian itu berdasar kesepakatan (para ulama),
istilah Ahlus Sunnah wal Jama’ah dan mereka enggan untuk memakai istilah
salafiyah.
Kita yakin bahwa mereka berada di atas aqidah salaf. Mereka menimba
memakai kata muslimin, kalau seandainya mereka takut atau khawatir akan
Sunnah wal Jama’ah, maka tidak ada larangan jika memakai nama salafiyah
sebagai nisbat kepada salafus shalih, tabi’in dan orang-orang yang mengikuti
terus menggunakan istilah Ahlus Sunnah wal Jama’ah, karena mereka ingin
kelompok.
tidak diketahui kecuali baru-baru saja, sekitar lima puluh tahunan belakangan
ini dan sebagiannya bahkan tidak sampai umurnya tercatat oleh zaman (karena
Akan tetapi syiar salafiyah dan ahlus Sunnah bukan kelompok hizbiyah
belakangan ini.
ini, diantaranya:
2. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah. Ketika beliau melihat sebagian orang yang
menemukan pengulangan kata as salaf lebih dari tiga puluh tiga kali. Apakah
(dengan itu) Syaikhul Islam (di anggap) sebagai pemecah belah umat ataukah
Lebih aneh lagi, sebagian penuntut ilmu yang juga memuliakan Syaikhul
salafiyah dan mencukupkan diri dengan istilah Ahlus Sunnah wal Jama’ah.
Karena hal ini termasuk syiar yang luas cakupannya dan ini tidak diingkari oleh
tetapi manhaj salaf, Ahlus Sunnah, Ahlul Hadits, atau Ahlul Atsar terdapat di
dalam wahyu yang diturunkan (Al Qur’an dan As Sunnah) dengan penafsiran
dan pengamalan generasi yang pertama lagi utama, yaitu generasi shahabat,
dan bid’ah.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
manhaj salaf dimasukkan dalam ruang lingkup syiar hizbiyun dan kebid’ahan.
Siapa saja yang mengucapkan ucapan ini, hendaklah dia bertaqwa kepada
hakikat-hakikat yang kokoh. Ketahuilah bahwa manhaj salaf tidak didirikan oleh
si Fulan sepenjang zaman. Akan tetapi, manhaj salaf adalah aqidah yang
murni, syari’at yang kokoh, pengajaran-pengajaran Ilahiyah yang telah
sallam.
Manhaj ini telah dipraktekkan oleh beliau bersama para sahabat beliau
menjadi hujjah yang terang dan jalan yang jelas, yang malamnya seperti
siangnya.
Habasyi. Maka barangsiapa yang hidup dari kalian (di masa) itu dia akan
perkara yang baru adalah bid’ah dan setiap bid’ah itu sesat.” Dalam
dineraka.”[6]
Syaikh Al Allamah Bakar Abu Zaid berkata di dalam mtab beliau: Hukmul
dalam lafadz ahlul ahwa –dinamakan demikian karena mereka dikuasai oleh
hawa nafsu- dan dihimpun dalam lafadz ahlul bida’ –hal ini dikarenakan mereka
mengikuti apa yang bukan dari agama- serta tercakup dalam lafadz ahlu
dirinya kepada Islam tetapi sebenarnya terpisah dari tulang punggung kaum
muslimin, maka muncullah penamaan untuk mereka (para sahabat dan para
ditolong).
Dinamakan seperti ini, dikarenakan mereka konsisten berpegang dengan
sunnah dihadapan Ahlul Bid’ah. Oleh sebab itulah maka terjadi ikatan dengan
generasi pertama umat ini sehingga mereka disebut juga: as salaf, Ahlul Hadits,
Ahlul Atsar (kelompok yang mengikuti atsar) dan Ahlus Sunnah wal Jama’ah.
dengan nama kelompok-kelompok sempalan apapun juga. Ini dapat dilihat dari
beberapa sisi:
Pertama:
Penyandaran ini tidak terpisah sesaat pun dari umat Islam, dikarenakan
muslimin yang berada di atas jalan generasi yang pertama dan orang-orang
berdakwah kepadanya.
selama Firqatun Najiyah yang berada dalam barisan Ahlul Hadits dan sunnah.
