You are on page 1of 28

I.

Judul : Hapusan Darah Tepi Tujuan: Untuk mengetahui cara membuat dan membaca hapusan darah tepi

II.

III.

Metode : Pada praktikum ini menggunakan sediaan kering dengan pewarnaan giemsa

IV.

Prinsip : Setetes darah dipaparkan diatas sebuah gelas objek kemudian dilanjutkan pewarnaan dan di evaluasi

V.

Dasar teori : Tujuan pemeriksaan hapusan darah tepi adalah menilai berbagai unsur sel darah tepi seperti RBC (red blood cell) atau seldarah merah, WBC (white blood cell) atau sel darah putih dan PLT (platelet) dan mencari adanya parasit seperti malaria tripanasoma, mikrofilaria dan lainnya. Hapusan darah tepi yangdibuat dan diwarnai dengan baik merupakan syarat untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang baik. Penafsiran jumlah leukosit dengan lensa objektif 10X, diamati per lapang pandang. Pemeriksaan dengan pembesaran 100X, untukm eritrosit diamati kesan warna, ukuran dan bentuk eritrosit. Untuk leukosit diamati kesan morfologi dan propasi jenis leukosit (hitung jenis leukosit). Untuk trombosit diamati morfologi trombosit dan kesan jumlah. Morfologi trombosit bisa kecil, normal besar dan giant trombocyte. Leukosit atau sael darah putih terdiri dari beberapa jenis sel yaitu eosinofil, basofil, neutrofil stab, neutrofil segmen, limfosit, dan monosit. Untuk dapat melakukan identifikasi dengan baik, harus bisa membedakan jenisjenis leukosit tersebut. Sel darah merah atau eritrosit merupakan jenis sel darah yang paling banyak dan berfungsi membawa oksigen ke jaringan-jaringan tubuh. Eritrosit berupa cakram kecil bikonkaf, terlihat seperti bulan sabit yang bertolak belakang jika terlihat dari samping bagian dalam eritrosit terdiri dari hemoglobin. Warna merah dari sel

darah merah sendiri berasal dari warna hemoglobin yang unsur pembuatannya adalah zat besi.

VI.

Alat-alat dan bahan: Gelas objek Rak objek glass Mikroskop Giemsa Buffer Alkohol 96% Aquadest Oil emersi

VII.

Prosedur Kerja : Diteteskan satu tetes sampel darah pada salah satu ujung objek glass Peganglah glass penghapus sedemikian rupa sehingga sampel darah berada pada sudut antara glass objek dan glass penghapus (sudut 300-450) Hapusan glass penghapus ke arah tetesan darah sehingga menyentuh dan tetesan darah tadi akan merata antara ujung glass penghapus dan glass objek Geserlah gelas penghapus sedemikian rupa ke arah yang bertentangan dengan arah pertama. Dengan demikian tetesan darah tadi akan merata diatas glass objek sebagai lapisan yang tipis Hapusan yang sudah kering difiksasi dengan alkohol dan didiamkan selama 2 menit Kemudian dilanjutkan dengan pewarnaan menggunakan larutan giemsa (giemsa 25% : buffer 75%) Didiamkan selama 30 menit Setelah itu bilas dengan aquadest dan ditunggu sampai kering Pemeriksaan dengan mikroskop dilakukan dengan pembesaran 100X

VIII.

Hasil pengamatan : Ditemukan eritrosi dengan berbagai jenis seperti :


2

Monosit Limfosit Neutrofil stab Neutrofil segmen

IX.

Pembahasan : Dari hasil pengamatan praktikum hapusan darah tepi,penggoresan darah dilakukan dengan teknik yang tepat, kemiringan antara objek glass dengan gelas penghapus berada pada sudut 30-450. Setelah itu dilakukan fiksasi dengan alkohol dan dilakukan pengecatan dengan giemsa (25% giemsa : 75% buffer). Hapusan darah tepi dapat dikatakan layak dibaca apabila hapusan dapat diamati secara mikroskopis. Pengamatan hapusan darah tepi, didapat jenis leukosit, antara lain : Monosit Limfosit Neutrofil stab Neutrofil segmen

X.

Kesimpulan : Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil praktikum hapusan darah tepi dari pembuatan sampai pewarnaan layak dibaca

XI.

Daftar pustaka : dr.Oka.tjokorda gede.2007.penuntun praktikum patologi klinik.bali materi kuliah hapusan darah tepi oleh dr.kadek mulyantari, Sp.K

Mata Kuliah Materi Praktikum Tempat

: Hematologi : Hitung Jenis Leukosit I : Laboratorium Poltekkes Denpasar 3

Pembimbing

: Drs. A.A.N. Santa

I.

JUDUL : Hitung Jenis Leukosit I TUJUAN Untuk menghitung jenis leukosit.

II.

III. METODE Pemeriksaan hematologi secara mikroskopis dengan sediaan kering. IV. PRINSIP Setetes darah dipaparkan diatas sebuah gelas objek kemudian dilanjutkan dengan pewarnaan dan dilakukan pembacaan pada mikroskop dengan pembesaran 100x. Dihitung 100 sel dan dinyatakan alam %.

V.

