You are on page 1of 17

[ JOURNAL EPIDEMIC, HASTOMO, JKL YOGYAKARTA] October 7, 2009

PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU HIDUP


BERSIH DAN SEHAT (PHBS) IBU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEYEGAN SLEMAN
Hastomo
Jurusan Kesehatan Lingkungan
Politeknik Kesehatan Yogyakarta
Diterima 10 Oktober 2009, Disetujui 8 Oktober 2009
Abstract
The diarhea disease always attacting force by infant and childrens under age of 5th.
Total insident diarhea from data in Puskesmas Seyegan Sleman of districk more 809
case in 2008. Necessary to prevention of environmental diseases, once of them to
study knowledge, attitude and practice living clean and healthy of behaviour were
mothers by insident diarhea disease of infant and children under age of 5th in
Puskesmas Seyegan Sleman of districk. this is observational study, the criteria of
analitic with case control study, knowledge, attitude and practice living clean and
healthy of behaviour were mothers by insident diarhea disease of infant and children
under age of 5th in districk of Puskesmas Seyegan Sleman study according by
interview and grouping data analitic table with difference test of paired sample t-test,
sig 2 tailed 0,05 and independent test 95%.
Keyword : difference, knowledge, attitude and practice living clean and healthy of
behaviour were mothers, diarhea diseases of infant and children under
age of 5th

Intisari
Penyakit diare sering menyerang bayi dan balita, bila tidak diatasi lebih lanjut akan
menyebabkan dehidrasi yang berlanjut pada kematian. Data dari Puskesmas
Seyegan mencatat total seluruh kejadian insidensi penyakitnya adalah sebesar 809
kasus pada tahun 2008. Hal ini perlu adanya survailans, salah satunya dengan
mengkaji faktor predisposisi tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS) ibu pada kelompok kasus dengan kejadian diare pada balita
dengan kelompok kontrol tanpa kejadian diare pada balita. Jenis penelitian yang
digunakan adalah penelitian observasional study, Kriteria analitik penelitian ini
dengan pendekatan Case Control study data diperoleh dari hasil wawancara
dikelompokkan dalam tabel dianalisis dengan uji beda paired sample T-Test, tingkat
kemaknaan 0,05 derajad kebebasan 95%. Ada perbedaan Tingkat Pengetahuan,
Sikap, dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) ibu dengan kejadian diare
pada balita di wilayah kerja Puskesmas Seyegan pada kelompok kasus dengan
kelompok kontrol, sebesar sig (2-tailed) = 0,000<0,05.
Kata Kunci : Perbedaan, Tingkat Pengetahuan, Sikap, Perilaku, Ibu, kejadian diare
pada balita
PENDAHULUAN
1
[ JOURNAL EPIDEMIC, HASTOMO, JKL YOGYAKARTA] October 7, 2009

Penyakit berbasis lingkungan Penyakit diare sering menyerang


masih merupakan masalah kesehatan bayi dan balita, bila tidak diatasi lebih
terbesar masyarakat Indonesia. Hal ini lanjut akan menyebabkan dehidrasi
tercermin dari tingginya angka yang berlanjut pada kematian. Angka
kejadian dan kunjungan penderita ke kejadian diare pada anak di dunia
sarana pelayanan kesehatan seperti mencapai 1 miliar kasus tiap tahun,
Infeksi Saluran Pernafasan Akut dengan korban meninggal sekitar 5
(ISPA), TB Paru, Penyakit diare, juta jiwa. Statistik di Amerika mencatat
malaria, Demam Berdarah Dengue tiap tahun terdapat 20-35 juta kasus
(DBD), kecacingan, serta gangguan diare dan 16,5 juta diantaranya adalah
kesehatan / keracunan makanan atau balita (Pickering et al, 2004). Angka
karena bahan kimia dan pestisida kematian balita di negara berkembang
(Depkes RI, 1989). akibat diare ini sekitar 3,2 juta setiap
tahun (Direktorat Jendral
Tingginya kejadian penyakit Pemberantasan Penyakit Menular dan
berbasis lingkungan disebabkan oleh Penyehatan Lingkungan Pemukiman,
karena masih buruknya kondisi 1999).
sanitasi dasar terutama air bersih dan
jamban, meningkatnya pencemaran, Data dari profil kesehatan
kurang higienisnya cara pengelolaan Indonesia tahun 2002 menunjukkan
makanan, rendahnya perilaku hidup bahwa angka kesakitan diare
bersih dan sehat (PHBS), buruknya berdasarkan propinsi terjadi
penatalaksanaan bahan kimia penurunan dari tahun 2001-2002.
pestisida di rumah tangga. Masalah Pada tahun 2000 angka kesakitan
kesehatan berbasis lingkungan ini diare sebesar 25,63 per 1000
akan berubah menjadi kejadian yang penduduk menurun menjadi 22,69 per
melebihi keadaan biasa pada 1000 penduduk pada tahun 2003 dan
kelompok masyarakat yang disebut 12,00 per 1000 penduduk pada tahun
kejadian luar biasa (Mahon, 1970). 2002. Sedangkan berdasarkan profil
kesehatan Indonesia 2005, penyakit
Demikian masalah kesehatan diare menempati urutan kelima dari
lingkungan perlu dilakukan kegiatan 10 penyakit utama pada pasien rawat
untuk mengantisipasi, atau jalan di Rumah Sakit dan menempati
mengurangi intensitas kejadian urutan pertama pada pasien rawat
penyakit menular di masyarakat inap di Rumah Sakit. Berdasarkan
dengan melihat indikator-indikator, data tahun 2003 terlihat bahwa
yang didukung dari data-data dari frekuensi kejadian luar biasa (KLB)
instansi kesehatan dan dinas penyakit diare sebanyak 92 kasus
pemerintahan terkait, disini perlu dengan 3865 orang penderita, 113
adanya sistem surveilans yang baik. orang meninggal, dan Case Fatality
Sistem surveilans mencakup Rate (CFR) 2,92% .
pengumpulan, analisa, penyajian data
dan penyebarluasan informasi, dengan Kejadian insidensi penyakit
tujuan antisipasi KLB dapat dicegah diare pada tahun 2008 di Puskesmas
dengan cara deteksi dini adanya Seyegan tercatat dalam dua kelompok
masalah, sehingga dapat dilakukan umur yaitu umur kurang dari lima
reaksi cepat yang didukung sumber tahun atau balita dan umur di atas lima
daya dan logistik yang memadai tahun, dari data laporan mingguan
sebagai effective Response (DinKes wabah (W2) di Puskesmas seyegan
Prop DIY, 2006). pada tahun 2008 adalah sebagai
2
[ JOURNAL EPIDEMIC, HASTOMO, JKL YOGYAKARTA] October 7, 2009