Merekalah pemilik manhaj ini, dan terus ada sampai datangnya hari kiamat.
sallam:
menyelisihi, menambahi atau mengurangi dari apa yang ada di dalam Al qur’an
dan As Sunnah.
Ketiga:
Semua nama-nama ini diantaranya ada yang terambil dari sunnah yang
manhaj-manhaj ahli hawa nafsu dan kelompok-kelompok sesat. Hal ini dalam
hakim, ketika mereka berbeda dengan istilah al hadits serta al atsar dan ketika
Keempat:
Kelima:
sallam. Para pengikut kebenaran dan As Sunnah tidak memiliki contoh kecuali
bukan berasal dari hawa nafsunya, akan tetapi dengan wahyu yang telah
diturunkan kepadaya. Beliaulah yang wajib kita benarkan terhadap segala apa
Hal ini tidak dimiliki oleh selain beliau, bahkan setiap orang bisa saja
Firqatun Najiyah (kelompok yang selamat) adalah Ahlul Hadits dan Ahlus
Sunnah. Mereka tidak memiliki ikutan yang mereka fanatik kepadanya, kecuali
sangat jauh dari fanatisme terhadap para imam dan masyaikh (para syaikh).
Merekalah yang paling tunduk dalam mengikuti dalil dan burhan (petunjuk), dan
yang bila dilihat dengan kacamata Islami, maka dia (pemimpinnya) tidak berhak
untuk dijadikan sebagai tempat bertanya, memberi hujjah atau dimintai dalil dan
keterangan.
Adapun dari apa yang telah terjadi dari perilaku sebagian orang yang
alhamdulillah ini jarang terjadi serta sedikit jumlahnya. Maka jika yang ditanya
itu adalah orang yang jahil (bodoh) tentang hakikat jalannya salaf, tentunya
Bagaimana pendapat kalian jika kalian melihat perilaku umat Islam yang
telah dikritik oleh Orang-orang Nasrani bahwa sebagian mereka terjatuh dalam
perbuatan dzalim, keji, intimidasi, melampaui batas dan jelek, apakah setelah
Demikianlah pula dengan ucapan yang berasal dari para penganut akal
manhaj salaf.” Sungguh dia telah mencampur adukkan antara yang haq dan
bathil. Dan hal ini tidak muncul dari mereka kecuali dari kebodohan yang nyata.
Dan masih ada kebodohan dalam bentuk lain, yaitu “berdalil dengan
kuantitas”, artinya bahwa jalan Fulan ini banyak yang mengikutinya (tanpa
melihat) apakah jalan itu benar atau tidak. Mereka mencerca salafiyin karena
sedikit pengikutnya dan mereka (penganut akal) berbangga karena pemikiran-
sedikitnya pengikut tidak bisa jadi bukti ketidakbenaran, karena hal ini tidak ada
ini, niscaya akan menyesatkanmu dari jalan Allah.” (Al An’am: 116)
orang-orang Islam. Bahkan orang nasrani lebih banyak dari kaum muslim.
disaksikan pada waktu yang bersamaan oleh kurang lebih sepuluh juta orang.
Sebagian buku-buku nujum (ilmu sihir) dibeli kurang lebih oleh sepuluh juta
sangat banyak sampai mencapai dua juta orang. Apakah masuk akal, kalau kita
adalah benar dan mereka adalah orang-orang yang dicintai di sisi Allah. Inilah
lebih dekat kepada kebenaran. Artinya bahwa pemegang al Haq itu sedikit.
Rasulullah bersabda:
sembilan di atas tiga) dan seorang Nabi bersama satu pengikut atau dua
bahwa jalan mereka salah atau mereka gagal dalam berdakwah?! Semoga
dalam hadits-hadits yang shahih bahwa para pengikut dajjal dari penduduk
bumi ini banyak sekali. Hal ini dikarenakan kuat dan kerasnya kedustaan serta
Para pengikut manhaj salaf akan semakin bertambah kokoh dan kuat
serta meyakini kebenaran manhaj Allah dari Rasul-Nya yang murni, ketika
bahwa orang yang berpegang dengan bimbingan agama di masa sekarang ini
seperti orang yang memegang bara api, karena sedikitnya para pengikut al haq
dan banyaknya pengikut kebatilan dan juga karena kedzaliman ahli kebatilan
Semuanya ini tidakmembawa mereka kepada sikap putus asa serta lari
munkar.
saja yang engkau cintai, dan akan tetapi Allah memberikan petunjuk
Di dalam ayat ini ada dalil yang menunjukkan terlalu banyak orang-orang
yang merugi dan binasa serta sedikitnya orang-orang yang berhasil menang.