DASAR TEORI Menghitung jenis leukosit dalam darah tepi dengan cara membaca hapusan darah tepi pada mikroskop. Jumlah leukosit dipengaruhi oleh umur, penyimpangan dari keadaan basal. Pada bayi baru lahir jumlah leukosit tinggi, sekitar 10.000-30.000/ leukosit tertinggi pada bayi umur 12 jam yaitu 13.000-38.000/ jumlah

setelah itu jumlah

leukosit menurun secar bertahap dan pad umur 21 tahun jumlah leukosit berkisar antara 4.500-11.000/ Bila jumlah leukosit lebih dari normal, maka keadaan tersebut adalah

leukositosis. Dan bila jumlah leukosit kurang dari normal, maka disebut leukopenia. Karena pada hitung jenis leukosit, neotrofil adalah sel yang paling tinggi presentasinya hampir selalu leukopenia disebabkan oleh neutropenia. Hitung jenis leukosit hanya menunjukkan jumlah relatif dari masing-masing jenis sel. Untuk mendapatkan jumlah absolut dari masing-masing jenis sel maka nilai relatif (%) dikalikan jumlah leukosit total. Hitung jenis leukosit berbeda tergantung umur. Pada anak limfosit lebih banyak dari neutrofil segmen, sedangkan pada orang dewasa kebalikannya. Bila pada hitung jenis leukosit didapatkan eritorsit berinti lebih dari 10 per 100 leukosit, maka jumlah leukosit/ perlu dikoreksi. Jenis Jenis Leukosit adalah sebagai berikut :
4

Basofil
Ukuran sel: 12 18 mm Bentuk sel: Bulat atau oval Warna sitoplasma: Merah muda terang, Dilapisi oleh granula dan nukleus Granularitas: Gelap, basofilik, Ukuran granula bervariasi.Jumlah bervariasi Bentuk inti: oval Keberadaan: darah: < 1 % ; sumsum tulang: < 1 %

Eosinofil Ukuran sel: 15 25 mm Bentuk sel: oval atau bulat Warna sitoplasma: pucat, ditutupi granula Granularitas: eosinofilik (orange-red) Bentuk inti: lobulated, semicircular Keberadaan: darah: 2 4 %; sumsum tulang: < 2 %

Limfosit
Ukuran: 10 15 mm Bentuk: bulat, kadang-kadang oval Warna sitoplasma: biru Granularitas: tidak ada Bentuk inti: bulat atau agak oval Tipe kromatin: homogen, padat Rasio inti/sitoplasma: tinggi atau sangat tinggi Nukleolus: tidak terlihat, kadang-kadang hampir tidak terlihat , satu nukleolus kecil Distribusi: darah: 25 40 % ; sumsum tulang: 5 20 %

Monosit
Ukuran: 15 25 mm 5

Bentuk: bulat, oval atau tidak teratur Warna sitoplasma: abu-abu biru Granularitas: tidak ada atau sedikit granul azurofilik halus Bentuk inti: biasanya tidak teratur Tipe kromatin: kromatin kasar, berkelompok Rasio inti/sitoplasma: sedang atau rendah Nukleolus: tak terlihat Distribusi: Darah: 4 8 % ; sumsum tulang: < 2 %

Neutrofil Segmen Ukuran sel: 14 20 mm Bentuk sel: oval atau bulat Warna sitoplasma: pink Granularitas: sedikit azurofilik and neutrofilik, different in number granulation Bentuk inti: terbagi menjadi lobus(normal kurang dari 5 lobus) Tipe kromatin: padat Ratio inti/sitoplasma: rendah atau sangat rendah Nukleolus: tak terlihat Keberadaan: darah: 40 75 % ; sumsum tulang: 5 20 %

Neutrofil Stab
Neutrofil batangs in Periferal darah

sel: 14 20 mm Bentuk sel: oval atau bulat Warna sitoplasma: pink Granularitas: sedikit azurofilik and neutrofilik, different in number Bentuk inti: semicircular Tipe kromatin: padat Ratio inti/sitoplasma: rendah atau sngt Nukleolus: tak terlihat Keberadaan: darah: < 5% ; sumsum tulang:

Ukuran sel: 14 - 20 m Bentuk sel: oval atau bulat Warna sitoplasma: pink Granularitas: a few azurofilik and neutrofilik, different in number Bentuk inti: semicircular Tipe kromatin: condensed Ratio inti/sitoplasma: low or veri low Nukleolus: not visible Keberadaan: darah: < 5% sumsum tulang: 5 - 20 % Pewarnaan: MGG Perbesaran: x1000

Ukuran

rendah
Keterangan: neutrofil batang leucosit contains fine neutrofil Granularitas

5 20 %

VI. ALAT 1. Mikroskop 2. Gelas objek


6

3. Pipet tetes

VII. BAHAN 1. Oil imersi 2. Preparat kering

VIII. CARA KERJA 1. Identifikasi dilakukan di daerah perhitungan. 2. Identifikasi sel di mulai dari satu sisi bergerak ke sisi lain, kemudian kembali ke sisi semula dengan arah zigzag berjarak 3 lapang pandang. 3. Untuk memudahkan perhitungan maka di buat tabel. 4. Jenis leukosit yang mula-mula terlihat dimasukkan dari kolom 1, bila jumlah sel sudah 10 pindah ke kolom 2. 5. Tiap kolom mengandung 10 sel yang sudah diidentifikasi dan bila ke 10 kolom sudah terisi berarti sudah 100 leukosit yang diidentifikasi dan dihitung.

IX. HASIL PENGAMATAN Jenis leukosit Eosinofil Basofil Stab Segmen Limfosit Monosit Jumlah 1 2 4 4 10 2 1 2 7 10 3 3 6 1 10 4 5 5 10 5 2 7 1 10 6 3 5 2 10 7 2 7 1 10 8 2 1 6 1 10 9 4 5 1 10 10 4 4 2 10 Total 3 28 56 7 6

Presentase: Eosinofil : 3 % Basofil : 0% Stab : 28 % Segmen : 56 % Limfosit : 7 % Monosit : 6 %


7

X.

