You are on page 1of 9

ANGKA HARAPAN HIDUP SEBAGAI INDIKATOR DERAJAT KESEHATAN DI

INDONESIA

Oleh :
RATNA SARI DEWI ( 100810374 / IKM B 2008)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS AIRLANGGA
2010

I
PENDAHULUAN
Kesehatan merupakan suatu hal yang menjadi komponen terpenting dalam kehidupan
manusia. Bagi suatu negara, terutama di Indonesia pembangunan dalam hal kesehatan bahkan
menjadi salah satu prioritas utama karena berdampak langsung terhadap kualitas penduduk.
Berbagai program pun dirancang untuk menghasilkan status kesehatan yang berkualitas bagi
masyarakat dan tentunya memerlukan panduan tertentu sehingga program-program tersebut
dapat berjalan dengan baik dan tepat sasaran. Salah satu panduan yang dapat digunakan
adalah indikator, sebuah variabel yang dapat membantu mengukur perubahan ataupun juga
sebagai patokan untuk mengetahui adanya perubahan. Secara ilmiah dikatakan bahwa
indikator haruslah valid, obyektif, sensitif dan spesifik. Valid berarti secara nyata mengukur
sesuatu yang seharusnya diukur, obyektif artinya hasil pengukuranya akan sama bila
dilakukan oleh orang lain dalam keadaan yang sama, sensitif artinya dapat secara tajam
membedakan atau melihat terjadinya perubahan suatu keadaan dan spesifik artinya
merefelksikan perubahan dalam situasi yang berkaitan.
Angka harapan hidup merupakan salah satu indikator derajat kesehatan yang
digunakan sebagai acuan dalam perencanaan program-program kesehatan. Derajat kesehatan
itu sendiri meliputi indikator mortalitas (Angka Kematian Bayi, Angka Kematian Balita,
Angka Kematian Ibu dan Angka Harapan Hidup ) morbiditas, dan status gizi. Menurut
ketentuan WHO 1981, untuk mencapai health for all by the year 2000 adalah dengan
mencapai angka kematian bayi maximum 50 per 1000 bayi lahir hidup dan angka harapan
hidup waktu lahir minimal adalah 60 tahun atau lebih. Namun, hal ini bukanlah suatu target,
tetapi lebih kepada ukuran yang ingin dicapai sebagai patokan.
II

PEMBAHASAN
Keberhasilan program kesehatan dan program pembangunan sosial ekonomi pada
umumnya dapat dilihat dari peningkatan usia harapan hidup penduduk dari suatu negara.
Meningkatnya perawatan kesehatan melalui Puskesmas, meningkatnya daya beli masyarakat
akan meningkatkan akses terhadap pelayanan kesehatan, mampu memenuhi kebutuhan gizi
dan kalori, mampu mempunyai pendidikan yang lebih baik sehingga memperoleh pekerjaan
dengan penghasilan yang memadai, yang pada gilirannya akan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat dan memperpanjang usia harapan hidupnya.
Angka Harapan Hidup ( Life Expectancy Rate ) merupakan lama hidup manusia di
dunia. Angka harapan hidup pada suatu umur x adalah rata-rata tahun hidup yang masih akan
dijalani oleh seseorang yang telah berhasil mencapai umur x, pada suatu tahun tertentu,
dalam

situasi

mortalitas

yang

berlaku

di

lingkungan

masyarakatnya.

Sedangkan, angka harapan hidup saat lahir adalah rata rata hidup yang akan dijalani oleh
bayi yang baru lahir pada tahun tertentu.
Angka harapan hidup dihitung berdasarkan Angka Kematian Menurut Umur (Age
Specific Death Rate / ASDR) yang datanya diperoleh dari catatan registrasi kematian secara
bertahun-tahun sehingga dimungkinkan dibuat Tabel Kematian. Tetapi karena sistem
registrasi penduduk di Indonesia belum berjalan dengan baik maka untuk menghitung Angka
Harapan Hidup digunakan cara tidak langsung dengan program Mortpak Lite.
Angka harapan hidup penduduk Indonesia sejatinya telah mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun. Hal ini dapat dilihat dari angka harapan hidup penduduk Sulawesi Utara yang
juga terus meningkat sejalan dengan peningkatan angka harapan hidup penduduk Indonesia.
Umur harapan hidup (UHH) penduduk Indonesia dari tahun ke tahun terus mengalami
peningkatan yang bermakna terutama pada periode tahun 1980-1995. Estimasi UHH