berikut, insidensi kelompok umur tidak menjamin kemungkinan sebagai


kurang dari lima tahun (293 kasus), faktor risiko penyakit diare. Perilaku
kelompok umur di atas lima tahun disini yaitu perilaku secara spesifik
yaitu (516 kasus) dan jumlah kematian mempengaruhi kejadian penyakit
akibat penyakit tersebut selama tahun tertentu menurut distribusi dan etiologi
2008 tidak ada, total seluruh kejadian penyakit tertentu (Suhartini, 2002).
insidensi penyakitnya adalah sebesar
809 kasus mengalami peningkatan Berhubungan dengan hal
setelah tahun 2007 dengan total 670 tersebut, maka tingkat pendidikan dan
kasus. Hal ini menjadi indikator bahwa pengetahuan ibu sangat mendukung
trend penyakit yang sedang berjalan dalam perilaku hidup bersih dan sehat
cenderung naik dan perlu adanya (PHBS) dan menentukan status
tindakan surveilans di Wilayah Kerja kesehatan anak, karena ibu
Puskesmas Seyegan tersebut. merupakan pengasuh, pelindung,
serta pendidik yang selalu dekat
Ada beberapa faktor risiko dengan anak-anaknya. Perilaku
berbasis lingkungan kejadian diare di berfungsi sebagai defence mekanism
wilayah Kerja Puskesmas Seyegan atau sebagai pertahanan diri artinya
yaitu perilaku masyarakat, kondisi air dengan berperilaku yang bersih dan
dan sarana sanitasi masyarakat sehat dapat melindungi anaknya dari
Seyegan. Data mengenai sarana ancaman atau bahaya yang datang
Sanitasi yang ada di Puskesmas dari luar adapun kejadian penyakit
Seyegan sebagai berikut, prosentase diare pada balita juga seiring
Sarana Air Bersih (SAB) yang kurangnya intake gizi pada balita
memenuhi syarat ada 96,55% dapat karena cenderung daya imunitasnya
dikatakan memenuhi syarat, Jamban sangat kurang (Notoatmodjo,l993).
memenuhi syarat 36,99% dapat
dikatakan kurang memenuhi syarat
kesehatan, dan Sarana Pembuangan
METHODE PENELITIAN
Air Limbah (SPAL) yaitu 26,85%
dapat dikatakan belum memenuhi Jenis penelitian yang digunakan
syarat (Petugas Sanitarian Puskesmas adalah penelitian observasional study .
Seyegan, 2007). Kriteria analitik penelitian ini dengan
pendekatan Case Control study
Kejadian diare pada balita
(Notoatmodjo, 2002). Penelitian ini
sangat erat kaitannya dengan perilaku
dilakukan dengan wawancara
sehat ibu, sehingga kajian terhadap
menggunakan kuesioner dan
perilaku sehat Ibu terhadap kesehatan
pengamatan langsung menggunakan
balita perlu dilakukan guna memberi
check list.
tolok ukur mekanisme
pencegahannya. Hasil kegiatan Wawancara dan pengamatan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dilakukan terhadap kelompok kasus
(PHBS) di wilayah kerja Puskesmas dan kelompok tanpa kasus atau
seyegan dari empat sampel desa pada kontrol. Kelompok kasus dalam
pertengahan tahun yaitu 75% warga penelitian ini adalah penderita diare
dengan perilaku baik dengan tanda umur dibawah 5 tahun. yang diperiksa
hijau, dan sekitar 25% warga dengan di Puskesmas Seyegan 2 bulan
perilaku kurang indikator warna yaitu terakhir pada tahun 2009 dan
biru, akan tetapi PHBS disini adalah diagnosis oleh tenaga medis maupun
perilaku yang sangat kompleks dan paramedis menderita diare.
3
[ JOURNAL EPIDEMIC, HASTOMO, JKL YOGYAKARTA] October 7, 2009

Sedangkan kelompok kontrol adalah Uji Validitas


penduduk yang bertempat tinggal di
sekitar penderita, tidak sakit diare, Validitas adalah suatu indeks yang
tidak menggunakan sarana air bersih menunjukkan alat tersebut benar-
maupun jamban yang digunakan oleh benar mengukur apa yang diukur.
penderita. Wawancara menggunakan Untuk mengetahui apakah kuesioner
kuesioner dilakukan terhadap perilaku yang disusun tersebut mampu
hidup bersih responden yang meliputi mengukur apa yang hendak diukur,
perilaku cuci tangan setelah buang air maka perlu diuji dengan uji korelasi
besar, perilaku cuci tangan sebelum antara skor (nilai) setiap item
makan dan minum serta perilaku pertanyaan dengan skor total
responden dalam buang air besar. kuesioner tersebut. Untuk menentukan
Sedangkan pengamatan sahih atau tidaknya suatu item
menggunakan checklist . pertanyaan pada penelitian ini
menggunakan bantuan komputer yang
Populasi semua ibu yang dilakukan dengan membandingkan
berkunjung untuk memeriksakan anak angka korelsi product moment (R
balitanya yang menderita diare pada hitung dengan R tabel. Jika didapatkan
kelompok umur dibawah lima tahun, R hitung lebih kecil dari R tabel, maka
yang diperiksa di Puskesmas item tersebut gugur (Notoatmodjo,
Seyegan, Sleman, berdasarkan rekam 2003).
medis telah didiagnosis mengalami
diare dan pada waktu diadakannya Dalam menguji validitas kuesioner,
penelitian diperoleh data dari tiga dalam penelitian ini mengambil 10
bulan terakhir pada tahun 2009. responden Ibu yang mempunyai balita
Diperoleh data populasi dari rekam di Dusun Danen RT 03 RW 29
medis yaitu 52 orang. Sumberadi Mlati Sleman Yogyakarta.

Sampel untuk kelompok kasus Dalam penelitian ini penulis merujuk


adalah sebagian ibu yang berkunjung pada 2 jenis validitas yaitu :
untuk memeriksakan anak balitanya
1) Validitas construk dengan
yang menderita diare pada kelompok
menggunakan analisis komputer
umur dibawah lima tahun, yang telah
dengan Hasil dari pengujian
diperiksa di Puskesmas Seyegan,
validitas diperoleh hasil R pada
Sleman, berdasarkan rekam medis
pengujian menggunakan SPSS
telah didiagnosis mengalami diare dan
lebih besar dari R tabel yaitu 0,632
pada waktu diadakannya penelitian
pada setiap kuisioner Tingkat
diperoleh data dari tiga bulan terakhir
Pengetahuan, Sikap, Perilaku Ibu
pada tahun 2009. Kelompok kontrol
dan checklist kondisi lingkungan
adalah penduduk yang bertempat
sehingga dapat disimpulkan bahwa
tinggal di sekitar penderita, tidak sakit
kuesioner tersebut valid.
diare, tidak menggunakan sarana air
bersih maupun jamban yang 2) Validitas isi telah memperoleh
digunakan oleh penderita. dengan persetujuan para ahli dosen
melihat dari kriteria eksklusi dan pembimbing dalam bidang
inklusi. penelitian ini dalam merujuk pada
teori perkuliahan yang berlaku.