PEMBAHASAN Dalam pemeriksaan hitung jenis leukosit ini, hapusan darah tepi telah disediakan. Pemeriksaan leukosit ini yang diperhatikan hanya jenis leukosit saja. Terdapat 6 jenis leukosit yaitu eosinofil, basofil, neutrofil stab, neutrofil segmen, limfosit dan monosit. Jumlah masing-masing jenis leukosit yang didapat adalah 3 % eosinofil, 0 % basofil, 28 % neutrofil stab, 56 % neutrofil segmen, 7 % limfosit, dan 6 % monosit. Namun setelah dibandingkan dengan hasil yag diperiksa oleh alat yaitu 0% eosinofil, neutrofil, limfosit, dan monosit. Ada beberapa perbedaan, terutama perbedaan yang paling menonjol adalah jumlah eosinofil. Kesalahan yang terjadi ini disebabkan oleh daerah perhitungan yang menuju ke badan hapusan yang menyebabkan bentuk leukosit yang terlihat tidak jelas. Seharusnya daerah perhitungan dilakukan dibagian ekor (bagian yang tipis) dari hapusan. Nilai normal dari hitung jenis leukosit ini adalah 1-4 % eosinofil, 0-1 % basofil, 2-5 % stab, 36-66 % segmen, 4-8 % monosit, dan 22-40 % limfosit. Dilihat dari nilai normalnya, jumlah neutrofil stab melebihi nilai normal dan jumlah limfosit kurang dari nilai normal. Secar keseluruhan hasil dari pemeriksaan ini dapat diterima.

XI. KESIMPULAN 1. Eosinofil / basofil / stab / segmen / limfosit / monosit 3% / 0% / 28% / 56% / 7% / 6%

XII. DAFTAR PUSTAKA 1. Gandasoebrata R. Penuntun Laboratorium Klinik. Penerbit : Dian Rakyat. Cetakan ke empat. Jakarta. 1978.hal 11.

Mata Kuliah Materi Praktikum Tempat

: Hematologi : Hitung Jenis Leukosit II : Laboratorium Poltekkes Denpasar 8

Pembimbing

: Drs. A.A.N. Santa

I. II. III. IV.

Judul : Hitung Jenis Leukosit (Limfosit) Tujuan : Untuk mengetahui jumlah dan menghitung limfosit. Metode : Hitung limfosit secara mikroskopis dengan sediaan kering. Prinsip : Hitung jenis leukosit adalah mengidentifikasi dan menghitung jenis leukosit sekurang-kurangnya 100 sel, dan dinyatakan dalam %. Dasar Teori : Leukosit adalah sel yang membentuk komponen darah. Sel darah putih ini berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari system kekebalan tubuh. Sel darah putih tidak berwarna, memiliki inti, dapat bergerak secara amobeid, dan dapat menembus dinding kapiler/dispedesis. Dalam keadaan normal kandungan log hingga log sel darah putih dalam seliter darah manusia dewasa yang sehat sekitar 7000-2500 sel per tetes. Dalam setiap millimeter kubil darah terdapat 6000 sampai 10.000 (rata-rata 8000) sel darah putih. Dalam kasus leukemia, jumlahnya dapat meningkat 50.000 sel per tetes. Di dalam tubuh, leukosit tidak berasosiasi secara ketat dengan organ atau jaringan tertentu, mereka bekerja sama indenpenden seperti organism sel tunggal. Leukosit mampu bergerak secara bebas dan berinteraksi dan menangkap serpihan selular, pertikel asing, atau mikroorganisme penyulap. Selain itu leukosit tidak bias membelah diri atau bereproduksi denagn cara mereka sendiri, melainkan mereka adalah produk dari sel panca hematopoietic pluripotent yang ada pada sumsum tulang. Leukosit turunan meliputi : eosinofil, basofil, stab, segmen, limfosit dan monosit (Suryanto, 2010). Limfosit terletak secara tersebar dalam nodus limfe, namun dapat juga dijumpai dalam jaringan limfoid (limpa, tonsil, apendik, bercak peyer pada usus halus, sumsum tulsng dan timus). Limfosit dalam tubuh berperan dalam system imun, melalui pembekuan antibody (imunitas hormonal) dan limfosit teraktivasi (imunitas sel T) melalui jaringan limfosit. (Anwar, 2007). Alat dan Bahan : A. Alat : 1. Mikroskop 2. Oil imersi 3. Objek glass B. Bahan : 1. Hapusan darah tepi Cara Kerja : 1. Identifikasi dilakukan di daerah perhitungan (counting area).
9

V.

VI.

VII.

2. Identifikasi sel dimulai dari satu sisi bergerak ke sisi lain, kemudian kembali ke sisi semula dengan arah zigzag berjarak 3 lapang pandang. 3. Untuk memudahkan perhitungan, maka dibuat kotak-kotak. 4. Jenis leukosit yang mula-mula terlihat dimasukkan dari kolom -1, bila jumlah sel sudah 10 pindah ke kolom -2. 5. Setiap kolom mengandung 10 sel yang sudah diidentifikasi, dan bila ke 10 kolom sudah terisi berarti sudah 100 leukosit yang diidentifikasi dan dihitung. VIII. Data Hasil Pengamatan : Hitung Jenis Limfosit JENIS LEUKOSIT Eosinofil Basofil Stab Segmen Monosit Limfosit Jml. Total KOLOM 5 6 1 1 1 1 8 8 10 10 JML TOTAL 0 0 6 4 11 79 100

1 2 8 10

2 10 10

3 1 1 8 10

4 1 1 6 2 10

7 10 10

8 10 10

9 1 1 8 10

10 2 1 7 10

Hitung Dalam Bentuk Persen : 1. Eosinofil : 0% 2. Basofil : 0% 3. Stab : 6% 4. Segmen : 4% 5. Monosit : 11% 6. Limfosit : 79%

* Hasil Sebenarnya : 1. Eosinofil : 4% 2. Basofil : 1% 3. Stab : 1% 4. Segmen : 16% 5. Monosit : 25% 6. Limfosit : 76%

IX.

