You are on page 1of 48

Laporan Kasus Benign Prostat Hiperplasia

Muhammad Riyan Saputra 07310146


Pembimbing dr. Asep Hermana Sp. B dr. Irwan Adenin Sp. B

IDENTITAS PASIEN
Nama

: Tn. Atimin Usia : 58 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Agama : Islam Pekerjaan : Pedagang Alamat : Ancaran Tanggal masuk : 4 Desember 2013

ANAMNESIS
Keluhan Utama: Susah buang air kecil Riwayat Penyakit Sekarang:

Os datang ke IGD RSUD 45 Kuningan dengan keluhan susah buang air kecil sejak 3 bulan SMRS. Os mengeluhkan pada saat buang air kecil mengedan yang dirasakan sejak 3 bulan dan untuk memulai kencing os membutuhkan waktu kira 1-2 menit. Sejak 1 bulan ini, pancaran air kencing awalnya melemah, terputus-putus dan lalu menetes, os juga mengeluhkan buang air kecil merasa tidak lampias. Pada saat merubah posisi, keluhan tersebut tetap timbul.

Continue....
Os juga mengeluhkan nyeri pada saat buang air kecil, nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk pada daerah perut bagian bawah sejak 1 bulan. Nyeri yang dirasakan tersebut tidak menjalar dan menghilang setelah buang air kecil. Os mengeluhkan rasa ingin kencing yang tidak tertahan pada malam hari. Pada malam hari os mengatakan buang air kecil > 10x. Riwayat kencing berdarah disangkal, kencing berpasir atau batu disangkal, kencing bernanah disangkal, riwayat pemasangan catether dalam waktu yang lama disangkal pasien, riwayat trauma pada saluran kencing disangkal, nyeri pinggang disangkal demam disangkal, penurunan berat badan yang drastis di sangkal. Buang air besar normal.

Continue....
Riwayat Penyakit Dahulu

Tidak Ada
Riwayat Penyakit Keluarga

Os mengatakan, os tidak tahu apakah ada keluarga (ayah dan kakek) os yang menderita penyakit seperti ini.

PEMERIKSAAN FISIK
Kesadaran Keadaan Umum Vital Sign

: Compos Mentis : Tampak Sakit Sedang

T : 120/70 mmHg N : 88 x/menit R : 24 x/menit S : 37 C Pemeriksaan Fisik Umum: Kepala Mata: konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), RP +/+ isokor Leher Kelenjar limfe: tidak teraba pembesaran Kelenjar tiroid: tidak terlihat dan teraba pembesaran, nodul (-) Kelenjar parotis: tidak teraba pembesaran, sekret liur (+)

Thorax Paru-paru Inspeksi: gerakan dada simetris ka = ki Palpasi: Vokal Fremitus normal ka = ki Perkusi: sonor/sonor Auskultasi: Vesikular (+/+), Rhonki (-/-), wheezing (-/-) Jantung Inspeksi: ictus cordis tidak tampak Palpasi: ictus cordis teraba di ICS IV MCL S Perkusi: Batas atas ICS II PSL S Batas kanan ICS IV PSL D Batas kiri ICS IV MCL S Auskultasi: S1 S2 Tunggal Reguler, murmur (-)

Abdomen Inspeksi: distensi suprapubik (+) Auskultasi: BU (+) normal Palpasi: massa (-), Hepar/ Lien TTB Perkusi: timpani, shifting dullness (-) Ekstremitas Hangat keempat ekstremitas, tonus normal, refleks normal

Anorektal Sekitar anus: Normal (tidak tampak skin tag/ hemorrhoid) Rectal Toucher Tonus sfingter ani : normal Mukosa rectum : licin Ampula recti : tidak kolaps Teraba Massa pada arah jam 12, Konsistensi kenyal, permukaan licin Lobus kanan dan kiri simetris Pole atas teraba, Nodul (-), Taksiran berat 40gram Handscoen : darah (-),feses (+)

RESUME KLINIS
Pasien

laki-laki, 58 tahun, pekerjaan pedagang, mengeluh sulit buang air kecil sejak sekitar 3 bulan SMRS, lama memulai kencing ( hesistensi ) (+), kencing terputus-putus ( Intermitensi ) (+), kencing mengedan ( Straining ) (+), kencing menetes ( Terminal dribling ) (+), perasaan BAK tidak puas ( Empty disorder ) (+), nyeri saat kencing ( disuria ) (+), sering kencing terutama pada malam hari ( nokturia ) (+), kencing berdarah (-), kencing nanah (-), trauma pada saluran kencing (-), kencing berpasir atau batu (-). Pada pemeriksaan RT ditemukan tonus sfingter ani, mukosa, dan ampulla recti normal, teraba massa dengan konsistensi kenyal, permukaan licin, nodul (-), lobus kanan dan kiri simetris, pole atas teraba, taksiran berat 40gram, Handscoen darah (-), feses

DIAGNOSIS BANDING
Retensio urin et causa Benign Prostat Hiperplasia 2. Retensio urin et causa Ca. Prostat
1. Diagnosa Kerja

Retensio urin et causa Benign Prostat Hiperplasia

PEMERIKSAN PENUNJANG DIAGNOSIS


Darah Rutin

BNO
USG Urologi

Continue....
Darah Rutin Hb Leukosit Trombosit GDS SGOT Hasil 15,2 g/dl 6.000 /mm3 322.000 / mm3 127 m/dl 23 U/I

SGPT
Ureum Kreatinin

17 U/I
27 mg/dl 1,33 mg/dl

USG Urologi

Kesan: hipertrofi prostat

Penatalaksaan

1.
2. 3. 4. 5.