4
[ JOURNAL EPIDEMIC, HASTOMO, JKL YOGYAKARTA] October 7, 2009

sehingga checklist dinyatakan


reliabel.

Uji Reliabilitas
Seluruh jawaban responden akan
Reliabilitas adalah indeks yang dianalisa dengan menggunakan
menunjukkan sejauh suatu alat ukur Program SPSS for windows 11,5 yaitu
dapat dipercaya dengan menunjukkan menggunakan uji korelasi spearman
hasil pengukuran itu tetap konsisten skala ordinal, yaitu mengetahui
bila dilakukan pengukuran dua kali hubungan asosiatif menggunakan
atau lebih terhadap gejala yang sama. contingency coeffient, (Asymp.Sig < α
Dalam penelitian ini, pengukuran maka H0 ditolak dan Hα diterima) dan
dilakukan uji reliabilitas dengan uji beda menggunakan T Test bebas
membandingkan terhadap pertanyaan mencari perbedaan antar dua variabel
lain atau mengukur korelasi antar dalam penelitian ini beda kelompok
jawaban pertanyaan. Program SPSS kontrol dan kelompok kasus. Hipotesis
for windows memberikan fasilitas penelitian dengan taraf signifikan 5%
untuk mengukur reliabilitas dengan uji dan derajat kepercayaan 95% sebagai
statistic Cronbach Alpha (α) untuk berikut :
mengukur sikap, dan KT20 atau 21
untuk mengukur tingkat pengetahuan P >0,05 : Tidak ada hubungan yang
sikap dan perilaku. bermakna tingkat pengetahuan dan
sikap ibu tentang PHBS dengan
Dalam menguji reliabilitas kuesioner, kejadian penyakit diare pada balita di
dalam penelitian ini mengambil 10 wilayah kerja Puskesmas Seyegan
responden Ibu yang mempunyai balita Sleman.
di Dusun Danen RT 03 RW 29
Sumberadi Mlati Sleman Yogyakarta P<0,05 : Ada hubungan yang
dengan pengulangan 2 kali, diperoleh bermakna tingkat pengetahuan dan
hasil pengujian reliabilitas sebagai sikap ibu tentang PHBS dengan
berikut : kejadian penyakit diare pada balita di
wilayah kerja Puskesmas Seyegan
1) Kuesioner Tingkat Pengetahuan Sleman.
ibu diperoleh hasil penghitungan R
= 0,9785 > R Tabel 0,632, Data-data yang sudah terkumpul akan
sehingga kuesioner dinyatakan dianalisa secara statistik untuk
reliabel. menguji kemaknaanya menggunakan
chisquare α = 0,05. Kemaknaan
2) Kuesioner Sikap Ibu diperoleh hasil biologis dilakukan dengan
penghitungan R = 0,6714 > R menggunakan OR (Odds Ratio)
Tabel 0,632, sehingga kuesioner dengan intepretasi jika hasil
dinyatakan reliabel. perhitungan odds ratio lebih dari 1
berarti diterima faktor menyebabkan
3) Kuesioner Perilaku Ibu diperoleh
sakit, jika hasil sama dengan 1 maka
hasil penghitungan R = 0,9824 > R
tidak ada hubungan antara keduanya
Tabel 0,632, sehingga kuesioner
dan jika hasil yang diperoleh kurang
dinyatakan reliabel.
dari 1 maka diterima faktor mencegah
4) Checklist Kondisi Lingkungan sakit, dari perhitungan tersebut
diperoleh hasil penghitungan sehingga akan diketahui faktor resiko
R = 0,9705 > R Tabel 0,632,
5
[ JOURNAL EPIDEMIC, HASTOMO, JKL YOGYAKARTA] October 7, 2009

diare dominan. Perhitungan Confident Tabel 5 menunjukkan bahwa tingkat


Interval (CI) pengetahuan responden Ibu balita
penderita Diare tentang PHBS paling
95% CI= (estimasi – (1.96 x s.e)) to banyak adalah kategori Kurang yaitu
(estimasi + (1.96 x s.e)). CI dengan jumlah 27 responden dan ada
memberikan kisaran nilai yang mana sejumlah 13 responden dalam kategori
peneliti secara reasonably percaya Cukup dan hanya sekitar 6 responden
bahwa nilai populasi terletak pada dengan kategori Baik. Sedangkan
kisaran tersebut. Data yang didapat tingkat pengetahuan Ibu balita tidak
dari wawancara dan pengamatan menderita diare tentang PHBS pada
dikelompokkan dalam tabel. kelompok kontrol jumlah terbesar pada
kategori Cukup yaitu sekitar 23
responden dan pada kategori Baik ada
HASIL DAN PEMBAHASAN 21 responden sedangkan paling kecil
pada kategori Kurang hanya 2
1. Karakteristik Responden Ibu Balita responden.
Penderita Diare
b. Sikap Responden Ibu Balita
a. Tingkat Pengetahuan penderita Diare tentang
Responden Ibu Balita penderita Perilaku Hidup Bersih dan
Diare tentang Perilaku Hidup Sehat
Bersih dan Sehat
Sikap responden Ibu kelompok
Tingkat Pengetahuan responden kasus dan kontrol tentang
Ibu kelompok kasus dan kontrol Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
tentang Perilaku Hidup Bersih di kecamatan Seyegan, dapun
dan Sehat di kecamatan hasilnya dapat dilihat pada tabel
Seyegan, adapun hasilnya dapat 6 sebagai berikut :
dilihat pada tabel 5 sebagai
berikut : Tabel 6. Distribusi Frekuensi Sikap
Responden Ibu Balita
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Tingkat penderita Diare tentang
Pengetahuan Responden Ibu PHBS di Wilayah Kerja
Balita penderita Diare Puskesmas Seyegan pada
tentang PHBS di Wilayah Kelompok Kasus dan Kontrol
Kerja Puskesmas Seyegan
N Kategori frekuensi %
pada Kelompok Kasus dan o Sikap
Kontrol Respon Kelomp Kelomp Kelomp Kelomp
den ok ok ok ok
N Kategori frekuensi % Kasus Kontrol Kasus Kontrol
o Tingkat
Pengetah Kelom Kelom Kelom Kelom 1 Kurang 18 10 39,15 21,7
uan pok pok pok pok
Respond Kasus Kontrol Kasus Kontrol 2 Cukup 26 14 56,5 30,5
en
3 Baik 2 22 4,35 47,8
1 Kurang 27 2 58,7 4,3
Jumlah 46 46 100 100
2 Cukup 13 23 28,3 50

