You are on page 1of 18

LAPORAN KASUS

KEHAMILAN DENGAN MIOMA UTERI

Oleh : JUVENTIUS ANGGOA PEMBIMBING : dr. Wahyu Widoyoko, Sp.OG

SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

RSUD SIDOARJO FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

2011
BAB I PENDAHULUAN
Mioma uteri adalah suatu tumor jinak yang tumbuh dalam otot uterus. Mioma utri biasa juga disebut fibromioma uteri atau leiomioma uteri. Mioma uteri bukanlah suatu keganasan dan tidak juga berhubungan dengan keganasan. Mioma uteri bisa menyebabkan gejala yang luas termasuk perdarahan menstruasi yang banyak dan penekana pada pelvis. Berdasarkan penelitian ditemukan 27% wanita berumur 25 tahun mempunyai sarang mioma uteri, dan lebih banyak di temukan pada wanita yang berkulit hitam. Mioma uteri belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarche, sedangkan pada seseorang yang telah menopause. kira-kira 10% mioma yang masih bertumbuh. Diperkirakan insiden myoma uteri sekitar 20-30% dari seluruh wanita. Di Indonesia mioma uteri ditemukan pada 2,39-11,7% pada semua penderita ginekologi yang dirawat. Tumor ini paling sering ditemukan pada wanita masa reprodusi, terutama pada usia 40-50 tahun. Wanita yang sering melahirkan aka lebih sedikitkemungkinan untuk berkembangnya mioma uter disbanding dengan wanita yang tak pernah hamil atau baru sekali hamil. Statistic menunjukan 60% mioma uteri berkembang pada wanita yang tidak hami atau baru sekali hamil. Penyebab pasti terjadinya mioma uteri belum diketahui dengan jelas, diduga setiap tumor berasal dari original single muscle cell disebutkan juga tumor berasal dari totipotential primitive cells atau immature muscle cell nest. Myoma uteri mulai tumbuh dibagian atas rahim dan sangat jarang tumbuh dimulut rahim. Bentuk tumor bisa tunggal atau multiple, umumnya tumbuh didalam otot rahim yang dikenal dengan tipe subserosa tidak memberikan keluhan perdarahan, akan tetapi seseorang baru mengeluh bila tumor membesar yang dengan perabaan didaerah perut dijumpai

benjolan keras, benjolan tersebut kadang sulit digerakkan bila tumor sudah sangat besar. Mioma yang muncul pada usia subur bisa mengurangi fertilitas karena menutup indung telur. Kemunculan dan pertumbuhan mioma berkaitan dengan kadar estrogen dalam darah. Pada saat hamil, kadar estrogen dalam darah meningkat sehingga mioma akan makin besar. Mioma tidak akan mengurangi jatah nutrisi bagi janin, namun akan mengurangi ruang bagi janin untuk berkembang di dalam rahim. Janin yang tumbuh bersama mioma berisiko memiliki kelainan posisi karena berdesakan dengan mioma. Bila letak mioma di leher rahim, janin akan sulit lahir normal, begitu pula dengan plasenta.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Definisi Mioma uteri adalah tumor jinak miometrium uterus dengan konsistensi padat kenyal, batas jelas, mempunyai pseudo kapsul, tidak nyeri, bisa soliter atau multipel. Tumor ini juga dikenal dengan istilah fibromioma uteri, leiomioma uteri, atau uterine fibroid. Mioma uteri bukanlah suatu keganasan dan tidak juga berhubungan dengan keganasan. 2.2. Epidemiologi Berdasarkan penelitian ditemukan 27% wanita berumur 25 tahun mempunyai sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih banyak. Mioma uteri belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarke, sedangkan setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma yang masih bertumbuh. Diperkirakan insiden mioma uteri sekitar 20 30% dari seluruh wanita. Di Indonesia mioma uteri ditemukan pada 2,39 11,7% pada semua penderita ginekologi yang dirawat. Tumor ini paling sering ditemukan pada wanita umur 35 45 tahun (kurang lebih 25%) dan jarang pada wanita 20 tahun dan wanita post menopause. Wanita yang sering melahirkan akan lebih sedikit kemungkinan untuk berkembangnya mioma ini dibandingkan dengan wanita yang tak pernah hamil atau hanya 1 kali hamil. Statistik menunjukkan 60% mioma uteri berkembang pada wanita yang tak pernah hamil atau hanya hamil 1 kali. Prevalensi meningkat apabila ditemukan riwayat keluarga, ras, kegemukan dan nullipara.

