You are on page 1of 92

Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan oleh energi panas atau bahan kimia

atau benda-benda fisik yang menghasilkan efek baik memanaskan atau mendinginkan. Luka bakar pada penatalaksanaan antara anak dan dewasa pada prinsipnya sama namun pada anak akibat luka bakar dapat menjadi lebih serius. Hal ini disebabkan anak memiliki lapisan kulit yang lebih tipis, lebih mudah untuk kehilangan cairan, lebih rentan untuk mengalami hipotermia (penurunan suhu tubuh akibat pendinginan). Luka bakar pada anak 65,7% disebabkan oleh air panas atau uap panas (scald). Mayoritas dari luka bakar pada anak-anak terjadi di rumah dan sebagian besar dapat dicegah. Dapur dan ruang makan merupakan daerah yang seringkali menjadi lokasi terjadinya luka bakar. Anak yang memegang oven, menarik taplak dimana di atasnya terdapat air panas, minuman panas atau makanan panas. Luka bakar dangkal dan ringan (superficial) dapat sembuh dengan cepat dan tidak menimbulkan jaringan parut. Namun apabila luka bakarnya dalam dan luas, maka penanganan memerlukan perawatan di fasilitas yang lengkap dan komplikasi semakin besar serta kecacatan dapat terjadi. Oleh karena itu, semua orang khususnya orangtua, harus meningkatkan pengetahuan mengenai luka bakar dan penanganannya, terutama pada anak-anak. Epidemiologi Di rumah sakit anak di Inggris, selama satu tahun, terdapat sekitar 50.000 pasien luka bakar dimana 6400 diantaranya masuk ke perawatan khusus luka bakar. Antara 19972002 terdapat 17.237 anak di bawah 5 tahun mendapat perawatan di gawat darurat di 100 rumah sakit di amerika. Klasifikasi luka bakar Penanganan luka bakar di luar rumah sakit dibagi menjadi dua. Yaitu fase akut dan fase lanjutan (follow up). Pada fase akut, ada 3 hal yang harus dilakukan. Pertama, menentukan apakah luka bakar perlu di rujuk ke rumah sakit atau tidak. Kedua, mengurangi rasa sakit dan ketiga, mencegah terjadinya infeksi dan perburukan serta mengusahakan penyembuhan. Pada fase lanjutan, penanganan ditujukan untuk rehabilitasi dan pencegahan kecacatan (kekakuan/kontraktur). Pada fase akut perlu pengetahuan untuk menetukan luas area luka bakar, kedalaman luka bakar karena dua faktor ini yang secara dominan menentukan perlu tidaknya perawatan rujukan di fasilitas yang lebih lengkap. Rujukan ke fasilitas lebih lengkap juga dipengaruhi lokasi luka bakar, usia pasien, dan kondisi yang menyertai luka bakar. Dalamnya luka bakar

Dalamnya luka bakar dilihat dari dalamnya jaringan kulit yang terkena pegaruh luka bakar. Hal ini dapat dilihat dari akibat yang ditimbulkan pada permukaan luka bakar. Untuk klasifikasi dalam luka bakar dan penilaiannya dapat dilihat pada tabel 1. Klasifikasi kedalaman luka bakar Luas daerah Selanjutnya dilakukan penilaian mengenai luas daerah yang terena (TBSA-total body surface area). Derah yang hanya mengalami eritema (kemerahan) tanpa adanya gelembung cairan (blister) tidak termasuk dalam penghitungan. Untuk menilai luas luka bakar dapat digunakan metode Lund-Browder. Metode ini berlaku untuk semua usia dan merupakan metode yang akurat untuk diterapkan pada anak-anak. Metode rules of nine merupakan metode yang sesuai untuk dewasa dan dapat dipakai untuk melakukan penilaian cepat pada anak-anak. Metode Lund-Browder dapat dilihat pada tabel 2. Penilaian luas area tubuh menurut Lund-Browder. Rujukan Keadaaan dimana luka bakar perlu untuk durujuk : Luka bakar Partial thickness (superficial) dengan luas daerah >10%, kecuali luka bakar yang sangat superfisial Semua luka bakar full thickness, kecuali daerah yang sangat kecil Semua luka bakar yang mengenai wajah, mata, telapak tangan, telapak kaki, genitalia, perineum (sekitar anus) sekalipun daerah luka bakar kurang dari 5-10% Luka bakar yang melingkar Luka bakar oleh cairan kimia Luka bakar akibat aliran listrik (termasuk petir), disebabkan kerusakan jaringan dalam tubuh dapat terjadi akibat aliran listrik yang masuk ke dalam tubuh Luka bakar yang mencederai saluran napas Luka bakar pada usia kurang dari 12 bulan Luka bakar kecil pada pasien dengan permasalahan sosial, termasuk pada anak yang berisiko tinggi Tipe luka bakar untuk derajat beratnya dan indikasi rawat inap di rumah sakit dapat dilihat pada tabel 3. Derajat Berat Luka Bakar dan Kriteria Rawat. Tatalaksana Secara sistematik dapat dilakukan 6c : clothing, cooling, cleaning, chemoprophylaxis, covering and comforting (contoh pengurang nyeri). Untuk pertolongan pertama dapat dilakukan langkah clothing dan cooling, baru selanjutnya dilakukan pada fasilitas kesehatan

Clothing : singkirkan semua pakaian yang panas atau terbakar. Bahan pakaian yang menempel dan tak dapat dilepaskan maka dibiarkan untuk sampai pada fase cleaning.

Cooling : Dinginkan daerah yang terkena luka bakar dengan menggunakan air mengalir selama 20 menit, hindari hipotermia (penurunan suhu di bawah normal, terutama pada anak dan orang tua). Cara ini efektif samapai dengan 3 jam setelah kejadian luka bakar Kompres dengan air dingin (air sering diganti agar efektif tetap memberikan rasa dingin) sebagai analgesia (penghilang rasa nyeri) untuk luka yang terlokalisasi Jangan pergunakan es karena es menyebabkan pembuluh darah mengkerut (vasokonstriksi) sehingga justru akan memperberat derajat luka dan risiko hipotermia Untuk luka bakar karena zat kimia dan luka bakar di daerah mata, siram dengan air mengalir yang banyak selama 15 menit atau lebih. Bila penyebab luka bakar berupa bubuk, maka singkirkan terlebih dahulu dari kulit baru disiram air yang mengalir.

Cleaning : pembersihan dilakukan dengan zat anastesi untuk mengurangi rasa sakit. Dengan membuang jaringan yang sudah mati, proses penyembuhan akan lebih cepat dan risiko infeksi berkurang.

Chemoprophylaxis : pemberian anti tetanus, dapat diberikan pada luka yang lebih dalam dari superficial partial- thickness (dapat dilihat pada tabel 4 jadwal pemberian antitetanus). Pemberian krim silver sulvadiazin untuk penanganan infeksi, dapat diberikan kecuali pada luka bakar superfisial. Tidak boleh diberikan pada wajah, riwayat alergi sulfa, perempuan hamil, bayi baru lahir, ibu menyususi dengan bayi kurang dari 2 bulan

Covering : penutupan luka bakar dengan kassa. Dilakukan sesuai dengan derajat luka bakar. Luka bakar superfisial tidak perlu ditutup dengan kasa atau bahan lainnya. Pembalutan luka (yang dilakukan setelah pendinginan) bertujuan untuk mengurangi pengeluaran panas yang terjadi akibat hilangnya lapisan kulit akibat luka bakar. Jangan berikan mentega, minyak, oli atau larutan lainnya, menghambat penyembuhan dan meningkatkan risiko infeksi.

Comforting : dapat dilakukan pemberian pengurang rasa nyeri.

Dapat diberikan penghilang nyeri berupa : Paracetamol dan codein (PO-per oral)- 20-30mg/kg Morphine (IV-intra vena) 0,1mg/kg diberikan dengan dosis titrasi bolus Morphine (I.M-intramuskular) 0,2mg/kg

Selanjutnya pertolongan diarahkan untuk mengawasi tanda-tana bahaya dari ABC (airway, breathing, Circulation) Airway and breathing Perhatikan adanya stridor (mengorok), suara serak, dahak berwana jelaga (black sputum), gagal napas, bulu hidung yang terbakar, bengkak pada wajah. Luka bakar pada daerah orofaring dan leher membutuhkan tatalaksana intubasi (pemasangan pipa

saluran napas ke dalam trakea/batang tenggorok) untuk menjaga jalan napas yang adekuat/tetap terbuka. Intubasi dilakukan di fasilitas kesehatan yang lengkap. Circulation Penilaian terhadap keadaan cairan harus dilakukan. Pastikan luas luka bakar untuk perhitungan pemberian cairan. Pemberian cairan intravena (melalui infus) diberikan bila luas luka bakar >10%. Bila kurang dari itu dapat diberikan cairan melalui mulut. Cairan merupakan komponen penting karena pada luka bakar terjadi kehilangan cairan baik melalui penguapan karena kulit yang berfungsi sebagai proteksi sudah rusak dan mekanisme dimana terjadi perembesan cairan dari pembuluh darah ke jaringan sekitar pembuluh darah yang mengakibatkan timbulnya pembengkakan (edema). Bila hal ini terjadi dalam jumlah yang banyak dan tidak tergantikan maka volume cairan dalam pembuluh darah dapat berkurang dan mengakibatkan kekurangan cairan yang berat dan mengganggu fungsi organ-organ tubuh. Cairan infus yang diberikan adalah cairan kristaloid (ringer laktat, NaCl 0,9%/normal Saline). Kristaloid dengan dekstrosa (gula) di dalamnya dipertimbangkan untuk diberikan pada bayi dengan luka bakar. Jumlah cairan yang diberikan berdasarkan formula dari Parkland : 3-4 cc x berat badan (kg) x %TBSA + cairan rumatan (maintenance per 24 jam). Cairan rumatan adalah 4cc/kgBB dalam 10 kg pertama, 2cc/kgBB dalam 10 kg ke 2 (11-20kg) dan 1cc/kgBB untuk tiap kg diatas 20 kg. Cairan formula parkland (3-4ccx kgBB x %TBSA) diberikan setengahnya dalam 8 jam pertama dan setengah sisanya dalam 16 jam berikutnya. Pengawasan kecukupan cairan yang diberikan dapat dilihat dari produksi urin yaitu 1cc/kgBB/jam. Tatalaksana luka bakar minor Pemberian pengurang rasa nyeri harus adekuat. Pada anak-anak dapat membutuhkan morfin sebelum penilaian luka bakar dan pembalutan awal. Pada luka bakar mengenai anggota gerak atas disarankan imobilisasi denga balut dan bidai Pemeriksaan status tetanus pasien Pembalutan tertutup disarankan untuk luka bakar partial thickness. Cairan yang keluar dari luka bakar menentukan frekuensi penggantian balutan Gelembung cairan (blister) memiliki fungsi untuk proteksi dan mengurangi rasa sakit bila tetap dibiarkan utuh selama beberapa hari. Jika gelembung cairan kecil, tidak berada di dekat sendi dan tidak menghalangi pembalutan maka dapat tidak perlu dipecahkan. Gelembung cairan yang besar dan yang meliputi daerah persendian harus dipecah dan dibersihkan. Gelembung cairan yang berubah menjadi opak/keruh setelah beberapa hari menandakan proses infeksi sehingga perlu untuk dibuka dan dibalut. Luka bakar superfisial / dangkal<

Dapat dibiarkan terbuka. Pada bayi yang menunjukakan kecenderungan terbentuknya gelembung cairan atau penggarukan dapat dittup perban untuk proteksi. Luka bakar sebagian (partial thicknes) Dilakukan pembersihan luka dan sekelilingnya dengan salin (larutan yang mengandung garam-steril). Jika luka kotor dapat dibersihkan dengan clorhexidine 0,1% lalu dengan salin. Luka bakar superfisial partial thickness dapat ditutup dengan kasa yang tidak menempel lalu dibalut atau di plester Luka bakar deep partial thickness dilakukan penutupan dengan kasa yang tidak lengket dan diberikan antimikroba krim silverdiazin Follow up Bila luka bakar dangkal tidak menyembuh dalam 7-10 hari, atau menunjukkan tandatanda terinfeksi atau ternyata lebih dalam maka rujukan sebaiknya dilakukan. Kemungkinan timbulnya jaringan parut yang berlebihan (scar hipertrofik) harus dipikirkan apabila dalam waktu 3 minggu luka bakar belum juga menyembuh. Luka bakar mayor Airway and breathing (jalan napas dan pernapasan) Apabila ada tanda-tanda luka bakar pada saluran napas atau cedera pada paru-paru maka intubasi dilakukan secepatnya sebelum pembengkakan pad jalna napas terjadi. Cairan Jika luas area luka bakar >10% maka lakukan resusitasi cairan dan lakukan penghitungan cairan dari saat waktu kejadian luka bakar. Pasang kateter urin jika luka bakar>15% atau luka bakar daerah perineum NGT-pipa nasogastrik dipasang jika luka bakar>10% berupa deep partial thickness atau full thickness, dan mulai untuk pemberian makanan antara 6-18 jam Pemberian anti tetanus diperlukan pada luka-luka sebagai berikut : Disertai patah tulang Luka yang menembus ke dalam Luka dengan kontaminasi benda asing (terutama serpihan kayu) Luka dengan komplikasi infeksi Luka dengan kerusakan jaringan yang besar (contoh luka bakar) Luka dengan kontaminasi tanah, debu atau produk cairan atau kotoran kuda Implantasi ulang dari gigi yang tanggal.

Pemberian anti tetanus dapat dilihat pada tabel 4. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan pada luka bakar mayor. Hal ini untuk menunjang tatalaksana, mengingat luka bakar mayor dapat menyebabkan kerusakan yang lebih berat dan gangguan keseimbangan metabolisme tubuh yang berat. Hal ini harus dikenali sehingga bisa diatasi secepat mungkin.Pemeriksaan yang dapat dilakukan :Hemoglobin, hematokrit, elektrolit, gula darah, golongan darah, kadar COHb dan kadar sianida (pada luka bakar akiibat kebakaran di ruangan). Pencegahan luka bakar Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah erjadinya luka bakar bagi anak-anak di rumah : I. dapur Jauhkan anak-anak dari oven dan pemanggang. Ciptakan zona larangan di sekitarnya untuk anak-anak jauhkan makanan dan minuman panas dari jangkauan anak-anak. Jangan pernah membawa makanan panas dan minuman panas dengan satu tangan dengan ketika ada anak-anak di sekitar anda jangan masukkan botol susu anank ke dalam mikrowave; dapat menimbulkan daerah yang panas cicipi setiap makanan yang akan dihidangkan singkirkan taplak meja menjuntai ketika di rumah ada anak yang seang belajar merangkak jauhkan dan simpan bahan kimia (pemutih, amonia) yang dapat menyebabkan luka bakar kimia. simpan korek api, lilin jauh dari jangkauan. Jangan pernah biarkan lilin menyala tanpa pengawasan. Beli alat-alat listrik dengan kabel yang pendek dan tidak mudah lepas atau menggantung. II. Kamar mandi Jauhkan blow dryer, curling irons dari jangkauan anak Pastikan termostat pemanas air pada suhu 120F (48,8C) atau lebih rendah. Umumnya air panas untuk anak sebaiknya suhunya tidak lebih dari 100F (37,7C). Jangan biarkan anak bermain degan keran atau shower. III. Di setiap ruangan Tutup setiap tempat yang dapat dipakai untuk menusukkan kabel listrik Jauhkan anak dari pemanas ruangan, radiator, tempat yang berapi Pasang detektor asap dan periksa baterai minimal satu tahun/kali

Tabel 1.klasifikasi kedalaman luka bakar

karakteristik Penampakan luar Kering dan merah; memucat dengan penekanan Gelembung berisi cairan, berkeringat, merah; memucat dengan penekanan Gelembung berisi cairan (rapuh); basah atau kering berminyak, berwarna dari putih sampai merah; tidak memucat dengan penekanan Putih berminyak sampai abuabu dan kehitaman; kering dan tidak elastis; tidak memucat dengan penekanan Waktu penyembuhan

klasifikasi

penyebab

Sensasi

Jarungan parut

Luka bakar dangkal (superficial

burn)
Luka bakar sebagian dangkal (superficial

Sinar UV, paparan nyala api

nyeri

3 6 hari

Tidak terjadi jaringan parut Umumnya tidak terjadi jaringan parut; potensial untuk perubahan pigmen

partialthickness burn)

Cairan atau uap panas (tumpahan atau percikan), paparan nyala api

Nyeri bila terpapar udara dan panas

7-20 hari

Luka bakar sebagian dalam (deep

partialthickness burn)

Cairan atau uap panas (tumpahan), api, minyak panas

Terasa dengan penekanan saja

>21 hari

Hipertrofi, berisiko untuk kontraktur (kekakuan akibat jaringan parut yang berlebih)

Luka bakar seluruh lapisan (full thickness

burn)

Cairan atau uap panas, api, minyak, bahan kimia, listrik tegangan tinggi

Terasa hanya dengan penekanan yang kuat

Tidak dapat sembuh (jika luka bakar mengenai >2% dari TBSA)

Risiko sangat tinggi untuk terjadi kontraktur

Tabel 2. Penilaian luas area tubuh menurut Lund-Browder Lahir-1 14 59 10 14 Area tahun tahun tahun tahun Kepala 19 17 13 11

15 tahun 9

dewasa 7

2nd* 3rd* TBSA

Leher Badan bagian depan Badan bagian belakang Pantat kanan Pantat kiri Genitalia (kemaluan) Lengan kanan atas lengan kiri atas Lengan bawah kanan Lengan bawah kiri Tangan kanan (telapak tangan depan dan punggung tangan) Tangan kiri (telapak tangan dan punggung tangan) Paha kanan Paha kiri Betis kanan Betis kiri Kaki kanan (bagian tumit sampai telapak kaki) Kaki kiri

2 13 13 2.5 2.5 1 4 4 3 3

2 13 13 2.5 2.5 1 4 4 3 3

2 13 13 2.5 2.5 1 4 4 3 3

2 13 13 2.5 2.5 1 4 4 3 3

2 13 13 2.5 2.5 1 4 4 3 3

2 13 13 2.5 2.5 1 4 4 3 3

2.5

2.5

2.5

2.5

2.5

2.5

2.5 5.5 5.5 5 5

2.5 6.5 6.5 5 5

2.5 8 8 5.5 5.5

2.5 8.5 8.5 6 6

2.5 9 9 6.5 6.5

2.5 9.5 9.5 7 7

3.5 3.5

3.5 3.5

3.5 3.5

3.5 3.5

3.5 3.5

3.5 3.5 Total:

*derajat dua saat ini merupakan luka bakar sebagian baik dangkal maupun dalam; derajat 3 sebagai luka bakar seluruh lapisan (full-thickness) Tabel 3. Derajat berat Luka Bakar dan Kriteria Rawat Tipe luka bakar Minor / ringan <10% TBSA pada dewasa Moderate / sedang 10-20% TBSA pada dewasa Major / berat >20% TBSA pada dewasa

kriteria

<5% TBSA pada pasien muda dan tua* <2% luka bakar seluruh lapisan

5-10% TBSA pada pasien muda dan tua* 2-5% luka bakar seluruh lapisan luka listrik tegangan tinggi Tersangka cedera luka bakar saluran napas Luka bakar melingkar Penyakit penyerta yang meningkatkan kemungkinan terkena infeksi (cth.Diabetes)

>10% TBSA pada pasien muda dan tua* >5% luka bakar seluruh lapisan luka listrik tegangan tinggi Diketahui luka bakar saluran napas. Luka bakar yang jelas pada wajah, mata, telinga, genitalia atau persendian. Luka bakar terkait dengan cedera lain yang berat (patah tulang, trauma berat) Rujuk ke unit spesialis luka bakar

Perawatan

Pasien rawat jalan

Perawatn rumah sakit

*pasien muda : lebih muda dari 10 tahun; dewasa : 10-50 tahun; tua : >50 tahun Tabel 4. Jadwal pemberian antitetanus Riwayat vaksinasi tetanus Tipe luka Boster tetanus vaksin Tetanus immunoglobulin

< 5 tahun semenjak dosis terakhir Semua luka

tidak

Tidak

Luka minor yang bersih tidak 5-10 tahun semenjak dosis terakhir Luka-luka lainnya 3 atau > 10 tahun semenjak dosis lebih terakhir Semua luka Ya

Tidak Tidak

Ya

Tidak

Luka minor yang bersih Ya < 3 dosis atau tidak pasti Gambar Luka-luka lainnya Ya

Tidak Ya

Gambar 1. luka bakar dangkal (superfisial) Pada daerah badan dan lengan kanan, luka bakar jenis ini biasanya memucat dengan penekanan

Gambar 2. luak bakar superficial partial thickness. Memucat dengan penekanan, biasanya berkeringat.

Gambar.3. Luka bakar deep partial thickness. Permukaan putih, tidak memucat dengan penekanan

Gamabr.4 luka bakar full thickness. Tidak terasa sakit, gambaran putih atau keabuabuan. Bahan bacaan : 1. Hansbrough JF, Hansbrough W. Pediatrics Burns. Pedriatics in Review. Vol 20;1999 2. Fenlon S, Nene S. Burns in children. Continuing Education in Anasthesia, Critical Care&Pain. British Journal of Anasthesia. 2007 3. Morgan ED, Bledsoe SC, Barker J. Ambulatory management of Burns. American association of family Physician, 2000. 4. Atkinson K. Burns : how to protect your child now. Parenting. 2001. 5. Hudspith J, Rayatt S. First aid and treatment of minor burns. ABC of Burns. BMJ 2004;328;1487-9. 6. Burns. Clinical practice Guidelines. Royal Children Hospital Melbourne. 2007 7. Holland AJA. Pediatric burns: the forgotten trauma of childhood. Canadian journal of Surgery;2006;4;272-7

a. Dalam dan Luas Luka Bakar Luka bakar dapat disebabkam oleh panas, arus listrik atau bahan kimia yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan-jaringan yang lebih dalam.