3 Baik 6 21 13 45,7
Sumber : Data Primer Terolah
Jumlah 46 46 100 100

Sumber : Data Pimer Terolah 2009

6
[ JOURNAL EPIDEMIC, HASTOMO, JKL YOGYAKARTA] October 7, 2009

Dilihat dari tabel 6 diatas dapat responden dan pada kategori Baik
diketahui bahwa sikap Ibu tentang yaitu hanya sekitar 3 responden. Pada
PHBS pada kelompok kasus kelompok kontrol diketahui kategori
menunjukkan kategori Kurang berkisar Kurang ada 2 responden menunjukkan
pada jumlah 18 responden dan pada perilaku Ibu balita tentang PHBS,
kategori Baik yaitu sekitar 2 sedangkan ada 21 responden dengan
responden. Sedangkan sikap Ibu pada kategori Cukup dan ada 23 responden
kelompok kontrol diketahui kategori dengan kategori baik.
Kurang ada 10 responden
menunjukkan sikap Ibu balita d. Faktor Lingkungan Rumah
penderita diare tentang PHBS pada
Observasi dilakukan pada
kelompok kontrol, sedangkan ada 14
lingkungan rumah kelompok
responden dan ada 22 responden
kasus dan kelompok kontrol,
dengan kategori baik.
observasi secara langsung
c. Perilaku Responden Ibu Balita dengan dinilai dengan
penderita Diare tentang menggunakan checklist yang
Perilaku Hidup Bersih dan telah diuji validitas dan
Sehat reliabilitasnya, adapun hasilnya
dapat dilihat pada tabel 14
Perilaku responden Ibu berikut ini:
kelompok kasus dan kontrol
tentang Perilaku Hidup Bersih Tabel 8. Distribusi Frekuensi Kondisis
dan Sehat di kecamatan Lingkungan Responden pada
Seyegan, adapun hasilnya Kelompok Kasus dan Kontrol
dapat dilihat pada tabel 7. N Kategori frekuensi %
sebagai berikut : o Kondisi
Lingkun Kelomp Kelomp Kelomp Kelomp
gan ok ok ok ok
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Perilaku Respond Kasus Kontrol Kasus Kontrol
Responden Ibu Balita en
penderita Diare tentang 1 Kurang 22 8 47,8 17,4
PHBS di Wilayah Kerja
2 Cukup 19 18 41,3 39,1
Puskesmas Seyegan pada
Kelompok Kasus dan Kontrol 3 Baik 5 20 10,9 43,5

N Kategori frekuensi % Jumlah 46 46 100 100


o Perilaku
Respon
den
Kelomp Kelomp Kelomp Kelomp Sumber : Data Primer Terolah
ok ok ok ok
Kasus Kontrol Kasus Kontrol
Dilihat dari tabel 8 diatas diketahui
1 Kurang 18 2 39,2 4,4 bahwa kondisi lingkungan responden
2 Cukup 25 21 54,3 45,6 pada kelompok kasus terdapat 22
lingkungan rumah dengan kategori
3 Baik 3 23 6,5 50
Kurang, 19 lingkungan rumah dengan
Jumlah 46 46 100 100 kategori Cukup dan ada 5 lingkungan
rumah dalam kategori Baik.
Sumber : Data Primer Terolah Sedangkan kondisi lingkungan rumah
responden pada kelompok Kontrol
Dilihat dari tabel 7 diatas bahwa
terdapat 8 lingkungan rumah dengan
perilaku Ibu tentang PHBS pada
kategori Kurang, 18 lingkungan rumah
kelompok kasus menunjukkan kategori
dengan kategori Cukup dan ada 20
Kurang berkisar pada jumlah 18
lingkungan rumah dalam kategori Baik.
7
[ JOURNAL EPIDEMIC, HASTOMO, JKL YOGYAKARTA] October 7, 2009

e. Tingkat Pendidikan Responden sekurang-kurangnya lulus SD ada 13


Ibu balita Penderita Diare pada responden dengan kategori Kurang.
Kelompok Kasus
Analisis Data
Tingkat pendidikan menjadi
prediktor adanya kecenderungan 1. Analisis Deskriptif
pengaruh terhadap tingkat
a. Uji Beda Tingkat Pengetahuan,
pengetahuan Ibu tentang PHBS,
Sikap, dan Perilaku Ibu Balita
yang dapat dilihat melalui uji
tentang Perilaku Hidup Bersih
cross factor pada uji statistik
dan Sehat dengan Kejadian
cross tabulasi. Tingkat
Diare pada Balita pada
pendidikan dibagi menjadi dua
Kelompok Kasus dengan
kategori yaitu kategori Cukup
Kelompok Kontrol
jika Ibu sekurang-kurangnya
telah lulus pendidikan SLTP Uji beda tingkat pengetahuan,
sedangkan untuk kategori sikap, dan perilaku ibu balita
Kurang yaitu Ibu sekurang- tentang PHBS pada kelompok
kurangnya telah lulus pendidikan Kasus dan kelompok Kontrol
SD, data tersebut dapat dilihat dianalisis menggunakan uji
pada tabel 9 dibawah ini : Paired sample T-test, taraf
significant = 0,05 dan derajad
Tabel 9. Distribusi Frekuensi Tingkat
kepercayaan 95%, prosedur ini
Pendidikan Ibu Balita pada
digunakan untuk membandingkan
Kelompok Kasus dan Kontrol
dari dua variabel dalam satu
N Kategori frekuensi % group data. dan hasilnya sebagai
o Tingkat
Pendidik
berikut :
Kelomp Kelomp Kelomp Kelomp
an ok ok ok ok
Respon Kasus Kontrol Kasus Kontrol 1) Uji beda tingkat pengetahuan
den
Ibu tentang PHBS pada
1 Kurang 25 13 54,3 54,3 kelompok Kasus dengan
kelompok Kontrol diperoleh
2 Cukup 21 33 45,67 45,67
hasil sig (2-tailed) =
Jumlah 46 46 100 100 0,000<0,05 maka HO ditolak
dan Hα diterima dengan
Sumber : Data Primer Terolah demikian ada perbedaan yang
Pada tabel 9 diatas dapat diketahui bermakna tingkat
bahwa tingkat pendidikan Ibu balita pengetahuan ibu pada
pada kelompok kasus yang kelompok Kasus dengan
berpendidikan sekurang-kurangnya kelompok Kontrol.
lulus SLTP ada 21 responden dengan 2) Uji beda sikap Ibu tentang
kategori Cukup, sedangkan Ibu balita PHBS pada kelompok Kasus
berpendidikan sekurang-kurangnya dengan kelompok Kontrol
lulus SD ada 25 responden dengan diperoleh hasil
kategori Kurang sedangkan tingkat sig (2-tailed) = 0,000<0,05
pendidikan Ibu balita pada kelompok maka HO ditolak dan Hα
kontrol berpendidikan sekurang- diterima dengan demikian ada
kurangnya lulus SLTP ada 33 perbedaan yang bermakna
responden dengan kategori Cukup, sikap ibu pada kelompok
sedangkan Ibu balita berpendidikan