2.3.

Etiologi Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga merupakan penyakit multifaktorial. Dipercaya bahwa mioma merupakan sebuah tumor monoklonal yang dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah sel neoplastik tunggal. Sel-sel tumor mempunyai abnormalitas kromosom lengan 12q13-15.

Ada beberapa faktor yang diduga kuat sebagai faktor predisposisi terjadinya mioma uteri, yaitu : Umur : mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan sekitar 10% pada wanita berusia lebih dari 40 tahun.

Tumor ini paling sering memberikan gejala klinis antara 35-45 tahun. Paritas : lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanita yang relatif infertil, tetapi sampai saat ini belum diketahui apakah infertil menyebabkan mioma uteri atau sebaliknya mioma uteri yang menyebabkan infertil, atau apakah kedua keadaan ini saling mempengaruhi. Faktor ras dan genetik : pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit hitam, angka kejadiaan mioma uteri tinggi. Terlepas dari faktor ras, kejadian tumor ini tinggi pada wanita dengan riwayat keluarga ada yang menderita mioma Fungsi ovarium : diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen dengan pertumbuhan mioma, dimana mioma uteri muncul setelah menarche, berkembang setelah kehamilan dan mengalami regresi setelah menopause 2.4 Patofisiologi Mioma merupakan monoclonal dengan tiap tumor merupakan hasil dari penggandaan satu sel otot. Etiologi yang diajukan termasuk di dalamnya perkembangan dari sel otot uterus atau arteri pada uterus, dari transformasi metaplastik sel jaringan ikat, dan dari sel-sel embrionik sisa yang persisten. Penelitian terbaru telah mengidentifikasi sejumlah kecil gen yang mengalami mutasi pada jaringan ikat tapi tidak pada sel miometrial normal. Penelitian menunjukkan bahwa pada 40% penderita ditemukan aberasi kromosom yaitu t(12;14)(q15;q24). Meyer dan De Snoo mengajukan teori Cell Nest atau teori genioblast. Percobaan Lipschultz yang memberikan estrogen kepada kelinci percobaan ternyata menimbulkan tumor fibromatosa baik pada permukaan maupun pada tempat lain dalam abdomen. Efek fibromatosa ini dapat dicegah dengan

pemberian preparat progesteron atau testoster. Pemberian agonis GnRH dalam waktu lama sehingga terjadi hipoestrogenik dapat mengurangi ukuran mioma. Efek estrogen pada pertumbuhan mioma mungkin berhubungan dengan respon mediasi oleh estrogen terhadap reseptor dan faktor pertumbuhan lain. Terdapat bukti peningkatan produksi reseptor progesteron, faktor pertumbuhan epidermal dan insulin-like growth factor 1 yang distimulasi oleh estrogen.

2.5.

Klasifikasi mioma uteri Klasifikasi mioma dapat berdasarkan lokasi dan lapisan uterus yang terkena. 1. Lokasi Cerivical, umumnya tumbuh ke arah vagina menyebabkan infeksi. Corporal, merupakan lokasi paling lazim, dan seringkali tanpa gejala.

2.