Kita minta kepada Allah agar memberikan kita kekokohan (iman) dan
“Wahai Rabb kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada
Foot Note:
[5]. Majmu’ Fatawa (4/149), karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dan Ru’yatun
Waqi’iyah fil Manahij Ad Da’wiyah (hal. 21-23), karya Syaikh Ali bin Hasan bin
Abdul Hamid
[6]. Sunan Abi dawud (5/13), At Tirmidzi dengan Syarah Tuhfatul Ahwadzi
dan mereka dalam keadaan seperti itu.” (HR. Bukhari-Muslim, dan lafadz
hadits ini adalah lafadz milik Imam Muslim dari sahabat Tsauban, hadits
[8]. Sampai disini ucapan Syaikh Bakar abu Zaid, semoga Allah memberi
berkah dalam umur beliau dan memberikan manfaat pada ilmu beliau.
[9]. Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Kitabul ‘Iman hal. 374 dari hadits
Syihabuddin bin Ahmad bin Rajab Al Hanbali telah menulis sebuah kitab yang
berjudul: Fadlu ‘Ilmis Salaf ‘ala ‘Ilmil Khalaf (Keutamaan Ilmu Salaf di atas
Ilmu Khalaf).
Kitab ini sangat terkenal dan telah dimanfaatkan oleh umat Islam serta
ada dua macam, yaitu ilmu yang bermanfaat dan ilmu yang tidak bermanfaat.
Berikut ini saya akan menyadurkan beberapa ucapan dan ungkapan beliau.
kedua (yaitu ilmu yang tidak bermanfaat pada hal. 16) dengan
mengatakan:
“Sungguh Allah telah menceritakan tentang suatu kaum yang telah diberi
ilmu, namun ilmu tersebut tidak bermanfaat buat mereka. Inilah ilmu yang
bermanfaat pada zatnya saja, akan tetapi pemiliknya tidak bisa mengambil
Al Kitab) kemudian mereka melepaskan diri dari ayat-ayat itu lalu dia
dunia dan memperturutkan hawa nafsunya yang rendah.” (Al a’raf: 175-
176)
“Dan Allah membiarkan dia sesat berdasar ilmu-Nya.” (Al Jatsiyah: 23)
‘ala ‘ilmin (di atas ilmu), dengan: “Ilmu orang yang telah disesatkan oleh Allah.”
Di antara ilmu ada yang disebutkan oleh Allah, tetapi dalam rangka
bermanfaat dan ilmu yang tidak bermanfaat, berlindung dari ilmu yang tidak
bermanfaat, hati yang tidak khusyu’, jiwa yang tidak pernah merasa puas
Karena ini bukanlah jalannya para Imam Islam, akan tetapi jalan yang
dilakukan oleh ulama-ulama Iraq dan Khurasan dalam perselisihan yang terjadi
kitab tersebut.
Semuanya itu adalah perkara baru yang diada-adakan dan perkara ini
yang bermanfaat.
subhanahu wa ta’ala):
“mereka tidak memberikan perumpamaan itu kepadamu melainkan
kebaikan kepada seorang hamba, maka Allah akan bukakan baginya pintu
beramal dan menutup baginya pintu jidal (debat). Dan apabila Allah
mereka berkata dia demikian, dia demikian (seperti orang yang) mengigau yang
kepadanya kalau dia mau menerima, jika dia tidak mau menerima hendaklah
diam.”
tersebut.”
