You are on page 1of 11

Laporan Kegiatan Usaha Kesehatan Masyarakat (UKM) F.3.

Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)

ANGKA KEMATIAN BALITA (AKABA)

Disusun Oleh: dr. Hermanu Adi

Pembimbing : dr. Rahmi Asfiyatul Jannah

PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT KEBUMEN I KEBUMEN 2013

BAB I LATAR BELAKANG MASALAH

Menurut Sutomo. B. dan Anggraeni. DY, (2010), Balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5 tahun). Saat usia batita, anak masih tergantung penuh kepada orang tua untuk melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan makan. Perkembangan berbicara dan berjalan sudah bertambah baik. Namun kemampuan lain masih terbatas. Sedangkan masa balita juga merupakan periode penting dalam proses tumbuh kembang manusia. Masa dimana balita rentan terhadap berbagai macam penyakit. Orang tua dan tenaga kesehatan harus dapat mengenali tanda-tanda kegawatan pada balita sehingga dapat menekan angka kematian balita. Angka Kematian Bayi (AKABA) merupakan indikator yang terkait langsung dengan target kelangsungan hidup anak dan merefleksikan kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan anak-anak bertempat tinggal termasuk pemeliharaan kesehatannya. AKABA kerap dipakai untuk mengidentifikasi kesulitan ekonomi penduduk. AKABA adalah jumlah anak yang dilahirkan pada tahun tertentu dan meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun, dinyatakan sebagai angka per 1000 kelahiran hidup. Organisasi kesehatan dunia (WHO) pada tahun 2011 memperkirakan ada 51 kematian balita per 1.000 kelahiran hidup di seluruh dunia. Sedangkan di Asia Tenggara 29 per 1.000 kelahiran hidup. Di indonesia sendiri angka kematian balita masih tinggi yaitu 40 per 1.000 kelahiran hidup, meskipun telah terjadi penurunan dalam beberapa tahun tarakhir akan tetapi penurunan tetapi jumlah ini masih jauh dari target pembangunan millenium (Millenium Development Goal, MDG) 2015 yang menyebutkan bahwa AKABA harus dapat ditekan hingga 27 per 100.000 kelahiran hidup. Menurut hasil Survei Kesehatan Daerah (SKD), AKABA Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 sebesar 11,85/1.000 kelahiran hidup, meningkat dibandingkan dengan tahun 2011 sebesar 11,50/1.000 kelahiran hidup. Dibandingkan dengan

cakupan yang diharapkan dalam Millenium Development Goals (MDGs) ke-4 tahun 2015 yaitu 23/1.000 kelahiran hidup, AKABA Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 sudah melampaui target. Di Kabupaten Kebumen sendiri, AKABA dari tahun 2011 ke tahun 2012 mengalami peningkatan, dari 9,7/100.000 kelahiran hidup menjadi 11,1/100.000 kelahiran hidup. Kematian balita sebagian besar diakibatkan oleh oleh penyakit pneumonia dan penyakit ini masih belum banyak diperhatikan oleh masyarakat. Pneumonia adalah penyakit radang infeksi akut yang mengenai paru, yang menyebabkan gejala seperti batuk, demam, napas sesak dan sesak napas. Dari tahun 2008-2012 angka kematian balita terus meningkat dan kesehatan telah melakukan upaya terobosan diantaranya dengan program Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), dan melalui upaya ini menunjukan penurunan. Risiko kematian akibat Pneumonia harus dikenali sejak dini, ditangani sejak awal dan dilayani sebaik mungkin sehingga risiko bisa diminimalkan atau bahkan dihilangkan.