Mioma uteri pada daerah korpus, sesuai dengan lokasi dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :

Mioma Uteri Submukosa

Mioma submukosa dapat tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian dilahirkan melalui saluran serviks disebut mioma geburt. Hal ini dapaat menyebabkan dismenore, namun ketika telah dikeluarkan dari serviks dan menjadi nekrotik, akan memberikan gejala pelepasan darah yang tidak regular dan dapat disalahartikan dengan kanker serviks. Dari sudut klinik mioma uteri submukosa mempunyai arti yang lebih penting dibandingkan dengan jenis yang lain. Pada mioma uteri subserosa ataupun intramural walaupun ditemukan cukup besar tetapi sering kali memberikan keluhan yang tidak berarti. Sebaliknya pada jenis submukosa walaupun hanya kecil selalu memberikan keluhan perdarahan melalui vagina. Perdarahan sulit untuk dihentikan sehingga sebagai terapinya dilakukan histerektomi. Mioma Uteri Subserosa

Lokasi tumor di subserosa korpus uteri dapat hanya sebagai tonjolan saja, dapat pula sebagai satu massa yang dihubungkan dengan uterus melalui tangkai. Pertumbuhan ke arah lateral dapat berada di dalam ligamentum latum dan disebut sebagai mioma intraligamenter. Mioma yang cukup besar akan mengisi rongga peritoneal sebagai suatu massa. Perlengketan dengan usus, omentum atau mesenterium di sekitarnya menyebabkan sistem peredaran darah diambil alih dari tangkai ke omentum. Akibatnya tangkai makin mengecil dan terputus, sehingga mioma akan terlepas dari uterus sebagai massa tumor yang bebas dalam rongga peritoneum. Mioma jenis ini dikenal sebagai jenis parasitik Mioma Uteri Intramural Disebut juga sebagai mioma intraepitelial. Biasanya multipel apabila masih kecil tidak merubah bentuk uterus, tetapi bila besar akan menyebabkan uterus berbenjol-benjol, uterus bertambah besar dan berubah bentuknya. Mioma sering tidak memberikan gejala klinis yang berarti kecuali rasa tidak enak karena adanya massa tumor di daerah perut sebelah bawah. Kadang kala tumor tumbuh sebagai mioma subserosa dan kadang-kadang sebagai mioma submukosa. Di dalam otot rahim dapat besar, padat (jaringan ikat dominan), lunak (jaringan otot rahim dominan). Secara makroskopis terlihat uterus berbenjol-benjol dengan permukaan halus. Pada potongan, tampak tumor berwarna putih dengan struktur mirip potongan daging ikan. Tumor berbatas tegas dan berbeda dengan miometrium yang sehat, sehingga tumor mudah dilepaskan. Konsistensi kenyal, bila terjadi degenerasi kistik maka konsistensi menjadi lunak. Bila terjadi kalsifikasi maka konsistensi menjadi keras. Secara histologik tumor ditandai oleh gambaran kelompok otot polos yang membentuk pusaran, meniru gambaran kelompok sel otot polos miometrium. Fokus fibrosis, kalsifikasi, nekrosis iskemik dari sel yang mati. Setelah menopause, sel-sel otot polos cenderung mengalami atrofi, ada kalanya diganti oleh jaringan ikat. Pada mioma uteri dapat terjadi perubahan sekunder yang sebagian besar bersifat degenerasi. Hal ini oleh karena berkurangnya pemberian darah pada sarang mioma. Perubahan ini