8
[ JOURNAL EPIDEMIC, HASTOMO, JKL YOGYAKARTA] October 7, 2009

Kasus dengan kelompok dikaji dalam penelitian ini dimaksudkan


Kontrol. supaya membuat sekecil-kecilnya
resolusi faktor yang lain yang tidak
3) Uji beda perilaku Ibu tentang dapat terkafer.
PHBS pada kelompok Kasus
dengan kelompok Kontrol Jenis studi yang digunakan yaitu studi
diperoleh hasil Case Control dengan metode proposif
sig (2-tailed) = 0,000<0,05 sampel, perbandingan kasus dan
maka HO ditolak dan Hα kontrol 1:1 jumlah populasi 52
diterima dengan demikian ada responden dan jumlah sampel 46
perbedaan yang bermakna responden untuk kelompok kasus dan
sikap ibu pada kelompok 46 untuk kelompok kontrol diperoleh
Kasus dengan kelompok odds ratio dari tabel silang tingkat
Kontrol. pengetahuan, sikap dan perilaku ibu
tentang PHBS pada kategori baik
4) Uji beda kondisi Lingkungan dengan kurang pada kelompok kasus
responden pada kelompok dan kontrol dengan melakukan entry
Kasus dengan kelompok data menggunakan software epi info6
Kontrol diperoleh hasil sehingga didapatkan hasil sebagai
sig (2-tailed) = 0,000<0,05 berikut :
maka HO ditolak dan Hα
diterima dengan demikian ada a. Predisposisi faktor
perbedaan yang bermakna
sikap ibu pada kelompok 1) Tingkat pengetahuan Ibu Balita
Kasus dengan kelompok tentang Hidup Bersih dan Sehat
Kontrol. dengan Kejadian Diare pada Balita
diperoleh Odds ratio dengan tabel
5) Uji beda tingkat pendidikan silang sebagai berikut :
ibu pada kelompok Kasus
dengan kelompok Kontrol Tabel 10. Tabel Perbedaan Tingkat
diperoleh hasil Pengetahuan Ibu dengan
sig (2-tailed) = 0,006<0,05 kejadian Diare pada Balita
maka HO ditolak dan Hα pada kelompok kasus dan
diterima dengan demikian ada kontrol
perbedaan yang bermakna No Tingkat Kejadian diare balita
sikap ibu pada kelompok pengetahuan Ibu
Bukan kasus
Kasus dengan kelompok kasus diare
Kontrol. diare

1 Baik 21 6
2. Analisis Epidemiologi
2 Kurang 2 27
Analisis secara epidemiologi
Jumlah 23 34
pada teori perilaku oleh L Green
dinyatakan dalam beberapa faktor
Berdasarkan tabel diatas diperoleh
yang berpengaruh terhadap kejadian
odss ratio = 47,25 CI =7,35-400,38.
suatu penyakit. Dalam penelitian ini
Odds ratio terdapat pada kisaran
dikaji 2 jenis faktor yang berpengaruh
besarnya CI sehingga Tingkat
yaitu predisposisi faktor yaitu tingkat
pengetahuan Ibu tentang PHBS
pengetahuan, sikap dan perilaku ibu,
dengan kejadian diare dapat diterima.
sedangkan kondisi lingkungan sebagai
Ini berarti Ibu balita dengan tingkat
faktor enabling. Kedua faktor yang
9
[ JOURNAL EPIDEMIC, HASTOMO, JKL YOGYAKARTA] October 7, 2009

pengetahuan tentang PHBS dengan pada Balita pada kelompok


kategori Kurang dapat meningkatkan kasus dan kontrol
resiko 47,25 kali lebih besar kejadian
No Perilaku Ibu Kejadian diare balita
diare pada balita dibandingkan ibu
dengan pengetahuan tentang PHBS Bukan kasus kasus diare
diare
dengan kategori Baik.
1 Baik 23 3
2) Sikap Ibu Balita tentang Hidup
Bersih dan Sehat dengan 2 Kurang 2 18

Kejadian Diare pada Balita Jumlah 25 21


diperoleh Odds ratio dengan tabel
silang sebagai berikut : Berdasarkan tabel diatas diperoleh
odss ratio = 69,00 CI = 8,34-831,56.
Tabel 11. Tabel Perbedaan Sikap Ibu Odds ratio terdapat pada kisaran
dengan kejadian Diare pada besarnya CI sehingga hubungan
Balita pada kelompok kasus Perilaku Ibu tentang PHBS dengan
dan kontrol kejadian diare dapat diterima. Ini
No Sikap Ibu Kejadian diare balita
berarti Ibu balita dengan Perilaku
tentang PHBS dengan kategori Kurang
Bukan kasus diare kasus diare dapat meningkatkan resiko 69,00 kali
1 Baik 22 2 lebih besar kejadian diare pada balita
dibandingkan ibu dengan perilaku ibu
2 Kurang 10 18
tentang PHBS dengan kategori Baik.
Jumlah 32 20
b. Enabling faktor
Hubungan Kondisi lingkungan
Berdasarkan tabel diatas diperoleh responden dengan Kejadian Diare
odss ratio = 19,80 CI =3,34-152,99. pada Balita diperoleh Odds ratio
Odds ratio terdapat pada kisaran dengan tabel silang sebagai berikut :
besarnya CI sehingga hubungan Sikap
Ibu tentang PHBS dengan kejadian Tabel 13. Tabel perbedaan kondisi
diare dapat diterima. Ini berarti Ibu lingkungan Ibu dengan
balita dengan Sikap ibu tentang PHBS kejadian Diare pada Balita
dengan kategori Kurang dapat pada kelompok kasus dan
meningkatkan resiko 19,80 kali lebih kontrol
besar kejadian diare pada balita No Kondisi Kejadian diare balita
dibandingkan ibu dengan pengetahuan lingkungan
tentang PHBS dengan kategori Baik. Bukan
kasus diare
kasus
diare

3) Perilaku Ibu Balita tentang Hidup 1 Baik 20 5


Bersih dan Sehat dengan
2 Kurang 8 22
Kejadian Diare pada Balita
diperoleh Odds ratio dengan tabel Jumlah 28 27
silang sebagai berikut :
Berdasarkan tabel diatas diperoleh
odss ratio = 11,00 CI = 2,66-49,21.
Odds ratio terdapat pada kisaran
Tabel 12. Tabel Perbedaan Perilaku besarnya CI sehingga hubungan
Ibu dengan kejadian Diare kondisi lingkungan responden dengan
kejadian diare dapat diterima. Ini
10
[ JOURNAL EPIDEMIC, HASTOMO, JKL YOGYAKARTA] October 7, 2009