penduduk Indonesia sebesar 52.41 pada tahun 1980 (Sensus Penduduk 1980) meningkat
menjadi 63,48 tahun pada tahun 1995 (Survey Penduduk Antar Sensus 1995), 67.97 tahun
pada tahun 2000, dan menjadi 69 tahun pada tahun 2005. UHH penduduk Sulawesi Utara
juga mengalami peningkatan, dari 64.96 tahun tahun 1997 menjadi 69 tahun pada tahun 2000
(Sensus Penduduk 2000) tahun 2004 meningkat lagi menjadi 71,0 tahun (BPS Sulawesi Utara
2004), dan tahun 2008 sebesar 72,01 tahun, dengan posisi lebih tinggi dari angka nasional
yang 68.5 tahun (BPS Sulawesi Utara 2009).

Dari data diatas, dapat diketahui bahwa angka harapan hidup penduduk Sulawesi
Utara terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, sejalan dengan peningkatan angka
harapan hidup nasional, bahkan pernah posisinya berada diatas angka harapan hidup nasional.
Hal ini terjadi pada tahun 2008, angka harapan hidup penduduk Sulawesi Utara sebesar 72,01
tahun lebih tinggi dari angka harapan hidup nasional sebesar 68.5 tahun (BPS Sulawesi Utara
2009).
Kecenderungan peningkatan angka harapan hidup penduduk Sulawesi Utara tersebut
menunjukkan telah terjadinya peningkatan peningkatan kemampuan penduduk dalam

memperbaiki kualitas hidup dan lingkungannya. Peningkatan kualitas hidup akan sebanding
dengan peningkatan status sosial ekonomi keluarga. Sedangkan kualitas lingkungan, biasanya
berkaitan dengan kesadaran masyarakat untuk hidup dalam lingkungan fisik yang lebih baik.
Disamping itu, angka harapan hidup juga berhubungan dengan angka kematian bayi.
Semakin rendah angka kematian bayi maka angka harapan hidupnya semakin tinggi. Dengan
demikian, menurunkan angka kematian bayi adalah sesuatu yang mutlak untuk meningkatkan
angka harapan hidup (Wijono, Djoko 2006). Selain itu, bayi merupakan kelompok umur yang
paling peka terhadap aspek-aspek kesehatan karena sistem pertahanan tubuh yang belum
sempurna menyebabkan bayi mudah terkena penyakit terutama infeksi. Oleh karena itu angka
kematian bayi berkaitan dengan angka harapan hidup sebagai indikator mengukur derajad
kesehatan masyarakat dan perkembangan sosial masyarakat karena di dalamnya tampak
aspek gizi, kesehatan masyarakat dan keadaan lingkungan.
Akan tetapi, hal sebaliknya terjadi di Nusa Tenggara Barat (NTB), yang hingga kini
angka harapan hidup penduduknya masih berada di bawah rata-rata nasional. Angka harapan
hidup masyarakat NTB masih berada pada 59,8 tahun, di bawah angka harapan hidup
nasional yang sebesar 68,5 tahun (BPS Nusa Tenggara Barat 2009). Penduduk miskin di
NTB pun tercatat 24,94 persen atau sekitar 1,03 jiwa dari jumlah penduduk NTB 4,5 juta jiwa
sehingga NTB berada pada urutan 32 dari 33 propinsi di Indonesia. Hal ini mengindikasikan
bahwa kesehjahteraan penduduk yang rendah terimplikasi pada angka harapan hidup yang
rendah pula. Sebenarnya, rendahnya angka kesehjahteraan penduduk NTB yang rendah
diikuti dengan angka harapan hidup yang rendah pula ini patut menjadi pertanyaan. Seperti
yang telah diketahui, NTB terkenal dengan berbagai kekayaan alamnya yang melimpah
sehingga bisa dimanfaatkan oleh penduduk sekitar dalam memenuhi kebutuhannya. Ternyata,
yang menjadi masalah disini adalah bahwa hampir semua kekayaan alam dikasai oleh pihak