Jalan Imam Malik ini diikuti oleh Imam Ahmad dalam permasalahan ini.
masalah yang keliru, dan permasalahan yang belum terjadi. Permasalahan ini
Adapun perkataan ulama salaf seperti Imam Malik, Imam Syafi’i, Imam
Ahmad, dan Imam Ishaq, mereka di dalam membahas permasalahan fiqih dan
menetapkan hukumnya mengatakan dengan perkataan yang pendek, ringkas,
dan difahami maksudnya tanpa harus berbicara panjang lebar dan bertele-tele.
ungkapan yang baik. Dan hal ini cukup bagi orang yang memahaminya, jika
pandai berbicara).
membantah, bukan karena mereka bodoh atau lemah untuk berbuat itu, akan
selain ulama salaf, bukan berarti mereka ahli dan menguasai ilmunya, akan
tetapi ini semua karena mereka senang berbicara dan kurangnya sifat wara’
(rendah hati).
sedang berdebat: “Mereka itulah orang-orang yang telah bosan dari beribadah,
orang-orang yang telah lemah akal, dan sedikit sifat wara’-nya sehingga
dalam masalah agama, karena hal ini akan menyibukkan hati dan akan
berpindah.”[16]
orang terdahulu yang shalih),mereka berhenti karena ilmu, dan mereka diam
karena ilmu pula, serta mereka sangat mampu kalau mereka mau mencarinya.”
Dan masih banyak lagi ucapan ulama salaf yang semakna dengan
ini. Mereka menyangka bahwa orang banyak bicara, suka berdebat, dan
sallam dan ulama-ulama mereka seperti Abu Bakar, Umar, Ali, Mu’adz, Ibnu
Mas’ud dan Zaid bin Tsabit, ucapan mereka lebih sedikit daripada ucapan Ibnu
shahabat lebih berilmu dari mereka. Dan ucapan para tabi’ut tabi’in lebih
banyak dari ucapan tabi’in padahal tabi’in lebih mengetahui dari tabi’ut tabi’in.
Ilmu itu bukan karena banyak meriwayatkan dan tidak pula karena
banyak pendapat-pendapat, akan tetapi ilmu itu adalah cahaya yang terdapat di
dalam hati, sehingga seorang hamba dapat mengetahui yang al haq dengan
oleh Allah dengan sifat Jawami’ul Kalim (Ucapan yang singkat tetapi dapat
melarang banyak berbicara dan banyak mengutip ucapan berita yang belum
mengamati yang demikian itu, maka dia akan mengatahui dengan pasti.
Dala riwayat Imam At Tirmidzi dan selain beliau dari shahabat Abdullah
lidahnya.”[22]
yang lain seperti ucapan Umar, Sa’ad, Ibnu Mas’ud, Aisyah dan selain mereka
Wajib diyakini, bahwa tidak setiap orang yang banyak ucapan dan
pembicaraannya dalam masalah ilmu adalah lebih berilmu daripada orang yang
tidak demikian.
Kita telah diuji dengan adanya orang-orang jahil yang meyakini terhadap
Diriwayatkan juga atsar (riwayat) yang seperti ini dari Ibnu Umar
shahabat adalah orang-orang yang sedikit ilmunya dan lebih banyak takalluf-
nya.
dan para khatibnya (penceramah) sedikit dan akan datang pula kepada
sedikit bicaranya. Dan sebaliknya, orang yang tercela adalah orang yang
rahimahullah, dan saya yakin bahwa faedah yang kita –sebagai penuntut ilmu-
dapat darinya adalah sangat besar, jika kita membandingkannya secara teliti
antara ilmu salaf dan ilmu khalaf (orang-orang yang datang belakangan).
1. Ilmu ada dua macam, yaitu ilmu yang bermanfaat dan ilmu yang tidak
bermanfaat.
agama.
4. Al Mira’ dan Al Jidal (perdebatan dan bantah-membantah) adalah perkara
bid’ah.
5. Imam Malik rahimahullah sangat membenci orang yang banyak bicara dan
dengan cara lemah lembut dan dengan sebaik-baik bantahan tanpa bertele-
tele.
kalau mereka memiliki kekhususan dalm bidang ilmu yang dimiliki oleh salaf,
akan tetapi yang tampak adalah mereka senang berbicara, ingin mendapat
8. Al Hafizh Ibnu Rajab telah meneliti dan beliau mendapatkan bahwa ucapan
shahabat lebih sedikit daripada ucapan tabi’in, ucapan tabi’in lebih sedikit
dari ucapan tabi’ut tabi’in dan seterusnya. Dan semuanya ini memiliki arti
dan makna.
sederhana artinya, ringkas dan padat, tetapi sunnah ini telah dilalaikan oleh
berkata fasih, serta banyak berbicara dalam masalah agama dan segala hal
yang berkaitan dengannya. Hal ini bukan suatu sifat yang terpuji dalam
pandangan ulama salaf, akan tetapi ini merupakan sifat yang tercela.