IVFD Ringer laktat 20gtt/mnt Cefotaxim inj 2x 1gr/12 jam Ranitidine inj 2x1 ampul Ketorolac inj 2x1 ampul Pasien dipuasakan dan direncanakan operasi dilakukan open prostatektomi

Didapatkan jaringan prostat 40gr, diameter 5 cm, konsistensi lunak, berwarna kemerahan

Prognosis

Quo ad vitam Quo ad fungsional

: Ad bonam : Ad malam

TINJAUAN PUSTAKA

Pendahuluan
Kelenjar prostat adalah salah satu organ genitalia

pria yang terletak di sebelah inferior buli-buli dan melingkari uretra posterior. Bila mengalami pembesaran, organ ini dapat menyumbat uretra pars prostatika dan menyebabkan terhambatnya aliran urin keluar dari buli-buli.

Bentuknya sebesar buah kemiri dengan berat

normal pada orang dewasa kurang lebih 20 gram.

Anatomi Kelenjar Prostat

Prostat merupakan kelenjar aksesori terbesar pada

pria; tebalnya 2 cm dan panjangnya 3 cm dengan lebarnya 4 cm, dan berat 20 gram. Prostat mengelilingi uretra pars prostatika dan ditembus di bagian posterior oleh dua buah duktus

Mc Neal (1976) membagi kelenjar prostat dalam

beberapa zona, antara lain adalah: 1. zona perifer, 2. zona sentral, 3. zona transisional, 4. zona fibromuskuler anterior, dan 5. zona periuretral.

Posisi Zona Perifer dan Transisional

Benign Prostate Hyperplasia


Hiperplasia sel-sel stroma dan sel-sel epitel kelenjar

prostat. Bersifat jinak, laki-laki yang biasanya pada usia pertengahan atau lanjut

Epidemiologi
Prevalensi BPH yang bergejala pada pria berusia

40-49 tahun mencapai hampir 15%. Angka ini meningkat dengan bertambahnya usia, sehingga pada usia 50-59 tahun prevalensinya mencapai hampir 25%, dan pada usia 60 yahun mencapai angka sekitar 43%. Angka kejadian BPH di Indonesia yang pasti belum pernah diteliti, tetapi sebagai gambaran hospital prevalence di dua rumah sakit besar di Jakarta yaitu RSCM dan Sumberwaras selama 3 tahun (1994-1997) terdapat 1040 kasus

Etiologi
Hingga sekarang masih belum diketahui secara

pasti penyebab terjadinya hiperplasia prostat Beberapa hipotesis yang diduga sebagai penyebab timbulnya hiperplasia prostat jinak adalah : 1. Teori Dihidrotestosteron, 2. Adanya ketidakseimbangan antara estrogentestosteron, 3. Interaksi antara sel stroma dan sel epitel prostat 4. Berkurangnya kematian sel (apoptosis)

Teori Dihidrotestosteron Testosteron yang dihasilkan oleh sel leydig pada testis (90%) dan sebagian dari kelenjar adrenal (10%) masuk dalam peredaran darah. Dihidrotestosteron atau DHT adalah metabolit androgen yang sangat penting pada pertumbuhan sel- sel kelenjar prostat. Dibentuk dari testosteron oleh enzim 5reduktase, sintesis protein growth factor yang menstimulasi pertumbuhan sel prostat. Pada berbagai penelitian dikatakan bahwa kadar DHT pada BPH tidak jauh berbeda dengan kadarnya pada prostat normal, hanya saja pada BPH, peningkatan aktivitas enzim 5-reduktase dan jumlah reseptor androgen. Hal ini menyebabkan pada BPH lebih sensitif terhadap

Ketidakseimbangan antara estrogen testosterone Pada usia yang semakin tua, kadar testosterone menurun, sedangkan kadar estrogen relatif tetap sehingga perbandingan antara estrogen : testosterone relatif meningkat. Estrogen di dalam prostat berperan dalam terjadinya proliferasi sel- sel kelenjar prostat dan menurunkan jumlah kematian sel- sel prostat (apoptosis). Terbentuknya sel- sel baru akibat rangsangan testosterone menurun, tetapi sel sel prostat yang telah ada mempunyai umur yang lebih panjang sehingga massa prostat jadi lebih besar.

Gejala Klinis
Keluhan

pada saluran kemih bagian bawah (LUTS), terdiri atas gejala obstruksi dan iritasi.