terjadi secara sekunder dari atropi postmenopausal, infeksi, perubahan dalam sirkulasi atau transformasi maligna. 2.6. Gejala klinis Hampir separuh kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan ginekologik karena tumor ini tidak mengganggu. Gejala yang timbul sangat tergantung pada tempat sarang mioma ini berada serviks, intramural, submukus, subserus), besarnya tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi. Gejala tersebut dapat digolongkan sebagai berikut : Perdarahan abnormal Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah hipermenore, menoragia dan dapat juga terjadi metroragia. Beberapa faktor yang menjadi penyebab perdarahan ini, antara lain adalah : - Pengaruh ovarium sehingga terjadilah hyperplasia endometrium sampai adeno karsinomaendometrium. - Permukaan endometrium yang lebih luas daripada biasa. - Atrofi endometrium di atas mioma submukosum. - Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma diantara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit Rasa nyeri Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan. Pada pengeluaran mioma submukosum yang akan dilahirkan, pula pertumbuhannya yang menyempitkan kanalis servikalis dapat menyebabkan juga dismenore. Gejala dan tanda penekanan Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri. Penekanan pada kandung kemih akan menyebabkan poliuri, pada uretra dapat menyebabkan retensio urine, pada ureter dapat menyebabkan hidroureter pembuluh darah yang melaluinya dengan baik.

dan hidronefrosis, pada rectum dapat menyebabkan obstipasi dan tenesmia, pada pembuluh darah dan pembuluh limfe dipanggul dapat menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul. Infertilitas dan abortus Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan pars intertisialis tuba, sedangkan mioma submukosum juga memudahkan terjadinya abortus oleh karena distorsi rongga uterus. Rubin (1958) menyatakan bahwa apabila penyebab lain infertilitas sudah disingkirkan, dan mioma merupakan penyebab infertilitas tersebut, maka merupakan suatu indikasi untuk dilakukan miomektomi. 2.7. Diagnosis 1. Anamnesis Dalam anamnesis dicari keluhan utama serta gejala klinis mioma lainnya, faktor resiko serta kemungkinan komplikasi yang terjadi. 2. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan status lokalis dengan palpasi abdomen. Mioma uteri dapat diduga dengan pemeriksaan luar sebagai tumor yang keras, bentuk yang tidak teratur, gerakan bebas, tidak sakit. 3. Pemeriksaan penunjang a. Pemeriksaan laboratorium Akibat yang terjadi pada mioma uteri adalah anemia akibat perdarahan uterus yang berlebihan dan kekurangan zat besi. Pemeriksaaan

laboratorium yang perlu dilakukan adalah Darah Lengkap (DL) terutama untuk mencari kadar Hb. Pemeriksaaan lab lain disesuaikan dengan keluhan pasien. 2.8. Diagnosis banding 1. Adenomiosis 2. Neoplasma ovarium 3. Kehamilan

2.9.

Penatalaksanaan Tidak semua mioma uteri memerlukan pengobatan bedah. Penanganan mioma uteri tergantung pada umur, status fertilitas, paritas, lokasi dan ukuran tumor, sehingga biasanya mioma yang ditangani yaitu yang membesar secara cepat dan bergejala serta mioma yang diduga menyebabkan fertilitas. Secara umum, penanganan mioma uteri terbagi atas penanganan konservatif dan operatif. Penanganan konservatif bila mioma berukuran kecil pada pra dan post menopause tanpa gejala. Cara penanganan konservatif sebagai berikut : - Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodic setiap 3-6 bulan. - Bila anemi diberikan transfusi darah Pengobatan operatif meliputi miomektomi dan histerektomi. Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan uterus. Tindakan ini dapat dikerjakan misalnya pada mioma submukoum pada myom geburt dengan cara ekstirpasi lewat vagina. Pengambilan sarang mioma subserosum dapat mudah dilaksanakan apabila tumor bertangkai. Apabila miomektomi ini dikerjakan karena keinginan memperoleh anak, maka kemungkinan akan terjadi kehamilan adalah 30-50%. Histerektomi adalah pengangkatan uterus, yang umumnya tindakan terpilih. Histerektomi dapat dilaksanakan perabdominan atau pervaginam. Yang akhir ini jarang dilakukan karena uterus harus lebih kecil dari telor angsa dan tidak ada perlekatan dengan sekitarnya. Adanya prolapsus uteri akan mempermudah prosedur pembedahan. Histerektomi total umumnya dilakukan dengan alasan mencegah akan timbulnya karsinoma servisis uteri. Histerektomi supravaginal hanya dilakukan apabila terdapat kesukaran teknis dalam mengangkat uterus.

