Professional Documents
Culture Documents
Pendahuluan
Pengamatan
mikroorganisme sulit:
3.
Penempatan olesan, atau lapisan tipis spesimen pada kaca objek Fiksasi olesan pada kaca objek, biasanya dengan pemanasan, menyebabkan mikroorganisme melekat pada kaca objek Aplikasi pewarna yang digunakan (pewarnaan sederhana atau differensial)
Secara kimiawi zat pewarna (stain/dye) yang digunakan dalam pewarnaan berupa senyawa organik yang mengandung kromogen+Auksokrom Kromogen:
senyawa berwarna yang terbentuk atas benzen (senyawa organik yang tidak berwarna)+ kromofor (senyawa yang mampu membentuk warna jika bereaksi dengan benzen)
Auksokrom
Senyawa kimia yang dapat mengubah ionisasi dari kromogen Menjadikan kromogen membentuk garam dan dapat berikatan dengan serat atau jaringan
Kemampuan zat pewarna (stain) dalam berikatan dengan komponen selular makromolekul seperti protein atau asam nukleat sangat bergantung pada muatan listrik kromogen serta komponen selular yang akan diwarnai. Dikenal ada dua jenis zat pewarna:
1. Pewarna asam (acidic stains) 2. Pewarna basa (basic stains)
anionik Ionisasi stain membentuk kromogen bermuatan negatif Memiliki afinitas yang kuat terhadap struktur sel yang bermuatan positif, seperti protein Tidak terikat pada sel bakteri hanya mewarnai latar blakang. Contoh Picric acid, eosin dan fuchsin acid
kationik Ionisasi stain membentuk kromogen bermuatan positif Memiliki afinitas yang kuat terhadap struktur sel yang bermuatan negatif, seperti asam nukleat Contoh methylene blue
Pewarnaan khusus
Pewarnaan kapsul Pewarnaan spora Pewarnaan flagela
yang hanya menggunakan zat pewarna tunggal Menggunakan zat pewarna basa (mengandung kromogen kationik) Digunakan untuk mewarnai asam nukleat dan komponen dinding sel bakteri (bermuatan negatif) Bertujuan untuk mengamati morfologi dan penataan sel bakteri Zat pewarna yang digunakan: methylene blue, crystal violet, dan carbol fuchsin
yang menggunakan lebih dari satu zat pewarna Pewarna terbagi menjadi dua macam: pewarna utama (primary dye) dan pewarna tandingan (counterstain) Digunakan untuk menampilkan perbedaan di antara sel-sel mikroba atau bagian-bagian sel mikroba
Pewarnaan Gram
Dikembangkan
pertama kali oleh Hans Christian Gram pada tahun 1884 Pewarna yang digunakan:
Intepretasi
Ungu kristal (pewarna utama), iodium gram (mordan), alkohol 95 % (pemucat), safranin (pewarna tandingan) Gram positif: mampu menahan pewarna utama meskipun telah dipucatkan dengan alkohol, serta pemberian warna tandingan. Gram negatif: tidak mampu menahan pewarna utama, serta mampu terwarnai dengan pewarna tandingan setelah pemucatan.
Organisme Organisme
hasil:
Pewarnaan Gram
Pewarnaan Gram
Determinasi
gram + dan disebabkan adanya perbedaan struktur dan komposisi dinding sel pada masing-masing kelompok.
Gram mengandung lipid, lemak dalam prosentase yang lebih besar dibandingkan dengan gram +. Dinding sel bakteri gram juga lebih tipis dibandingkan dengan bakteri gram +. Etanol mampu mengekstraksi pewarna utama pada bakteri gram
Pewarnaan Gram
Beberapa Hal
ini disebabkan komposisi dinding sel yang mengandung lipid yang tebal sehingga menyulitkan pewarna biasa untuk dapat melakukan penetrasi pewarnaan. Pewarna yang digunakan:
Mycobacterium
Proses
pewarnaan dilakukan dengan pemanasan atau tanpa pemanasan (penambahan turgitol/wetting agent)
Karbol fuchsin (pewarna utama), metilen biru (pewarna tandingan), alkohol asam (3 % HCl + 95 % etanol) sebagai pemucat.
hasil:
Bakteri tahan asam: mampu menahan pewarna utama meskipun telah dilakukan pemucatan terhadap asam alkohol
Bakteri
Bakteri tak tahan asam: mampu dipucatkan oleh alkohol asam, dan menerima pewarna tandingan.
Bakteri
berwarna biru
Pewarnaan Kapsul
Kapsul
(Pewarnaan Khusus)
merupakan bagian dari struktur sel bakteri yang berupa lapisan luar yang bergelatin Kapsul mengandung polisakarida, glikoprotein dan polipeptida. Tidak semua bakteri memililki kapsul Umumnya keberadaan kapsul mengindikasikan virulensi Pewarna yang digunakan:
Kristal violet 1 % (pewarna utama); tembaga sulfat 20 % (pemucat dan pewarna tandingan)
Tidak
Pewarnaan Kapsul
Pewarnaan Spora
Endospora: Bentuk dormansi bakteri Struktur yang resisten: Panas, radiasi, dingin, asam, desinfektan kimiawi Perebusan > 1 jam tetap viabel Membutuhkan energi dan waktu untuk membentuk spora Pewarnaan spora: menentukan lokasi yang menjadi dasar klasifikasi sentral, subterminal,terminal Struktur: Spore coat Cortex Core (Spore protoplast)
Pewarnaan Spora
Komponen
lanjutan
Air dalam konsentrasi yang rendah Small acid-soluble spore proteins (SASPs):
Melindungi
DNA dari radiasi UV, pengeringan & pemanasan Sumber karbon & energi untuk pembentukan sel vegetatif baru (germinasi)
Pewarnaan Spora
Pewarna
lanjutan
yang digunakan:
hasil: Spora akan berwarna hijau (hijau malakit), sedangkan sel vegetatif akan berwarna merah (safranin)
Pewarnaan Spora
lanjutan
Pewarnaan Flagel
Digunakan
untuk mewarnai flagel sehingga dapat diamati keberadaan, jumlah, dan penataan flagel pada bakteri. Penataan flagel akan membantu dalam identifikasi bakteri. Untuk mewarnai flagel dibutuhkan teknik pewarnaan yang khusus. Diperlukan bahan tertentu yang dapat melapisi flagel bakteri, sehingga dapat menambah ketebalan flagel. Pewarna selanjutnya akan mewarnai bahan pelindung tersebut.
Pewarnaan flagel
Pewarnaan Negatif
Digunakan
untuk mengamati morfologi dan penataan bakteri Pewarna yang digunakan berupa pewarna asam seperti tinta india atau nigrosin. Pewarna asam tidak akan mewarnai sel, karena permukaan sel bakteri yang bermuatan negatif Bakteri tidak berwarna, sedangkan latar belakangnya akan berwarna gelap Contoh : Pewarnaan kapsul
Pewarnaan Negatif
SEMOGA BERMANFAAT