Obstruksi
Hesitansi Intermitensi Straining Terminal dribling Miksi tidak puas

Iritasi
Frekuensi Nokturi Urgensi Disuria

Pemeriksaan fisik
Pada Buli-buli yang terisi penuh dan teraba

massa di daerah supra simfisis akibat retensi urine. Kadang-kadang didapatkan urine yang selalu menetes yang merupakan pertanda dari inkontinensia. Pada colok dubur yang harus diperhatikan 1. tonus sfingter ani 2. mukosa rectum 3. keadaan prostat

Continue....
Keadaan prostat antara lain : Kemungkinan adanya nodul, krepitasi, konsistensi prostat, simetris antar lobus dan batas prostat. Pada colok dubur pembesaran prostat benigna menunjukan konsistensi prostat kenyal, seperti meraba ujung hidung, lobus kanan dan kiri simetris dan tidak didapatkan nodul. Volume yang normal pada dewasa adalah 20-30 g. Pengukuran lebih tepat dapat menggunakan transrektal ultrasonografi (TRUS). Raba apakah terdapat fluktuansi (abses prostat)/ nyeri tekan (prostatitis). Konsistensi prostat keras/teraba nodul dan mungkin diantara lobus prostat tidak simetris

Transrektal Ultrasonografi (TRUS)

Digital Rectal Exam

Diagnosa banding BPH Kondisi Sistitis , kanker buli, batu buli Gejala iritasi Gejala

Prostatitits
Divertikulum buli Kondisi neurologis (injuri medulla spinalis, kelainan medulla spinalis dsb) Riwayat minum obat (antikolinergik, antidepresan, dekongestan, tranquilezer) Kanker prostat

Gejala iritasi dan obstruksi

Gejala obstruksi

Striktur uretra
Kontraktur/striktur buli

Pemeriksaan laboratorium
Sedimen urin

Kultur urin
Faal ginjal Penanda tumor PSA (prostat spesifik antigen)

Jika curiga adanya keganasan prostat.

Continue.....
Prostat Spesifik Antigen (PSA) Pertumbuhan volume kelenjar prostat dapat diprediksikan berdasarkan kadar PSA. Dikatakan oleh Roehrborn et al (2000) bahwa makin tinggi kadar PSA makin cepat laju pertumbuhan prostat. Kadar PSA di dalam serum dapat mengalami peningkatan pada keradangan, setelah manipulasi pada prostat (biopsi prostat atau TURP), pada retensi urine akut, kateterisasi, keganasan prostat, dan usia yang makin tua. Sesuai yang dikemukakan oleh Wijanarko et al (2003) bahwa serum PSA meningkat pada saat terjadi retensi urine akut dan kadarnya perlahanlahan menurun terutama setelah 72 jam dilakukan kateterisasi

Pemeriksaan PSA bersamaan dengan colok dubur lebih

superior daripada pemeriksaan colok dubur saja dalam mendeteksi adanya karsinoma prostat. Oleh karena itu pada usia ini pemeriksaan PSA menjadi sangat penting guna mendeteksi kemungkinan adanya karsinoma prostat. Rentang kadar PSA yang dianggap normal berdasarkan usia adalah: 1. 40-49 tahun: 0-2,5 ng/ml 2. 50-59 tahun:0-3,5 ng/ml 3. 60-69 tahun:0-4,5 ng/ml 4. 70-79 tahun: 0-6,5 ng/ml

Rapid PSA Test

Pencitraan pada Benigna Prostat Hiperplasia


Foto polos5

Pemeriksaan ultrasonografi transrektal (TRUS)


Sistoskopi

Dalam pemeriksaan ini, disisipkan sebuah tabung kecil melalui pembukaan urethra di dalam penis.
Ultrasonografi trans abdominal

Diagnosis
Anamnesis (gejala obstruktif dan gejala iritatif)

Pemeriksaan fisik (Rectal Toucher)


Pemeriksaan laboratorium (menentukan ada

tidaknya komplikasi) Pemeriksaan pencitraan

Penatalaksanaan
Tujuan terapi hyperplasia prostat adalah Meningkatkan kualitas hidup Memperbaiki keluhan miksi Mengurangi obstruksi intravesika Mengurangi volume residu urine setelah miksi dan Mencegah progrefitas penyakit. Hal ini dapat dicegah dengan medikamentosa, pembedahan atau tindakan invasif minimal.

Penatalaksanaan medis Alpha-blockers Sedang 6-8 tamsulosin (Flomax), alfuzosin (Uroxatral), terazosin (Hytrin) atau doxazosin (Cardura 5 alpha-reductase inhibitors Avodart (dutasteride) Proscar(finasteride) Terapi kombinasi Ringan 3-4

Gaster/usus halus-11% Hidung berair-11% Sakit kepala-12% Menggigil-15%

Masalah ereksi-8% Kehilangan hasrat sex-5% Berkurangnya semen-4%

Sedang 6-7

kombinasi

Bedah Operasi transurethral Reseksi transurethral dari prostat (TURP)

Insisi transurethral dari prostat (TUIP)

Open surgery

Terima Kasih.....

You might also like