Dalam pengelolaan luka bakar perlu diketahui baik luas maupun dalanya luka bakar. Dalam luka bakar o Tingkat I Hanya mengenai epidermis o Tingkat II Dibagi menjadi: A. Superfisial, mengenai epidermis dan lapisan atas dari corium. Elemen-elemen epitelial yaitu dinding dari kelenjar keringat, lemak dan folikel rambut masih banyak. Karenanya penyembuhan/ epitelialisasi akan mudah dalam 1-2 minggu tanpa terbentuk cicatrix B. Dalam, sisa-sisa jaringan epitelial tinggal sedikit, penyembuhan lebih lama 3-4 minggu dan disertai pembentukan parut hipertropi. o Tingkat III Mengenai seluhur tebal kulit, tidakada lagi sisa elemen epitelial. Luka bakar yang lebih dalam dari kulit seperti sub kutan dan tulang dikelompokanjuga pada tingkat III. Luas Luka Bakar Wallce membagi tubuh atas bagian-bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan nama Rule of Nine. Pengelolaan Luka Bakar Prioritas pengelolaan penderita luka bakar secara umum perlu dierhatikan seperti pengelolaan penderita trauma pada umumnya yaitu, Airway, Breathing, dan Circulation. Terapi Cairan Orang dewasa dengan luka bakar tingkat II-III 20 % atau lebih sudah ada indikasi untuk pemberian infus karena kemungkinan timbulnya syok. Sedangkan pada orang tua dan anak-anak batasnya 15%. Formula yang dipakai untuk pemberian cairan adalah formula menurut Baxter. Formula Baxter terhitung dari saat kejadian maka (orang dewasa): 8 jam pertama (4cc x KgBB x % luas luka bakar) Ringer Laktat 16 jam berikutnya (4cc x KgBB x % luas luka bakar) Ringer Laktat ditambah 5001000cc koloid. Modifikasi Formula Baxter untuk anak-anak adalah: Replacement : 2cc/ KgBB/ % luas luka bakar Kebutuhan faali : Umur sampai 1 tahun 100cc/ KgBB Umur 1-5 tahun 75cc/ KgBB Umur 5-15 tahun 50cc/ Kg BB________+ Total Cairan Sesuai dengan anjiuran Moncrief maka 17/20 bagian dari total cairan diberikan dalam bentuk larutan Ringer Laktat dan 3/20 bagian diberikan dalam bentuk koloid. Ringer

lakatat dan koloid diberikan bersama dalam botol yang sama. Dalam 8 jam pertama diberikan jumlah total ciran dan dalam 16 jam berikutrnya diberikan jumlah total cairan. Formula tersebut hanyalah suatu pedoman, suatu estimasi yang kasar. Jangan sekalikali fanatik terhadap formula tersebut melainkan selalu dikoreksi melalui tandatanda klinis penderita dan laboratorium apakah cairan yang diberikan sudah memadai. Pengelolaan Nyeri Nyeri yang hebat dapat menyebabkan neurogenik syok yang terjadi pada jam-jam pertama setelah trauma. Morphin diberikan dalam dosis 0,05 mg/Kg (iv). Perawatan luka Perawatan pertama - Segera setelah terbakar, dinginkan luka dengan air dingin, yang terbaik dengan temperatur 20oC selama 15 menit - Luka bakar tingkat I tidak memerlukan pengobatan khusus, dibersihkan dan diberi analgetika saja. - Luka bakar tingkat II dan III, penderita dibersihkan seluruh tubuhnya, rambutnya dikeramasi, kuku-kuku dipotong, lalu lukanya dibilas dengan cairan yang mengandungdesinfektan seperti sabun cetrimid 0,5% (savlon) atau Kalium permanganat. Kulit-kulit yang mati dibuang, bullae dibuka karena kebanyakan cairan di dalamnya akan terinfeksi Perawatan Definitif - Perawatan tertutup Setelah luka bersih, ditutup dengan selapis kain steril berlubang-lubang (tulle) yang mengandung vaselin dengan atau tanpa antibiotika lalu dibebat tebal untuk mencegah evaporasi dan melindungi kulit dari trauma dan bakteri. Sendi-sendi ditempatkan pada posisi full extension. - Perawatan Terbuka Eksudat yang keluar dari luka beserta debris akan mengering akan menjadi lapisan eschar. Penyembuhan akan berlangsung dibawah eschar. Penderita dirawat di dalam ruangan isolasi. Setiap eschar yang pecah harus diberikan obat-obatan lokal dan dikontrol bila ada penumpukan pus dibawah eschar maka haru dilakukan pempukaan eschar (escharotomi). - Perawatan Semi terbuka Sama seperti perawatan terbuka tetapi diberikan juga obat-obatan lokal. Obat lokal berberntuk krim yang akan melunakkan eschar dan memudahkan perawatan untuk dibersihkan. Obat-obatan lokal

- Silver sulfadiazin krim 1% diberikan sehari sekali. Silver sulfadiazin bekerja sebagai bakterisida yang efektif terhadap kuman gram positif. Mandi - Badan penderita setiap 1-2 hari setelah resusitasi selesai harus dibersihkan dari kotoran yang melekat dengan memandikannya. Luka dibilas dengan cairan yang mengandung desinfektan (savlon 1:30 atau Kalium Permanganat 1:10.000). Escharotomi pada perawatan terbuka umumnya dikerjakan pada minggu kedua dengan cara eksisi memakai pisau, dermatom, elektro eksisi atau enzimatik (kolagenase). Skin Grafting - Skin grafting sangat penting untuk penderita untuk mempercepat penyembuhan, mengurangi kehilangan cairan. Antibiotika Sistemik - Bakteri yang berada pada luka umumnya gram positif dan hanya berkembang setempat, tetapi bakteri gram negatif seperti pseudomonas sangat invasif dan banyak menimbulkan sepsis. Karena banyaknya jaringan nekrotik pada luka bakar maka penetrasi antibiotika sistemik ke luka tidaklah meyakinkan. Oleh karena itu antibiotika sistemik digunakan bila timbul gejala sepsis. Macam antibiotika ditentukan dari kultur dari bagian yang terinfeksi, baik luka, darah maupun urine. - Antibiotika pilihan adalah cephalosporin generasi pertama (cefazolin, cephapirin dan cephalotin). Generasi ketiga khususnya ceftazidim mempunyai efektifitas besar terhadap pseudomonas. Nutrisi - Dukungan nutrisi yang baik sangat membantu penyembuhan luka bakar Komplikasi Luka Bakar - Fase Akut: syok, gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit - Fase Subakut: infeksi dan sepsis - Fase Lanjut: parut hipertropik Mortalitas Mortalitas pada luka bakar disebabkan oleh: - Syok karena kehilangan cairan - Gagal jantung karena Myocardial Depressing Factor - Sepsis - Gagal ginjal akut - Komplikasi lain seperti pneumonia

Perawatan dan Follow up Rehabilitasi Peletakan sendi harus dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan kontraktur Fisioterapi sangat diperlukan untuk mencegah kekakuan

http://bedahumum.wordpress.com/2008/12/06/perawatanluka-bakar/
Pertolongan pada Korban Keracunan
Pada umumnya, tata cara pertolongan akibat keracunan biasanya mengikuti satu pedoman umum, kecuali pada beberapa kasus keracunan khusus seperti sianida, yang memerlukan pertolongan secara khusus. Pedoman utama dalam memberikan pertolongan adalah dengan cara menghilangkan atau membuang bahan beracun dari korban. Umumnya pertolongan pertama yang diberikan kepada korban yang tidak sadar atau hampir pingsan adalah dengan menelungkupkannya dengan kepala menghadap ke samping dan lidah dikeluarkan untuk mencegah tersedak karena ludah. Jagalah korban agar tetap pada posisi berbaring dan tetap hangat suhu badannya, dan jika diperlukan berilah bantuan pernafasan buatan. Ingat : jangan memberi minuman beralkohol karena dapat mempercepat penyerapan beberapa jenis racun oleh tubuh. Dan terakhir segeralah meminta pertolongan dari petugas kesehatan. Secara khusus, perlakuan lanjutan yang harus dilakukan pada setiap jenis keracunan bahan kimia yang berbeda adalah sebagai berikut : 1. Keracunan melalui Mulut/Pencernaan Perlakuan yang dapat diberikan kepada korban adalah dengan memberikan air minum/susu sebanyak 2-4 gelas, Apabila korban pingsan jangan berikan sesuatu melalui mulut. Usahakan supaya muntah segera dengan memasukkan jari tangan ke pangkal lidah atau dengan memberikan air garam hangat (satu sendok makan garam dalam satu gelas air hangat). Ulangi sampai pemuntahan cairan jernih. Pemuntahan jangan dilakukan apabila tertelan minyak tanah, bensin, asam atau alkali kuat, atau apabila korban tidak sadar. Berilah antidote yang cocok, bila tidak diketahui bahan beracunnya, berilah satu sendok antidote umum dalam segelas air hangat umum. Bubuk antidote umum terbuat dari dua bagian arang aktif (roti yang gosong), satu bagian magnesium oksida (milk of magnesia), dan satu bagian asam tannat (teh kering). Jangan berikan minyak atau alkohol kecuali untuk racun tertentu. Berikut adalah beberapa alternatif obat yang dapat anda gunakan untuk pertolongan pertama terhadap korban keracunan bahan kimia :

Jenis Peracun

Pertolongan Pertama

Bila tertelan berilah bubur aluminium hidroksida atau milk Asam-asam korosif seperti asam sulfat (H2SO4), fluoroboric of magnesia diikuti dengan susu acid, hydrobromic acid 62%, hydrochloric acid 32%, hydrochloric atau putih telur yang dikocok acid fuming 37%, sulfur dioksida, dan lain-lain. Bila tertelan dengan air. berilah bubur aluminium hidroksida atau milk of magnesia diikuti Jangan diberi dengan karbonat dengan susu atau putih telur yang dikocok dengan air. atau soda kue. Bila tertelan berilah asam asetat encer (1%), cuka (1:4), asam sitrat (1%), atau air jeruk. Lanjutkan dengan memberi susu atau putih telur. Berikan antidote umum, susu, minum air kelapa, norit, suntikan BAL, atau putih telur. Minum air kelapa, susu, vegeta, norit, suntikan PAM Bila tertelan usahakan pemuntahan dan berikanmilk of magnesia.

Alkali (basa) seperti amonia (NH3), amonium hidroksida (NH4OH), Kalium hidroksida (KOH), Kalsium oksida (CaO), soda abu, dan lain-lain.

Kation Logam seperti Pb, Hg, Cd, Bi, Sn, dan lain-lain

Pestisida

Garam Arsen

2. Keracunan melalui Pernafasan Jika racun yang masuk dalam tubuh terhirup oleh saluran pernafasan, gunakan masker khusus atau kalau terpaksa sama sekali tidak ada, tahanlah nafas saat memberikan pertolongan di tempat beracun. Bawalah korban ke tempat yang berudara sesegera mungkin dan berikan pernafasan buatan secepatnya, apabila korban mengalami kesulitan bernafas. Lakukan hal tersebut berulangulang sampai petugas kesehatan datang. 3. Keracunan melalui Kulit Jika racun masuk ke dalam tubuh melalui kulit, jika memungkinkan tentukan lebih dulu jenis bahan kimia beracun yang masuk dan usahakan agar tidak tersentuh, siramlah bagian tubuh korban yang terkena bahan racun dengan air bersih paling sedikit 15 menit. Langkah selanjutnya, lepaskan pakaian yang dikenakan, berikut sepatu, perhiasan dan benda-benda lain yang terkena racun. Jangan mengoleskan minyak, mentega atau pasta natrium bikarbonat pada kulit yang terkena racun, kecuali diperintahkan oleh petugas kesehatan yang hadir di situ. 4. Keracunan melalui Mata Jika racun yang masuk ke dalam tubuh melalui selaput lendir di mata, segeralah melakukan pencucian pada kedua mata korban dengan air bersih dalam jumlah banyak (disini anda dapat mengunakan air hangat-hangat kuku). Buka kelopak mata atas dan bawah, tarik bulu matanya

supaya kelopak mata tidak menyentuh bola mata. Posisi ini memungkinkan masuknya air bersih dan dapat mencuci seluruh permukaan bola mata dan kelopaknya. Teruskan pekerjaan ini sampai paling sedikit 15 menit. Penutup Perlindungan diri terhadap bahaya kesehatan dari keracunan bahan-bahan kimia di Indonesia, sangat rendah sekali. Hal ini dimungkinkan karena laboratorium-laboratorium kimia di Indonesia sering mengabaikan standar minimal operasional terutama dalam ketidaksediaan lemari asam. Hal ini juga diperparah oleh para pengunanya yang lalai terhadap perlindungan diri. Banyak terjadi kasus keracunan bahan kimia yang disebabkan oleh kecerobohan dan ketidaktahuan para penguna mengenai potensi bahaya dari suatu bahan kimia. Untuk mencegah terjadinya keracunan selama bekerja di laboratorium, berikut adalah beberapa hal yang harus diperhatikan penguna : 1. Mempunyai pengetahuan akan bahaya dari setiap bahan kimia sebelum melakukan analisis. 2. Simpanlah semua bahan kimia pada wadahnya dalam keadaan tertutup dengan label yang sesuai dan peringatan bahayanya. 3. Jangan menyimpan bahan kimia berbahaya dalam wadah bekas makanan/minuman, gunakanlah botol reagen. 4. Jangan makan/minum atau merokok di laboratorium. 5. Gunakan lemari asam untuk bahan-bahan yang mudah menguap dan beracun. 6. Gunakan atau pakailah jas laboratorium selama bekerja di laboratorium. 7. Mengetahui hal-hal yang harus diperhatikan bila terjadi keracunan bahan kimia di laboratorium.

http://www.chem-istry.org/artikel_kimia/bagaimana_menolong_korban_keracunan_bahan_kimia/ MATA Menyebabkan iritasi bahkan dapat menyebabkan kebutaan KULIT Menyebabkan luka bakar dan dermatitis TERTELAN Menyebabkan luka bakar membrane mukosa di mulut, Esophagus dan mulut TERHIRUP Menyebabkan bronchitis kronis MATA

Bilas dengan air mengalir sekurang-kurangnya 15 menit

KULIT Cuci dengan air terkontaminasi. sebanyak-banyaknya. Segera lepaskan pakaian yang

TERTELAN Bila sadar, beri minum 1 2 gelas untuk pengenceran. Hindari pemanis buatan.

TERHIRUP Segera pindahkan korban ke tempat yang cukup udara, berikan pernafasan buatan atau oksigen korban segera bawa ke dokter.

Definisi Luka bakar (combustio/burn) adalah cedera (injuri) sebagai akibat kontak langsung atau terpapar dengan sumber-sumber panas (thermal), listrik (electrict), zat kimia (chemycal), atau radiasi (radiation) . Insiden Perawatan luka bakar mengalami perbaikan/kemajuan dalam dekade terakhir ini, yang mengakibatkan menurunnya angka kematian akibat luka bakar. Pusat-pusat perawatan luka bakar telah tersedia cukup baik, dengan anggota team yang menangani luka bakar terdiri dari berbagai disiplin yang saling bekerja sama untuk melakukan perawatan pada klien dan keluarganya. Di Amerika kurang lebih 2 juta penduduknya memerlukan pertolongan medik setiap tahunnya untuk injuri yang disebabkan karena luka bakar. 70.000 diantaranya dirawat di rumah sakit dengan injuri yang berat. Luka bakar merupakan penyebab kematian ketiga akibat kecelakaan pada semua kelompok umur. Laki-laki cenderung lebih sering mengalami luka bakar dari pada wanita, terutama pada orang tua atau lanjut usia ( diatas 70 th). Etiologi Luka bakar dikategorikan menurut mekanisme injurinya meliputi : Luka Bakar Termal Luka bakar thermal (panas) disebabkan oleh karena terpapar atau kontak dengan api, cairan panas atau objekobjek panas lainnya. Luka Bakar Kimia Luka bakar chemical (kimia) disebabkan oleh kontaknya jaringan kulit dengan asam atau basa kuat. Konsentrasi zat kimia, lamanya kontak dan banyaknya jaringan yang terpapar menentukan luasnya injuri karena zat kimia ini. Luka bakar kimia dapat terjadi misalnya karena kontak dengan zat-zat pembersih yang sering dipergunakan untuk keperluan rumah tangga dan berbagai zat kimia yang digunakan dalam bidang industri, pertanian dan militer. Lebih dari 25.000 produk zat kimia diketahui dapat menyebabkan luka bakar kimia. Luka Bakar Elektrik Luka bakar electric (listrik) disebabkan oleh panas yang digerakan dari energi listrik yang dihantarkan melalui tubuh. Berat ringannya luka dipengaruhi oleh lamanya kontak, tingginya voltage dan cara gelombang elektrik itu sampai mengenai tubuh. Luka Bakar Radiasi

Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe injuri ini seringkali berhubungan dengan penggunaan radiasi ion pada industri atau dari sumber radiasi untuk keperluan terapeutik pada dunia kedokteran. Terbakar oleh sinar matahari akibat terpapar yang terlalu lama juga merupakan salah satu tipe luka bakar radiasi. Faktor Resiko Data yang berhasil dikumpulkan oleh Natinal Burn Information Exchangemenyatakan 75 % semua kasus injuri luka bakar, terjadi didalam lingkungan rumah. Klien dengan usia lebih dari 70 tahun beresiko tinggi untuk terjadinya luka bakar. Efek Patofisiologi Luka Bakar 1. Pada Kulit Perubahan patofisiologik yang terjadi pada kulit segera setelah luka bakar tergantung pada luas dan ukuran luka bakar. Untuk luka bakar yang kecil (smaller burns), respon tubuh bersifat lokal yaitu terbatas pada area yang mengalami injuri. Sedangkan pada luka bakar yang lebih luas misalnya 25 % dari total permukaan tubuh ( TBSA : total body surface area) atau lebih besar, maka respon tubuh terhadap injuri dapat bersifat sistemik dan sesuai dengan luasnya injuri. Injuri luka bakar yang luas dapat mempengaruhi semua sistem utama dari tubuh, seperti : 2. Sistem kardiovaskuler Segera setelah injuri luka bakar, dilepaskan substansi vasoaktif (catecholamine, histamin, serotonin, leukotrienes, dan prostaglandin) dari jaringan yang mengalmi injuri. Substansi-substansi ini menyebabkan meningkatnya permeabilitas kapiler sehingga plasma merembes (to seep) kedalam sekitar jaringan. Injuri panas yang secara langsung mengenai pembuluh akan lebih meningkatkan permeabilitas kapiler. Injuri yang langsung mengenai memberan sel menyebabkan sodium masuk dan potassium keluar dari sel. Secara keseluruhan akan menimbulkan tingginya tekanan osmotik yang menyebabkan meningkatnya cairan intracellular dan interstitial dan yang dalam keadaan lebih lanjut menyebabkan kekurangan volume cairan intravaskuler. Luka bakar yang luas menyebabkan edema tubuh general baik pada area yang mengalami luka maupun jaringan yang tidak mengalami luka bakar dan terjadi penurunan sirkulasi volume darah intravaskuler. Denyut jantung meningkat sebagai respon terhadap pelepasan catecholamine dan terjadinya hipovolemia relatif, yang mengawali turunnya kardiac output. Kadar hematokrit meningkat yang menunjukan hemokonsentrasi dari pengeluaran cairan intravaskuler. Disamping itu pengeluaran cairan secara evaporasi melalui luka terjadi 4-20 kali lebih besar dari normal. Sedangkan pengeluaran cairan yang normal pada orang dewasa dengan suhu tubuh normal perhari adalah 350 ml. (lihat tabel 1) Tabel 1 : Rata-rata output cairan perhari untuk orang dewasa

Rute Urin Insensible losses:


Jumlah (ml) pada suhu normal 1400 350 350 100 100

Paru Kulit

Keringat Feces Total :

2300

Sumber : Adapted form A.C. Guyton, Textbook of medical physiology, 7th ed. (Philadelphia: WB. Saunder Co., 1986) p. 383 Keadaan ini dapat mengakibatkan penurunan pada perfusi organ. Jika ruang intravaskuler tidak diisi kembali dengan cairan intravena maka shock hipovolemik dan ancaman kematian bagi penderita luka bakar yang luas dapat terjadi. Kurang lebih 18-36 jam setelah luka bakar, permeabilitas kapiler menurun, tetapi tidak mencapai keadaan normal sampai 2 atau 3 minggu setelah injuri. Kardiac outuput kembali normal dan kemudian meningkat untuk memenuhi kebutuhan hipermetabolik tubuh kira-kira 24 jam setelah luka bakar. Perubahan pada kardiak output ini terjadi sebelum kadar volume sirkulasi intravena kembali menjadi normal. Pada awalnya terjadi kenaikan hematokrit yang kemudian menurun sampai di bawah normal dalam 3-4 hari setelah luka bakar karena

kehilangan sel darah merah dan kerusakan yang terjadi pada waktu injuri. Tubuh kemudian mereabsorbsi cairan edema dan diuresis cairan dalam 2-3 minggu berikutnya. 3. Sistem Renal dan Gastrointestinal Respon tubuh pada mulanya adalah berkurangnya darah ke ginjal dan menurunnya GFR (glomerular filtration rate), yang menyebabkan oliguri. Aliran darah menuju usus juga berkurang, yang pada akhirnya dapat terjadi ileus intestinal dan disfungsi gastrointestia pada klien dengan luka bakar yang lebih dari 25 %. 4. Sistem Imun Fungsi sistem immune mengalami depresi. Depresi pada aktivitas lymphocyte, suatu penurunan dalam produksi immunoglobulin, supresi aktivitas complement dan perubahan/gangguan pada fungsi neutropil dan macrophage dapat terjadi pada klien yang mengalami luka bakar yang luas. Perubahan-perubahan ini meningkatkan resiko terjadinya infeksi dan sepsis yang mengancam kelangsungan hidup klien. 5. Sistem Respiratori Dapat mengalami hipertensi arteri pulmoner, mengakibatkan penurunan kadar oksigen arteri dan lung compliance. 1. Smoke Inhalation.

Menghisap asap dapat mengakibatkan injuri pulmoner yang seringkali berhubungan dengan injuri akibat jilatan api. Kejadian injuri inhalasi ini diperkirakan lebih dari 30 % untuk injuri yang diakibatkan oleh api. Manifestasi klinik yang dapat diduga dari injuri inhalasi meliputi adanya LB yang mengenai wajah, kemerahan dan pembengkakan pada oropharynx atau nasopharynx, rambut hidung yang gosong, agitasi atau kecemasan, tachipnoe, kemerahan pada selaput hidung, stridor, wheezing, dyspnea, suara serak, terdapat carbon dalam sputum, dan batuk. Bronchoscopy dan Scaning paru dapat mengkonfirmasikan diagnosis. Patofisiologi pulmoner yang dapat terjadi pada injuri inhalasi berkaitan dengan berat dan tipe asap atau gas yang dihirup. 1. Keracunan Carbon Monoxide.

CO merupakan produk yang sering dihasilkan bila suatu substansi organik terbakar. Ia merupakan gas yang tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, yang dapat mengikat hemoglobin 200 kali lebih besar dari oksigen. Dengan terhirupnya CO, maka molekul oksigen digantikan dan CO secara reversibel berikatan dengan hemoglobin sehingga membentuk carboxyhemoglobin (COHb). Hipoksia jaringan dapat terjadi akibat penurunan secara menyeluruh pada kemampuan pengantaran oksigen dalam darah. Kadar COHb dapat dengan mudah dimonitor melalui kadar serum darah. Manifestasi dari keracunan CO adalah sbb (lihat tabel 2) : Tabel 2 : Manifestasi klinik keracunan CO (Carbon Monoxida)

Kadar CO (%) 5 10 11 20 21 30 31 40 41 50 > 50


North America, 3(2), 195. Klasifikasi Beratnya Luka Bakar

Manifestasi Klinik Gangguan tajam penglihatan Nyeri kepala Mual, gangguan ketangkasan Muntah, dizines, sincope Tachypnea, tachicardia Coma, mati

Diambil dari Cioffi W.G., Rue L.W. (1991). Diagnosis and treatment of inhalation injuries. Critical Care Clinics of

1. Faktor yang mempengaruhi berat ringannya luka bakar Beberapa faktor yang mempengaruhi berat-ringannya injuri luka bakar antara lain kedalaman luka bakar, luas luka bakar, lokasi luka bakar, kesehatan umum, mekanisme injuri dan usia Berikut ini akan dijelaskan sekilas tentang faktor-faktor tersebut di atas: a. Kedalaman luka bakar

Kedalaman luka bakar dapat dibagi ke dalam 4 kategori (lihat tabel 3) yang didasarkan pada elemen kulit yang rusak.

Tabel 3 : Kedalaman Luka Bakar


1. Superficial (derajat I), dengan ciri-ciri sbb:

Hanya mengenai lapisan epidermis. Luka tampak pink cerah sampai merah (eritema ringan sampai berat). Kulit memucat bila ditekan. Edema minimal. Tidak ada blister. Kulit hangat/kering. Nyeri / hyperethetic Nyeri berkurang dengan pendinginan. Discomfort berakhir kira-kira dalam waktu 48 jam. Dapat sembuh spontan dalam 3-7 hari.

2. Partial thickness (derajat II), dengan ciri sbb.:

Partial tihckness dikelompokan menjadi 2, yaitu superpicial partial thickness dan deep partial thickness. Mengenai epidermis dan dermis. Luka tampak merah sampai pink Terbentuk blister Edema Nyeri Sensitif terhadap udara dingin Penyembuhan luka :

Superficial partial thickness : 14 21 hari Deep partial thickness : 21 28 hari (Namun demikian penyembuhannya bervariasi tergantung dari kedalaman dan ada tidaknya infeksi). 3. Full thickness (derajat III)

Mengenai semua lapisan kulit, lemak subcutan dan dapat juga mengenai permukaan otot, dan persarafan dan pembuluh darah. Luka tampak bervariasi dari berwarna putih, merah sampai dengan coklat atau hitam. Tanpa ada blister. Permukaan luka kering dengan tektur kasar/keras. Edema. Sedikit nyeri atau bahkan tidak ada rasa nyeri. Tidak mungkin terjadi penyembuhan luka secara spontan. Memerlukan skin graft. Dapat terjadi scar hipertropik dan kontraktur jika tidak dilakukan tindakan preventif.

4. Fourth degree (derajat IV)

Mengenai semua lapisan kulit, otot dan tulang.

b. Luas luka bakar Terdapat beberapa metode untuk menentukan luas luka bakar meliputi (1) rule of nine, (2) Lund and Browder, dan (3) hand palm. Ukuran luka bakar dapat ditentukan dengan menggunakan salah satu dari metode tersebut.

