You are on page 1of 32

Review Process Design Distribution Power Generation from Solar Energy

Oleh : Kelompok 4 Anggota :


Indra Adi Winarko_11210003 Fikri Gojali_11210011 Giovani Anggasta_11210017 Mulyani_11210020 Irvan Rifana_11210026

KRITERIA PERANCANGAN PROSES

FAKTOR MAKRO a. Kondisi cadangan bahan baku yang akan diusahakan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) merupakan suatu sarana yang diciptakan untuk menghasilkan listrik yang menggunakan energy matahari sebagai sumber utamanya. Energy matahari merupakan sumber energy yang tak terbatas di dunia ini, selain itu tidak menghasilkan emisi. Namun dalam pembuatan PLTS tidak hanya matahari yang digunakan sebagai raw mealnya namun juga pembangkit ini menggunakan garam nitrat, air laut dan air murni. Ketersediaan air laut pun sama dengan energi matahari yaitu tak terbatas.

b. Sasaran pemasaran produk yang akan diproduksi Dengan mulai membaiknya kondisi perekonomian saat ini menyebabkan pertumbuhan penjualan tenaga listrik PLN selama lima tahun terakhir (1999-2004) juga mengalami pertumbuhan relatif tinggi yaitu tumbuh rata-rata per tahun sebesar 7,0%, dimana di Jawa Bali tumbuh rata-rata per tahun sebesar 6,8% dan di Luar Jawa Bali tumbuh rata-rata per tahun sebesar 7,6%. Realisasi jumlah pelanggan selama tahun 1999 - 2004 mengalami peningkatan dari 5.825.088 pelanggan menjadi 31.055.673 pelanggan atau bertambah ratarata sebesar 1.046.177 pelanggan tiap tahunnya. Tabel 3.2 dibawah ini menunjukkan perkembangan jumlah pelanggan PLN lima tahun terakhir.
Tabel 3. 1. Perkembangan Jumlah Pelanggan (Juta unit)

(PLN, 2005) Dari data pada table diatas, dapat disimpulkan bahwa pengguna listrik terbesar ialah pada sektor rumah tangga. Sehingga listrik yang dihasilkan dari pabrik ini akan digunakan untuk pemakaian rumah tangga dan ditransmisikan melalui jaringan PLN. Harga listrik yang akan ditawarkan ke pihak PLN akan dihitung keekonomiaannya terlebih dahulu.

c. Umur operasi plant Pembangkit listrik akan mulai dibangun pada Februari 2008 dengan waktu pembangunan sekitar 3 tahun. Untuk menentukan besarnya kapasitas pembangkit listrik yang akan dibangun di wilayah NTT, maka harus mengestimasi besarnya permintaan listrik dari tahun 2011 (mulai pembangkit listrik beroperasi) sampai 2031 (dengan asumsi umur pabrik 20 tahun). Besarnya kapasitas pembangkit listrik yang tersedia di wilayah NTT saat ini yang terpasang ialah 128 MW dengan daya mampu 74 MW.

d. Lembaga pembiayaan Merupakan badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal. Lembaga pembiayaan ini adalah Departemen Keuangan, Tugas departemen ini meliputi masalah keuangan perusahaan, yaitu: Divisi Kontrol Budget dan Pajak dan Divisi Perhitungan Biaya

e. Regulasi pemerintah Berdasarkan pada: Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 62 Tahun 2012 Tentang Usaha Jasa Penunjang Tenaga Listrik, BAB 1 Pasal 1 s/d Pasal 10 mengenai Klasifikasi, Kualifikasi dan Sertifikasi Usaha Jasa Penunjang Tenaga Listrik. Undang-Undang (UU) No.30 tahun 2007 Pasal 20 Ayat (4) tentang Energi. Undang-Undang (UU) No.30 tahun 2007 tentang Mengenai Tenaga Listrik. Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2006-2015. Peraturan Presiden tahun 2006 mengenai Percepatan Pembangunan Pembangkit Listrik. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral no. 1122.K/30/MEM/2002 tanggal 12 Juni 2002 tentang Pedoman Pengusahaan Pembangkit Tenaga Listrik Skala Kecil Tersebar. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.KEP-13/MENLH/2/1995 tentang standar emisi untuk pembangkit listrik.

Potensi energi surya di Indonesia sangat besar yakni sekitar 4.8 KWh/m 2 atau setara dengan 112.000 GWp, namun yang sudah dimanfaatkan baru sekitar 10 MWp (MegaWatt peak). Saat ini pemerintah telah mengeluarkan roadmap pemanfaatan energi surya yang menargetkan kapasitas PLTS terpasang hingga tahun 2025 adalah sebesar 0.87 GW atau sekitar 50 MWp/tahun. Jumlah ini merupakan gambaran potensi pasar yang cukup besar dalam pengembangan energi surya di masa datang. Setiap daerah mendapatkan PLTS yang berkapsitas 15 kilo watt. Sedangkan dana pembangunan PLTS berasal dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) yang berada di Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM.

PLTS tidak hanya berguna bagi rakyat Indonesia yang tinggal di daerah kepulauan untuk meningkatkan kemandirian di bidang energi tetapi juga berguna bagi penduduk pulau Jawa yang ingin mengurangi beban PLN atau mengurangi emisi CO2. Di banding pembangkit batu bara, PLTS mempunyai peluang mengurangi lebih dari 1 kg CO2 untuk setiap kWh energi listrik yang dibangkitkannya.

FAKTOR MIKRO a. Kapasitas plant dengan skala keekonomian Indonesia adalah negara dengan serapan tenaga surya terbesar di ASEAN, karena matahari disajikan setiap hari sepanjang tahun. Intensitas radiasi rata-rata 4,8 kWh/m2/hari, NTT, NTB dan Papua tertinggi 5,7 kWh/m2/hari dan Bogor terendah 2,56 kWh/m2/hari. Kebutuhan listrik terus meningkat sesuai dengan kemajuan masyarakat. Namun, pengembangan kapasitas energi surya di tanah air saat ini baru mencapai 30MW, atau hanya 3,75 persen dari target kapasitas terpasang pada 2025 sebesar 800MW. Kendala pengembangan PLTS, lebih disebabkan pada biaya investasi PLTS yang sangat tinggi, berhubung 60 persen dari komponen PLTS berupa sel surya masih diimpor, sementara modul suryanya sulit diperoleh akibat besarnya daya serap pasar Eropa. Analisis keekonomian PLTS menunjukkan sebuah proyeksi atau prediksi keekonomian dari operasi sistem sampai hasil produksi (produk dan kapasitas) di masa mendatang guna melayani beban dan memenuhi kebutuhan yang ditentukan. Pertimbangan aspek ekonomi pembangkit umumnya meliputi 3 lingkup besar yaitu: 1. Biaya investasi awal 2. Biaya operasional 3. Biaya perawatan pembangkit. Sifat ekonomis sebuah sistem pembangkit listrik dapat dilihat dari harga jual listrik untuk setiap kWh (kilo watt kali jam). Salah satu faktor yang mempengaruhi bahwa pembangkit listrik-ekonomis (harga jual listrik serendah mungkin untuk setiap kWh) adalah biaya bahan bakar. Berdasarkan data dari Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM, PLTS di Nusa Tenggara Timur memiliki kapasitas 10 MW dengan investasi Rp100 miliar. Pada cash flow tanpa subsidi, harga listrik yang dijual ialah $ 0.08/kWh.
Tabel 11. 1. Laporan Laba Rugi.

