You are on page 1of 6

A.

VALIDITAS
1. Pengertian Validitas Menurut Azwar (1986) Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Sisi lain dari pengertian validitas adalah aspek kecermatan pengukuran. Suatu alat ukur yang valid tidak hanya mampu menghasilkan data yang tepat akan tetapi juga harus memberikan gambaran yang cermat mengenai data tersebut. Pengertian validitas juga sangat erat berkaitan dengan tujuan pengukuran. Oleh karena itu, tidak ada validitas yang berlaku umum untuk semua tujuan pengukuran. Suatu alat ukur biasanya hanya merupakan ukuran yang valid untuk satu tujuan yang spesifik. Dengan demikian, anggapan valid seperti dinyatakan dalam alat ukur ini valid adalah kurang lengkap. Pernyataan valid tersebut harus diikuti oleh keterangan yang menunjuk kepada tujuan (yaitu valid untuk mengukur apa), serta valid bagi kelompok subjek yang mana? (Azwar 1986) Pengertian validitas menurut Walizer (1987) adalah tingkaat kesesuaian antara suatu batasan konseptual yang diberikan dengan bantuan operasional yang telah dikembangkan. Menurut Aritonang R. (2007) validitas suatu instrumen berkaitan dengan kemampuan instrument itu untuk mengukur atu mengungkap karakteristik dari variabel yang dimaksudkan untuk diukur. Instrumen yang dimaksudkan untuk mengukur sikap konsumen terhadap suatu iklan, misalnya, harus dapat menghasilkan skor sikap yang memang menunjukkan sikap konsumen terhadap iklan tersebut. Jadi, jangan sampai hasil yang diperoleh adalah skor yang menunjukkan minat konsumen terhadap iklan itu. Menurut Suharsimi Arikunto, validitas adalah keadaan yang menggambarkan tingkat instrumen bersangkutan yang mampu mengukur apa yang akan diukur. Menurut Soetarlinah Sukadji, validitas adalah derajat yang menyatakan suatu tes mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas suatu tes tidak begitu saja melekat pada tes itu sendiri, tapi tergantung penggunaan dan subyeknya. 2. Jenis jenis validitas Suatu alat evaluasi dikatakan valid (sahih) jika alat tersebut mampu mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi. Jadi kesahihannya tergantung pada sejauh mana ketepatan alat evaluasi tersebut dalam melaksanakan fungsinya. Terdapat dua jenis validitas, yakni validitas teoritik (logik) dan validitas empiric (kriterium). Validitas teoritik atau validitas logikadalah validitas alat evaluasi yang ditentukan berdasarkan pertimbangan (judgement) pakar; sedangkan validitas empirik(kriterium)

adalah validitas alat evaluasi yang dihubungkan dengan kriterium tertentu. Validitas teoritik dapat dibedakan atas: a. Validitas iSi (content validity) Validitas ini berkenaan dengan ketepatan alat evaluasi ditinjau dari segi materi yang dievaluasi. Suatu alat evaluasi dikatakan memiliki validitas isi jika mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau is pelajaran yang dievaluasi. b. Validitas konstruksi (construct validity) Validitas konstruksi berkenaan dengan kesesuaian butir dengan tujuan pembelajaran khusus (atau indicator hasil belajar). Suatu alat evaluasi dikatakan memiliki validitas konstruksi jika butir butir pertanyaan pada alat evaluasi tersebut mengukur tujuan pembelajaran khusus (alat indicator hasil belajar) yang ditetapkan. Validitas kriterium juga dibedakan atas dua jenis, yakni: a. Validitas banding ( concunrrent validity) Suatu alat evaluasi dikatakan memiliki validitas banding jika hasilnya sesuai dengan pengalaman. Jika sebuah alat evaluasi memberikan hasil yang bersesuaian dengan kondisi kemampuan subjek (siswa) maka alat evaluasi tersebut dikatakan memiliki validitas banding. b. Validitas ramal (predictive validity) Validitas prediksi berkenaan di masa mendatang. Misalnya tes seleksi masuk SMA dikatakan memiliki validitas prediksi yang tinggi, jika hasil yang diacapai setiap siswa benar-benar dapat memprediksi berhasil tidaknya siswa dalam mengikuti pendidikan di SMA nantinya. 3. Koefisien validitas Untuk menentukan indeks validitas kriterium suatu alat evaluasi kita menghitung korelasi antara skor yang diperoleh melalui alat evaluasi tersebut dengan skor yang diperoleh melalui alat ukur lain yang telah dibakukan atau yang diasumsikan memiliki validitas tinggi. Makin tinggi koefisien korelasinya makin tinggi pula alat evaluasi tersebut. Perhitungan koefisien validitas dapat dilakukan dengan menggunakan tiga rumus, yakni: a. Korelasi product moment dengan simpangan ( )( ) Keterangan: Koefisien korelas antara variable X dan vaiabel Y, dua variable yang dikorelasikan b. Korelasi product moment dengan angka kasar ( )( ) * ( ) +* ( ) +

Keterangan: N = banyaknya testi (subjek) c. Korelasi metode ranking (rank method correlation) ( ) Keterangan: d = selisih ranking antara X dan Y Untuk menentukan tingkat validitas, hasil perhitungan korelasi di atas selanjutnya dicocokkan dengan kriteria validitas berikut.

