You are on page 1of 6

make it easy

Sabtu, 06 Juli 2013


MIRISTISIN
Myristica fragrans Menurut pendapat para ahli, adalah tanaman asli Indonesia yang berasal dari Malaise argipelago yaitu gugusan kepulauan Banda dan Maluku. Kemudian menyebar dan berkembang ke pulau-pulau lain yang berada di sekitarnya, bahkan sekarang telah mencapai Aceh, Sulawesi Utara dan Irian Jaya (Anonim, 2011). Pada zaman penjajahan Belanda, tanaman Pala disebarkan ke berbagai pelosok daerah di Indonesia. Oleh karena itu, pala memiliki beberapa nama khas daerah, seperti falo (Nias), palo (Minangkabau), pahalo (Lampung), pala (Sunda), paala bibinek (Madura), kalapelane (Seram), parang (Minahasa), dan gosoka (Halmahera, Tidore, dan Ternate) (Kafeinau, 2010). Biji pala mengandung minyak atsiri 7-14%. Bubuk pala dipakai sebagai penyedap untuk roti atau kue, puding, saus, sayuran, dan minuman penyegar (seperti eggnog). Minyaknya juga dipakai sebagai campuran parfum atau sabun (Anonim, 2011 ). Myristica fragrans merupakan tanaman rempah- rempah, sehingga dapat menghasilkan minyak atsiris dan lemak khusus yang berasal dari biji dan fuli. Biji Myristica fragrans menghasilkan 2 sampai 15 % minyak etheris dan 30 40 % lemak, sedangkan fuli menghasilkan 7 18 % minyak etheris dan 20 30 % lemak (fuli adalah aril yang berwarna merah tua dan merupakan selaput jala yang membungkus biji) ( Anonim, 2011 ). Buah Myristica fragrans industri obat-obatan, buah pala memiliki beragam khasiat yang bermanfaat bagi kesehatan manusia. Dalam dosis rendah, pala dapat digunakan untuk mengurangi flatulensi (kembung perut), meningkatkan daya cerna dan selera makan, serta untuk mengobati diare, muntah, dan mual (Chevallier, 2001). Biji pala mengandung minyak menguap (miristin, pinen, kamfen, dipenten, safrol, eugenol, iso-eugenol dan alkohol), gliserida (asam miristinat, asam oleat, borneol dan giraniol), protein, lemak, pati dan gula. Merupakan bahan rempah-rempah dan obat-obatan yang populer di Eropa sejak abad ke-16, ketika industri farmasi belum mampu menciptakan obat-obatan secara kimiawi. Pala digunakan untuk mengobati lambung, mengatasi susah tidur, memperlancar pengeluaran gas dari saluran pencernaan, mengobati sariawan mulut dan sebagai simultan. Fuli (mace) yang merupakan seludang penutup biji pala berwarna merah cerah, merupakan bahan minyak atsiri nomor satu karena wanginya. Minyak dari bijinya berkhasiat sebagai obat pelega perut.(Chavalier,2001).

Tanaman Myristica fragrans Tanaman pala merupakan tanaman multiguna karena setiap bagiannya dapat dimanfaatkan dalam berbagai industri. Biji, fuli, dan minyak atsiri dari pala merupakan yang paling banyak dieskpor, serta digunakan dalam industri makanan dan minuman. Minyak yang berasal dari biji, fuli, dan daun digunakan dalam industri obatobatan, parfum, dan kosmetik (Anonim, 2011). Daging buah pala dapat digunakan sebagai manisan atau asinan, biji dan fulinya bermanfaat dalam industri pembuatan sosis, makanan kaleng, pengawetan ikan dan lainlainnya. Disamping itu minyak pala hasil penyulingan, dapat digunakan sebagai bahan baku dalam industri sabun, parfum, obat-obatan dan sebagainya. Sementara itu permintaan pasar dunia akan pala setiap tahun terus meningkat, dan tidak kurang dari 60 % kebutuhan pala dunia didatangkan dari Indonesia (Chavalier, 2001). 2.1 Kingdom Subkingdom : Super Divisi Divisi Kelas Sub Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Myristic Klasifikasi Plantae (Tumbuhan) Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) : Spermatophyta (Menghasilkan biji) : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) : Magnoliidae : Magnoliales : Myristicaceae : Myristica :