Ukuran luka bakar ditentukan dengan prosentase dari permukaan tubuh yang terkena luka bakar. Akurasi dari perhitungan bervariasi menurut metode yang digunakan dan pengalaman seseorang dalam menentukan luas luka bakar. Metode rule of nine mulai diperkenalkan sejak tahun 1940-an sebagai suatu alat pengkajian yang cepat untuk menentukan perkiraan ukuran / luas luka bakar. Dasar dari metode ini adalah bahwa tubuh di bagi kedalam bagian-bagian anatomic, dimana setiap bagian mewakili 9 % kecuali daerah genitalia 1 % (lihat gambar 1). Pada metode Lund and Browder merupakan modifikasi dari persentasi bagian-bagian tubuh menurut usia, yang dapat memberikan perhitungan yang lebih akurat tentang luas luka bakar (lihat gambar 2 atau tabel 2). Selain dari kedua metode tersebut di atas, dapat juga digunakan cara lainnya yaitu mengunakan metode hand palm. Metode ini adalah cara menentukan luas atau persentasi luka bakar dengan menggunakan telapak tangan. Satu telapak tangan mewakili 1 % dari permukaan tubuh yang mengalami luka bakar. c. Lokasi luka bakar (bagian tubuh yang terkena) Berat ringannya luka bakar dipengaruhi pula oleh lokasi luka bakar. Luka bakar yang mengenai kepala, leher dan dada seringkali berkaitan dengan komplikasi pulmoner. Luka bakar yang menganai wajah seringkali menyebabkan abrasi kornea. Luka bakar yang mengenai lengan dan persendian seringkali membutuhkan terapi fisik dan occupasi dan dapat menimbulkan implikasi terhadap kehilangan waktu bekerja dan atau ketidakmampuan untuk bekerja secara permanen. Luka bakar yang mengenai daerah perineal dapat terkontaminasi oleh urine atau feces. Sedangkan luka bakar yang mengenai daerah torak dapat menyebabkan tidak adekwatnya ekspansi dinding dada dan terjadinya insufisiensi pulmoner. d. Kesehatan umum Adanya kelemahan jantung, penyakit pulmoner, endocrin dan penyakit-penyakit ginjal, khususnya diabetes, insufisiensi kardiopulmoner, alkoholisme dan gagal ginjal, harus diobservasi karena semua itu akan mempengaruhi respon klien terhadap injuri dan penanganannya. Angka kematian pada klien yang memiliki penyakit jantung adalah 3,5 4 kali lebih tinggi dibandingkan klien luka bakar yang tidak menderita penyakit jantung. Demikian pula klien luka bakar yang juga alkolism 3 kali lebih tinggi angka kematiannya dibandingkan klien luka bakar yang nonalkoholism. Disamping itu juga klien alkoholism yang terkena luka bakar masa hidupnya akan lebih lama berada di rumah sakit, artinya penderita luka bakar yang juga alkoholism akan lebih lama hari rawatnya di rumah sakit. e. Mekanisme injuri Mekanisme injury merupakan faktor lain yang digunakan untuk menentukan berat ringannya luka bakar. Secra umum luka bakar yang juga mengalami injuri inhalasi memerlukan perhatian khusus. Pada luka bakar elektrik, panas yang dihantarkan melalui tubuh, mengakibatkan kerusakan jaringan internal. Injury pada kulit mungkin tidak begitu berarti akan tetapi kerusakan otot dan jaringan lunak lainnya dapat terjad lebih luas, khususnya bila injury elektrik dengan voltage tinggi. Oleh karena itu voltage, tipe arus (direct atau alternating), tempat kontak, dan lamanya kontak adalah sangat penting untuk diketahui dan diperhatikan karena dapat mempengaruhi morbiditi. Alternating current (AC) lebih berbahaya dari pada direct current (DC). Ini seringkali berhubungan dengan terjadinya kardiac arrest (henti jantung), fibrilasi ventrikel, kontraksi otot tetani, dan fraktur kompresi tulang-tulang panjang atau vertebra. Pada luka bakar karena zat kimia keracunan sistemik akibat absorbsi oleh kulit dapat terjadi. f. Usia Usia klien mempengaruhi berat ringannya luka bakar. Angka kematiannya ( Mortality rate) cukup tinggi pada anak yang berusia kurang dari 4 tahun, terutama pada kelompok usia 0-1 tahun dan klien yang berusia di atas 65 th. Tingginya statistik mortalitas dan morbiditas pada orang tua yang terkena luka bakar merupakan akibat kombinasi dari berbagai gangguan fungsional (seperti lambatnya bereaksi, gangguan dalam menilai, dan menurunnya kemampuan mobilitas), hidup sendiri, dan bahaya-bahaya lingkungan lainnya. Disamping itu juga mereka lebih rentan terhadap injury luka bakar karena kulitnya menjadi lebih tipis, dan terjadi athropi pada bagian-bagian kulit lain. Sehingga situasi seperti ketika mandi dan memasak dapat menyebabkan terjadinya luka bakar. 2. Kategori berat luka bakar menurut ABA

Perkumpulan Luka Bakar America (American Burn Asociation/ABA) mempublikasikan petunjuk tentang klasifikasi beratnya luka bakar. Perkumpulan itu mengklasifikasikan beratnya luka bakar ke dalam 3 kategori, dengan petunjuknya seperti tampak dalam tabel berikut :

Tabel 4 : Petunjuk klasifikasi beratnya luka bakar menurut ABA


Luka Bakar Berat

25 % pada orang dewasa 25 % pada anak dengan usia kurang dari 10 tahun 20 % pada orang dewasa dengan usia lebih dari 40 tahun Luka mengenai wajah, mata, telinga, lengan, kaki, dan perineum yang mengakibatkan gangguan fungsional atau kosmetik atau menimbulkan disabiliti. LB karena listrik voltage tinggi Semua LB dengan yang disertai injuri inhalasi atau truma yang berat.

Luka Bakar Sedang

15-25 % mengenai orang dewasa 10-20 % pada anak usia kurang dari 10 tahun 10-20 % pada orang dewasa usia lebih dari 40 tahun <>

Luka Bakar Ringan

<> <>< 10 th <>> 40 th Tidak ada resiko gangguan kosmetik atau fungsional atau disabiliti.

Dari American Burn Association. (1984). Guidelines for service standars and severity classification in the treatment of burn injury. Bulletin of the American College of Surgeons, 69(10), 24-28. Management Berbagai macam respon sistem organ yang terjadi setelah mengalami luka bakar menuntut perlunya pendekatan antar disiplin. Perawat bertanggung jawab untuk mengembangkan rencana perawatan yang didasarkan pada pengkajian data yang merefleksikan kebutuhan fisik dan psikososial klien dan keluarga atau orang lain yang dianggap penting. Diagnosa keperawatan, tujuan dan intervensinya dapat dilihat pada rencana perawatan di halaman lainnya. Secara klinis klien luka bakar dapat dibagi kedalam 3 fase, yaitu : 1) Fase emergent dan resusitasi 2) Fase acut dan 3) Fase Rehabilitasi. Berikut ini akan diuraikan sekilas tentang fase tsb.: 1. Fase Emergent (Resusitasi) Fase emergensi dimulai pada saat terjadinya injury dan diakhiri dengan membaiknya permeabilitas kapiler, yang biasanya terjadi pada 48-72 jam setelah injury. Tujuan utama pemulihan selama fase ini adalah untuk mencegah shock hipovolemik dan memelihara fungsi dari organ vital. Yang termasuk ke dalam fase emergensi adalah(a) perawatan sebelum di rumah sakit, (b) penanganan di bagian emergensi dan(c) periode resusitasi. Hal tersebut akan dibahas berikut ini : a. Perawatan sebelum di rumah sakit (pre-hospital care) Perawatan sebelum klien dibawa ke rumah sakit dimulai pada tempat kejadian luka bakar dan berakhir ketika sampai di institusi pelayanan emergensi. Pre-hospital care dimulai dengan memindahkan/menghindarkan klien dari sumber penyebab LB dan atau menghilangkan sumber panas (lihat tabel).

Tabel 5 : Petunjuk perawatan klien luka bakar sebelum di rumah sakit


1. Jauhkan penderita dari sumber LB

Padamkan pakaian yang terbakar Hilangkan zat kimia penyebab LB Siram dengan air sebanyak-banyaknya bila karena zat kimia Matikan listrik atau buang sumber listrik dengan menggunakan objek yang kering dan tidak menghantarkan arus (nonconductive)

2. Kaji ABC (airway, breathing, circulation):

Perhatikan jalan nafas (airway) Pastikan pernafasan (breathibg) adekwat Kaji sirkulasi

3. Kaji trauma yang lain 4. Pertahankan panas tubuh 5. Perhatikan kebutuhan untuk pemberian cairan intravena 6. Transportasi (segera kirim klien ka rumah sakit) Diambil dari Trunkey, D.D. (1983). Transporting the critically burned patient. In T.L. Wachtel, et al. (Eds): Current Topics In Burn Care, Rockville, MD: Aspen Publications. b. Penanganan dibagian emergensi Perawatan di bagian emergensi merupakan kelanjutan dari tindakan yang telah diberikan pada waktu kejadian. Jika pengkajian dan atau penanganan yang dilakukan tidak adekuat, maka pre hospital care di berikan di bagian emergensi. Penanganan luka (debridemen dan pembalutan) tidaklah diutamakan bila ada masalah-masalah lain yang mengancam kehidupan klien, maka masalah inilah yang harus diutamakan (1) Penanganan Luka Bakar Ringan Perawatan klien dengan LB ringan seringkali diberikan dengan pasien rawat jalan. Dalam membuat keputusan apakah klien dapat dipulangkan atau tidak adalah dengan memperhatiakn antara lain 1) kemampuan klien untuk dapat menjalankan atau mengikuti intruksi-instruksi dan kemampuan dalam melakukan perawatan secara mandiri (self care), 2) lingkungan rumah. Apabila klien mampu mengikuti instruksi dan perawatan diri serta lingkungan di rumah mendukung terjadinya pemulihan maka klien dapat dipulangkan. Perawatan di bagian emergensi terhadap luka bakar minor meliputi : menagemen nyeri, profilaksis tetanus, perawatan luka tahap awal dan pendidikan kesehatan. a) Managemen nyeri Managemen nyeri seringkali dilakukan dengan pemberian dosis ringan morphine atau meperidine dibagian emergensi. Sedangkan analgetik oral diberikan untuk digunakan oleh pasien rawat jalan. b) Profilaksis tetanus Petunjuk untuk pemberian profilaksis tetanus adalah sama pada penderita LB baik yang ringan maupun tipe injuri lainnya. Pada klien yang pernah mendapat imunisasi tetanus tetapi tidak dalam waktu 5 tahun terakhir dapat diberikan boster tetanus toxoid. Untuk klien yang tidak diimunisasi dengan tetanus human immune globulin dan karenanya harus diberikan tetanus toxoid yang pertama dari serangkaian pemberian imunisasi aktif dengan tetanus toxoid. c) Perawatan luka awal Perawatan luka untuk LB ringan terdiri dari membersihkan luka ( cleansing) yaitu debridemen jaringan yang mati; membuang zat-zat yang merusak (zat kimia, tar, dll); dan pemberian/penggunaan krim atau salep antimikroba topikal dan balutan secara steril. Selain itu juga perawat bertanggung jawab memberikan pendidikan tentang perawatan luka di rumah dan manifestasi klinis dari infeksi agar klien dapat segera mencari pertolongan. Pendidikan lain yang diperlukan adalah tentang pentingnya melakukan latihan ROM ( range of motion) secara aktif untuk mempertahankan fungsi sendi agar tetap normal dan untuk menurunkan pembentukan edema dan kemungkinan terbentuknya scar. Dan perlunya evaluasi atau penanganan follow up juga harus dibicarakan dengan klien pada waktu itu. d) Pendidikan / penyuluhan kesehatan

Pendidikan tentang perawatan luka, pengobatan, komplikasi, pencegahan komplikasi, diet, berbagai fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat yang dapat di kunjungi jika memmerlukan bantuan dan informasi lain yang relevan perlu dilakukan agar klien dapat menolong dirinya sendiri. (2) Penanganan Luka Bakar Berat. Untuk klien dengan luka yang luas, maka penanganan pada bagian emergensi akan meliputi reevaluasi ABC (jalan nafas, kondisi pernafasan, sirkulasi ) dan trauma lain yang mungkin terjadi; resusitasi cairan (penggantian cairan yang hilang); pemasangan kateter urine; pemasangan nasogastric tube (NGT); pemeriksaan vital signs dan laboratorium; management nyeri; propilaksis tetanus; pengumpulan data; dan perawatan luka. Berikut adalah penjelasan dari tiap-tiap penanganan tersebut, yakni sebagai berikut. a) Reevaluasi jalan nafas, kondisi pernafasan, sirkulasi dan trauma lain yang mungkin terjadi. Menilai kembali keadaan jalan nafas, kondisi pernafasan, dan sirkulasi unutk lebih memastikan ada tidaknya kegawatan dan untuk memastikan penanganan secara dini. Selain itu melakukan pengkajian ada tidaknya trauma lain yang menyertai cedera luka bakar seperti patah tulang, adanya perdarahan dan lain-lain perlu dilakukan agar dapat dengan segera diketahui dan ditangani. b) Resusitasi cairan (penggantian cairan yang hilang) Bagi klien dewasa dengan luka bakar lebih dari 15 %, maka resusitasi cairan intravena umumnya diperlukan. Pemberian intravena perifer dapat diberikan melaui kulit yang tidak terbakar pada bagian proximal dari ekstremitas yang terbakar. Sedangkan untuk klien yang mengalami luka bakar yang cukup luas atau pada klien dimana tempat-tempat untuk pemberian intravena perifer terbatas, maka dengan pemasangan kanul (cannulation) pada vena central (seperti subclavian, jugular internal atau eksternal, atau femoral) oleh dokter mungkin diperlukan. Luas atau persentasi luka bakar harus ditentukan dan kemudian dilanjutkan dengan resusitasi cairan. Resusitasi cairan dapat menggunakan berbagai formula yang telah dikembangkan seperti pada tabel 6 tentang formula resusitasi cairan berikut.

Tabel 6 : Formula resusitasi cairan yang digunakan dalam perawatan luka bakar 24 jam pertama 24 jam kedua Formula Elektrolit Koloid Dextros Elektrolit Koloid Dextros Evans Normal 1 ml/kg/% 2000 ml 0,5 kebutuhan 0,5 kebutuhan 2000 ml saline 24 jam I 24 jam I 1 ml/kg/% Brooke RL 0,5 2000 ml 0,5-0,75 0,5-0,75 2000 ml 1,5 ml/kg/% ml/kg/% kebutuh-an 24 kebutuhjam I an 24 jam I Modifi- RL 0,3-0,5 kasi 2 ml/kg/% ml/kg/% Brooke Parkland RL 0,3-0,5 2000 ml 4 ml/kg/% ml/kg/%
Diambil dari Rue, L.W. & Cioffi, W.G. (1991). Resuscitation of thermally injured patients. Critical Care Nursing Clinics of North America, 3(2),185; and Wachtel & Fortune (1983), Fluid resuscitation for burn shock. In T.L. Wachtel et al (Eds.), Current topic in burn care (p. 44). Rockville,MD: Aspen Publisher, Inc. Periode resuscitasi dimulai dengan tindakan resusitasi cairan dan diakhiri bila integritas kapiler kembali mendekati keadaan normal dan perpindahan cairan yang banyak mengalami penurunan. Resusitasi cairan dimulai untuk meminimalkan efek yang merusak dari perpindahan cairan. Tujuan resuscitasi cairan adalah untuk mempertahankan ferfusi organ vital serta menghindari komlikasi terapi yang tidak adekuat atau berlebihan. Terdapat beberapa formula yang digunakan untuk menghitung kebutuhan cairan seperti tampak dalam tabel diatas. Banyaknya/jumlah cairan yang pasti didasarkan pada berat badan klien dan luasnya injury luka bakar. Faktor lain yang menjadi pertimbangan meliputi adalah adanya inhalasi injuri, keterlambatan resusitasi awal, atau kerusakan

jaringan yang lebih dalam. Faktor-faktor ini cenderung meningkatkan jumlah/banyaknya cairan intravena yang dibutuhkan untuk resusitasi adekuat di atas jumlah yang telah dihitung. Dengan pengecualian pada formula Evan dan Brooke, cairan yang mengandung colloid tidak diberikan selama periode ini karena perubahan-perubahan pada permeabilitas kapiler yang menyebabkan kebocoran cairan yang banyak mengandung protein kedalam ruang interstitial, sehingga meningkatkan pembentukan edema. Selama 24 jam kedua setelah luka bakar, larutan yang mengandung colloid dapat diberikan, dengan dextrose 5% dan air dalam jumlah yang bervariasi. Sangat penting untuk diingat bahwa senmua formula resusitasi yang ada hanyalah sebagai alat bantu dan harus disesuaikan dengan respon fisiologis klien. Keberhasilan atau keadekuatan resusitasi cairan pada orang dewasa ditandai dengan stabilnya vital signs, adekuatnya output urine, dan nadi perifer yang dapat diraba. c) Pemasangan kateter urine Pemasangan kateter harus dilakukan untuk mengukur produksi urine setiap jam. Output urine merupakan indikator yang reliable untuk menentukan keadekuatan dari resusitasi cairan. d) Pemasangan nasogastric tube (NGT) Pemasangan NGT bagi klien LB 20 % -25 % atau lebih perlu dilakukan untuk mencegah emesis dan mengurangi resiko terjadinya aspirasi. Disfungsi ganstrointestinal akibat dari ileus dapat terjadi umumnya pada klien tahap dini setelah luka bakar. Oleh karena itu semua pemberian cairan melalui oral harus dibatasi pada waktu itu. e) Pemeriksaan vital signs dan laboratorium Vital signs merupakan informasi yang penting sebagai data tambahan untuk menentukan adekuat tidaknya resuscitasi. Pemeriksaan laboratorium dasar akan meliputi pemeriksaan gula darah, BUN (blood ures nitrogen), creatini, elektrolit serum, dan kadar hematokrit. Kadar gas darah arteri (analisa gas darah), COHb juga harus diperiksa, khususnya jika terdapat injuri inhalasi. Tes-tes laboratorium lainnya adalah pemeriksaan x-ray untuk mengetahui adanya fraktur atau trauma lainnya mungkin perlu dilakukan jika dibutuhkan. Monitoring EKG terus menerus haruslah dilakukan pada semua klien dengan LB berat, khususnya jika disebabkan oleh karena listrik dengan voltase tinggi, atau pada klien yang mempunyai riwayat iskemia jantung atau dysrhythmia. f) Management nyeri Penanganan nyeri dapat dicapai melalui pemberian obat narcotik intravena, seperti morphine. Pemberian melalui intramuskuler atai subcutan tidak dianjurkan karena absorbsi dari jaringan lunak tidak cukup baik selama periode ini bila hipovolemia dan perpindhan cairan yang banyak masih terjadi. Demikian juga pemberian obat-obatan untuk mengatasi secara oral tidak dianjurkan karena adanya disfungsi gastrointestial. g) Propilaksis tetanus Propilaksis tetanus pada klien LB adalah sama, baik pada luka bakar berat maupun luka bakar yang ringan. h) Pengumpulan data Pengumpulan data merupakan tanggung jawab yang sangat penting bagi team yang berada di ruang emergensi. Kepada klien atau yang lainnya perlu ditanyakan tentang kejadian kecelakaan LB tersebut. Informasi yang diperlukan meliputi waktu injuri, tingkat kesadaran pada waktu kejadian, apakah ketika injuri terjadi klien berada di ruang tertutup atau terbuka, adakah truma lainya, dan bagaimana mekanisme injurinya. Jika klien terbakar karena zat kimia, tanyak tentang zat kimia apa yang menjadi penyebabnya, konsentrasinya, lamanya terpapar dan apakah dilakuak irigari segera setelah injuri. Sedangkan jika klien menderita LB karena elektrik, maka perlu ditanyakan tentang sumbernya, tipe arus dan voltagenya yang dapat digunakan untuk menentukan luasnya injuri. Informasi lain yang diperlukan adalah tentang riwayat kesehatan klien masa lalu seperti kesehatan umum klien. Informasi yang lebih khusus adalah berkaitan dengan penyakit-penyakit jantung, pulmoner, endokrin dan penyakit ginjal karena itu semua mempunyai implikasi terhadap treatment. Disamping itu perlu pula diketahui tentang riwayat alergi klien, baik terhadap obat maupun yang lainnya. i) Perawatan luka Luka yang mengenai sekeliling ekstremitas dan torak dapat mengganggu sirkulasi dan respirasi, oleh karena itu harus mendapat perhatian. Komplikasi ini lebih mudah terjadi selama resusitasi, bila cairan berpindah ke dalam jaringan interstitial berada pada puncaknya. Pada LB yang mengenai sekeliling ekstremitas, maka meninggikan bagian ekstremitas diatas jantung akan membantu menurunkan edema dependen; walaupun demikian gangguan sirkulasi masih dapat terjadi. Oleh karena pengkajian yang sering terhadap perfusi ekstremitas bagian distal sangatlah penting untuk dilakukan.

Escharotomy merupakan tindakan yang tepat untuk masalah gangguan sirkulasi karena LB yang melingkari bagian tubuh. Seorang dokter melaukan insisi terhadap eschar yang akan mengurangi/menghilangkan konstriksi sirkulasi. Umumnya dilakukan ditempat tidur klien dan tanpa menggunakan anaetesi karena eschar tidak berdarah dan tidak nyeri. Namun jaringan yang masih hidup dibawah luka dapat berdarah. Jika perfusi jaringan adekuat tidak berhasil, maka dapat dilakukan fasciotomy. Prosedur ini adalah menginsisi fascia, yang dilakukan di ruang operasi dengan menggunakan anestesi. Demikian juga, escharotomy dapat dilakukan pada luka bakar yang mengenai torak untuk memperbaiki ventilasi. Setelah dilakukan tindakan escharotomy, maka perawat perlu melakukan monitoring terhadap perbaikan ventilasi. Perawatan luka dibagian emergensi terdiri-dari penutupan luka dengan sprei kering, bersih dan baju hangat untuk memelihara panas tubuh. Klien dengan luka bakar yang mengenai kepala dan wajah diletakan pada posisi kepala elevasi dan semua ekstremitas yang terbakar dengan menggunakan bantal sampai diatas permukaan jantung. Tindakan ini dapat membantu menurunkan pembentukan edema dependent. Untuk LB ringan kompres dingin dan steril dapat mengatasi nyeri. Kemudian dibawa menuju fasilitas kesehatan. 2. Fase Akut Fase akut dimulai ketika pasien secara hemodinamik telah stabil, permeabilitas kapiler membaik dan diuresis telah mulai. Fase ini umumnya dianggap terjadi pada 48-72 jam setelah injuri. Fokus management bagi klien pada fase akut adalah sebagai berikut : mengatasi infeksi, perawatan luka, penutupan luka, nutrisi, managemen nyeri, dan terapi fisik. a. Mengatasi infeksi Sumber-sumber infeksi pada klien dengan luka bakar meliputi autocontaminasi dari:

Oropharynx Fecal flora Kulit yg tidak terbakar dan Kontaminasi silang dari staf Kontaminasi silang dari pengunjung Kontaminasi silang dari udara

Kegiatan khusus untuk mengatasi infeksi dan tehnik isolasi harus dilakukan pada semua pusat-pusat perawatan LB. Kegiatan ini berbeda dan meliputi penggunaan sarung tangan, tutp kepala, masker, penutup kaki, dan pakaian plastik. Membersihkan tangan yang baik harus ditekankan untuk menurunkan insiden kontaminasi silang diantara klien. Staf dan pengunjung umumnya dicegah kontak dengan klien jika ia menderita infeksi baik pada kulit, gastrointestinal atau infeksi saluran nafas. b. Perawatan luka Perawatan luka diarahkan untuk meningkatkan penyembuhan luka. Perawatan luka sehari-hari meliputi membersihkan luka, debridemen, dan pembalutan luka. 1) Hidroterapi Membersihkan luka dapat dilakukan dengan cara hidroterapi. Hidroterapi ini terdiri dari merendam (immersion) dan dengan shower (spray). Tindakan ini dilakukan selama 30 menit atau kurang untuk klien dengan LB acut. Jika terlalu lama dapat meningkatkan pengeluaran sodium (karena air adalah hipotonik) melalui luka, pengeluaran panas, nyeri dan stress. Selama hidroterapi, luka dibersihkan secara perlahan dan atau hati-hati dengan menggunakan berbagai macam larutan seperti sodium hipochloride, providon iodine dan chlorohexidine. Perawatan haruslah mempertahankan agar seminimal mungkin terjadinya pendarahan dan untuk mempertahankan temperatur selama prosedur ini dilakukan. Klien yang tidak dianjurkan untuk dilakukan hidroterapi umumnya adalah mereka yang secara hemodinamik tidak stabil dan yang baru dilakukan skin graft. Jika hidroterapi tidak dilakukan, maka luka dapat dibersihkan dan dibilas di atas tempat tidur klien dan ditambahkan dengan penggunaan zat antimikroba. 2) Debridemen

Debridemen luka meliputi pengangkatan eschar. Tindakan ini dilakukan untuk meningkatkan penyembuhan luka melalui pencegahan proliferasi bakteri di bagian bawah eschar. Debridemen luka pada LB meliputi debridemen secara mekanik, debridemen enzymatic, dan dengan tindakan pembedahan. a) Debridemen mekanik Debridemen mekanik yaitu dilakukan secara hati-hati dengan menggunakan gunting dan forcep untuk memotong dan mengangkat eschar. Penggantian balutan merupakan cara lain yang juga efektif dari tindakan debridemen mekanik. Tindakan ini dapat dilakukan dengan cara menggunakan balutan basah ke kering (wet-to-dry) dan pembalutan kering kepada balutan kering (wet-to-wet). Debridemen mekanik pada LB dapat menimbulkan rasa nyeri yang hebat, oleh karena itu perlu terlebih dahulu dilakukan tindakan untuk mengatasi nyeri yang lebih efektif. b) Debridemen enzymatic Debridemen enzymatik merupakan debridemen dengan menggunakan preparat enzym topical proteolitik dan fibrinolitik. Produk-produk ini secara selektif mencerna jaringan yang necrotik, dan mempermudah pengangkatan eschar. Produk-prduk ini memerlukan lingkungan yang basah agar menjadi lebih efektif dan digunakan secara langsung terhadap luka. Nyeri dan perdarahan merupakan masalah utama dengan penanganan ini dan harus dikaji secara terus-menerus selama treatment dilakukan. c) Debridemen pembedahan Debridemen pembedahan luka meliputi eksisi jaringan devitalis (mati). Terdapat 2 tehnik yang dapat digunakan : Tangential Excision dan Fascial Excision. Pada tangential exccision adalah dengan mencukur atau menyayat lapisan eschar yang sangat tipis sampai terlihat jaringan yang masih hidup. sedangkan fascial excision adlaah mengangkat jaringan luka dan lemak sampai fascia. Tehnik ini seringkali digunakan untuk LB yang sangat dalam. 3) Balutan a) Penggunaan penutup luka khusus Luka bakar yang dalam atau full thickness pada awalnya dilakukan dengan menggunakan zat/obat antimikroba topikal. Obat ini digunakan 1 2 kali setelah pembersihan, debridemen dan inspeksi luka. Perawat perlu melakukan kajian terhadap adanya eschar, granulasi jaringan atau adanya reepitelisasi dan adanya tanda-tanda infeksi. Umumnya obat-obat antimikroba yang sering digunakan tampak pada tabel dibawah. Tidak ada satu obat yang digunakan secara umum, oleh karena itu dibeberapa pusat pelayanan luka bakar ada yang memilih krim silfer sulfadiazine sebagai pengobatan topikal awal untuk luka bakar. Tabel Obat-Obatan Antimokroba Topical Yang Digunakan Pada Luka Bakar (Luckmann, Sorensen, 1993:2004)

Obat Krim Silver Sulfadiazine 1% Mafenide acetate Larutan Mafenide acetate 5% Silver nitrate 5%

Spektrum Penggunaan Efek Samping Perawatan Antimikroba Spektrum luas, 2x/hari,tebal 1/16 Leukopenia Kaji efek termasuk jamur inci. setelah 2-3 hari samping. Spektrum luas, Tak usah dibalut. pamakaian. Kaji keadekuatan Mempunyai 2x/hari,1/16 inci. Ruam pada otot managemen nyeri. aktivitas Tdk usah dibalut. Hyperchloremic Jika nyeri dan rasa terhadap jamur Balutan tipis metabolisme tak nyaman meskipun diperlukan dan acidosis dari berlanjut, maka sedikit. dibasahi dengan- diuresis bicarbonat perlu Spektrum luas larutan untuk karena hambatan dipertimbangkan Spektrum luas luka anhydrase penggunaan Balutan yang carbonic. topikal lainnya. tebal diperlukan Menimbulkan rasa Gunakan secara dan dibasahi dg nyeri. hati-hati pada larutan untuk Pruritus. klien dengan gagal luka Ruam pada kulit ginjal. Kolonisasi jamur. Kaji efek samping Hyponatremia Kaji keadekuatan Hypochloremia managemen nyeri.