Koefisien Validitas

Penafsiran Tidak valid Validitas sangat rendah Validitas rendah Validitas sedang Validitas tinggi Validitas sangat tinggi

B. Reliabilitas Reliabilitas merujuk pada konsistensi skor yang di capai oleh orang yang sama ketika mereka di uji ulang dengan tes yang sama pada kesempatan tang berbeda, atau seperangkat butir-butir ekuivalen yang berbeda (Anastasi dan Urbina, 1997). 1. Reliabilitas Instrumen Tes Objektif Terdapat dua teknik untuk menentukan reliabilitas instrument tes objektif, yakni teknik belah dua (split half technique) dan teknik non belah dua (non split half technique). a. Belah Dua Dalam penggunaan teknik ini, alat evaluasi di belah menjadi 2 bagian yang sama. Dengan demikian, syarat penting dalam penggunaan teknik ini adalah jumlah soal dalam alat evaluasi haruslah genap. Teknik belah dua dapat di lakukan dengan dua cara yaitu: Pembelahan menurut soal ganjil dan nomor soal genap, biasanya di sebut metode ganjil-genap Metode awal akhir

Misalkan, instrument tes terdiri dari 30 soal, dengan menggunakan metode ganjil genap kita bagi soa-soal tersebut atas 2 kelompok; kelompok pertama soal nomor ganjil(gasal) dan kelompok ke dua soal nomor genap. Jika menggunakan metode awal akhir, maka kelompok pertama terdiri dari soal nomor 1-15, dan kelompok ke dua terdiri dari soal nomor 16-30. Selanjutnya, untuk menentukan koefisien reliabilitasnya, kita dapat menggunakan formula Spearman-Brown, formula Flanagan, atau formula rulon. 1) Formula Spearman-Brown Reliabilitas bagian (setengah) alat evaluasi:

(
Keterangan: n = banyak subjek = Kelompok data belahan pertama = Kelompok data belahan ke dua

( ( ) )(

)(

) ( ) )

Koefisien Reliabilitas ditentukan dengan rumus : 2) Formula Rulon Formula Rulon di dasarkan atas konsep perbedaan antara skor subjek pada belahan pertama dan belahan kedua, yang dapat di pandang sebagai galat (error) dari proses evaluasi. Dengan demikian, varians yang di perhitungkan adalah adalah varians galat. Formula Rulon adalah sebagai berikut. dengan Keterangan: = varians selisih skor subjek pada kedua belahan = varians skor total

( )

3) Formula Flanagan

Berbeda dengan formula Spearman-Brown yang mendasarkan reliabilitas pada nilai korelasi kedua belahan, Flanagan mendasarkan reliabilitas atas varians masing-masing belahan dan varians totalnya. Formula Flanagan adalah sebagai berikut:

(
Keterangan :

= varians skor belahan pertama = varians skor belahan kedua = varians skor total
b. Teknik Non-Belah Dua Teknik Non-Belah Dua di kembangkan oleh kuder dan Richardson. Untuk menentukan reliabilitas alat evaluasi, mereka memperkenalkan rumus KR-20 dan KR-21. 1) Rumus KR-20:

)(

Keterangan :

n = banyaknya butir soal


= proporsi banyak subjek yang menjawab benar butir soal ke-i = proporsi banyak subjek yang menjawab salah butir soal ke-i

2. Reabilitas Instrumen Tes Uraian Untuk mencari koefisien reliabilitas instrumen tes uraian, kita dapan menggunakan formula-formula pada kedua teknik diatas, tetapi digunaka formula (rumus ) Alpha, yakni:

(
Keterangan :

)(

= banyaknya butir (item) = jumlah variansi skor setiap item = variansi skor total

3. Reliabilitas Instrumen efektif Perhitungan reliabilitas instrumen efektis dapat dilakukan dengan tiga pendekatan, yakni, pendekatan tes ulang, tes sejajar, dan pendekatan konsistensi internal. a. Pendekatan tes ulang Dalam pendekatan ini, responden diberikan instrumen efektif sebanyak dua kali dalam kurun waktu tertentu (tenggang waktunya relatif dekat). Skor yang diperoleh pada dua kali pengukuran tersebut selanjutnya dikorelasikan. Keofisien korelasi ini merupakan estimasi dari reliabiliutas instrumen. b. Pendekatan tes sejajar Pendekatan ini hanya dapat dilakukan jika tersedia dua instrumen efektif yang memenuhi ciri-ciri paralel, yakni mengukur aspek efektif yang sama, mengukur objek yang sama, komponen- komponen objeknya yang sama, mengguanakan objek yang sama, dan spesipikasinya sama. Kedua instrumen efektif ini selanjutnya dikenalkan berturut-turut pada sekelompok responden. Skor yang diperoleh melalui kedua instrumen ini selanjutnya dikorelasikan untuk diperoleh estimate reliabilitas instrument. c. Pendekatan konsistesi internal Dalam menggunakan pendekatan ini, instrumen efektif dibelah menjadi beberapa bagian, misalnya dua bagian, tiga bagian,empat bagian. Untuk menentukan realibilitas instruen efektif digukan berbagai formula, diantaranya formula sperman Brown dan formula Rulon dan formula alpha. Formula Sperman Brown.dan formula rulon telah dideskripsikan pada bagian 3.2.1, sedangkan formula alpha juga telah diuraikan pada bagian 3.2.2, hanya saja pada bagian keterangan , butir diganti dengan belahan.

)(

= banyaknya belahan = variansi skor belahan = variansi skor total

You might also like