2.2 Nama daerah Untuk pala di Indonesia antara lain; Pala (Melayu), Pala (Jawa), Pala (Maluku), Pahalo (Lampung), Pal (Timor), Falo (Nias), Kuhipun (Pulau Buru), Kapala (Bima), Paala bibinek (Madura), Palang (Sangir dan Talaud), Para (Sulawesi Utara), Pala Bai (Bugis), Gosoro (Halmahera Utara), Goroso (Ternate), Pane (Seram). (Rismunandar,1990). 2.3 Makroskopik Bentuk inti biji bulat telur, panjang 2 cm sampai 3 cm, lebar 1,5 cm sampai 2 cm. Warna permukaan luar coklat muda sampai coklat kelabu dengan bintik dan garis-garis kecil berwarna coklat tua sampai coklat tua kemerahan. Permukaan luar juga beralur dangkal yang berupa anyaman jala.

Gambar 1. Myristica fragrans Houtt 2.4 Pemerian Bau khas aromatic, rasa agak pahit, agak pedas, dan agak menimbulkan rasa tebal di lidah. 2.5 Morfologi Tanaman pala secara umum adalah sebagai berikut: a. Batang Bentuk pohon pala berpenampilan indah, tinggi 10-20 m, menjulang tinggi ke atas dan ke pinggir, mahkota pohonnya meruncing, berbentuk piramidal (kerucut), lonjong (silindris) dan bulat dengan percabangan relatif teratur. Berdasarkan informasi dari para petani pala di Maluku, penentuan pohon pala jantan dan betina secara dini (bibit) dapat diduga dari sudut percabangan. Percabangan mendatar diduga pohon betina dan sudut percabangannya

meruncing diduga pohon jantan. b. Daun Daunnya berwarna hijau mengkilap dan gelap, panjang 5-4 cm dengan lebar 3-7 cm, panjang tangkai daun 0,4-1,5 cm. Penentuan jenis kelamin secara dini dapat diduga dari bentuk helaian daun. Bentuk helaian daun lebih terkulai merupakan ciri pala betina. Sedangkan bentuk helaian daun yang relatif lebih kecil dengan letak daun lebih tegak, menunjukan pala jantan. c. Bunga Cara pembungaan pada pala unisexual-dioecious, walaupun terdapat juga yang polygamous/ hermaphrodite. Pala merupakan tanaman berumah dua (dioecous) dimana bunga jantan dan bunga betina terdapat pada individu/pohon yang berbeda. Salah satu masalah dalam pengembangan pala adalah penentuan jenis pohon kelamin jantan dan betina harus menunggu sampai tanaman berbunga (lebih kurang 5 tahun). Dari 100 biji atau pohon pala rata-rata terdapat 55 pohon betina, 40 pohon jantan dan 5 pohon yang hermaphrodite. Pohon jantan dicirikan oleh habitus yang lebih kecil dari betina, cabang lebih tegak, daun lebih kecil dan menghasilkan banyak bunga jantan dalam bentuk rangkaian yang membawa 3 sampai 15 bunga per kuntum sedangkan bunga betina sekitar 1 sampai 3 per kuntum. Bunga keluar dari ujung cabang dan ranting. Bunga betina mempunyai kelopak dan mahkota meskipun perkembangannya tidak sempurna. Warna bunga kuning, dengan diameter 2,5 mm serta panjangnya 3 mm. Mahkota bunga betina bersatu mulai dari bagian pangkal dan pada bagian atas terbuka menjadi 2 bagian yang sistematis. Kelopak kecil dan menutup sebagian kecil dari bagian bawah mahkota. Di dalam mahkota terdapat pistil yang bersatu dengan bakal bunga. Kepala putik terbelah pada bagian ujungnya. Di dalam bakal buah terdapat bakal kulit biji dan bakal biji. Bentuk bunga jantan agak berbeda dengan bunga betina walaupun warna bunganya juga kuning, dengan diameter 1,5 mm dan panjang 3 mm. Mahkota dari bunga jantan bersatu dari pangkal pada 5/8 bagian dan kemudian terbagi menjadi 3 bagian. Kelopak berkembang tidak sempurna, bentuknya seperti cincin yang melingkar pada bagian pangkal mahkota. Benang sari berbentuk silindris merupakan tangkai bersatu, panjangnya 2 mm. Sari melekat pada tangkai tersebut membentuk baris-baris yang jumlahnya 8 buah dan berpasangan. Antara baris dibatasi oleh jalur kecil 1/10 mm lebarnya. d. Buah/Biji Buahnya bulat sampai lonjong, berwarna hijau kekuning-kuningan, apabila masak akan berbelah dua, diameter 3-9 cm. Daging buahnya/ pericarp tebal dan rasanya asam. Biji berbentuk bulat sampai lonjong, panjangnya 1,5-4,5 cm dengan lebar 1-2,5 cm. Warnanya coklat dan mengkilap pada bagian luarnya. Kernel bijinya berwarna keputih-putihan. Fulinya merah gelap dan ada pula yang putih kekuning-kuningan dan membungkus biji menyerupai jala. 2.6 Tinjauan Kimia Buah pala mengandung senyawa-senyawa kimia yang bermanfaat untuk kesehatan. Kulit dan daging buah pala mengandung minyak atsiri dan zat samak. Sedangkan fuli atau bunga pala mengandung minyak atsiri, zat samak dan zat pati. Sedangkan dari bijinya sangat tinggi kandungan minyak atsiri, saponin, elemisi, enzim lipase, pektin, lemonena dan asam oleanolat. Biji pala juga mengandung minyak menguap (miristin, pinen, kamfen, dipenten, safrol, eugenol, iso eugenol dan alcohol), gliserida (asam miristinat, asam oleat, borneol dan giraniol), protein,lemak, pati dan gula, vitamin A, B1 dan C. Minyak tetap mengandung trimyristin. Biji pala dikenal sebagai Myristicae Semen yang mengandung biji Myristica fragrans dengan