Hypokalemia Hypocalcemia

Cek serum elektrolit setiap hari. Penetrasi terhadap eschar buruk.

b) Metode terbuka dan tertutup Luka pada LB dapat ditreatmen dengan menggunakan metode/tehnik belutan baik terbuka maupun tertutup. Untuk metode terbuka digunakan/dioleskan cream antimikroba secara merata dan dibiarkan terbuka terhadap udara tanpa dibalut. Cream tersebut dapat diulang penggunaannya sesuai kebutuhan, yaitu setiap 12 jam sesuai dengan aktivitas obat tersebut. kelebihan dari metode ini adalah bahwa luka dapat lebih mudah diobservasi, memudahkan mobilitas dan ROM sendi, dan perawatan luka menjadi lebih sederhana/mudah. Sedangkan kelemahan dari metode ini adalah meningkatnya kemungkinan terjadinya hipotermia, dan efeknya psikologis pada klien karena seringnya dilihat. Pada perawatan luka dengan metode tertutup, memerlukan bermacam-macam tipe balutan yang digunakan. Balutan disiapkan untuk digunakan sebagai penutup pada cream yang digunakan. Dalam menggunakan balutan hendaknya hati-hati dimulai dari bagian distal kearah proximal untuk menjamin agar sirkulasi tidak terganggu. Keuntungan dari metode ini adalah mengurangi evavorasi cairan dan kehilangan panas dari permukaan luka , balutan juga membantu dalam debridemen. Sedangkan kerugiannya adalah membatasi mobilitas menurunkan kemungkinan efektifitas exercise ROM. Pemeriksaan luka juga menjadi terbatas, karena hanya dapat dilakukan jika sedang mengganti balutan saja. c. Penutupan luka 1) Penutupan Luka Sementara Penutupan luka sementara sering digunakan sebagai pembalut luka. Pada tabel dibawah diperlihatkan berbagai macam penutup luka baik yang biologis, biosintetis, dan sintetis yang telah tersedia. Setiap produk penutup luka tersebut mempunyai indikasi khusus. Karakteristik luka (kedalamannya, banyaknya eksudat, lokasi luka pada tubuh dan fase penyembuhan/pemulihan) serta tujuan tindakan/pengobatan perlu dipertimbangkan bila akan memilih penutup luka yang lebih tepat. Tabel : Penutup Luka Sementara yang digunakan pada Luka Bakar

Categori/Contoh Penjelasan Indikasi Perhatian Perawatan Biologic Membran Untuk melindungi Penutup luka diganti setiap Amnion amnion yang luka bakar partial 48 jam dengan amnion. Allograft dibuat dari thickness Observasi eksudat luka dan homograft placenta manusia Untuk melindungi tanda-tanda infeksi yang Xenograft Diambil dari granulasi jaringan. mungkin menunjukan heterograft kulit manusia Untuk membersihkan adanya infeksi pada yang telah exudat luka allograft/xenograft meninggal dunia Untuk menutupi Xenograft diatas jaringan dalam 24 jam eksisi luka dan untuk granulasi diganti setiap 2-5 setelah menguji daya hari. kematiannya. penerimaan terhadap Untuk luka superficial, penggunaan pastikan luka selalu bersih. aoutograft Untuk meningkatkan penyembuhan luka bersih dan luka superficial-partial thickness
Lanjutan

Categori/Contoh Penjelasan Biosintetis Benang nylon Biobrane samapai

Indikasi Perhatian Perawatan Balutan tempat donor Keamanan sekitar kulit yang Meningkatkan menggunakan sutura, staples,

(Winthrop membran karet Pharmaceutical ,silikon yang New York City) mengandung Integra colagen (Marion-Merrel Dow, Inc., Kansas City)

penyembuhan luka superficial-partial thiskness bersih. Untuk digunakan terhadap eksisi luka.

dan sutura dan kemudian dibungkus dengan pembalut. Pembalut bagia luar ini dapat diangkat/diganti dalam 48 jam untuk mengecek/ mengetahui menempelnya Biobrane. Bila telah menempel/menyambung maka sutura, staples dapat diangkat. Dan biarkan biobrane terekpose dengan udara Tempat donor baru dan penyembuhan tempat donor pada kaki memerlukan penyokong selama ambulasi Kaji tanda-tanda infeksi dan bagian perifer luka.

i 2) Pencangkokan kulit Pencangkokan kulit yang berasal dari bagian kulit yang utuh dari penderita itu sendiri (autografting) adalah pembedahan dengan mengangkat lapisan kulit tipis yang masih utuh dan kemudian digunakan pada luka bakar yang telah dieksisi. Prosedur ini dilakukan di ruang operasi dengan pemberian anaetesi. Perawatan post operasi autograft meliputi: mengkaji perdarahan dari tempat donor; memperbaiki posisi dan immobilisasi tempat donor; perawatan tempat donor; perawatan khusus autograft (seperti : cultur epitel autograft) a) Menkaji Perdarahan Perdarahan pada autograft dapat menghalangi / mencegah / mengganggu keberhasilan menempelnya kulit yang dicangkok (graft) pada eksisi luka dan dapat mengakibatkan lepasnya graft. Bila terdapat sedikit darah atau serum dapat dibersihkan dengan cara memutar ( dg menggunakan cotton swab steril) dari arah tengah graft menuju keperifer. Jika jumlahnya cukup banyak , maka dapat dilakukan aspirasi darah/serum dengan menggunakan spuit dan jarum yang kecil. b) Pengaturan Posisi dan Immobilisasi Autograft harus immobilisasi setelah pembedahan, umumnya selama 3-7 hari. Periode waktu immobilisasi tersebut memungkinakan waktu autogratt menempel dan tertanam pada dasar luka. Immobilisasi dapat dilakukan dengan berbagai cama. Mengatur posisi yang tepat, traksi, splint, dapat digunakan untuk mencegah pergerakan yang tidak diinginkan dan lepasnya graft. Perawat juga harus melakukan berbagai macam tindakan untuk mengurangi bahaya immobilisasi. c) Perawatan Tempat Donor Berbagai macam tipe balutan dapat diguakan untuk menutup tempat donor, dan ini tergantung pada ukuran , lokasi dan kondisi batas kulit atau jaringan. Tindakan perawatan juga tergantung pada tipe balutan yang digunakan. Jika balutan dilakukan dengan menggunakan sutura dan staples maka dapat diangkat pada 3-4 hari setelah pembedahan. Meskipun terdapat perbedaan dalam tindakan perawatan , namun luka pada tempat donor memerlukan tindakannya memerlukan ketelitian yang sama untuk penyembuhan dan mencegah infeksi. Jika tempat donor mengalami infeksi, maka balutan harus diangkat secara hati-hati dan dibersihkan. Kemudian luka harus selalu dibersihkan dan digunakan obat antibakteri. Bila tempat donor membai/sembuh maka losion lubrikasi dapat digunakan untuk melunakan dan menghilangkan rasa gatal. Tempat donor tersebut dapat digunakan kembali bila telah terjadi penyembuhan secara lengkap. d. Nutrisi Mempertahankan intake nutrisi yang adekuat selama fase akut sangatlah penting untuk meningkatkan penyembuhan luka dan pencegahan infeksi. BMR (basal metabolik rate) mungkin 40-100% lebih tinggi dari

keadaan normal, tergantung pada luasnya luka bakar. Respon ini diperkirakan berakibat pada hypotatamus dan adrenal yang menyebebkan peningkatan produksi panas. Metabolik rate menurun bila luka telah ditutup. Selain itu metabolisme glukosa berubah setelah mengalami luka bakar, mengakibatkan hiperglikemia . Rendahnya kadar insulin selama fase emergent menghambat aktifitas insulin dengan meningkatkan sirkuasi catecholamine, dan meningkatkan glukoneogenesis selama fase akut yang semuanya mempunyai implikasi terhadap terjadinya hiperglikemia pada klien luka bakar. Dukungan nutrisi yang agresif diperlukan untuk memenuhi kebutuhan energi yang meningkat guna meningkatkan penyembuhan dan mencegah efek katabolisme yang tidak diharapkan. Formula yang digunakan untuk menghitung kebutuhan energi, dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu berat badan, jenis kelamin, usia, luasnya luka bakar dan aktifitas atau injuri. Formulasinya adalah sebagai berikut: (25 kcal x berat badan (kg) + (40 kcal x % luka bakar) = kcal/hari. Dukungan nutrisi yang agresif umumnya diindikasikan untuk klien luka bakar dengan 30 % atau lebih, secara klinis memerlukan tindakan operasi multiple, perlunya penggunaan ventilator mekanik, status mental dan status nutrisi yang buruk pada saat belum mengalami luka bakar. Adapun metode pemberian nutrisi dapat meliputi diet melalui oral, enteral tube feeding, periperal parenteral nutrition, total parenteral nutrisi, atau kombinasi. e. Managemen nyeri Faktor fisiologis yang yang dapat mempengaruhi nyeri meliputi kedalaman injuri, luasnya dan tahapan penyembuhan luka. Untuk tipe luka bakar partial thickness dan pada tempat donor akan terasa sangat nyeri akibat stimulasi pada ujung-ujung saraf. Berlawanan halnya dengan luka bakar full thickness yang tidak mengalami rasa nyeri karena ujung-ujung superficial telah rusak. namun demikian ujung-ujung saraf pada yang terletak pada bagian tepi dari luka akan sangat sensitif. Faktor-faktor psikologis yang dapat mempengaruhi persepsi seseorang terhadap nyeri adalah kecemasan, ketakutan dan kemampuan klien untuk menggunakan kopingnya. Sedangkan faktor-faktor sosial meliputi pengalaman masa lalu tentang nyeri, kepribadian, latar belakang keluarga, dan perpisahan dengan keluarga dan rumah. Dan perlu diingat bahwa persepsi nyeri dan respon terhadap stimuli nyeri bersifat individual oleh karena itu maka rencana penanganan perawatan dilakukan secara individual juga. Pendekatan yang lebih sering digunakan untuk mengatasi rasa nyeri adalah dengan menggunakan zat-zat farmakologik. Morphine, codein, meperidine adalah nanalgetik narkotik yang sering digunakan untuk mengatasi nyeri yang berkaitan dengan LB dan treatmennya. Obat-obat farmakologik lainnya yang dapat digunakan meliputi analgesik inhalasi seperti nitrous oxide, dll. Obat antiinflamasi nonsteroid juga dianjurkan untuk mengatasi nyeri ringan sampai sedang. Sedangkan tindakan Nonfarmakologik yang digunakan untuk mengatasi rasa nyeri yang berkaitan dengan luka bakar meliputi hipnotis, guided imagery, terapi bermain, tehnik relaksasi, distraksi, dan terapi musik. Tindakan ini efektif untuk menurunkan kecemasan dan menurunkan persepsi terhadap rasa nyeri dan seringali digunakan bersamaan dengan penggunaan obat-obat farmakologik. f. Terapi fisik Mempertahankan fungsi fisik yang optimal pada klien dengan injuri LB merupakan tantangan bagi team yang melakukan perawatan LB. Perawat harus bekerja secara teliti dengan fisioterapist dan occupational terapist untuk mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan rehabilitasi klien LB. Program-program exercise, ambulasi, aktifitas sehari-hari harus diimplementasikan secara dini pada pemulihan fase acutsampai perbaikan fungsi secara maksimal dan perbaikan kosmetik. Kontraktur luka dan pembentukan scar (parut) merupakan dua masalah utama pada klien LB. Kontraktur akibat luka dapat terjadi pada luka yang luas. Lokasi yang lebih mudah terjadinya kontraktur adalah tangan, kepala, leher, dan axila. Tindakan-tindakan yang digunakan untuk mencegah dan menangani kontraktur meliputi terapi posisi, ROM exercise, dan pendidikan pada klien dan keluarga. 1) Posisi Terapeutik Tabael dibawah ini merupakan daftar tehnik-tehnik posisi koreksi dan terapeutik untuk klien dengan LB yang mengenai bagian tubuh tertentu selama periode tidak ada aktifitas (inactivity periode) atau immobilisasi. Tehnik-

tehnik posisi tersebut mempengaruhi bagian tubuh tertentu dengan tepat untuk mengantisipasi terjadinya kontraktur atau deformitas. Tabel : Posisi terapeutik Pada Klien Luka Bakar

Lokasi LB Leher Anterior Keliling Posterior/tdk simetris Bahu/axila Siku Lengan pergelangan tangan metacrpal sendi interpalangeal (MCP) Sendi proximal dan distal interpalangeal (PIP/DIP) Ibu jari ruang antar jari-jari Paha Lutut Pergelangan kaki
2) Exercise

Posisi Terapeutik Ekstensi Netral ke ekstensi Netral Abduksi lengan 90110 derajat Ekstensi lengan Ekstensi pergelangan tangan MCP pleksi 90 derajat Ekstensi PIP/DIP Abduksi ibu jari Abduksi jari-jari Ekstensi paha Ekstensi lutu Netral

Tehnik Posisi Tanpa bantal Bantal kecil/gulungan sprei kecil dibawah cervical untuk meningkatkan ekstensi leher. Lakukan splinting (dibelat/dibidai) Hand splint Hand splint Hand splint hand splint dengan abduksi ibu jari Supine dengan kepala datar dengan tempat tidur dan kaki ekstensi Posisi prone Supine dengan lutut ekstensi

Latihan ROM aktif dianjurkan segera dalam pemulihan pada fase akut untuk mengurangi edema dan mempertahankan kekuatan dan fungsi sendi. Disamping itu melakukan kegiatan/aktivitas sehari-hari (ADL) sangat efektif dalam mempertahankan fungsi dan ROM. Ambulasi dapat juga mempertahankan kekuatan dan ROM pada ekstremitas bawah dan harus dimulai bila secara fisiologis klien telah stabil. ROM pasif termasuk bagian dari rencana tindakan pada klien yang tidak mampu melakukan latihan ROM aktif. 3) Pembidaian (Splinting) Splint digunakan untuk mempertahankan posisi sendi dan mencegah atau memperbaiki kontraktur. Terdapat dua tipe splint yang seringkali digunakan, yaitu statis dan dinamis. Statis splint merupakan immobilisasi sendi. Dilakukan pada saat immobilisasi, selama tidur, dan pada klien yang tidak kooperatif yang tidak dapat mempertahankan posisi dengan baik. Berlainan halnya dengan dinamic splint. Dinamic splint dapat melatih persendian yang terkena. 4) Pendidikan Pendidikan pada klien dan keluarga tentang posisi yang benar dan perlunya melakukan latihan secara kontinue. Petunjuk tertulis tentang berbagai posisi yang benar, tentang splinting/pembidaian dan latihan rutin dapat mempermudah proses belajar klien dan dapat menjadi lebih kooperatif. g. Mengatasi Scar Hipertropi scar sebagai akibat dari deposit kolagen pada luka bakar yang menyembuh. Beratnya hipertropi scar tergantung pada beberapa faktor antara lain kedalaman LB, ras, usia, dan tipe autograft. Metode nonoperasi untuk meminimalkan hipertropi scar adalah dengan terapi tekanan (pressure therapy). Yaitu dengan menggunakan pembungkus dan perban/pembalut elastik (elastic wraps and bandages). Sedangkan tindakan pembedahan untuk mengatasi kontraktur dan hipertropi scar meliputi : 1) Split-thickness dan full-thickness skin graft 2) Skin flaps 3) Z-plasties 4) Tissue expansion. 3. Fase Rehabilitasi

Fase rehabilitasi adalah fase pemulihan dan merupakan fase terakhir dari perawatan luka bakar. Penekanan dari program rehabilitasi penderita luka bakar adalah untuk peningkatan kemandirian melalui pencapaian perbaikan fungsi yang maksimal. Tindakan-tindakan untuk meningkatkan penyembuhan luka, pencegahan atau meminimalkan deformitas dan hipertropi scar, meningkatkan kekuatan dan fungsi dan memberikan support emosional serta pendidikan merupakan bagian dari proses rehabilitasi. Perhatian khusus aspek psikososial Rehabilitasi psikologis adalah sama pentingnya dengan rehabilitasi fisik dalam keseluruhan proses pemulihan. Banyak sekali respon psikologis dan emosional terhadap injuri luka bakar yang dapat diidentifikasi, mulai dari ketakutan sampai dengan psikosis . Respon penderita dipengaruhi oleh usia, kepribadian (personality), latar belakang budaya dan etnic, luas dan lokasi injuri, dan akibatnya pada body image. Disamping itu, berpisah dari keluarga dan teman-teman, perubahan pada peran normal klien dan tanggungjawabnya mempengaruhi reaksi terhadap trauma LB. Fokus perawatan adalah pada upaya memaksimalkan pemulihan psikososial klien melalui intervensi yang tepat. (lihat Rencana Perawatan). Terdapat 4 tahap respon psikososial akibat trauma LB yang ditandai oleh Lee sebagai berikut: impact; retreat or withdrawal (kemunduran atau menarik diri);acknowledgement (menerima) dan reconstructive (membangun kembali). a. Impact. Periode impact terjadi segera setelah injuri yang ditandai oleh shock, tidak percaya (disbelieve), perasaan overwhelmed. Klien dan keluarga mungkin menyadari apa yang terjadi tetapi kopingnya pada waktu itu buruk. Pada penelitian yang telah dilakukan mengindikasikan bahwa keluarga dengan klien yang sakit kritis mempunyai kebutuhan untuk kepastian (assurance), kebutuhan untuk dekat dengan anggota keluarga yang lain dan kebutuhan akan informasi. Lebih spesifik lagi keluarga ingin mengetahui kapan anggota keluarganya dapat ditangani, apa yang akan dilakukan terhadap klien/anggota keluarganya, fakta-fakta tentang perkembangan/kemajuan klien, dan mengapa tindakan/prosedur dilakukan terhadap klien. b. Retreat or withdrawal (kemunduran atau menarik diri) Kemunduran (retreat) ditandai oleh represi, menarik diri (withdrawal), pengingkaran/penolakan (denial) dan supresi. c. Acknowledgement (menerima) Fase ketiga adalah menerima, dimulai bila klien menerima injuri dan perubahan gambaran tubuh ( body image). Selama fase ini klien dapat mengambil manfaat dari pertemuanya dengan klien luka bakar lainnya, baik dalam kontak perorangan maupun dengan kelompok. d. Reconstructive (membangun kembali) Fase terakhir adalah fase rekonstruksi, dimulai bila klien dan keluarga menerima keterbatasan yang ada akibat injuri dan mulai membuat perencanaan masa datang. Proses Keperawatan Luka Bakar A. Pengkajian Pengkajian merupakan langkah awal dari proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan data baik data subyektif maupun data obyektif. Data subyektif diperoleh berdasarkan hasil wawancara baik dengan klien ataupun orang lain, sedangkan data obyektif diperoleh berdasarkan hasil observasi dan pemeriksaan fisik. 1. Data biografi Langkah awal adalah melakukan pengkajian terhadap data biografi klien yang meliputi nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan, ras, dan lain-lain. Setelah pengkajian data biografi selanjutnya dilakukan pengkajian antara lain pada : 2. Luas luka bakar Untuk menentukan luas luka bakar dapat digunakan salah satu metode yang ada, yaitu metode rule of nine atau metode Lund dan Browder, seperti telah diuraikan dimuka. 3. Kedalaman luka bakar Kedalaman luka bakar dapat dikelompokan menjadi 4 macam, yaitu luka bakar derajat I, derajat II, derajat III dan IV, dengan ciri-ciri seperti telah diuraikan dimuka. 4. Lokasi/area luka

Luka bakar yang mengenai tempat-tempat tertentu memerlukan perhatian khusus, oleh karena akibatnya yang dapat menimbulkan berbagai masalah. Seperti, jika luka bakar mengenai derah wajah, leher dan dada dapat mengganggu jalan nafas dan ekspansi dada yang diantaranya disebabkan karena edema pada laring . Sedangkan jika mengenai ekstremitas maka dapat menyebabkan penurunan sirkulasi ke daerah ekstremitas karena terbentuknya edema dan jaringan scar. Oleh karena itu pengkajian terhadap jalan nafas (airway) dan pernafasan (breathing) serta sirkulasi (circulation) sangat diperlukan. Luka bakar yang mengenai mata dapat menyebabkan terjadinya laserasi kornea, kerusakan retina dan menurunnya tajam penglihatan. Lebih lanjut data yang akan diperoleh akan sangat tergantung pada tipe luka bakar, beratnya luka dan permukaan atau bagian tubuh yang terkena luka bakar. Data tersebut melipuri antara lain pada aktivitas dan istirahat mungkin terjadi penurunan kekuatan otot, kekakuan, keterbatasan rentang gerak sendi (range of motion / ROM) yang terkena luka bakar, kerusakan massa otot. Sedangkan pada sirkulasi kemungkinan akan terjadi shok karena hipotensi (shok hipovolemia) atau shock neurogenik, denyut nadai perifer pada bagian distal dari ekstremitas yang terkena luka akan menurun dan kulit disekitarnya akan terasa dingin. Dapat pula ditemukan tachikardia bila klien mengalami kecemasan atau nyeri yang hebat. Gangguan irama jantung dapat terjadi pada luka bakar akibat arus listrik. Selain itu terbentuk edema hampir pada semua luka bakar. Oleh karena itu pemantauan terhadap tanda-tanda vital (suhu, denyut nadi, pernafasan dan tekanan darah) penting dilakukan. Data yang berkaitan dengan respirasi kemungkinan akan ditemukan tanda dan gejala yang menunjukan adanya cidera inhalasi, seperti suara serak, batuk, terdapat partikel karbon dalam sputum, dan kemerahan serta edema pada oropharing, lring dan dapat terjadi sianosis. Jika luka mengenai daerah dada maka pengembangan torak akan terganggu. Bunyi nafas tambahan lainnya yang dapat didengar melalui auskultasi adalah cracles (pada edema pulmoner), stridor (pada edema laring) dan ronhi karena akumulasi sekret di jalan nafas. Data lain yang perlu dikaji adalah output urin. Output urin dapat menurun atau bahkan tidak ada urin selama fase emergen. Warna urine mungkin tampak merah kehitaman jika terdapat mioglobin yang menandakan adanya kerusakan otot yang lebih dalam. sedangkan pada usus akan ditemukan bunyi usus yang menurun atau bahkan tidak ada bunyi usus, terutama jika luka lebih dari 20 %. Oleh karena itu maka dapat pula ditemukan keluhan tidak selera makan (anoreksia), mual dan muntah. 5. Masalah kesehatan lain Adanya masalah kesehatan yang lain yang dialami oleh klien perlu dikaji. Masalah kesehatan tersebut mungkin masalah yang dialami oleh klien sebelum terjadi luka bakar seperti diabetes melitus, atau penyakit pembuluh perifer dan lainnya yang akan memperlambat penyembuhan luka. Disamping itu perlu pula diwaspadai adanya injuri lain yang terjadi pada saat peristiwa luka bakar terjadi seperti fraktur atau trauma lainnya. Riwayat alergi perlu diketahui baik alergi terhadap makanan, obat-obatan ataupun yang lainnya, serta riwayat pemberian imunisasi tetanus yang lalu. 6. Data Penunjang 1. Sel darah merah (RBC): dapat terjadi penurunan sel darah merah (Red Blood Cell) karena kerusakan sel darah merah pada saat injuri dan juga disebabkan oleh menurunnya produksi sel darah merah karena depresi sumsum tulang. Sel darah putih (WBC): dapat terjadi leukositosis (peningkatan sel darah putih/White Blood Cell) sebagai respon inflamasi terhadap injuri. Gas darah arteri (ABG): hal yang penting pula diketahui adalah nilai gas darah arteri terutama jika terjadi injuri inhalasi. Penurunan PaO2 atau peningkatan PaCO2. Karboksihemoglobin (COHbg) :kadar COHbg (karboksihemoglobin) dapat meningkat lebih dari 15 % yang mengindikasikan keracunan karbon monoksida. Serum elektrolit :

2. 3. 4. 5.