11. Adanya unsur penipuan dari seseorang yang banyak berbicara dan panjang
khutbahnya sehingga keluar dari tujuan khutbah jum’at tersebut. Semua ini
dilakukan untuk menarik perhatian orang. Dan tidak akan tertipu dari orang-
orang yang seperti itu kecuali orang-orang yang ganjil dan lemah akal.
Dari sini kita mengetahuiperbedaan jalan yang telah ditempuh oleh para
ulama Rabbaniyun. Tujuan dan niat mereka sangat lurus dalam memberikan
penuntut ilmu.
kepada kita sehingga kita akan mendapatkan ilmu yang bermanfaat, tetap
selalu terkait dengan manhaj slafus shalih ridwanullah ajma’in, kembali kepada
ulama dengan (niat) yang ikhlas dan jujur, agar terwujudnya persatuan pemilik
Dan juga agar terwujud tolong menolong dalam kebaikan, bukan tolong
Wabillahittaufiq.
Foot note:
[9]. Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Kitabul ‘Iman hal. 374 dari hadits
[11]. HR. At Tirmidzi (5/363), hadits no. 3253), dan beliau berkata: “Hadits ini
hasan shahih”, Ibnu Majah dalam Al Muqaddimah (haditsz no. 48), Imam
pada tafsir surat Az Zukhruf dan beliau berkata: “Sanadnya shahih”, serta
disepakati oleh Adz Dzahabi, semuanya dari jalan shahabat Abu Umamah
[12]. Ini adalah pernyataan Ma’ruf Al karakhi yang diriwayatkan oleh abu Nu’aim
dalam Al Hilyah (8/361), Al Khatib dalam Iqtidha’ul ‘Ilmi (hal. 80) dengan tahqiq
Ustadz Al ‘Ajmi.
[13]. Diriwayatkan oleh Al Khatib dalam kitab Al Faqih wal Mutafaqih (2/9)
[14]. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam kitab Az Zuhd (hal. 272), dan Abu
[15]. Diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dalam Al Hilyah (3/198) dengan tahqiq
Ustadz Al ‘Ajmi.
[16]. Perkataan beliau: “Maka dia akan sering berpindah”, maksudnya adalah
(hal. 56-57).
dikeluarkan oleh Imam Al Bukhari (3/340), (5/68), (10/405), (11/306), dan Imam
Muslim (3/1340 dan 1341). Adapun hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al
Bukhari dari shahabat Al Mughirah bin Syu’bah secara marfu’ dengan tahqiq
termasuk dari mursal Mujahid dan dia dha’if (lemah) karena mursal,
[19]. Diriwayatkan oleh Imam Muslim (2/591) dengan tahqiq Ustadz Al ‘Ajmi dari
radhiyallahu’anhuma –ed).
[22]. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad (2/165 dan 187), Abu Dawud (5005), At
Tirmidzi (2583), dan lafadz hadits ini adalah miliknya. Hadits ini ditahqiq oleh
Ustadz Al ‘Ajmi.
[23]. Takalluf adalah membebani diri dengan hal-hal yang tidak bermanfaat baik
tulisan ini. Kita telah mengetahui perbedaan antara manhaj salaf dengan khalaf
dan mengetahui pula kedudukan dan pentingnya aqidah salaf yang garis
Di dalam bab ini, saya akan menyabutkan dua Imam yang mulia.
sunnah dan kitab yang berisi aqidah salafus shalih serta bersungguh-sungguh
dengan penuh keadilan dalam semua urusan. Tidak tafrith (menyepelekan) dan
batas. Selalu bersama para ulama yang kokoh di atas sunnah dan mencontoh
Menjauhkan diri dari sikap menentang dan berpaling dari manhaj salaf
serta kitab-kitabnya atau menjelek-jelekkan para ulama yang kokoh (di atas
saudaraku, bahwa kitab-kitab yang menjelaskan tentyang aqidah salaf ada tiga
bentuk, yaitu:
ijtihad.
jika memungkinkan.