asing dan penduduk disana tidak diberi kesempatan untuk mengelolanya secara langsung
sehingga kesehjahteraan penduduk NTB pun juga rendah.

III
KESIMPULAN

Angka Harapan Hidup ( Life Expectancy Rate ) merupakan lama hidup manusia di
dunia. Angka harapan hidup pada suatu umur x adalah rata-rata tahun hidup yang masih akan
dijalani oleh seseorang yang telah berhasil mencapai umur x, pada suatu tahun tertentu,
dalam situasi mortalitas yang berlaku di lingkungan masyarakatnya. Angka harapan hidup ini
merupakan salah satu indikator yang mencerminkan derajat kesehatan di suatu daerah
tertentu, khususnya di suatu negara. Angka harapan hidup juga berhubungan dengan angka
kematian bayi. Semakin rendah angka kematian bayi maka angka harapan hidupnya semakin
tinggi. Dengan demikian, menurunkan angka kematian bayi adalah sesuatu yang mutlak
untuk meningkatkan angka harapan hidup (Wijono, Djoko 2006)
Tingginya angka harapan hidup mencerminkan kesehjahteraan, kondisi lingkungan
dan kualitas hidup di suatu daerah yang pula, sebaliknya angka harapan hidup yang rendah
mencerminkan keadaan kesehjahteraan yang rendah pula. Selain itu, angka harapan hidup
juga digunakan sebagai acuan dalam menerapkan program-program pembangunan sehingga
program-program tersebut berhasil dan berdaya guna.
Berdasarkan data-data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik, angka harapan hidup
penduduk Indonesia secara keseluruhan telah mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dan
hal ini tecermin dari peningkatan angka harapan hidup penduduk di berbagai daerah di
Indonesia, seperti di Sulawesi Utara. Akan tetapi, masih ada juga beberapa daerah yang
angka harapan hidupnya rendan dan berada dibawah angka harapan hidup nasional, seperti di
Nusa Tenggara Barat. Oleh karena itu, perlu diadakan pemerataan pembangunan, dalam
segala segi agar terjadi peningkatan angka harapan hidup dan terciptanya kualitas hidup yang
baik.

DAFTAR PUSTAKA

Wijono, Djoko. 2006. Indikator Statistik Vital Kependudukan dan Kesehatan. CV.
Duta Prima Airlangga : Surabaya.

Bagoes Mantra, Ida. 2003. Demografi Umum. Pustaka Pelajar : Yogyakarta.


Dauz. 2009. Makalah Usia Harapan Hidup
http://d4uthabsi.typepad.com/blog/2010/01/makalah-usia-harapan-hidup--bab-i-pendahuluan---1-latar-belakang--indikator-status-kesehatan-wanita-dilihat-dari-usiahar.html
Diakses pada tanggal 31 Mei 2010
Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Utara. 2009. Umur Harapan Hidup Waktu Lahir.
http://www.sulut.go.id/diskes1/uhhwlahir.html
Diakses pada tanggal 31 Mei 2010
Dinas Kesehatan Nusa Tenggara Barat. 2008. Umur Harapan Hidup Sebagai
Indikator Derajat Kesehatan
http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache%3Al6qz-ap2kM0J
%3Adinkes.ntbprov.go.id%2Fdinkes%2Findex2.php%3Foption%3Disi%26do_pdf
%3D1%26id
%3D27+umur+harapan+hidup+sebagai+indikator+derajat+kesehatan&hl=id&gl=id
Diakses pada tanggal 31 Mei 2010

You might also like