Pembahasan :

10

Tipe

Gambar

Diagram

% dalam tubuh Keterangan manusia

Neutrofil

65%

Neutrofil berhubungan dengan pertahanan tubuh terhadap infeksi bakteri serta proses peradangan kecil lainnya, serta biasanya juga yang memberikan tanggapan pertama terhadap infeksi bakteri; aktivitas dan matinya neutrofil dalam jumlah yang banyak menyebabkan adanya nanah.

Eosinofil

4%

Eosinofil terutama berhubungan dengan infeksi parasit, dengan demikian meningkatnya eosinofil menandakan banyaknya parasit.

Basofil

<1%

Basofil terutama bertanggung jawab untuk memberi reaksi alergi dan antigen dengan jalan mengeluarkan histamin kimia yang menyebabkan peradangan.

Limfosit lebih umum dalam sistem limfa. Darah mempunyai tiga jenis limfosit: Sel B: Sel B membuat antibodi yang mengikat patogen lalu menghancurkannya. (Sel B tidak hanya membuat antibodi yang dapat mengikat patogen, tapi setelah adanya serangan, beberapa sel B akan mempertahankan kemampuannya dalam menghasilkan antibodi sebagai layanan sistem 'memori'.) Sel T: CD4+ (pembantu) Sel T mengkoordinir tanggapan ketahanan (yang bertahan dalam infeksi HIV) sarta penting untuk
11

Limfosit

25%

menahan bakteri intraseluler. CD8+ (sitotoksik) dapat membunuh sel yang terinfeksi virus. Sel natural killer: Sel pembunuh alami (natural killer, NK) dapat membunuh sel tubuh yang tidak menunjukkan sinyal bahwa dia tidak boleh dibunuh karena telah terinfeksi virus atau telah menjadi kanker. Monosit membagi fungsi "pembersih vakum" (fagositosis) dari neutrofil, tetapi lebih jauh dia hidup dengan tugas tambahan: memberikan potongan patogen kepada sel T sehingga patogen tersebut dapat dihafal dan dibunuh, atau dapat membuat tanggapan antibodi untuk menjaga. Monosit dikenal juga sebagai makrofag setelah dia meninggalkan aliran darah serta masuk ke dalam jaringan.

Monosit

6%

Makrofag

(lihat di atas)

Adapun cirri-cirinya adalah sebagai berikut : 1. Basofil a. Ukuran 12 18 mm b. Bentuk sel bergerombolan atau oval c. Warna sitoplasma pink terang, sebagian besar ditutupi oleh granula dan nucleus. d. Tipe kromatin kasar dan pucat. 2. Limfosit a. ukuran 10-15 mm b. Bentuk bulat, kadang-kadang oval c. Warna sitoplasma biru d. Granularitas tidak ada e. Bentuk inti bulat atau agak oval 3. Monosit a. Ukuran 15-25 mm b. Bentuk bulat, oval atau tidak beraturan c. Warna sitoplasma abu-abu biru d. Bentuk inti biasanya tidak teratur e. Tipe kromatin kasar, berkelompok
12

4. Eosinofil a. Ukuran sel 15-25 mm b. Bentuk sel oval atau bulat c. Warnja sitoplasma pucat, ditutupi oleh granula d. Tipe kromatin padat e. Nukleus tridak kelihatan

5. Stab a. Ukuran sel 14-20 mm b. Bentuk sel ovgal atau bulat c. Warna sitoplasma pink d. Bentuk inti semi seluler e. Tipe kromatin berkelompok 6. Segmen a. Ukuran sel 14-20 mm b. Bentuk sel oval atau bulat c. Warna sitoplasama pink d. Mempunyai benang-benang kromatin Pada pasien tersebut memiliki jumlah limfosit melebihi batas normal yaitu 79%. Dalam hasil perhitungan yang telah dilakukan hanya berbeda 3% dari hasil sebenarnya yaitu 76%. Hal ini disebabkan oleh kurangnya ketelitian atau kurang pahamnya dalam membedakan jenis-jenis leukosit. Terutama dalam membedakan limfosit dengan monosit. Berdasarkan hasil yang diperoleh jumlah limfosit pasien melebihi batas normal, sehingga pasien tersebut diidentifikasi limfositosit dapat disebabkan oleh infeksi virus, seperti morbili, mononucleosis infeksiosa, infeksi kronik. Ini menyebabkan adanya penyakit tubercolusis, sipilis dan yang lainnya.

X.

Kesimpulan : Berdasarkan hasil pengamatan, jumlah limfosit pasien adalah 79%,eosinofil 0%, basofil 0%, stab 6%, segmen 4%,dan monosit 11%. Ini membuktikan bahwa pasien mengalami atau diidentifikasi mengalami limfositosis. Daftar Pustaka : - Suryanto, dr.2010.Leukosit.id.Wikipedia.org/wiki/sel-darah-putih.com. - Anwar.2007.Limfosit.id.Wikipedia.org/wiki/Limfosit.com. - Cari obat.blogspot.com/2009/08/lifo.com. : Hematologi
13

XI.