Penjualan Variable cost Margin keuntungan

87840000 kWh x $ 0.08/kWh

$7,027,200.00 $2,851,822.61 $4,175,377.39

Fixed cost Laba kotor

$1,776,845.10 $2,398,532.29

Jadi besarnya laba kotor yang diperoleh adalah $2,398,532.29

Marjin keuntungan merupakan besarnya selisih dari pendapatan yang dihasilkan dengan total biaya yang harus dikeluarkan selama satu tahun. Marjin keuntungan untuk plant ini dapat dilihat pada gambar berikut :
Tabel 11. 2. Margin Keuntungan

Penjualan Pengeluaran pertahun Keuntungan

75% 87.82% 12.18%

$5,270,400.00 $4,628,667.71 $641,732.29

Series1, Keuntungan, 12.18%, 12%

Margin Keuntungan

Series1, Pengeluaran pertahun, 87.82%, 88%


Gambar 11. 1. Grafik Margin Keuntungan.

Dari grafik dapat dilihat bahwa persentasi keuntungan adalah 12% dari harga penjualan jika listrik yang sampai ke konsumen sebesar 75% dari kapasitas produksi. Namun demikian harga jual listrik PLTS belum sesuai keekonomian. Karena itu Kementerian ESDM sedang mengkaji penetapan harga khusus untuk pembangkit listrik berbasis tenaga surya dan nantinya akan dituangkan dalam aturan pelaksanaan. Sedangkan Menurut Direktur Utama PLN (2010) adalah sebagai berikut: 1 Kwh dari energi batubara sekitar Rp 500 atau Rp 600 1 Kwh dari PLTMH sekitar Rp 787 (tapi investasi awal cukup mahal) 1 Kwh dari Gas sekitar Rp 900 1 Kwh dari BBM sekitar Rp 1.800 1 Kwh dari PLTS sekitar Rp 2.500

b. Jenis teknologi proses yang akan diaplikasikan Terdapat dua teknologi utama dalam dalam mengubah energi matahari menjadi listrik yaitu sel photovoltaic dan solar termal atau lebih dikenal dengan CSP (Concentrating Solar Power). Pada pembahasan sebelumnya, telah dilakukan pemilihan teknologi umum dalam perancangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya yaitu dengan menggunakan teknologi CSP. Teknologi CSP dapat dibagi lagi menjadi beberapa teknologi, antara lain: Parabolic trough tanpa penyimpanan termal ataupun hibrid dengan energi fosil. Parabolic trought dengan penyimpan termal. Parabolic trought yang dihibrid dengan energi fosil Parabolic dish. Power Tower. Concentrating photovoltaic.

PARABOLIC TROUGH DENGAN PENYIMPAN PANAS


Sistem ini menggunakan cermin parabolic trough untuk memfokuskan energi matahari untuk memanaskan fluida kerja yang selanjutnya akan berubah menjadi steam yang akan memutar turbin. Energi gerak ini akan diubah oleh generator menjadi energi listrik. Selain itu sistem parabolic trough dapat juga dilengkapi dengan sistem penyimpanan panas. Salah satu keuntungan dari parabolic trough with storage adalah kemampuan untuk menyimpan energi panas dari matahari untuk digunakan pada waktu malam hari apabila tidak ada cahaya matahari. Sedangkan kekurangan dari sistem ini adalah biaya yang relatif lebih mahal dibandingkan dengan parabolic trough tanpa penyimpanan.

Gambar 4. 1. Sinar matahari dan permintaan terhadap Power trought dengan penyimpan (SOLGATE, 2005)b

Sistem Penyimpanan Energi Panas A. Two Tank Dirrect

Menggunakan system penyimpanan panas, menggunakan dua tanki penyimpan energi panas dengan kapasitas penyimpanan panas selama 3 jam. Sistem ini sangat sederhana, menggunakan mineral oil heat transfer fluid untuk menyimpan energi panas. Biasanya digunakan untuk menyimpan tenaga matahari pada waktu periode penyinaran matahari menurun, yaitu antara jam 17.00 sampai jam 22.00. Karena tanki bertekanan yang digunakan untuk menyimpan panas sangatlah mahal. Sehingga tidak dapat dibuat system penyimpanan panas untuk parabolic trough plants.
B. Two-Tank Indirect

Sistem penyimpanan panas ini mengambil panas dari matahari dan mengalirkannya ke dalam heat exchanger. Garam Molten dingin diambil dari tanki penyimpanan dingin dan mengalirkannya kembali melalui heat exchanger. Kemudian garam ini dipanaskan dan disimpan ke dalam tanki penyimpanan panas dan kemudian digunakan. Kemudian apabila panas yang disimpan ini diperlukan, sistem ini beroperasi untuk memanaskan fluida pentransfer panas, dengan menggerakan steam untuk dialirkan ke power plant. Hal ini disebut sistem tidak langsung karena menggunakan fluida untuk media penyimpanan yang berbeda dengan yang disirkulaikan dalam solar field. Sistem Dua tangki penyimpanan panas tidak langsung exchanger relatif mahal. yang dilengkapi dengan heat

Gambar 4. 2. Dua tanki penyimpanan panas indirect (NREL, 2006)

C. Single-tank Thermocline

Sebuah tangki tunggal untuk penyimpanan dua fluida ( panas dan dingin) merupakan salah satu kemungkinan untuk mengurangi biaya dari sebuah system penyimpanan dua tangki. Sistem penyimpanan panas thermocline ini terdidri dari dua bagian, yaitu fluida panas

yang berada di atas dan fluida dingin yang berada di bawah. Zona diantara fluida panas dan dingin disebut dengan thermocline. Sebuah sistem penyimpanan thermocline memiliki keuntungan tambahan, kebanyakan dari fluida penyimpanan panas dapat diganti dengan bahan yang memiliki biaya yang cukup rendah. Dilihat dari harga fluida penyimpan panas, thermocline dapat digunakan sebagai sistem penyimpanan panas yang memiliki biaya yang lebih rendah.

Gambar 4. 3. Thermocline storage system(NREL, 2006)

Media Penyimpan Panas A. Direct Molten-Salt Heat Transfer Fluid Dengan menggunakan garam Molten dalam solar field dan sistem penyimpanan energi dapat mengganti kebutuhan akan heat exchanger yang cukup mahal tersebut. Selain itu keuntungan dari penggunaan garam molten adalah solar field dapat beroperasi pada suhu yang lebih tinggi. Dengan kombinasi dari kedua keuntungan ini, biaya dari sistem penyimpanan energi dapat dikurangi.Akan tetapi titik beku dari garam molten adalah sekitar 120 s.d 220C. Hal ini berarti garam ini memerlukan penanganan khusus diantaranya garam ini tidak boleh berada di sistem perpipaan selama malam hari.

B. Media Penyimpanan Energi Panas Concrete Sistem ini menggunakan standar heat transfer fluid (HTF) di dalam operasinya. Fluida pemindah panas melewati susunan pipa dalam medium padat untuk mentransfer energi panas dari dan ke media selama sistem operasi berlangsung. Salah satu keuntungan dari

sistem ini adalah biaya dari medium padat (concrete atau material keramik) yang relatif lebih murah.