2.10. Komplikasi Perubahan sekunder pada mioma uteri yang terjadi sebagian besar bersifat degenerasi. Hal ini oleh karena berkurangnya pemberian darah pada sarang mioma. Perubahan sekunder tersebut antara lain :

Atrofi : sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan mioma uteri menjadi kecil. Degenerasi hialin : perubahan ini sering terjadi pada penderita berusia lanjut. Tumor kehilangan struktur aslinya menjadi atau hanya memisahkan lainnya. Degenerasi kistik : dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana sebagian dari mioma menjadi cair, sehingga terbentuk agar-agar, yang luas dan limfangioma. sukar kehamilan. Degenerasi membatu (calcereus degeneration) : terutama terjadi pada wanita berusia lanjut oleh karena adanya gangguan dalam sirkulasi. Dengan adanya pengendapan garam kapur pada sarang mioma maka mioma menjadi keras dan memberikan bayangan pada foto rontgen. Degenerasi merah (carneus degeneration) : perubahan ini terjadi pada kehamilan dan nifas. Patogenesis : diperkirakan karena suatu nekrosis subakut sebagai gangguan vaskularisasi. Pada pembelahan dapat dilihat sarang mioma seperti daging mentah berwarna merah disebabkan pigmen hemosiderin dan hemofusin. Degenerasi merah tampak khas apabila terjadi pada kehamilan muda disertai emesis, haus, sedikit demam, kesakitan, tumor pada uterus membesar dan nyeri pada perabaan. Penampilan klinik ini seperti pada putaran tangkai tumor ovarium atau mioma bertangkai. Degenerasi lemak : jarang terjadi, merupakan kelanjutan degenerasi hialin. ruangan-ruangan yang tidak teratur berisi dapat juga terjadi bendungan limfe pembengkakan sehingga menyerupai homogen. Dapat meliputi sebagian besar sebagian kecil dari padanya seolah-olah satu kelompok serabut otot dari kelompok

Dengan konsistensi yang lunak ini tumor dibedakan dari kista ovarium atau suatu

Komplikasi yang terjadi pada mioma uteri : Degenerasi ganas : Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma hanya 0,320,6% dari seluruh mioma ditemukan

serta merupakan 50-75% dari semua sarkoma uterus. keganasan umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus yang telah diangkat. Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam

menopause. Torsi (putaran tangkai): Sarang mioma yang bertangkai dapat torsi, timbul gangguan sirkulasi mengalami

akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadilah sindrom abdomen akut. Jika torsi terjadi perlahan-lahan, gangguan akut tidak terjadi.

Nekrosis dan infeksi: Sarang mioma dapat mengalami nekrose dan infeksi yang diperkirakan karena gangguan darah. sirkulasi

BAB III LAPORAN KASUS


I. Identitas pasien Nama Umur Tanggal lahir Agama Alamat pendidikan Pekerjaan : Islam : Bengkel Timur kecamatan Labu Api : SMA : Wiraswasta : Ny. Johar Maknum : 41 tahun : 7 April 1967

Tanggal pemeriksaan : 23 11 - 2011 II. Anamnesis (23-11-2011) Keluhan utama : kaki bengkak Perjalanan penyakit : Pasien datang ke rumah sakit pada tanggal 23 11 - 2011 dengan keluhan kaki bengkak sejak usia kehamilan 5 bulan dan terasa panas. Pasien juga mengatakan ada benjolan dibagian bawah perut. Sebelum pasien memeriksakan kehamilannya di poli hamil RSUD Sidoarjo pasien pernah memeriksakan kehamilannya didokter Sp.OG. Dari hasil pemeriksaan USG di dokter Sp.OG tersebut didapatkan kehamilan dengan suatu massa diuterus dan didiagnosa mioma uteri. Riwayat penggunaan KB : disangkal Riwayat pernikahan : suami ke I, menikah 1x selama 1 tahun. Riwayat persalinan : Hamil ini Riwayat abortus : tidak pernah mengalami keguguran. Riwayat penyakit dahulu : penyakit jantung, paru, hati, ginjal, DM dan hipertensi. disangkal