berarti kondisi lingkungan dengan yang ada di desa, seperti saat


kategori Kurang dapat meningkatkan posyandu balita dan informasi yang
resiko 11,00 kali lebih besar kejadian didapat melalui kegiatan PKK,
diare pada balita dibandingkan kondisi sehingga hal ini sangat penting bagi
lingkungan dengan kategori Baik. perkembangan paradigma sehat di
wilayah pedesaan, hal ini dapat
Setelah dilakukan pengujian menjadi indikasi bahwa pada
Hubungan Tingkat Pengetahuan, kelompok kasus kecenderungan untuk
Sikap, dan Perilaku Ibu Balita tentang mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut
Hidup Bersih dan Sehat dengan cenderung mempunyai intensitas kecil,
Kejadian Diare pada Balita di wilayah sehingga tingkat pengetahuan yang
Puskesmas Seyegan Sleman dengan diperoleh ibu pada kelompok kasus ini
menggunakan uji beda Tingkat cenderung kecil.
Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Ibu
tentang Hidup Bersih dan Sehat Berdasarkan penelitian Wiku
dengan Kejadian Diare pada Balita Adisasmito (2007) menyebutkan
pada keompok Kasus dengan pengetahuan tentang kajian faktor
kelompok Kontrol, dalam resiko diare pada anak didapatkan
pembahasan sebagai berikut: informasi bahwa pada kelompok
kontrol mempunyai kecenderungan
1. Perbedaan Tingkat Pengetahuan mengikuti Posyandu dan mendapatkan
Ibu tentang PHBS dengan kejadian informasi tentang kesehatan.
diare pada balita pada kelompok Pengetahuan seseorang tentang
kasus dengan kelompok kontrol. penyakit diare akan mempengaruhi
perilaku pada tahapan berikutnya.
Perbedaan tingkat pengetahuan
tentang Perilaku Hidup Bersih dan Pendapat Chadijah (1997)
Sehat dengan kejadian diare pada pendidikan orang tua, terutama ibu
balita di wilayah kerja Puskesmas merupakan salah satu kunci
Seyegan pada kelompok kasus perubahan sosial budaya. Pendidikan
dengan kelompok kontrol dapat dilihat yang relatif tinggi akan memiliki
dari hasil statistik dengan metode uji praktek yang lebih baik terhadap
beda one way T-test didapat harga pemeliharaan kesehatan keluarga
sig(2-tailed) = 0,000<0,05 maka Ho terutama anak balita. Dalam hal ini
ditolak dan Hα diterima dengan tingkat pendidikan yang tinggi
demikian ada perbedaan yang merupakan faktor yang dapat
bermakna tingkat pengetahuan ibu mempengaruhi tingkat pengetahuan
pada kelompok kasus dengan ibu.
kelompok kontrol. Hal ini
menginformasikan bahwa kelompok Pengetahuan kesehatan
kasus lebih cenderung mempunyai merupakan basis bagi perubahan-
tingkat pengetahuan yang kurang perubahan perilaku (Anurogo, 2006).
sedangkan kelompok kontrol lebih Namun, harus tetap disadari adanya
cenderung mempunyai tingkat kemungkinan bahwa seseorang belum
pengetahuan yang lebih baik sehingga tentu bertindak atas dasar
kecenderungan terhindar dari pengetahuan yang dimiliki dan begitu
terjadinya suatu penyakit pada balita pula seseorang belum tentu bertindak
lebih besar. sesuai dengan aturan-aturan yang
berlaku. Hal ini disebabkan oleh
Pengetahuan yang diperoleh system kepribadian individu yang
ibu yaitu dari informasi kesehatan
11
[ JOURNAL EPIDEMIC, HASTOMO, JKL YOGYAKARTA] October 7, 2009

terbentuk akibat pendidikan dan kesehatan masyarakat. Sikap ibu


pengalaman (Anurogo, 2006). dalam bidang kesehatan sangat
menentukan kesehatan keluarga,
2. Perbedaan Sikap tentang Perilaku terutama balita, karena biasanya yang
Hidup Bersih dan Sehat dengan menjadi pengasuh anak adalah ibu,
Kejadian Penyakit Diare pada sehingga lebih banyak interaksi yang
balita pada kelompok kasus terjadi.
dengan kelompok kontrol.
3. Perbedaan Perilaku ibu tentang
Perbedaan sikap tentang PHBS Hidup Bersih dan Sehat dengan
dengan kejadian diare pada balita di Kejadian Penyakit Diare pada
wilayah Puskesmas Seyegan pada Balita.
kelompok kasus dengan kelompok
kontrol dapat dilihat dari hasil statistik Perilaku responden ibu balita
dengan metode uji beda one way T- tentang PHBS di wilayah kerja
test didapat harga sig(2-tailed) = Puskesmas Seyegan pada kelompok
0,000<0,05 maka Ho ditolak dan Hα kasus dan kelompok kontrol dapat
diterima dengan demikian ada dilihat hasil statistik dengan metode uji
perbedaan yang bermakna sikap ibu beda paired sample T-test didapat
tentang PHBS dengan kejadian diare harga sig(2-tailed) = 0,000<0,05 maka
pada balita di wilayah Puskesmas Ho ditolak dan Hα diterima dengan
Seyegan pada kelompok kasus demikian ada perbedaan yang
dengan kelompok kontrol. Ibu balita bermakna. Hal ini dapat disimpulkan
pada kelompok kasus mempunyai bahwa kecenderungan ibu balita yang
kecenderungan memotivasi diri dalam mempunyai sikap terhadap paradigma
bersikap paradigma sehat dalam sehat dan mau mengaplikasikannya
kehidupan sehari-hari sehingga dalam bentuk perilaku pada kelompok
kecenderungan tersebut berakibat kasus lebih kecil sehingga
pada keadaan negatif terjadinya kecenderungan terjadinya diare pada
penyakit diare pada balita, sedangkan balita lebih besar, sedangkan pada
ibu balita pada kelompok kontrol lebih kelompok kontrol kecenderungan
termotivasi dalm bersikap sehat, untuk mengaplikasikannya dalam
dengan adanya kecenderungan bentuk perilaku atau tindakkan lebih
motivasi positif ini berdampak pula besar sehingga kecenderungan terjadi
pada terhindarnya penyakit diare pada diare pada balita lebih kecil.
balita.
Adanya tanggapan tentang
Indikasi skeptis pada paradigma paradigma dengan sikap menganggap
sehat oleh kelompok kasus cenderung hal tersebut biasa saja, maka
lebih besar, sehingga sudut pandang seseorang mempunyai kecenderungan
paradigma sehat pada kebanyakan lebih kecil untuk melakukan
kelompok kasus cenderung diabaikan. perilaku/tindakan positif dalam
Adanya informasi kesehatan yang paradigma sehat. Motivasi ibu untuk
telah ada cenderung ditanggapi melakukan tindakan yang mendukung
sebagai hal yang biasa saja, tanpa reaksi positif dalam paradigma sehat
adanya tindakan. pada kelompok kasus cenderung lebih
kecil pula, sehingga dengan melihat
Menurut Blum dalam hal ini perlunya dorongan, atau inovasi
Notoatmodjo (2003) menyebutkan yang dapat memberikan reaksi positif
bahwa faktor sikap mempunyai ibu seperti contoh kegiatan
pengaruh yang besar pada status
12
[ JOURNAL EPIDEMIC, HASTOMO, JKL YOGYAKARTA] October 7, 2009