Gambar 4. 4 Alat penguji sistem penyimpan panas dalam bentuk concrete (NREL, 2006)

PARABOLIC TROUGH WITHOUT STORAGE Sistem ini merupakan sistem konvensional karena tidak dilengkapi dengan sistem penyimpanan energi. Energi matahari yang sudah difokuskan selanjutnya digunakan untuk memanaskan fluida kerja, selanjutnya fluida ini akan berubah fasa menjadi steam tang akan digunakan untuk memutar turbin, energi mekanik dari turbin akan diubah menjadi energi listrik oleh generator. Sistem ini mempunyai kekurangan, yaitu apabila tidak ada cahaya matahari maka pembangkit listrik tidak bisa beroperasi karena tidak adanya energi panas yang akan digunakan untuk memanaskan fluida kerja. Adapun kelebihannya dibandingkan dengan parabolic trough with storage adalah biaya yang relatif lebih murah, hal ini disebabkan sistem ini tidak membutuhkan perangkat tambahan, dalam hal ini tangki ataupun garam yang diperlukan dalam menyimpan energi panas tersebut.

Gambar 4. 5. Estimasi Pendapatan Storage dan No Storage(NREL, 2006)

SOLAR FOSSIL FUEL HYBRID PLANT Sistem pembangkit listrik ini mengkombinasikan penggunaan energi matahari dengan energi bahan bakar fosil (kerosene) dalam suatu sistem hibrida. Salah satu aplikasi dari sistem ini adalah proyek SOLGATE (Solar Hybrid Gas Turbine Electric Power System) di Plataforma Solar de Almeria, Spanyol. PLTS hibrida ini berkapasitas 16 MW dengan total investasi mencapai 3,2 juta Euro. Sistem hibrida ini dapat beroperasi hingga temperatur 1000oC dengan biaya produksi listrik sebesar 0,086 Euro/kWh. Secara umum PLTS ini menggunakan dua komponen yang sangat penting, yaitu solarized gas turbine (turbin gas) dan modul penerima (modular receiver), dan dilengkapi komponen lain yang biasa digunakan dalam PLTS seperti generator, cooling system dan ekspander :

Gambar 4. 6. Solar-Fossil Hybrid Plant Process Flow Diagram (SOLGATE, 2005)

Kelebihan dari sistem ini adalah karena kemampuannya untuk menghasilkan temperatur operasi yang tinggi (800 1000 oC) sehingga proses heat transfer yang terjadi juga lebih besar. Hal ini tidak lepas dari adanya sistem turbin gas yang telah dimodifikasi, dimana turbin ini pada dasarnya merupakan mesin helikopter yang telah dimodifikasi sehingga mampu menghasilkan pemanasan eksternal. Modifikasi yang ada meliputi penambahan alat pembakar (combustor) yang memungkinkan temperatur inlet hingga 800 oC, generator yang disambungkan ke turbin gas, serta adanya sistem pendingin bahan bakar (oil cooling system) yang baru. Udara yang telah dikompresi kemudian masuk ke dalam sistem modular receiver tiga tingkat untuk dipanaskan. Panas yang digunakan receiver memanaskan udara masuk berasal dari energi matahari yang telah dikonversi menjadi energi panas. Ketiga buah receiver ini dipasang secara seri, dimana receiver pertama (low-temperature module) akan memanaskan udara masuk dari sekitar 290 oC menjadi 550 oC. Selanjutnya udara masuk ke receiver tahap dua (medium-temperature module) untuk dipanaskan hingga temperatur maksimum 800 oC.

Dan akhirnya, udara masuk kembali ke receiver ketiga (high-temperature module), dimana temperatur keluaran udara mencapai 1000 oC. Setiap modul penerima memiliki daya sekitar 400 kW.

Gambar 4. 7. Turbin Gas yang Digunakan pada SOLGATE (SOLGATE, 2005)

Udara yang telah dipanaskan di receiver hingga temperatur 1000 oC kemudian masuk ke sistem turbin gas yang kemudian akan menggerakkan turbin tersebut. Daya yang dihasilkan turbin selanjutnya digunakan oleh generator untuk menghasilkan energi listrik.

Gambar 4. 8 Sistem External Air-Heating dengan Modular Receiver Tiga-Tingkat(NREL, 2006)

PARABOLIC DISH ENGINES Teknologi Parabolic dish merupakan salah satu jenis konsentrator (pengumpul) cahaya matahari dengan ukuran relatif kecil, dimana pada titik tengah (focal point) reflektor ditempatkan

sebuah generator. Diameter dari parabolic dish ini berkisar antara 5 15 meter dan dapat menghasilkan daya keluaran antara 5 50 kW. Dari segi desain, kolektor jenis ini merupakan kolektor yang menghasilkan performa/efisiensi paling baik di antara jenis konsentrator lainnya karena mampu menghasilkan konsentrasi flux solar paling tinggi. Tetapi atas dasar pertimbangan ekonomi, untuk saat ini kapasitas sistem parabolic dish hanya terbatas pada kapasitas 25 kW. Karena ukurannya yang relatif kecil, sistem ini sangat sesuai untuk digunakan pada sistem transmisi listrik terdesentralisasi pada daerah-daerah terpencil. Cahaya matahari yang dapat dikumpulkan oleh konsentrator/receiver kemudian di transfer menuju mesin Stirling, yaitu suatu mesin yang menggunakan prinsip siklus Stirling. Berbeda dengan siklus Rankine, pada siklus Stirling semua proses bersifat reversibel dan pertukaran panas hanya terjadi pada kondisi temperatur konstan, sehingga suatu siklus Striling ideal memiliki efisiensi termal yang hampir sama dengan siklus Carnot. Selain itu, dengan adanya temperatur operasi yang tinggi menjadikan mesin Stirling ini memiliki efisiensi yang tinggi.

Keekonomian Dari segi keekonomian, sistem parabolic dish ini masih belum layak (feasible) untuk dikomersialisasikan karena biaya produksinya saat ini masih cukup tinggi, yaitu sekitar 7.100/kWh, untuk kapasitas produksi 100 unit/tahun. Oleh karena itu, saat ini pihak EuroDish terus mengadakan penelitian untuk mereduksi biaya produksi parabolic dish ini. Dan diharapkan nantinya biaya produksi dapat direduksi hingga menjadi 3.700/kWh (kapasitas 1000 unit/tahun) atau bahkan mencapai 1.600/kWh (kapasitas 10.000 unit/tahun).

POWER TOWER Power tower yang terletak di spanyol berfungsi sebagai pembangkit listrik yang sangat kuat dan bisa juga sebagai suatu bentuk menara yang bernilai estetika. Menara yang memiliki 40 tingkat ini disuplay dari tenaga matahari dan bisa dilihat dari jarak yang sangat jauh. Untuk menyerap tenaga matahari power tower menggunakan cermin yang sangat besar sebanyak 600 buah , menghasilkan arus listrik sebesar 11megawatt. Contoh lain dari power tower antara lain power tower 10 megawatt di Mojave desert , power tower yang berkekuatan 15 MW dan di 11 afrika selatan.

Power tower ini memfokuskan pancaran sinar matahari pada satu titik dan menghasilkan uap yang berfungsi untuk menggerakkan turbin. Prosesnya adalah sebagai berikut :

Gambar 4. 9 Proses poert tower dalam menghasilkan listrik ((ASES), Maret2001)

1. Power tower dengan tinggi 115 m dan dikelilingi reflector (heliostat). Power tower menangkap arah pancaran sinar matahari dan meneruskan ke heat exchanger (sebagai receiver) yang terletak di bagian paling atas power tower. temperatur yang mampu ditangkap oleh sinar matahari mempunyai suhu anatara 5500C 15000C . Energi yang ditangkap dapat digunakan untuk memanaskan air atau molten salt yang selanjutnya digunakan untuk menyimpan energi. 2. Heat exchanger mengubah energi matahari dari heliostat menjadi uap 3. Uap disimpan didalam suatu tangki dan digerakkan untuk menggerakkan turbin yang menghasilkan daya listrik yang besar yang cukup untuk 6000 rumah.