Mata Kuliah

Materi Praktikum Tempat


Pembimbing

: Hitung Jenis Leukosit III : Laboratorium Poltekkes Denpasar


: Drs. A.A.N. Santa

I.

JUDUL : Hitung Jenis Leukosit III (Eosinofil)

II.

TUJUAN

Untuk mengetahui jumlah dan jenis leukosit terutama eosinofil

III.

METODE

Metode yang digunakan dalam pratikum ini adalah metode preparat kering

IV.

PRINSIP

Hitung jenis leukosit atau different count adalah mengidentifikasi dan menghitung jenis leukosit sekurang-kurangnya 100 sel dan dinyatakan dalam persen.

V.

DASAR TEORI Sel darah putih, leukosit (en:white blood cell, WBC, leukocyte) adalah sel yang membentuk komponen darah. Sel darah putih ini berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh. Sel darah putih tidak berwarna, memiliki inti, dapat bergerak secara amoebeid, dan dapat menembus dinding kapiler / diapedesis. Hitung jenis leukosit hanya menunjukkan jumlah relatif dari masing-masing jenis sel.Untuk mendapatkan jumlah absolutdari masing-masing jenis sel maka nilai relatif (%) dikalikan jumlah leukosit total (sel/l).Hitung jenis leukosit berbeda tergantung umur.Pada anak limfosit lebih banyak dari netrofil segmen,sedang pada orang dewasa kebalikannya.Hitung jenis leukosit juga bervariasi dari satu sediaan apus ke sediaan lain,dari satu lapangan ke lapangan lain.Kesalahan karena distribusi ini dapat mencapai 15%. Bila pada hitung jenis leukosit,didapatkan eritrosit berinti lebih dari 10 per 100 leukosit,maka jumlah leukosit/l perlu dikoreksi.
14

Hasil pemeriksaan ini dapat menggambarkan secara spesifik kejadian dan proses penyakit dalam tubuh, terutama penyakit infeksi. Tipe leukosit yang dihitung ada 5 yaitu neutrofil, eosinofil, basofil, monosit, dan limfosit. Salah satu jenis leukosit yang cukup besar, yaitu 2x besarnya eritrosit (se! darah merah), dan mampu bergerak aktif dalam pembuluh darah maupun di luar pembuluh darah. Neutrofil paling cepat bereaksi terhadap radang dan luka dibanding leukosit yang lain dan merupakan pertahanan selama fase infeksi akut.

VI.

ALAT DAN BAHAN A. Alat 1. Mikroskop 2. Objek glass B. Bahan 1. Preparat kering 2. Oil emersi

VII.

CARA KERJA 1. Identifikasi dilakukan di daerah perhitungan. 2. Identifikasi sel di mulai dari satu sisi bergerak ke sisi lain, kemudian kembali ke sisi semula dengan arah zigzag berjarak 3 lapang pandang. 3. Untuk memudahkan perhitungan maka di buat tabel. 4. Jenis leukosit yang mula-mula terlihat dimasukkan dari kolom 1, bila jumlah sel sudah 10 pindah ke kolom 2. 5. Tiap kolom mengandung 10 sel yang sudah diidentifikasi dan bila ke 10 kolom sudah terisi berarti sudah 100 leukosit yang diidentifikasi dan dihitung.

VIII.

DATA HASIL PRATIKUM Hitung eosinofil :


15

JENIS LEUKOSIT Eosinofil Basofil Stab Segmen Limfosit Monosit Jml total 1 5 5 10 2 3 3 4 10 3 6 1 2 1 10 4 4 1 1 2 2 10

KOLOM 5 3 2 3 2 10 6 2 1 4 1 2 10 7 2 1 1 4 2 10 8 6 3 1 10 9 2 4 4 1 2 10 10 5 3 2 10

DATA HASIL JENIS LEUKOSIT Eosinofil Basofil Stab Segmen Limfosit Monosit HASIL PRATIKUM 38 % 1% 7% 25 % 17 % 12 % 17 % 6% HASIL SEBENARNYA 18 % 1% 57%

IX.

PEMBAHASAN Pada pratikum kali ini ditemukan jenis leukosit sebagai berikut 1. Eosinofil Gambar : :

Berisi biasanya lebih dari 2 lobus, granulanya besar-besar dan berbentuk bulat, berwarna merah jingga, jumlahnya banyak dan berdekat-dekatan . Eosinofil
16

merupakan salah satu jenis leukosit yang terlibatdalam alergi dan infeksi (terutama parasit) dalam tubuh, dan jumlahnya 1 - 2% dari seluruh jumlah leukosit. Nilai normal dalam tubuh: 1 - 4%. Esonofil fagositik lemah. Jumlahnya akan meningkat saat terjadi alergi atau penyakit parasit,tetapi akan berkurang selama stres berkepanjangan. Sel ini berfungsi dalam detoksikasi histamin yang diproduksi sel mast dan jaringan yang cedera sat inflamasi berlangsung. Esonofil mengandung peroksidase dan fosfatase,yaitu enzim yang mampu menguraikan protein. Enzim ini mungkin terlibat dalam detoksikasi bakteri dan pemindahan komplek antienantibodi,tetapi fungsi pastinya belum diketahui. Dalam pratikum kali ini ditemukan eosinofil dalam darah sebanyank 38% dimana nilai sebenarnya adalah 18%.nilai normal eosinofil dalam darah adalah 1-3%. Eosinofil dalam darah pasien ini melebihi batas nomal, diduga pasien ini menderita eosinofilia. 2. Basofil Gambar :