BAB II PERMASALAHAN

Berdasar data yang ada, jumlah kematian balita di Kebumen tahun 2012 sebanyak 235 balita, sedangkan jumlah kelahiran hidup 21.210. Dengan begitu AKABA di kabupaten Kebumen dapat dihitung sebanyak 11,1 per 1.000 kelahiran hidup. Hal tersebut belum memenuhi target Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yang mematok angka 9 per 1.000 kelahiran hidup, ataupun target Jawa Tengah yang mematok angka 9,3 per 1.000 kelahiran hidup. Beberapa indikator capaian kerja yang berkaitan dengan AKABA diantaranya adalah capaian penemuan penderita pneumonia balita (67% dari target capaian 100%), capain penemuan penderita diare (91,1% dari target capaian 100%), dan capaian pelayanan anak balita (82,40% dari target 90%). Ketiga indikator kerja tersebut belum mencapai target yang ditetapkan, khususnya capaian penemuan penderita pneumonia balita yang masih jauh dari target sasaran. Hal ini berarti mungkin banyak penderita pneumonia yang tidak ditemukan dan ditatalaksana sesuai standar. ISPA di Indonesia masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan kematian balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi. Sekitar 40%-60% dari kunjungan di puskesmas adalah penyakit ISPA. Dari seluruh kematian yang disebabkan oleh ISPA mencakup 20%-30% kematian, yang terbesar umumnya adalah karena pneumonia dan pada balita berumur kurang dari 2 bulan Hal ini disebabkan masih tingginya angka kesakitan dan angka kematian karena ISPA khususnya pneumonia, terutama pada balita. ISPA adalah radang akut saluran pernapasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus maupun riketsia, tanpa atau disertai radang parenkim paru (Alsagaff dan Mukty, 2010). ISPA merupakan suatu penyakit yang terbanyak dan tersering diderita oleh balita karena sistem pertahanan tubuh masih rendah, terjadi baik di negara berkembang negara yang sudah mampu (Klinikita, 2007).

BAB III PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI

Tingginya mortalitas balita karena pneumonia menyebabkan penanganan penyakit pneumonia menjadi sangat penting artinya. Pencegahan dan penanganan penyakit pneumonia balita ini sangat bergantung pada perilaku hidup bersih sehat dan pengetahuan masyarakat mengenai pneumonia. Faktor lain yang juga sangat berpengaruh terhadap kejadian pneumonia pada balita adalah tingkat pendapatan keluarga rendah yang menyebabkan ibu bekerja seharian di luar rumah sehingga ibu kurang memerhatikan balitanya, selain itu pendapatan yang rendah ini juga mengakibatkan ibu tidak memberikan asupan makanan bergizi yang cukup sehingga balita cenderung mempunyai daya tahan tubuh yang rendah. Menurut Sutrisna (1993), faktor risiko yang menyebabkan ISPA pada balita adalah sosio-ekonomi (pendapatan, perumahan, pendidikan orang tua), status gizi, tingkat pengetahuan ibu dan faktor lingkungan (kualitas udara), sedangkan Depkes (2002) menyebutkan bahwa faktor penyebab ISPA pada balita adalah berat badan bayi lahir rendah (BBLR), status gizi buruk, imunisasi yang tidak lengkap, kepadatan tempat tinggal dan lingkungan fisik. Oleh karena itu, karena keberhasilan pencegahan dan penanganan pneumonia ini sangat bergantung pada peran serta masyarakat, penyuluhan medis sangatlah penting untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai pneumonia. Salah satu upaya yang efektif dan efisien meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai pneumonia adalah dengan penyuluhan menggunakan media leaflet saat pertemuan kader-kader kesehatan. Materi yang ditulis di media leaflet dibuat dengan bahasa yang relatif mudah dimengerti dan dilengkapi dengan gambar. Media ini cukup kecil sehingga dapat dibawa dengan mudah. Dengan memberikan penyuluhan kepada para kader melalui media ini diharapkan, para kader dapat memahami dan menyalurkan ilmunya dengan mudah kepada masyarakat luas. Apabila masyarakat sudah mendapatkan informasi kesehatan yang memadai, maka diharapkan masyarakat mengenali gejala dan bahaya pneumonia sehingga membawa

balitanya yang sakit untuk segera periksa. Dari situ diharapkan capaian penemuan penderita pneumonia balita dapat meningkat sehingga angka kematian balita (AKABA) dapat ditekan. Keaktifan para kader, koordinasi dan kerjasama masyarakat dengan tenaga kesehatan sangat dibutuhkan. Selain itu juga tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas perlu mengetahui mengenai tumbuh kembang normal anak balita, sehingga balita dengan tumbuh kembang abnormal dapat segera terdeteksi.