Gambar 4. 10 Heliostat yang mengelilingi menara ((ASES), Maret2001)

Terdapat dua fluida utama yang baik digunakan untuk heat transfer yaitu air dan molten salt. Walaupun air tersebut sudah digunakan sejak dahulu namun ada perbedaan yang signifikan dalam penggunaannya yaitu dalam penggunaan molten salt memiliki daya tahan serap yang lebih baik daripada air pada waktu sore hingga malam hari.

Keuntungan menggunakan teknologi ini ialah: Memiliki daya tahan temperature yang sangat tinggi. Efisiensinya sangat tinggi. Penggunaan cermin jauh lebih baik daripada penggunaan solar cell khususnya dalam area yang sangat luas. Power tower dapat menyebarkan sinar yang sudah ditangkap memalui serat optik. Ramah lingkungan karena tidak memerlukan bahan bakar minyak Efektif Dapat digunakan dalam aplikasi yang cukup kecil seperti charger baterai.

Kekurangan teknologi ini ialah: Sistem memerlukan dual aksis sun tracking untuk mempertahankan fokus sinar matahari. Memerlukan modal awal yang sangat besar untuk membangun power tower.

CONCENTRATING POWER TOWER Adalah alat yang mempunyai kemampuan menangkap sinar matahari dan mengubahnya menjadi energI listrik dalam kondisi yang tidak menentu. Sistem Concentrating photovoltaic menggunakan suatu area yang besar yang berisikan cermin untuk memfokuskan sinar matahari ke area photovoltaic cell. Jika menggunakan dual aksis tracking disebut Heliostat Concentrator Photovoltaics (HCPV). Hal yang paling menarik dalam sistem ini adalah tidak digunakan material semi konduktor sehingga biaya yang dikeluarkan kecil. Sebagai tambahan dengan meningkatkan rasio konsentrasi akan meningkatkan performa dari CPV dan memperbolehkan penggunaan bahan performa tinggi seperti gallium arsenit. Keuntungan teknologi CPV antara lain: Efisiensinya tinggi Statis ( tidak berubah ) Tidak menghalangi permukaan heat transfer Mendekati Temperatur ruangan Tidak ada masa termal Respon cepat Dapat digunakan dalam berbagai skala ukuran

Kekurangan teknologi ini ialah: Sistem memerlukan dual aksis sun tracking untuk mempertahankan fokus sinar matahari. Dibutuhkan lahan yang datar untuk memudahkan konstruksi dan perawatan alat.

PERBANDINGAN TEKNOLOGI YANG ADA

Dari uraian diatas, maka kita dapat mentabulasi perbandingan dari tiap teknologi sehingga didapatkan teknologi yang optimum untuk kapasitas pembangkit listrik 10 MWe. Yang akan dibandingkan ialah teknologi dengan menggunakan parabolic trought, central receiver, dan parabolic dish. Dari perbandingan diatas, maka teknologi yang akan digunakan ialah Central Receiver, terutama karena alasan-alasan sebagai berikut: Pembangkit yang akan dibangun sekitar 10 MW Topografi lokasi pemilihan pabrik berbukit-bukit sehingga sangat baik jika menggunakan teknologi ini. Biaya per kWh relatif lebih murah untuk jangka waktu yang panjang.
Tabel 4 1. Perbandingan Teknologi CSP

Parabolic trought Aplikasi Untuk skala besar (1 unit = 80 MWe) Efisiensi (konversi radiasi matahari ke listrik) Temperatur operasi Penggunaan tanah

Central receiver Untuk kecil sampai besar (1 unit = 10 MWe)

Parabolic Dish Untuk skala menengah (1 unit= 25 Kwe)

14%

30%

<30%

4000C Permukaan tanah yang rata

5650C Dapat pada permukaan tanah yang miring 7 cent/kWh (Jangka menengah) 5 cent/kWh Permukaan tanah yang rata

Biaya / kWh

7 8 cent/kWh Jika dihibrid dengan fuel gas:

Belum tersedia

6 7 cent/kWh (jangka menengah) 5 cent/kWh (jangka pangjang) Dampak lingkungan Ada dampak negatif terhadap lingkungan karena digunakannya hot oil sebagai fluida kerja

(Jangka menengah)

Relatif ramah lingkungan

Relatif ramah lingkungan

c. Menghindari faktor desain berlebihan atau Pemilihan Design Tepat Guna (Efisien) Dasar Design Heliostat Tujuan ini bisa diterapkan dengan dasar teknologi heliostat untuk 50m2 ( 540 ft2) sampai 150 m2 ( 1615 ft3 ) heliostat. Dari segi unit biaya heliostat , kekuatan struktur, dan performa optik design heliostat.Design heliostat tersebut dapat ditentukan jika kekuatan struktur tersebut baik, syarat optik performa berhubungan dengan kekerasan struktur dan kekakuan. Rumor bagaimana menanggulangi biaya kekuatan struktur yaitu dengan cara mendesign arus perjalanan angin.
Tabel 5. 1. Definisi Angin Menurut Struktur Design Heliostat (Zavoico, 2001)

Wind level

Kondisi

Kecepatan angin m/s(mph)@10m 12m/s ( 27 mph )

W1

Performa operasional 8 m/s ( 18 mph ) 16 m/s (35mph)

W2

Batas penyimpanan 10m/s (22mph) 22m/s (50mph)

W3

Orientasi kedepan 14m/s(31mph) Kelangsungan di dalam orientasi 40 m/s (90mph) penyimpana angina kencang 25m/s (56 mph)

W4

Biaya Pembangunan Heliostat : Gerakan 40 50 % ( untuk system overall ) Srtruktur 15 20 % Permukaan 15-25% Pondasi ( dasar ) 2 % Lapangan 6% HC dan control 7%

Struktur Komponen Heliostat Komponen pendukung segala macam cermin , yaitu skrup, frame , pipa pendorong, dan fondasi. Namun komponen diluarnya adalah mekanisasi gerakan.Kesemua jenis tersebut di rancang menggunakan muatan dari Peterka dan Derickson (1992) dan standar pembangunan faktor keselamatan. Dengan catatan bahwa level dorongan angin W1,W2,W3 dipertimbangkan oleh wadah muatan operasi, jadi tidak terjadi kenaikan tekanan. Untuk muatan angin W4 tekanan dapat dinaikan jika terdapat kode syarat muatan itu.