Basofil adalah salah satu jenis leukosit yang jumlahnya 0,5 -1% dari seluruh jumlah leukosit,basofil memiliki sejumlah granula sitoplasma yang besar dan bentuknya tidak beraturan dan akan berwarna keunguan. Vakul terkadang terlihat dalam sitoplasmanya. Basofil terlibat dalam reaksi alergi jangka panjang seperti asma, alergi kulit, dan lain-lain.Nilai normal dalam tubuh: o -1%. Peningkatan basofil terdapat pada proses inflamasi(radang), leukemia, dan fase penyembuhan infeksi. Penurunan basofil terjadi pada penderita stres, reaksi hipersensitivitas (alergi), dan kehamilan. Ditemuakn basofil sebanyak 1% dimana sama dengan hasil sebenarnya. Nilai normal basofil 0-1%, jadi jumlah basofil dalam darah pasien masih berada pada batas normal.

3. Stab Gambar :
17

Memiliki inti berbentuk seperti batang, bentuk ginjal, huruf S dan berwarna ungu tua. Sitoplasmanya berwarna kemerahan dan bergranula kecil-kecil dan berwarna lembayung muda. Pada pratikum ditemukan 7 %. Dimana nilai normalnya adalah 26%. 4. Segmen Gambar :

Berinti terdiri dari 2-5 lobus dihubungkan dengan benang kromatin berwarna ungu tua. Sitoplasma berwarna lembayung muda. Neutrofil berhubungan dengan pertahanan tubuh terhadap infeksi bakteri serta proses peradangan kecil lainnya, serta biasanya juga yang memberikan tanggapan pertama terhadap infeksi bakteri; aktivitas dan matinya neutrofil dalam jumlah yang banyak menyebabkan adanya nanah. Jumlah segmen yang ditemukan adalah 25%. Sedangkan nilai nomalnya adalah 5070%. Hasil sebenarnya untuk perhitungan neutrophil adalah 57%.

5. Limfosit Gambar :
18

Berinti bulat atau lonjong hampir memenuhi seluruh sel dan berwarna ungu. Sitoplasmanya terlihat sangat sedikit. Limfosit lebih umum dalam sistem limfa. Darah mempunyai tiga jenis limfosit: Sel B: Sel B membuat antibodi yang mengikat patogen lalu menghancurkannya. (Sel B tidak hanya membuat antibodi yang dapat mengikat patogen, tapi setelah adanya serangan, beberapa sel B akan mempertahankan kemampuannya dalam menghasilkan antibodi sebagai layanan sistem 'memori'.) Sel T: CD4+ (pembantu) Sel T mengkoordinir tanggapan ketahanan (yang bertahan dalam infeksi HIV) sarta penting untuk menahan bakteri intraseluler. CD8+ (sitotoksik) dapat membunuh sel yang terinfeksi virus. Sel natural killer: Sel pembunuh alami (natural killer, NK) dapat membunuh sel tubuh yang tidak menunjukkan sinyal bahwa dia tidak boleh dibunuh karena telah terinfeksi virus atau telah menjadi kanker. Ditemukan limfosit sebanyak 17%, dimana nilai sebenarnya 17%. Nilai normal limfosit adalah 20-40 %. Berarti jumlah limfosit pasien berada di bawah batas normal. 6. Monosit Gambar :

Inti bervariasi, biasanya berebntuk seperti ginjal, kromatin tersusun dalam untaian warna lembayung muda. Granulanya berwarna kemerahan dan vakoula sering terdapat dalam sitoplasma. Monosit sangat fagositik dan sangat aktif. Sel ini siap bermigrasi melalui pembuluh darah. Jika monosit telah meninggalkan aliaran darah, maka sel ini menjadi histiosit jaringan. Peningkatan monosit terdapat pada infeksi virus,parasit (misalnya cacing), kanker, dan Iain-Iain. Penurunan monosit terdapat
19

pada leukemia limposit dan anemia aplastik. Pada pratikum ditemukan monosit sebanyak 12%, dimana hasil sebenarnya 6%. Nilai normal monosit adalah 2-8% . jadi monosit pasien masih berada pada batas normal. Beberapa jumlah sel leukosit berbeda dengan hasil sebenarnya , ini dikarenakan kesalahan pada saat penghitungan menggunakan mikroskop. Sehingga jumlah sel leukosit yang dihitung berbeda dengan jumlah sebenarnya.

X.

KESIMPULAN Pada pratikum hitung jenis leukosit (jenis eosinofil) didapatkan jumlah eosinofil yang melebihi batas normal. Dimana eosinofil pasien 18% dengan nilai normalnya 1-3%. Diduga pasien ini mengidap eosinofilia. Eosinofilia terjadi bila jumlah eosinofil melebihi batas nomal karena alergi, penyakit kulit, infeksi parasit dan kelainan hemopoisis.

XI.

DAFTAR PUSTAKA Buku petunjuk Pemeriksaan Laboratorium Puskesmas http://id.wikipedia.org/wiki/sel-darah-putih//. http://kalbe.co.id/materi-leukosit-dalam-darah//. http://medicatheraphy.com/hitung-jenis-sel-darah-putih//.

Mata Kuliah Materi Praktikum Tempat

: Hematologi : Pembacaan Eritrosit pada Hapusan Darah Tepi : Laboratorium Poltekkes Denpasar
20

Pembimbing

: Drs. A.A.N. Santa

I.