1) Potasium pada permulaan akan meningkat karena injuri jaringan atau kerusakan sel darah merah dan menurunnya fungsi renal; hipokalemiadapat terjadi ketika diuresis dimulai; magnesium mungkin mengalami penurunan. 2) Sodium pada tahap permulaan menurun seiring dengan kehilangan air dari tubuh; selanjutnya dapat terjadi hipernatremia.

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Sodium urine :jika lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan kelebihan resusitasi cairan, sedangkan jika kurang dari 10 mEq/L menunjukan tidak adekuatnya resusitasi cairan. Alkaline pospatase : meningkat akibat berpindahnya cairan interstitial/kerusakan pompa sodium. Glukosa serum : meningkat sebagai refleksi respon terhadap stres. BUN/Creatinin : meningkat yang merefleksikan menurunnya perfusi/fungsi renal, namun demikian creatinin mungkin meningkat karena injuri jaringan. Urin : adanya albumin, Hb, dan mioglobin dalam urin mengindikasikan kerusakan jaringan yang dalam dan kehilangan/pengeluaran protein. Warna urine merah kehitaman menunjukan adanya mioglobin Rontgen dada: Untuk mengetahui gambaran paru terutama pada injuri inhalasi. Bronhoskopi: untuk mendiagnosa luasnya injuri inhalasi. Mungkin dapat ditemukan adanya edema, perdarahan dan atau ulserasi pada saluran nafas bagian atas ECG: untuk mengetahui adanya gangguan irama jantung pada luka bakar karena elektrik. Foto Luka: sebagai dokumentasi untuk membandingkan perkembangan penyembuhan luka bakar.

Diagnosa dan Intervensi Keperawatan:

Diagnosa/masalah kolaborasi Fase Eemergensi (E) 1. Defisit volume cairan b.d. pe- ningkatan permeabi-litas kapiler dan perpin-dahan cairan dari ruang intravaskuler ke ruang interstitial

Tujuan & criteria hasil Klien akan memperlihatkan perbaikan keseimbangan cairan, yang ditandai oleh :

Intervensi

Rasionalisasi

Tidak kehausan Mukosa mulut/bibir lembab Output urine : 3050 cc/jam Sensori baik Denyut nadi : <> Kaji terjadinya hi-povolemia tiap 1 jam selama 36 jam Ukur/timbang berat badan setiap hari. Monitor dan doku-mentasikan intake dan output setiap jam Berikan replacement cairan dan elektrolit melalui intra vena sesuai program. Monitor serum elektrolit dan hematokrit. o Perpindaha n cair- an

dapat menyebabkan hipovolemia Berat badan merupakan indek yg akurat keseimbangan cairan. Output urine merupakan pengukuran yg efektif terhadap keberhasilan resusitasi cairan. Cairan intravena dipergunak an un tuk memperbai ki volume cairan. Hiperkalem ia dan peningkata n hematokrit merupakan hal yang sering terjadi.
Lanjutan

Diagnosa/masalah Tujuan & criteria kolaborasi hasil Perawat akan Masalah Kolaborasi memoni-tor bunyi (Fase Emergensi) 2. Potensial illeus paralitikusus normal aktif, b.d. stress akibat injury. adanya distensi abdomen, produksi Masalah Kolaborasi

Intervensi

Rasionalisasi

Kaji kebutuhan untuk pemasangan NGT. Kaji fungsi usus :

(Fase Emergensi) 3. Potensial gagal ginjal b.d. adanya hemachromagen dalam urine karena luka bakar yang dalam

flatus dan gerakan usus normal. Perawat akan memoni-tor adanya hemachro-magen dalam urine & output urine adekuat : 75-100 cc/hari

Auskultasi bu-nyi usus tiap 4 jam Observasi dis-tensi abdomen

Monitor output gaster, jumlah, warna dan ada-nya darah serta pH. Monitor dan dokumentasikan output urine setiap jam & warna urine. Pastikan aliran kateter urine dalam keadaan baik. Berikan cairan intravena sesuai program Siapkan sampel urine untuk pemeriksaan kadar myoglobin/hemoglobin sesuai program o Illeus umumnya terjadi pada luka bakar > 20 25% o Bunyi usus mengindikas ikan adanya peristal-tik. o Distensi abdomen menunjukan ter-jadinya illeus o Pengeluaran cair-an dari gaster memerlukan re-placement cair-an. Ulkus pada gaster sering ter-jadi pada luka bakar berat.

Urine akan berwarna merah atau coklat gelap jika terdapat hemachroma gen Kateter dapat tersumbat oleh hemachroma gen. Hemachrom agen akan terbilas atau keluar dari tubuh. Memberikan informasi tentang resiko gagal ginjal.
Lanjutan

Diagnosa/masalah kolaborasi (Fase Akut) & (Emergensi) 4. Gangguan pertukaran gas b.d. keracunan carbonmo-noxida, kerusakan paru akibat pabas.

Tujuan & kriteria Intervensi hasil Klien akan Gelisah, bing-ung menunjukan (confuse) perbaikan pertukaran Terdapat upaya nafas, gas, yang ditandai Tachypnea, oleh : Dyspnea, Tachicardia, Respirasi Kadar PaO2 dan SaO2 menurun 16-24 kali/menit Cyanosis tanpa upaya PaO2 > 90 Monitor kadar mmHg gas darah arteri PaCO2 : dan COHb sesuai 35-45 mmpermintaan dokter Hg Monitor kadar SaO2 > SaO2 secara 95% kontinu Suara nafas Berikan oksigen kedua paru seuai program bersih. Ajarkan pasien Kaji tandapenggunaan

Rasionalisasi

tanda respiratori distres yang ditandai oleh:

spirometri. Tinggikan tempat tidur bagian kepala. Monitor kebutuhan untuk pema-sangan intubasi endotraheal. o Gangguan pertu-karan gas dapat megakibatk an respiratori distres karena hypoksemia. o Memberika n data tentang efektifi-tas respirasi/ oksigenasi. o Memberika n data oksigenasi non-invasif. o Menurunka n hipoksemia o Mendorong untuk bernafas dalam. o Mempermu dah ekspansi paru o Intubasi mungkin diperlukan untuk memelihara

oksi-genasi
Lanjutan

Diagnosa/masalah Tujuan & kriteria hasil kolaborasi Bersihan jalan nafas klien akan (E, A) 5. Bersihan jalan nafas efektif, yang ditandai oleh: tidak efektif b.d. edema trahea, Suara nafas bersih menurunnya fungsi Sekresi pulmoner bersih ciliar paru akibat injuri sampai putih inhalasi Monbilisasi sekreai pulmoner (E, A) efektif 6. Perubahan perfusi Respirasi tanpa upa-ya jaringan perifer b.d. Respirasi rate:16-24 kali/mnt konstriksi akibat luka Tidak ada ronchi, whezing, bakar. stridor Tidak ada dispnea Tidak ada sianosis. Perfusi perifer klien akan menjadi adekuat, yang ditandai oleh:

Intervensi

Rasionalisasi

Denyut nadai dapat diraba melalui palpa-si/Dopler Capilari refill pada kulit yang tidak ter-bakar <> Tidak ada kebal Tidak terjadi pening-katan rasa nyeri pada waktu melakukan latihan ROM Ajarkan klien un-tuk batuk dan ber-nafas dalam setiap 1-2 jam selama 24 jam, kemudian se-tiap 2-4 jam, saat terjaga. Letakan peralatan suction oral dalam jangkaun klien untuk digunakan sen-diri oleh klien. Lakukan endotra-cheal suction jika diperlukan, dan monitor serta doku-mentasikan karak-teristik sputumnya. Lepaskan semua perhiasan & pakai-an yg kencang/ sempit Batasi penggunaan cuff tekanan darah yang dapat menye-babkan konstriksi pada ekstremitas. Monitor denyut arteri melalui

pal-pasi atau dengan Dopler setiap jam selama 27 jam. Kaji Capilary refill pada kulit yang tak terbakar pada bagi-an ekstremitas yg terkena. o Mempermudah dalam member-sihkan saluran nafas bagian atas. o mendorong klien untuk member-sihkan sendiri sekresi oral dan sputum. o Menghilangkan sekresi dari sa-luran nafas bagi-an atas. Warna, konsistensi, bau dan banyaknya dapat mengindi-kasikan adanya infeksi. o Dapat membahayakan sirkulasi sebagai akibat terjadinya edema. o Dapat menurun-kan aliran arteri dan venous return. o Menurnkan/menghilan gkan hipok-semia o Capilary refil menjadi meman-jang & gangguan sirkulasi.
Lanjutan

Diagnosa/masalah kolaborasi (E, A) 7. Hypotermia b.d. kehilangan jaringan epitel dan fluktuasi suhu udara.

Tujuan & kriteria hasil Klien akan memperta-hankan suhu tubuh yang normal, yang ditandai oleh core body temperature antara 99,6 101,0 derajat F.

Intervensi

Rasionalisasi

Kaji tingkatan nye-ri dengan latihan ROM aktif Tinggikan ekstremitas yang terkena di atas permukaan jantung. Dorong klien untuk melakukan latihan ROM aktif Antisipasi & siap-kan klien untuk escharotomy Perawatan Post

Escharotomy : Kaji keadekuatan sirkulasi : Cek nadi Catat warna, pergerakan & sensasi ekstre-mitas yang terkena.

Atasi perdarahan post operasi escharotomy dgn penekanan, elektrocautery, menjahit pembuluh yang mengalami perdarahan. Monitor suhu rectal sesuai indikasi (setiap jam selama fase emergensi dan setelah dilakukan pembedahan Iskemia jaringan menyebabkan timbulnya rasa nyeri. Menurunkan pembentukan edema dependen. Meningkatkan venous return dan menurunkan atropi otot. Escharotomi dilakukan untuk memperbaiki sirkulasi dan jaringan. Data-data tsb mengindikasikan perfusi yg adekwat. Jaringan yang masih hidup dibawahnya akan berdarah. o Hipotermia dapat

terjadi setelah kehilangan kulit karena rusaknya regulator panas.


Lanjutan

Diagnosa/masalah kolaborasi Masalah Kolaborasi (E, A) 8. Resiko tinggi terjadi stres ulcer b.d. respon stres neurohormonal akibat luka bakar (A) 9. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d. meningkatnya kebutuhan metabolik untuk penyembuhan luka.

Tujuan & kriteria hasil Perawat akan memonitor perdarahan gastrointestin dan akan mempertahankan pH gaster > 5 Nutrisi klien adekuat, ditandadi oleh dapat mempertahankan pada 85-90% berat badan sebelum luka bakar.

Intervensi

Rasionalisasi

Batasi bagian tubuh yang terpapar selama melakukan perawatan luka Batasi lama pengo-batan hidroterapi semapai dengan 30 menit atau kurang dengan suhu air antara 98 102,0 derajat F Gunakan pemanas luar / radiasi lampu pemanas. Pertahankan/pelihara ruangan prosedur tetap hangat. Monitor dan doku-mentasikan nilai pH gaster dan ada-nya darah setiap 2 jam pada saat NGT terpasang. Berikan antacida dan/atau H2 reseptor antagonis sesuai program dokter. Monitor feses akan adanya darah. Kaji berat badan sebelum luka bakar Konsulkan pada ahli diet o Bagian yang terbuka

(terekspos) dapat menyebabkan hipotermia. Panas keluar dari luka yang terbu-ka dan setelah hidroterapi mela-lui evaporasi. Sumber panas eksternal Sekresi asam gaster dapat menyebabk an perdarahan Menurunka n isi asam lambung Stres ulcer menyebabkan perdarahan, dan mungkin dapat dieksresi keda-lam feses. Kebutuhan kalori didasarkan pada berat badan pre luka bakar Untuk melakukan kajian nutrisi.
Lanjutan

Diagnosa/masalah kolaborasi

Tujuan & kriteria hasil

Intervensi Kaji pola makan, kesukaan, alergi makanan dalam 72 jam setelah makan. Catat intake kalori (jumlah kalori) Ukur berat badan setiap hari untuk mengikuti kecenderungan be at badan (kecuali: jika pro-sedur operasi memerlukan pemba-tasan pergerakan). Lakukan oral higi-ene setiap shift/jika dibutuhkan. Atur jadwal treatmen yang diberi- kan agar tak mengganggu jadwal makan. Sediakan waktu istirahat sebelum jam makan jika klien mengalami nyeri karena prose-dur

Rasionalisasi

atau treatmen. Sediakan alat bantu utk mempermud ah makan. Dorong klien/keluarga unttk memba-wa makanan kesu-kaan dari rumah. Berikan nutrisi suplemen diantara jam makan. Berikan reinforcemen positif untuk makan. Sebagai data dasar Data kuantitatif intake kalori Berat badan akan stabil jika intake kaloti terpenuhi Mencegah stoma-titis & meningkat kan selera makan Jika jadwal ma-kan terganggu dapat menurunkan intake kalori Nyeri menurunkan selera makan

Mempermud ah perawatan diri Klien akan selera dengan makanan yang disukai. Kebutuhan kalori seringkali perlu ditingkatkan. Klien anoreksia meyakini bahwa makan tidaklah bermanfaat
Lanjutan

Diagnosa/masalah Tujuan & kriteria kolaborasi hasil Klien tak akan (E, A) 10. Resiko tinggi terjadinya menga- lami invasi infeksi b.d. hilangnya mikroba pada luka, pertahanan kulit, ganggu-an yg ditandai oleh : respon imune, adanya pemasangan kateter Hasil kultur (indweling urinary cateter luka <> dan intravenous cateter), Suhu : 36dan prosedur invasif 37C. (pengambilan sampel darah Tidak ada baik arteri maupun vena pembengdan bronchoscopy) kakan, kemerahan, atau sekret purulen pada tempat-tempat penusukan (kateter, vena) Kultur darah, urine dan sputum negatif. Berikan

Intervensi

Rasionalisasi

propilaksis tetanus jika perlu. Pertahankan tehnik untuk mengontrol infeksi Instruksikan kelua-rga atau lainya tentang tindakantin-dakan mengontrol infeksi. Lakukan cuci tangan dengan baik Kaji tandatanda klinik infeksi: perubahan warna luka atau drainage, bau, penyembuhan yang lama; nyeri kepala, menggigil, anoreksia, mual; perubahan tanda-tanda vital; hiperglikemia dan gliko-suria; paralitic ileus, bingung, gelisah, halusinasi. Sebelum diberikan obat topikal ulang, cuci dan bersihkan luka lebih dahulu. Buang jaringan yg telah mati. Potong rambut ba-dan

di sekitar tepian luka (kecuali bulu dan alis mata) Lingkungan es-char yang anae-robic memungkinkan pertum-buhan organisme penyebab tetanus. Mencegah konta-minasi silang Meningkatkan kesadaran/kep a-tuhan. Menurunkan insiden kontami-nasi silang Luka terbuka dan klien imunokompromi sehingga infeksi luka baik lokal maupun sistemik adalah suatu resiko. Untuk membuang kotoran. Jaringan tersebut medium yg baik bagi pertumbuh-an bakteri Rambut dapat terkontaminas i& menganggu me-

nempelnya krim
Lanjutan

Diagnosa/masalah kolaborasi (E, Rehabilitasi/R) 11. Nyeri b.d. injury luka bakar, stimulasi ujungujung saraf, treatmen dan kecemasan.

Tujuan & kriteria Intervensi hasil Klien akan lebih - 45 menit sebenyaman ditandai lumnya jika me-lalui oleh: mulut. - 30 menit Menyatakan sebelumnya jika rasa nyeri/tak melalui intra muskular nyaman - 5-10 menit berkurang. Klien dapat sebelumnya jika menge-nali melalui intravena faktor-faktor Jangan diberikan melalui intramusyg mempengaruh kular pada klien dengan luka bakar i nyeri Kaji respon berat fase emergent klien terhadap nyeri saat Ajarkan perawatan tehnik reluka dan saat laksasi , istirahat. terapi mu Berikan obat sik, guided penghilang image-ry, nyeri: distraksi dan hypnosis Jelaskan semua pro sedur pada klien & sediakan waktu utk persiapan. Bicaralah dengan klien ketika melakukan perawatan dan melakukan prosedur. Kaji kemungkina n kebutuhan untuk pemberian

Rasionalisasi

anxioli-tik Catat respon klien terhadap medikasi dan pengobatan nonfarmakol ogik Sebagai data dasar Waktu yang adekuat bagi onset analgetik. Injeksi i.m. tidak dianjurkan kare-na keterba-tasan sirkulasi mengganggu absorpsi Merupakan anal-getik nonfarmakologik Untuk menurun-kan kecemasan Meningkatka n rasa percaya klien Kecemasan menurunkan ambang nyeri. Menilai efekti-vitas intervensi.
Lanjutan

Diagnosa/masalah kolaborasi (A, R) 12. Kurang mampu merawat diri (grooming, bathing, eating, elimination) b.d. deficit

Tujuan & criteria hasil Klien akan mengalami penurunan berkurangnya kemampuan dalam perawatan diri

Intervensi

Rasionalisasi

Kaji kemampuan klien dalam pera-watan diri.

fungsional akibat dari injuri & akan luka bakar, nyeri, balutan, memperlihatkan pedan anjur-an immobilisasi ningkatan partisipasi dalam perawatan diri. (E, A, R) 13. Gangguan mobilitas Klien akan fisik b.d. edema, nyeri, mengalami balut-an, prosedur peningkatan mobilits pembedah-an, dan fisik ditandai dengan kontraktur luka. kembali secara maksi-mal melakukan aktivi-tas sehari-hari dengan kecacatan dan ganggu-an figur yang minimal.

Konsulkan dengan terapi okupasi tentang perlunya penggunaan alat bantu. Dorong klien untuk berpartisipasi dalam melakukan tugas-tugas perawatan diri. Yakinkan pada klien bahwa ia memerlukan waktu yang cukup untuk menyelesaika n tugastugasnya. Berikan reinforcement positif apabi-la tugas-tugas klien dapat dicapai. Kaji ROM dan kekuatan otot pada area luka yg mung-kin mengalami kontraktur setiap hari atau jika diperlukan. Pertahankan area luka dalam posisi fungsi fisiologis. Jelaskan alasan perlunya

aktivitas dan pengaturan po-sisi klien dan keluarga. Sebagai data dasar Meningkatka n perawatan diri. Membantu memotivasi klien dan menghilangkan rasa takut/ khawatir dan ketergantung an Membantu meng-ontrol dirinya. Meningkatka n kemandirian dan motivasi. Sebagai data dasar Mencegah/m enu-runkan terjadinya kontraktur. Meningkatka n kepatuhan.
Lanjutan

Diagnosa/masalah Tujuan & criteria kolaborasi hasil Klien akan (A, R) 14. Resiko tinggi gangguan mengembangkan harga diri b.d. ancaman perbaikan slef esteem perubahan/actual perubah ditandai oleh: an pada body image, kehilangan fisik dan Membuat kehilangan akan peran dan kontak sosial tanggungjawab. dengan orang

Intervensi

Rasionalisasi

lain selain anggota keluarga. Mengembang kan mekanisme koping yang efektiv selama tahap pemulihan. Mengemukak an keluhannya tentang konsep diri. Konsultasi untuk terapi fisik dan okupasi serta atur jadwalnya sesuai kebutuhan. Dorong melakukan ROM aktif setiap 2-4 jam saat terjaga jika tidak ada kontraindikasi sebab prosedur graf yang sedang dilakukan. Ambulasi klien ke kursi atau berjalan (jika tidak ada kontraindikasi oleh prosedur graf atau injuri lainnya) Lakukan latihan pasif jika klien tak mampu berparti-sipasi

aktif. Tentukan gaya ko-ping sebelumnya. Jelaskan proyeksi penampilan luka ba kar & graft selama fase-fase penyembuhan luka Pastikan klien melalui perkembangan tahapan denial, berduka dan menerima injuri dan recoveri Untuk diberikan alat yang dibutuhan. Mengontrol ede-ma postresusitasi dan mencegah atropi otot, per-lengketan tendon, kekakuan sendi dan pemendekan capsular. Ambulasi meningkatkan kekuatan otot dan fungsi cardiopulmoner. ROM pasif mempertahan kan gerak sendi dan tonus otot. Sebagai data da-sar tentang

ko-ping sebelumnya dan mungkin kli-en akan mencoba lagi gaya koping tersebut. Memberikan informasi; dapat menurunkan miskonsepsi. Perkembanga n klien bervariasi tergantung pada tingkatan injuri, persepsi terhadap injuri, sistem pe-nyokong & gaya koping sebelum-nya.
Lanjutan

Diagnosa/masalah Tujuan & criteria Intervensi kolaborasi hasil Keluarga akan - Pastikan kontinu(E, A, R) 15. Resiko tinggi akan tidakmenga-lami itas pemberian efektifnya coping keluar-ga perbaikan strategi perawatan b.d. sifat yang emer-gensi koping ditandai oleh: - Diskusikan se-mua dan kritis dari luka bakar aktivitas dan dan perpisahan/ jauh dari prosedur sebelum rumah dan teman. Mengungkapk dimulai. - Dukung peran an tujuan pengobatan, klien dalam peramengungkapa watan dan pengobatan. n stres - Sampaikan inforemosional. Memahami masi perkembangan klien. pelaya-nan pendukung - Beri informasi yang tersedia. yang jujur, dan Kaji perilaku reinforcement mal-adaptif positif. Tingkatkan - Bantu anggota rasa percaya keluarga/orang lain untuk berin-teraksi

Rasionalisasi

Perilaku maladap tif adalah berbahaya. Meningkat kan kepercayaa n Menurnkan kecemasan Memotivas i klien; menurunka n rasa takut Jangan memberikan

diri klien:

dengan klien.

Dorong agar berinteraksi dengan orang lain diluar rumah. Bagi informasi pada keluarga atau orang lain yang berkunjung untuk pertama kalinya tentang:

- Luasnya luka dan perubahan penam pilan klien. - Prosedur dan peralatan yang digunakan. Diagnosa/masalah kolaborasi Tujuan & kriteria hasil

harapan palsu tentang per baikan fungsi jika kerusakan irrever sibel. Keluarga mung-kin takut dan membutuh kan bimbingan. Memfasilit asi reinteraksi sosial Persiapan untuk menurunka n rasa takut

Lanjutan

Intervensi Tentukan bagaima-na cara klien dan keluarga mengatasi stres dimasa lalu. Bantu klien meng-atasi stres dengan memberikan strategi koping seperti diversi dan tehnik relaksasi Informasikan kelu-arga tentang perkembangan/perub ahan klien tiap hari. Konsulkan pada psikolog,

Rasionalisasi

psikiater, pekerja sosial, pe-rawat spesialis psi-kiatri jika diperlu-kan Sebagai data dasas Memberikan strategi baru pada klien Mempertahankan persepsi yang realistik tentang perkembangan klien Para profesional tersebut dapat membantu memperbaiki strategi koping klien

Kesimpulan Perawatan LB merupakan hal yang komplek dan menantang. Trauma fisik dan psikologis yang dialami setelah injuri dapat menimbulkan penderitaan baik bagi penderita sendiri maupn keluarga dan orang lain yang dianggap penting. Anggota yang menjadi kunci dari tim perawatan luka bakar adalah perawat yang bertanggung jawab untuk membuat perencanaan perawatan yang bersifat individual yang merefleksikan kondisi klien secara keseluruhan.
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, M.E., et al. (1995). Nursing care plans guidelines for planning patient care.(2 Philadelphia: F.A. Davis Co.

nd

ed.).
th

Luckmann & Sorensen. (1993). Medical-surgical nursing a psychophysiologic approach, (4 ed.). Philadelphia: W.B. Saunder Co. Nettina, S. (1996). The Lippincott manual of nursing practice. (6 ed.). Lippincott: Lippincott-Raven Publisher. Thompson, J.M. (1987). Clinical nursing. St. Louis: Mosby.
th

http://www.scribd.com/doc/60917922/5/Luka-Bakar-Kimia

Kimia Bakar Ikhtisar


Luka bakar kimia dapat terjadi di rumah, di tempat kerja atau sekolah, dan sebagai akibat kecelakaan atau penyerangan. Meskipun beberapa orang di Amerika Serikat meninggal setelah kontak dengan bahan kimia di rumah, banyak zat umum pada ruang tamu dan ruang penyimpanan dapat melakukan bahaya serius. Luka bakar kimia banyak terjadi penyalahgunaan sengaja melalui produk seperti yang untuk rambut, kulit, dan perawatan kuku . Meskipun cedera yang terjadi di rumah, risiko mempertahankan bakar kimia adalah jauh lebih besar di tempat kerja, terutama dalam bisnis dan pabrik yang menggunakan sejumlah besar bahan kimia.