Unit Biaya Heliostat Pencapaian Heliostat yang memiliki biaya terendah adalah proyek obyektif yang besar, dengan pertimbangan 30 50% pada biaya kapital SPT yang terikat oleh lahan penampung dan ribuan Heliostat. Design tersebut seharusnya mengoptimisasi design struktur Heliostat, jadi heliostat tersebut mengalami kegagalan pada plant yang kondisi anginnya kuat dan bukan design untuk menghindari kegagalan. Kesalahan , pada cermin normal atau vektor titik dikarenakan oleh kesalahan kedua magnitudo 2 pada sinar pantul. Konversi diantara titik dan tipe sinar eror diselesaikan dengan relasi. Dalam melancarkan arus bagian dalam pipa harus didesign atau diperhitungkan karena untuk bertujuan mencegah kebocoran minyak yang keluar dari kontak gerakan motor atau lingkungannya. Minyak harus sesuai dengan seluruh temperatur operasi dan expansi thermal korosi, pemeliharaan dll. Hail dari Heliostat dalam berbagai orientasi, TBD mm (TBD in) diameter, TBD grafitasi spesifik, pengaruh hail dari TBD m/s (TBD ft/s). Temperarur dari simulasi hail yaitu TBD0C ( TBD0F). Tipe standar militer US mengikuti : Diameter 25 mm ( 1 in ) Grafitasi spesifik 0.9

Kecepatan terminal 23m/s (200F) Temperatur -6.70C ( 200F)

Proteksi penyinaran akan dilengkapi berdasarkan NEC : penghancuran total pada Heliostat / HC pada tindakan langsung dapat diterima. perbaikan kerusakan pada Heliostat dan HCs yang berdekatan untuk tindakan langsung. HAC dan jaringan komunikasi berdekatan seharusnya terproteksi dari tindakan langsung.

Heliostat dilengkapi/disediakan : Setscrew penyesuaian modul TBD mirror berdekatan pada sudut pada masing-masing modul, yang secara khas pada koneksi point masing-masing dengan strukturnya TBD menetapkan tanda acuan berdekatan dengan sudut masing-masing modul cermin. Tanda acuan tersebut kemungkinan terdapat pada bagian atas atau bagian dalam, yang bagian dalam tersebut lebih disukai sejak operasi canting akan dilakukan heliostat horizontal. Suatu paket data yang menetapkan kemerosotan setting untuk masing-masing heliostat sebagai fungsi dari lokasi pada lapangan heliostat dan posisi masing-masing modul mirror dalam heliostat. Tabel penyesuaian elevasi setscrew akan dikembangkan sebagai bagian dari proses design dan diperhitungkan untuk masing-masing acuan modul mirror. dengan

Pembersihan Cermin Pembersihan cermin seharusnya dilakukan pada basis kontinu dengan menggunakan 2 metode. Metode utama yang akan digunakan semi automatis air deionisasi tekanan tinggi tanpa menggosok. Objek lapangan Heliostat dibersihkan dalam rentang 2 minggu. Metode kedua akan dilakukan secara periodik dengan menggunakan air deionisasi, deterjen biodegradable dan penggosokan manual. Frekuensi penggosokan pada metode yang kedua merupakan bagian dari design Heliostat dan didasarkan atas site-specific, kondisi lingkungan yang langka. Proses pencucian semi automatis tekanan tinggi memerlukan suatu kendaraan langka dan design mekanisme pencucian. Konsep ini harus diperkembangkan sejak dini pada design lahan penampungan untuk menciptakan jalur horiontal antara baris heliostat dengan garis vertikal dibawah garis heliostat untuk akses pencucian kendaraan. Dan untuk menyediakan tempat untuk mencuci heliostat. proses dan design alat harus bisa dioptimalisasikan untuk mengurangipekerja.

Dynamic Aim Processing System Design Basis Fungsi DAPS adalah sebagai penerima panas untuk menampung panas dan mencegah penggaraman atau menghindari kelebihan muatan. Efisiensi thermal pada alat penerima memiliki jumlah yang sangat kecil maka sangat diperlukan untuk menjaga temperature 2320C (4500F) pada panel penampung dan penerima. Pada kecepatan angin kurang dari 2.3 m/s (5 miles/hour) fluks yang dibutuhkan kurang lebh 10 20 KW/m2 untuk menjaga panel penampung. Saat kecepatan angina mendekati 11.2 m.s (25mph) , fluks yang dibutuhkan 30-40kW/m2 untuk menjaga panel penampung.

Kriteria untuk memilih penampung heliostat adalah sebagai berikut : Inner rows ( kerapatan ) penyebaran secara teratur di seluruh lahan. Preheat/ postheat dapat dioperasikan sepanjang hari.

Preheat Sequence Proses preheat dari awal sampai akhir memerlukan waktu sampai 1 jam. DAPS menerapkan sesuai nomer Heliostat dari keadaan standbay sampai diperlukanya track untuk menyediakan teori fluks preheat 20kW/m2. update DAPS kalkulasi ini selama pemanasan sequence dan penentuan heliostat diperlukan dari track sampai standbay. Tujuannya seharusnya adalah memasukkan pemanasan samping untuk memastikan pemanasan berlebih pada sepanjang reveiver( alat penerima ).

Temperatur panel berkisar 6500F , dimana flux akan dikurangi sampai 12 kW/m2. flux tambahan akan diterapkan panel dalam windward pada reviever, dimana temperatur dibawah 6500F. Proses postheat mencegah pembekuan garam dalam panel windward di windy day dan serupa untuk proses preheat.

Emegency Heliostat Defocus design basis Studi ini diperlukan untuk menentukan backup power sistem dan menyelesaikan untuk defocus Heliostat dari alat penerima (receiver) kehilangan nitrat dingin . Kehilangan cold salt pump atau terputusnya aliran listrik.

d. Jenis dan sistem konstruksi peralatan Tahap instalasi dan konstruksi dilaksanakan setelah proses design selesai, kostruksi akan dimulai dengan pemasangan pipa yang akan dilanjutkan dengan pemasangan alat. Setelah pipa terpasang maka perlu disambungkan ke alat dengan metode yang tersedia seperti pengelasan atau dengan pengencangan baut, proses yang dijalani sangat mempengaruhi jenis penyambungan yang akan dilakukan. Setelah tahap konstruksi selesai dilakukan maka dilakukan proses commisioning dan persiapan start up proses. Berikut diberikan beberapa prinsip dasar dari perancangan sistem konstruksi berdasarkan jenis alat yang digunakan: 1. Alat penukar panas sebisa mungkin diinsulasi dan diletakkan berdekatan dengan sumber aliran agar dapat menghemat penggunaan pipa. 2. Evaporator harus diletakkan berdekatan dengan sumber panas agar efisiensi proses mencapai tingkat memuaskan dan memperkecil jumlah panas yang keluar ke lingkungan. 3. Filtrasi harus diletakkan dekat dengan sumber fluida yang akan disaring dan diletakkan pada daerah yang memudahkan proses pemeliharaan dan pembuangan brine yang tersisa selama proses. 4. Tangki penyimpanan diletakkan berdekatan dengan tujuan akhir fluida tersebut akan dipompakan agar mengurangi energi yang dibutuhkan pompa untuk memompakan fluida ke tangki.

Di bawah ini adalah gambar rancangan tata letak dari keseluruhan peralatan di plant :

Kantor + Musholla Free Space

P-5

Parking Area

Warehouse

Control + Communication Room

Turbin 2 Kondenser Membrane Area

Steam Drum

Water Tank P-2 P- 1 P-105

P-107

Preheater

Evaporator

Superheater

Turbin 1

P-104

P -4

P-3

Cold Tank

Hot Tank

Generator Area and Relay Point

Reheater

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS INDONESIA

Nama Proyek : Judul Gambar :

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA WALNGAPU, NTT OUTSIDE BATTERY SYSTEM PLTS WALNGAPU, NTT

Scale 1 : 500

Unit SI ( cm )

Size A4

e. Biaya efektif desain dan tata letak plant Untuk mengetahui biaya efektif desain , bisa dilihat dari Total Capital Investment (TCI), yaitu total biaya yang harus diinvestasikan untuk membangun sebuah pabrik. Biaya TCI terdiri dari total investasi permanen ( biaya yang dikeluarkan untuk infrastruktur) dan working capital (biaya yang diperlukan untuk menutupi biaya operasi yang dibutuhkan pada awal operasi plant termasuk biaya dari perlengkapan dan dana untuk menutupi jumlah uang yang dapat diterima). Dari hasil perhitungan di dapat Biaya Total Capital Investment yaitu sebesar $23.759.118,62. Tujuan utama dari perancangan tata letak pabrik adalah untuk mencapai tingkat efisiensi proses tertinggi dengan menggunakan lahan seminimal mungkin namun tetap memperhatikan aspek proses, aspek kemudahan melakukan pekerjaan, aspek keselamatan kerja, aspek lingkungan dan aspek pre-emptive dalam mengantisipasi masalah kecelakaan atau bencana alam yang mungkin akan terjadi di masa depan.