Judul Pembacaan Eritrosit pada Hapusan Darah Tepi Tujuan Untuk mengetahui bentuk,warna, dan ukuran normal eritrosit beserta kelainan-kelainan pada eritrosit Metode Dalam pemeriksaan eritrosit pada hapusan darah tepiini digunakan sediaan kering. Prinsip Hapusan diperiksa dengan mikroskop pada lensa objektif 100, dan dilihat bentuk, warna dan ukuran eritrosit beserta kelainan-kelainan dalam eritrosit. Dasar Teori Eritrosit merupakan komponen dalam darah. Eritrosit tidak mempunyai nukleus sel dan tidak dianggap sebagai sel dari segi biologi. Eritrosit mengandung hemoglobin dan mengedarkan oksigen. Evaluasi darah atau disebut juga sebagai pemeriksaan gambaran darah tepi dapat dilakukan di counting areal setelah melakukan pemeriksaan hitung jenis leukosit, mulamula dengan pembesaran 100 x kemudian dengan pembesaran 1000 x dengan minyak emersi selanjutnya dilihat masing-masing morfologi selnya. Pemeriksaan hapusan darah terdiri atas : 1. Pemeriksaan dengan pembesaran kecil (objektif 10x) a. Penilaian kwalitet hapusan darah dan penyebaran sel-sel dalam hapusan. - Lapisan darah harus cukup tipis sehingga eryhtrosit dan leukosit jelas terpisah satu dengan lainnya. - Hapusan tidak boleh mengandung cat - Eryhtrosit, leukosit dan thrombosit harus tercat dengan baik. - Leukosit tidak boleh menggerombol pada akhir (ujung) hapusan. b. Penafsiran jumlah leukosit dan eryhtrosit, penaksiran penghitungan differential leukosit dan pemeriksaan apakah sel-sel ada yang abnormal. Dilakukan pada daerah area penghitungan dari bagian hapusan tempat eryhtrosit terletak berdampingan, tidak tertumpuk. Bila didapatkan 20-30 leukosit perlapang pandang kira-kira sesuai dengan junlah leukosit 5.000 dan 40-50 perlapang pandang sesuai dengan leukosit 10.000. Perlu diperhatikan ukuran dari eritrosit apakah tampak : normal, anisositosis, mikrositosis dan makrositosis. Diperhatikan pula bentuk-bentuk yang ada. Apakah ada
21

II.

III.

IV.

V.

poikilositosis, eleptositosis, stomatositosis, sferositosis, sabit, tetesan air, fragmentasi, tonjolan-tonjolan dan target sel. Warna dari eritrosit apakah tampak normal, hipokhromasi, polikhromasi, anisokhromasi atau hiperkhromasi. dan Bentuk yang abnormal dari eritrosit pada darah perifer yaitu adanya inti, punotate basophilia dan inclusion bodies. Terniasuk pula adanya parasit malaria. VI. Alat 1. Mikroskop Bahan 1. Sediaan kering 2. Minyak imersi Cara Kerja 1. Dipersiapkan alat dan bahan 2. Disetting mikroskop untuk menemukan lapang pandang pada lensa objektif 10 3. Dipindahkan ke lensa objektif 100 dan diteteskan minyak imersi 4. Lalu,dibaca dan diidentifikasi kelainan pada eritrosit Hasil Pengamatan Ditemukan : 1. Eritrosit normal

VII.

VIII.

IX.

Berbentuk bulat, bikonkaf, bagian tengah lebih sedikit mengandung hemoglobin.

2. Akantosit

22

Akantosit merupakan eritrosit dengan taju taju yang runcing dan tidak beraturan panjangnya. Sel ini disebabkan oleh metabolisme fosfolipid dari membran eritrosit. Pada keadaan ini tepi eritrosit mempunyai tonjol antonjolan berupa duri.

3. Burr cell

Burr cell merupakan eritrosit dengan tonjolan sitoplasma yang teratur. Sel biasanya bikonkaf. Sel ini adalah eritrosit yang kecil atau fragmentosit yang mempunyai duri satu atau lebih pada permukaan eritrosit. 4. Eliptosit

Eritrosit berbentuk oval (ovalosyt) atau lonjong (pensil cell/sel cerutu), 5. Tear drop cell

Merupakan eritrosit berbentuk tetesan air.

6. Stomatosit

Merupakan eritrosit dengan central pallor berbentuk celah karena bentuk eritrosit yang seperti mangkuk. 7. Sferosit

23

Memiliki diameter lebih kecil daripada eritrosit normal , tanpa halo di tengah dan berwarna lebih gelap. 8. Hipokrom

Eritrosit yang tampak pucat. Eritrosit hipokrom disebabkan kadar hemoglobin dalam eritrosit berkurang.Eritrosit pucat berlebihan pada bagian tengah eritrosit, melebihi sepertiga diameternya. Disebabkan hemoglobinisasi yang tidak adekuat. Kesimpulan yang didapat Hasil dari laboratorium X. : hipokrom - normositer - poikilositosis : hipokrom mikrositer - anisositosis

Pembahasan Eritrosit merupakan komponen dalam darah. Eritrosit tidak mempunyai nukleus sel dan tidak dianggap sebagai sel dari segi biologi. Eritrosit mengandung hemoglobin dan mengedarkan oksigen. Evaluasi darah atau disebut juga sebagai pemeriksaan gambaran darah tepi dapat dilakukan di counting areal setelah melakukan pemeriksaan hitung jenis leukosit, mulamula dengan pembesaran 100 x kemudian dengan pembesaran 1000 x dengan minyak emersi selanjutnya dilihat masing-masing morfologi selnya. Perlu diperhatikan ukuran dari eritrosit apakah tampak : normal, anisositosis, mikrositosis dan makrositosis. Diperhatikan pula bentuk-bentuk yang ada. Apakah ada poikilositosis, eleptositosis, stomatositosis, sferositosis, sabit, tetesan air, fragmentasi, tonjolan-tonjolan dan target sel. Warna dari eritrosit apakah tampak normal, hipokhromasi, polikhromasi, anisokhromasi atau hiperkhromasi. dan Bentuk yang abnormal dari eritrosit pada darah perifer yaitu adanya inti, punotate basophilia dan inclusion bodies. Termasuk pula adanya parasit malaria.