lapisan kapur, setelah fulinya disingkirkan. Bijinya mengandung minyak terbang, dan memiliki wangi dan rasa aromatis yang agak pahit. Sebanyak 8 - 17% minyak terbang yang ditawarkan merupakan bahan yang terpenting pada fuli. 2.6.1 Kandungan Kimia Dari Tanaman Menurut Albert Y.Leung dalam Rismunandar (1990), komposisi kimia biji pala sebagai berikut : a. Minyak atsiri 2 16 % rata rata 10 % b. Fixed oil (minyak kental) 25 40 %, terdiri dari beberapa jenis asam organic misalnya asam palmetic, stearic dan myristic. c. Karbohidrat 30 %. Dan Protein 6 % . d. Minyak pala mengandung 88% monoterpen hidrokarbon . e. Miristisin 4 8%, dan lain lain termasuk jenis alcohol misalnya eugenol, methyleugenol. f. Biji pala dan fuli mengandung zat zat antioksidan. 2.6.2 a. Miristisin Minyak Pala Minyak pala diperoleh dengan cara penyulingan uap biji pala (nutmeg) dan fuli pala (mace). Minyak pala memiliki bau yang khas seperti keharuman bumbu rempah rempah. Masyarakat pada umumnya memanfaatkan minyak pala sebagai obat gosok berbagai penyakit seperti rematik, encok, sakit gigi dan sebagainya. Minyak pala memiliki aroma yang khas dan cita rasa yang spesifik dan saat ini telah diaplikasikan pengguanaannya dalam berbagai bidang industri seperti farmasi untuk obat gangguan pencernaan, rematik dan lain lain. juga industri makanan dan minuman. Minyak pala bersama sama dengan minyak permen (peppermint oil) digunakan sebagai penyegar pasta gigi. Minyak pala bersama sama dengan minyak cengkeh, vanili dan minyak cassia dipakai sebagai pencampur aroma tembakau. Dalam industri parfum, biasanya minyak pala dicampur dengan minyak lavender untuk menghasilkan aroma yang harum dan lembut serta sulit ditiru dengan memakai bahan lain (Amos & Purwanto, 2002). Berdasarkan hasil tes terhadap beberapa pasien di Australia tahun 1977, minyak pala dapat menyebabkan halusinasi dan psikoaktif. Minyak pala juga mengandung racun yang dapat menyebabkan kematian. Penggunaan minyak pala yang berlebihan akan menyebabkan mual dan muntah muntah, mulut kering, tachycardia (detak jantung mendadak menjadi cepat), euphoria (perasaan senang yang semu) dan halusinasi. (Anonimous, 2005). Hal tersebut dikarenakan adanya kandungan elimicin dalam biji pala. Elimicin bersama miristisin di dalam tubuh diubah menjadi senyawa baru yang m,irip dengan mercalin dan amfetamin. (Suranto, 1993). b. Miristisin Mutu minyak pala salah satunya ditentukan oleh kandungan miristisin karena miristisin yang memberikan aroma khas pada minyak pala (Ivan,et al, 2001). Miristisin merupakan turunan dari senyawa fenilpropanoid. Miristisin adalah zat cair yang bening, tak larut dalam air tetapi dalam pelarut organik. Baunya khas seperti rempah rempah dan aroamnya tajam serta mudah menguap. Berat molekulnya 192 gr/mol. Nama lain dari miristisin adalah 5 alil 1 metoksi 2,3 metilen dioksibenzena atau 5 metoksi safrol. 2.7 Tinjauan Farmakologi Miristisin dapat digunakan sebagai obat oles untuk penyakit rematik dan perangsang kulit serta bahan psikoaktif (meningkatkan aktifitas mental). Miristisin juga dapat digunakan sebagai zat pemusnah serangga yang disebut synergistiche serta digunakan sebagai Tinjauan Kimia Khusus Isolasi