Beberapa faktor perancangan yang perlu harus diperhatikan dalam perancangan tata letak pabrik adalah: 1. Jarak minimum peralatan yang dianjurkan dengan mempertimbangkan aspek keselamatan. 2. Perancangan letak yang memudahkan maintenance selama proses berlangsung. 3. Perancangan harus mengutamakan efisiensi proses terutama pada jarak pipa jika diperlukan pemompaan kareana semakin panjang perpipaan maka akan diperlukan energi dan modal yang lebih besar. 4. Ketersediaan lahan untuk pabrik yang diusulkan.

PEMILIHAN PERALATAN
A. Jenis Peralatan 1. Heliostat Heliostat merupakan sebuah cermin khusus berukuran kecil yang ditempatkan pada atap yang fungsinya merefleksikan cahaya matahari secara natural dengan menyesuaikan arah rotasinya. Heliostat system adalah salah satu cara baru untuk memanfaatkan sinar matahari sebagai pemanas dengan menggunakan lahan yang berisi puluhan atau ratusan cermin datar untuk memantulkan panas matahari ke daerah yang kita inginkan. Komponen pendukung segala macam cermin , yaitu skrup, frame , pipa pendorong, dan pondasi. Namun komponen diluarnya adalah mekanisasi gerakan. Kesemua jenis tersebut di rancang menggunakan muatan dari Peterka dan Derickson (1992) dan standar pembangunan faktor keselamatan. 2. Receiver Receiver merupakan penerima sentral (central receiver) energi yang digunakkan untuk menjalankan PLTS. Secara umum sistem receiver yang ada di PLTS ini terdiri dari beberapa bagian penting berikut ini: 1. Receiver circulation pump, yaitu suatu turbin pump vertikal jenis VSD (Variable Speed Drive) yang ditempatkan di atas Cold Salt Storage Tank. 2. Receiver Inlet Vessel, suatu pressure vessel dengan kapasitas menyuplai aliran selama 60 detik ke receiver tanpa terganggu, sekalipun pompa sedang rusak/tidak difungsikan.

3. Receiver absorber panels, dimana bagian header dan tube terbuat dari dari material highnikel alloy. 4. Receiver outlet vessel, suatu pressure vessel dimana level kontrolnya dilakukan melalui downcomer throtling valve atau valve yang mengontrol aliran balik hot salt menuju TSS Hot Salt Storage Tank. Receiver Inlet Vessel merupakan sebuah tangki penyimpan garam nitrat dingin yang dipompa dari tangki garam dingin (Cold Salt Tank), sebelum dialirkan menuju receiver panel untuk menyerap energi matahari yang masuk. Selain itu vessel ini juga berfungsi sebagai tempat cadangan (backup) suplai nitrat dingin menuju receiver panel selama minimal 60 detik, jika sewaktu-waktu pompa sirkulasi ataupnun tangki garam dingin tidak dapat digunakan. Sedangkan Receiver Outlet Vessel merupakan sebuah tangki penyimpan garam nitrat panas yang keluar dari receiver panel, sebelum dialirkan menuju superheater untuk melakukan siklus termodinamika. 3. Thermal Storage Secara umum sistem penyimpan panas yang ada di PLTS ini terdiri dari beberapa bagian penting berikut ini: Tangki penyimpan garam nitrat dingin Didesain berdasarkan API 650 tangki atmosferik termasuk pressure relief, instrumentasi dan sistem insulasi. Tangki ini menyimpan garam dingin dari generator uap dan menyuplai garam dingin ke pompa sirkulasi RS dan pompa SGS. Tangki penyimpan garam nitrat panas Didesain berdasarkan API 650 tangki atmosferik termasuk di dalamnya manways, vents tank sparger ring, komponen pressure relief, instrumentasi dan sistem insulasi. Tangki ini berfungsi untuk penyimpan panas dari receiver dan menyalurkan garam panas ke pompa sirkulasi SGS. Pondasi tangki garam nitrat panas dan dingin terdiri dari insulasi, pondasi pasif sistem pendinginan dan sistem deteksi. Immersion Heaters pada tangki penyimpan garam nitrat dingin, berfungsi untuk menjaga suhu tangki di atas 260oC dan dapat memanaskan garam dingin sampai 400oC. Immersion Heater pada tangki penyimpan garam nitrat panas, berfungsi untuk menjaga temperature tangki di atas 2600C dan mampu untuk memanaskan garam pada tangki panas sampai dengan 540oC.

Sistem pemanas udara internal, digunakan untuk memanaskan sejumlah volum udara pada dua tangki selama startup awal dan juga digunakan untuk memanaskan sejumlah volume udara pada tangki panas untuk mencegah laju pemanasan melebihi 56o C/hr.

Mixer pada tangki penyimpan garam nitrat panas. Sistem mekanik ini digunakan untuk mencampurkan kandungan dari tangki panas untuk mencegah gradient temperature melebihi 56oC.

Fungsi dari tanki ini adalah untuk menampung garam leleh dingin dan garam leleh panas dari sistem sirkulasi garam yang digunakan untuk menyimpan panas dari receiver. Sistem ini terdiri dari dua tanki, yaitu tanki untuk menyimpan garam panas dan tanki garam dingin. Hot salt tank ini berfungsi untuk penyimpan panas dari receiver dan menyalurkan garam panas ke pompa sirkulasi SGS sedangkan cold salt tank berfungsi untuk menyimpan garam dingin dari generator uap dan menyuplai garam dingin ke pompa sirkulasi RS dan pompa SGS. Hot salt tank dilengkapi dengan SGS Circulation pump, sparger dan Tank agitator, sedangkan pada cold salt tank dilengkapi dengan dua pompa yaitu Receiver Circulation pump dan SGS altemperation pump dan juga dilengkapi dengan sparger. Tangki harus didesain menurut API 650. Tangki dilengkapi dengan insulasi secara vertical silindris. Sedangkan untuk ukuran tangki harus berdasarkan pada kriteria berikut: Jumlah garam nitrat yang diperlukan harus dapat menopang operasi selama 12 jam per hari. Insulasi dan jaket pada atap tangki harus tebal. Ekspansi panas tangki ditiadakan. Vertical acess ditiadakan.