Kimia Bakar Penyebab


Kebanyakan bahan kimia yang menyebabkan luka bakar baik yang kuat adalah asam atau basa. Sekilas informasi medis pada label bahan kimia berbahaya menegaskan diharapkan toksisitas . Akal sehat pencegahan dan pendidikan konsumen dapat mengurangi risiko keluarga Anda cedera . Berbagai produk rumah tangga cocok dengan gambaran ini: Pemutih Beton Tiriskan atau pembersih toilet Logam pembersih Kolam chlorinators Semua luka bakar kimia harus dipertimbangkan darurat medis. Luka bakar kimia yang paling sering mengenai wajah, mata, dan tangan dan kaki. Biasanya luka bakar kimia akan relatif kecil dan akan hanya membutuhkan rawat jalan pengobatan.Luka bakar kimia dapat menipu, namun.Beberapa agen dapat menyebabkan kerusakan jaringan dalam tidak mudah terlihat ketika Anda pertama kali melihatnya. o o o o o o o Kerusakan jaringan dari luka bakar kimia tergantung pada beberapa faktor. Kekuatan atau konsentrasi agen Situs kontak (mata, kulit, mukosamembran ) Apakah ditelan atau dihirup Apakah atau tidak kulit utuh Dengan berapa banyak agen Anda datang ke dalam kontak Durasi paparan Bagaimana kimia bekerja

o o o o o

Tanda dan gejala luka bakar kimia meliputi: Kemerahan, iritasi, atau pembakaran di lokasi kontak Nyeri atau mati rasa di lokasi kontak Pembentukan lepuh atau kulit mati hitam di situs kontak Visi perubahan jika bahan kimia yang masuk ke mata Anda Batuk atau sesak napas

o o o o o o

Pada kasus yang berat, Anda dapat mengembangkan salah satu dari berikut: Tekanan darah rendah Pingsan, kelemahan, pusing Sesak napas atau batuk yang parah Sakit kepala Otot berkedut atau kejang Penangkapan jantung atau denyut jantung tidak teratur

Luka bakar kimia dapat sangat tidak terduga. Kematian dari cedera kimia, meskipun jarang, dapat terjadi.

Kapan Mencari Perawatan Medis


Setelah semua bahaya telah berlalu dan Anda telah menyelesaikan pertolongan pertama dasar, hubungi dokter Anda untuk meninjau cedera Anda dan kimia yang terlibat untuk memastikan Anda tidak perlu pengobatan darurat lebih lanjut. Dokter Anda dapat mengatur pengobatan yang tepat atau akan mengarahkan Anda untuk pergi ke rumah sakitgawat darurat . Setiap terbakar kimia dapat alasan yang sah untuk memanggil bantuan medis darurat.Selalu berbuat salah di sisi keselamatan dan menelepon 911 jika Anda tidak mengetahui keparahan stabilitas, cedera medis dari orang yang terluka, atau jika Anda mempunyai keprihatinan apapun tentang cedera kimia. Personil darurat dilatih untuk menilai sejauh mana luka bakar kimia, mulai pengobatan, dan korban transportasi ke rumah sakit yang paling tepat. Pejabat darurat juga dapat menentukan kebutuhan untuk dekontaminasi melibatkan lebih baik Anda dan lokasi kecelakaan sebelum pergi ke rumah sakit. Ketika Anda menghubungi 911, memberitahu operator sebanyak mungkin informasi berikut: Jumlah dan lokasi dari orang yang terluka atau orang Mekanisme atau sifat dari cedera (bagaimana hal itu terjadi) Apakah personel gawat darurat dapat mencapai para korban (korban terjebak?) Nama, kekuatan, dan volume atau kuantitas bahan kimia yang menyebabkan membakar (memberikan wadah bahan kimia untuk personel gawat darurat, jika memungkinkan) Lamanya waktu kontak dengan bahan kimia

Ujian dan Tes

Dalam gawat darurat, Anda dapat mengharapkan berikut: Awal evaluasi dan stabilisasi Cepat evaluasi kimia Penentuan tingkat cedera Tes darah dan studi lain untuk menentukan apakah Anda harus dirawat di rumah sakit

Kimia Bakar Pengobatan


Kebanyakan orang dengan luka bakar kimia tidak perlu dirawat. Sebagian besar bisa pulang setelah mengatur tindak lanjut perawatan dengan dokter mereka. Dalam kasus yang parah, bagaimanapun, mereka mungkin perlu dirawat di rumah sakit.
Next Page:

Perawatan Diri

Self-Perawatan di Rumah
Mulailah pertolongan pertama dasar. Segera hubungi 911 jika Anda memiliki cedera parah, setiap sesak napas, nyeri dada , pusing, atau gejala lain di seluruh tubuh Anda. Jika Anda adalah membantu orang yang terluka dengan gejala-gejala ini, orang awam ke bawah dan segera menelepon 911. Hapus sendiri atau korban dari daerah kecelakaan. Hapus semua pakaian yang terkontaminasi. Cuci daerah yang terluka untuk mencairkan atau menghapus substansi , menggunakan volume besar air. Cuci setidaknya selama 20 menit, mengurus untuk tidak membiarkan limpasan untuk menghubungi bagian dari tubuh Anda terpengaruh. Sikat lembut pergi setiap bahan padat, lagi menghindari permukaan tubuh tidak terpengaruh. Terutama membasuh bahan kimia apapun di mata Anda. Kadang-kadang cara terbaik untuk mendapatkan sejumlah besar air ke mata Anda untuk melangkah ke kamar mandi.

Pengobatan
Cairan infus mungkin diperlukan untuk menormalkan tekanan darah dan detak jantung . Akses IV juga dapat digunakan untuk pengobatan yang diperlukan untuk mengobati rasa sakit atau melindungi terhadap infeksi . Dekontaminasi akan mulai (air irigasi mungkin). Anda akan diberi obat penawar untuk melawan kimia, jika sesuai. Antibiotik sering tidak diperlukan untuk luka bakar kimia kecil. Luka akan dibersihkan dan dibalut dengan krim dan membungkus obat steril sesuai kebutuhan.

Konsultasi dengan spesialis medis lainnya dapat dilakukan jika diindikasikan. Nyeri pada luka bakar sering dapat parah.Kontrol nyeri yang memadai akan ditangani oleh dokter Anda. Jika ada indikasi dari pernapasan masalah, tabung pernapasan dapat ditempatkan pada Anda saluran napas untuk membantu.

Tindak lanjut
Setelah meninggalkan departemen darurat, hubungi dokter Anda dalam waktu 24 jam untuk mengatur tindak lanjut perawatan. Panggil cepat jika ada masalah baru atau masalah muncul.

Pencegahan
Mengamankan semua bahan kimia, dan keluar dari rumah, di lemari terkunci atau keluar dari jangkauan anak-anak. Bila menggunakan bahan kimia, selalu mengikuti petunjuk dan tindakan pengamanan pada label yang diberikan oleh produsen. Kenakan pakaian keamanan dan pelindung mata, dan ingat-keselamatan pertama!

Outlook
Luka bakar kimia yang paling ringan dan dapat diobati tanpa menyebabkan masalah jangka panjang. Beberapa luka bakar, bagaimanapun, menyebabkan komplikasi medis yang signifikan jaringan parut atau lainnya. Luka bakar pada mata dapat menyebabkankebutaan . Menelan bahan kimia berbahaya dapat menyebabkan masalah dalam Anda saluran pencernaan , berpotensi menyebabkan cacat permanen. Penulis: Bryon K McNeil, MD, Direktur Medis, bioterorisme dan Kesiapsiagaan Darurat, Asisten Profesor Klinis, Departemen of Internal Medicine, Emergency Medicine, Via-Kristus Regional Medical Center, Wichita, Kansas. Rekan penulis (s): David Jaslow, MD, MPH, Direktur Layanan Darurat Kedokteran, Direktur Kedokteran Bencana, Temple University Hospital, Asisten Profesor, Departemen Internal Medicine, Divisi of Emergency Medicine, Temple University. Editor: Scott H Plantz, MD, FAAEM, Direktur Riset, Asisten Profesor, Departemen Kedokteran Darurat, Gunung Sinai School of Medicine; Francisco Talavera, PharmD, PhD, Editor Senior Farmasi, eMedicine, Jerry Balentine, DO, Profesor of Emergency Medicine, New York College of Osteopathic Kedokteran, Direktur Medis, Rumah Sakit Santo Barnabas.

http://www.emedicinehealth.com/chemical_burns/article_em.htm

1. Hapus penyebab luka bakar dengan terlebih dahulu menyikat bahan kimia kering tersisa dan kemudian membilas kimia dari permukaan kulit dengan air dingin dan lembut berjalan selama 20 menit atau lebih. 2. Lepaskan pakaian atau perhiasan yang telah terkontaminasi oleh bahan kimia. 3. Bungkus area yang terbakar longgar dengan pembalut kering, steril atau kain bersih. 4. Rewash area yang terbakar selama beberapa menit jika pengalaman orang meningkatkan pembakaran setelah mencuci awal. 5. Ambil pereda nyeri over-the-counter. Ini termasuk aspirin, ibuprofen (Advil, Motrin, others), naproxen (Aleve) atau asetaminofen (Tylenol, orang lain). Gunakan hati saat memberikan aspirin pada anak atau remaja. Meskipun aspirin disetujui untuk digunakan pada anak-anak lebih tua dari usia 2, anak-anak dan remaja pulih dari cacar air atau gejala seperti flu tidak seharusnya mengambil aspirin. Bicarakan dengan dokter Anda jika Anda memiliki masalah. Dapatkan suntikan tetanus. Semua luka bakar yang rentan terhadap tetanus. Dokter menyarankan Anda mendapatkan tetanus tembakan setiap 10 tahun. Jika gambar terakhir Anda lebih dari lima tahun yang lalu, dokter anda dapat merekomendasikan suntikan tetanus booster. Luka bakar kimia ringan biasanya sembuh tanpa perawatan lebih lanjut. Mencari bantuan medis darurat jika: Orang menunjukkan tanda-tanda syok, seperti pingsan, kulit pucat atau bernapas secara dangkal terutama Kimia membakar menembus lapisan pertama kulit, dan membakar tingkat dua sehingga mencakup area lebih dari 3 inci (7,6 cm) dengan diameter Kimia terbakar terjadi pada mata, tangan, kaki, wajah, pangkal paha atau bokong, atau melalui sendi utama Orang memiliki rasa sakit yang tidak dapat dikontrol dengan over-the-counter penghilang rasa sakit Jika Anda tidak yakin apakah suatu zat beracun, panggilan pusat kendali racun di 800-222-1222. Jika Anda mencari bantuan darurat, mengambil kontainer kimia atau deskripsi lengkap dari substansi dengan Anda untuk identifikasi.

Luka bakar kimia


Kimia Bakar Ikhtisar Kimia luka bakar dapat terjadi di rumah, di tempat kerja atau sekolah, dan sebagai akibat kecelakaan atau penyerangan. Meskipun beberapa orang di Amerika Serikat meninggal setelah kontak dengan bahan kimia di rumah, banyak zat umum pada ruang tamu dan ruang penyimpanan dapat melakukan bahaya serius. Luka bakar kimia banyak terjadi penyalahgunaan sengaja melalui produk seperti rambut, kulit perawatan, dan kuku. Meskipun cedera yang terjadi di rumah, risiko mempertahankan bakar kimia adalah jauh lebih besar di tempat kerja, terutama dalam bisnis dan pabrik yang menggunakan sejumlah besar bahan kimia.

Kimia Bakar Penyebab Kebanyakan bahan kimia yang menyebabkan luka bakar baik yang kuat adalah asam atau basa. Sekilas informasi medis pada label bahan kimia berbahaya menegaskan toksisitas yang diharapkan. Akal sehat pencegahan dan pendidikan konsumen dapat mengurangi risiko keluarga Anda cedera. Berbagai produk rumah tangga cocok dengan gambaran ini: Pemutih Beton Tiriskan atau pembersih toilet Logam pembersih Kolam chlorinators Kimia Bakar Gejala Semua luka bakar kimia harus dipertimbangkan darurat medis. Jika Anda memiliki bahan kimia yang membakar dari mulut atau tenggorokan, menelepon 911 dan mencari perhatian medis segera. Luka bakar kimia yang paling terjadi pada wajah, mata, dan lengan dan kaki.Biasanya luka bakar kimia akan relatif kecil dan akan memerlukan pengobatan rawat jalan saja. Luka bakar kimia dapat menipu, namun. Beberapa agen dapat menyebabkan kerusakan jaringan dalam tidak mudah terlihat ketika Anda pertama kali melihatnya. o o o o o o o Kerusakan jaringan dari luka bakar kimia tergantung pada beberapa faktor. Kekuatan atau konsentrasi agen Situs kontak (mata, kulit, selaput lendir) Apakah ditelan atau dihirup Apakah atau tidak kulit utuh Dengan berapa banyak agen Anda datang ke dalam kontak Durasi paparan Bagaimana kimia bekerja

o o o o o

Tanda dan gejala luka bakar kimia meliputi: Kemerahan, iritasi, atau pembakaran di lokasi kontak Nyeri atau mati rasa di lokasi kontak Pembentukan lepuh atau kulit mati hitam di situs kontak Visi perubahan jika bahan kimia yang masuk ke mata Anda Batuk atau sesak napas

o o o o o o

Pada kasus yang berat, Anda dapat mengembangkan salah satu dari berikut: Tekanan darah rendah Pingsan, kelemahan, pusing Sesak napas atau batuk yang parah Sakit kepala Otot berkedut atau kejang Penangkapan jantung atau denyut jantung tidak teratur

Luka bakar kimia dapat sangat tidak terduga. Kematian dari cedera kimia, meskipun jarang, dapat terjadi. Kapan Mencari Perawatan Medis Setelah semua bahaya telah berlalu dan Anda telah menyelesaikan pertolongan pertama dasar, hubungi dokter Anda untuk meninjau cedera Anda dan kimia yang terlibat untuk memastikan Anda tidak perlu pengobatan darurat lebih lanjut. Dokter Anda dapat mengatur pengobatan yang tepat atau akan mengarahkan Anda untuk pergi ke Departemen Darurat sebuah rumah sakit. Setiap terbakar kimia dapat alasan yang sah untuk memanggil bantuan medis darurat. Selalu berbuat salah di sisi keselamatan dan menelepon 911 jika Anda tidak mengetahui keparahan stabilitas, cedera medis dari orang yang terluka, atau jika Anda mempunyai keprihatinan apapun tentang cedera kimia. Kapan Mencari Perawatan Medis terus ... Personil darurat dilatih untuk menilai sejauh mana luka bakar kimia, mulai pengobatan, dan korban transportasi ke rumah sakit yang paling tepat. Pejabat darurat juga dapat menentukan kebutuhan untuk dekontaminasi melibatkan lebih baik Anda dan lokasi kecelakaan sebelum pergi ke rumah sakit. Ketika Anda menghubungi 911, memberitahu operator sebanyak mungkin informasi berikut:

Jumlah dan lokasi dari orang yang terluka atau orang Mekanisme atau sifat dari cedera (bagaimana hal itu terjadi) Apakah personel gawat darurat dapat mencapai para korban (korban terjebak?) Nama, kekuatan, dan volume atau kuantitas bahan kimia yang menyebabkan membakar (memberikan wadah bahan kimia untuk personel gawat darurat, jika memungkinkan) Lamanya waktu kontak dengan bahan kimia Ujian dan Tes Dalam gawat darurat, Anda dapat mengharapkan berikut:

Awal evaluasi dan stabilisasi Cepat evaluasi kimia Penentuan tingkat cedera Tes darah dan studi lain untuk menentukan apakah Anda harus dirawat di rumah sakit Kimia Bakar Pengobatan Kebanyakan orang dengan luka bakar kimia tidak perlu dirawat. Sebagian besar bisa pulang setelah mengatur tindak lanjut perawatan dengan dokter mereka.Dalam kasus yang parah, bagaimanapun, mereka mungkin perlu dirawat di rumah sakit. Self-Perawatan di Rumah Mulailah pertolongan pertama dasar. Segera hubungi 911 jika Anda memiliki cedera parah, setiap sesak napas, nyeri dada , pusing , atau gejala lain di seluruh tubuh Anda. Jika Anda adalah membantu orang yang terluka dengan gejala-gejala ini, orang awam ke bawah dan segera menelepon 911.

Hapus sendiri atau korban dari daerah kecelakaan. Hapus semua pakaian yang terkontaminasi. Cuci daerah yang terluka untuk mencairkan atau menghapus substansi, menggunakan volume besar air. Cuci setidaknya selama 20 menit, mengurus untuk tidak membiarkan limpasan untuk menghubungi bagian dari tubuh Anda terpengaruh. Sikat lembut pergi setiap bahan padat, lagi menghindari permukaan tubuh tidak terpengaruh. Terutama membasuh bahan kimia apapun di mata Anda. Kadang-kadang cara terbaik untuk mendapatkan sejumlah besar air ke mata Anda untuk melangkah ke kamar mandi. Pengobatan

Cairan infus mungkin diperlukan untuk menormalkan tekanan darah dan detak jantung. Akses IV juga dapat digunakan untuk pengobatan yang diperlukan untuk mengobati rasa sakit atau melindungi terhadap infeksi. Dekontaminasi akan mulai (air irigasi mungkin). Anda akan diberi obat penawar untuk melawan kimia, jika sesuai. Antibiotik sering tidak diperlukan untuk luka bakar kimia kecil. Luka akan dibersihkan dan dibalut dengan krim dan membungkus obat steril sesuai kebutuhan. Konsultasi dengan spesialis medis lainnya dapat dilakukan jika diindikasikan. Nyeri pada luka bakar sering dapat parah. Kontrol nyeri yang memadai akan ditangani oleh dokter Anda. Jika ada indikasi masalah pernapasan, tabung pernapasan dapat ditempatkan dalam saluran napas Anda untuk membantu.

uka bakar kimia terjadi saat kulit kontak dengan asam kuat atau alkalids.Tingkat kerusakan tergantung pada berapa lama kulit yang terkena bahan kimia. Kimia akan terus 'makan' jalan melalui kulit dan lapisan lebih dalam sampai hanyut. Hal ini penting untuk membersihkan bahan kimia tersebut membakar sesegera mungkin dan menghapus pakaian dan perhiasan yang mungkin memiliki bahan kimia pada mereka.

Rumah Tangga kimia yang menyebabkan luka bakar termasuk pemutih, asam borat, thinner, dan decloggers pipa seperti Drano atau Plumber cair. Sementara luka bakar kimia banyak terjadi di rumah, mereka juga umum di tempat kerja di industri tertentu.Agen kerja seperti beton cair dalam pembangunan jalan dan industri paving juga sumber luka bakar kimia. Baca contoh luka bakar dan tuntutan hukum yang dihasilkan dari paparan bahan kimia: Johnson & Johnson - Kimia luka bakar dari kebocoran kemasan dingin Orang-orang telah melaporkan luka bakar yang disebabkan oleh luka bakar kimia dari kemasan bocor Johnson & Johnson dingin. Mereka kantong plastik diisi dengan bahan kimia yang mengaktifkan untuk menjadi dingin dan kemudian berlaku untuk cedera olahraga atau cedera lainnya. Ternyata bahan kimia ini cukup beracun dan kebocoran menyebabkan luka bakar kimia yang dapat cukup parah. Storage Tank Kimia pecah Sebuah tangki penyimpanan sedang diisi dengan pembersih alkali terkonsentrasi. Seorang pria melangkah ke belakang tangki untuk memeriksa kemajuan, dan tangki pecah, membuang bahan kimia di seluruh tubuhnya. Dia menderita luka bakar kimia untuk kedua mata, lidah, bibir, bokong, alat kelamin, kaki, batang dan lengan. Kornea mata dari kedua matanya dibakar, yang mengakibatkan kekeringan terus menerus, iritasi dan penglihatan kabur sesekali. Kaki kanannya patah dan keparahan luka bakar di pantatnya membutuhkan cangkok kulit. Tangki dibuat dari bahan resin yang menjadi rapuh dan kehilangan kekuatannya setelah sekitar enam bulan. Penuaan dini luas telah terjadi ribuan tank ini di seluruh negara, mengakibatkan kegagalan tangki dan pecah.

http://www.burnsurvivor.com/injury_examples_chemicalburns.html

Apa yang menyebabkan luka bakar?


Anda bisa mendapatkan terbakar oleh panas, api, radiasi, sinar matahari, listrik, bahan kimia atau air panas atau direbus. Ada 3 derajat luka bakar: Pertama-luka bakar tingkat merah dan menyakitkan. Mereka menyembul sedikit. Mereka mengubah putih ketika Anda menekan pada kulit. Kulit di atas dapat membakar terkelupas setelah 1 atau 2 hari. Luka bakar tingkat dua yang luka bakar lebih tebal, sangat menyakitkan dan biasanya menghasilkan lepuh pada kulit. Kulit sangat merah atau kotor, dan mungkin sangat bengkak.

Luka bakar tingkat tiga menyebabkan kerusakan pada seluruh lapisan kulit. Kulit terbakar tampak putih atau hangus. Luka bakar ini dapat menyebabkan nyeri sedikit atau tidak karena saraf dan jaringan di kulit rusak.

Kembali ke atas

Berapa lama waktu yang diperlukan untuk luka bakar untuk menyembuhkan?
Pertama-luka bakar tingkat biasanya sembuh dalam 3 sampai 6 hari. Luka bakar tingkat dua biasanya sembuh dalam 2 sampai 3 minggu. Luka bakar tingkat tiga biasanya memakan waktu yang sangat lama untuk menyembuhkan.

Kembali ke atas

Bagaimana luka bakar dirawat?


Pengobatan tergantung pada jenis membakar Anda miliki. Temui dokter jika: Luka bakar pertama atau kedua-derajat meliputi area lebih besar dari 2 sampai 3 inci diameter. Luka bakar di wajah Anda, atas sendi besar (seperti lutut atau bahu), pada, kaki tangan atau alat kelamin. Luka bakar luka bakar tingkat ketiga, yang memerlukan perhatian medis segera.

Kembali ke atas

Tingkat pertama membakar


Rendam terbakar dalam air dingin selama minimal 5 menit. Air dingin membantu mengurangi pembengkakan dengan menarik panas dari kulit terbakar. Perlakukan membakar dengan produk perawatan kulit yang melindungi dan menyembuhkan kulit, seperti krim lidah buaya atau salep antibiotik. Anda dapat membungkus perban kasa kering longgar di sekeliling membakar. Ini akan melindungi area tersebut dan menjaga udara dari itu. Ambil pereda over-the-counter rasa sakit, seperti acetaminophen (satu nama merek: Tylenol), ibuprofen (nama merek beberapa: Advil, Motrin) atau naproxen (nama merek: Aleve), untuk membantu dengan rasa sakit. Ibuprofen dan naproxen juga akan membantu dengan pembengkakan. Kembali ke atas

Kebakaran yg menyebabkan kulit mengelupas


Rendam membakar dalam air dingin selama 15 menit. Jika area yang terbakar kecil, menempatkan keren, bersih, kain basah di membakar selama beberapa menit setiap hari. Kemudian pasang pada krim antibiotik, atau krim atau salep lain yang diresepkan oleh dokter Anda. Tutup luka dengan pembalut antilengket kering (misalnya, Telfa) diadakan di tempat dengan kasa atau tape. Periksa dengan dokter anda untuk memastikan Anda up-to-date pada tembakan tetanus. Ubah ganti setiap hari. Pertama, cuci tangan Anda dengan sabun dan air. Kemudian lembut membersihkan membakar dan menaruh salep antibiotik di atasnya. Jika area terbakar kecil, berpakaian tidak mungkin diperlukan pada siang hari. Periksa bakar setiap hari untuk tanda-tanda infeksi, seperti peningkatan rasa sakit, kemerahan, bengkak atau nanah. Jika Anda melihat tandatanda ini, lihat dokter Anda segera. Untuk mencegah infeksi, menghindari pelanggaran yang

membentuk lepuh. Gatal kulit yang terbakar seperti menyembuhkan. Jaga kuku Anda dipotong pendek dan tidak menggores kulit yang terbakar. Area yang terbakar akan sensitif terhadap sinar matahari sampai satu tahun, sehingga Anda harus mengaplikasikan tabir surya ke daerah ketika Anda berada di luar. Kembali ke atas

Luka terbakar yg berat


Untuk luka bakar tingkat tiga, pergi ke rumah sakit segera. Jangan mengambil apapun dari pakaian yang menempel membakar. Jangan merendam terbakar dalam air atau oleskan salep apapun. Jika memungkinkan, meningkatkan area yang terbakar di atas tingkat jantung.Anda dapat menutupi luka dengan perban, steril dingin basah atau kain bersih sampai Anda menerima bantuan medis. Kembali ke atas

Apakah ada sesuatu yang saya tidak akan melakukannya ketika merawat luka bakar?
Jangan menaruh mentega atau minyak pada luka bakar. Jangan menaruh es atau air es langsung pada luka bakar kedua atau ketiga-derajat. Jika lepuh bentuk luka bakar, tidak melanggarnya. Hal-hal ini dapat menyebabkan kerusakan pada kulit. Kembali ke atas

Apa yang perlu saya tahu tentang luka bakar listrik dan kimia?
Seseorang yang memiliki luka bakar listrik (misalnya, dari kabel listrik) harus pergi ke rumah sakit segera. Luka bakar listrik sering menyebabkan cedera serius pada organ-organ dalam tubuh. Cedera ini mungkin tidak menunjukkan pada kulit. Luka bakar kimia harus memerah dengan jumlah besar air dingin. Lepaskan pakaian atau perhiasan yang telah kimia di atasnya. Jangan meletakkan apapun pada area yang terbakar, seperti salep antibiotik. Hal ini dapat memulai reaksi kimia yang bisa membuat membakar buruk. Anda dapat membungkus luka dengan kering, kain kasa steril atau kain bersih. Jika Anda tidak tahu harus berbuat apa, menelepon 911 atau lokal Anda pusat kendali racun, atau melihat dokter Anda segera.

http://familydoctor.org/online/famdocen/home/healthy/firstaid/aft er-injury/638.html

Luka bakar merupakan suatu kelainan akibat trauma yang sampai sekarang belum tertangani dengan baik. Unit LUKA BAKAR di rumah sakit tidak hanya menangani pasien yang terkena api tetapi juga air panas, bahkan apapun yang menyebabkan kulit rusak.