perlombaan kebersihan lingkungan tersebut dapat disimpulkan bahwa


dan program yang lain bersifat pada rata-rata kelompok kasus
pemberdayaan masyarakat. mempunyai kualitas kondisi
lingkungan yang lebih jelek dibanding
Menurut Soekidjo Notoatmodjo pada kelompok kontrol. Berdasarkan
(1997), menyebutkan bahwa perilaku tabel 13. diatas diperoleh odss ratio =
merupakan salah satu wujud tindakan 11,00 CI = 2,66-49,21.
dalam bentuk aktif yaitu respon Odds ratio terdapat pada kisaran
individu terhadap stimulus (practice) besarnya CI sehingga hubungan
yang tampak dalam bentuk tindakan kondisi lingkungan responden dengan
nyata, sedangkan menurut Suhartini kejadian diare dapat diterima. Ini
dkk (Depkes RI 2002), tindakan berarti kondisi lingkungan dengan
manusia merupakan faktor perilaku kategori Kurang dapat meningkatkan
yang besar pengaruhnya dalam resiko 11,00 kali lebih besar kejadian
menentukan derajad kesehatan. diare pada balita dibandingkan kondisi
lingkungan dengan kategori Baik.
Berdasarkan penelitian Yance
Warman (2008) tentang hubungan Indikasi kondisi lingkungan yaitu
antara tingkat pengetahuan ibu mencakup penggunaan sarana dan
dengan kejadian Diare dilihat dari segi prasarana kesehatan lingkungan, hal
sosial ekonomi di Pekan Arba ini dapat diketahui bahwa ada lebih
kecamatan Tembilahan Kabupaten dari 50% kelompok kasus rata-rata
Indragiri Hilir Riau didapatkan penggunaan penampungan air limbah
kesimpulan bahwa ada hubungan yang masih belum memenuhi syarat.
yang bermakna hubungan Perilaku Indikator kualitas inilah yang sering
dengan kejadian diare pada anak. Hal diabaikan oleh setiap responden
ini didukung juga dengan pendapat mengenai penampungan air limbah
Notoatmodjo (2003), bahwa perilaku yang tertutup, dengan jarak lebih dari
merupakan salah satu faktor 10 meter dari sumur gali. Indikasi
predisposisi yang dimungkinkan tersebut memberikan informasi bahwa
berpengaruh terhadap suatu kejadian air sumur gali juga terdapat
penyakit. kecenderungan terjadinya
pencemaran.
4. Perbedaan Kondisi Lingkungan
responden ibu, pada kelompok
Pengelolaan sampah dan limbah
kasus dengan kelompok kontrol
juga masih harus diperhatikan, karena
Kondisi lingkungan sebagai sebagian besar responden membuang
faktor enabling yaitu yang mungkin sampah pada lahan-lahan kosong
berpengaruh terhadap kejadian diare, seperti semak-semak. Pembuangan
digunakan sebagai indikator limbah rumah tangga pada tanah
kesehatan. Kondisi lingkungan terbuka, umumnya langsung di bawah
responden pada kelompok kasus rumah. Hal ini akan menjadi media
mempunyai kecenderungan yang lebih yang sangat baik untuk
besar hal ini di kuatkan dengan perkembangbiakan kuman penyakit.
perhitungan statistik dengan hasil Untuk memutuskan rantai
bahwa uji beda kondisi lingkungan perkembangbiakan penyakit menular
pada kelompok kasus dan kontrol seperti diare ini diperlukan usaha
mempunyai nilai sig (2-tailed) keras dari berbagai pihak terutama
=0,000<0,05, yang berarti ada beda petugas kesehatan dan pemerintah di
yang bermakna antara keduannya. Hal kecamatan Seyegan Sleman, seperti
13
[ JOURNAL EPIDEMIC, HASTOMO, JKL YOGYAKARTA] October 7, 2009

upaya peningkatan penyuluhan dalam setiap acara yang ada di


masyarakat sehingga dengan lingkungan desa, seperti pemberian
bertambahnya informasi yang didapat, leaflet, penyuluhan yang
mereka dengan sendirinya akan komprehensif, dan pemberian
memperbaiki kondisi kehidupannya. penghargaan kepada ibu sebagai
Selain itu diperlukan pengadaan obyek faktor tujuannya memberikan
sarana dan prasarana umum untuk banyak tambahan pengetahuan yang
meningkatkan kebersihan lingkungan didapat dan memotivasi warga dalam
seperti jamban umum, tempat mewujudkan paradigma sehat.
sampah, tempat pengelolaan limbah,
dll. 6. Hubungan linear Tingkat
pendidikan Ibu, Kondisi Lingkungan
5. Perbedaan tingkat pendidikan ibu, dengan dengan Faktor Tingkat
pada kelompok kasus dengan pengetahuan, Sikap dan Perilaku
kelompok kontrol Ibu tentang PHBS dengan Kejadian
Diare pada Balita
Tingkat pendidikan seseorang
dalam hal ini ibu sebagai responden Hubungan linear dengan
akan memberikan perbedaan tingkat mengkaji faktor lain yang dapat
pengetahuan paradigma sehat, mempengaruhi didapatkan data
dengan kata lain tingkat pendidikan statistik metode uji cross factor
yang lebih tinggi akan mempunyai didapatkan hasil T lebih besar yaitu
pengetahuan paradigma sehat yang 5,627 pada hubungan agregat kondisi
lebih besar, dibanding dengan lingkungan pada kategori kurang
seseorang yang memiliki tingkat dengan tingkat Pendidikan ibu Kurang.
pendidikan yang rendah. Dalam Sehingga dapat disimpulkan bahwa
penelitian ini di dapat hasil secara tingkat pengetahuan, sikap dan
statistik mengenai perbedaan tingkat perilaku ibu dapat berhubungan kuat
pendidikan responden ibu pada apabila tingkat pendidikan ibu dan
kelompok kasus dan kelompok kontrol kondisi lingkungan menunjukkan
di wilayah Puskesamas Seyegan kategori Kurang.
Sleman yaitu sig (2-tailed) = Hal tersebut diatas sesuai
0,006<0,05 maka perbedaan yang dengan pendapat Chadijah (1997)
signifikan terlihat pada kelompok pendidikan orang tua, terutama ibu
kasus dan kontrol. Hal ini setara merupakan salah satu kunci
dengan kondisi tingkat pengetahuan perubahan sosial budaya. Pendidikan
responden pada kelompok kasus dan yang relatif tinggi akan memiliki
kontrol sehingga ibu yang memiliki praktek yang lebih baik terhadap
tingkat pendidikan yang rendah akan pemeliharaan kesehatan lingkungan
mempunyai tingkat pengetahuan yang dan keluarga terutama anak balita.
rendah pula.
KESIMPULAN
Adanya kecenderungan
tersebut bukan berarti dalam Berdasarkan hasil penelitian
paradigma sehat selalu harus berlaku hubungan tingkat pengetahuan, sikap
seperti kondisi diatas. Dalam dan perilaku ibu tentang Perilaku
paradigma sehat pengetahuan Hidup Bersih dan Sehat dengan
seseorang dengan tingkat pendidikan kejadian diare pada balita di wilayah
yang lebih rendah dapat diberi layanan Puskesmas Seyegan tahun 2009
informasi kesehatan dan motivasi dapat ditarik kesimpulan :
14
[ JOURNAL EPIDEMIC, HASTOMO, JKL YOGYAKARTA] October 7, 2009