pembanding zat untuk tes minyak yang mudah menguap. Di Eropa, miristisin pada mulanya akan dimanfaatkan sebagai penghilang rasa sakit (analgesik). Namun rencana ini dibatalkan karena memiliki efek samping diantaranya pusing, mual mual dan kehilangan keseimbangan. Beberapa efek merugikan tersebut sebenarnya disebabkan karena adanya miristisin dalam minyak pala. Miristisin di dalam tubuh manusia akan diubah menjadi suatu senyawa mirip meskalin dan ampetamin. Kedua senyawa ini yang menimbulkan efek pusing, mual mual dan lain lain. Kegunaan PaIa dikenal sebagai obat pelepas kelebihan gas di usus dan sebagai obat perut. Kulit dan daunnya mengandung minyak terbang dengan wangi pala yang menyenangkan. Pala Irian dipakai sebagai obat pencahar sedangkan pala jantan dipakai sebagai obat rnencret dan obat perangsang. Bunga kering (kembang Pala) dipakai pada pelbagai campuran jamu. Kegunaan khusus dari biji Pala, yang dikenal sebagai Nux moschata M.moschata adalah sebagai obat homoeo-pathi. Biji kerasnya setelah dicuci untuk menghilangkan kapurnya, dibuat menjadi tinktur (direndam dalam alkohol) atau tepung. Obat homoeopathis berguna untuk mengobati sakit histeri, sembelit, mencret dan penyakit sulit tidur atau perut kembung. Jika takaran biji pala terlampau tinggi maka akan menimbulkan efek merangsang (hampir mendekati keracunan), karena biji pala menimbulkan efek membius dan menimbulkan rangsangan yang kuat pada urat-saraf disusul oleh depresi dan tanda-tanda keracunan seperti sakit kepala, kejang, halusinasi, pusing kepala, runtuh, dan sebagainya. Biji pala menyebabkan rasa ngantuk, kulit dan selaput lindir kering, gemetaran, hilang ingatan dan rasa berat di kepala. Asam miristat merupakan komponen utama dalam biji pala. Sekitar 76,6 % kandungan asam miristat dalam biji pala. Pada percobaan kali ini untuk mendapatkan asam miristat dilakukan dengan cara ekstraksi refluks dari biji pala . Diposkan oleh acep jalaludin di 01.13 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook Reaksi: Beranda Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Arsip Blog

2013 (1) o Juli (1)

MIRISTISIN

Mengenai Saya

acep jalaludin kp. cijoho Des. Jambudipa Kec. wr.kondang Cianjur Lihat profil lengkapku

Google+ Followers Google+ Badge


Template Picture Window. Diberdayakan oleh Blogger.

You might also like