Professional Documents
Culture Documents
bahan bacaan:
• Tomczak, M, An Introduction to Physical Oceanography
• Talley, L, Properties of Seawater
• Prager, Ellen J, and Sylvia A. Earle, The Oceans, McGraw-Hill, 2000.
• Pickard and Emery, Descriptive Physical Oceanography
Dapus :
Setiawan, Agus.2005.Salinitas Air
Laut.http://oseanografi.blogspot.com/2005/07/salinitas-air-laut.html.Dibuka
tanggal 25 September 2009
Salinitas
Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam terlarut dalam air. Salinitas
juga dapat mengacu pada kandungan garam dalam tanah.
Kandungan garam pada sebagian besar danau, sungai, dan saluran air alami
sangat kecil sehingga air di tempat ini dikategorikan sebagai air tawar. Kandungan
garam sebenarnya pada air ini, secara definisi, kurang dari 0,05%. Jika lebih dari itu,
air dikategorikan sebagai air payau atau menjadi saline bila konsentrasinya 3 sampai
5%. Lebih dari 5%, ia disebut brine.
Air laut secara alami merupakan air saline dengan kandungan garam sekitar
3,5%. Beberapa danau garam di daratan dan beberapa lautan memiliki kadar garam
lebih tinggi dari air laut umumnya. Sebagai contoh, Laut Mati memiliki kadar garam
sekitar 30% (P.W. Goetz,1986)
Istilah teknik untuk keasinan lautan adalah halinitas, dengan didasarkan bahwa
halida-halida—terutama klorida—adalah anion yang paling banyak dari elemen-elemen
terlarut. Dalam oseanografi, halinitas biasa dinyatakan bukan dalam persen tetapi
dalam “bagian perseribu” (parts per thousand , ppt) atau permil (‰), kira-kira sama
dengan jumlah gram garam untuk setiap liter larutan. Sebelum tahun 1978, salinitas
atau halinitas dinyatakan sebagai ‰ dengan didasarkan pada rasio konduktivitas
elektrik sampel terhadap "Copenhagen water", air laut buatan yang digunakan sebagai
standar air laut dunia (E.L. Lewis, 1980). Pada 1978, oseanografer meredifinisikan
salinitas dalam Practical Salinity Units (psu, Unit Salinitas Praktis): rasio konduktivitas
sampel air laut terhadap larutan KCL standar (Unesco, 1988). Rasio tidak memiliki unit,
sehingga tidak bisa dinyatakan bahwa 35 psu sama dengan 35 gram garam per liter
larutan (Unesco, 1985).
Dapus :
Goetz, P. W. (ed.): "The New Encyclopaedia Britannica (15th edn)", Vol. 3, p.937,
Encyclopaedia Britannica Inc., Chicago, 1986.
Lewis, E.L. (1980). The Practical Salinity Scale 1978 and its antecedents. IEEE J. Ocean.
Eng., OE-5(1): 3-8.
Unesco (1981a). The Practical Salinity Scale 1978 and the International Equation of
State of Seawater 1980. Tech. Pap. Mar. Sci., 36: 25 pp.
Unesco (1981b). Background papers and supporting data on the Practical Salinity
Scale 1978. Tech. Pap. Mar. Sci., 37: 144 pp.
Unesco (1985). The International System of Units (SI) in Oceanography. Tech. Pap.
Mar. Sci., 45: 124 pp.
Anonim.Salinitas.http://id.wikipedia.org/wiki/Salinitas.Dibuka tanggal 25 September
2009
bahan bacaan:
• Tomczak, M, An Introduction to Physical Oceanography
• Talley, L, Properties of Seawater
• Prager, Ellen J, and Sylvia A. Earle, The Oceans, McGraw-Hill, 2000.
• Pickard and Emery, Descriptive Physical Oceanography
Dapus :
Setiawan, Agus.2005.Densitas Air Laut.
http://oseanografi.blogspot.com/2005/07/densitas-air-laut.html.Dibuka tanggal 25
September 2009
Salinitas adalah jumlah berat semua garam (dalam gram) yang terlarut dalam
satu liter air. Faktor-faktor yang mempengaruhi salinitas adalah pola sirkulasi air,
penguapan, curah hujan dan aliran sungai.