1. Ada perbedaan tingkat praktis : Balai penerbit


pengetahuan ibu tentang PHBS FKUI, Jakarta
dengan kejadian diare pada balita
di wilayah kerja Puskesmas Bagian Ilmu kesehatan anak FK UI,
Seyegan pada kelompok kasus 1998, Ilmu Kesehatan
dengan kelompok kontrol, Anak, jilid 1: Infomedika
sig (2-tailed) = 0,000<0,05. Jakarta,. 283-288, Jakarta

2. Ada perbedaan sikap ibu tentang Behrman RE, 1999, Anak dengan
PHBS dengan kejadian diare pada resiko tertentu. Dalam :
balita di wilayah kerja Puskesmas Behrman, Kliegman, Arvin.
Seyegan pada kelompok kasus (editors). Ilmu Kesehatan
dengan kelompok kontrol, sig (2- anak Nelson Vol I, Edisi 15
tailed) = 0,000<0,05. : EGC,. 169-171, Jakarta

3. Ada perbedaan perilaku ibu Dahlan S, 2004, Seri statistik untuk


tentang PHBS dengan kejadian kedokteran dan kesehatan
diare pada balita di wilayah kerja : PT Arkans Entertainment
Puskesmas Seyegan pada and Education in
kelompok kasus dengan kelompok harmony,. 2-59, 123-135,
kontrol, sig (2-tailed) = 0,000<0,05. Jakarta
Departemen Kesehatan RI, 2000,
Laporan perkembangan
pencapaian tujuan
pembangunan mileniun
Indonesia,.
http;//w3.undp.or.id/pubs/i
mdg2004/BI/IndonesiaMD
DAFTAR PUSTAKA G BI Goal4.pdf (diakses 3
maret 2009)
Adzania M. 2004. 34-36, 55 Merawat
balita itu mudah.: Nexx Depkes RI, Ditjend P2M dan PLP,
media Inc. Bandung 1989, Buku pedoman
Penatalaksanaan
Andrianto P. Penatalaksanaan dan Penderita ISPA dan Diare
Pencegahan Diare akut, untuk petugas Kesehatan,
edisi 2.: EGC, 1995. 1-2, Jakarta
29-33, Jakarta
Depkes RI, Ditjend P2M dan PLP,
Anies, 2005, Mewaspadai penyakit 2002, Standart Prosedur
lingkungan. : Elex media Operasional Klinik Sanitasi
komputindo, Jakarta untuk Puskesmas, terbitan
ke-4, Jakarta
Asnil P, 2003. 51-68, Noerasid H,
Suraatmadja S. DinKes Prop DIY, 2006, Modul
Gastroenteritis akut. Pelatihan Surveilans
Dalam: Suharyono, Epidemiologi Bagi Petugas
Boediarso aswitha, Puskesmas, Yogyakarta
Halimun EM (editors).
Gastroenterologi anak Direktorat Jendral Pemberantasan
Penyakit Menular dan
15
[ JOURNAL EPIDEMIC, HASTOMO, JKL YOGYAKARTA] October 7, 2009

Penyehatan Lingkungan Petugas Sanitarian Puskesmas


Pemukiman, 1999, Buku Seyegan, 2007, Profil
Ajar Diare. : Depkes RI, 3- Kesehatan Lingkungan
11, 53-59, 71-80, Jakarta Puskesmas Seyegan
Kabupaten Sleman, edisi
Irianto J. Prediksi Keparahan Diare tahun 2007, Yogyakarta
Menurut faktor-faktor yang
berpengaruh pada anak Pickering K. Larry, Snyder DJ. 2004,
balita di Indonesia. Center Gastroenteritis. Dalam :
for research and Nelson textbook of
development of health pediatrics. Edisi 17.,
ecology. 2000. http : // Behrman, Kliegman,
digilib.3w Litbang. Depkes. Jensen. Editor :
Go. International edition,.
Id/go.php?id=jkpkbppk-gdl- 1272-1274, Amerika
res-2000-joko-1085-diare (
diakses 3 Maret 2009) Slamet SJ, 1994, Kesehatan
lingkungan : Gadjah mada
James, Chin, 2004, Manual university press,
Pemberantasan Penyakit Yogyakarta
Menular, edisi 17,
Informedika, Jakarta Soetjiningsih, 1995Tumbuh kembang
anak : EGC,. 4-8, Jakarta
Mansjoer A, 2000, Suorohaita,
Wardhani W, Setiawula W. Suandi IKG, 1999, Diit pada anak sakit
Kapita selekta kedokteran, : EGC,. 61-63, Jakarta
edisi 3 : Media
Sugiono, 2005, Statistika untuk
aresculapius, 470-47,
penelitian : Alfabeta, 250-
Jakarta
259, Bandung
Mukono HJ, 2006, Prinsip dasar
Suhartini, Ninik, 2002, Panduan
kesehatan lingkungan.
Konseling Bagi Petugas
Edisi 2. : Airlangga
Klinik Sanitasi di
university press, Surabaya
Puskesmas, Depkes RI,
Ngastiyah, 1997, Perawatan anak Dijtjend P2M dan PLP,
sakit : EGC,. 143-145, Jakarta
Jakarta
Sutoto, Indriyono, 1996,
Noerolandra, 1999, Dilema penyakit Kebijaksanaan
menular. Medika no 9 th 25 pemberantasan penyakit
Sep: 591-592, Jakarta Diare dalam pelita V.
Dirjen PPM dan PLP
Notoatmodjo S, 2002 Metodologi Dep.Kes. majalah
penelitian kesehatan : PT Kesehatan Masyarakat
Rineka Cipta, Jakarta Indonesia Th. XXIV No.7.
Jakarta
Notoatmodjo S, 2003, Ilmu Kesehatan
Masyarakat : Rineka Cipta, Trihendradi C, 2004, Memecahkan
Jakarta kasus statistik deskriptif,
Parametrik dan non
parametrik dengan SPSS
16
[ JOURNAL EPIDEMIC, HASTOMO, JKL YOGYAKARTA] October 7, 2009

15 : Penerbit ANDI,. 136-


151, 177-185, Yogyakarta
Trisnanta T, 1995, Manusia dan
Kesehatan lingkungan :
CV Panca Sejati, 22-24,
Jakarta
Warouw PS. Hubungan faktor
lingkungan dan sosial
ekonomi dengan
morbiditas ISPA dan
Diare. Direktorat
penyehatan lingkungan.
2002. http : // digilib.
Litbang.Depkes. Go.
Id/go.php?id=jkpkbppk-gdl-
res-2002-sonny-836-
lingkungan (diakses 3
Maret 2009)
Werdana, Arya Wisnu, 2004. Dampak
Pencemaran lingkungan,
Andi Ofset, Yogyakarta

17

You might also like