Menurut dr. Imam Susanto SpBP, berat ringannya LUKA BAKAR tergantung pada luas jaringan tubuh yang terkena dan kedalaman luka tersebut. LUKA BAKAR dapat dibagi tiga : Derajat Pertama: Kerusakan hanya terjadi di permukaan kulit dan tidak memerlukan perawatan khusus. Misalnya: kulit terbakar akibat berenang. Derajat dua: Bisa bersifat dangkal dan dalam. Pada kerusakan kulit yang dangkal, biasanya ditandai dengan gelembung air. Asal bebas dari infeksi sebelum 3 minggu akan sembuh dengan sendirinya. Sementara jika kerusakan kulit terjadi lebih dalam, diperlukan tindakan, sulit sembuh sendiri. Kalaupun sembuh sendiri akan memakan waktu berbulan-bulan dan meninggalkan cacat seperti jaringan parut (keloid) Derajat tiga: Kerusakannya lebih dalam dan lebih berat, hampir seluruh lapisan kulit terkena trauma. Bila kulit yang terbakar tidak diangkat akan menimbulkan cacat. APA YANG HARUS DILAKUKAN Tindakan pertama yang harus dilakukan ketika kulit terkena panas (api, air panas) adalah dinginkanluka tersebut, dengan menyiramnya dengan air dingin. Langkah berikutnya, keringkan, beri antiseptik, tutup dengan kasa steril, bawa ke rumah sakit. Jika ada vaselin, olesi dengan vaselin. Tetapi kalau terjadi lepuhan, jangan dipecahkan, saran Imam. LUKA BAKAR RINGAN Jika dimungkinkan, lepaskan semua perhiasan, karena kulit yang terbakar, dapat membengkak; dan juga lepaskan pakaian dari daerah yang terkena karena dapat melekat ke kulit dan mengakibatkan kerusakan yang lebih berat. Jika luka bakar itu terasa sangat sakit, mungkin itu hanya mengenai permukaan kulit saja. Anda harus segera mengurangi rasa sakit itu dengan mendinginkannya dengan air selama 10 menit, atau lebih jika rasa sakit itu masih ada. Tutupi luka bakar itu dengan kain steril. Setelah pertolongan pertama diberikan, bawalah korban segera ke dokter atau ke ruang gawat darurat di rumah sakit terdekat. LUKA BAKAR BERAT Seseorang yang terbakar pada sebagian besar tubuhnya tangan, paha, atau dada dapat mengalami syok dan harus segera dibawa ke rumah sakit. Baringkan si korban, lebih baik di atas karpet atau alas kain untuk mencegah bagian kulit yang terbakar menyentuh lantai. Jika memungkinkan, lepaskan cincin, jam tangan atau baju yang ketat sebelum kulit yang terbakar itu membengkak. Lepaskan bajunya lalu rendam dalam air yang mendidih. JANGAN lepaskan apa saja yang melakt di luka bakar tersebut. Hubungi ambulans atau bawa si korban ke ruang gawat darurat di rumah sakit terdekat. Tutupi kulit yang terbakar tersebut dangan kain yang bersih dan tidak berbulu. Pasang kain tersebut dengan baik. Untuk luka bakar pada wajah, buatlah topeng dengan menggunakan sarung bantal yang bersih dengan membuat lubang untuk bagian hidung, mulut dan mata.

ALIRAN LISTRIK Jika seseorang terkena aliran listrik dan Anda tidak dapat mematikannya, jangan langsung menyentuh orang tersebut. Lebih baik, sentuh dia dengan menggunakan bahan yang terbuat dari kayu (misalnya: gagang sapu). Jika memungkinkan, pegang penyekat tersebut dengan Koran kering yang terlipat. Sekitar 85% Luka bakar adalah ringan dan dapat dirawat di rumah. Harus dibawa ke rumah sakit bila : - Wajah, kedua tangan, daerah genital atau kaki terbakar - Orang itu tidak dapat dirawat dengan baik di rumah - Korban berusia di bawah 2 tahun atau di atas 70 tahun - Organ-organ dalam juga turut terbakar KEMBANG API Kembang api memang bagus ditonton, tetapi juga dapat membahayakan. Palang merah Amerika meminta orang-orang untuk menghadiri pagelaran kembang api yang diselenggarakan oleh orang yang terlatih secara professional. Penyalahgunaan kembang api dapat menimbulkan penderitaan yang berat. Kembang api itu mengakibatkan ribuan orang terluka dan meninggal setiap tahunnya. Luka yang terjadi akibat dari panas kembang api yang luar biasa, yang biasanya mengenai mata, kepala, lengan, tangan dan kaki, yang dapat mengakibatkan kebutaan, goresan luka (laserasi), amputasi dan luka bakar. Luka bakar dapat meninggalkan cacat luka parut sepanjang hidup. Jika Anda terbakar kembang api, tangan atau bagian yang terbakar cuci dengan air dingin yang mengalir dan bersihkan cuci dengan sabun. Jika terjadi lepuhan pada kulit, biarkan saja lalu kompres basah atau dingin. Jika luka bakar itu parah bawalah ke rumah sakit. Bila mata terkena percikan api atau air panas : - Bilaslah mata dengan air dingin, selama 10 menit. - Jika ada benda asing yang melekat di bola mata, misalnya percikan kembang api, tutup mata tersebut dengan kain steril dan bersih. JANGAN mencoba untuk mengambil benda tersebut. - Bila mata terluka Anda harus segera mencari pertolongan tenaga medis. MENANGANI KORBAN LUKA BAKAR Idealnya untuk luka bakar ada unit khusus yang menangani, karena membutuhkan penanganan yang kompleks. Melibatkan berbagai bidang spesialisasi dalam bentuk tim; ahli gizi, rehabilitasi medik, patologi klinik, dan membutuhkan kamar operasi intensive care unit. Sementara selama ini yang menangani luka bakar baru dokter bedah saja. Di unit Pelayanan Khusus Luka Bakar Prof. Dr. Munajat Wiratmadja, RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta menurut Imam kebayakan pasien yang datang akibat kecelakaan rumah tangga. Api menduduki peringkat pertama, yang kedua air panas. Selama ini cara yang digunakan untuk penderita luka bakar umumnya masih bersifat konservatif. Pertama penderita diinfus sebagai pengganti cairan tubuh yang banyak terbuang, setelah masa kritis lewat, setiap hari luka dibersihkan secara teratur. Faktor gizi juga sangat berperan, karena penderita luka bakar telah banyak kehilangan protein. Sekitar 3-4 hari sesudah perawatan, kulit yang mati harus diangkat. Dan yang paling penting harus dijaga untuk selalu steril karena kulit dalam keadaan terbuka sangat rentan terhadap infeksi. Penderita luka bakar yang terlambat mendapat cairan pengganti atau mengalami infeksi setelah perawatan, tak jarang dapat meninggal. Penanganan luka bakar memang terus dikembangkan, Imam mencontohkan penanganan luka bakar di Singapura, Hongkong, dan Thailand yang sudah mulai menerapkan tissue culture. Bagian kulit yang sehat diambil dan dikultur (dikembangbiakkan) selama 3 minggu, sampai berlipat-lipat jumlahnya. Lalu baru ditanam kembali ke tubuh penderita.

Luka bakar atau combustio adalah kerusakan jaringan yang disebabkan oleh cairan panas, api, uap, zat kimia, listrik, radiasi matahari dan gesekan atau friksi. Semua luka bakar harus dirawat dengan pendinginan segera untuk meminimalkan kerusakan jaringan. Arahkan bagian yang terbakar di bawah keran air dingin, pancuran mandi, penyiram tanaman, dan alirkan air pada bagian itu sekurangnya selama 10 menit. Hal-hal yang harus dilakukan: Lepas semua benda yang menganggu (cincin, gelang, arloji, dll).

Jangan mengoleskan mentega, salep, atau lotion. Balut bagian yang terbakar dengan kain yang bersih dan tidak berbulu. Pathofisiologi Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke tubuh. Panas tersebut mungkin dipindahkan melalui konduksi atau radiasi elektromagnetik. Luka bakar dikategorikan sebagai luka bakar termal, radiasi, atau luka bakar kimiawi. Kulit dengan luka bakar akan mengalami kerusakan pada epidermis, dermis maupun jaringan subkutan tergantung faktor penyebab dan lamanya kulit kontak dengan sumber panas atau penyebabnya. Dalamnya luka bakar akan mempengaruhi kerusakan atau gangguan integritas kulit dan kematian sel-sel. Derajat Luka Bakar: 1. Grade I = hanya mengenai epidermis saja, gejalanya berupa kulit yang hiperemis, kering, dan nyeri 2. Grade II = mengenai epidermis dan sebagian dari dermis, gejalanya terbentuk bula. Namun bila bula sudah pecah, akan menyisakan lesi yang berwarna merah muda, basah, dan nyeri 3. Grade III = mengenai epidermis dan seluruh bagian dermis, bahkan dapat melibatkan struktur di bawah dermis. Pada luka bakar grade III, luka akan terlihat pucat/abu-abu, banyak jaringan kulit yang mati (eschar), dan tidak terasa nyeri.

Klasifikasi Luka Bakar Menurut Kedalaman atau Karakteristik Luka Bakar Karakteristik luka bakar dari Smeltzer dan Bare Brunner and Suddarths Medical Surgical Nursing, Ed. 8, Philadelphia 1997, Lippincott Menurut Lokasi Luka Bakar Luka bakar pada kepala, dada dan leher seringkali mempunyai kaitan dengan komplikasi pulmonal. Luka bakar yang mengenai wajah sering yang menyebabkan abrasi kornea. Luka bakar pada telinga membuat mudah terserang kondritis, aurikular dan rentang terhadap infeksi serta kehilangan jaringan lebih lanjut. Luka bakar pada tangan dan persendian sering membutuhkan terapi fisik dan okupasi yang lama dan memberikan dampak pada waktu bekerja dan atau kecatatan fisik menetap serta kehilangan pekerjaan. Luka bakar pada area perineal membuat mudah terserang infeksi akibat autokontaminasi oleh urine dan faeces. Luka bakar sirkumferensial extremitas dapat menyebabkan efek seperti penebalan pembuluh darah dan mengarah pada gangguan vaskular distal. Luka bakar sirkumferensial thoraks dapat mengarah pada inadekuat ekspansi dinding dada dan insufisiensi pulmonal. Menurut ukuran atau luas luka bakar Dengan menggunakan metode rules of nine untuk menentukan presentase luas permukaan tubuh yang mengalami cedera luka bakar. Kepala : 9% Extremitas atas kanan : 9% Extremitas atas kiri : 9% Torso (dada sampai perut dan punggung sampai pinggang) : 36% Perineum : 1% Extremitas bawah kanan : 18% Extremitas bawah kiri : 18% Total : 100%

Komplikasi Lanjut Luka Bakar 1. Hipertrofi Jaringan Parut Hipertrofi jaringan parut merupakan komplikasi kulit yang biasa dialami pasien dengan luka bakar yang sulit dicegah, akan tetapi masih bisa diatasi dengan tindakan tertentu terbentuknya hipertrofi jaringan parut pada pasien luka bakar dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain : Kedalaman luka bakar

Sifat kulit Usia pasien Lamanya waktu penutupan kulit Penanduran kulit.

2. Kontraktur Kontraktur adalah komplikasi yang hampir selalu menyertai luka bakar dan menimbulkan gangguan fungsi pergerakan. Beberapa tindakan yang dapat mencegah atau mengurangi komplikasi kontraktur adalah : Pemberian posisi yang baik dan benar sejak awal. Ambulasi yang dilakukan 2-3 kali/hari sesegera mungkin (perhatikan jika ada fraktur) pada pasien yang terpasang berbagai alat invasif (misalnya, IV, NGT,monitor EKG, dll) perlu dipersiapkan dan dibantu (ambulasil pasif). Pressure grament adalah pakaian yang dapat memberikan tekanan yang bertujuan menekan timbulnya hipertrosi scar, dimana penggunaan presure grament ini dapat menghambat mobilitas dan mendukung terjadinya kontraktur.

Luka Bakar DEFINISI Luka Bakar adalah cedera pada jaringan tubuh akibat panas, bahan kimia maupun Arus listrik. PENYEBAB Panas bukan merupakan satu-satunya penyebab dari luka bakar, beberapa jenis bahan kimia dan Arus listrik juga bisa menyebabkan terjadinya luka bakar. Biasanya bagian tubuh yang terbakar adalah kulit, tetapi luka bakar juga bisa terjadi pada jaringan di bawah kulit, bahkan organ dalampun bisa mengalami luka bakar meskipun kulit tidak terbakar. Sebagai contoh, meminum minuman yang sangat panas atau zat kaustik (misalnya asam) bisa menyebabkan luka bakar pada kerongkongan dan lambung. Menghirup asap dan udara panas akibat kebakaran gedung bisa menyebabkan terjadinya luka bakar pada paru-paru. Luka bakar listrik bisa disebabkan oleh suhu diatas 4982 Celsius, yang dihasilkan oleh suatu Arus listrik yang mengalir dari sumber listrik ke dalam tubuh manusia. Resistensi (kemampuan tubuh untuk menghentikan atau memperlambat aliran listrik) yang tinggi terjadi pada kulit yang bersentuhan dengan sumber listrik, karena itu pada kulit tersebut banyak energi listrik yang diubah menjadi panas sehingga permukaannya terbakar. Luka bakar listrik juga menyebabkan kerusakan jaringan dibawah kulit yang sangat berat. Ukuran dan kedalamannya bervariasi dan bisa menyerang bagian tubuh yang jauh lebih luas daripada bagian kulit yang terluka. Kejutan listrik yang luas bisa menyebabkan kelumpuhan pada sistem pernafasan dan gangguan irama jantung sehingga denyut jantung menjadi tidak beraturan.

Luka bakar kimia bisa disebabkan oleh sejumlah iritan dan racun, termasuk asam dan basa yang kuat, fenol dan kresol (pelarut organik), gas mustard dan fosfat. GEJALA Beratnya luka bakar tergantung kepada jumlah jaringan yang terkena dan kedalaman luka: # Luka bakar derajat I Merupakan luka bakar yang paling ringan. Kulit yang terbakar menjadi merah, nyeri, sangat sensitif terhadap sentuhan dan lembab atau membengkak. Jika ditekan, daerah yang terbakar akan memutih; belum terbentuk lepuhan. # Luka bakar derajat II Menyebabkan kerusakan yang lebih dalam. Kulit melepuh, dasarnya tampak merah atau keputihan dan terisi oleh cairan kental yang jernih. Jika disentuh warnanya berubah menjadi putih dan terasa nyeri. # Luka bakar derajat III Menyebabkan kerusakan yang paling dalam. Permukaannya bisa berwarna putih dan lembut atau berwarna hitam, hangus dan kasar. Kerusakan sel darah merah pada daerah yang terbakar bisa menyebabkan luka bakar berwarna merah terang. Kadang daerah yang terbakar melepuh dan rambut/bulu di tempat tersebut mudah dicabut dari akarnya. Jika disentuh, tidak timbul rasa nyeri karena ujung saraf pada kulit telah mengalami kerusakan. Jaringan yang terbakar bisa mati. Jika jaringan mengalami kerusakan akibat luka bakar, maka cairan akan merembes dari pembuluh darah dan menyebabkan pembengkakan. Pada luka bakar yang luas, kehilangan sejumlah besar cairan karena perembesan tersebut bisa menyebabkan terjadinya syok. Tekanan darah sangat rendah sehingga darah yang mengalir ke otak dan organ lainnya sangat sedikit. DIAGNOSA Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. PENGOBATAN Sekitar 85% luka bakar bersifat ringan dan penderitanya tidak perlu dirawat di rumah sakit. Untuk membantu menghentikan luka bakar dan mencegah luka lebih lanjut, sebaiknya lepaskan semua pakaian penderita. Kulit segera dibersihkan dari bahan kimia (termasuk asam, basa dan senyawa organik) dengan mengguyurnya dengan air. Penderita perlu dirawat di rumah sakit jika: - Luka bakar mengenai wajah, tangan, alat kelamin atau kaki - Penderita akan mengalami kesulitan dalam merawat lukanya secara baik dan benar di rumah - Penderita berumur kurang dari 2 tahun atau lebih dari 70 tahun

- Terjadi luka bakar pada organ dalam. Luka bakar ringan Jika memungkinkan, luka bakar ringan harus segera dicelupkan ke dalam air dingin. Luka bakar kimia sebaiknya dicuci dengan air sebanyak dan selama mungkin. Di tempat praktek dokter atau di ruang emergensi, luka bakar dibersihkan secara hatihati dengan sabun dan air untuk membuang semua kotoran yang melekat. Jika kotoran sukar dibersihkan, daerah yang terluka diberi obat bius dan digosok dengan sikat. Lepuhan yang telah pecah biasanya dibuang. Jika daerah yang terluka telah benar-benar bersih, maka dioleskan krim antibiotik (misalnya perak sulfadiazin). Untuk melindungi luka dari kotoran dan luka lebih lanjut, biasanya dipasang verban. Sangat penting untuk menjaga kebersihan di daerah yang terluka, karena jika lapisan kulit paling atas (epidermis) mengalami kerusakan maka bisa terjadi infeksi yang dengan mudah akan menyebar. Jika diperlukan, untuk mencegah infeksi bisa diberikan antibiotik, Untuk mengurangi pembengkakan, lengan atau tungkai yang mengalami luka bakar biasanya diletakkan/digantung dalam posisi yang lebih tinggi dari jantung. Pembidaian harus dilakukan pada persendian yang mengalami luka bakar derajat II atau III, karena pergerakan bisa memperburuk keadaan persendian. Mungkin perlu diberikan obat pereda nyeri selama beberapa hari. Pemberian booster tetanus disesuaikan dengan status imunisasi penderita. Luka bakar berat Luka bakar yang lebih berat dan membahayakan nyawa penderitanya harus segera ditangani, sebaiknya dirawat di rumah sakit. Kepada korban kebakaran biasanya diberikan oksigen melalui sungkup muka (masker) untuk membantu menghadapi efek dari karbon monoksida (gas beracun yang sering terbentuk di lokasi kebakaran). Di ruang emergensi, dilakukan pemeriksaan terhadap fungsi pernafasan, luka lainnya di tubuh serta dilakukan pengobatan untuk menggantikan cairan yang hilang dan untuk mencegah infeksi. Untuk mengobati luka bakar yang berat kadang digunakan terapi oksigen hiperbarik, dimana penderita ditempatkan dalam ruangan khusus yang mengandung oksigen bertekanan tinggi. Jika terjadi cedera pada saluran udara dan paru-paru akibat kebakaran, untuk membantu fungsi pernafasan bisa dipasang sebuah selang yang dimasukkan ke dalam tenggorokan. Selang tersebut perlu dipasang jika cedera menimpa wajah atau jika pembengkakan pada tenggorokan menyebabkan terganggunya fungsi pernafasan. Jika tidak terjadi gangguan pada sistem pernafasan maka yang perlu dilakukan hanya memberikan oksigen tambahan melalui sungkup muka.

Setelah daerah yang terluka dibersihkan, lalu dioleskan krim atau salep antibiotik dan dibungkus dengan verban steril. Verban biasanya diganti sebanyak 2-3 kali/hari. Luka bakar yang luas sangat rentan terhadap infeksi berat karena itu biasanya diberikan antibiotik melalui infus. Mungkin perlu diberikan booster tetanus. Luka bakar luas bisa menyebabkan hilangnya cairan tubuh, karena itu untuk menggantikannya diberikan cairan melalui infus. Luka bakar dalam bisa menyebabkan mioglonulinuria, yaitu suatu keadaan dimana protein mioglobulin dilepaskan dari otot yang rusak dan menyebabkan kerusakan ginjal. Jika tidak segera diberikan cairan yang memadai, bisa terjadi kegagalan ginjal. Kulit yang terbakar akan membentuk permukaan yang keras dan tebal yang disebut eskar, yang bisa menyebabkan terhalangnya aliran darah ke daerah tersebut. Untuk mengurangi ketegangan pada jaringan yang sehat dibawahnya, biasanya dilakukan eskarotomi (pemotongan eskar). Jika luasnya tidak lebih dari uang logam 50 sen dan terjaga kebersihannya, luka bakar yang dalampun bisa pulih dengan sendirinya. Tetapi jika lapisan kulit dibawahnya mengalami kerusakan yang luas, biasanya perlu dilakukan pencangkokkan kulit (skin graft). Bagian kulit yang sehat bisa berasal dari tubuh penderita sendiri (autograft), dari donor hidup maupun dari kulit orang yang sudah meninggal (allograft), atau dari mahluk lain selain manusia (xenograft, biasanya babi karena kulitnya paling mirip dengan kulit manusia. Autograft sifatnya permanen, tetapi skin graft dari donor (baik manusia maupun hewan) sifatnya sementara, yaitu hanya melindungi daerah yang terbakar pada saat tubuh melakukan penyembuhan sendiri dan 10-14 hari kemudian akan ditolak oleh tubuh. Biasanya perlu dilakukan terapi fisik dan terapi okupasional untuk meminimalkan jumlah jaringan parut dan untuk mempertahankan sebanyak mungkin fungsi dari daerah yang terbakar. Secepat mungkin dipasang bidai untuk menjaga agar persendian tetap bisa digerakkan sehingga otot dan kulit tidak menjadi kaku dan memendek. Bidai dipasang sampai terjadi pemulihan yang luas. Sebelum dilakukan skin graft, persendian yang terkena dilatih terlebih dahulu sehingga kemampuan geraknya meningkat. Setelah graft ditempelkan, biasanya dilakukan pembidaian selama 5-10 hari untuk memastikan bahwa graft telah terpasang sebagaimana mestinya. Penderita harus mengkonsumsi sejumlah kalori dan gizi yang cukup yang diperlukan untuk proses pemulihan. Jika usus tidak berfungsi akibat cedera atau pembedahan berulang, zat gizi biasa diberikan melalui infus. Diperlukan waktu yang lama untuk pemulihan luka bakar yang berat, kadang sampai bertahun-tahun, karena itu penderita bisa mengalami depresi berat sehingga dukungan

moril sangat diperlukan dari orang-orang di sekelilingnya.