A. KITAB-KITAB HADITS
kelompok Jahmiyah.[26]
para pengagung akal dan orang-orang yang mengingkari hadits Ahad sebagai
2. Shahih Muslim.
Mu’aththilah.
Jahmiyah terhadap ru’yatullah (Allah akan dilihat pada hari kiamat), Allah
mereka. Baliau menjelaskan juga tentang Khawarij dan selain mereka dari
atau dalil).
B. KITAB-KITAB TAFSIR
dan tempat-tempat (permasalahan ini) pada ayat-ayat sifat, seperti firman Allah
subhanahu wa ta’ala:
“Kemudian Dia (Allah) beristiwa di atas ‘Arsy.” (Al A’raf: 54; Yunus: 3; Ar
“Dan Rabb-mu telah datang dan malaikat dengan bershaf-shaf.” (Al Fajr:
22)
Dan selainnya dari ayat-ayat shifat (yakni ayat yang menyebutkan sifat-
Termasuk dari sederetan tafsir salaf, yang sudah dicetak dan yang belum
4. Tafsir Al Baghawi.
5. Tafsir Ath-Thabari.
menjelaskan aqidah tersebut serta gigih membelanya, maka Imam Ahmad bin
para penyelisihnya.
Abu Bakar tampil menghadang orang-orang murtad. Karena itu beliau adalah
sebagai lambang sunnah dan digelari Imam Rabbani dan Ash Shiddiq yang
kedua.[28]
Tidak asing lagi, bahwa beliau rahimahullah telah mendapat ujian demi
ujian yang tidak akan bisa dipikul oleh selain beliau dan tidak akan bersabar
keyakinan.
Imam Al Muhaddits Ali bin al Madini –Syaikh Imam al Bukhari- berkata:
“Sesungguhnya Allah telah menjayakan Islam ini dengan dua tokoh dan tidak
ada yang ketiganya, yaitu: Abu Bakar Ash shiddiq pada hari-hari pemurtadan
dan Imam Ahmad pada hari-hari fitnah, yaitu fitnah perkataan Al qur’an adalah
karena Imam ahmad dan pengorbanan beliau,niscaya Islam ini akan hilang.”
adalah sebagai barometer untuk mengetahui (apakah dia) Ahlus Sunnah atau
Ahlul Bid’ah.
didalangi oleh Mu’tazilah, maka beliau dalam keadaan terpaksa harus terjun ke
umat ini.
Karya-karya Imam Ahmad diantaranya:
1. Kitab As Sunnah.
aqidah yang benar dan membantah para penyelisih dengan kemampuan yang
jelas. Diantara sederetan para ulama yang memiliki andil besar dalam membela
2. Yahya bin Said Al Qaththan, seorang ulama ahli hadits, ahli hujjah dan
3. Ibnu Abi syaibah, Abu Bakar abdullah bin Muhammad bin Ibrahim Al
Abbasi. Beliau telah menulis kitab As Sunnah dan kitab Al iman (wafat
di penjara karena pukulan yang sangat keras (wafat pada tahun 228 H).
(wafat pada tahun 229 H). Beliau menulis kitab yang berjudul Ar Raddu
‘alal Jahmiyah.
8. Imam Ishaq bin Ibrahim yang terkenal dengan nama “Ibnu Rahawaih”
Jami’, beliau juga menulis kitab Khalqu Af’alil ‘Ibad dan Ar Raddu ‘alal
Jahmiyah.
10. Imam Abu Bakar ahmad bin Muhammad bin Hani’ Al Atsram, teman
Imam Ahmad (wafat pada tahun 273 H). Beliau menulis kitab As
Sunnah.
11. Imam Abdullah bin Imam Ahmad. Beliau menulis kitab As Sunnah dan
12. Imam Utsman bin said Ad Darimi (wafat pada tahun 280 H). Beliau
memiliki kitab yang berjudul Ar Raddu ‘alal Jahmiyah dan Ar Raddu ‘alal
Marisi.