Sirkulasi Laut
Sirkulasi laut adalah pergerakan massa air di laut. Sirkulasi laut di permukaan
dibangkitkan oleh stres angin yang bekerja di permukaan laut dan disebut sebagai
sirkulasi laut yang dibangkitkan oleh angin (wind driven ocean circulation). Selain itu,
ada juga sirkulasi yang bukan dibangkitkan oleh angin yang disebut sebagai sirkulasi
termohalin (thermohaline circulation) dan sirkulasi akibat pasang surut laut. Sirkulasi
termohalin dibangkitkan oleh adanya perbedaan densitas air laut. Istilah termohalin
sendiri berasal dari dua kata yaitu thermo yang berarti temperatur dan haline yang
berarti salinitas. Penamaan ini diberikan karena densitas air laut sangat dipengaruhi
oleh temperatur dan salinitas. Sementara itu, sirkulasi laut akibat pasang surut laut
disebabkan oleh adanya perbedaan distribusi tinggi muka laut akibat adanya interaksi
bumi, bulan dan matahari.
Sirkulasi di permukaan membawa massa air laut yang hangat dari daerah tropis
menuju ke daerah kutub. Di sepanjang perjalanannya, energi panas yang dibawa oleh
massa air yang hangat tersebut akan dilepaskan ke atmosfer. Di daerah kutub, air
menjadi lebih dingin pada saat musim dingin sehingga terjadi proses sinking
(turunnnya massa air dengan densitas yang lebih besar ke kedalaman). Hal ini terjadi
di Samudera Atlantik Utara dan sepanjang Antartika. Air laut dari kedalaman secara
perlahan-lahan akan kembali ke dekat permukaan dan dibawa kembali ke daerah
tropis, sehingga terbentuklah sebuah siklus pergerakan massa air yang disebut Sabuk
Sirkulasi Laut Global (Global Conveyor Belt). Semakin efisien siklus yang terjadi, maka
akan semakin banyak pula energi panas yang ditransfer dan iklim di bumi akan
semakin hangat.
Akibat bumi yang berotasi, maka aliran massa air (arus) yang terjadi akan
dibelokkan ke arah kanan di belahan bumi utara (BBU) dan ke kiri di belahan bumi
selatan (BBS). Efek ini dikenal sebagai gaya semu Coriolis. Pembelokkan ini
menjadikan tinggi dan rendahnya elevasi muka laut berbanding secara langsung
dengan kecepatan arus permukaan. Perubahan elevasi muka laut yang diakibatkan
aliran massa air ini disebut sebagai topografi laut dan saat ini dapat diamati dengan
menggunakan satelit TOPEX/Poseidon. Dengan bantuan data dari satelit ini, maka para
ahli dapat memetakan pola arus laut global.
Studi Variabilitas Lapisan Atas Perairan Samudera Hindia Berbasis Model Laut
Oleh :
Martono, Halimurrahman, Rudy Komarudin,
Syarief, Slamet Priyanto dan Dita Nugraha
Densitas air laut merupakan jumlah massa air laut per satu satuan volume.
Densitas merupakan fungsi langsung dari kedalaman laut, serta dipengaruhi juga oleh
salinitas, temperatur, dan tekanan.
Perubahan densitas dapat disebabkan oleh proses-proses :
– Evaporasi di permukaan laut
– Massa air pada kedalaman < 100 m sangat dipengaruhi oleh angin dan gelombang,
sehingga besarnya densitas relatif homogen
– Di bawah lapisan ini terjadi perubahan temperatur yang cukup besar (Thermocline)
dan juga salinitas (Halocline), sehingga menghasilkan pola perubahan densitas yang
cukup besar (Pynocline)
– Di bawah Pynocline hingga ke dasar laut mempunyai densitas yang lebih padat
Stabilitas air laut dipengaruhi oleh perbedaan densitasnya, yang disebut dengan
Sirkulasi Densitas atau Thermohaline
Sirkulasi Thermohaline umumnya merupakan proses yang terjadi di laut dalam.
Disebabkan oleh variasi densitas air yang terbentuk di bidang batas antara udara - air,
dan erat kaitannya dengan Sirkulasi Wind-driven. Sulit diamati secara langsung
mengingat kecepatannya yang sangat lambat, namun bisa disimpulkan melalui
pengamatan salinitas, temperatur, dan kadar O2 terlarut.