Riwayat penyakit keluarga : tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit seperti ini Riwayat penyakit keganasan pada keluarga : tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit keganasan. Riwayat alergi : tidak mempunyai alergi terhadap obat-obatan, makanan dan cuaca. III. Pemeriksaan fisik (14-2-2008) Status present Keadaan umum Kesadaran Tensi Nadi Nafas Tinggi badan Berat badan Status general Kepala Mata Thorak Pulmo Abdomen Ekstremitas Status ginekologi Abdomen : TFU 26 cm ( 2 jari diatas pusat ), teraba massa konsistensi kenyal dan : Normocephali : Anemis (-/-), ikterik (-/-) : Cor S1, S2 tunggal, reguler, murmur (-) : Rhonki-/-, Wheezing-/: Bising usus (+) normal : Edema - / + : Baik : Compos mentis : 120/80 mmHg : 82x/menit : 20x/menit : 154 cm : 83 kg

bersifat mobile. Nyeri tekan (-) Inspekulo : Fluksus (-)

pemeriksaan penunjang : USG :Tampak massa padat kenyal dengan kesan : mioma uteri.

V. Diagnosis Kerja GI P0-0 + 32/33 minggu + TH + Mioma Uteri VI. Terapi Multivitamin : sulfat ferossus 1x1 Kontrol Poli : 2 Minggu

BAB IV PEMBAHASAN
Mioma uteri atau juga biasa dikenal dengan istilah fibromioma uteri, leiomioma uteri, atau uterine fibroid adalah tumor jinak miometrium uterus dengan konsistensi padat kenyal, batas jelas, mempunyai pseudo kapsul, tidak nyeri, bisa soliter atau multipel. Mioma uteri bukanlah suatu tumor keganasan. Mioma uteri paling sering ditemukan pada wanita masa reprodusi, terutama pada usia 40-50 tahun dan dibagi menjadi 3 jenis yaitu mioma sub serose, intramular dan sub mukosa. Namun penyebab pasti terjadinya mioma uteri belum diketahui dengan jelas, diduga merupakan penyakit multifaktorial dan setiap tumor berasal dari original single muscle cell disebutkan juga tumor berasal dari totipotential primitive cells atau immature muscle cell nestserta adanya pengaruh dari hormon estrogen. Mioma yang muncul pada usia subur bisa mengurangi fertilitas karena menutup indung telur. Kemunculan dan pertumbuhan mioma berkaitan dengan kadar estrogen