4. Steam Generation Steam generation ini terdiri dari : Superheater Reheater Evaporator Preheater Fi fan cooler

5. Turbin Fungsi dari Turbin ini adalah untuk membangkitkan listrik dengan fluida kerja steam. Pembangkit listrik ini menggunakan steam, dimana steam flow pada turbin 1 berasal dari keluaran superheater yang kondisi pada saat itu memiliki temperature dan pressure yang sangat tinggi. Dimana steam tersebut digunakan untuk memutar turbin dengan mengubah energi kinetic dan entalpi menjadi energi listrik. Kemudian keluaran turbin 1 dipanaskan kembali menggunakan reheater untuk menaikan entalpinya supaya mampu memutarkan turbin 2. Seterusnya dari turbin 2 masuk ke condenser untuk digunakan kembali pada feedwater inlet yang berada pada tangki. Material Turbin yang digunakan ialah: Stainless Steel

B. Konfigurasi Peralatan Terdiri dari : Susunan kompresor beserta penggeraknya Susunan alat perpindahan panas Jumlah total peralatan = 16 alat Heliostat Sizing Receiver Inlet Vessel dan Receiver Outlet Vessel Receiver Tower Thermal storage (Sizing Hot and Cold Salt Tank) Material Tanki Sistem Penyimpan Panas

Pompa, yang digunakan dalam sistem tanki ini adalah SGS Circulation pump, SGS attemperation pump dan receiver circulation pump. Perancangan Heat Exchanger Shell and Tube pada SGS

Pada perancangan sistem penukar panas (superheater, evaporator, pre-heater, reheater dan pemanas umpan air awal), diperlukan beberapa kriteria perancangan seperti berikut: Semua penukar panas harus diinsulasi untuk mencapai efisiensi proses yang memuaskan. Penukar panas harus dirancang agar dapat tahan melewati beberapa siklus termal bertingkat harian. Superheater dan reheater harus dirancang agar dapat melewati kenaikan temperatur dari 260 sampai 565o C. Sisi shell dari superheater, evaporator, preheater dan reheater dibuat dari struktur yang dilas terutama pada bagian head ujung belakang, sambungan antarmuka untuk aliran masuk dan keluar. Bagian penutup saluran tube harus dibuat agar dapat dipindahkan agar memudahkan proses pembersihan dengan air bertekanan tinggi. Oleh karena pengoperasian semua penukar panas akan mengalami siklus termal harian maka partisi saluran sambungan yang dibaut harus dibuat dengan pembautan ganda dan dilapisi dengan pengelasan untuk menghindari baut yang mulai longgar. Superheater yang digunakan harus disediakan sebuah sumur termal (thermowell) yang disyaratkan mampu menerima elemen temperatur ganda di dalam inlet sisi tube dari superheater. Turbin

25

E-6 Superheater
4 26 5 13 24 6 27

T/G-101 Turbine Generator

T/G-102 Turbine Generator

E-6 Receiver Panel B


3 12 7

28

E-7 Reheater

V-1

E-5 Receiver panel set A


14

E-4 Receiver outlet Vessel


21

E-5 Steam drum


8 23

29

10

E-3 Receiver inlet Vessel

11

19

E-8 Evaporator

22 18 17 16

Feed water from feed water heater

20

E-9 Preheater P-4 Evaporator feedwater pump


33

1 15 30

E-10 Startup Feedwater heater

Tank Agitator

to cooling tower

32

P-5 Preheater feedwater pump

P-1 Receiver circulation pump

Sparger

P-2 SGS attemperation pump

Sparger P-3 SGS Circulation pump E-2 Hot Tank

31

E-1 Cold Tank

Blow down to blow down tank

Stream

1
Ga ra m nitra t 6.01 E+05 595 2.7

2
Ga ra m nitra t 6.01 E+05 290 2.7

3
Ga ra m nitra t 6.01 E+05 565 2.7

4
Ga ra m nitra t 2.67E+05 565 2.7

5
Ga ra m nitra t 2.48E+05 565 2.7

6
Ga ra m nitra t 2.67E+05 455 1 .1

7
Ga ra m nitra t 5.1 4E+05 455 4.27

8
Ga ra m nitra t 4.1 3E+05 350 3.7

9
Ga ra m nitra t 5.1 4E+05 270 4.27

10
Ga ra m nitra t 5.1 4E+05 270 8.62

11
Ga ra m nitra t 6.1 7E+06 260 8.62

12
Ga ra m nitra t 6.1 7E+06 260 8.62

13
Ga ra m nitra t 3.09E+06 260 8.62

14
Ga ra m nitra t 3.09E+06 595 8.62

15
Ga ra m nitra t 6.1 7E+06 595 8.62

16
H O 5.50E+04 1 49 1 26

17
H O 5.50E+04 1 49 1 26

18
H O 5.99E+04 270 8.62

19
H O 5.99E+04 260 8.62

20
H O 5.39E+04 260 8.62

21
H O 5.99E+03 260 8.62

22
H O 5.39E+04 595 8.62

23
H O 5.39E+04 595 8.62

24
H O 4.95E+04 1 49 1 26

25
H O 4.95E+04 1 49 1 26

26
H O 4.95E+04 270 8.62

27
H O 4.95E+04 260 8.62

28

29
H O 5.50E+03 260 8.62

30
H O 5.50E+03 595 8.62

31
H O 4.98E+01 595 8.62

32

33
H O 4.93E+03 331 .4 1 65

Fluid Mass flow (kg/hr) T emperature ( 0 C) Pressure (bar)

H O 4.95E+04 260 8.62

H O 4.93E+03 328 1 26

SKALA

: 1:1

DIGAMBAR : KELOMPOK 1 DITERIMA :

SATUAN : mm TANGGAL : 23 OKT 2007

DIPERIKSA :

TK-FTUI

PFD SOLAR POWER PLANT

01

A3

C. Keandalan dan ketersediaan peralatan beserta suku cadangnya Tujuan pertama dari sistem operasi pembangkitan tenaga listrik adalah memastikan kehandalan, yang berarti pasokan listrik terus menerus dalam range (rentang) variasi tegangan dan frekuensi yang diperbolehkan serta memastikan peralatan beroperasi secara lancar sesuai fungsinya dan tanpa kendala/failure. Keandalan Peralatan juga didukung oleh Unit Maintenance Requirements, yaitu pemeliharaan unit pembangkitan dimana unit/ peralatan tersebut berhenti beroperasi selama kurun waktu tertentu yang terjadwal. Tujuannya adalah untuk mengurangi resiko ketidaktepatan kapasitas dalam 1 tahun, sehingga peralatan dapat berfungsi dengan baik dalam system operasi dan produksi sehingga tidak mengganggu atau mengurangi kapasitas produk yang dihasilkan. Selanjutnya terdapat Dialy Operating Reserve, yaitu keterkaitan antara operator harian pada sistem peralatan usaha pembangkitan (PLTS) dengan cadangan yang ada (available reserve). Tujuannya untuk mengetahui ketersedian suku cadang pada saat akan dibutuhkan untuk peralatan pada system operasi. Cadangan peralatan (suku cadang) sangat dibutuhkan bilamana terjadi failure pada peralatan yang bias berdampak pada produksi, system operasi perlatan, serta output dan kapasitas yang dihasilkan. Namun pada PLTS di NTT, sekitar 60 persen dari komponen PLTS yaitu berupa sel surya masih diimpor, sementara modul suryanya sulit diperoleh akibat besarnya daya serap pasar Eropa. Negara-negara yang telah memproduksi sel surya antara lain Jepang, AS, dan Jerman, sedangkan Malaysia dan Singapura sudah mulai membangun pabriknya. Indonesia bisa saja membuat pabriknya, tapi investasinya sangat besar. Investasi pabrikasi dari material mentah sampai menjadi modulnya membutuhkan investasi 12-15 juta dolar AS untuk kapasitas 5MWpeak per tahun, sedangkan pabrikasi sel surya dari pemurnian pasir silika butuh 20 juta dollar AS dengan skala keekonomian pada kapasitas produksi 20-30MWp per tahun.