PROGNOSIS Pemulihan tergantung kepada kedalaman dan lokasi luka bakar. Pada luka bakar superfisial (derajat I dan derajat II superfisial), lapisan kulit yang mati akan mengelupas dan lapisan kulit paling luar kembali tumbuh menutupi lapisan di bawahnya. Lapisan epidermis yang baru dapat tumbuh dengan cepat dari dasar suatu luka bakar superfisial dengan sedikit atau tanpa jaringan parut. Luka bakar superfisial tidak menyebabkan kerusakan pada lapisan kulit yang lebih dalam (dermis). Luka bakar dalam menyebabkan cedera pada dermis. Lapisan epidermis yang baru tumbuh secara lambat dari tepian daerah yang terluka dan dari sisa-sisa epidermis di dalam daerah yang terluka. Akibatnya, pemulihan berlangsung sangat lambat dan bisa terbentuk jaringan parut. Daerah yang terbakar juga cenderung mengalami pengkerutan, sehingga menyebabkan perubahan pada kulit dan mengganggu fungsinya. Luka bakar ringan pada kerongkongan, lambung dan paru-paru biasanya akan pulih tanpa menimbulkan masalah. Luka yang lebih berat bisa menyebabkan pembentukan jaringan parut dan penyempitan. Jaringan parut bisa menghalangi jalannya makanan di dalam kerongkongan dan menghalangi pemindahan oksigen yang normal dari udara ke darah di paru-paru.

http://medicastore.com/penyakit/987/Luka_Bakar.html

Luka Bakar
Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi para medis. Jenis yang berat memperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi dibanding dengan cedera oleh sebab lain. Penyebab luka bakar selain terbakar api langsung atau tidak langsung, juga pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik maupun bahan kimia. Luka bakar karena api atau akibat tidak langsung dari api, misalnya tersiram air panas banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga. Patofisiologi Luka bakar Luka bakar disebabkan karena pengalihan energi dari suatu sumber panas kepada tubuh. Panas dapat dipindahkan lewat hantaran atau radiasi elektromagnetik. Luka bakar dapat dikelompokkan menjadi luka bakar termal, radiasi dan kimia. Destruksi jaringan terjadi akibat koagulasi, denaturasi protein dan ionisasi isi sel. Kulit dan mukosa saluran napas atas merupakan lokasi destruksi jaringan. Jaringan yang dalam, termasuk organ visera, dapat mengalami kerusakan karena karena luka bakar elektrik atau kontak yang lama dengan agen penyebab (burning agen). Nekrosis atau kegagalan organ dapat terjadi. Dalamnya luka bakar tergantung pada suhu agen penyebab luka bakar dan lamanya kontak dengan agen penyebab luka bakar tersebut. Suhu yang kurang dari 40 C dapat ditoleransi dalam periode waktu yang lama tanpa menyebabkan luka bakar. Perawatan luka bakar harus direncanakan menurut luas dan dalamnya, kemudian perawatannya dilakukan dengan tiga fase luka bakar, yaitu: fase darurat/resusitasi, fase akut atau intermediate dan fase rehabilitasi.
0

Fase

Fase Durasi Prioritas resusitasi Dari awitan cedera Pertolongan pertama

yang darurat/segera

Fase akut

Fase rehabilitasi

hingga selesainya Pencegahan syok resusitasi cairan Pencegahan gangguan pernapasan Deteksi dan penanganan cedera yang menyertai Penilaian luka dan perawatan pendahuluan Dari dimulainya Perawatan dan penutupan diuresis hingga luka hamper selesainya Pencegahan/penanganan proses penutupan komplikasi termasuk luka infeksi Dukungan nutrisi Dari penutupan luka Pencegahan yang besar hingga parut&kontraktur kembalinya kepada Rehabilitasi fisik, tingkat penyesuaian oksupasional&vokasional fisik dan psikososial Rekonstruksi yang optimal fungsional&kosmetik Konseling psikologi

Derajad Luka bakar Kedalaman luka bakar tergantung oleh tingginya suhu dan lamanya pajanan suhu tinggi. Selain api yang langsung menjilat tubuh, bajuyang ikut terbakar juga memperdalam luka bakar. Bahan baju yang paling aman adalah yang terbuat dari bulu domba (wol). Bahan sintesis seperti nilon dan dakron selain mudah terbakar juga mudah lumer oleh suhu tinggi, lalu menjadi lengket sehingga memperberat derajat kedalaman. Luka bakar dapat diklasifikasikan menurut jaringan yang rusak:

Kedalaman & derajat luka bakar Derajat satu (superficial) Tersengat matahari Terkena api dengan intensitas rendah Derajat dua (Partial Thickness) Tersiram air mendidih Terbakar oleh nyala api Derajat tiga (Full Thickness) Terbakar nyala api Terkena cairan

Bagian kulit yang terkena Epidermis

Gejala

Penampilan luka

Perjalanan kesembuhan Kesembuhan lengkap dalam 1 minggu Pengelupasan kulit

Kesemutan Memerah, Hiperestesia menjadi putih (supersensitive) bila ditekan Rasa nyeri mereda bila Minimal atau didinginkan tanpa edema

Epidermis Nyeri Melepuh dasar dan bagian Hiperestesia luka berbintikdermis Sensitif terhadap udara bintik merah, yang dingin epidermis retak, permukaan luika basah Edema Epidermis, Tidak terasa nyeri Kering, luka keseluruhan Syok baker berwarna dermis dan Hematuria&kemungkinan putih seperti kadanghemolisis bahan kulit kadang Kemungkinan terdapat atau gosong jaringan luka masuk dan keluar Kulit retak subkutan (pada luka baker listrik) dengan bagian

Kesembuhan dalam 2-3 minggu Pembentukan parut&depigmentasi Infeksi dpt mengubahnya mjd derajat tiga Pembentukan esker Diperlukan pencangkokan Pembentukan parut&hilangnya kontur serta fungsi kulit

mendidih dalam waktu yang lama Tersengat arus listrik

lemak nampak Edema

yang Hilangnya tangan ekstremitas terjadi

jari atau dapat

Umumnya luka bakar memiliki kedalaman yang tidak seragam. Ketika dinilai, luka bakar biasabya mencakup daerah-daerah cedera superfisial pada bagian perifer luka dengan peningkatankedalaman di sebelah proksimal. Setiap daerah memiliki 3 zona cedera. Daerah yang sebelah dalam mengalami kerusakan yang paling parah, sedangkan zona yang sebelah luar kerusakannya paling ringan. Daerah sebelah dalam dikenal sebagai zona koagulasi dimana terjadi kerusakan seluler. Daerah yang tengah disebut zona statis tempat terjadinya gangguan suplai darah, inflamasi dan cedera jaringan. Daerah ini masih dapat diselamatkan sampai derajat tertentu dengan resusitasi cairan yang berhasil baik. Daerah sebelah luar merupakan zona hyperemia. Zona ini merupakan luka baker derajat satu yang harus sembuh dalam waktu 1 minggu dan lebih khas untuk cedera terbakar atau tersengat arus listrik ketimbang cedera akibat cairan yang panas. Dalam menentukan dalamnya luka bakar, yang harus diperhatikan yaitu faktor-faktor: 1. 2. 3. 4. 5. Riwayat terjadinya luka bakar Penyebab luka bakar Suhu agen yang menyebabkan luka bakar Lamanya kontak dengan agen Tebalnya kulit

Luas Permukaan Tubuh yang Terbakar Luas luka bakar dinyatakan dalam persen terhadap luas seluruh tubuh. Pada orang dewasa digunakan rumus 9, yaitu luas kepala dan leher, dada, punggung, perut, pinggang dan bokong, ekstremitas atas kiri, paha kanan paha kiri, tungkai dan kaki kanan, serta tungkai dan kaki kiri masing-masing 9%, sisanya 1% adalah daerah genetalia. Rumus ini membantu menaksir luasnya permukaan tubuh yang terbakar pada orang dewasa. Pada anak dan dewasa digunakan rumus lain karena luas relative permukaan kepala anak jauh lebih besar dan luas relative permukaan kaki lebih kecil. Karena perbandingan luas permukaan bagian tubuh anak kecil berbeda dikenal rumus 10 untuk bayi dan rumus 10-15-20 untuk anak. Untuk anak, kepala dan leher 15%, bagian depan dan belakang masing-masing 20%, ekstremitas atas kanan dan kiri masing-masing 10%, ekstremitas bawah kanan dan kiri masing-masing 15%. Selain dalamnya dan luas permukaan, prognosis dan penanganan ditentukan oleh letak daerah yang terbakar, usia dan keadaan kesehatan penderita. Daerah perineum, ketiak, leher dan tangan sulit perawatannya antara lain karena mudah mengalami kontraktur. Karena bayi dan orang usia lanjut daya kompensasinya lebih rendah, maka bila terbakar, digolongkan dalam golongan berat. Perawatan Luka Bakar Perawatan di Tempat Kejadian Prioritas pertama dalam perawatan di tempat kejadian bagi seorang korban luka bakar adalah mencegah 1. agar orang yang menyelamatkan tidak turut mengalami luka bakar. Mematikan api Upaya pertama saat terbakar adalah mematikan api misalnya dengan menyelimuti dan menutup bagian yang terbakar untuk menghentikan pasokan oksigen bagi api yang menyala. Korban dapat mengusahakan dengan cepat menjatuhkan diri dan berguling dan mencegah meluasnya bagian pakaian yang terbakar. Kontak dengan bahan yang panas juga harus cepat diakhiri missal dengan mencelupkan bagian yang terbakar atau menceburkan diri ke air dingin atau melepaskan baju yang tersiram air panas. Jika sumber luka bakarnya adalah arus listrik, sumber listrik harus dipadamkan. 2. Mendinginkan luka baker

Proses koagulasi protein sel di jaringan yang terpajan suhu tinggi berlangsung terus setelah api dipadamkan sehingga destruksi tetap meluas. Proses ini dapat dihentikan dengan mendinginkan daerah yang terbakar dan mempertahankan suhu dingin ini pada jam pertama. Oleh karena itu merendam bagian yang terbakar selama lima belas menit pertama dalam air sangat bermanfaat untuk menurunkan suhu jaringan sehingga kerusakan lebih dangkal dan diperkecil. Dengan demikian luka yang sebenarnya menuju derajat II dapat dihentikan pada derajat I atau luka yang menjadi derajat III dihentikan pada tingkat I atau II. Pencelupan atau penyiraman dapat dilakukan dengan air apa saja yang dingin sekurang-kurangnya 15 menit. 3. Melepaskan benda penghalang Meskipun pakaian yang menempel pada luka bakar dapat dibiarkan, pakaian lain dan semua barang perhiasan harus segera dilepaskan untuk melakukan penilaian serta mencegah terjadinya kontriksi sekunder akibat edema yang timbul dengan cepat. 4. Menutup luka bakar Luka bakar harus ditutup secepat mungkin untuk memperkevil kemungkinan kontaminasi bakteri dan mengurangi nyeri dengan mencegah aliran udara agar tidak mengenai permukaan kulit yang terbakar. Mengirigasi Luka bakar kimia Luka bakar kimia akibat bahan korosif harus segera dibilas dengan air mengalir. Jika mengenai mata harus segera dicuci dengan air bersih yang sejuk. Penatalaksanaan Kehilangan Cairan dan Syok Setelah menangani kesulitan pernapasan, kebutuhan yang paling mendesak adalah mencegah terjadinya syok irreversible dengan menggantikan cairan dan elektrolit yang hilang. Perubahan cairan dan Elektrolit Pada Fase Emergensi/Resusitasi dalam Perawatan Luka Bakar

5.

Fase Akumulasi Cairan (Fase Syok) Plasma menuju cairan interstisial (Edema pada tempat yang terbakar) Observasi Penjelasan Dehidrasi yang Plasma mengalir keluar (bocor) lewat menyeluruh pembuluh darah kapiler yang rusak Berkurangnya volume Terjadi sekunder akibat hilangnya plasma darah penurunan tekanan darah dan berkurangnya Berkurangnya haluran curah jantung urin Terjadi sekunder akibat: Kadar K+ yang kehilangna aliran darah renal berlebihan kehilangan cairan Kadar Na+ yang Retensi Na&air karena peningkatan kortek kurang/deficit adrenal (hemolisis sel darah merah yang Asidosi metabolic menyebabkan (deficit basa hemoglobinuria&mionekrosis/mioglobinuria) bikarbonat) Trauma seluler yang massif menyebabkan Hemokonsentrasi pelepasan ion K+ ke dalam cairan (Kenaikan hematokrit) ekstraseluler Sejumlah besar ion Na+ hilang dalam cairan edema yang terperangkap dan mengalami eksudasi serta berpindah ke dalam sel ketika ion K+ dilepas dari dalam sel Kehilangan ion-ion bikarbonat menyertai kehilangan natrium Komponen darah yang cair mengalir ke dalam ruang ekstravaskuler
Selang infus dan kateter urin harus sudah terpasang sebelum resusitasi cairan dimulai. Hasil pengukuran BB dan tes laboratorium juga dicatat dan dipantau secara ketat. Penggantian Cairan Kebutuhan cairan yang diproyeksikan dalam 24 jam pertama dihitung oleh dokter berdasarkan luas luka baker. Beberapa kombinasi kategori cairan dapat digunakan (1) koloid-whole blood, plasma serta plasma ekpander, dan (2) kristaloid/elektrolit-larutan natrium klorida fisiologik atau larutan ringer laktat. Resusitasi cairan yang adequate

menghasilkan sedikit penurunan volume darah selama 24 jam pertama pasca luka bakar dan mengembalikan kadar plasma dalam nilai yang normal pada akhir periode 48 jam. Pedoman Rumus untuk Penggantian Cairan Pada Pasien Luka Bakar Rumus Konsensus Larutan Ringer Laktat (atau larutan saline seimbang lainnya): 2-4 ml X kg BB X % luas luka baker. Separuh diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya diberikan dalam 16 jam selanjutnya. Rumus Evans 1. 2. 3. Koloid: 1ml X kg BB X % luas luka baker Elektrolit (saline): 1ml X kg BB X % luas luka baker Glukosa (5% dalam air): 2000ml untuk kehilangan insensible Hari 1: Separuh diberikan dalam 8 jam pertama, separuh sisanya dalam 16 jam selanjutnya. Hari 2: Separuh dari cairan elektrolit dan koloid yang diberikan pada hari sebelumnya, seluruh penggantian cairan insensible. Maksimum 10.000 selama 24 jam. Luka baker derajat II dan III yang melebihi 50% luas permukaan tubuh dihitung berdasarkan 50% luas permukaan tubuh. 1. 2. 3. Rumus Brooke Army Koloid: 0,5ml X kg BB X % luas luka baker Elektrolit (larutan ringer laktat): 1,5ml X kg BB X % luas luka baker Glukosa (5% dalam air): 2000ml untuk kehilangan insensible Hari 1: Separuh diberikan dalam 8 jam pertama, separuh sisanya dalam 16 jam selanjutnya. Hari 2: Separuh dari cairan koloid, separuh elektrolit, seluruh penggantian cairan insensible. Luka baker derajat II dan III yang melebihi 50% luas permukaan tubuh dihitung berdasarkan 50% luas permukaan tubuh. Rumus Parkland/Baxter Larutan ringer laktat: 4ml X kg BB X luas luka baker Hari 1: Separuh diberikan dalam 8 jam pertama, separuh sisanya dalam 16 jam selanjutnya. Hari 2: Bervariasi. Ditambahkan koloid Larutan Salin Hipertonik Larutan pekat natrium klorida dan laktat dengan konsentrasi 250-300 mEq natrium perLiter yang diberikan pada kecepatan yang cukup untuk mempertahankan volume keluaran urin yang diinginkan. Jangan meningkatkan kecepatan infuse selama 8 jam pertama pasca luka baker. Kadar natrium serum harus dipantau dengan ketat. Tujuan: meningkatkan kadar natrium serum dan osmolalitas untuk mengurangi edema dan mencegah komplikasi paru. Obat-obatan Antibiotik sistemik spectrum luas diberikan untuk mencegah infeksi. Yang banyak dipakai adalah golongan aminoglikosida yang efektif terhadap pseudomonas. Bila ada infeksi, antibiotic diberikan berdasarkan hasil biakan dan uji kepekaan kuman. Antasida diberikan untuk pencegahan tukak stress dan antipiretik diberikan bila suhu tinggi. Nutrisi harus diberikan cukup untuk menutup kebutuhan kalori dan keseimbangan nitrogen yang negative pada fase katabolisme, yaitu sebanyak 2500-3000 kalori sehari dengan kadar protein tinggi. Kalau perlu makanan diberikan melalui pipa lambung atau ditambah parenteral. Penderita yang mulai stabil keadaannya perlu fisioterapai untuk memperlancar peredaran darah dan mencegah kekakuan sendi. Penderita luka baker harus dipantau terus-menerus, keberhasilan pemberian cairan dapat dilihat dari diuresis normal yaitu sekurang-kurangnya 1ml/kgBB/jam. Yang penting juga apakah sirkulasi normal/tidak

Etiologi Luka Bakar

1. a. b. c. 2. 3. 4.

Luka Bakar Suhu Tinggi (Thermal Burn) Gas Cairan Bahan padat (Solid) Luka Bakar Bahan Kimia (Chemical Burn) Luka Bakar Sengatan Listrik (Electrical Burn) Luka Bakar Radiasi (Radiasi Injury)

Fase Luka Bakar


A. Fase akut. Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal penderita akan mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas), brething (mekanisme bernafas), dan circulation (sirkulasi). Gnagguan airway tidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi saluran pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera inhalasi adalah penyebab kematian utama penderiat pada fase akut. Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat cedera termal yang berdampak sistemik. B. Fase sub akut. Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak denga sumber panas. Luka yang terjadi menyebabkan: 1. 2. Proses inflamasi dan infeksi. Problem penutupan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang atau tidak berbaju epitel luas

dan atau pada struktur atau organ organ fungsional. 3. Keadaan hipermetabolisme.

C. Fase lanjut. Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan pemulihan fungsi organorgan fungsional. Problem yang muncul pada fase ini adalah penyulit berupa parut yang hipertropik, keloid, gangguan pigmentasi, deformitas dan kontraktur.

Klasifikasi Luka Bakar


A. Dalamnya Luka Bakar

Klasifikasi Combustio Luka Bakar Tingkat I Kedalaman : Ketebalan partial superfisial Penyebab : Jilatan api, sinar ultra violet (terbakar oleh matahari). Penampilan : Kering tidak ada gelembung, oedem minimal atau tidak ada, pucat bila ditekan dengan ujung jari, berisi kembali bila tekanan dilepas. Warna : Bertambah merah. Perasaan : Nyeri Luka Bakar Tingkat II Kedalaman : Lebih dalam dari ketebalan partial, superfisial, dalam. Penyebab : Kontak dengan bahan air atau bahan padat, jilatan api kepada pakaian, jilatan langsung kimiawi, sinar ultra violet. Penampilan : Blister besar dan lembab yang ukurannya bertambah besar, pucat bila ditekan dengan ujung jari, bila tekanan dilepas berisi kembali. Warna : Berbintik-bintik yang kurang jelas, putih, coklat, pink, daerah merah coklat. Perasaan : Sangat nyeri Luka Bakar Tingkat III

Kedalaman : Ketebalan sepenuhnya Penyebab : Kontak dengan bahan cair atau padat, nyala api, kimia, kontak dengan arus listrik. Penampilan : Kering disertai kulit mengelupas, pembuluh darah seperti arang terlihat dibawah kulit yang mengelupas, gelembung jarang, dindingnya sangat tipis, tidak membesar, tidak pucat bila ditekan. Warna : Putih, kering, hitam, coklat tua, hitam, merah. Perasaan : Tidak sakit, sedikit sakit, rambut mudah lepas bila dicabut. B. Luas Luka Bakar Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan nama rule of nine atau rule of wallace yaitu: 1) Kepala dan leher 2) Lengan masing-masing 9% 3) Badan depan 18%, badan belakang 18% 4) Tungkai masing-masing 18% 5) Genetalia/perineum Total : 100% : 36% : 1% : 9% : 18% : 36%

C. Berat Ringannya Luka Bakar

Untuk mengkaji beratnya luka bakar harus dipertimbangkan beberapa faktor antara lain : 1) 2) 3) 4) 5) 6) Persentasi area (Luasnya) luka bakar pada permukaan tubuh. Kedalaman luka bakar. Anatomi lokasi luka bakar. Umur klien. Riwayat pengobatan yang lalu. Trauma yang menyertai atau bersamaan.

American college of surgeon membagi dalam: A. a) b) c) d) B. Parah critical: Tingkat II Tingkat III : 30% atau lebih. : 10% atau lebih.

Tingkat III pada tangan, kaki dan wajah. Dengan adanya komplikasi penafasan, jantung, fraktur, soft tissue yang luas. Sedang moderate: : 15 30% : 1 10%

a) Tingkat II b) Tingkat III C. Ringan minor:

a) Tingkat II b) Tingkat III

: kurang 15% : kurang 1%

Patofisiologi Combustio

Perubahan Fisiologis Pada Luka Bakar

Perubahan Fisiologis Combustio

Indikasi Rawat Inap Luka Bakar


A. 1) 2) B. C. Luka bakar grade II: Dewasa > 20% Anak/orang tua > 15% Luka bakar grade III. Luka bakar dengan komplikasi: jantung, otak dll.

Penatalaksanaan
A. 1) a) b) Resusitasi A, B, C. Pernafasan: Udara panas, mukosa rusak, oedem, obstruksi. Efek toksik dari asap: HCN, NO2, HCL, Bensin iritasi Bronkho kontriksi obstruksi gagal nafas.

2)

Sirkulasi:

gangguan permeabilitas kapiler: cairan dari intra vaskuler pindah ke ekstra vaskuler hipovolemi relatif syok ATN gagal ginjal. B. C. Infus, kateter, CVP, oksigen, Laboratorium, kultur luka. Resusitasi cairan Baxter.

Dewasa : Baxter. RL 4 cc x BB x % LB/24 jam. Anak: jumlah resusitasi + kebutuhan faal: RL : Dextran = 17 : 3 2 cc x BB x % LB. Kebutuhan faal: < 1 tahun : BB x 100 cc 1 3 tahun 3 5 tahun : BB x 75 cc : BB x 50 cc

diberikan 8 jam pertama diberikan 16 jam berikutnya. Hari kedua: Dewasa : Dextran 500 2000 + D5% / albumin. ( 3-x) x 80 x BB gr/hr 100 (Albumin 25% = gram x 4 cc) 1 cc/mnt. Anak : Diberi sesuai kebutuhan faal. D. E. Monitor urine dan CVP. Topikal dan tutup luka Cuci luka dengan savlon : NaCl 0,9% ( 1 : 30 ) + buang jaringan nekrotik. Tulle.

F. o o o o

Silver sulfa diazin tebal. Tutup kassa tebal. Evaluasi 5 7 hari, kecuali balutan kotor. Obat obatan: Antibiotika : tidak diberikan bila pasien datang < 6 jam sejak kejadian. Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan sesuai hasil kultur. Analgetik Antasida : kuat (morfin, petidine) : kalau perlu

http://www.scribd.com/doc/45905398/Definisi-Luka-Bakar
Daftar Pustaka Brunner and suddart. (1988). Textbook of Medical Surgical Nursing. Sixth Edition. J.B. Lippincott Campany. Philadelpia. Hal. 1293 1328. Carolyn, M.H. et. al. (1990). Critical Care Nursing. Fifth Edition. J.B. Lippincott Campany. Philadelpia. Hal. 752 779. Carpenito,J,L. (1999). Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2 (terjemahan). PT EGC. Jakarta. Djohansjah, M. (1991). Pengelolaan Luka Bakar. Airlangga University Press. Surabaya. Doenges M.E. (1989). Nursing Care Plan. Guidlines for Planning Patient Care (2 nd ed ). F.A. Davis Company. Philadelpia. Donna D.Ignatavicius dan Michael, J. Bayne. (1991). Medical Surgical Nursing. A Nursing Process Approach. W. B. Saunders Company. Philadelphia. Hal. 357 401. Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. volume 2, (terjemahan). Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Goodner, Brenda & Roth, S.L. (1995). Panduan Tindakan Keperawatan Klinik Praktis. Alih bahasa Ni Luh G. Yasmin Asih. PT EGC. Jakarta. Guyton & Hall. (1997). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Penerbit Buku Kedoketran EGC. Jakarta Hudak & Gallo. (1997). Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik. Volume I. Penerbit Buku Kedoketran EGC. Jakarta. Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Volume I. (terjemahan). Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran. Bandung.

Marylin E. Doenges. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Penerbit Buku Kedoketran EGC. Jakarta

PATOFISIOLOGI Luka bakar disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu sumber panas kepada tubuh. Panas dapat dipindahkan lewat hantaran atau radiasi elektromagnetik. Luka bakar dapat dikelompokkan menjadi luka bakar termal, radiasi atau kimia. Destruksi jaringan terjadi akibat koagulasi, denaturasi protein atau ionisasi sel. Kulit dan mukosa saluran nafas atas merupakan lokasi destruksi jaringan. Jaringan yang dalam, termasuk organ visera, dapat mengalami kerusakan karena luka bakar elektrik atau kontak yang lama dengan agens penyebab ( burning agent ). Nekrosis dan kegagalan organ dapat terjadi. Dalamnya luka bakar tergantung pada suhu agen penyebab luka bakar dan lamanya kontak dengan agen tersebut. Sebagai conth, pada kasus luka bakar tersiram air panas pada orang dewasa, kontak selama 1 detik dengan air yang panas dari shower dengan suhu 68,90C dapat menimbulkan luka bakar yang merusak epidermis serta dermis sehingga terjadi cedera derajat- tiga ( fullthickness injury ). Pajanan selama 15 menit dengan air panas yang suhunya sebesar 56,10C mengakibatkan cedera full-thickness yang serupa. Suhu yang kurang dari 440C dapat ditoleransi dalam periode waktu yang lama tanpa menyebabkan luka bakar.

Fase Luka Bakar A. Fase akut Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal penderita akan mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas), brething (mekanisme bernafas), dan circulation (sirkulasi). Gnagguan airway tidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi saluran pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera inhalasi adalah penyebab kematian utama penderiat pada fase akut. Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat cedera termal yang berdampak sistemik B. Fase sub akut. Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak denga sumber panas. Luka yang terjadi menyebabkan: 1. Proses inflamasi dan infeksi. 2. Problempenuutpan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang atau tidak berbaju epitel luas dan atau pada struktur atau organ organ fungsional. 3. Keadaan hipermetabolisme. C. Fase lanjut. Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada fase ini adalah penyulit berupa parut yang hipertropik, kleoid, gangguan pigmentasi, deformitas dan kontraktur.

You might also like