dalam darah. Pada saat hamil, kadar estrogen dalam darah meningkat sehingga mioma akan makin besar. Mioma tidak akan mengurangi jatah nutrisi bagi janin, namun akan mengurangi ruang bagi janin untuk berkembang di dalam rahim. Janin yang tumbuh bersama mioma berisiko memiliki kelainan posisi karena berdesakan dengan mioma. Bila letak mioma di leher rahim, janin akan sulit lahir normal, begitu pula dengan plasenta. Pada laporan kasus berikut diajukan suatu kasus seorang wanita 26 tahun dengan diagnosa Kehamilan dengan Mioma Uteri. Faktor predisposisi pada pasien tersebut kemungkinan karena umur pasien 26 tahun dimana tumor ini paling sering ditemukan pada usia produktif yaitu pada umur 20-45 tahun. Diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen dengan pertumbuhan mioma, dimana mioma uteri muncul setelah menarke, berkembang setelah kehamilan dan mengalami regresi setelah menopause. Diagnosa mioma uteri ditegakan berdasarkan pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan penunjang yang ada. Gejala yang timbul sangat tergantung pada tempat sarang mioma ini berada serviks, intramural, submukus, subserus), besarnya tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi. pada pasien tersebut didapatkan keluhan antara lain bengkak pada kaki sejak umur kehamilan 5 bulan serta panas, teraba benjolan pada perut bagian bawahtetapi tidak didapatkan keluhan berupa perdarahan. Pemeriksaan fisik pada pasien ini didapatkan status vital sign yang baik, yang berarti hemodinamik pasien masih baik. Kemudian juga ditemukan tinggi fundus uteri 26 cm dari simpisis pubis. Pada palpasi abdomen teraba massa mioma yang berkonsistensi kenyal dan bersifat mobile. Konsistensi dari mioma uteri dapat bervariasi dari keras seperti batu hingga lembek, walaupun sebagian besar memiliki konsistensi kenyal seperti karet. Pada pemeriksaan inspekulo tidak didapatkan fluksus karena diperkirakan jenis mioma yang diderita adalah mioma jenis subserosa . Selain itu belum didapatkan pembukaan. Pemeriksaan penunjang dengan USG pada pasien ini didapatkan gambaran adanya suatu massa padat kenyal dan mobile dengan kesan mioma uteri. Pemeriksaan dengan CT scan maupun USG juga dapat dilakukan, namun lebih mahal dan

menghabiskan waktu lebih lama tetapi tidak memberikan informasi yang lebih daripada USG. Dapat ditarik kesimpulan diagnosis pasien tersebut adalah kehamilan dengan mioma uteri melalui hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang dilakukan. Pada anamnesis yang menunjang diagnosis mioma uteri adalah didapatkan keluhan kaki bengkak sejak umur kehamilan 5 bulan. Kemudian dari pemeriksaan fisik ditemukan ditemukan suatu massa padat kenyal dan mobile serta pasien tidak mengeluh nyeri pada bagian tersebut. Dari pemeriksaan penunjang dengan USG semakin memperkuat diagnosis mioma uteri dimana terdapat kesan suatu massa dengan padat kenyal. Penatalaksanaan pasien ini dilakukan dengan cara konservatif mengingat faktor resiko apabila dilakukan tindakan operatif dan mioma uteri yang diderita tidak terlalu menggangu kehamilan pasien. Terapi dengan cara konservatif yang dimaksud adalah dengan pemnberian multivitamin berupa sulfat ferrosus dan menyarankan kepada pasien untuk mengontrol kehamilan 2 minggu. Penatalaksanaan operatif seperti

miomektomi bisa dipilih setelah pasien melahirkan secara pervaginam, namun tindakan operatif baru dilakukan 2 minggu setelah pasien melahirkan.

BAB V DAFTAR PUSTAKA

Sutoto J .S. M., 2005, tumor jinak pada alat-alat genetalia dalam. Buku ilmu kandungan. Yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo. Sastrawinata R.S. Prof., 1981, tumor alat kandungan. Buku ginekologi. Bagian obstetri dan ginekologi fakultas kedokteran universitas padjajaran. Sastrawinata R.S. Prof., 1981, penyulit kehamilan. Buku obstetri patalogi. Bagian obstetri dan ginekologi fakultas kedokteran universitas padjajaran. Tim revisi, 2008, mioma uteri. Buku pedoman diagnosis dan terapi edisi III. Sub komite farmasi dan terapi RSUD dr. Soetomo.
www.drdidispog.com/2008/12/mioma-uteri-dan-kehamilan.html www.mitrakeluarga.com/bekasibarat/mioma-uteri

http://www.motherandbaby.co.id/artikel/baca/2011/92/Kehamilan-Dengan-Mioma.html http://www.laparoskopiginekologi.com/maps/102-mioma-uteri.html

You might also like