24

Selain untuk menegtahui bentuk, warna dan ukuran eritrosit, pada praktikum ini juga dapat mengetahui kelainan-kelainan pada eritrosit. Kelainan ukuran eritrosit berupa mikrosit,makrosit, dan anisositosis. Kelainan bentuk eritrosit berupa ovalosit, sferosit, skistosit, sel target, sel sabit, krenasi, burr cell, akantosit, tear drop cell, poikilositosis dan rouleaux. Dan,kelainan warna eritrosit berupa hipokrom dan polikrom. Dalam praktikum ini,ditemukan kelainan bentuk berupa sferosit, burr cell, akantosit, tear drop cell, eliptosit, dan stomatosit. 1.Eritrosit Normal

Berbentuk bulat, bikonkaf, bagian tengah lebih sedikit mengandung hemoglobin.

2. Akantosit

Eritrosit dengan tonjolan sitoplasma yang runcing, tonjolan tidak teratur, akibat defisiensilow-dencity betha Lipoprotein. Akantosit merupakan eritrosit dengan taju taju yang runcing dan tidak beraturan panjangnya. Sel ini disebabkan oleh metabolisme fosfolipid dari membran eritrosit. Pada keadaan ini tepi eritrosit mempunyai tonjol an-tonjolan berupa duri. 3. Burr cell

Eritrosit dengan tonjolan sitoplasma yang tumpul teratur, Akibat dari passage through fibrin network . Burr cell merupakan eritrosit dengan tonjolan sitoplasma yang teratur. Sel biasanya bikonkaf. Sel ini adalah eritrosit yang kecil atau fragmentosit yang mempunyai duri satu atau lebih pada permukaan eritrosit

25

4. Eliptosit

Eritrosit berbentuk oval (ovalosyt) atau lonjong (pensil cell/sel cerutu), Osmotic fragility meningkat, distribusi cholesterol dalam membrane akumulasi, cholesterol dipinggir

5. Tear drop cell

Merupakan eritrosit berbentuk tetesan air. 6. Stomatosit

Merupakan eritrosit dengan central pallor berbentuk celah karena bentuk eritrosit yang seperti mangkuk.Eritrosit pucat memanjang di tengah, normal, 5%, akibat meningkatnya Sodium dalam sel dan menurunnya Potasium 7. Sferosit

Memiliki diameter lebih kecil daripada eritrosit normal , tanpa halo di tengah dan berwarna lebih gelap.

26

Dan,ditemukan kelainan warna yaitu hipokrom. 8. Hipokrom Eritrosit yang tampak pucat.

Eritrosit hipokrom disebabkan kadar hemoglobin dalam eritrosit berkurang.Eritrosit pucat berlebihan pada bagian tengah eritrosit, melebihi sepertiga diameternya. Disebabkan hemoglobinisasi yang tidak adekuat. Hipokrom dapat ditemukan pada anemia kurang besi (defisiensi besi) , sickle cell anemia, talasemia atau anemia karena penyakit kronis. Disimpulkan bahwa didapat hasil hipokrom-normositer-poikilositosis. Terjadi kekeliruan karena hasil akurat dari laboratorium adalah hipokrom-normositeranisositosis. Hipokrom ditemukan pada anemia defisiensi besi, sickle cell anemia, talasemia, atau anemia pada penyakit kronis. Mikrositer ,bentuk eritrosit yang lebih kecil dari ukuran normal atau dibandingkan dengan inti limfosit kecil. Hipokrom-mikrositeranisositosisbiasanya ditemukan pada talasemia. Talasemia merupakan suatu penyakit darah yang ditandai dengan berkurang atau ketiadaan produksi dari hemoglobin normal. Pada talasemia terjadi kelainan pada gengen yang mengatur pembentukan dari rantai globin sehingga produksinya terganggu. Gangguan dari pembentukan rantai globin ini akan mengakibatkan kerusakan pada sel darah merah yang pada akhirnya akan menimbulkan pecahnya sel darah tersebut.

XI.

Kesimpulan Pada pemeriksaan eritrosit ini, ditemukan kelainan bentuk dan warna antara lain sferosit, burr cell, akantosit, tear drop cell, eliptosit, stomatosit dan hipokrom. Disimpulkan bahwa didapat hasil hipokrom-normositer-poikilositosis. Terjadi kekeliruan karena hasil akurat dari laboratorium adalah hipokrom-normositeranisositosis. Hipokrom ditemukan pada anemia defisiensi besi, sickle cell anemia, talasemia, atau anemia pada penyakit kronis. Mikrositer ,bentuk eritrosit yang lebih kecil dari ukuran normal atau dibandingkan dengan inti limfosit kecil. Hipokrom-mikrositeranisositosisbiasanya ditemukan pada talasemia.

27

XII.

Daftar Pustaka - Materi Kuliah Pemeriksaan darah Tepi oleh dr.Kadek Mulyantari,Sp.PK - http://drdjebrut.wordpress.com/tag/eritrosit// - http://www.wikipedia.com/talasemia//

28

You might also like