D. Pertimbangan kapasitas plant yang akan dibangun, keadaan lokasi, dan jenis teknologi yang akan diaplikasikan Dalam melakukan pemilihan peralatan, ada hal yang tidak boleh dilupakan yaitu membuat suatu perkiraan yang meliputi kapasitas yang akan dibangun, keadaan lokasi, dan teknologi yang akan dihasilkan. 1. Pertimbangan Kapasitas Plant yang Akan Dibangun Untuk menentukan peralatan yang akan dipakai, kita terlebih dulu harus mengetahui berapa kapasitas listrik yang akan kita hasilkan. Semakin besar kapasitas yang dihasilkan maka membutuhkan alat dengan spesifikasi yang lebih tinggi. Untuk menentukan besarnya kapasitas pembangkit listrik yang akan dibangun di wilayah

NTT, maka kita harus mengestimasi besarnya permintaan listrik dari tahun 2011 (pembangkit listrik mulai beroperasi) sampai 2031 (dengan asumsi umur pabrik 20 tahun). Untuk mengetahui besarnya permintaan listrik di provinsi NTT, maka beberapa hal yang harus diketahui ialah pendapatan kotor daerah, besarnya permintaan listrik tahun sebelumnya dan elastisitas. Kemudian kami melakukan kalkulasi dengan asumsi pertumbuhan ekonomi 5,58% dan elastisitas dari tahun 2005-2030 sebesar 1.5 sehingga diperkirakan permintaan listrik di NTT pada 2030 sebesar 225,15 MW. Diketahui besarnya kapasitas terpasang pembangkit listrik yang tersedia di wilayah NTT ialah 128 MW dengan daya mampu 74 MW . Dan PLN sendiri mencanangkan untuk membangun pembangkit listrik sebesar 137 MW sehingga dapat disimpulkan daerah NTT masih memmbutuhkan 15,41 MW. Besarnya daya tersebut merupakan kebutuhan untuk seluruh wilayah NTT. Sehingga untuk mencegah kelebihan kapasitas dan lebih memudahkan pemasaran, maka total kapasitas pembangkit listrik ialah sekitar 65% dari permintaan atau dengan kata lain besarnya pembangkit listrik tenaga matahari yang akan dibangun ialah sekitar 10 MW.

2. Pertimbangan Keadaan Lokasi Faktor kedua yang mempengaruhi pemilihan alat adalah keadaan lokasi. Dimana lokasi yang dipilih disini yaitu daerah Walngapu, Sumba Timur, provinsi Nusa Tenggara Timur. Suhu udara di NTT rata-rata 27,6C, suhu maksimum 29C dan minimum 26,1C. Wilayah ini beriklim tropis kering, yang dipengaruhi oleh angin muson. Musim hujan berlangsung 4 bulan (Desember - Maret) sedangkan musim panas mencapai 8 bulan (April - Nopember). Pada musim hujan, curah hujan tertinggi terjadi di wilayah Flores bagian Barat, pulau Sumba bagian Barat dan pulau Timor bagian Tengah (2000 - 3000 mm/tahun). Sedangkan curah hujan terendah di wilayah Timor, pulau Flores dan Sumba serta Alor (1.500 mm/tahun). Secara morfologi, sebagian besar (75%) wilayah daratan merupakan daerah yang bergunung dan berbukit dengan derajat kemiringan mencapai 45% dibarengi dengan permukaan tanah yang kritis dan gundul sehingga peka terhadap erosi, namun terdapat juga beberapa wilayah yang merupakan hamparan daratan rendah yang cukup luas dan subur. Suhu udara berkisar 24 - 34 derajat Celsius, dengan kelembaban udara (nisbi) rata-rata 45 - 76% RH. Kelembaban tertinggi dapat mencapai 81% RH (Januari) dan terendah 69% RH (Juli - Agustus). Penyinaran matahari tertinggi (98%) diperoleh pada bulan Oktober dan terendah (50%) pada bulan Januari. Dari data yang didapatkan Indonesia Energy Outlook & Statistic (2006), daerah tersebut merupakan daerah yang sesuai untuk membangun pembangkit listrik tenaga matahari karena radiasi matahari yang diukur pada tahun 1991-1994 ialah 5,75 kWh/m2. Dari karakteristik alam tersebut kita menentukan akan memakai teknologi

Concentrating Solar Power (CSP) karena teknologi tersebut sangat cocok dengan karakteristik NTT yang cenderung berbukit dan intensitas penyinaran matahari yang cukup tinggi. 3. Pertimbangan Jenis Teknologi yang Akan Diaplikasikan Faktor yang terakhir yang mempengaruhi dalam pemilihan peralatan yang akan dipakai yaitu jenis teknologi yang akan digunakan. Berbeda teknologi berbeda juga prosesnya sehingga alatnya pun harus disesuaikan. Mengingat teknologi yang akan diaplikasikan dalam pembangkit listrik nanti adalah Concentrating Solar Power (CSP) dimana metode ini menggunakan radiasi sinar matahari yang dikonversi menjadi panas yang selanjutnya akan digunakan pada suatu siklus termodinamika untuk menghasilkan kerja dan listrik. Sistem ini menggunakan cermin dan lensa yang disebut heliostat untuk memfokuskan sinar matahari ke penerima panas (receiver). Receiver akan mengumpulkan sinar matahari pada suatu fluida kerja berupa lelehan garam yang terus mengalir pada receiver. Panas yang terdapat pada lelehan garam tersebut kemudian digunakan untuk menghasilkan steam yang akan digunakan untuk menghasilkan listrik. Dengan menggunakan lelahan garam maka efisiensi penyimpanan panas relatif tinggi sehingga dapat menyimpan panas beberapa jam sampai beberapa hari sebelum digunakan untuk membangkitkan listrik. Dengan kata lain, sistem ini terdiri dari 5 komponen utama yaitu heliostat, receiver, penukar panas, penyimpan panas dan kontrol. Proses secara keseluruhan dari mulai penangkapan sinar matahari sampai dihasilkan listrik dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Sinar matahari ditangkap oleh heliostat untuk kemudian dipantulkan ke receiver yang terletak di puncak menara (tower). b. Panas yang ditangkap kemudian digunakan untuk memanaskan garam nitrat. c. Garam nitrat panas kemudian digunakan untuk memanaskan steam sehingga didapatkan superheated steam. Air yang digunakan berasal dari air laut yang sudah melalui purifikasi terlebih dahulu. d. Garam nitrat yang sudah digunakan untuk memanaskan air memiliki suhu yang lebih rendah atau disebut juga garam nitrat dingin. Garam nitrat dingin ini kemudian dipanaskan kembali dengan menggunakan panas matahari dari receiver. e. Superheated steam kemudian digunakan untuk menggerakkan turbin uap dimana turbin uap kemudian digunakan untuk menggerakan generator. f. Generator kemudian menghasilkan listrik.

g. Steam yang telah terekspansi dengan menggerakkan turbin kemudian di evaporasi dan dipompa kembali sehingga membentuk suatu siklus Renkine untuk kemudian steam dipanaskan kembali dengan menggunakan garam nitrat panas. h. Sebagian kecil steam yang terbentuk digunakan untuk memanaskan air pada tahap awal.

Gambar 5. 1. BPF Pembangkit Listrik Tenaga Matahari

You might also like