13. Imam Abu Bakar Ahmad bin Ali bin Said Al Marwazi (wafat pada tahun
14. Imam Abu Bakar Muhammad bin Al Husain bin Abdillah Al Ajurri (wafat
pada tahun 360 H). Diantara karya beliau adalah kitab Asy syari’ah dan
16. Imam Abu ali Haubal bin ishaq asy Syaibani, anak paman Imam ahmad
dan murid beliau (wafat pada tahun 283 H). Beliau menulis kitab yang
berjudul As Sunnah.
17. Imam Abu Bakar Ahmad bin Muhammad bin Harun Al Khallaf, beliaulah
yang telah menghimpun ilmu Imam Ahmad (wafat pada tahun 311 H).
Beliau menulis kitab As Sunnah dalam tiga jilid dan telah ditahqiq satu
18. Imam Abu syaikh abdullah bin Muhammad bin Ja’far bin Hayyan Al
19. Imam Abu Bakar Ahmad bin ‘Amr bin Abi ‘Ashim An Nabil Asy Syaibani
(wafat pada tahun 287 H). Beliau menulis kitab As Sunnah dan telah
20. Imam Abu Hafizh Umar bin Ahmad bin Utsman Al Baghdadi, seorang
besar (wafat pada tahun 385 H). Beliau memiliki kitab As Sunnah.
21. Imam Abul Hasan Al Asy’ari (wafat pada tahun 324 H). Beliau menulis
Allah).
22. Imam Khasyisy bin Asram (wafat pada tahun 253 H). Beliau menulis
23. Imam Ishaq bin Muhammad bin Ishaq bin Khuzaimah (wafat pada tahun
311 H), menulis kitab At Tauhid wa Itsbat sifat Irrabi Azza wa Jalla.
24. Imam abu Ja’far Muhammad bin Jarir ath Thabari (wafat pada tahun 310
H). Beliau adalah penulis kitab tafsir yang besar dan kitab-kitab di atas
penjelasannya.
25. Abu Abdillah Muhammad bin Yahya bin Mundah, seorang hafizh dan
banyak berjalan dalam rangka untuk menuntut ilmu. Karya beliau antara
26. Imam Abu Al Qasim Hibatullah bin Hasan Al Lalikai (wafat pada tahun
481 H). Diantara kitab beliau adalah Syarah Ushulus Sunnah dan telah
27. Imam Al Hafizh Amirul Mukminin dalam ilmu hadits, Abul Hasan bin Umar
Ad Daruquthni (wafat pada tahun 385 H). Diantara kitab beliau adalah
pada tahun 387 H). Diantara karya beliau adalah Al Ibanah ‘an Syari’atil
29. Imam Muhyis Sunnah, Abu Muhammad Al Husain bin Mas’ud Al Baghawi
(wafat pada tahun 516 H). Diantara karya beliau adalah Syarhus Sunnah
Bid’ah-bid’ah dan hawa nafsu, bab: Menjauhi Ahlul Ahwa’. Dan telah
30. Imam al Hafizh Abul Qasim Ismail bin Muhammad bin Al Fadl At Taimi Al
Ashbahani (wafat pada tahun 535 H). Diantara kitab beliau adalah Al
31. Imam Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, Taqiyuddin Ahmad bin Abdul Halim
bin Taimiyyah (wafat pada tahun 728 H). Kitab-kitab beliau terkenal (di
kalangan kaum muslimin) dan banyak dipakai oleh para penuntut ilmu.
Akhna’i.
Foot Note:
[24]. Lihat Fatawa Syaikhul Islam (4/57) dan kitab Al I’tisham (1/224-225).
[25]. Murji’ah adalah kelompok sesat yang memiliki keyakinan bahwa amal
perbuatan bukan bagian dari Iman. Sebagian dari mereka berkata: “Iman tidak
[26]. Jahmiyah adalah kelompok sesat yang menolak nama dan sifat-sifat Allah.
[28]. Lihat kitab Manaqib Imam Ahmad karya Ibnul jauzi (hal. 110 dan 116).
[29]. Lihat Muqaddimah Al Ma’rifah li Kitab Al Jarh wat Ta’dil (hal. 308-309).