BAB IV PELAKSANAAN

Pelaksanaannya dilakukan penyuluhan kepada kader mengenai pengertian pneumonia. Pneumonia adalah peradangan saluran nafas bagian bawah pada jaringan paru sehingga menyebabkan gangguan pernapasan. Pneumonia pada anak umumnya menyerang anak usia di bawah 2 tahun. Gejala pneumonia adalah mendadak panas tinggi (demam), nyeri kepala atau dada, batuk, sesak nafas, nafas cuping hidung, bibir dan kuku sianosis, retraksi dada, distensi perut, penurunan nafsu makan. Pneumonia dapat dicegah dengan cara-cara seperti menjamin anak diimunisasi HIB, Pneumococcus, Pertuisis, serta Campak. Menjaga status nutrisi anak, salah satunya dengan menjamin pemberian ASI eksklusif dan pemberian suplemen vitamin A pada usia balita. Mengurangi polusi di rumah tangga. Menjaga higiene dengan mencuci tangan dengan sabun dan pembuangan kotoran anak secara aman. Menghindarkan anak dari asap rokok. Untuk membantu tenaga kesehatan di Puskesmas Kebumen I dalam mendeteksi tumbuh kembang pasien pasien balita yang memeriksakan diri ke Puskesmas Kebumen I diberikan gerafik perinatal growth chart dan tumbuh

kembang anak untuk memudahkan deteksi kelainan tumbuh kembang

BAB V MONITORING DAN EVALUASI

Monitoring dan evaluasi dapat dilihat dengan cakupan AKABA tahun berikutnya Harus dilakukan evaluasi semua pasien balita yang ditangani tenaga kesehatan harus dipantau tumbuh kembangnya Mengenali tanda-tanda bahaya pneumonia sehingga dapat melakukan deteksi dini pneumonia untuk mencegah adanya kematian akibat pneumonia.

Penyusun

Kebumen,

Oktober 2013

Pendamping

dr. Hermanu Adi

dr. Rahmi Asfiyatul Jannah

DAFTAR PUSTAKA

Alsagaff dan Mukty. 2010. Pencegahan dan Penanganan Pneumonia. Alih bahasa: Maulana. Jakarta: Binarupa aksara. Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen. 2012. Profil Kesehatan Kabupaten Kebumen Tahun 2012. Kebumen: Dinkes Kebumen. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2012. Buku Saku Kesehatan Tahun 2012. Semarang : Dinkes Jateng. Kemenkes RI. 2012. Buku Panduan Hari Kesehatan Nasional ke-48 Tahun 2012. Jakarta : Kemenkes RI. Kristiani, Rini. 2013. Laporan Penyelenggara Rapat Kerja Kesehatan (RAKERKES) Kabupaten Kebumen 2013. Kebumen: Dinkes Kebumen. WHO. 2012. Levels & Trends in Child Mortality. United Nations

LAPORAN PENYULUIHAN

Nama Peserta Nama Pendamping Nama Wahana Tema Penyuluhan Tujuan Penyuluhan

: dr. Hermanu Adi : : Puskesmas Kebumen 1 : Pneumonia

Tanda tangan: Tanda tangan:

: Meningkatkan pengetahuan masyarakat melalui para kader kesehatan di wilayah Puskesmas Kebumen 1 tentang cara mengenali pneumonia pencegahan dan pengenalan dini gejala

Hari, Tanggal Waktu Tempat Jumlah Peserta

: : : Puskesmas Kebumen 1 :

You might also like